Anda di halaman 1dari 30

Geografi Indonesia

Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia


Tenggara, terletak di garis khatulistiwa dan berada di antara benua
Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
Karena letaknya yang berada di antara dua benua, dan dua samudra, ia
disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Terdiri dari 17.508
pulau, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia.

Dengan populasi sebesar 222 juta jiwa pada tahun 2006, Indonesia
adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara
yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, meskipun secara resmi
bukanlah negara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah
republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan presiden yang dipilih
langsung. Ibukota negara ialah Jakarta. Indonesia berbatasan dengan Malaysia di Pulau Kalimantan,
dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya
adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.

Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya. Kepulauan Indonesia menjadi wilayah
perdagangan penting setidaknya sejak sejak abad ke-7, yaitu ketika Kerajaan Sriwijaya menjalin
hubungan agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha
telah tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang membawa agama Islam, serta
berbagai kekuatan Eropa yang saling bertempur untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah
Maluku semasa era penjelajahan samudra. Setelah sekitar 350 tahun penjajahan Belanda, Indonesia
menyatakan kemerdekaannya di akhir Perang Dunia II. Selanjutnya Indonesia mendapat tantangan dari
bencana alam, korupsi, separatisme, proses demokratisasi dan periode perubahan ekonomi yang pesat.

Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa dan agama yang berbeda.
Suku Jawa adalah grup etnis terbesar dan secara politis paling dominan. Semboyan nasional Indonesia,
"Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda tetapi tetap satu"), berarti keberagaman yang membentuk negara.
Selain memiliki populasi besar dan wilayah yang padat, Indonesia memiliki wilayah alam yang
mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.

Ibu kota (dan kota terbesar) Jakarta


Bahasa resmi Bahasa Indonesia
Pemerintahan Republik presidensiil
- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
- Wakil Presiden Boediono
Kemerdekaan
- Diproklamasikan 17 Agustus 1945
- Diakui (sebagai RIS) 27 Desember 1949
- Kembali ke RI 17 Agustus 1950
Luas
1,904,569 km2 (15)
- Total
1 sq mi
- Air (%) 4,85%
Penduduk
- 19 Juni 2009 memperkirakan 230.472.833[1] (4)
- 2000 sensus 206.264.595
134/km2 (84)
- Kepadatan
347/sq mi
PDB (KKB) 2007 estimate
- Total US$1.038 miliar[2] (15)
- Per kapita US$4.356[3] (114)
PDB (nominal) 2007 estimate
- Total US$408 miliar[2]
- Per kapita US$1.812[3]
IPM (2004) 0,711 (menengah) (108)
Mata uang Rupiah (Rp) (IDR)
Zona waktu WIB, WITA, WIT (UTC+7, +8, +9)
Menyetir di kiri
TLD .id
Kode telepon 62
Lambang Negara
Dalam UUD 45 dijelaskan bahwa Lambang Negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Lagu Garuda Pancasila diciptakan oleh Sudharnoto sebagai lagu wajib
perjuangan Indonesia.

Lirik lagu Garuda Pancasila:


Garuda pancasila
Akulah pendukungmu
Patriot proklamasi
Sedia berkorban untukmu
Pancasila dasar negara
Rakyat adil makmur sentosa
Pribadi bangsaku
Ayo maju maju
Ayo maju maju
Ayo maju maju

Makna Lambang Garuda Pancasila


Burung Garuda melambangkan kekuatan.Warna emas pada burung Garuda melambangkan
kejayaan.Perisai di tengah melambangkan pertahanan bangsa Indonesia. Masing-masing simbol di dalam
perisai melambangkan sila-sila dalam Pancasila, yaitu:
 Bintang melambangkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa [sila ke-1].
 Rantai melambangkan sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab [sila ke-2].
 Pohon Beringin melambangkan sila Persatuan Indonesia [sila ke-3].
 Kepala banteng melambangkan sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan dan Perwakilan [sila ke-4].
 Padi dan Kapas melambangkan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia [sila ke-5].
Warna merah-putih melambangkan warna bendera nasional Indonesia. Merah berarti berani dan putih
berarti suci. Garis hitam tebal yang melintang di dalam perisai melambangkan wilayah Indonesia yang
dilintasi Garis Khatulistiwa.

Makna Jumlah Bulu pada Burung Garuda


Jumlah bulu melambangkan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945), antara lain:
 Jumlah bulu pada masing-masing sayap berjumlah 17
 Jumlah bulu pada ekor berjumlah 8
 Jumlah bulu dibawah perisai/pangkal ekor berjumlah 19
 Jumlah bulu pada leher berjumlah 45
Pita yg dicengkeram oleh burung garuda bertuliskan semboyan negara Indonesia, yaitu Bhinneka
Tunggal Ika yang berarti "walaupun berbeda beda, tetapi tetap satu".

Bentuk Negara
Bentuk Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik atau lebih dikenal dengan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pernyataan ini secara tegas tertuang di UUD 45 pasal 1.
Indonesia sudah beberapa kali mengalami perubahan bentuk negara yaitu: bentuk negara Federal,
Kesatuan atau sistem pemerintahan yang parlementer, Semi-Presidensil, dan Presidensil.
Menurut pidato Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 17
Agustus 2007 dikatakan bahwa bentuk negara Indonesia yang paling tepat adalah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Empat pilar utama yang menjadi nilai dan konsensus dasar yang selama ini
menopang tegaknya Republik Indonesia adalah: Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka
Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Bahasa Nasional
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia dengan manusia lain.Negara Indonesia yang terdiri dari
beragam daerah dan suku memiliki beragam bahasa daerah. Namun bahasa yang mempersatukan atau
bahasa Nasional yang dipakai adalah bahasa Indonesia.
Dalam UUD 45 pasal 36 jelas tertulis bahwa bahasa Negara adalah bahasa Indonesia.
Bendera Kebangsaan
Sebuah Negara yang sudah merdeka sangat bangga mengibarkan bendera Negara.
Begitu pula bangsa Indonesia yang memiliki warna merah dan putih sebagai warna
bendera Indonesia. Merah berarti berani. Putih berarti suci. Bahkan kebanggaan
bangsa Indonesia tertuang pada UUD 45 pasal 35 yang menyatakan bahwa bendera
Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.

Lagu Kebangsaan
Lagu Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan bangsa Indonesia.Lagu Indonesia Raya diciptakan oleh
W.R. Supratman pada tahun 1924. Pada hari Sumpah Pemuda yaitu tanggal 28 Oktober 1928 merupakan
saat pertama kali lagu Indonesia Raya dikumandangkan. Pada tanggal 17 Agustus 1945 saat hari
kemerdekaan bangsa Indonesia, lagu Indonesia Raya dinyanyikan dan sejak saat itu dijadikan sebagai
lagu kebangsaan Indonesia.

Indonesia Raya
Cipt. W.R. Supratman
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan Tanah Airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu
Hiduplah tanahku
Hiduplah negriku
Bangsaku Rakyatku semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Indonesia Tanah yang mulia
Tanah kita yang kaya
Di sanalah aku berada Untuk slama-lamanya
Indonesia Tanah pusaka Pusaka Kita semuanya
Marilah kita mendoa Indonesia bahagia
Suburlah Tanahnya Suburlah jiwanya
Bangsanya Rakyatnya semuanya
Sadarlah hatinya Sadarlah budinya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Tanah yang suci Tanah kita yang sakti
Disanalah aku berdiri ‘njaga ibu sejati
Indonesia! Tanah berseri Tanah yang aku sayangi
Marilah kita berjanji Indonesia abadi
Slamatlah Rakyatnya Slamatlah putranya
Pulaunya lautnya semuanya
Majulah Negrinya Majulah Pandunya
Untuk Indonesia Raya
Politik Dan Pemerintahan
Indonesia menjalankan pemerintahan republik presidensial multipartai yang demokratis. Seperti juga di
negara-negara demokrasi lainnya, sistem politik di Indonesia didasarkan pada Trias Politika yaitu
kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif. Kekuasaan legislatif dipegang oleh sebuah lembaga
bernama Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang terdiri dari dua badan yaitu DPR yang anggota-
anggotanya terdiri dari wakil-wakil Partai Politik dan DPD yang anggota-anggotanya mewakili provinsi
yang ada di Indonesia. Setiap daerah diwakili oleh 4 orang yang dipilih langsung oleh rakyat di
daerahnya masing-masing.

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) adalah lembaga tertinggi negara. Namun setelah amandemen
ke-4 MPR bukanlah lembaga tertinggi lagi. Keanggotaan MPR berubah setelah Amandemen UUD 1945
pada periode 1999-2004. Seluruh anggota MPR adalah anggota DPR, ditambah dengan anggota DPD
(Dewan Perwakilan Daerah).[25] Anggota DPR dan DPD dipilih melalui pemilu dan dilantik dalam masa
jabatan lima tahun. Sejak 2004, MPR adalah sebuah parlemen bikameral, setelah terciptanya DPD sebagai
kamar kedua. Sebelumnya, anggota MPR adalah seluruh anggota DPR ditambah utusan golongan. MPR
saat ini diketuai oleh Taufik Kiemas. Anggota MPR saat terdiri dari 550 anggota DPR dan 128 anggota
DPD. DPR saat ini diketuai oleh Marzuki Alie, sedangkan DPD saat ini diketuai oleh Irman Gusman.

Lembaga eksekutif berpusat pada presiden, wakil presiden, dan kabinet. Kabinet di Indonesia adalah
Kabinet Presidensial sehingga para menteri bertanggung jawab kepada presiden dan tidak mewakili
partai politik yang ada di parlemen. Meskipun demikian, Presiden saat ini yakni Susilo Bambang
Yudhoyono yang diusung oleh Partai Demokrat juga menunjuk sejumlah pemimpin Partai Politik untuk
duduk di kabinetnya. Tujuannya untuk menjaga stabilitas pemerintahan mengingat kuatnya posisi
lembaga legislatif di Indonesia. Namun pos-pos penting dan strategis umumnya diisi oleh Menteri tanpa
portofolio partai (berasal dari seseorang yang dianggap ahli dalam bidangnya).

