Anda di halaman 1dari 15

FRAMEWORK AUDIT IT CMMI

(Capability Maturity Model Integrated)

Diajukan Untuk Tugas Mata Kuliah Audit IT


Dosen : Nina Sulistiyowati, S.T., M.Kom

Disusun Oleh :

Martinnius 1341177004031
Ibnu G 1341177004146

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas Audit IT dengan judul “framework CMMI
(Capability Maturity Model Integrated)“

Dalam penulisan ini kami ucapkan terimakasih kepada pihak - pihak yang telah
membantu. Khususnya kepada Ibu Nina Sulistiyowati, ST., M.Kom. selaku dosen Audit IT
yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran dalam pelaksanaan bimbingan,
pengarahan, dan dorongan dalam rangka penyelesaian Makalah ini.

Kami menyadari bahwa yang kami buat masih banyak kekurangannya baik dari
teknis penulisan maupun materi. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak kami
harapkan demi penyempurnaan tugas ini, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

Karawang , November 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................1
1.2. Rumasan Masalah..............................................................................................1
1.3. Tujuan Masalah..................................................................................................1
1.4. Manfaat..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1. Apa itu CMMI?...................................................................................................3
2.2. Sejarah CMMI.....................................................................................................4
2.3. Tujuan Framework.............................................................................................5
2.4. CMMI vs. ISO......................................................................................................5
2.5. Keuntungan Menggunakan CMMI Framework...................................................5
2.6. Level dalam penerapan CMMI...........................................................................6
2.7. studi kasus ( Huawei CMMI level 5 )...................................................................8
BAB III PENUTUP................................................................................................................9
3.1. Kesimpulan.........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 22 Process Area.........................................................................................4

Gambar 2.2 level penerapan CMMI..............................................................................6

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Berkembangnya dunia teknologi sekarang, menimbulkan persaingan yang ketat


antara perusahaan IT satu dengan lainnya dalam mempertahankan fungsi bisnis mereka.
Untuk mempertahankan hal tersebut, tiap perusahaan akan menentukan teknologi yang
akan membantu mereka dalam beroperasi. Akan tetapi, teknologi yang digunakan
bukanlah sesuatu yang mudah untuk dicapai,dibutuhkan pengesahan atau pengalaman
dalam mengoperasikan teknologi tersebut. Hal ini menyebabkan diadakannya standar
penilaian yang disebut dengan Capability Maturity Model Integration (CMMI). Dengan
adanya standardisasi, organisasi dapat berkembang dengan lebih terarah. Semua
anggota organisasi mulai dari programmer, analis, tester, manajer dan direktur
mengetahui apa jobdesk masing- masing pribadi. Apa yang harus disediakan bagi pihak
lain dan juga apa yang bisa diharapkan dari divisi lain. Dengan demikian, tidak banyak
usaha yang sia-sia karena miss-communication atau kurangnya koordinasi.

Sayangnya, dunia enterpreneur IT di Indonesia masih jarang yang


memperhatikan standardisasi ini, karena adanya beberapa faktor misalnya, tidak
mengerti bahasa Inggris, standar luar negeri tidak cocok untuk kondisi lokal,
standar hanya membuat organisasi merasa monoton dan membosankan.

1.2. Rumasan Masalah


Untuk mengetahui standar lebih dalam lagi, rumusan masalah yang ada yaitu :

1. Bagaimana sebuah perusahaan dapat mengklaim standar CMMI ?

2. Bagaimana pengklasifikasian standar CMMI?

1.3. Tujuan Masalah

Dengan adanya CMMI, setiap bagian-bagian penting perusahaan dapat


berkoordinasi dengan baik sehingga mengakibatkan tujuan perusahaan dapat berjalan
dengan lancar.

1
1.4. Manfaat

Makalah ini memiliki beberapa manfaat berbagai pihak, diantaranya:

1. Bagi perusahaan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan refensi, dan sumber pengetahuan bagi
perusahaan. Penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan lebih jauh lagi di penelitian
selanjutnya.

1.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Apa itu CMMI?

