Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ivanda Bagas Pratama Putra

NIM : 205214040

Ejaan Bahasa Indonesia


1. Secara garis besar, PUEBI memuat pedoman yang harus ditaati berkaitan dengan
penulisan huruf, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca. Uraikan dengan bahasa
Anda sendiri, hal-hal yang diatur oleh ketiga hal di atas!

a. Penulisan huruf
-Mobil: M-O-B-I-L
-Buku: B-U-K-U
-Hari: H-A-R-I
-Meja: M-E-J-A
-Apel: A-P-E-L
b. Penulisan kata
-Mobil: Saya melihat seorang anak kecil bermain dengan mobil mainan di taman.
-Buku: Di perpustakaan, saya menemukan banyak buku menarik untuk dibaca.
-Hari: Setiap hari adalah kesempatan baru untuk belajar dan berkembang.
-Meja: Saya bekerja di depan meja yang bersih dan rapi.
-Apel: Setelah makan siang, saya suka menyantap segarannya apel.
c. Penggunaan tanda baca
Mobil: Dia memandang jauh, menemukan sesuatu yang menarik—sebuah mobil antik.
Buku: Saya membaca banyak buku, termasuk novel fiksi dan buku non-fiksi.
Hari: Setiap hari, kami bangun pagi-pagi dan bersiap-siap untuk kegiatan.
Meja: Tolong letakkan bukumu di atas meja, di sebelah laptop.
Apel: “Apakah kamu suka apel hijau?” tanyanya sambil tersenyum.

2. Berikan masing-masing dua contoh, selain yang tertulis pada PUEBI, terkait dengan
hal- hal berikut!

a. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung


“Ketika ditanya tentang visinya, Presiden Direktur perusahaan tersebut menyatakan, ‘Saya
berharap dapat menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan.’”
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa
“Bahasa Jawa memiliki keunikan sendiri dalam struktur kalimat dan kosakatanya.”
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi
“Pendaki terkenal mencapai puncak Gunung Everest, titik tertinggi di dunia.”
d. Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak ditulis
dengan huruf kapital
“Cuaca di dataran tinggi sering ditandai oleh udara sejuk, angin yang kencang, serta curah
hujan yang tinggi.”
e. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata,
kata, atau kelompok kata dalam kalimat
“Pada kuliah ini, kita akan membahas implementasi metode penelitian yang efektif.”
f. Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti judul
buku, bab, atau subbab
“Saya merekomendasikan membaca Percy Jackson & the Olympians untuk penggemar
petualangan mitologi.”
g. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya
“Taman itu penuh dengan bunga berwarna-warni, patung-patung unik, dan jalan setapak
kecil.”
h. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai
“Pekerjaan ini melibatkan pemahaman, pelaksanaan, dan pengevaluasian rencana proyek.”
i. Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya
“Kami pergi ke pantai untuk berlibur bersama teman-teman.”
j. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya
“Dia menyanyi dengan penuh semangat, pun menari riang di atas panggung.”
k. Bilangan pada awal kalimat diulis dengan huruf
“Tiga puluh mahasiswa mengikuti kegiatan sosial di lingkungan sekitar kampus.”
l. Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung dalam
suatu perincian
“Setiap bab menyajikan topik-topik berikut: (a) Tinjauan Pustaka, (b) Metode Penelitian, dan
(c) Hasil dan Pembahasan.”
m. Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam penomoran
deret digital yang lebih dari satu angka dalam judul tabel, bagan, grafik, atau gambar
“Tabel 1: Hasil Pengukuran Suhu Ruangan.”
n. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan
sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara)
“Dia tidak hanya seorang penulis, melainkan juga seorang peneliti yang berpengalaman.”
o. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk
kalimatnya
“Dengan hati-hati, mereka menyelesaikan pekerjaan itu, tanpa meninggalkan satu pun detail
yang terlewat.”

3. Tandailah ejaan yang salah pada paragraf di bawah ini dan betulkanlah!
Ketika berada di puncak gunung, keinginan yang timbul biasanya adalah keinginan untuk
melihat matahari terbit. Hal itu sudah sangat lazim dilakukan oleh pendaki. Nah, begitu pula
ketika berada di Bukit Sikunir, Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Matahari terbit dan
tenggelam dengan sangat indah. Bentuk dari bukit yang kecil, mudah didaki. Semua itu
membuatnya mudah didaki dan memungkinkan orang yang belum pernah naik gunung
sekalipun bisa mendaki ke Bukit Sikunir untuk menikmati matahari terbit. Pemandangan pagi
dari bukit Sikunir begitu indah dan memesona. Ditambah dengan adanya sebuah gardu
pandang, menjadikannya mirip dengan sebuah daerah di Pulau Bali. Hanya saja, di Bali
pemandangannya adalah laut, sedangkan di Sikunir hamparan awan di langit. Sementara tak
jauh darinya adalah Telaga Cebong yang indah dan memikat. Sepanjang perjalanan pulang
ada banyak petani kentang yang bertani secara tradisional. Mereka memakai jaket tebal,
mengingatkan kepada Eropa di musim dingin. Sebuah hal
yang lazim dilakukan oleh pendaki adalah mengabadikan foto kemunculan matahari pagi.
Mereka umumnya bergaya dengan latar belakang kemunculan sang surya dengan warna
emasnya. Bukan hanya foto, banyak yang mengabadikan dalam bentuk video. Kemunculan
matahari pagi di Bukit Sikunir adalah sebuah mahakarya Tuhan yang tidak ada duanya di atas
alam raya ini.

Anda mungkin juga menyukai