Anda di halaman 1dari 50

KARYA TULIS ILMIAH

IDENTIFIKASI ZAT PEWARNA RHODAMIN B PADA SAUS


SAMBAL ISI ULANG YANG DI PERJUALBELIKAN DI
PASAR TRADISIONAL KOTA MAKASSAR

RINDI ANTIKA SYARLIS

PRODI DIII – TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

POLITEKNIK KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019
KARYA TULIS ILMIAH

IDENTIFIKASI ZAT PEWARNA RHODAMIN B PADA SAUS SAMBAL


ISI ULANG YANG DI PERJUAL BELIKAN DI PASAR TRADISIONAL
KOTA MAKASSAR

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan Gelar Ahli
Madya Kesehatan (A.Md.Kes)

RINDI ANTIKA SYARLIS

NIM. AKM 1016079

PRODI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS POLITEKNIK


KESEHATAN MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN

IDENTIFIKASI ZAT PEWARNA RHODAMIN B PADA SAUS


SAMBAL ISI ULANG YANG DI PERJUAL BELIKAN DI
PASAR TRADISIONAL KOTA MAKASSAR

Karya Tulis Ilmiah ini telah diuji dan dinilai oleh pembimbing Prodi D-III
Teknologi Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Muhammadiyah
Makassar
Pada tanggal ... Mei 2019

Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II

Nur Qadri Rasyid, S.Si., M.Si Nurhidayat, S.Si.,Hum


NIDN: 0928028802 NIDN : 0924068001

Mengetahui
Direktur
Politeknik Kesehatan Muhammadiyah Makassar

Dr.H. Effendy Rasiyanto.,M.Kes


NIDK. 8836120016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikanKaryaTulis Ilmiah yang berjudul “ identifikasi zat pewarna

rhodamin B pada saus sambal isi ulang yang diperjual belikan di pasar

tradisioal kota makassar ” yang merupakan salah satu persyaratan untuk

mencapai gelar Amd.Kes D III Teknologi Laboratorium Medis Politeknik

Kesehatan Muhammadiyah Makassar. Penulis memberikan penghargaan

dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua

tercinta Ayahanda Syalis Natsir dan ibunda tersayang Sitti rabiah yang

telah banting tulang mencari nafkah dan membesarkan ananda dengan

penuh kasih sayang, doa dan dukungan kepada penulis serta adik-adik

tersayang yang selalu membuat penulis semangat dalam membuat Karya

Tulis Ilmiah ini dengan do’a, dan motivasi. Taklupa pula penulis

sampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. BapakDr. H. Effendy Rasiyanto. M.Kes selakuDirektur Politeknik

Kesehatan Muhammadiyah Makassar.

2. Ibu Nur Qadri Rasyid, S.Si.,M.Si selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.

3. Ibu Nurhidayat, S.Si.,Hum selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.


4. Ibu wa ode rustiah, S.Si.,M.Si selaku penguji, atas saran, kritik dan

masukannya yang sangat berarti dalam penyempurnaan penelitian

hingga Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar Teknologi Laboratorium Medis

Politeknik Kesehatan Muhammadiyah Makassar yang dengan sabar

dan tulus memberikan ilmu pengetahuan sampai selesainya Proposal

Penelitian ini.

6. Sahabat-sahabat tersayang dan tercintabunda, afra, silmi, ayu,

hikmah, danfebydan yang special umar ghani yang telah membantu

dalam penyelesaian Proposal ini. Serta seluruh teman kelas III Bdan

teman-teman seperjuangan Politeknik Kesehatan Muhammadiyah

Makassar angkatan 2016 yang tidak sempat penulis sebut nama satu

persatuyang sama-sama berjuang untuk menyelesaikan pendidikan D3

Teknologi Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Muhammadiyah

Makassar.

Tak lupa dengan seluruh kerendahan hati, penulis meminta

kesediaan pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaannya dan semoga bermanfaat bagi kita

semua. Amin

Makassar, 26 April 2019

Penulis

Rindi Antika.Syarlis
DAFTAR ISI

SAMPUL......................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................ii

KATA PENGANTAR.................................................................................iii

DAFTAR ISI................................................................................................v

DAFTAR TABEL......................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ix

ABSTRAK.................................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................3

C. Tujuan Penelitian..............................................................................3

D. Manfaat Penelitian............................................................................3

BAB IITINJAUAN PUSTAKA.....................................................................5

A. Tinjauan Umum Saus Sambal..........................................................5

B. Tinjauan Umum Pewarna..................................................................7

C. Tinjauan umum tentang Rhodamin B..............................................11

D. Tinjauan umum tentang metode kromatografi lapis tipis (KLT)......16

E. Kerangka konseptual......................................................................17
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................19

A. Jenis penelitian...............................................................................19

B. Waktu Penelitian Dan Lokasi Penelitian........................................19

C. Populasi dan sampel.......................................................................19

D. Teknik pengambilan sampel...........................................................20

E. Variabel penelitian...........................................................................20

F. Definisi operasional.........................................................................20

G. Prosedur penelitian.........................................................................20

H. Kerangka Operasional....................................................................24

I. Analisa data....................................................................................24

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................19

A. Hasil penelitian...............................................................................19

B. Pembahasan...................................................................................26

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN.........................................................29

A. Kesimpulan.....................................................................................29

B. Saran.............................................................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................30
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1. Identifikasi Zat Pewarna Rhodamin B pada saus sambal isi

ulang yang diperjualbelikan di pasar Tradisioal Kota

Makassar ..................................................................................25
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Saus sambal.............................................................................5

