Anda di halaman 1dari 36

Kelompok III

1. RIDZAL SAIFUL ZEIN


2. FADH RYAL PRIS
3. EKA SETIAWAN PRATAMA
4. VILLIMON MAHUBESSY
5. SEFNATH J ETWAN SARWUNA
Capability Maturity Model

Apa itu Capability Maturity Model ?


Capability Maturity Model (CMM) adalah model kematangan kemampuan
(kapabilitas) untuk membantu pendefinisian dan pemahaman proses-proses pada
suatu organisasi.

Sejarah Capability Maturity Model


Pengembangan model ini dimulai pada tahun 1986 oleh SEI (Software
Engineering Institute) atas permintaan Departemen Pertahanan Amerika Serikat,
Departement of Defense(DOD). CMM awalnya ditujukan sebagai suatu alat untuk
secara objektif menilai kemampuan kontraktor pemerintah untuk menangani
proyek perangkat lunak yang diberikan. Walaupun berasal dari bidang
pengembangan perangkat lunak, model ini dapat juga diterapkan sebagai suatu
model umum yang membantu pemahaman kematangan kapabilitas proses
organisasi di berbagai bidang. Misalnya rekayasa perangkat lunak, rekayasa
sistem, manajemen proyek, manajemen risiko, teknologi informasi, serta
manajemen sumber daya manusia.
Pengertian CMM secara harfiah:

Capability diterjemahkan menjadi kapabilitas yang berarti


kemampuan yang bersifat laten. Capability lebih mengarah kepada
integritas daripada kapabilitas itu sendiri. Definisi integritas adalah
kemampuan untuk menepati janji.
Maturity berarti matang atau dewasa. Matang merupakan hasil proses.
Model didefinisikan sebagai suatu penyederhanaan yang representatif
terhadap keadaan di dunia nyata.

Jadi secara keseluruhan CMM dapat didefinisikan sebagai berikut :


CMM adalah sebuah penyederhanaan representatif yang digunakan untuk
mengukur tingkat kematangan sebuah software development house dalam
menyajikan, membuat, dan mengembangkan perangkat lunak sebagaimana
telah dijanjikan secara tertulis dalam perjanjian kerja sama.
Keyword utama dari CMM adalah mengukur. Mengukur didefinisikan sebagai
suatu proses untuk memetakan sebuah kondisi ke dalam sebuah skala/ukuran.

Nilai-nilai yang dilihat dalam pengukuran CMM:


1. Apa yang diukur (Parameter)
2. Bagaimana cara mengukurnya (Metode)
3. Bagaimana standar penilaiannya (Skala Penilaian)
4. Bagaimana Interpretasinya (Bagi Manusia)

CMM dikembangkan dan dipromosikan oleh pusat rekayasa perangkat lunak


Institute (SEI), penelitian dan pengembangan yang di sponsori oleh Departemen
Pertahanan AS. SEI didirikan pada tahun 1984 untuk mengatasi isu-isu rekayasa
perangkat lunak dan untuk memajukan metodologi rekayasa perangkat lunak.
Lebih khusus lagi, SEI di dirikan untuk mengoptimalkan proses pengembangan,
memperoleh, dan menjaga sistem perangkat lunak untuk Departemen Pertahanan
Secara umum, maturity model biasanya memiliki ciri sebagai berikut:
1. Proses pengembangan dari suatu organisasi disederhanakan dan
dideskripsikan dalam wujud. tingkatan kematangan dalam jumlah
tertentu (biasanya empat hingga enam tingkatan)
2. Tingkatan kematangan tersebut mengandung beberapa persyaratan
tertentu yang harus diraih.
3. Tingkatan-tingkatan yang ada disusun secara sekuensial, mulai dari
tingkat inisial sampai pada tingkat akhiran (tingkat terakhir merupakan
tingkat kesempurnaan).
4. Selama pengembangan, entitas bergerak maju dari satu tingkatan ke
tingkatan berikutnya tanpa boleh melewati salah satunya, melainkan
secara bertahap berurutan.
Sejarah CMM ke CMMI