Lembaga Yudikatif sejak masa reformasi dan adanya amandemen UUD 1945 dijalankan oleh Mahkamah
Agung, Komisi Yudisial, dan Mahkamah Konstitusi, termasuk pengaturan administrasi para hakim.
Meskipun demikian keberadaan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tetap dipertahankan.

Visi, Misi Dan Strategi

Visi
Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan.

Misi
 Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera.
 Memperkuat Pilar-pilar Demokrasi.
 Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang.
Visi dan misi pemerintah 2009-2014 dirumuskan dan dijabarkan lebih operasional ke dalam sejumlah
program aksi prioritas sehingga lebih mudah diimplementasikan dan diukur tingkat keberhasilannya.
Sebelas Program aksi di bawah ini dipandang mampu menjawab sejumlah tantangan yang dihadapi oleh
bangsa dan negara di masa mendatang.

Prioritas 1: Program Aksi Bidang Pendidikan


1. Meneruskan dan mengefektifkan program rehabilitasi gedung sekolah yang sudah dimulai pada
periode 2004-2009, sehingga terbangun fasilitas pendidikan yang memadai dan bermutu dengan
memperbaiki dan menambah prasarana fisik sekolah, serta penggunaan teknologi informatika
dalam proses pengajaran yang akan menunjang proses belajar dan mengajar agar lebih efektif
dan berkualitas.
2. Pemanfaatan alokasi anggaran minimal 20 persen dari APBN untuk memastikan pemantapan
pendidikan gratis dan terjangkau untuk pendidikan dasar 9 tahun dan dilanjutkan secara
bertahap pada tingkatan pendidikan lanjutan di tingkat SMA.
3. Perbaikan secara fundamental kualitas kurikulum dan penyediaan buku-buku yang berkualitas
agar makin mencerdaskan siswa dan membentuk karakter siswa yang beriman, berilmu, kreatif,
inovatif, jujur, dedikatif, bertanggung jawab, dan suka bekerja keras.
4. Meneruskan perbaikan kualitas guru, dosen serta peneliti agar menjadi pilar pendidikan yang
mencerdaskan bangsa, mampu menciptakan lingkungan yang inovatif, serta mampu
menularkan kualitas intelektual yang tinggi, bermutu, dan terus berkembang kepada anak
didiknya.
5. Memperbaiki renumerasi guru dan melanjutkan upaya perbaikan penghasilan kepada guru,
dosen, dan para peneliti.
6. Memperluas penerapan dari kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk
mendukung kinerja penyelenggaraan pembangunan di bidang pendidikan.
7. Mendorong partisipasi masyarakat (terutama orang tua murid) dalam menciptakan kebijakan
dan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan aspirasi dan tantangan
jaman saat ini dan kedepan.
8. Mengurangi kesenjangan dalam akses pendidikan dan kualitas pendidikan, baik pada keluarga
berpenghasilan rendah maupun daerah yang tertinggal.

Prioritas 2: Program Aksi Bidang Kesehatan


1. Menyempurnakan dan memantapkan pelaksanaa program jaminan kesehatan masyarakat baik
dari segi kualitas pelayanan, akses pelayanan, akuntabilitas anggaran, dan penataan administrasi
yang transparan dan bersih.
2. Mendorong upaya pembuatan obat dan produk farmasi lain yang terjangkau dengan tanpa
mengabaikan masalah kualitas dan keamanan obat seperti yang telah dilakukan selama tiga
tahun terakhir.
3. Mempermudah pembangunan klinik atau rumah sakit yang berkualitas internasional baik
melalui profesionalisasi pengelolaan rumah sakit pemerintah maupun mendorong
tumbuhnya rumah sakit swasta.
4. Meningkatkan kualitas ibu dan anak di bawah lima tahun dengan memperkuat program yang
sudah berjalan seperti Posyandu yang memungkinkan imunisasi dan vaksinasi masal seperti
DPT dapat dilakukan secara efektif.
5. Penurunan tingkat kematian ibu yang melahirkan, pencegahan penyakit menular seperti HIV/
AIDS, malaria, dan TBC.
6. Mengurangi tingkat prevelansi gizi buruk balita menjadi di bawah 15% pada tahun 2014 dari
keadaan terakhir sekitar 18%.
7. Revitalisasi program keluarga berencana yang telah dimulai kembali dalam periode 2005-
2009 akan dilanjutkan dan diperkuat.
8. Upaya pencapaian dalam bidang kesehatan tidak tercapai jika kesejahteraan dan sistem
insentif bagi tenaga medis dan paramedis khususnya yang bertugas di daerah terpencil tidak
memadai.
9. Meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, utamanya
yang diarahkan untuk mengurangi ketergantungan bahan baku impor dalam proses produksi
obat.
10. Meningkatkan kualitas pelayanan dan praktek kedokteran yang sesuai dengan etika dan
menjaga kepentingan dan perlindungan masyarakat awam dari mal-praktek dokter dan rumah
sakit yang tidak bertanggung jawab.
11. Mengembangkan sistem peringatan dini untuk penyebaran informasi terjadinya wabah dan cara
menghindarinya untuk mencegah kepanikan dan jatuhnya banyak korban.
12. Evakuasi, perawatan, dan pengobatan masyarakat didaerah korban bencana alam.

Prioritas 3: Program Aksi Penanggulangan Kemiskinan


1. Meneruskan, meningkatkan dan menyempurnakan pelaksanaan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri sebagai inti dari program kemiskinan yang sudah
dimulai sejak 2007 dengan mengekspansi jumlah kecamatan yang tercakup dalam PNPM dan
alokasi dana per kecamatan yang terus ditingkatkan sesuai dengan kinerjanya.
2. Melanjutkan program pengarusutamaan semua program penanggulangan kemiskinan yang ada
di kementerian dan lembaga sebagai pendukung program PNPM (PNPM pendukung).
3. Penyempurnaan program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan memutakhirkan data rumah
tangga sasaran. Data rumah tangga sasaran akan diintegrasikan untuk semua program afirmasi
dan subsidi sehingga berbagai duplikasi atau kebocoran dapat dihindari.
4. Penyediaan beras murah bagi keluarga miskin untuk menjamin ketahanan pangan.
5. Pengembangan program-program berlapis untuk rakyat miskin yang dilakukan secara intensif,
antara lain: Program Jamkesmas, BOS, PKH, BLT, PNPM, Raskin.
6. Pemihakan kepada Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi, antara lain dengan pemberian Kredit
Usaha Rakyat untuk memberikan akses modal bagi masyarakat kecil.
Prioritas 4: Program Aksi Penciptaan Lapangan Kerja
1. Peningkatan kualitas pekerja baik dilihat dari upah yang diterima, produktivitas dan standar
kualifikasinya untuk dapat memperluas peningkatan kesempatan di sektor formal, serta
mengurangi jumlah pengangguran terbuka usia muda.
2. Peningkatkan investasi melalui perbaikan iklim investasi baik di pusat maupun di daerah,
sehingga kesempatan kerja baru dapat tercipta.
3. Reformasi tingkat mikro-ekonomi, antara lain perbaikan iklim usaha dan pemihakan kepada
perbaikan kesempatan berusaha kepada sektor usaha kecil menengah sebagai tiang penyerap
tenaga kerja Indonesia, dilakukan melalui kebijakan sektoral dan kerja sama dengan
pemerintah daerah.
4. Membangun infrastruktur fisik yang dapat memperlancar arus lalu-lintas barang dan
informasi, serta mendorong program industrialisasi yang dapat menarik industri lanjutan
(PMDN, PMA, dan perusahaan global) untuk berinvestasi di Indonesia.
5. Memperluas permintaan domestik di luar barang-barang konsumsi, serta memanfaatkan pasar
regional.
6. Memperluas dan meningkatkan industri kreatif dan pariwisata sebagai sumber potensi
perekonomian Indonesia yang sangat besar.
7. Pembangunan kawasan-kawasan ekonomi khusus seperti Batam, Bintan, Karimun, Suramadu,
Sabang dan berbagai kawasan khusus lainnya.

Prioritas 5: Program Aksi Pembangunan Infrastruktur Dasar


1. Melanjutkan pelaksanaan dual track strategy dalam pembangunan infrastruktur, yaitu
memperluas kesempatan bagi masyarakat (baik swasta nasional maupun asing) untuk
berpartisipasi secara transparan, adil, bebas dari kepentingan kelompok, bersih, dan
kompetitif dalam pembangunan dan pengoperasian kegiatan infrastruktur.
2. Menjamin akses masyarakat terhadap jasa kegiatan infrastruktur, pemerintah tetap akan
mempertahankan fungsi regulasi yang fair kepada setiap pelaku dan konsumen.
3. Untuk mendukung partisipasi swasta dan BUMN dalam pembangunan infrastruktur, kebijakan
penjaminan resiko oleh pemerintah dapat diberikan secara selektif berdasarkan kriteria yang
obyektif, matang, terukur, transparan, dan adil serta dapat dipertanggungjawabkan.
4. Pelayanan dan akses air bersih dengan harga terjangkau bagi seluruh masyarakat, khususnya
masyarakat berpenghasilan rendah.
5. Melakukan unbundling pembangunan infrastruktur di mana pemerintah akan menanggung
pembangunan infrastruktur dasar, sementara badan usaha menanggung pembangunan yang
bersifat komersial untuk berbagai infrastruktur penting di daerah.
6. Meningkatkan alokasi anggaran untuk pembangunan infrastruktur yang penggunaannya akan
diprioritaskan untuk pembangunan infrastruktur dasar yang sifatnya non komersial.
7. Meningkatkan pembangunan telekomunikasi pita lebar untuk mendekatkan jarak fisik yang
berjauhan mengingat negara Indonesia adalah negara kepulauan.
8. Dalam rangka mengatasi bencana alam banjir di berbagai daerah, pengelolaan sungai beserta
daerah tangkapan air akan terus dilakukan, antara lain melalui pembangunan Daerah Aliran
Sungai Bengawan Solo, Banjir Kanal Jakarta.