Gambar 2. Zat pewarna Rhodamin B.......................................................11

Gambar 3. Skema Kerangka Konseptual.................................................18

Gambar 4. Skema Kerangka Operasional................................................24


DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman

Lampiran 1. Surat Penelitian...................................................................33

Lampiran 2. Surat Keterangan.................................................................34

Lampiran 3. Lembar Hasil Penelitian.......................................................35

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian.......................................................36


ABSTRAK
RINDI ANTIKA SYARLIS. Identifikasi Zat Pewarna Rhodamin B pada
Saus Sambal isi Ulang yang Di perjualbelikan di Pasar Tradisional Kota
Makassar ( dibimbing oleh Nur Qadri rasyid dan nurhidayat).
Saus sambal merupakan produk makanan yang berupa cairan
kental yang ditambahakan pada makanan yang berfungsi untuk
meningkatkan penampilan makanan, aroma dan rasa makanan. Hasil
penelitian yang diperoleh dari 10 sampel saus sambal isi ulang yang di
perjualbelikan di Pasar Tradisional Kota Makassar, tidak ditemukan
adanya pewarna Rhodamin B menunjukkan sampel yang diteliti tersebut
negatif (-) berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di bawah sinar
uv 366 nm tidak menunjukan adanya bercak noda pada plate KLT.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi zat pewarna Rhodamin B
pada saus sambal isi ulang yang diperjualbelikan di Pasar Tradisional
Kota Makassar. Jenis penelitian ini bersifat observasi laboratorik dengan
jumlah sampel sebanyak 10 sampel saus sambal isi ulang yang di
perjualbelikan di pasar Tradisional Kota Makassar. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling. Sehingga dapat
disimpulkan saus sambal isi ulang yang di perjualbelikan di pasar
Tradisional Kota Makassar layak untuk dikonsumsi.

Kata Kunci : Saus Sambal,Pasar Tradisional, kromatografi lapis tipis.


(KLT)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keamanan pangan merupakan syarat penting yang harus ada pada

makanan yang akan dikonsumsi oleh setiap orang. Pangan yang

berkualitas dan aman dikonsumsi dapat berasal dari pasar tradisional

maupun pasar moderen yang ada di kalangan masyarakat. Banyak

pengelolahan bahan makanan tambahan yang telah beredar karena

semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi.

Semakin banyaknya bahan makanan akan menambah cita rasa pada

makanan yang saat ini digemari masyarakat, karena mampu

meningkatkan cita rasa pada makanan, salah satunya adalah saus

sambal ( Winarno, 2004 ).

Saus sambal merupakan produk makanan yang berupa cairan

kental yang ditambahakan pada makanan yang berfungsi untuk

meningkatkan penampilan makanan, aroma dan rasa makanan.

Perkembangan industri saus sambal ini tidak menutup kemungkinan

banyaknya produksi saus sambal dalam kemasan yang beredar dipasar.

Peningkatkan kualitas produk makanan agar bersaing dipasaran, maka

perlu bahan tambahan pangan seperti, pewarna, pengawet, penyedap

rasa dan aroma, antioksidan, pengental, dan pemanis ( Winarno, 2004 ).

Pewarna dalam makanan terbagi menjadi dua macam, yaitu

pewarna alami dan sintesis. Dipasaran ditemukan zat pewarna sintesis


jenis Rhodamin B dalam produk pangan yang seharusnya digunakan

untuk pewarna tekstil. Walaupun memiliki toksisitas yang rendah, namun

pengkonsumsian dalam jumlah yang besar maupun berulang-ulang

menyebabkan sifat kumulatif yaitu iritasi saluran pencernaan, keracunan

dan gangguan hati ( Halima et al, 2016 ).

Rhodamin B merupakan suatu pewarna sintetik yang digunakan

untuk mewarnai tekstil, sering kali digunakan untuk mewarnai suatu

produk makanan, salah satunya adalah jajanan pasar. Efek kesehatan

Rhodamin B menyebabkan pembesaran hati, ginjal, dan limfa diikuti

perubahan anatomi berupa pembesaran organ. dampak langsung berupa

iritasi saluran pernapasan, Bibir pecah, kering, terkelupas, gatal dan iritasi

padan kulit, iritasi mata, keracunan (Wahyu, 2009).

Penelitian yang dilkukan oleh laksmita et al (2018) tentang

Rodamin B dalam saus sambal di pasar tradisional moderen kota

Denpasar diperoleh dari sampel, saus sambal di pasar tradisional

terdeteksi 2 sampel mengandung Rhodamin B. Saus sambal isi ulang

banyak beredar dikalangan masyarakat untuk dikonsumsi sebagai

pelengkap dalam penyedap makanan seperti, bakso, aneka gorengan,

mie ayam dan lain-lain. Oleh karen itu perlu dilakukan penelitian tentang

identifikasi Rhodamin B pada saus sambal isi ulang yang beredar di pasar

tradisional kota makassar.

Pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang pelanggaran

penggunaan Rodamin B dalam obat, makanan dan kosmetik melalui


peraturan mentri kesehatan nomor 293/Men/Kes/Tahun 1985 tentang zat

warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya.Disamping itu,

khusus untuk pangan, peraturan Mentri no.722\Menkes/Per/X/tahun 1998

tentang Bahan tambahan pangan mengatur bahwa senyawa ini dilarang

digunakan sebagai pewarna pangan ( BPOM RI, 2008 ).

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tentang mengidentifikasi

zat pewarna Rhodamin B pada saus sambal yang diperjual belikan di

pasar tradisional Kota Makassar.

B. . Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah

terdapat zat pewarna Rhodamin B pada saus sambal yang diperjual

belikan di Pasar Tradisional ?”

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya Rhodamin B pada saus

sambal isi ulang yang diperjual belikan di Pasar Tradisional di Kota

Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan pengalaman dan meningkatkan pengetahuan dalam

melaksanakan penelitian,memperkaya wawasan tentang

masyarakat dalam Bidang Kesehatan.

2. Memberikan informasi kepada masyarakat, tentang bahaya

Rhodamin B yang terdapat dalam saus sambal isi ulang.


3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah

kepustakaan tentang hasil zat pewarna Rhodamin B pada saus

sambal yang diperjual belikan di pasar Tradisional di Kota

makassar. Bagi para pembaca dan mahasiswa akademi teknologi

laboratorium medik muhammadiyah makassar.

4. Menjadi sumber referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan

meneliti pada bidang kajian sejenis sehingga hasilnya nanti

diharapkan dapat memperbaharui dan menyempurnakan penelitian

ini.
16

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Saus Sambal

Saus sambal merupakan produk makanan yang berbentuk

cairan kental yang dibuat dari bahan baku buah atau sayuran yang

ditambahakan pada makanan yang berfungsi untuk meningkatkan

penampilan makanan, aroma dan rasa makanan.perkembangan

industri saus sambal ini tidak menutup kemungkinan banyaknya

produksi saus sambal dalam kemasan yang beredar dipasar ( Ifu et al,

2016).

Gambar 1. Saus sambal


https://goo.gl/images/t2Ffkd

Produk saus sambal dibagi menjadi beberapa jenis di

antaranya saus sambal besar, saus sambal botol sedang, saus

sambal kecil dan saus sambal sachet. Banyaknya bermunculan

merek-merek saus sambal botol dengan berbagai macam variasi


17

harga, ukuran, kemasan harga, ukuran, kemasan dan lain

sebagainya. Banyaknya jenis merek saus sambal botol yang beredar

di pasar menyebabkan konsumen memiliki kebebasan dalam memilih

produk yang akan dikonsumsinya (Delia S,2015).

Sambal telah lama di kenal sebagai penggugah dan penambah

selera makan,sejalan dengan kemajuan jaman,sambal sekarang tidak

hanya dibuat di rumah tangga dengan alat sederhana berupa cobe-

cobe,tetapi juga telah tersedia dalam bentuk sambal yang sudah jadi

keluaran pabrik. Meskipun ragamnya tidak sebanyak sambal-sambal

yang ada di Negara kita. Prospek pasar sambal saat ini cukup baik

karena berkembang produk sambal masih terbuka luas karena masih

ada jenis sambal yang belum dikembangkan menjadi sambal jadi.

Prospek pasarnya berkembang dengan cepat, kompetisinya belum

jenuh dan masih terbuka luas untuk pengembangan produk karena

masih ada puluhan jenis sambal yang belum dikembangkan menjadi

sambal jadi. Pada saat ini saus sambal jadi, yang mendominasi

pasaran karena paling banyak diproduksi dan dipasarkan. Khususnya

di supermarket adalah sambal saus cabe. Selain itu samabal jadi

banyak juga tersedia di pasaran ( Boga, dalam alpindo, 2016).


18

B. Tinjauan Umum Pewarna

1. Definisi Pewarna

Pewarna makanan adalah beberapa zat yang paling

kontroversil di tambahkan ke makanan dan minuman di era

modern. Pewarna secara khusus di tambahkan untuk mengubah

warna produk dan membuat mereka lebih menarik bagi konsumen.

Pewarna digunakan dalam berbagai macam fasilitas produksi

makanan komersial,serta dalam masakan domestik di seluruh

dunia. Alasan untuk popularitas mereka adalah bahwa individu

untuk melihat rasa dalam produk,terlepas dari jenis produk baik itu

permen,anggur,bir, minuman ringan, bahkan air (Nurpaida,2018).

Semakin meningkatnya persaingan produk pangan di

pasaran saat ini, semakin beragam produk pangan di pasaran saat

ini, semakin beragam produk makanan dan minuman yang

ditawarkan dengan kualitas dan rasa yang berbeda. Persaingan

tersebut tentunya akan membuat produk yang menarik minat

konsumen dari segi kualitas, baik dari rasa, warna ataupun

bentuknya. Salah satu produk yang menjadi krateria utama dari

pemasaran suatu produk adalah warna produk tersebut yang akan

menentukan kualitasnya ( Halima, 2016 ).

Secara luas aditif pangan telah ada lebih dari 2.500 jenis yang

digunakan untuk pengawet dan pewarna. Zat-zat aditif ini

digunakan untuk mempertinggi nilai pangan sebagai konsekuensi


19

dari industrialisasi dan perkembangan proses teknologi pangan.

Oleh karena itu produsen berlomba menawarkan aneka produknya

dengan tampilan yang menarik dan warna-warni. Akan tetapi

penggunaan pewarna sintesis dalam sebuah produk harus

dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku, hal ini dilakukan

agar tidak merugikan kesehatan konsumen ( Halimah, 2016 ).

Pewarnaan pada makanan pada dasarnya adalah untuk

menarik para konsumen agar menjadi lebih berminat dengan suatu

produk yang dijual atau dipasarkan. Namun sebagian dari mereka

menggunakan pewarna makanan yang tidak mendapatkan izin dari

BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) bahkan tidak

jarang menggunakan pewarna sintetik yang biasanya digunakan

sebagai pewarna tekstil (Pamungkas dan Nopiyanti, dalam

Laksmita, 2018).