CMMI, yang pada awalnya disebut CMM (Capability Maturity Model)


sebagai ukuran standar kematangan pengembangan perangkat lunak memiliki
sejarah panjang, sebelum diterima secara global. Diawali oleh Walter
Shewhart di tahun 1930, yang memulai penelitian tentang perbaikan proses
dengan metode kontrol kualitas statistik, yang kemudian semakin diperluas
oleh W. Edwards Deming, Philip Crosby dan Joseph Juran di era 80-an. Watts
Humprey, Ron Radice dan lainnya semakin mengembangkan penelitian ini,
melalui serangkaian implementasi di IBM dan SEI.
CMM kemudian mulai dikembangkan, hingga akhirnya diakui sebagai
salah satu standar ukuran kematangan kapabilitas pengembang perangkat
lunak. Apalagi sejak DOD (Departement of Defense) Pemerintah Amerika
Serikat, mensyaratkan bahwa setiap pengembang perangkat lunak yang
mendapatkan proyek dalam lingkungan DOD, harus memiliki tingkat
kematangan CMM level 3, perkembangan CMM semakin mendunia.
Dalam perkembangan yang selanjutnya, selama kurun waktu 20 tahun
lebih, dan semakin banyak perusahaan pengembang perangkat lunak yang
menunjukkan hasil yang signifikan akibat penggunaan CMM, maka, semakin
banyak pula perusahaan yang mencoba menerapkan skema CMM dalam
mendukung proses bisnis perusahaan.

Penggunaan CMM pun semakin meluas, bukan saja pada sebatas


industri perangkat lunak, tapi semakin meluas pada industri lainnya. Oleh
karena itu, SEI pun mulai mengembangkan suatu model standar ukuran
kematangan yang baru, yang bisa diterapkan kepada seluruh industri, lahirlah
yang dinamakan CMMI atau Capability Maturity Model Integration.
SKEMA CMMI

CMMI pada dasarnya merupakan sebuah konstelasi yang terdiri atas


CMMI for Development (CMMI-DEV), CMMI for Acquisition (CMMI ACQ) dan
CMMI for Services (CMMI-SVC). Dalam perkembangan selanjutnya, ketiga
konstelasi ini kemudian digabungkan menjadi CMMI saja, dengan 5 tahap
kematangan dan mengadopsi 22 area kunci proses. 5 tahap kematangan
CMMI adalah
1. Tahap 0 disebut Incomplete
2. Tahap 1 disebut Performed
3. Tahap 2 disebut Managed
4. Tahap 3 disebut Defined
5. Tahap 4 disebut Quantitatively Managed
6. Tahap 5 disebut Optimizing.
Gambar dibawah ini menunjukkan komponen area kunci proses CMMI.
Namun lebih umum dan sering di jadikan patokan ialah yang terdiri
dari lima level. Diantaranya :
1. Level 1 : Initial
2. Level 2 : Repeatable
3. Level 3 : Defined
4. Level 4 : Manageable
5. Level 5 : Optimizing
Kecuali tingkat initial, setiap tingkat maturity memiliki beberapa key
process area (KPA), yaitu bidang yang harus menjadi perhatian sebuah
perusahaan untuk meningkatkan proses dalam pengembangan perangkat
lunaknya dan harus diselesaikan dan dinilai untuk bisa berada pada level
tersebut.
Level CMM dapat dilihat pada gambar berikut :
Area kunci proses dalam CMMI adalah
1. Reqirements Management (REQM)
2. Project Planning (PP)
3. Project Monitoring and Control (PMC)
4. Supplier Agreement Management (SAM)
5. Process and Product Quality Assurance (PPQA)
6. Configuration Management (CM)
7. Measurement and Analysis (MA)
8. Organizational Process Focus (OPF)
9. Organizational Process Defintion (OPD)
10. Organizational Training (OT)
11. Integrated Project Management (IPM)
12. Risk Management (RSKM)
13. Product Integration (PI)
14. Requirements Development (RD)
15. Technical Solution (TS)
16. Validation (VAL)
17. Verification (VER)
18. Decision Analysis dan Resolution (DAR)
19. Quantitative Project Management (QPM)
20. Organizational Process Performance (OPP)
21. Causal Analysis and Resolution (CAR)
22. Organizational Innovation and Deployment (OID).

