ABSTRACT
This study was conducted to investigate how the implementation of ijarah and Al Ijarah al
Muntahiya bit Tamlik (IMBT) transactions in Islamic banks. The application of lease
transactions with ijarah and IMBT schemes on Islamic bank products is in accordance with
Islamic principles. The basis of the implementation of ijarah transactions in Islamic banks
refers to the rules of the Fatwa of the National Sharia Board of the Indonesian Ulema Council
(DSN-MUI) and Supreme Court Regulation No. 2 of 2008 on Compilation Islamic Economic
Law (KHES).
There are differences regarding the implementation of the transfer of ownership of the object
of lease on IMBT, the transfer of the object of the lease can only be carried out if the ijarah
agreement has been completed, the option to transfer the object of the leased object can be
done with the promise (wa'ad) of buying and selling. So there is no regulation regarding
IMBT contract based on the transfer of ownership of the object with the promise (wa'ad) of
the grant, it is contradictory because there is a reward that must be given by the customer
(mustajir) to the bank for the IMBT contract object.
ABSTRACT
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana implementasi transaksi ijarah dan Al
ijarah al muntahiya bit Tamlik (IMBT) di bank syariah. Penerapan transaksi sewa dengan
skema ijarah dan IMBT pada produk bank syariah sudah sesuai dengan prinsip syariah.
Dasar pelaksanaan transaksi ijarah di bank syariah mengacu pada aturan Fatwa Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dan Peraturan Mahkamah Agung No
2 Tahun 2008 tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Islam (KHES). .
Terdapat perbedaan mengenai pelaksanaan pengalihan kepemilikan objek sewa pada IMBT,
pengalihan objek sewa hanya dapat dilakukan jika akad ijarah telah selesai, opsi pengalihan
objek objek sewa dapat dilakukan dengan janji (wa'ad) jual beli. Jadi tidak ada pengaturan
mengenai akad IMBT yang didasarkan pada perpindahan kepemilikan benda dengan janji
(wa'ad) hibah, hal itu bertentangan karena ada imbalan yang harus diberikan oleh nasabah
(mustajir) kepada bank. untuk objek kontrak IMBT.
Dari tabel. 1 dapat diketahui bahwa terdapat 19 artikel terpilih untuk dianalisis dengan
beberapa tema yang dikelompokkan menjadi : 1) implementasi akad ijarah. 2) tinjauan
hukum islam terhadap akad ijarah dan IMBT. 3) penerapan akad ijarah dan IMBT. Dari
seluruh artikel terpilih terdapat 18 artikel yang menggunakan metode kualitatif dan 1 artikel
lainnya menggunakan metode kuantitatif. Pengelompokan artikel berdasarkan tema dan tahun
penerbitan akan dijelaskan pada tabel berikut :
Tema yang paling banyak dibahas berdasarkan tabel 2 diatas adalah tentang penerapan akad
ijarah dan IMBT serta perannya pada pembiayaan di perbankan syariah dan lembaga
keuangan syariah. Tema yang paling sedikit dikaji adalah tentang implementasi akad ijarah
dan IMBT juga tinjauan hukum islam terhadap akad ijarah dan IMBT.
a. Implementasi Akad Ijarah dan IMBT Pada Produk Pembiayaan Bank Syariah
Salah satu produk yang banyak diminati oleh masyarakat muslim pada saat ini adalah
pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik hal ini dikarenakan pembiayaan ini
merupakan inovasi baru yang sangat cocok dengan masyarakat. Pada pembiayaan
Ijarah Muntahiyah Bittamlik Bank Syariah akan membeli barang yang ingin dimiliki
oleh nasabah kemudian barang tersebut disewakan pihak Bank Syariah kepada
nasabah yang menginginkannya lalu diakhir masa sewa akan terjadi pemindahan hak
milik atas barang tersebut dari milik Bank Syariah menjadi milik nasabah penyewa.