Warna bahan dan produk pangan dapat dibentuk oleh

adanya pigmen yang secara alami terdapat dalam bahan pangan

atau bahan pewarna yang ditambahkan kedalam makanan.pegmen

alami dapat terjadi pada bahan pangan yang yang belum diolah

atau terbentuk selama proses pengolahan. Diantara pegmen bahan

pangan yang secara alami sering ditemui adalah karotenoid,

klorofil, betalin, antosianin, melanoidin, dan mioglobin

(Andarwulan, 2006).
20

Warna bahan dan produk pangan dapat dibentuk oleh

adanya pigmen yang secara alami terdapat dalam bahan pangan

atau bahan pewarna yang ditambahkan kedalam makanan.pegmen

alami dapat terjadi pada bahan pangaan yang yang belum diolah

atau terbentuk selama proses pengolahan. Diantara pegmen bahan

pangan yang secara alami sering ditemui adalah karotenoid,

klorofil, betalin, antosianin, melanoidin, dan mioglobin

(Andarwulan, 2006).

2. klasifikasi pewarnaan makanan

secara garis besar pewarna makanan diklafikasi menjadi

dua yaitu pewarna alami dan sintetik.

a. Pewarna alami

Pewarna alami adalah pewarna yang bahan utamanya

di ambil dari alam yang dikenal di antaranya adalah daun

pandan(warna hijau), daun jati (warna merah), dan

kunyituntuk warna kuning. Banyak warna cemerlang yang

dipunyai oleh tanaman dan hewan dapat digunakan sebagai

warna untuk makanan.

b. Pewarna sintesis

Pewarna sintesis adalah zat warna yang mengandung

bahan kimia. Pewarna sintesis ini mempunyai keuntugan yang

nyata dibandingkan pewarna alami ( Cahyadi, W. 2012 dalam

januri, 2016).
21

Berikut adalah beberapa jenis pewarna sintesis atau

buatan yang populer dan efek samping yang ditimbulkan:

a) Rhodamin B ditemukan dalam produk pangan yang

digunakan untuk pewarna tekstil. Walaupu memiliki

toksitas yang rendah, namun pengkonsumsian dalam

jumlah yang besar maupun berulang-ulang efek samping

dapat menyebabkan sifat kumulatif yaitu, iritasi , saluran

pernapasan iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi pada

saluran pencernaan, keracunan, dan gangguan hati.

b) Sunset yellow (E110,Orange yellow s atau yellow 6)

Sunset yellow adalah pewarna yang dapat

ditemukan dalam makanan seperti jus jeruk, es krim, ikan

kaleng, keju, minuman bersoda dan banyak obat-obatan.

Untuk sekelompok individu, konsumsi pewarna aditif ini

dapat menimbulkan efek samping alergi, hiperaktivitas,

sakit perut, mual, dan muntah.

c) Metanil yellow

yellow merupakan salah satu pewarna azo yang

telah dilarang diguanakan dalam pangan. Senyawa ini

bersifat iritasin sehingga jika tertelan dapat menyebabkan

iritasi pada saluran cerna(Deman, M. 1980 dalam Junari,

2016).
22

C. Tinjauan umum tentang Rhodamin B


1. Pengertian Rhodamin B
Rhodamin B merupakan zat warna sintetik yang umum

digunakan pewarna makanan tidak memiliki tujuan lain selain untuk

membuat individu lebih mungkin untuk membeli produk. Sementara

kebanyakan konsumen sadar bahwa produk makanan memiliki

beberapa bentuk pewarna makanan,para konsumen yang sama

sebagian besar tidak menyadari fakta bahwa beberapa seharusnya

makanan alami yang mereka konsumsi telah diwarnai untuk

menutupi ketidak sempurnaan alam. Berbagi jenis penyimpanan

dan pengolahan dapat mengubah warna makanan tertentu

akibatnya telah menjadi praktek umum untuk mewarnai makanan

artifisial untuk meningkatkan selera konsumen sebagai pewarna

tekstil.

Gambar 2. Zat pewarna


Sumber: (Ardiyaningrum, 2014)

Rhodamin B berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu

kemerah-merahan, sangat mudah larut dalam air yang akan

menghasilkan warna merah kebiru-biruan dan berflouresensi


23

kuat,selain mudah larut dalam air juga larut dalama alkohol,HCl dan

NaOH. Kelarutan Rhodamin B pada air adalah 50 g/L. Air keran

yang diklorinasi terurai dengan Rhodamin B.Cenderung menyerap

plastik dalam harus disimpan dalam wadah gelas. Rhodamin B

merupakan zat pewarna sintetik yang berbahaya rumus rhodamin B

adalah C28H31N2O3Cl (Nurpaida, 2018).

2. Bahaya Rhodamin B Pada Makanan


Rhodamin B adalah salah satu bahan pewarna sintesis

makanan yang dilarang penggunaanya di Indonesia utamanya sejak

1985 melalui peraturan mentri kesehatan.WHO secara resmi telah

mengumumkan bahwa zat tersebut berbahaya karena kandungan

logam beat dan sifat kimiawinyayang dapat memicu kanker. Karena

efek samping yang begitu besar. Akibat yang mungkin ditimbulkan

oleh Rhodmin B utamanya jika mengkonsumsi makanan yang

mengandung Rhodamin B. Berikut adalah beberapa bahaya

Rhodamin B pada makanan.

a. Iritasi saluran pernapasan

Akibat ini dengan hanya menghirup Rhodamin B Dalam

keadaan yang demikian, menjauhlah dari lokasi kejadian dan

gunkan masker. Iritasi pada pernpasan biasa menjadi berbahaya

hingga menjadi infeksi Paru-paru dan penyebabnya batu

berdarah.

b. Bibir pecah, kering, terkelupas, gatal dan iritasi padan kulit


24

Gangguan-gangguan kulit tampak setelah kulit atau bibir

mengalami kontak dengan Rhodamin B. Jika terjadi iritasi kulit

semacam ini, cucilah kulit dengan air sabun sehingga bersih

selama kurang lebih 15 hingga 20 menit.

c. Iritasi Mata

Rhodamin B yang sampai di mata dapat mengakibatkan

iritasi mata, mata merah dan timbulnya udem pada kelopak mata.