Masing-masing area kunci proses, memiliki tujuan yang harus dicapai. Setiap
Area Kunci Proses memiliki purpose statement, introductory notes dan related
process Areas.
Purpose Statement menjelaskan tujuan yang hendak dicapai dalam area kunci
proses tersebut.
Introductory Notes menjelaskan konsep umum yang melatarbelakangi area kunci
proses yang dimaksud.
Related Process Area menjelaskan keterkaitan setiap area kunci proses yang ada.
Contoh pendeskripsian Area Proses pada CMMI
Dalam hal ini, kami mengambil contoh 2 macam area proses yaitu
Requirements Management (REQM/ Manajemen Persyaratan posisi pada Level 2)
dan Project Planning (PP/ Perencanaan Proyek posisi pada Level 2)

Manajemen Persyaratan (REQM, Requirements Management)


1. Mengelola Persyaratan :
1.1 Memperoleh Pemahaman terhadap Persyaratan
1.2 Memperoleh Komitmen terhadap Persyaratan
1.3 Mengelola Perubahan Persyaratan
1.4 Memelihara Keterlacakan Dua Arah dari Persyaratan
1.5 Mengidentifikasi Ketidakkonsistenan antara Pekerjaan Proyek
dan Persyaratan

Perencanaan Proyek (PP, Project Planning)


1. Membangun Estimasi :
1.1 Mengestimasi Lingkup Proyek
1.2 Membangun Estimasi Hasil Kerja dan Atribut Tugas
1.3 Mendefinisikan Proyek Siklus Hidup
1.4 Menentukan Estimasi Kerja dan Biaya
2. Mengembangkan Rencana Proyek
2.1 Membangun Anggaran dan Jadwal
2.2 Mengidentifikasi Risiko Proyek
2.3 Merencanakan Data Manajemen
2.4 Merencanakan Sumber Daya Proyek
2.5 Merencanakan Pengetahuan dan Ketrampilan yang Dibutuhkan
2.6 Merencanakan Keterlibatan Pemangku Kepentingan
2.7 Membangun Rencana Proyek

3. Memperoleh Komitmen terhadap Rencana


3.1 Meninjau Rencana yang Berdampak terhadap Proyek
3.2 Merekonsiliasi Tingkat Pekerjaan dan Sumber Daya
3.3 Memperoleh Komitmen terhadap Rencana
Selanjutnya, untuk setiap area kunci proses, memiliki specific
goals dan generic goals. Pengertian specific goals cenderung kepada
tujuan khusus yang ingin dicapai dalam implementasi area kunci proses
tersebut. Sedangkan untuk generic goals memiliki pengertian kepada
tujuan yang lebih umum. Dari specific goals diturunkan specific
practices, yang akan menjadi panduan manual atau operasional, yang
harus dilaksanakan untuk mencapai setiap tujuan spesifik/khusus yang
terkait. Begitu pula dengan generic practices, merupakan penerapan
operasional yang harus dilakukan dalam mencapai generic goals. Untuk
setiap generic goals dan specific goals memiliki generic practice
elaborations, typical work products dan subpratices.
Typical works products merupakan daftar contoh keluaran atau output
dari setiap specific practices. Sedangkan generic practice elaborations
menjelaskan panduan bagaimana melaksanakan generic practices pada area
kunci proses yang berkaitan. Untuk subpractices (pada specific practices dan
generic practices) menjelaskan panduan untuk mengartikan dan melaksanakan
specific dan generic practices terkait.
Hal yang dapat kita garis bawahi adalah CMMI merupakan program untuk
perbaikan yang terus-menerus (continuous improvement programme). Perbaikan
yang terus-menerus merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam implementasi
CMMI. Bukan hanya sekedar mendapatkan sebuah pengakuan, melainkan suatu
pembentukan budaya baru dalam pengembangan perangkat lunak, yakni budaya
perbaikan yang terus-menerus. Hal ini berarti, dalam mengimplementasi CMMI,
diperlukan suatu perubahan pola pikir yang signifikan. Pola pikir yang
diperbaharui dapat melahirkan suatu awareness baru, dan dengan adanya
awareness tersebut, implementasi CMMI bisa berlangsung terus-menerus. Pada
akhirnya, hasil improvement akan dikenali dan terukur, dan terutama memiliki
pengaruh signifikan dalam menghasilkan produk yang berkualitas.
(Gambar 5 tahap kematangan CMMI)
Penjelasan Level level tahapan dari Capability
Maturity Model
1. Initial
Kriteria dari initial level adalah:
a. Tidak ada manajemen proyek
b. Tidak adanya quality assurance
c. Tidak adanya mekanisme manajemen perubahan (change management)
d. Tidak ada dokumentasi
e. Adanya seorang ahli yang tahu segalanya tentang perangkat lunak yang
dikembangkan, dan sangat bergantung pada kemampuan individual.