Akad yang digunakan pada pemindahan hak milik barang sewaan menggunakan akad
hibah maupun akad murabahah (jual beli) dimana harga barang sewaan merupakan
harga sewa terakhir yang disepakati. Produk pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik
sangat diminati oleh masyarakat muslim saat ini karena akad ini sangat
menguntungkan pihak nasabah karena barang yang disewakan akan menjadi hak
milik penyewa, selain itu pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik bersifat fleksibel
artinya harga dan jangka waktu sewa yang dapat dipilih oleh masyarakat sangat
bervariasi. Kedepannya diharapkan pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik akan
terus mengalami peningkatan sehingga Bank Syariah dapat menjadi pilihan utama.
b. Tinjauan Hukum Islam terhadap Akad Ijarah dan IMBT
Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT) merupakan akad baru yang
menggabungkan antara dua akad dalam satu transaksi. Dalam perspektif hukum Islam
IMBT telah memenuhi asas-asas, rukun dan tiga syarat akad. Sedangkan syarat yang
tidak terpenuhi yaitu syarat adanya kekuatan hukum karena pada Fatwa DSN Nomor:
27/DSN-MUI/III/2002 terdapat ketentuan yang menimbulkan pernafsiran ganda pada
angka 2 bagian kedua yang mengatur ketentuan khusus dan Pasal 324 ayat (2) pada
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah. Para pakar ekonomi Islam kontemporer
berpendapat bahwa hukum akad IMBT adalah mubah (boleh). Sementara itu IMBT
jika ditinjau dari perspektif hukum positif (KUHPerdata), IMBT merupakan
perjanjian tidak bernama (Pasal 1319) yang timbul dari akad kebebasan berkontrak
(Pasal 1338) dan IMBT juga telah memenuhi syarat-syarat sah dari perjanjian (Pasal
1320) serta unsur-unsur perjanjian. Sedangkan akibat hukum yang ditimbulkan dari
akad perjanjian IMBT adalah adanya hak dan kewajiban bagi mereka yang
melakukannya.
c. Penerapan dan Peran Akad Ijarah serta IMBT
Pembiayaan merupakan produk dari suatu lembaga keuangan yang diberikan,
pembiayaan ijarah dalam bank syariah dijelaskan dalam pasal 19 ayat 9 UU No. 21
tahun 2008 yang berbunyi “menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak
atau tidak bergerak kepada nasabah berdasarkan akad ijarah dan atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah”. Konteks multijasa yang berbentuk ijarah dirasa kurang tepat karena
apabila dalam melakukan sewa-menyewa dalam ijarah, objek akad haruslah jelas dan
milik sendiri. Jika jasa yang ingin dibiayai adalah jasa dalam bidang pendidikan
menjadi objek akad. Objek dalam pendidikan pun bermacam-macam mulai dari
fasilitas gedung, pengajar dan sebagainnya sehingga objek pendidikan tersebut
berbentuk abstrak atau kejelasannya mugkin diketahui tapi hanya sebatas luarnya.
Jika lembaga keuangan membiayai suatu biaya pendidikan dan menyerahkannya
kepada nasabah, itu sama mengalihkan hak yang diterima lembaga berupa pendidikan
kepada nasabah.
Sewa menyewa dalam transaksi ijarah terjadi antara bank sebagai pihak yang
menyewakan dan nasabah sebagai penyewa, dengan mengacu pada objek yang
disewakan. Namun demikian, dalam transaksi ijarah, sewa menyewa tersebut dapat
digunakan sebagai mekanisme pembiayaan syariah. Akad ijarahmerupakan akad
pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan
pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang
tersebut. Disamping pengertian ijarah dalam konteks sewa menyewa, ijarah ini sendiri
juga mengandung “ujroh” atau uang jasa atau kadang disebut juga “fee” contohnya
seperti ini:
Budi adalah seorang pengusaha biro perjalanan Haji. Dalam musim haji yang akan
datang ini, budi harus membayar uang muka hotel, cetring dan pesawat yang akan
digunakan oleh jemaah haji. Berhubung tidak semua jemaah membayar ONH secara
penuh di muka, sedangkan biaya-biaya perjalanan haji sudah harus dibayarkan, maka
budi membutuhkan “dana talangan” untuk menutupi kekurangan pembayaran
dimaksud. Suatu bank syariah yang bersedia memberikan dana talagan kepada budi
menggunakan akad ijarah. Jadi bank syariah akan menalangi terlebih dahulu
kekurangan uang muka untuk hotel, cetring dan pesawat calon jemaah. Atas
pemberian dana talangan tersebut. Bank syariah berhak atas ujroh (keuntungan).Pada
pembiayaan multijasa dalam menyalurkan dana pada nasabah untuk beberapa tahun
yang penulis teliti tidak mengalami perkembangan, jelas dalam proses dan mekanisme
pembiayaan yang dipaparkan diawal akad ijarah.