Jika gejala ini terjadi, bilas dengan air atau garam fisiologis sambil

mengedip-ngedipkan mata.

d. Keracunan

Keracunan makanan dapat terjadi ketika Rhodamin B

tertelan melewati batas minimal efek toksinya, yakni 500 mg/kg

BB.Berkumur bias menjadi solusi awal atas gejala yang biasanya

dimulai dengan mual, sakit perut dan air seni yang berwarna

merah muda atau merah. Namun demikian ketika terjadi muntah,

pastikan posisi kepala lebih rendah dari pinggul agar material

muntahan tidak masuk ke jalur pernapasan.Jika tidak sadarkan

diri, baringkan dan miringkan kepala korban ke satu sisi.

Anda biasa bayangkan seberapa ‘keras’ zat Rhodamin B

sehingga kontak-kontak kecil dengan zat tersebut saja sudah

mengakibatkan beberapa hal diatas.Karena itu, mengkonsumsi

makanan yang mengandung zat tersebut tentu mengakibatkan

dampak yang lebih buruk lagi. Apalagi, kandungan Rhodamin


25

juga langsung menyesar sistem pencernaan berdasarkan

penelitian pada seekor tikus yang menunjukkan bahwa konsumsi

makanan berhodamin B diketahui memunculkan gangguan pada

fungsi hati. Karena itu, pastikan anda sangat berhati-hati memilih

makanan produk yang akan dikonsumsi anda dan keluarga

(Nurpaida, 2018).

Rhodamin B dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui

cara inhlasi kontak pada kulit dan mata, serta tertelan kedalam

saluran pencernaan. Efek negatif yang mungkin terlihat adalah

terjadinya iritasi pada kulit, saluran pencernaan, saluran

pernapasan dan urine menjadi berwarna merah atau merah muda

(Rahmad Aditya pratama,2018).

1. Bahaya utama terhadap Kesehatan

paparan jangka pendek (Akut)

a. Jika terhirup dapat menyebabkan iritasi terhadap saluran

pernapasan seperti, batuk, sakit tenggorokan, sulit bernafas,

dan nyeri dada.

b. Jika kontak dengan kulit dapat menyebabkan iritasi terhadap

kulit timbul kemerahan dan rasa sakit.

c. Jika kontak dengan mata dapat menyebabkan luka pada mata

kelinci dan manusia seperti, luka parah seperti udema

kongjungtifa, hiperma, dan pengeluaran nanah, sehingga


26

terjadi keburaman total dan bahkan kerusakan jaringan serta

pengelupaan stromakornea (corneal stroma).

d. Jika tertelan menyebabkan efek racun. Paparan melalui

pewarna sayur yang mengandung Rhodamin B secara

berlebihan, menyebabkan urin berwarna merah atau merah

muda.

2. Kandungan Rhodamin B

Bahaya Rhodamin B bagi kesehatan disebabkan oleh

kandungan klorin (Clorida) yang dimilikinya. kandungan

tersebut merupakan senyawa holagen yang tidak hanya

berbahaya, akan tetapi juga reaktif, begitu tertelan tubuh, klorin

akan berusaha mendapat kestabilan dalam tubuh meski harus

dengan, mengikat senyawa-senyawa lain yang diikat tersebut

tidak lagi berfungsi dengan baik dan kinerja tubuh tidak lagi

optimal.

3. Komplikasi Akibat Rhodamin B

Umumnya, konsumsi terus-menerus terhadap makanan

yang mengandung Rhodamin B bersifat toksik akumulatif

sehingga efek negatifnya tidak langsung terasa.

Rhodamin B memiliki toksisitas yang rendah jika di

konsumsi berulang-ulang dalam waktu yang juga lama, efek

konsumsi makanan yang mengandung zat ini akan terasa

beberapa tahun kemudian.Rhodamin B memiliki toksisitas yang


27

rendah jika di konsumsi berulang-ulang dalam waktu yang juga

lama, efek konsumsi makanan yang mengandung zat ini akan

terasa beberapa tahun kemudian. Rhodamin B pada dasarnya

merupakan zat pewarna yang digunakan dalam industri tekstil dan

pembuatan kertas untuk menghasilkan warna cerah mencolok

sehingga menggoda konsumen (Nurpaida, 2018).

D. Tinjauan umum tentang metode kromatografi lapis tipis (KLT)


Kromatografi lapis tipis adalah suatu metode pemisahan

kromatografi yang fleksibel dan banyak digunakan. Metode analisis

kromatografi lapis tipis ( KLT) telah menjadi bagian dari teknik analisis

rutin pada laboratorium analisis dan pengembangan produk karena

memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan utama metode analisis

kromatografi lapis tipis dibandingkan dengan metode analisis

kromatografi cair kinerja tinggi adalah analisis beberapa sampel dapat

dilkukan secara simultan dengan menggunakan fase gerak dalam

jumlah kecil lebih ramah lingkungan.