Prioritas 6: Program Aksi Ketahanan Pangan


1. Memperbaiki infrastruktur pertanian dengan peningkatan anggaran di bidang pembanguan dan
perbaikan irigasi, saluran air, jalan raya, kereta api, dan pelabuhan yang menghubungkan
porduksi pangan dan tujuan pasar.
2. Meningkatkan kualitas input baik dengan dukungan penelitian dan pengembangan bibit unggul,
dan penyuluhan untuk penggunaan secara tepat dan akurat dengan risiko yang dapat dijaga.
3. Memperbaiki kebijakan penyediaan dan subsidi pupuk, agar tidak terjadi kelangkaan,
penyelundupan, dan penggunaan pupuk subsidi kepada yang tidak berhak.
4. Perbaikan sistem distribusi dan logistik, termasuk pergudangan secara terintegrasi, dengan
memperhatikan supply chain agar mampu mengurangi gejolak harga dan pasokan secara
musiman pada komoditas pangan utama.
5. Perkuatan dan pemberdayaan petani, nelayan, petambak, dan menjaga daya beli dan nilai tukar
petani dengan menjaga stabilitas harga-harga komoditas yang dapat memberikan keuntungan
pada petani namun tidak memberatkan konsumen yang berpendapatan rendah.
6. Meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan daya tawar
dan kompetisi (competitive advantage) dari sektor pertanian di pasar regional dan dunia,
terutama pada komoditas yang merupakan produk utama dan terbesar di kawasan Asia dan
dunia seperti CPO, kayu manis, dan lain-lain.
7. Melaksanakan kebijakan pengembangan industri hilir pertanian dengan penciptaan iklim
investasi yang baik dan bila perlu diberikan insentif (fiskal) bagi pengembangannya.
8. Penyediaan informasi secara transparan tentang harga pasar dari hasil panen yang akurat dan up
to date kepada petani dan nelayan, harga dan ketersediaan pupuk, peringatan dini cuaca dan
wabah sehingga petani dapat lebih cerdas dalam menentukan tindakannya.

Prioritas 7: Program Aksi Ketahanan dan Kemandirian Energi


1. Mendorong diversifikasi penggunaan energi domestik kepada gas alam dan batubara.
Program ini akan mengurangi tekanan tambahan permintaan pada sumber energi minyak bumi.
2. Program aksi peningkatan kemandirian energi akan dilakukan secara integratif antara
penguasaan teknologi energi, pembangunan infrastruktur, kebijakan harga, dan insentif di
dalamnya.
3. Meningkatkan daya tarik dan kepastian investasi untuk eksplorasi dan produksi di bidang
pertambangan dan energi untuk meningkatkan produksi dan produktivitas sektor energi.
4. Meningkatkan transparansi, tata kelola, dan menghilangkan korupsi dan biaya yang tidak
efisien di sektor hulu energi.
5. Meningkatkan kompetisi yang sehat dan transparan di sektor hilir energi, agar tercapai
pelayanan yang baik dan harga yang rasional dan terjangkau bagi masyarakat luas.
6. Melaksanakan kebijakan pengembangan dan pemakaian energi terbarukan (renewable energy)
yang konsisten dan sesuai dengan partispasi dan tanggung jawab Indonesia dalam agenda global
untuk mencegah pemburukan iklim dunia (climate change) dan memperkuat ketahan energi
nasional.
7. Meningkatkan kegiatan-kegiatan penelitian sektor energi untuk menghasilkan sumber-
sumber energi baru non-konvensional, meningkatkan efisiensi penggunaan energi dan
penurunan emisi karbon.
8. Peningkatan efisiensi energi untuk mendorong perekonomian, peningakatan kesejahteraan dan
memperbaiki daya saing.
9. Peningkatan diversifikasi, distribusi serta akses energi sehingga setiap rakyat Indonesia mampu
memperoleh energi sesuai kebutuhan dan kemampuan daya belinya.

Prioritas 8: Program Aksi Perbaikan dan Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan


1. Meneruskan reformasi birokrasi di lembaga-lembaga pemerintah secara bertahap, terukur dan
terus dijaga kualitas hasil kinerjanya serta pertangungjawaban publik.
2. Program perbaikan peraturan yang menyangkut rekrutmen, perkembangan karier secara
transparan, akuntabel dan berdasarkan prestasi (merit based), serta aturan disiplin dan
pemberhentian pegawai negeri sipil.
3. Meningkatkan kinerja dengan memperbaiki prosedur kerja (business process), pemanfaatan
teknologi untuk peningkatan kecepatan dan keakuratan layanan, dan mengatur kembali struktur
organisasi agar makin efisien dan efektif dalam menjalankan fungsi pelayanan publik, regulasi,
pengawasan dan penegakan aturan.
4. Memperbaiki renumerasi sehingga makin mencerminkan resiko, tanggung jawab, beban kerja
yang realistis dan berimbang.
5. Memperbaiki sistem dan tunjangan pensiun agar mencerminkan imbalan prestasi yang
manusiawi namun tetap dapat dipenuhi oleh kemampuan anggaran.
6. Melakukan pengawasan kinerja dan dampak reformasi, termasuk pemberantasan korupsi dan
penerapan disiplin dan hukuman yang tegas bagi pelanggaran sumpah jabatan, aturan, disiplin,
dan etika kerja birokrasi.
7. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas layanan pemerintahan dengan perumusan standar
pelayanan minimum yang diketahui masyarakat beserta pemantauan pelaksanaannya oleh
masyarakat.

Prioritas 9: Program Aksi Penegakan Pilar Demokrasi


1. Mengatur kembali hubungan eksekutif dan legislatif sehingga dapat menjalankan fungsi
legislasi, pengawasan dan fungsi anggaran yang efektif dan seimbang dan terbentuk suatu
sistem yang dapat melancarkan tujuan bernegara secara bermartabat.
2. Memperbaiki peraturan dan penyelenggaran Pemilu dan Pilkada, agar tercapai Pemilu yang
jujur, adil, dan dapat menghindarkan warga negara yang kehilanggan hak untuk berpartisipasi
dalam Pemilu.
3. Memperbaiki administrasi, penganggaran, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan
Pemilu agar terjadi kepastian dan efisiensi kerja insitusi penyelenggara pemilu tanpa
mengorbankan kualitas pemilu.
4. Mengembangkan substansi demokrasi, yaitu nilai-nilai hakiki seperti kebebasan, penegakan
hukum, keadilan dan rasa tanggung jawab.

Prioritas 10: Program Aksi Penegakan Hukum dan Pemberantasan Korupsi


1. Memperbaiki law enforcement.
2. Memperkuat kinerja dan pengawasan kepolisian dan kejaksaan melalui reformasi kepolisian dan
kejaksaan, perbaikan kinerja kepolisian dan kejaksaan di daerah, baik melalui program quick win
maupun perbaikan struktural menyeluruh dan komprehensif pada kepolisian dan kejaksaan.
3. Meninjau ulang dan memperbaiki peraturan yang menyangkut penegakan hukum termasuk
4. pengaturan hak-hak polisi, peraturan-peraturan pelaporan, dan aturan pelayanan dari aparat
penegak hukum.
5. Mendukung perbaikan adminsitrasi dan anggaran di Mahkamah Agung dan peradilan di
bawahnya.
6. Pencegahan dan penindakan korupsi secara konsisten dan tanpa tebang pilih.

Prioritas 11: Program Aksi Pembangunan yang inklusif dan Berkeadilan


1. Penguatan kelompok usaha mikro, kecil dan menengah dengan perluasan akses kredit untuk
UMKM termasuk dan utamanya melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR), penciptaan dan
pendidikan bagi para pengusaha (enterpreneur) baru di tingkat kecil dan menengah di daerah-
daerah, mendukung inovasi dan kreativitas masyarakat dan pengusaha dalam menciptakan
produk, mengemas, memasarkan dan memelihara kesinambungan dalam persaingan yang sehat.
2. Mengurangi kesenjangan antar daerah dengan melakukan terus menerus perbaikan kebijakan
transfer anggaran kedaerah melalui Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana
Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Otonomi Khusus (otsus).
3. Mempercepat pembangunan daerah-daerah tertinggal dan daerah perbatasan terluar dan
terpencil dengan pemberian anggaran yang cukup bagi pembangunan infrastruktur dan pos
penjagaan terluar.
4. Mengurangi kesenjangan jender dengan meningkatkan kebijakan pemihakan kepada
perempuan dan pengarusutamaan jender dalam strategi pembangunan.

