Anda di halaman 1dari 7

MEMAHAMI KEKERASAN TERHADAP ANAK

(CHILD ABUSE & CHILD NEGLECT)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Okupasi Anak

Dosen:
Edi Suharto, M.Sc., Ph.D.

Oleh:
Nuriyatuddin Khoyrun Nisa’
NRP. 23.01.004

PROGRAM MAGISTER TERAPAN PEKERJAAN SOSIAL


POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL
BANDUNG
2023
Assalamu’alaikum
Perkenalkan saya Nuriyatuddin Khoyrun
Nisa, biasa dipanggil Anis. Saya berasal dari
Kab. Pati, kota yang berjarak kuarng lebih 3
jam dari Kota Semarang, Jawa Tengah.
endidikan terakhir saya D-IV Pekerjaan Sosial
Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS)
Bandung tahun 2012. Dan saat ini saya
bekerja sebagai social worker di Sentra
Margo laras Pati.
Saya memiliki impian menjadi konsultan
bidang anak, researcher, dan pendongeng.

Just do the best


PENGERTIAN CHILD ABUSE

• Child abuse adalah perlakuan menyakiti secara fisik, emosional, dan


seksual/ child sexual abuse (CSA) yang umumnya dilakukan oleh orang
terdekat seperti anggota keluarga, guru, tetangga, bahkan teman sebaya.
• Child abuse bisa terjadi di berbagai tempat, seperti rumah, sekolah, care
facilities seperti panti asuhan, lapas anak, masyarakat, dan dunia maya
(online)
• Child abuse merupakan perlakuan salah yang dialami anak secara langsung
sperti kekerasan fisik, sedangkan child neglect merupakan perlakuan salah
yang dialami anak secara tidak langsung, seperti stunting.
• Peksos perlu memahami tentang materi ini agar dalam penanganan
terhadap kasus ini diberikan secara tepat sehingga anak mendapatkan
haknya.

DATA CHILD ABUSE DI ASIA AFRIKA

• Di Bangladesh 9 dari 10 anak usia 1 – 14 tahun mengalami kekerasan fisik


demikian pula 8 dari 10 anak di Nepal dan 7 dari 10 anak di Afghanistan
(Sumber : UNICEF global database 2023)

• Data di Asia menunjukkan bahwa korban kekerasan seksual terhadap anak


perempuan sebanyak 11,3% dan anak laki-laki sebanyak 4,1% (Sumber :
UNICEF global database 2023)

DATA CHILD ABUSE DI INDONESIA

• Berdasarkan data SIMFONI PPA pada Januari – Juni 2020 telah terjadi
3.087 kasus kekerasan terhadap anak, diantaranya 852 kekerasan fisik, 768
kekerasan emosional, dan 1.848 kekerasan seksual
• Berdasarkan data SNPHAR 2021 prevalensi kekerasan terhadap anak pada
usia 13-17 tahun dalam 12 bulan terakhir adalah 26,58% untuk perempuan
dan laki-laki 20,51%.
• Sementara prevalensi kekerasan terhadap anak sebelum usia 18 tahun
adalah sebesar 38,56% untuk perempuan dan 37,44% untuk kelompok
laki-laki
JENIS DAN DAMPAK CHILD ABUSE

• Jenis child abuse yaitu kekerasan fisik, emosional, dan seksual.


• Bentuk child sexual abuse (CSA) yaitu kekerasan seksual tanpa kontak
(non-contact abuse), kekerasan seksual dengan kontak (sexual touch),
pentrating abuse.
• Dampak dari sexual abuse tidak hanya dialami saat anak-anak namun bisa
berlanjut hingga dewasa bahkan seumur hidup.
• Dampak yang dialami seperti depresi, post traumatic stress disorder
(PTSD), perilaku seksual beresiko, atau bahkan menjadi pelaku kekerasan
seksual.

PENGERTIAN CHILD NEGLECT

• Child neglect adalah kegagalan orang tua atau pengasuh lainnya untuk
menyediakan kebutuhan dasar anak, seperti kegagalan dalam memberikan
pengawasan yang memadai, perawatan kesehatan, pakaian, atau tempat
tinggal, serta kebutuhan fisik, emosional, sosial, pendidikan serta
keselamatan.

• Penelantaran anak merupakan bentuk pelecehan anak yang paling sering


terjadi, dan anak-anak yang lahir dari ibu muda mempunyai risiko besar
untuk ditelantarkan. Anak-anak yang terlantar berisiko mengalami masalah
sosial, emosional, dan kesehatan seumur hidup, terutama jika terlantar
sebelum usia dua tahun.