Deteksi senyawa menjadi mudah ketika senyawa secara alami

dapat berwarna atau berfluoresensi atau menyerap sinar UV.

Penambahan pereaksi penampak noda dengan penyempotan atau

pencelupan terkadang diperlukan untuk menghasilkan turunan

senyawa-senyawa yang berwarna atau berfloresensi. Pada umumnya

senyawa aromatik terkonjungsi dan beberapa senyawa tak jenuh

dapat menyerap UV (Wulandari L, 2011).


28

Warna merupakan suatu sifat bahaan yang paling penting

untuk makanan adalah warna. Timbulnya warna di batasi oleh faktor

terhadap sumber sinar. pengaruh tersebut terlihat apabila suatu bahan

dilihat suatu tempat yang suram dan ditempat yang gelap akan

menimbulkan warna yang mencolok. Serat wol dapat digunakan untuk

analisa warna karena sifatnya yang dapat mengabsorbsi zat warna

baik asam maupun basa. Serat wol mengandung protein amfometer

yang mempunyai afinitas terhadap asam maupun basa dengan

membentuk gram. Proses yang dilakukan adalah proses pencelupan,

dimana pencelupan mendespresikan zat warna kedalam air

kemudian memasukkan benang wol kedalam larutan sehingga terjadi

penyerapan zat warna. Penyerapan zat warna tersebut merupakan

reaksi eksotermik dan reaksi keseimbangan (Nurpaida, 2018).

E. Kerangka konseptual
Saus sambal merupakan produk makanan yang berupa cairan

kental yang ditambahkan pada makanan yang berfungsi untuk

meningkatkan penampilan makanan, aroma dan rasa makanan. Saus

sambal diberi tambahan pewarna yang sangat mudah larut dalam air

yang akan menghasilkan warna merah untuk menarik perhatian

konsumen hingga pada saat proses pengolahanya di tambahkan zat

pewarna Rhodamin B. Rhodamin B termasuk zat pewarna yang

dilarang dan berbahaya jika tertelan oleh konsumen, karena dapat

menimbulkan dampak yang dapat merugikan kesehatan yaitu,

gangguan konsentrasi seperti gangguan tidur, gangguan emosi.


29

gangguan hiperaktif iritasi saluran pencernaan seprti memperparah

autisme, dan gangguan tekanan darah rendah, gangguan fungsi hati

seperti gangguan kandung kemih, kanker hati.

Saus sambal isi ulang

Berwarna merah

Zat pewarna

Rhodamin B

Konsumen

Gangguan kesehatan

Gambar 3. Skema Kerangka Konseptual.


30

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasi

laboratorik untuk melihat kadar Rhodamin B pada saus sambal.

B. Waktu Penelitian Dan Lokasi Penelitian


1. Lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Toksikologi Teknologi

Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Muhammadiyah

Makassar.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2019.

C. Populasi dan sampel


1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari sampel yang igin diteliti.

Sampel dalam penelitian ini adalah zat pewarna Rhodamin B pada

sambal isi ulang yang diperjual belikan di pasar Tradisional di Kota

Makassar.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti.

Sampel dari peneliti ini adalah saus sambal, dan sampel yang

digunakan sebanyak 10 sampel yang bermerk.


31

D. Teknik pengambilan sampel


Teknik pengambil sampel dalam penelitian ini adalah Porposive

sampling dengan kriteria sampel yaitu warnanya merah cerah

mengkilat dan lebih mencolok.

E. Variabel penelitian
1. Variabel bebas (Variabel Independen)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Rhodamin B.

2. Variable terikat (variabel dependen )

Variable terikat dalam penelitian ini adalah saus sambal.

F. Definisi operasional
1. Zat pewarna adalah salah satu bahan tambahan yang sengaja di

tambahkan kedalam suatu produk dengan maksud untuk

memperoleh tingkat mutu.

2. Rhodamin B adalah salah satu pewarna sintesis yang bisa

digunakan pada industri tekstil dan kertas.

3. Saus sambal merupakan produk makanan yang berupa cairan

kental yang ditambahakan pada makanan yang berfungsi untuk

meningkatkan penampilan makanan, aroma dan rasa makanan.

G. Prosedur penelitian
1. Pra Analitik

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah gelas ukur, batang

pengaduk, plate KLT, chamber, pensil, mistar, aluminium foil,


32

gelas kimia Erlenmeyer, labu ukur, neraca analitik, pipet tetes,

cawan proselin, pipet volum/gondok.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquadest,

alkohol 96%, etanol, Rhodamin B, sampel saus samabal, n-

butanol, asam asetat glacial (p).

2. Analitik

a. Pembuatan Larutan Rhodamin B 1000 ppm

Ditimbang 50 mg pewarna rhodamin B dimasukkan

kedalam labu ukur 5 ml lalu ditambahkan alkohol 96%

secukupnya dan dikocok hingga homogen. Kemudian

dicukupkan dengan alkohol 96% hingga garis tanda,

homogenkan.

b. Pembuatan Eluen

Dibuat eluen dari campuran n-butanol: asam asetat

glacial(p): aquadest dengan perbandingan 4:5:1 sebanyak

50 ml. Eluen didiamkan selama 30 menit dalam chambar.

