Disusun Oleh :
Martinnius 1341177004031
Ibnu G 1341177004146
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas Audit IT dengan judul “framework CMMI
(Capability Maturity Model Integrated)“
Dalam penulisan ini kami ucapkan terimakasih kepada pihak - pihak yang telah
membantu. Khususnya kepada Ibu Nina Sulistiyowati, ST., M.Kom. selaku dosen Audit IT
yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran dalam pelaksanaan bimbingan,
pengarahan, dan dorongan dalam rangka penyelesaian Makalah ini.
Kami menyadari bahwa yang kami buat masih banyak kekurangannya baik dari
teknis penulisan maupun materi. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak kami
harapkan demi penyempurnaan tugas ini, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................1
1.2. Rumasan Masalah..............................................................................................1
1.3. Tujuan Masalah..................................................................................................1
1.4. Manfaat..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1. Apa itu CMMI?...................................................................................................3
2.2. Sejarah CMMI.....................................................................................................4
2.3. Tujuan Framework.............................................................................................5
2.4. CMMI vs. ISO......................................................................................................5
2.5. Keuntungan Menggunakan CMMI Framework...................................................5
2.6. Level dalam penerapan CMMI...........................................................................6
2.7. studi kasus ( Huawei CMMI level 5 )...................................................................8
BAB III PENUTUP................................................................................................................9
3.1. Kesimpulan.........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1
1.4. Manfaat
1. Bagi perusahaan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan refensi, dan sumber pengetahuan bagi
perusahaan. Penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan lebih jauh lagi di penelitian
selanjutnya.
1.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Gambar 2.1 22 Process Area
CMMI, yang pada awalnya disebut CMM (Capability Maturity Model) sebagai
ukuran standar kematangan pengembangan perangkat lunak memiliki sejarah panjang,
sebelum diterima secara global. Diawali oleh Walter Shewhart di tahun 1930, yang
memulai penelitian tentang perbaikan proses dengan metode kontrol kualitas statistik.
Yang kemudian semakin diperluas oleh W. Edwards Deming, Philip Crosby dan Joseph
Juran di era 80-an. Watts Humprey, Ron Radice dan lainnya semakin mengembangkan
penelitian ini, melalui serangkaian implementasi di IBM dan SEI [6][8][9]. CMM
kemudian mulai dikembangkan, hingga akhirnya diakui sebagai salah satu standar
ukuran kematangan kapabilitas pengembang perangkat lunak. Apalagi sejak DOD
(Departement of Defense) Pemerintah Amerika Serikat, mensyaratkan bahwa setiap
pengembang perangkat lunak yang mendapatkan proyek dalam lingkungan DOD, harus
memiliki tingkat kematangan CMM level 3, perkembangan CMM semakin mendunia.
Dalam perkembangan yang selanjutnya, selama kurun waktu 20 tahun lebih, dan
semakin banyak perusahaan pengembang perangkat lunak yang menunjukkan hasil yang
signifikan akibat penggunaan CMM, maka, semakin banyak pula perusahaan yang
mencoba menerapkan skema CMM dalam mendukung proses bisnis perusahaan.
Penggunaan CMM pun semakin meluas, bukan saja pada sebatas industri perangkat
4
lunak, tapi semakin meluas pada industri lainnya. Oleh karena itu, SEI pun mulai
mengembangkan suatu model standar ukuran kematangan yang baru, yang bisa
diterapkan kepada seluruh industri, lahirlah yang dinamakan CMMI atau Capability
Maturity Model Integration.
Perbedaan CMMI dan ISO terletak pada ketelitiannya. Bila kita ingin perusahaan
kita mendapat sertifikasi ISO, perusahaan kita harus memiliki Standard Operating
Procedure (SOP) yang tertulis. Kemudian kita harus membuktikan pada badan sertifikasi
bahwa SOP tersebut kita jalankan dengan baik. Apa saja yang kita tulis dalam SOP bebas
terserah kita. ISO tidak mengatur sampai ke tingkat itu.
Berbeda dengan CMMI, selain kita punya SOP, dia punya aturan khusus tentang isi
SOP. Misalnya, kalau kita melakukan analisa kebutuhan (requirement gathering), ada
beberapa aturan yang harus diikuti, misalnya:
Pernyataan kebutuhan user harus dicatat
Pernyataan kebutuhan harus dikonfirmasi ke user
kebutuhan harus disetujui kedua pihak
Kalau ada perubahan, harus dicatat
Antara kebutuhan dan software yang dideliver, harus bisa dilacak bolak-balik
Singkatnya, jika perusahaan telah lulus ISO, belum tentu perusahaan tersebut
lulus CMMI. Sebaliknya, perusahaan telah lulus CMMI, besar kemungkinan perusahaan
tersebut akan langsung lulus ISO bila mengikut sertifikasinya
5
7. Mempunyai fitur-fitur yang bersifat institusional, yaitu komitmen,
kemampuan untuk melakukan sesuatu, analisis dan pengukuran serta
verifikasi implementasi.