Sukses pada level ini didasarkan pada kerja keras dan kompetensi yang tinggi orang-
orang yang ada di dalam organisasi tersebut atau dapat juga dikatakan perusahaan ini
belum menjalankan tujuan dan sasaran yang telah didefinisikan oleh CMMI. Permasalahan
yang tak terduga ada di mana-mana , baik maupun buruk . Masalah utama yang dihadapi
oleh perangkat lunak organisasi ialah mengenai pengelolaan , bukan secara teknis .
2. Repeatable
Ciri-ciri dari repeatable level adalah :
a. Kualitas perangkat lunak mulai bergantung pada proses bukan pada orang
b. Terdapat manajemen proyek sederhana
c. Terdapat quality assurance sederhana
d. Terdapat dokumen sederhana
e. Terdapat software configuration management sederhana
f. Tidak adanya knowledge management
g. Tidak adanya komitmen untuk selalu mengikuti SDLC dalam kondisi apapun
h. Tidak adanya stastikal control untuk estimasi proyek
i. Rentan perubahan struktur organisasi .

Pada tahap ini , sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic
goals pada Level 2. Semua pekerjaan yang berhubungan dengan dengan proses-proses
yang terjadi saling menyesuaikan diri agar dapat diambil kebijakan. Setiap orang yang
berada pada proses ini dapat mengakses sumber daya yang cukup untuk mengerjakan
tugas masing-masing. Setiap orang terlibat aktif pada proses yang membutuhkan.
Setiap aktivitas dan hasil pekerjaan berupa memonitor, mengontrol, meninjau, serta
mengevaluasi untuk menjaga kekonsistenan pada deskripsi yang telah diberikan.
3. Defined

Ciri-ciri dari level Defined adalah :


1. SDLC sudah ditentukan
2. Komitmen untuk mengikuti SDLC dalam keadaan apapun
3. Kualitas proses dan produk masih bersifat kualitatif atau hanya
perkiraan saja
4. Tidak menerapkan Activity Based Costing
5. Tidak adanya mekanisme umpan balik yang baku.

Pada level 3 , sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic
goals pada Level 2 dan Level 3. Proses dicirikan dengan terjadinya penyesuaian dari
kumpulan proses standar sebuah organisasi menurut pedoman-pedoman pada
organisasi tersebut, menyokong hasil kerja, mengukur, dan proses menambah
informasi lain menjadi milik organisasi.
4. Managed
Ciri-cirinya Managed Level adalah:
1. Sudah ada Activity Based Costing yang digunakan untuk estimasi
proyek berikutnya
2. Proses penilaian kualitas perangkat lunak dan proyek masih
bersifat kuantitatif
3. Terjadi pemborosan biaya untuk pengumpulan data karena proses
pengumpulan data masih dilakukan secara manual
4. Sudah memiliki mekanisme umpan balik
5. Tidak ada mekanisme pencegahan defect

Pada level 4 , sebuah organisasi telah mencapai seluruh specific dan


generic goals yang ada pada Level 2, 3, dan 4. Proses yang terjadi dapat
terkontrol dan ditambah menggunakan ukuran-ukuran dan taksiran
kuantitatif. Sasaran kuantitatif untuk kualitas dan kinerja proses ditetapkan
dam digunakan sebagai kreteria dalam manajemen proses.
5. Optimized
Ciri ciri Optimized Level adalah :
1. Pengumpulan data secara automatis
2. Adanya mekanisme pencegahan defect
3. Adanya mekanisme umpan balik yang sangat baik
4. Adanya peningkatan kualitas dari SDM dan juga peningkatan kualitas proses.

Pada proses ini suatu organisasi telah mencapai seluruh specific dan generic goals
yang ada di Level 2, 3, 4, dan 5. Optimized level ini fokus kepada peningkatan proses secara
berkesinambungan melalui inovasi teknologi.
Pada level 5 , perbaikan proses yang berkesinambungan adalah jalan kehidupan .
Fokusnya adalah pada pencegahan terjadinya cacat dan mendorong inovasi . Dalam
organisasi yang belum matang , tidak ada yang mungkin bertanggung jawab untuk proses
perbaikan. Organisasi yang matang biasanya memiliki partisipasi 70-80 % dalam kegiatan
perbaikan pada setiap waktu dan setiap orang yang terlibat didalamnya . Perbaikan proses
yang berkesinambungan berarti perubahan yang dikendalikan dan perbaikan diukur dalam
kemampuan proses .
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan CMM
Manajemen Perubahan
Manajemen perubahan merupakan kunci sukses dari program perbaikan proses,
beserta mekanisme-mekanisme untuk memfasilitasi pengembangan , implementasi ,
dan penerapan proses , metode , dan alat-alat . ( Kitson , 1992)
1. Menyiapkan prioritas sesuai dengan visi perusahaan dan strategi bisnis .
2. Koordinasi Proses Organisasi
3. Kinerja dari Waktu pemasaran,kualitas , biaya , dan hasil produk akan
didukung oleh proses organisasi .