c. Persiapan Sampel

Sampel di timbang kurang lebih 25 gram, kemudian

tambahkan Aquadest 20-50 ml, setelah itu tambahkan 1 ml

Asam asetat lalu, masukkan benang wool bebas lemak,

kemudian di didihkan di water bath selama 30 menit (benang

wol menyerap semua warna sampel). Pisahkan benang wool

ke beaker glass lalu, cuci dengan air mengalir, kemudian


33

tambahkan 20 ml Aquadest dan 1 ml NH4OH 5% kemudian

Didihkan setelah itu saring, tampung filtrat. Ulangi

penambahan 20 ml aquadest dan 1 ml NH4OH 5% didihkan

dan saring filtrat. Uapkan filtrat sampai volume 1 ml.

d. Pembuatan elusi :

Totolkan sampel dan standar pada plate KLT (2-12

cm) jarak penotolan 1.5 cm, kemudian lakukan proses elusi,

angkat dan keringkan plate lalu, deteksi peak (noda) dengan

melihat visual, jumlah, warna, retention factor (Rf) di bawah

lampu uv panjang gelobang 254 nm.

e. Identifikasi Sampel Menggunakan Metode Kromatografi

Lapis Tipis (KLT)

Pada plat KLT berukuran 20 x 20 cm diaktifkan

dengan cara di panaskan di dalam oven pada suhu 100 ℃

selama 30 menit. Masing-masing larutan sampel dan standar

rhodamin B50 ppm ditotolkan pada KLT dengan

menggunakan pipa kapiler pada jarak 2 cm dari bagian

bawah plat, kemudian dibiarkan beberapa saat sampai

mengering. Plat KLT yang telah mengandung cuplikan

dimasukkan kedalam chamber yang terlebih dahulu telah

dijebuhkan dengan eluen dengan fase gerak berupa N-

butanol etil asetat, dan aquadest (4:5:1), dibiarkan eluen

bergerak hingga batas tepuh eluen yang telah ditentukan.


34

Kemudian plat KLT diangkat dan dikeringkan diudara.

Diamati noda secara visual dan dibawa sinar UV 254 nm dan

366 nm.

3. Pasca analitik

Interpretasi Hasil

Uji kualitatif di tandai dengan adanya warna noda merah

terang, jumlah noda, dengan menghitung Rf sebagai berikut :

jarak yang ditempuh solut


Rf=
jarak yang ditempuh fase gerak
35

H. Kerangka Operasional

Saus sambal

Preparasi sampel

Uji kromatografi lapis


tipis

jumlah, noda, warna, Rf


(bandingkan dengan kontrol positif)
b

Hasil

Analisa data

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 2. Skema Kerangka Operasional

I. Analisa data

Data akan diolah secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk

tabel dengan membandingkan kontrol positif.


36

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 9 -10

Mei 2019 dilaksanakan di laboratorium medis politeknik kesehatan

Muhammadiyah Makassar. Identifikasi zat pewarna rhodamin B

pada saus sabal isi ulang yang di perjual belikan di pasar

tradisional kota Makassar dengan metode kromatografi lapis tipis di

peroleh hasil sebagai berikut

Tabel.1. Hasil Identifikasi Zat Pewarna Rhodami B pada saus

sambal isi ulang.

No Kode sampel Hasil Nilai Rf Keterangan


Rhodamin
B
1 Kontrol Positif `1,3 cm Terdapat Noda pada plate KLT
2 Sampel 1 Negatif - Tidak terdapat noda padaplate KLT
3 Sampel 2 Negatif - Tidak terdapat noda pada plate KLT
4 Sampel 3 Negatif - Tidak terdapat noda pada plate KLT
5 Sampel 4 Negatif - Tidak terdapat noda pada plate KLT
6 Sampel 5 Negatif - Tidak terdapat noda pada plate KLT
7 Sampel 6 Negatif - Tidak terdapat noda pada plate KLT
8 Sampel 7 Negatif - Tidak terdapat noda pada plate KLT
9 Sampel 8 Negatif - Tidak terdapat noda pada plate KLT
10 Sampel 9 Negatif - Tidak terdapat noda pada plate KLT

11 Sampel 10 Negatif - Tidak terdapat noda pada plate KLT

Sumber: Data primer, 2019.


37

B. PEMBAHASAN

Saus sambal tersedia dalam berbagai merek dan warna.

Banyaknya jenis merek saus sambal yang beredar di pasar

menyebabkan konsumen memiliki kebebasan dalam memilih

produk yang akan di konsumsinya dan pewarna yang di tambahkan

untuk mengubah warna produk lebih menarik bagi konsumen,

sehingga berfungsi untuk meningkatkan penampilan makanan,

aroma, rasa makanan. Namun warna yang menarik dapat berasal

dari pewarna yang berbahaya.

Pada penelitan ini dilakukan indentifikasi Rhodamin B pada 10

sampel saus sambal yang menggunakan metode kromatografi lapis

tipis (KLT). Pada 10 Pasar Tradisional Kota Makassar seperti,

Pasar Tradisional Pabaeng-baeng, Pasar Tradisioanal Toddopuli,

Pasar Tradisional Antang, Pasar Tradisional Maricayya, Pasar

Tradisional Senggol, Pasar Tradisional Terong, Pasar Tradisional

Tamamaung, Pasar Tradisional Tamalate, Pasar Tradisional Daya,

Pasar Tradisional Sambung jawa dimana sampel saus sambal yang

di ambil berdasarkan krateria seperti, saus sambal yang berwarna

merah cerah, mengkilat dan mencolok.

Langkah pertama yang dilakukan untuk mengidentifikasi

Rhodamin B yaitu proses ekstraksi Rhodamin B yaitu dilarutkan

dengan alcohol 96% yang berfungsi untuk melarutkan suatu zat.