Capability Maturity Model Integration (CMMI) merupakan suatu model


pendekatan dalam penilaian skala kematangan dan kemampuan sebuah organisasi
perangkat lunak. CMMI pada awalnya dikenal sebagai Capability Maturity Model (CMM)
yang dikembangkan oleh Software Enginnering Institute di Pittsburgh pada tahun 1987.
Namun perkembangan selanjutnya CMM menjadi CMMI. CMMI mendukung proses
penilaian secara bertingkat. Penilaiannya tersebut berdasarkan kuisioner dan
dikembangkan secara khusus untuk perangkat lunak yang juga mendukung peningkatan
proses.
CMMI adalah suatu pendekatan perbaikan proses yang memberikan unsur-unsur
penting proses efektif bagi organisasi. Praktik-praktik terbaik CMMI dipublikasikan
dalam dokumen-dokumen yang disebut model, yang masing-masing ditujukan untuk
berbagai bidang yang berbeda.
Dirumuskan sistem penilaian vendor berupa maturity level. Maturity Level di
CMMI ada 5, mulai dari yang terendah Maturity Level 1 hingga Maturity Level 5. Bila
perusahaan telah mencapai Maturity Level-5, maka perusahaan tersebut bisa ikut dalam
tender proyek software Rudal Patriot. Tidak terlalu dijelaskan apa itu Rudal Patriot.
Setiap Maturity Level memiliki seperangkat Process Area yaitu Generic Practices (GP)
dan Specific Practices (SP) yg harus dipenuhi agar perusahaan berhak menggunakan titel
Maturity Level tersebut. Sebagai contoh, bila perusahaan ingin lulus Maturity Level-2,
maka perusahaan harus mengimplementasikan 7 process area. Untuk mencapai
Maturity Level-3, perusahaan harus mengimplementasikan 7 process area dari Maturity
Level-2 ditambah dengan 11 process area dari Maturity Level-3. Demikian seterusnya,
sehingga Maturity Level-5 yang sudah mengimplementasikan 22 process area.
CMMI memiliki 4 aturan yang dapat disesuaikan menurut organisasisoftw are, yakni:
System Engineering(SE), Software Engineering(SW ), Integrated Product and Process
Development (IPPD), dan Supplier Sourcing (SS).
CMMI terdiri dari rangkaian practices. Dalam rangkaian practices ini ada rambu-
rambu atau rekomendasi yang dapat diikuti. Practices dalam CMMI dibagi menjadi dua,
yaitu Generic Practices (GP) dan Specific Practices (SP). Bila kita sudah
mengimplementasikan practices dengan sempurna, kita dianggap sudah memenuhi
Goals. Sama seperti practices, ada Generic Goals (GG) dan Specific Goals (SG). SG dan SP
dikelompokkan menjadi Process Area (PA). Total ada 22 Process Area dalam CMMI for
Development versi 1.2. 22 Process Area tersebut dapat dilihat dalam gambar di bawah.

3
Gambar 2.1 22 Process Area

2.2. Sejarah CMMI

CMMI, yang pada awalnya disebut CMM (Capability Maturity Model) sebagai
ukuran standar kematangan pengembangan perangkat lunak memiliki sejarah panjang,
sebelum diterima secara global. Diawali oleh Walter Shewhart di tahun 1930, yang
memulai penelitian tentang perbaikan proses dengan metode kontrol kualitas statistik.
Yang kemudian semakin diperluas oleh W. Edwards Deming, Philip Crosby dan Joseph
Juran di era 80-an. Watts Humprey, Ron Radice dan lainnya semakin mengembangkan
penelitian ini, melalui serangkaian implementasi di IBM dan SEI [6][8][9]. CMM
kemudian mulai dikembangkan, hingga akhirnya diakui sebagai salah satu standar
ukuran kematangan kapabilitas pengembang perangkat lunak. Apalagi sejak DOD
(Departement of Defense) Pemerintah Amerika Serikat, mensyaratkan bahwa setiap
pengembang perangkat lunak yang mendapatkan proyek dalam lingkungan DOD, harus
memiliki tingkat kematangan CMM level 3, perkembangan CMM semakin mendunia.