Kepemilikan proses
Seorang pemilik proses yaitu Software Engineering Process Group (SEPG)
bertanggung jawab atas efektivitas proses dan efisiensi , metode , dan alat.
Mengetahui bahwa manajer proyek dan pemilik proses mungkin memiliki pandangan
yang bertentangan, maka kebijakan harus dalam bentuk tertulis untuk menangani
konflik tersebut . Dalam hal terjadinya jalan buntu antara proyek manajer dan pemilik
proses , keduanya akan menyajikan analisis risiko ke Komite Eksekutif untuk
persetujuan akhir dari proses yang telah di sesuaikan .
Kesadaran
Sebuah aspek penting dalam implemetasi dari model ini adalah untuk membuat
seluruh organisasi menyadari inisiatif dan proses . Hal ini dapat dicapai melalui seminar dan
lokakarya .

Pedoman rapat
Dalam rangka memfasilitasi pelaksanaan kegiatan kelompok kerja , sejumlah
pertemuan membutuhkan pemandu yang mana petunjuk diperlukan untuk menetapkan
kebijakan . ( Laporte , 1997) Fasilitator dalam pertemuan tersebut memainkan peran yang
sangat penting menjelaskan hasil pada akhir pertemuan.

Pengambilan Keputusan
Sebuah metode partisipatif pengambilan keputusan dengan mengacu pada proses
perbaikan akan sangat membantu dalam menangkap praktek-praktek terbaik dari berbagai
kelompok sehingga memperkaya proses organisasi dan kualitas produk dan mengurangi waktu
pemasaran. ( Paulk , 1993)
Tim Evaluasi
Survei periodik untuk mengevaluasi efisiensi tim akan menjadi alat yang efektif
untuk meningkatkan kemampuan . Survey tersebut( Pfeffer , 1998) dapat mengatasi masalah
berikut :
1. Tujuan dan sasaran
2. Pemanfaatan sumber daya
3. Kepercayaan dan resolusi konflik
4. Kontrol dan kepatuhan terhadap prosedur
5. Komunikasi antarpribadi
6. Pemecahan masalah
7. Eksperimentasi dan kreativitas .

Hal ini akan membantu dalam memberikan masukan yang diperlukan pada waktu
yang tepat untuk meningkatkan kemampuan pengetahuan Manajemen organisasi.
Langkah-langkah dalam CMMI :
1. Mendefinisikan lima tingkat kematangan pengembangan
perangkat lunak
2. Mengidentifikasi masalah yang paling penting untuk kualitas
perangkat lunak danperbaikan proses
3. Organisasi melakukan penilaian praktek pengembangan
perangkat lunak
Menentukan di mana mereka cocok dalam model
kemampuan
Mengidentifikasi area untuk perbaikan
4. Rencana yang diperlukan untuk meng-upgrade proses
pembangunan
Praktik-praktik terbaik CMMI dipublikasikan dalam dokumen-
dokumen yang disebut model, yang masing-masing ditujukan untuk
berbagai bidang yang berbeda. Diantaranya :
1. Development (pengembangan) pada agustus 2006 CMMI ver 1.2
CMMI-DEV (CMMI for Development) yang dirilis pada Agustus
2006 dan ditujukan untuk proses pengembangan produk dan jasa
2. Acquisition (akuisisi) CMMI-ACQ (CMMI for Acquisition) yang
dirilis pada November 2007 dan ditujukan untuk manajemen
rantai suplai, akuisisi, serta proses outsourcing di pemerintah
dan industri.
Kegunaan CMM meliputi:

