Anda di halaman 1dari 7

INVOLUSI Journal Kesehatan

Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Muhammadiyah Klaten

Gambaran Penerapan Health Belief Model Pada Balita


Stunting Di Wilayah Puskesmas Minggir Sleman
Nendhi Wahyunia Utami1, Melisa Putri Rahmadhena2
1
Kebidanan (D3), Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
2
Kebidanan (S1), Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

*Email: nendynia@gmail.com

Abstrak
Keywords: Health Belive Model (HBM) adalah model kepercayaan kesehatan
Health Belief Model; individu dalam menentukan sikap melakukan atau tidak melakukan
Toddler; Stunting perilaku kesehatan. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan
daerah prioritas untuk intervensi anak kerdil (stunting). Stunting
merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya
pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting berhubungan
dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan kematian serta
terhambatnya pertumbuhan mental dan motorik. Perkembangan motorik
yang terlambat mengakibatkan anak belum bias melakukan tugas
perkembangan yang sesuai dengan kelompok usianya.
Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui gambaran penerapan Health
Belive Model pada balita stunting di wilayah Puskesmas Minggir.
Metode penelitian ini menggunakan survey analitik dengan menggunakan
pendekatan cross sectional. Variabel penelitian ini adalah perceived
susceptibility, Perceived Severity, perceived benefits, perceived barriers,
coes to action, self efficacy. Sampel penelitian ini adalah ibu yang
mempunyai bayi dan balita balita stunting.
Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan. Secara
statistic diperoleh hasil persepsi kerentanan (OR:1,21; CI 95%:0,06-
1,62; p<0,01), persepsi keparahan (OR:1,22; CI 95%:0,08-1,67;
p<0,01), dan variable independen lain tidak mempunyai hubungan yang
signifikan yaitu variable persepsi pencegahan, efikasidiri, dan Cues to
Action. Secara bersama-sama seluruh variable independen di dalam
model regresi logistic ini mampu menjelaskan atau memprediksi kejadian
stunting pada balita.
Penelitian ini diharapkan dapat mengurangi angka stunting dan
memberdayakan para ibu untuk lebih memperhatikan kembali
perkembangan balitanya serta pencegahan gizi buruk pada balita.

Abstract
The Health Belive Model (HBM) is a model of individual health beliefs in
determining the attitude of doing or not doing health behavior. The
Special Region of Yogyakarta (DIY) is a priority area for stunting
intervention. Stunting is a chronic condition that describes stunted growth
due to long-term malnutrition. Stunting is associated with an increased
risk of illness and death and stunted mental and motor growth. Delayed
motor development results in children not being able to perform
developmental tasks appropriate to their age group.
The purpose of this study was to determine the description of the

26
INVOLUSI Journal Kesehatan
Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Muhammadiyah Klaten

application of the Health Belive Model to stunting toddlers in the Minggir


Community Health Center.
This research method using analytic survey using cross sectional
approach. The variables of this research are perceived susceptibility,
perceived severity, perceived benefits, perceived barriers, coes to action,
self efficacy. The sample of this research is mothers who have babies and
stunting toddlers.
The results of the analysis show that there is a significant relationship.
Statistically obtained the results of perceived vulnerability (OR: 1.21;
95% CI: 0.06-1.62; p <0.01), perceived severity (OR: 1.22; 95% CI:
0.08-1 , 67; p <0.01), and other independent variables do not have a
significant relationship, namely the variable perception of prevention,
self-efficacy, and Cues to Action. Together, all the independent variables
in this logistic regression model are able to explain or predict the
incidence of stunting in children under five.
This research is expected to reduce stunting rates and empower mothers
to pay more attention to the development of their toddlers and to prevent
malnutrition in children under five.