Dalam perkembangan yang selanjutnya, selama kurun waktu 20 tahun lebih, dan
semakin banyak perusahaan pengembang perangkat lunak yang menunjukkan hasil yang
signifikan akibat penggunaan CMM, maka, semakin banyak pula perusahaan yang
mencoba menerapkan skema CMM dalam mendukung proses bisnis perusahaan.
Penggunaan CMM pun semakin meluas, bukan saja pada sebatas industri perangkat

4
lunak, tapi semakin meluas pada industri lainnya. Oleh karena itu, SEI pun mulai
mengembangkan suatu model standar ukuran kematangan yang baru, yang bisa
diterapkan kepada seluruh industri, lahirlah yang dinamakan CMMI atau Capability
Maturity Model Integration.

2.3. Tujuan Framework


Melanjutkan pengaturan visi industri agar sukses dalam persaingan sampai
pengimplementasian proses bisnis yang mengendalikan pendekatan untuk mengatur
perusahaan.

2.4. CMMI vs ISO

Perbedaan CMMI dan ISO terletak pada ketelitiannya. Bila kita ingin perusahaan
kita mendapat sertifikasi ISO, perusahaan kita harus memiliki Standard Operating
Procedure (SOP) yang tertulis. Kemudian kita harus membuktikan pada badan sertifikasi
bahwa SOP tersebut kita jalankan dengan baik. Apa saja yang kita tulis dalam SOP bebas
terserah kita. ISO tidak mengatur sampai ke tingkat itu.
Berbeda dengan CMMI, selain kita punya SOP, dia punya aturan khusus tentang isi
SOP. Misalnya, kalau kita melakukan analisa kebutuhan (requirement gathering), ada
beberapa aturan yang harus diikuti, misalnya:
 Pernyataan kebutuhan user harus dicatat
 Pernyataan kebutuhan harus dikonfirmasi ke user
 kebutuhan harus disetujui kedua pihak
 Kalau ada perubahan, harus dicatat
 Antara kebutuhan dan software yang dideliver, harus bisa dilacak bolak-balik
Singkatnya, jika perusahaan telah lulus ISO, belum tentu perusahaan tersebut
lulus CMMI. Sebaliknya, perusahaan telah lulus CMMI, besar kemungkinan perusahaan
tersebut akan langsung lulus ISO bila mengikut sertifikasinya

2.5. Keuntungan Menggunakan CMMI Framework

Beberapa keuntungan yang diperoleh saat perusahaan menerapkan CMMI:


1. Penilaian studi kualitas (assessing) atas proses kematangan (maturity) terkini.
2. Meningkatkan kualitas struktur organisasi dan pemrosesan dengan mengikuti
pendekatan best-practice.
3. Digunakan dalam proses uji-kinerja (benchmarking) dengan organisasi
lainnya.
4. Meningkatkan produktivitas dan menekan resiko proyek.
5. Menekan resiko dalam pengembangan perangkat lunak.
6. Meningkatkan kepuasan pelanggan.

5
7. Mempunyai fitur-fitur yang bersifat institusional, yaitu komitmen,
kemampuan untuk melakukan sesuatu, analisis dan pengukuran serta
verifikasi implementasi.
8. Tersedianya “Road Map” untuk peningkatan lebih lanjut.

2.6. Level dalam penerapan CMMI

2.2 level penerapan CMMI

Maturity level 1 - Initialized

Pada ML1 ini proses biasanya berbentuk ad hoc. Sukses pada level ini didasarkan
pada kerja keras dan kompetensi yang tinggi orang-orang yang ada di dalam organisasi
tersebut atau dapat juga dikatakan perusahaan ini belum menjalankan tujuan dan
sasaran yang telah didefinisikan oleh CMMI.

Maturity level 2 - Managed

Pada ML2 ini sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals
pada Level 2. Semua pekerjaan yang berhubungan dengan dengan proses-proses yang
terjadi saling menyesuaikan diri agar dapat diambil kebijakan. Setiap orang yang berada

6
pada proses ini dapat mengakses sumber daya yang cukup untuk mengerjakan tugas
masing-masing. Setiap orang terlibat aktif pada proses yang membutuhkan. Setiap
aktivitas dan hasil pekerjaan berupa memonitor, mengontrol, meninjau, serta
mengevaluasi untuk menjaga kekonsistenan pada deskripsi yang telah diberikan.