8. Tersedianya “Road Map” untuk peningkatan lebih lanjut.
Pada ML1 ini proses biasanya berbentuk ad hoc. Sukses pada level ini didasarkan
pada kerja keras dan kompetensi yang tinggi orang-orang yang ada di dalam organisasi
tersebut atau dapat juga dikatakan perusahaan ini belum menjalankan tujuan dan
sasaran yang telah didefinisikan oleh CMMI.
Pada ML2 ini sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals
pada Level 2. Semua pekerjaan yang berhubungan dengan dengan proses-proses yang
terjadi saling menyesuaikan diri agar dapat diambil kebijakan. Setiap orang yang berada
6
pada proses ini dapat mengakses sumber daya yang cukup untuk mengerjakan tugas
masing-masing. Setiap orang terlibat aktif pada proses yang membutuhkan. Setiap
aktivitas dan hasil pekerjaan berupa memonitor, mengontrol, meninjau, serta
mengevaluasi untuk menjaga kekonsistenan pada deskripsi yang telah diberikan.
Pada ML3 ini sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals
pada Level 2 dan Level 3. Proses dicirikan dengan terjadinya penyesuaian dari kumpulan
proses standar sebuah organisasi menurut pedoman-pedoman pada organisasi tersebut,
menyokong hasil kerja, mengukur, dan proses menambah informasi lain menjadi milik
organisasi.
Pada ML4 ini, sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals
yang ada pada Level 2, 3, dan 4. Proses yang terjadi dapat terkontrol dan ditambah
menggunakan ukuran-ukuran dan taksiran kuantitatif. Sasaran kuantitatif untuk kualitas
dan kinerja proses ditetapkan dam digunakan sebagai kreteria dalam manajemen
proses.
Pada ML5 ini suatu organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals
yang ada di Level 2, 3, 4, dan 5. ML5 fokus kepada peningkatan proses secara
berkesinambungan melalui inovasi teknologi.
7
yang tujuan akhirnya adalah memaksimalkan keuntungan dan memberikan nilai
tambah bagi pelanggan.
Pada akhir September 2008, sekitar 44% dari total 96.800 karyawan Huawei
terlibat dalam R&D. Sebagai bagian terintegrasi dari keseluruhan proses, Huawei
menanamkan kembali 10% pendapatan dari hasil penjualannya untuk riset dan
pengembangan di mana 10% tersebut diarahkan untuk mendanai
pengembangan berbagai teknologi mutakhir dan teknologi dasar setiap
tahunnya.
Perusahaan Internasional lainnya yang meraih level maturity 5 adalah Toshiba,
NASA dan ATSI (The Association of Thai Software Industry)
8
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dalam menentukan level CMMI sebuah perusahaan IT, diperlukan adanya GP dan
SP yang telah ditetapkan dari PA setiap level. CMMI membantu sebuah perusahaan IT
untuk membangun langkah maju dengan lebih baik, dengan adanya pembagian level
kedewasaan maka perusahaan juga dapat mengukur seberapa jauh mereka sudah
melangkah dan apa yang bisa menjadi salah satu jaminan bagi mereka dalam
menawarkan produknya kepada customer.
9
DAFTAR PUSTAKA
Materi Framework Proses Bisnis Perusahaan Telekomunikasi (CMMI), Universitas
Telkom
TMF GB921 Release 6.0.2004.CMMI The Business Process Framework for the Information
and Communication Services industry : TMF Approved version 4.0 (online)
Jenny H, "CMMI and ITIL - An IT Outsourcing Service Provider", BPTrends Journal CMMI
and ITIL,2005
Faride L, Enriched CMMI Framework in Service Deliver Operation through Alignment with
COBIT5 Strategic Objectives, Islamic Azad University, Iran, 2014.
http://meeinstan.wordpress.com/2011/05/13/apa-itu-cmmi-capability-maturitymodel-
integrated/
http://id.m.wikipedia.org/wiki/CMMI http://kbbi.web.id/standar-2
https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100720013213AAS6qf8
10