DATA CHILD NEGLECT DI INDONESIA

• Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dari BKKBN pada
Tahun 2021 angka stunting di Indonesia sebanyak 24,4% dan pada Tahun
2022 turun menjadi 21,6%
• Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, ada 4,59% bayi di Indonesia
yang telantar pada Tahun 2022.
• Berdasarkan data Susenas yang diolah Bappenas, pada tahun 2022 anak
usia sekolah (7-18 tahun) yang tidak bersekolah mencapai 4.087.288 anak.
Angka tersebut meningkat dari 3.939.869 anak pada tahun 2021.
JENIS DAN DAMPAK CHILD NEGLECT

• Jenis child neglect yaitu fisik, medis, pendidikan, dan emosional.


• Child neglect secara fisik misalnya kegagalan menyediakan kebutuhan
dasar seperti sandang, pangan, dan tempat tinggal.
• Child neglect secara medis misalnya kegagalan orang tua/ pengasuh untuk
memberikan perawatan medis atau kesehatan mental yang diperlukan.
• Jenis child neglect pendidikan misalnya kegagalan orang tua/ pengasuh
dalam mendidik dan memenuhi pendidikan khusus.
• Jenis child neglect emosional misalnya kurangnya perhatian pada
kebutuhanemosional anak, kegagalan memberikan perawatan psikologis,
mengizinkan anak mengkonsumsi NAPZA)

KEBIJAKAN & PROGRAM MENGGUNAKAN PENDEKATAN RIGHT


BASED APPROACH (RBA)

• Pendekatan berbasis hak merupakan pendekatan yang dirasa lebih efektif


dan efisien dalam program pemenuhan kebutuhan hak dasar anak. Melalui
pendekatan ini anak akan bisa mengakses kebutuhan dasar secara
komprehensisf seperti sekolah, kesehatan, pendidikan, dan perumahan.
• Kebijakan terkait pencegahan dan program penanganan child abuse dan
child neglect antara lain : UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan
Anak, Perpres No 101 Tahun 2022 tentang strategi Nasional Penghapusan
Kekerasan terhadap Anak (Satranas PKTA), Permendikbud No 46 tahun
2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan
Satuan Pendidikan (Permendikbudristek PPKSP), Pusat Pembelajaran
Keluarga (PUSPAGA)Kota/Kab Layak Anak (KLA), Sekolah ramah
Anak, Ruang bermain ramah anak (RBRA), Program Keluarga Harapan
(PKH), Atensi bagi Anak, Proram rumah tidak layak huni (Rutilahu),
Program penanganan stunting
STUDI KASUS CHILD NEGLECT

Siang terik di Desa Purwodadi, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang, Jawa


Timur tidak menyurutkan semangat Sutiyem (38 tahun) memunguti satu demi
satu plolong. Di kebun milik orang ini, Sutiyem harus mengerahkan ekstra
tenaga untuk mencari buah cengkih tersebut karena dirinya bekerja sembari
menggendong anak bungsunya, Soleman.

Mau bagaimana lagi, meski telah berumur 2,5 tahun, Soleman masih belum bisa
berjalan dan tak bisa dibiarkan duduk sendiri. Hal itu karena Soleman
mengalami keterlambatan tumbuh kembang. Sutiyem pun pasrah menerima
keadaan Soleman karena kerterbatasan biaya untuk memeriksakan anak
keempatnya itu. Baginya cukup mantri yang diandalkan untuk menyembuhkan
Soleman dan tanpa penanganan lebih lanjut.

Kuswadi sang suami mendapatkan Rp 170 ribu dari per liter minyak cengkih
yang dijual. Namun untuk mengumpulkan 1 liter minyak membutuhkan waktu
yang sangat lama. Apalagi lahan penyulingan harus dia sewa, begitupun dengan
alat-alat penyulingan. Dengan keadaan seperti ini, tentu nasib pekerjaan
Kuswadi juga hampir serupa dengan sang istri.

Kuswadi harus berpikir dan berusaha keras perihal makanan. Sebabnya, nyaris
setiap hari jika uang semakin menipis, mereka hanya mengandalkan daun
singkong yang tumbuh di perkarangan sebagai lauk. Keluarga ini pun bersama-
sama menyantap nasi berikut daun singkong dari satu mangkuk plastik yang
sama dengan suapan yang saling bergantian

Keprihatinan keluarga pencari cengkih tersebut tak hanya sampai di situ, mereka
juga harus berjejalan di satu tempat tidur sempit bersama-sama saat malam hari.
Terkadang sang ayah mengalah dan tidur di ruang tamu di rumah berukuran 3x6
m ini. Sementara untuk urusan kakus dan mandi, Sutiyem dan suami
menumpang di rumah tetangga sedangkan anak-anak mandi di penampungan air
terdekat tanpa sekat

Daftar Pustaka

https://kekerasan.kemenpppa.go.id
https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_data/0000/data/1371/sdgs_16/1
https://www.unicef.org/topics/child-abuse

Anda mungkin juga menyukai