Maturity level 3 - Defined

Pada ML3 ini sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals
pada Level 2 dan Level 3. Proses dicirikan dengan terjadinya penyesuaian dari kumpulan
proses standar sebuah organisasi menurut pedoman-pedoman pada organisasi tersebut,
menyokong hasil kerja, mengukur, dan proses menambah informasi lain menjadi milik
organisasi.

Maturity level 4 – Quantitatively Managed

Pada ML4 ini, sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals
yang ada pada Level 2, 3, dan 4. Proses yang terjadi dapat terkontrol dan ditambah
menggunakan ukuran-ukuran dan taksiran kuantitatif. Sasaran kuantitatif untuk kualitas
dan kinerja proses ditetapkan dam digunakan sebagai kreteria dalam manajemen
proses.

Maturity level 5 - Optimizing

Pada ML5 ini suatu organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals
yang ada di Level 2, 3, 4, dan 5. ML5 fokus kepada peningkatan proses secara
berkesinambungan melalui inovasi teknologi.

2.7. studi kasus ( Huawei CMMI level 5 )

 Litbang di Huawei menjadi bagian terpenting dari industri teknologi baik


software maupun hardware. Inilah yang membuat Huawei terbukti responsif
terhadap kebutuhan masa depan dan masa kini pelanggan. Investasi di area ini
penting untuk terus-menerus mengembangkan teknologi, solusi dan layanan

7
yang tujuan akhirnya adalah memaksimalkan keuntungan dan memberikan nilai
tambah bagi pelanggan.
 Pada akhir September 2008, sekitar 44% dari total 96.800 karyawan Huawei
terlibat dalam R&D. Sebagai bagian terintegrasi dari keseluruhan proses, Huawei
menanamkan kembali 10% pendapatan dari hasil penjualannya untuk riset dan
pengembangan di mana 10% tersebut diarahkan untuk mendanai
pengembangan berbagai teknologi mutakhir dan teknologi dasar setiap
tahunnya.
 Perusahaan Internasional lainnya yang meraih level maturity 5 adalah Toshiba,
NASA dan ATSI (The Association of Thai Software Industry)

8
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dalam menentukan level CMMI sebuah perusahaan IT, diperlukan adanya GP dan
SP yang telah ditetapkan dari PA setiap level. CMMI membantu sebuah perusahaan IT
untuk membangun langkah maju dengan lebih baik, dengan adanya pembagian level
kedewasaan maka perusahaan juga dapat mengukur seberapa jauh mereka sudah
melangkah dan apa yang bisa menjadi salah satu jaminan bagi mereka dalam
menawarkan produknya kepada customer.

9
DAFTAR PUSTAKA
Materi Framework Proses Bisnis Perusahaan Telekomunikasi (CMMI), Universitas
Telkom

Enhanced Telecom Operations MapTM, The Business Process Framework v5

TMF GB921 Release 6.0.2004.CMMI The Business Process Framework for the Information
and Communication Services industry : TMF Approved version 4.0 (online)

Jenny H, "CMMI and ITIL - An IT Outsourcing Service Provider", BPTrends Journal CMMI
and ITIL,2005

TM Forum, Business Process Framework CMMI - v12, TM Forum, USA, 2012.

Faride L, Enriched CMMI Framework in Service Deliver Operation through Alignment with
COBIT5 Strategic Objectives, Islamic Azad University, Iran, 2014.

TM (TeleManagement) Forum, https://www.tmforum.org/, diakses pada 07-November-


2016.

http://meeinstan.wordpress.com/2011/05/13/apa-itu-cmmi-capability-maturitymodel-
integrated/

http://id.m.wikipedia.org/wiki/CMMI http://kbbi.web.id/standar-2

https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100720013213AAS6qf8

10

Anda mungkin juga menyukai