1. PENDAHULUAN mengeksplorasi berbagai perilaku kesehatan


Masalah gizi di Indonesia masih harus jangka panjang dan jangkapendek, termasuk
menjadi perhatian. Menurut hasil Pemantauan perilaku seksual berisiko dan penularan IMS.4
Gizi Nasional tahun 2016 di Indonesia Kekurangan gizi dapat dikelompokkan dalam
sebanyak 3,4% balita mempunyai status gizi kategori penyakit kronis sehingga model
buruk dan 14,4% balita mempunyai status gizi perilaku kesehatan ini juga dapat digunakan
kurang, sedangkan di Daerah Istimewa untuk mengidentifikasi perilaku kesehatan
Yogyakarta ada 2,1 % mengalami gizi buruk orangtua terhadap status stunting khususnya
dan 13,8% mengalami gizi kurang.1 dengan gizi buruk dan kurang.5
Perubahan perilaku masyarakat yang Berdasarkan data hasil penelitian
sadar akan kebutuhan stunting adalah kunci sebelumnya, Puskesmas Minggir terdapat
dari permasalahan stunting. Tantangan yang 9,3% balita mengalami masalah stunting.
dihadapi adalah bagaimana memperbaiki Masalah gizi yang dialami balita di wilayah
perilaku keluarga dan masyarakat, terutama Puskesmas Minggir meliputi stunting. 16
perilaku hidup bersih dan sehat, termasuk
upaya mencari pelayanan kesehatan serta 2. METODE
memperbaiki akses, memperkuat mutu Desain penelitian ini menggunakan
manajemen terpadu penyakit bayi dan balita, pendekatan cross sectional study. Dimana
memperbaiki kesehatan lingkungan termasuk dalam penelitian ini variable perceived
air bersih dan sanitasi, pengendalian penyakit susceptibility, Perceived Severity, perceived
menular, dan pemenuhan gizi yang cukup.2 benefits, perceived barriers, coes to action,
Health Belive Model (HBM) adalah self efficacydi kaji dalam satu waktu.
model kepercayaan kesehatan individu dalam Sampel dalam penelitian ini adalah
menentukan sikap melakukan atau tidak ibu yang mempunyai bayi dan balita stunting
melakukan perilaku kesehatan.3Teori HBM di wilayah Puskesmas Minggir. Teknik
sendiri dalam perkembangannya terdapat pengambilan sampel dalam penelitian ini
enam konstruk yaitu, perceived susceptibility, menggunakan accidental sampling, yaitu
Perceived Severity, perceived benefits, dengan mengambil kasus atau responden yang
perceived barriers, coes to action, dan self kebetulan ada atau tersedia.
efficacy. HBM ini dapat diadaptasi untuk