Prioritas 12: Program Aksi di Bidang Lingkungan Hidup


1. Memperbaiki lingkungan yang mengalami kerusakan dan mencegah bencana alam dengan
melakukan reboisasi, penghutanan kembali, dan perbaikan daerah aliran sungai.
2. Mengembangkan strategi pembangunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan
(sustainable) sesuai dengan tujuan untuk mengurangi ancaman dan dampak perubahan iklim
global.
3. Mengajak seluruh masyarakat luas, rumah tangga maupun dunia usaha untuk aktif menjaga
lingkungan untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Prioritas 13: Program Aksi Pengembangan Budaya


1. Menjaga suasana kebebasan kreatif di bidang seni dan keilmuan.
2. Menyediakan prasarana untuk mendukung kegiatan kebudayaan dan keilmuan yang bersifat
non-komersial.
3. Memberikan insentif kepada kegiatan kesenian dan keilmuan untuk mengembangkan kualitas
seni dan budaya serta melestarikan warisan kebudayaan lokal dan nasional, modern, dan
tradisional.
Presiden RI

Nama Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono


Tempat/Tgl Lahir Pacitan, Jawa Timur 09 September 1949
Alamat Jl. Alternatif Cibubur Puri Cikeas Indah No. 2
Desa Nagrag Kec. Gunung Putri
Bogor - 16967
Agama Islam
Status Perkawinan Menikah
Nama Istri Kristiani Herawati
Jumlah Anak 1. Agus Harimurti Yudhoyono
2. Edhie Baskoro Yudhoyono
Website: www.presidensby.info

Pendidikan
1. 1973 : Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akbar)
2. 1976 : American Language Course, Lackland, Texas - AS
3. 1976 : Airbone and Ranger Course, Fort Benning - AS
4. 1982 - 1983 : Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning - AS
5. 1983 : On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg - AS
6. 1983 : Jungle Warfare School, Panama
7. 1984 : Antitank Weapon Course di Belgia dan Jerman
8. 1985 : Kursus Komando Batalyon
9. 1988 - 1989 : Sekolah Komando Angkatan Darat
10. Command and General Staff College, Fort Leavenwort, Kansas - AS
11. Master of Art (MA) dari Management Webster University, Missouri
12. 2004 : Doctorate (Dr) Institut Pertanian Bogor, Indonesia

Riwayat Pekerjaan
1. 2004 - sekarang : Presiden Republik Indonesia
2. 10 Agustus 2001 - 12 Maret 2004 : Menkopolkam, Kabinet Gotong Royong
3. 26 Oktober 2000 - 01 Juni 2001 : Menkopolsoskam, Kabinet Persatuan Nasional
4. 20 Oktober 1999 - 26 Agustus 2000 : Mentamben, Kabinet Abdurrahman Wahid
5. 16 Februari 1998 - November 1998 : Kepala Staff Sosial Politik (Kasospol) ABRI
6. 23 Agustus 1996 - 26 Agustus 1997 : Panglima Kodam II Sriwijaya
7. Maret 1996 - Agustus 1996 : Kepala Staff Kodam Jaya
8. November 1995 - November 1996 : Kepala Pengamat Militer PBB di Bosnia dari UNPF (United
Nation Peace Force)
9. 1994 - 1995 : Komandan Korem Pamungkas 072 Yogyakarta
10. 1994 : Assisten Operasi Kodam Jaya
11. 1993 : Komandan Brigade Infantry 17, Kujang I Kostrad

Penghargaan
1. 1973 : Lencana Adi Mahakarya dari Presiden Republik Indonesia sebagai Lulusan Terbaik Akabri
2. 1983 : Honorour Graduated IOAC, USA
3. 2003 : Tokoh Berbahasa Lisan Terbaik
Wakil Presiden RI
Nama Prof. Dr. Boediono, M.Ec.
Tempat/Tgl Blitar, Jawa Timur, 25 Februari 1943
Lahir
Alamat Jl. Mampang Prapatan XX No.26, Jakarta Selatan
Agama Islam
Status Menikah
Perkawinan
Nama Istri Ny. Herawati
Jumlah Anak 1. Ratriana Ekarini
2. Dios Kurniawan

Pendidikan
1. Sarjana Ekonomi di University of Western, Australia (1967)
2. Master di Bidang Ekonomi dari Monash University, Australia (1972)
3. Doctor of Philosophy dari Wharton School, University of Pennsylvania, AS (1979)

Riwayat Pekerjaan
1. 2009 - sekarang : Wakil Presiden Republik Indonesia
2. 2008 - 2009 Gubernur Bank Indonesia
3. 2005 - 2008 Menko Perekonomian Indonesia
4. 2001 - 2004 Menteri Keuangan
5. 1998 - 1999 Menteri Negara Bappenas
6. 1993 - 1998 Direktur Bank Indonesia (saat ini setara Deputi Gubernur)
7. 1988 - 1993 Deputi Ketua Bidang Fiskal dan Moneter Bappenas
8. 1996 - 1997 Direktur III Bank Indonesia Urusan Pengawasan BPR
9. 1997 - 1998 Direktur I BI Urusan Operasi dan Pengendalian Moneter
10. 1973 - 2009 : Guru Besar / Dosen

Penghargaan
Bintang Mahaputra Adipradana tahun 1999

Menteri Koordinator
Menteri Koordinator, adalah Menteri Negara pembantu Presiden dengan tugas pokok mengkoordinasi
penyiapan dan penyusunan kebijaksanaan serta pelaksanaan dibidang yang berada dalam tanggung-
jawabnya dalam kegiatan pemerintahan Negara.

Tugas Menteri Koordinator diantaranya adalah mengkoordinasi menteri-menteri pada kementerian


terkait dan instansi lain yang dianggap perlu, mengkoordinasi penyusunan kebijakan, menampung dan
mengusahakan penyelesaian masalah-masalah yang timbul dalam bidang koordinasinya serta mengikuti
perkembangan keadaannya, melakukan koordinasi seerat-eratnya mengenai penanganan masalah-
masalah yang mempunyai sangkut paut antar bidang koordinasi dengan para Menteri Koordinator
lainnya, menyampaikan laporan dan bahan keterangan serta saran-saran dan pertimbangan dibidang
tanggung jawabnya kepada Presiden.

Menteri Koordinator mengusahakan agar Menteri/Pimpinan Lembaga di lingkungan koordinasinya


senantiasa memelihara adanya kesatuan bahasa dan kesatuan langkah mengenai kebijaksanaan
Pemerintah, sehingga pelaksanaannya baik di Pusat maupun di Daerah selalu terpadu.
Dalam hal usaha pemecahan masalah bersama Menteri Koordinator belum dapat diperoleh penyelesaian,
maka Menteri Koordinator melaporkannya kepada Presiden baik sendiri maupun bersama-sama
Menteri/Pimpinan Lembaga yang bersangkutan dengan disertai pertimbangan-pertimbangannya untuk
mendapatkan keputusan atau petunjuk Presiden.

Dalam menjalankan segala tanggungjawabnya, Menteri Koordinator dibantu oleh staff yang terdiri dari,
Sekretaris Menko, Asisten Menteri Koordinator, sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang, dan Staff Ahli,
sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.

Menteri
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dilantik menjadi Presiden RI untuk periode kedua, 2009 - 2014,
pada 20 Oktober 2009. Bersama Wakil Presiden Boediono, Presiden SBY diambil sumpahnya dalam
Sidang Paripurna MPR-RI. Sehari kemudian, 21 Oktober 2009, Presiden SBY mengumumkan daftar
anggota kabinet baru yang dinamai Kabinet Indonesia Bersatu II, terdiri atas 3 (tiga) Menteri Koordinator
dan seorang Sekretaris Negara, 20 (duapuluh) menteri yang memimpin departemen, dan 10 (sepuluh)
menteri negara. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pementukan dan Organisasi
Kementerian Negara.

Setiap Menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan, yang terdiri atas:
 Urusan pemerintahan yang nomenklatur. Kementeriannya secara tegas disebutkan dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, meliputi urusan luar negeri,
dalam negeri, dan pertahanan.
 Urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, meliputi urusan agama, hukum, keuangan, keamanan, hak asasi
manusia, pendidikan, kebudayaan, kesehatan, sosial, ketenagakerjaan, industri, perdagangan,
pertambangan, energi, pekerjaan umum, transmigrasi, transportasi, informasi, komunikasi,
pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, kelautan, dan perikanan.
 Urusan pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program
pemerintah, meliputi urusan perencanaan pembangunan nasional, aparatur negara,
kesekretariatan negara, badan usaha milik negara, pertanahan, kependudukan, lingkungan
hidup, ilmu pengetahuan, teknologi, investasi, koperasi, usaha kecil dan menengah, pariwisata,
pemberdayaan perempuan, pemuda, olahraga, perumahan, dan pembangunan kawasan atau
daerah tertinggal.

Setiap urusan pemerintahan, kecuali urusan luar negeri, dalam negeri, dan pertahanan, tidak harus
dibentuk dalam satu Kementerian tersendiri.
Setingkat Menteri
Adalah lembaga negara yang mempunyai kedudukan setingkat menteri tapi bukan termasuk dalam
kementrian, baik kementrian koordinator maupun kementrian negara. Lembaga-lembaga tersebut
bertanggungjawab kepada Presiden Republik Indonesia.
Lembaga-lembaga Negara tersebut adalah:
 Kejaksaan Agung
 Tentara Nasional Indonesia
 Kepolisian Republik Indonesia
 UKPPPP (Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan)