Sebenarnya didalam pembiayaan multijasa akad Ijarah mempunyai berbagai aspek
yang menyentuh kebutuhan manusia disamping untuk membantu meringankan beban
para masyarakat/nasabah. Namun ada beberapa kendala yang mengakibatkan
kurangnya minat nasabah untuk menggunakan produk multijasa dengan akad Ijarah.
D. KESIMPULAN
Implementasi Akad Ijarah dan IMBT Pada Produk Pembiayaan Bank Syariah
Salah satu produk yang banyak diminati oleh masyarakat muslim pada saat ini adalah
pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik hal ini dikarenakan pembiayaan ini
merupakan inovasi baru yang sangat cocok dengan masyarakat.
tinjauan Hukum Islam terhadap Akad Ijarah dan IMBT
Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT) merupakan akad baru yang
menggabungkan antara dua akad dalam satu transaksi. Dalam perspektif hukum Islam
IMBT telah memenuhi asas-asas, rukun dan tiga syarat akad. Sedangkan syarat yang
tidak terpenuhi yaitu syarat adanya kekuatan hukum karena pada Fatwa DSN Nomor:
27/DSN-MUI/III/2002 terdapat ketentuan yang menimbulkan pernafsiran ganda pada
angka 2 bagian kedua yang mengatur ketentuan khusus dan Pasal 324 ayat (2) pada
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah.
Penerapan dan Peran Akad Ijarah serta IMBT
Pembiayaan merupakan produk dari suatu lembaga keuangan yang diberikan,
pembiayaan ijarah dalam bank syariah dijelaskan dalam pasal 19 ayat 9 UU No. 21
tahun 2008 yang berbunyi “menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak
atau tidak bergerak kepada nasabah berdasarkan akad ijarah dan atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah”.
E. DAFTAR PUSTAKA
A Muhayatsyah. 2019. Analisis Penerapan Transaksi Ijarah dan Al Ijarah Al
Muntahiya Bit Tamlik Pada Bank Syariah. Jurnal Ekonomi Syariah, Akuntansi
dan Perbankan (JESKaPe)
AK Andi. 2019. Ijarah Muntahiya Bittamlik Sebagai Solusi Ekonomi Kerakyatan.
ACTIVA: Jurnal Ekonomi Syariah
DM Dzubyan. 2019. Analisis Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik (Imbt) Dalam
Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Positif Di Indonesia. Anwaluna; Jurnal
Ekonomi Dan Keuangan
Lanang Sakti, Nadhira Wahyu Adityarani. 2020. Tinjauan Hukum Penerapan Akad
Ijarah dan Inovasi Akad Ijarah Dalam Perkembangan Ekonomi Syariah di
Indonesia. Jurnal Fundamental Justice
M Ruslan. 2019. Implementasi Akad Ijarah Bank BNI Syariah Cabang Palu. Bilancia:
Jurnal Studi Ilmu Syariah dan Hukum
MA Alwi. 2020. Al-Ijarah Al-Muntahiya Bit Tamlik (IMBT) Dalam Perspektif
Hukum Ekonomi Syariah dan Aplikasinya Sebagai Produk Perbankan Syariah.
Jurnal Ilmu Akuntansi dan Bisnis Syariah (AKSY)
MA Rosyid. 2021. Analisis Pembiayaan Ijarah Multijasa di BMT Makmur Gemilang
Kabupaten Magelang. JURNAL EDUCATION AND DEVELOPMENT
N Salamah. 2022. Analisis Akad Ijarah Muntahiaha Bi At Tamlik Dalam Praktik
Perbankan Syariah. An-Nawa: Jurnal Studi Islam
Z Mubarok. 2022. Implementasi Akad Ijarah di Bank Muamalat Bogor. ALAMIAH:
Jurnal Muamalah dan Ekonomi SyariahRama Riyaldi, Choirunnisak. 2021.
Pembiayaan Multi Jasa Menggunakan Akad Ijarah di PT Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) Al Falah Banyuasin. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Perbankan Syariah (JIMPA)