Untuk menilai tingkat kematangan sebuah organisasi pengembang


perangkat lunak
Untuk menyaring kontraktor yang akan menjadi pengembang perangkat
lunak
Untuk memberikan arah akan peningkatan organisasi bagi top
management di dalam sebuah organisasi pengembang perangkat lunak
Sebagai alat bantu untuk menilai keunggulan yang dimiliki sebuah
perusahaan dibandingkan perusahaan pesaingnya.
Meningkatkan produktivitas dan menekan resiko proyek.
Menekan resiko dalam pengembangan perangkat lunak.
Meningkatkan kepuasan pelanggan.
Mempunyai fitur-fitur yang bersifat institusional, yaitu komitmen,
kemampuan untuk melakukan sesuatu, analisis dan pengukuran serta
verifikasi implementasi.
Kegunaan CMM meliputi:
1. Memfilter perusahaan mana yang berhak ikutan tender
2. Menentukan arah pengembangan software house (yang dikembangkan software
housenya bukan software) yang paling efektif dalam meningkatkan kualitas proses
(bukan kualitas product).

Implementasinya = kebijakan manajemen.

Contohnya :
1. standarisasi
2. pelatihan
3. penggunaan source control dan bug management
4. pembuatan dokument perencanaan dan design
5. pengukuran
6. penerapan sdlc

Hubungannya :
kalau prosesnya sudah jelas harusnya kualitasnya jelas terukur.
Beberapa keuntungan yang diperoleh saat perusahaan
menerapkan CMMI:
Penilaian studi kualitas (assessing) atas proses kematangan (maturity)
terkini.
Meningkatkan kualitas struktur organisasi dan pemrosesan dengan
mengikuti pendekatan best-practice.
Digunakan dalam proses uji-kinerja (benchmarking) dengan organisasi
lainnya.
Tersedianya Road Map untuk peningkatan lebih lanjut.
Perusahaan Internasional yang mengimplementasikan CMMI:

Huawei (CMMI Level 5)


Litbang di Huawei menjadi bagian terpenting dari industri
teknologi baik software maupun hardware. Inilah yang
membuat Huawei terbukti responsif terhadap kebutuhan masa
depan dan masa kini pelanggan. Investasi di area ini penting
untuk terus-menerus mengembangkan teknologi, solusi dan
layanan yang tujuan akhirnya adalah memaksimalkan
keuntungan dan memberikan nilai tambah bagi pelanggan.
Perusahaan Internasional yang mengimplementasikan CMMI:
Pada akhir September 2008, sekitar 44% dari total 96.800
karyawan Huawei terlibat dalam R&D. Sebagai bagian
terintegrasi dari keseluruhan proses, Huawei menanamkan
kembali 10% pendapatan dari hasil penjualannya untuk
riset dan pengembangan di mana 10% tersebut diarahkan
untuk mendanai pengembangan berbagai teknologi
mutakhir dan teknologi dasar setiap tahunnya.
Perusahaan Internasional lainnya yang meraih level
maturity 5 adalah Toshiba, NASA dan ATSI (The Association
of Thai Software Industry).
DAFTAR PUSTAKA
- JURNAL STUDI TINJAUAN PERBANDINGAN KIPI DAN CMMI SEBAGAI FRAMEWORK STANDAR KEMATANGAN
PENGEMBANGAN INDUSTRI PERANGKAT LUNAK DI INDONESIA-Stanley Karouw.pdf
- Jurnal Nasional Kematangan Industri Perangkat Lunak Indonesia (KIPI v1.0) Dan Capability Maturity
Model (CMM) oleh Andri Wijaya-STMIK MDP Palembang.pdf
- Mardhany , Rima P. 2012. Mapping of COBIT 5 with Other Standards and Frameworks (2). http://Mapping of
COBIT 5 with Other Standards and Frameworks (2).ppt//. Diakses 07 Maret 2014
- Pramono, Wisnu . 2011. Capability Maturity Model CMM. http://Wishnu Arief Pramono Capability Maturity
Mode - CMM.htm//. Diakses 07 Maret 2014
- Choubey, Vinay. 2011. Model Kematangan Kemampuan. http://Model kematangan kemampuan _ Perangkat
lunak (Bahasa Indonesia).htm//. Diakses 07 Maret 2014
- Rinaldo, Degaz . 2011. CMMI (Capability Maturity Model Integration). http://Degaz Rinaldo CMMI (Capability
Maturity Model Integration).htm//. Diakses 07 Maret 2014
- Kumta, Gita A. 2002. CAPABILITY MATURITY MODEL A HUMAN PERSPECTIVE .

Anda mungkin juga menyukai