Basrief Aried SH, MH


Sosok mantan wakil jaksa Agung ini juga dikenal bersih selama menjadi pejabat di korps
yang membesarkan namanya itu.
Sejumlah prestasi juga pernah ditorehkan pria kelahiran Tanjung Enim, Sumsel, 1947 lalu
ini kala merintis karier di Kejaksaan. Sebelum masuk ke lingkungan Gedung Bundar,
Basrief sebelumnya menjadi Kajari Belawan, Sumut, Kajari Cibinong, Jabar lalu Kajari
Jakarta Pusat setelah itu dirinya menjadi Asisten Pidum Kejati DKI Jakarta.
Ia salah satu pemburu koruptor dan itu harus diakui. Ia juga seorang panutan di
Kejaksaan, dan dengan pengalaman teknis di Kejagung.
Basrief Arief sempat menjabat sebagai Wakil Jaksa Agung di era Abdul Rahman Saleh.
Alumni FH Pasca Sarjana Unpad dan FH Universitas Andalas itu pernah menjadi Ketua
Tim Pemburu Koruptor yang dibentuk oleh Kementerian Politik Hukum dan Keamanan.
Pada era kepemimpinan Basrief, Tim Pemburu Koruptor menangkap bekas Direktur Bank Sertivia, David Nusa
Wijaya, yang merupakan terpidana kasus korupsi dana BLBI senilai Rp 1,3 triliun. Basrief digantikan oleh Muchtar
Arifin pada 2007 karena telah memasuki masa pensiun.
Kini, ia terpilih dan dilantik menjadi Jaksa Agung oleh Presiden Susilo B. Y. pada hari Jumat, 26 November 2010.
Data Pribadi
1. Nama : Basrief Aried SH, MH
2. Tempat/ tgl Lahir : Tanjung Enim/ 23 Januari 1947 (63 th)
3. Agama : Islam
4. Jenis Kelamin : laki-laki
5. Status Nikah : Kawin
6. Jumlah Anak : 3 orang
Pendidikan Formal
1. Hukum Perdata Universitas Andalas Padang (1975)
2. Magister Hukum Universitas Andalas dan Universita Padjajaran Bandung (2000)
Pendidikan Kedinasan
1. Susdas Wira Intel (1987)
2. Trampil Jaksa Pidum (1988)
3. Spadya (1990)
4. Penyelundupan (1992)
5. Sespanas (1995)
6. Lemhanas (1999)
Karir
1. Jaksa Funsional di Pekanbaru (1971)
2. Kasubsi Sosial dan Politik di Pekanbaru (1976)
3. Kasubsi Tindak Pidana Subversi di Pekanbaru (1978)
4. Kasubsi Tipid Umum Lain di Jakarta Pusat (1981)
5. Kasi Tindak Pidana Umum di Bandar Lampung (1985)
6. Kasi Tindak Pidana Umum di Surabaya (1989)
7. Kasi Penyidikan II (1991)
8. Kepala Kejaksaan Negeri Belawan (1993)
9. Kepala Bagian Humas (1994)
10. Kepala Kejaksaan Negeri Cibinong (1995)
11. Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat (1996)
12. Asisten Tindak Pidana Umum DKI Jakarta (1997)
13. Staf Ahli (1998)
14. Kepala Biro Umum (2000)
15. Kepala Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta (2000)
16. Jaksa Agung Muda Intelijen (2001)
17. Wakil Jaksa Agung (2005)
18. Jaksa Agung (2010)
http://www.kejaksaan.go.id/tentang_kejaksaan.php?id=9&ids=1
Panglima TNI Laksamana Madya TNI Agus Suhartono, SE

Laksamana Madya TNI Agus Suhartono, SE

Laksamana TNI Agus Suhartono, Panglima Tentara Nasional Indonesia sejak 28


September 2010. Sebelumnya alumnus Akademi Angkatan Laut (AAL) pada tahun
1978 ini, pernah menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Laut sejak tanggal 9 November
2009 hingga 28 September 2010 menggantikan Laksamana TNI Tedjo Edhy
Purdijatno.

Menyelesaikan pendidikan Sekolah Staf dan Komando TNI AL tahun 1994, Sesko TNI
tahun 1999, dan Lembaga Ketahanan Nasional pada tahun 2003 ini, pernah menjabat
sebagai Komandan Gugus Tempur Laut Koarmatim dan Asisten Operasi KSAL.
Sebelum diangkat menjadi KSAL, ia menjabat sebagai Irjen Departemen Pertahanan.

Pangkat Jabatan :
 Perwira Divisi Komunikasi KRI Yos Sudarso
 Padiv Kom KRI Ratulangi
 Kadiv SBA KRI Slamet Riyadi
 Komandan KRI Kakap
 Komandan KRI Sultan Thaha Syaifuddin
 Komandan KRI Hasan Basri
 Komandan KRI Samadikun
 Komandan KRI Ki Hadjar Dewantara
 Komandan Komando Pendidikan Angkatan Laut sejak 5 Mei 2006
 Pada 1999, dia diangkat menjadi Paban V Straops Sopsal
 Dankolat Armatim hingga Asisten Pangarmatim Bidang Operasi (2002).

Karier
 Irjen Departemen Pertahanan (0)
 Komandan Gugus Tempur Laut Koarmatim (2003)
 Komandan Kodikal (0)
 Asrena KSAL (0)
 Asisten Operasi KSAL (0)
 Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (0)
 Panglima Tentara Nasional Indonesia (2010)
 Kepala Staf TNI AL ke-22 (2009)

Drs. TIMUR PRADOPO

Nama / Pangkat / NRP


Drs. TIMUR PRADOPO / JENDERAL POLISI / 56010380
Tempat / Tanggal Lahir
Jombang / 10 Januari 1956
Agama / Suku
Islam / Jawa
Jabatan
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENDIDIKAN
Umum :
 Akademi Kepolisian (1978)
 Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) (1989)
Khusus :
 Kejuruan: PA Lantas
 Sekolah Staf dan Pimpinan Polisi (Sespimpol) (1996)
 Sekolah Staf Administrasi Tingkat Tinggi (Sespati Polri), (2001)

PERJALANAN KARIER DI POLRI


Kepangkatan :
 Jenderal Polisi
Jabatan :
 Perwira Samapta Poltabes Semarang
 Perwira Operasi Satuan Lalu Lintas Semarang
 Kepala Seksi Ops Poltabes Semarang
 Kapolsekta Semarang Timur
 Kabag Lantas Polwil Kedu
 Kasubag Ops Dit Lantas Polda Metro Jaya
 Kasat Lantas Restro Jakarta Pusat
 Kapolsek Metro Sawah Besar
 Waka Polres Tangerang
 Kabag Jianma Dit Lantas Polda Metro Jaya
 Kapolres Metro Jakarta Barat (1997-1999)
 Kapolres Metro Jakarta Pusat (1999-2000)
 Kapuskodal Ops Polda Jawa Barat (2000)
 Kepala Polwiltabes Bandung (2001)
 Kakortarsis Dediklat Akpol (2002)
 Irwasda Polda Bali (2004)
 Kapolda Banten (2005)
 Kaselapa Lemdiklat Polri (2008)
 Staf Ahli Bidang Sosial Politik Kapolri (2008)
 Kapolda Jawa Barat (2008-2010)
 Kapolda Metro Jaya (2010)
 Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan (Kabaharkam) Polri (2010)

PENGHARGAAN
 Satya Lencana 16 Tahun

Sumber : http://kalbar.polri.go.id/profil-kapolri

Lembaga Tinggi Negara


Lembaga tinggi negara adalah sekumpulan lembaga negara utama yang membentuk pemerintahan
Indonesia. Dimana lembaga negara merupakan organisasi pemerintahan yang dibuat oleh negara, dari
negara, dan untuk negara.

Lembaga negara terbagi dalam beberapa macam dan mempunyai tugas nya masing-masing. Secara garis
besar tugas umum lembaga negara adalah: (1) Menjaga kestabilan atau stabilitas keamanan, politik,
hukum, ham, dan budaya. (2) Menciptakan suatu lingkungan yang kondusif , aman, dan harmonis. (3)
Menjadi badan penghubung antara negara dan rakyatnya. (4) Menjadi sumber insipirator dan aspirator
rakyat. (5) Memberantas tindak pidana korupsi, kolusi, maupun nepotisme. (6) Membantu menjalankan
roda pemerintahan negara.

LEMBAGA NEGARA
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Dewan Perwakilan Rakyat
Badan Pemeriksa Keuangan
Mahkamah Agung
Mahkamah Konstitusi
Dewan Perwakilan Daerah
Komisi Yudisial
Komisi Pemberantasan Korupsi

Majelis Permusyawaratan Rakyat


Alamat:
Jl. Jend.Gatot Subroto No.6
Jakarta 10270

Telepon:
(021) 5715317, 5734874

Fax:
(021) 57895048

Website:
www.mpr.go.id

Dewan Perwakilan Rakyat

Alamat:
Jl. Jend.Gatot Subroto No. 6
Jakarta Selatan

Telepon:
(021) 5715326, 5715637

Email:
humas@dpr.go.id

Website:
www.dpr.go.id

Badan Pemeriksa Keuangan

Alamat:
Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav 31
Jakarta Pusat 10210

Telepon:
(021) 5704395

Email:
webmaster@bpk.go.id

Website:
www.bpk.go.id
Mahkamah Agung

Alamat:
Jl. Medan Merdeka Utara No. 9-13
Jakarta 10110

Telepon:
021-384 3348, 384 3459

Fax:
021-381 0357

Email:
info@ma-ri.go.id

Website:
www.mahkamahagung.go.id

Mahkamah Konstitusi

Alamat:
Jl. Medan Merdeka Barat No. 6
Jakarta 10110

Telepon:
(021) 23529000

Fax:
(021) 3520177

Website:
www.mahkamahkonstitusi.go.id
Dewan Perwakilan Daerah

Alamat:
Jl. Jend. Gatot Subroto No.6
Jakarta 10270

Telepon:
(021) 57897373

Email:
Pusdatin_dpd@dpd.go.id

Website:
www.dpd.go.id
Dewan Perwakilan Daerah
Profil DPD
Senin, 13 Februari 2012

Latar Belakang
Sejalan dengan tuntutan demokrasi guna memenuhi rasa keadilan masyarakat di daerah, memperluas
serta meningkatkan semangat dan kapasitas partisipasi daerah dalam kehidupan nasional; serta untuk
memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka dalam rangka pembaharuan konstitusi, MPR
RI membentuk sebuah lembaga perwakilan baru, yakni Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia
(DPD RI). Pembentukan DPD RI ini dilakukan melalui perubahan ketiga Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) pada bulan November 2001.
Sejak perubahan itu, maka sistem perwakilan dan parlemen di Indonesia berubah dari sistem unikameral
menjadi sistem bikameral. Perubahan tersebut tidak terjadi seketika, tetapi melalui tahap pembahasan
yang cukup panjang baik di masyarakat maupun di MPR RI, khususnya di Panitia Ad Hoc I. Proses
perubahan di MPR RI selain memperhatikan tuntutan politik dan pandangan-pandangan yang
berkembang bersama reformasi, juga melibatkan pembahasan yang bersifat akademis, dengan
mempelajari sistem pemerintahan yang berlaku di negara-negara lain khususnya di negara yang
menganut paham demokrasi.
Dalam proses pembahasan tersebut, berkembang kuat pandangan tentang perlu adanya lembaga yang
dapat mewakili kepentingan-kepentingan daerah, serta untuk menjaga keseimbangan antar daerah dan
antara pusat dengan daerah, secara adil dan serasi. Gagasan dasar pembentukan DPD RI adalah
keinginan untuk lebih mengakomodasi aspirasi daerah dan sekaligus memberi peran yang lebih besar
kepada daerah dalam proses pengambilan keputusan politik untuk hal-hal terutama yang berkaitan
langsung dengan kepentingan daerah. Keinginan tersebut berangkat dari indikasi yang nyata bahwa
pengambilan keputusan yang bersifat sentralistik pada masa lalu ternyata telah mengakibatkan
ketimpangan dan rasa ketidakadilan, dan diantaranya juga memberi indikasi ancaman keutuhan wilayah
negara dan persatuan nasional. Keberadaan unsur Utusan Daerah dalam keanggotaan MPR RI selama ini
(sebelum dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang Dasar 1945) dianggap tidak memadai untuk
menjawab tantangan-tantangan tersebut.