38

Selanjutnya dibuat larutan baku yang berfungsi sebagai larutan

pembanding yang sudah di ketahui nilai konsentrasinya. Kemudian

masing-masing larutan saus sambal dan larutan baku Rhodamin B

(Sebagai standar). Diidentifikasi dengan menotolkan masing-

masing larutan tersebut pada plat KLT, setelah itu dimasukkan ke

dalam chamber yang sudah terisi dengan eluen yang sudah

dijenuhkan, dengan fase gerak berupa N-butanol, etil asetat

(CH3COOH) dan aquadest dengan perbandingan (4:5:1). Noda

hasil KLT diamati secara visual, pada lapu dan dihitung nilai Rfnya.

Hasil identifikasi pada 10 sampel saus sambal, tidak ditemukan

adanya pewarna Rhodamin B berdasarkan hasil pengamatan yang

dilakukan di bawah sinar uv 366 nm tidak menunjukan adanya

bercak noda pada plate KLT. Pada kontrol positif Rhodamin B

Rfnya sebesar 1,3 cm sedangkan pada sampel 1 dan sampel 10

negatif.

Pewarna rhodamin B merupakan pewarna sintesis yang tidak di

perbolehkan penggunaanya dalam saus sambal, makanan, dan

minuman. Penggunaan hodamin B pada makanan dalam waktu

lama akan mengakibatkan gangguan fungsi hati, bibir pecah,

kering, terkelupas, dan gatal namun demikian bila tertelan dalam

jumlah besar dalam waktu singkat akan terjadi gejala akut

keracunan rhodamin B. Apabila digunakan sebagai pewarna dalam

saus sambal akan menyebabkan terjadinya iritasi pada saluran


39

pernapasan dan apabila terpapar dengan konsentrasi yang tinggi

akan menyebabkan kerusakan hati.


40

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 10

sampel saus sambal dengan menggunakan kromatografi lapis

tipis (KLT) dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat adanya

Rhodamin B.

B. Saran

1. Bagi masyarakat dalam mengkonsumsi saus sambal harap

memperhatikan mutu dan kualitas, namun tetap

mewaspadai bahan tambahan makanan lainnya, yang

dapat berbahaya bagi kesehatan.

2. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan

pemeriksaan pewarna sintetik yang lain pada saus tomat.


41

DAFTAR PUSTAKA

Rahmad Aditya pratama, 2018. Analisis Rhodamin B perona pipi yang


beredar di kota Makassar. Poltekkes muhammadiyah Makassar.

Alpindo,2016.Peningkatan kualitas sambal ferm entasi melalui


penambahan garam dan bahan penstabil, vol. III, No. 1.

Andarwulan, N. Kusnandar, F. Herawati, D. 2006. Analisis pangan. Dian


rakyat. Jakarta.

Badan POM RI. 2008. Rhodamin B. Direktorat pengawasan produk bahan


berbahaya. Jakarta.

Halimah, 2016.Pengujian kandungan zat pewarna Rhodamin B pada


beberapa jenis makanan dengan mini spektrofotometer absorbsi
portable.Vol. 4.

Ifu, A.L, Tamrin, Sadimantara, M.S. 2016. Analisis kandungan Rhodamin


B pada sambal botol yang di perdagangkan di pasar moderen kota
kendari. Vol. 1, no. 3.

Junari, 2016.Indentifikasi Rhodamin B pada makanan ringan yang tidak


bermerek yang diperjual belikan dipasar Tradisional Kota
Makassar.

Nurpaida, 2018.Identifikasi rhodamin B pada sagu mutiara yang di perjual


belikan di pasar tradisional.Poltekkes muhammadiyah makassar.
19 maret 2019

Sastra delia , 2015. Pengambilan keputusan rumah tangga dalam


membeli saus sambal botol di bandar lampung.Vol, 3 no. 1.18
maret 2019

Wahyu, utami. 2009. Analisa Rhodamin B dalam jajanan pasar dengan


metode kromatografi lapis tipis.jurnal sain dan teknologi. vol. 10.
No. 1. 22 maret 2019

Winarno, 2018. Identifikasi Rhodamin B dalam saus sambal yang beredar


di pasartradisional dan modern kota Denpasar. 15 maret 2019.

Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka utama.
Jakarta.
42

Wulandari L, 2011. Kromatografi lapis tipis. PT. Taman Kampus presindo.

LAMPIRAN
43

Lampiran 1. Surat Penelitian


44

Lampiran 2. Surat Keterangan


45

Lampiran 3. Lembar Hasil Penelitian


46

Lampiran 4. Perhitungan nilai Rf


47

jarak yang di tepuh solut


Rf =
jarak yang di tempuh fase gerak

4
Control : Rf = = 1,3
3

Lampiran 3. Dokumentasi Peneliti


48

Gambar 3. SampelGambar
Saus sambal.
4. Persiapan Alat

Gambar 6. Tambahkah
Aquadest 30 ml.
49

Gambar 7. Dididihkan selama .


Gambar 8. Tambahkan Aquadest
30 menit.
20 ml dan NH4OH 5% 1 ml.

Gambar 9. Didihkan sampai


Volume 1 ml.

Gambar 10. Dilakukan Gambar 11. Dibiarkan eluen

Penotolan pada plate KLT bergerak hingga batas tempuh

Gambar . Pengamatan di bawah lampu uv.


50

Gambar 12. Kontrol positif Gambar 13. Sampel 1dan 2

Gambar 14. Sampel 3 dan 4 Gambar 15. Sampel 5 dan 6

Gambar 17. Sampel 9 dan 10


Gambar 16. Sampel 7 dan 8

Anda mungkin juga menyukai