Visi dan Misi

VISI DPD-RI
Rumusan visi suatu organisasi atau lembaga pada dasarnya adalah pernyataan cita-cita yang hendak
dicapai atau dituju oleh lembaga atau organisasi yang bersangkutan. Secara normatif, rumusan visi
tersebut menjadi pedoman dasar semua arah kebijakan, keputusan, dan tindakan yang akan dilakukan.
Karena itu, visi juga merupakan pernyataan pikiran dan kehendak untuk berubah dari keadaan yang ada
saat ini (das sein) ke suatu keadaan yang diinginkan (das sollen).
Lembaga Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) saat ini masih terbentur pada satu
masalah utama, yakni keberadaannya yang nisbi dan ‘serba-tanggung’ sebagai suatu lembaga legislatif.
Gagasan dasar pembentukan sebagai suatu lembaga pengimbang (check and balance) kekuasaan, baik di
lingkungan lembaga legislatif sendiri (DPR dan MPR RI) maupun di lembaga-lembaga eksekutif
(pemerintah), belum sepenuhnya berfungsi secara optimal dan efektif.
Ada beberapa penyebab utama yang dapat diidentifikasi, setidaknya sampai saat ini, yakni:
1. keberadaannya sebagai suatu lembaga baru belum menemukan format kerja dan struktur
kelembagaan yang memadai;
2. sebagian besar anggotanya adalah orang-orang baru dalam dunia politik yang belum memiliki
pengalaman nyata dalam praktik-praktik sistem politik Indonesia selama ini; dan
3. batasan fungsi dan kewenangan yang ada belum memiliki kekuatan penuh dalam proses legislasi.
Berdasarkan masalah pokok dan mendasar itulah, rumusan visi DPD RI yang disepakati pada Lokakarya
Perencanaan Strategis DPD RI, 30 Agustus–1 September 2005 adalah sebagai berikut :
Terwujudnya Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) sebagai lembaga legislatif yang
kuat, setaradan efektif dalam memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah menuju masyarakat Indonesia
yang bermartabat, sejahtera, dan berkeadilan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).

MISI DPD-RI
Berdasarkan visi tersebut, rumusan misi DPD RI masa bakti 2004–2009, disepakati sebagai berikut:
1. Memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah untuk mewujudkan pemerataan pembangunan
kesejahteraan rakyat dalam rangka memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia secara
berkesinambungan.
2. Mendorong perhatian yang lebih besar dari pemerintah pusat terhadap isu-isu penting di daerah.
3. Memperjuangkan penguatan status DPD RI sebagai salah satu badan legislatif dengan fungsi dan
kewenangan penuh untuk mengajukan usul, ikut membahas, memberikan pertimbangan, dan
melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang, terutama yang menyangkut kepentingan
daerah.
4. Meningkatkan fungsi dan wewenang DPD RI untuk memperkuat sistem check and balance melalui
amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
Mengembangkan pola hubungan dan kerja sama yang sinergis dan strategis dengan pemilik kepentingan
utama di daerah dan di pusat.

Hak dan Kewajiban Anggota


Sesuai dengan ketentuan Pasal 49 dan 50 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan
Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD bahwa Anggota DPD mempunyai hak dan kewajiban sebagai
berikut:
Hak
1. Menyampaikan usul dan pendapat
2. Memilih dan dipilih
3. Membela diri
4. Imunitas
5. Protokoler dan
6. Keuangan dan administratif.
Kewajiban
1. Mengamalkan Pancasila
2. Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati
segala peraturan perundang-undangan
3. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
4. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan negara kesatuan Republik
Indonesia
5. Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat
6. Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat dan daerah
7. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan
8. Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah
pemilihannya
9. Menaati kode etik dan Peraturan Tata Tertib DPD dan
10. Menjaga etika dan norma adat daerah yang diwakilinya.
Berkenaan dengan kewajiban tersebut, hal itu mempertegas fungsi politik legislatif Anggota DPD RI
yang meliputi representasi, legislasi dan pengawasan yang dicirikan oleh sifat kekuatan mandatnya dari
rakyat pemilih yaitu sifat “otoritatif” atau mandat rakyat kepada Anggota; di samping itu ciri sifat ikatan
atau “binding” yaitu ciri melekatnya pemikiran dan langkah kerja Anggota DPD RI yang semata-mata
didasarkan pada kepentingan dan keberpihakan pada rakyat daerah.
Komisi Yudisial

Alamat:
Jl. Kramat Raya No. 57, Jakarta Pusat

Telepon:
(021) 3905876

Fax:
(021) 3906215

Email:
kyri@komisiyudisial.go.id

Website:
www.komisiyudisial.go.id
Profil KY
Senin, 13 Februari 2012

Sejarah
Berawal pada tahun 1968 muncul ide pembentukan Majelis Pertimbangan Penelitian Hakim (MPPH)
yang berfungsi untuk memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan akhir mengenai saran-
saran dan atau usul-usul yang berkenaan dengan pengangkatan, promosi, kepindahan, pemberhentian
dan tindakan/hukuman jabatan para hakim. Namun ide tersebut tidak berhasil dimasukkan dalam
undang-undang tentang Kekuasaan Kehakiman.
Baru kemudian tahun 1998-an muncul kembali dan menjadi wacana yang semakin kuat dan solid sejak
adanya desakan penyatuan atap bagi hakim, yang tentunya memerlukan pengawasan eksternal dari
lembaga yang mandiri agar cita-cita untuk mewujudkan peradilan yang jujur, bersih, transparan dan
profesional dapat tercapai.
Seiring dengan tuntutan reformasi peradilan, pada Sidang Tahunan MPR tahun 2001 yang membahas
amandemen ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, disepakati beberapa
perubahan dan penambahan pasal yang berkenaan dengan kekuasaan kehakiman, termasuk di
dalamnya Komisi Yudisial yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai
wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim. Berdasarkan pada amandemen ketiga itulah dibentuk Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004
tentang Komisi Yudisial yang disahkan di Jakarta pada tanggal 13 Agustus 2004.
Setelah melalui seleksi yang ketat, terpilih 7 (tujuh) orang yang ditetapkan sebagai anggota Komisi
Yudisial periode 2005-2010 melalui Keputusan Presiden tanggal 2 Juli 2005. Dan selanjutnya pada tanggal
2 Agustus 2005, ketujuh anggota Komisi Yudisial mengucapkan sumpah dihadapan Presiden, sebagai
awal memulai masa tugasnya.

Visi dan Misi

Pernyataan VISI adalah perwujudan harapan tertinggi yang diupayakan untuk terwujud dengan
mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya manusia di Komisi Yudisial melalui serangkaian
tindakan yang dilakukan secara terus menerus berdasarkan amanat konstitusi dan Undang-Undang.
Visi Komisi Yudisial dinyatakan sebagai berikut:
Terwujudnya penyelenggara kekuasaan kehakiman yang jujur, bersih, transparan, dan profesional.
Pernyataan MISI adalah komitmen, tindakan, dan semangat sehari-hari seluruh sumber daya manusia di
Komisi Yudisial yang diarahkan untuk mencapai VISI Komisi Yudisial.
Misi Komisi Yudisial dinyatakan sebagai berikut:
1. Menyiapkan calon hakim agung yang berakhlak mulia, jujur, berani dan kompeten.
2. Mendorong pengembangan sumber daya hakim menjadi insan yang mengabdi dan menegakkan
hukum dan keadilan.
3. Melaksanakan pengawasan penyelenggara kekuasaan kehakiman yang efektif, terbuka dan
dapat dipercaya.

Tujuan Komisi Yudisial:


1. Agar dapat melakukan monitoring secara intensif terhadap penyelenggaraan kekuasaan
kehakiman dengan melibatkan unsur-unsur masyarakat.
2. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kekuasaan kehakiman baik yang menyangkut rekruitmen
hakim agung maupun monitoring perilaku hakim.
3. Menjaga kualitas dan konsistensi putusan lembaga peradilan, karena senantiasa diawasi secara
intensif oleh lembaga yang benar-benar independen.
4. Menjadi penghubung antara kekuasaan pemerintah dan kekuasaan kehakiman untuk menjamin
kemandirian kekuasaan kehakiman.
Komisi Pemberantasan Korupsi

Alamat:
Jln. HR Rasuna Said Kav C-1
Jakarta 12920

Telepon:
(021) 2557 8300

Fax:
(021) 5290 5592

Email:

pengaduan@kpk.go.id
Website:
www.kpk.go.id

Kementerian
Kementerian (nama resmi: Kementerian Negara) adalah lembaga Pemerintah Indonesia yang
membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. Kementerian berkedudukan di Jakarta dan berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada presiden.
Landasan hukum kementerian adalah Bab V Pasal 17 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa: (1) Presiden
dibantu oleh menteri-menteri negara. (2) Menteri-menteri itu diangkat dan diperhentikan oleh Presiden.
(3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. (4) Pembentukan, pengubahan, dan
pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-undang.
Lebih lanjut, kementerian diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian
Negara dan Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara.
Kementerian Koordinator
Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009, tentang Pembentukan Dan Organisasi Kementerian Negara;
Kementerian Koordinator, setiap Kementerian membidangi urusan tertentu dalam Pemerintahan yang
terdiri atas :
 urusan pemerintahan yang nomenklatur Kementeriannya secara tegas disebutkan dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
 urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945; dan
 urusan pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program
pemerintah.
Kementerian Koordinator melakukan sinkronisasi dan koordinasi urusan kementerian, berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Kementerian Koordinator mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyinkronkan dan
mengkoordinasikan perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya. Unsur
Pemimpin, Pasal 9 - Menteri Koordinator mempunyai tugas memimpin Kementerian Koordinator sesuai
dengan bidang tugas Kementerian Koordinator.
Kementerian Koordinator terdiri atas :
1. Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan;
2. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian;
3. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Kementerian Koordinator
menyelenggarakan fungsi :
a. sinkronisasi perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya;
b. koordinasi perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya;
c. pengendalian penyelenggaraan urusan kementerian sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b;
d. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya;
e. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya; dan
f. pelaksanaan tugas tertentu yang diberikan oleh Presiden.

KEMENTERIAN
KOORDINASI

Kementerian Koordinator Bidang Polhukam


Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

Kementerian
Dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008, BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1 yang dimaksud
dengan :

1. Kementerian Negara yang selanjutnya disebut Kementerian adalah perangkat


pemerintah yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
2. Menteri Negara yang selanjutnya disebut Menteri adalah pembantu Presiden yang
memimpin Kementerian.
3. Urusan Pemerintahan adalah setiap urusan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
4. Pembentukan Kementerian adalah pembentukan Kementerian dengan nomenklatur tertentu
setelah Presiden mengucapkan sumpah/janji.
5. Pengubahan Kementerian adalah pengubahan nomenklatur Kementerian dengan cara
menggabungkan, memisahkan, dan/atau mengganti nomenklatur Kementerian yang sudah
terbentuk.
6. Pembubaran Kementerian adalah menghapus Kementerian yang sudah terbentuk.
Pasal 2, Bagian Kesatu, mengenai Kedudukan, Kementerian berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik
Indonesia. Pasal 3, Kementerian berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Kementerian mempunyai tugas menyelenggarakan urusan tertentu dalam pemerintahan untuk
membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Dalam Pasal 26, Hubungan antara Kementerian dan pemerintah daerah dilaksanakan dalam
kerangka sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
memperhatikan prinsip-prinsip penyelenggaraan otonomi daerah sesuai peraturan perundang-
undangan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, fungsi, dan susunan organisasi Kementerian diatur dengan
Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009.

KEMENTERIAN
Kementerian Sekretariat Negara
Kementerian Agama
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Kementerian Luar Negeri
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Kementerian Kehutanan
Kementerian Kesehatan
Kementerian Keuangan
Kementerian Pertahanan
Kementerian Perindustrian
Kementerian Sosial
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kementerian Dalam Negeri
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Komunikasi dan Informatika
Kementerian Pekerjaan Umum
Kementerian Perhubungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kementerian Perdagangan
Kementerian Pertanian
Kementerian Negara Riset dan Teknologi
Kementerian Negara Koperasi & UKM
Kementerian Negara Lingkungan Hidup
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal
Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas
Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara
Kementerian Negara Perumahan Rakyat
Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga

Setingkat Menteri
Adalah lembaga negara yang mempunyai kedudukan setingkat menteri tapi bukan termasuk dalam
kementrian, baik kementrian koordinator maupun kementrian negara. Lembaga-lembaga tersebut
bertanggungjawab kepada Presiden Republik Indonesia.
Lembaga-lembaga Negara tersebut adalah:
 Kejaksaan Agung
 Tentara Nasional Indonesia
 Kepolisian Republik Indonesia
 UKPPPP (Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan)
Kejaksaan Agung

Alamat:
Jl. Sultan Hasanudin No.1
Pusat Instakrim - Jakarta Selatan

Telepon:
021-722 1377

Email:
postmaster@kejaksaan.go.id

Website:
www.kejaksaan.go.id

Tentara Nasional Indonesia

Alamat:
Mabes Tentara Nasional Indonesia
Cilangkap - Jakarta 13870

Telepon:
021-845 91244

Faks:
021-845 6805

Email:
webmaster@tni.mil.id

Website:
www.tni.mil.id

Kepolisian Negara
Republik Indonesia

Alamat:
Mabes Polri - Jl. Trunojoyo 3
Jakarta Selatan
Telepon:
021-721 8144

Email:
info@polri.go.id

Website:
humas.polri.go.id

UKPPPP
Unit Kerja Presiden
Bidang Pengawasan dan
Pengendalian Pembangunan

Alamat:
Gedung Setneg Sayap Timur
Jl. Veteran III No. 2
Jakarta 10110

Telepon:
021-350 8003

Faks:
021-231 4147

Email:
webmaster@ukp.go.id
Website:
www.ukp.go.id

Pemerintah Daerah

Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi
atas daerah kabupaten dan daerah kota. Setiap daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota
mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang. Pemerintahan daerah provinsi,
daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan.
Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh
undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. Pemerintahan daerah berhak menetapkan
peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.
Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-
masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota dipilih secara demokratis.
Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota
atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan
kekhususan dan keragaman daerah. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfatan sumber daya
alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan
dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.
Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau
bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang. Negara mengakui dan menghormati kesatuan-
kesatuan masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam
undang-undang.
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.
 Pemerintahan Daerah Provinsi terdiri atas Pemerintah Daerah Provinsi dan DPRD Provinsi.
 Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kotaterdiri atas Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan
DPRD Kabupaten/Kota
Pembentukan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota ditetapkan dengan undang-undang.
Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang
bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih. Daerah dapat dihapus
dan digabung dengan daerah lain apabila daerah yang bersangkutan tidak mampu menyelenggarakan
otonomi daerah. Penghapusan dan penggabungan daerah beserta akibatnya ditetapkan dengan undang-
undang. Untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat khusus bagi kepentingan
nasional, Pemerintah dapat menetapkan kawasan khusus dalam wilayah provinsi dan/atau
kabupaten/kota.

PEMERINTAH DAERAH
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Provinsi Sumatera Utara
Provinsi Sumatera Barat
Provinsi Sumatera Selatan
Provinsi Riau
Provinsi Jambi
Provinsi Bengkulu
Provinsi Lampung
Provinsi Bangka Belitung
Provinsi Kepulauan Riau
Provinsi DKI Jakarta
Provinsi D.I. Yogyakarta
Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Tengah
Provinsi Jawa Timur
Provinsi Banten
Provinsi Bali
Provinsi Kalimantan Barat
Provinsi Kalimantan Tengah
Provinsi Kalimantan Selatan
Provinsi Kalimantan Timur
Provinsi Kalimantan Utara
Provinsi Sulawesi Utara
Provinsi Sulawesi Tenggara
Provinsi Sulawesi Tengah
Provinsi Sulawesi Selatan
Provinsi Sulawesi Barat
Provinsi Papua
Provinsi Papua Barat
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Provinsi Nusa Tenggara Barat
Provinsi Maluku
Provinsi Maluku Utara
Provinsi Gorontalo

LPNK
Lembaga Pemerintah Nonkementerian (dahulu Lembaga Pemerintah Nondepartemen, disingkat LPNK)
adalah lembaga negara di Indonesia yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintahan tertentu
dari presiden. Kepala LPNK berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada presiden melalui
menteri yang mengoordinasikan.
LPNK mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari presiden atau menunjang
tugas yang dilakukan oleh Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
LPNK terdiri dari
 Kepala
 Sekretariat Utama
 Deputi
 Inspektorat Utama.
Apabila dipandang perlu LPNK dapat membentuk Komisi/Kelompok Kerja Non Struktural sesuai
dengan kebutuhan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugasnya, masing-masing LPNK dikoordinasikan oleh Menteri yang meliputi
 Menteri Koordinator Bidang Perekonomian bagi BPS, BAPPENAS, BKPM,BULOG, dan
BARANTI
 Menteri Koordinator Bidang Politik, sosial dan Keamanan bagi LEMSANEG;
 Menteri Dalam Negeri dan Otonomi daerah bagi BPN;
 Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial bagi BPOM;
 Menteri Pendidikan Nasional bagi PERPUSNAS;
 Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara bagi LAN, BKN, dan ANRI
 Menteri Negara Lingkungan Hidup bagi BAPEDAL;
 Menteri Negara Riset dan Teknologi bagi LIPI, LAPAN, BPPT, BATAN,BEPETEN,
BAKORSUTANAL, dan BSN;
 Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan bagi BKKBN; dan
 Menteri Negara Koperasi dan UKM bagi BPS-KPKM.

Bagi BIN dan BPKP dalam pelaksanaan tugasnya tidak dikoordinasikan oleh Menteri.
LPNK
 Arsip Nasional Republik  Badan Pertanahan  Badan Nasional
Indonesia Nasional Penanggulangan Bencana
 Perpustakaan Nasional  Badan Pengkajian dan  Badan Meteorologi,
Republik Indonesia Penerapan Teknologi Klimatologi, dan
 Lembaga Penerbangan  Badan Pengawasan Geofisika
dan Antariksa Nasional Keuangan dan  Badan Koordinasi Survei
 Lembaga Ilmu Pembangunan dan Pemetaan Nasional
Pengetahuan Indonesia  Badan Pengawasan  Badan Koordinasi
 Badan Perlindungan dan Tenaga Nuklir Penanaman Modal
Penempatan Tenaga Kerja  Badan Pengawasan  Badan Kependudukan
Indonesia Perdagangan Berjangka dan Keluarga Berencana
 Badan Standardisasi Komoditi Nasional
Nasional  Badan Pengawasan Obat  Badan Kepegawaian
dan Makanan Negara
 Badan Pusat Statistik  Badan Intelijen Negara

Perwakilan Negara
Seluruh kegiatan dalam hubungan antarbangsa dan antarnegara pada hakikatnya adalah hubungan
diplomasi yang pada intinya merupakan usaha memelihara hubungan antarnegara. Diplomasi secara
formal dilakukan baik oleh korps perwakilan diplomatik maupun oleh korps perwakilan konsuler. Korps
perwakilan diplomatik dipimpin oleh seorang Duta Besar sedangkan korps perwakilan konsuler di
pimpin oleh seorang Konsul Jenderal. Konsulat pada dasarnya hampir sama dengan kedutaan, namun
area kerjanya hanya pada penanganan hubungan konsuler atau hubungan antarmanusia dan hubungan
ekonomi, tidak termasuk hubungan politik.
Pembukaan hubungan diplomatik juga merupakan suatu upaya konkrit untuk mempererat hubungan
dan kerjasama dengan negara-negara lain yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di kedua negara. Untuk tujuan tersebut, Pemerintah Indonesia saat ini telah
memiliki sebanyak 118 perwakilan yang terdiri dari 87 Kedutaan Besar, 2 Perutusan Tetap untuk PBB di
New York dan Jenewa, dan 30 Konsulat Jenderal dan Konsulat Republik Indonesia. Selain itu Indonesia
juga telah mengangkat 64 Konsul kehormatan.
Kedutaan Besar
 Afghanistan  Bolivia  Fiji  Kongo  Norwegia
 Afrika  Boznia  Filipina  Korea  Papua
Selatan Herzegovi  Finlandia Selatan Nugini
 Albania na  Hongaria  Korea Utara  Perancis
 Amerika  Brazil  India  Kosta Rika  Peru
Serikat  Brunei  Inggris  Kroasia  Polandia
 Arab Saudi Darussala  Iran  Kuba  Royal
 Argentina m  Italia  Kyrgyzstan Danish
 Armenia  Bulgaria  Jepang  Laos  Rusia
 Australia  Burkina  Jerman  Libya  Selandia
 Austria Faso  Kamboja  Malaysia Baru
 Azerbaijan  Burundi  Kamerun  Maroko  Singapura
 Bahrain  Ceko  Kanada  Myanmar  Suriname
 Bangladesh  Cili  Kolombia  Namibia  Swedia
 Belarusia  Cina  Netherlands  Tunisia
 Belgia  Comoros  Turki
 Benin  Denmark  Uzbekistan
 Djibouti
 Dominika
 Ethiopia
Konsulat Jenderal
Konsulat Jenderal Republik Indonesia dan Konsulat Republik Indonesia adalah Perwakilan Konsuler
adalah yang melakukan kegiatan konsuler di wilayah kerja di dalam wilayah Negara Penerima untuk
mewakili dan memperjuangkan kepentingan Bangsa, Negara, dan Pemerintah Republik Indonesia,
dipimpin oleh Konsul Jenderal dan Konsul yang memimpin Perwakilan Konsuler adalah Jabatan Negeri
yang diisi oleh Pejabat Dinas Luar Negeri dan/atau Pegawai Negeri lain yang memenuhi syarat,
diangkat oleh Presiden atas usul Menteri Luar Negeri, bertanggung jawab secara operasional kepada
Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh yang membawahkannya. Konsulat Jenderal Republik
Indonesia berkedudukan dikota-kota besar diluar ibukota negara penerima.
Konsulat Jenderal
 Afrika  Ecuador  Jepang  Mozambik  Siprus
Selatan  Emirat  Jerman  Nikaragua  Slovenia
 Amerika Arab  Kaledonia  Norwegia  Spanyol
Serikat  Estonia Baru  Pakistan  Sri Langka
 Arab Saudi  Filipina  Kanada  Panama  Swaziland
 Armenia  Finlandia  Kepulauan  Papua  Swedia
 Australia  Gambia Solomon Nugini  Swiss
 Austria  Guatemala  Kolumbia  Paraguay  Thailand
 Bahama  Guyana  Kroasia  Perancis  Trinidad
 Bangladesh  Hongaria  Libanon  Polandia dan
 Belgia  India  Luxemburg  Rusia Tobago
 Benin  Inggris  Malaysia  Selandia  Turki
 Brazil  Irlandia  Malta Baru  Uganda
 Ceko  Islandia  Maroko  Senegal  Uruguay
 Cili  Italia  Mauritius  Seychelles  Vietnam
 Cina  Jamaika  Meksiko  Singapura  Yunani
 Denmark

BUMN
BUMN adalah Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Perusahaan Perseroan (PERSERO)
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1998 dan Perusahaan Umum
(PERUM) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1998.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi yang penting di
dalam perekonomian nasional, yang bersama-sama dengan pelaku ekonomi lain yaitu swasta (besar-
kecil, domestik-asing) dan koperasi, merupakan pengejawantahan dari bentuk bangun demokrasi
ekonomi yang akan terus kita kembangkan secara bertahap dan berkelanjutan. Sebagai salah satu pelaku
kegiatan ekonomi, keberadaan BUMN memiliki peran yang tidak kecil guna ikut mewujudkan
kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945.
Untuk itu, BUMN paling tidak diharapkan (1) dapat meningkatkan penyelenggaraan kemanfaatan
umum berupa penyediaan barang dan jasa dalam jumlah dan mutu yang memadai bagi pemenuhan
hajat hidup orang banyak; (2) memberikan sumbangan kepada penerimaan negara; dan (3)
meningkatkan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional. Untuk mengoptimalkan
keberadaan BUMN itu, langkah pengembangan dan pembinaan BUMN secara umum diarahkan untuk
dapat menyinergikan kebijakan industrial dan pasar tempat BUMN tersebut beroperasi dengan
kebijakan restrukturisasi dan internal perusahaan sesuai dengan potensi daya saing perusahaan.
BUMN
 Perum Bulog  PT Dirgantara Indonesia  PT Perkebunan
 Perum Damri  PT Djakarta Lloyd Nusantara IX
 Perum Jaminan Kredit  PT Dok dan Perkapalan  PT Perkebunan
Indonesia Kodja Bahari Nusantara V
 Perum Jasa Tirta I  PT Dok dan Perkapalan  PT Perkebunan
 Perum Jasa Tirta II Surabaya Nusantara VI
 Perum Pegadaian  PT Garam  PT Perkebunan
 Perum Percetakan Negara  PT Garuda Indonesia Nusantara VII
Indonesia  PT Hotel Indonesia  PT Perkebunan
 Perum Percetakan Uang Natour Nusantara VIII
RI  PT Hutama Karya  PT Perkebunan
 Perum Perhutani  PT Indofarma Tbk Nusantara X
 PT Adhi Karya Tbk  PT Indra Karya  PT Perkebunan
 PT Amarta Karya  PT Inhutani I Nusantara XI
 PT Angkasa Pura I  PT Inhutani III  PT Perkebunan
 PT Angkasa Pura II  PT Inti Nusantara XII
 PT Angkutan Sungai  PT Jamsostek  PT Perkebunan
Danau dan  PT Jasa Marga Nusantara XIII
Penyeberangan  PT Kawasan Berikat  PT Perkebunan
 PT Antam Tbk Nusantara Nusantara XIV
 PT Asuransi Ekspor  PT Kawasan Industri  PT Permodalan Nasional
Indonesia Makasassar Madani
 PT Asuransi Jasa  PT Kawasan Industri  PT Pertamina
Indonesia Wijayakusuma  PT Pertani
 PT Asuransi Jasa Raharja  PT Kereta Api Indonesia  PT Perusahaan Gas
 PT Asuransi Jiwasraya  PT Kertas Leces Negara Tbk
 PT Asuransi Kesehatan  PT Kimia Farma Tbk  PT Perusahaan Listrik
Negara
 PT Kliring Berjangka  PT Perusahaan Pengelola
Indonesia Aset
 PT Krakatau Steel  PT Perusahaan
 PT LEN Industri Perdagangan Indonesia
Indonesia
 PT Merpati Nusantara  PT Pindad
 PT Bahtera Adhiguna
Airlines  PT Pos Indonesia
 PT Bali Tourism
 PT Nindya Karya  PT Pupuk Sriwidjaja
Development Corp
 PT PANN Multi Finance  PT Rajawali Nusantara
 PT Bank Ekspor Indonesia
 PT Pelabuhan Indonesia I Indonesia
 PT Bank Mandiri Tbk
 PT Pelabuhan Indonesia  PT Reasuransi Umum
 PT Bank Negara
II Indonesia
Indonesia Tbk
 PT Pelabuhan Indonesia  PT Sang Hyang Seri
 PT Bank Rakyat Indonesia
III  PT Sarinah
Tbk
 PT Pelabuhan Indonesia  PT Semen Baturaja
 PT Bank Tabungan
IV  PT Semen Gresik Tbk
Negara
 PT Pelayaran Nasional  PT Sucofindo
 PT Barata Indonesia
Indonesia  PT Surveyor Indonesia
 PT Bhanda Ghara Reksa
 PT Pembangunan  PT Tambang Batubara
 PT Bio Farma
Perumahan Bukit Asam Tbk
 PT Biro Klasifikasi
 PT Perkebunan  PT Taspen
Indonesia
Nusantara III  PT Telekomunikasi
 PT Boma Bisma Indra
 PT Perkebunan Indonesia Tbk
 PT Brantas Abipraya Nusantara IV  PT Timah Tbk
 PT Dahana
 PT TWC Borobudur,
 PT Danareksa
Prambanan dan Ratu
Boko
 PT Waskita Karya
 PT Wijaya Karya

Anda mungkin juga menyukai