27
INVOLUSI Journal Kesehatan
Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Muhammadiyah Klaten

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Puskesmas Minggir berdiri sejak Persepsi pencegahan masalah sudah bagus
tahun 1975. Wilayah kerja Puskesmas 81,2% termasuk dalam persepsi positif,
Minggir meliputi 5 desa yaitu: Desa sedangkan yang persepsinya negative hanya
Sendang Mulyo, Sendangsari, 18,8%.%.
Sendangrejo, Sendangarum dan
3.4. Deskripsi Variabel Persepsi Hambatan
Sendangagung. Puskesmas Minggir1
(Perceived Barriers)
melayani Rawat inap, IGD 24 jam, Tabel 4 Distribusi Frekuensi Perceived
promosi kesehatan, kesehatan Barriers
lingkungan, KIA, Perbaikan Gizi,
Frekuensi
pencegahan dan Pengendalian No Kategori
N %
Penyakit.
3.1. Deskripsi Variabel Perseps 1. Persepsi Hambatan 9 28,2
Kerentanan (Perceived Susceptibility) Negatif
Tabel 1 Distribusi Frekuensi 2. Persepsi Hambatan 23 71,8
Perceived Susceptibility positif
Total 32 100
Frekuensi Menunjukkan bahwa persepsi hambatan sudah
No Kategori
N % baik, hal ini ditunjukkan juga dari hasil yang
1. Persepsi Kerentanan 20 62,5 mempunyai persepsi kurang hanya 28,2% dari
Negatif total responden.
2. Persepsi Kerentanan 12 37,5
Positif 3.5. Deskripsi Variabel Efikasidiri
Total 32 100 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Efikasi diri
Persepsi kerentanan responden pada balita
stunting masih kurang yaitu 62,5% total Frekuensi
responden, sedangkan yang persepsinya No Kategori N %
positif 37,5%. 1. Efikasi diriNegatif 4 12,8
3.2. Deskripsi Variabel Persepsi 2. Efikasi diripositif 28 87,5
Keparahan (Perceived Severity) Total 32 100
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Perceived
Severity
Efikasi diri ibu balita tentang masalah stunting
Frekuensi
No Kategori mayoritas masuk dalam kategori baik dan
N % hanya 12,8% saja yang tergolong kurang.
1. Persepsi Keparahan 15 46,8
Negatif 3.6. Deskripsi Variabel Variabel Cues to
2. Persepsi Keparahan 17 53,2 action
positif Tabel 6 Distribusi Frekuensi Cues to action
Total 32 100 Frekuensi
Persepsi keparahan mayoritas positif yaitu No Kategori
N %
53,2%, tetapi tidak terlalu berbeda jauh 1. Cues to action Negatif 7 22,8
dengan persepsi keparahan negatif.
2. Cues to action positif 25 78,2
3.3. Deskripsi Variabel Persepsi
Total 32 100
Pencegahan
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Persepsi
Pencegahan Cues to Action sudah baik, hal ini ditunjukkan
juga dari hasil yang mempunyai persepsi
N Frekuensi kurang 22,8% dari total responden.
Kategori N %
o
1. Persepsi Negatif 6 18,8
2. Persepsi positif 26 81,2
Total 32 100

28
INVOLUSI Journal Kesehatan
Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Muhammadiyah Klaten

3.7. Hasil Analisis Regresi Logistik HBM HBM mempunyai pengaruh yang signifika
dengan kejadian stunting nterhadap masalah stunting pada balita.
Tabel7 Hasil Analisis Regresi Logistik HBM Menurut Rosenstock, et.al, dalam
dengan kejadian stunting HBM, seseorang berperilaku tertentu
didorong oleh 4 halpokok, yaitu seberapa
CI 95% besar peluang, manfaat yang akandiperoleh,
Variabel Dependen OR Wald P
Lower Upper hambatan dan seberapa parah/serius ancaman
Persepsi kerentanan 1,21 7,450 ,06 1,63 ,006 jika mengadopsi perilaku tertentu tersebut.
Perilaku memantau pertumbuhan anak tidak
Persepsi Keparahan 1,22 7,066 ,08 1,67 ,008 terlepas dari 4 faktor tersebut. Faktor peluang
PersepsiPencegahan ,26 dating keposyandu (jarak), manfaat yang
1,168 ,02 2,92 ,280 dirasakan dari posyandu, seberapa besar
PersepsiHambatan ancaman/ jika tidak memantau pertumbuhan,
9,77 6,610 1,72 55,64 ,010
dan apakah ada hambatan jika melakukan
EfikasiDiri ,72 ,167 ,16 3,27 ,684 perilaku tersebut.
Cues To Action ,70 ,275 ,20 2,50 ,600 Persepsi kerentanan responden
Constant 1,52 ,070 ,791 tentang masalah stunting masih kurang yaitu
N Observasi = 32 62,5% total responden, sedangkan yang
persepsinya positif 37,5%. Persepsi
p < 0,001
kerentanan yang dirasakan mengacu pada
Nagelkerke R-Square = 35,3% suatu kondisi dimana seseorang mengenal
Hosmer and Lemesshow Test Chi Square 9,93. Sig. 0,192 risiko untuk mendapatkan suatu masalah
kesehatan atau penyakit.6 Agar seseorang
bertindak untuk mengobati atau mencegah
Berdasarkan hasil regresi logistic
penyakitnya maka ia harus merasakan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara
ia rentan (susceptible) terhadap penyakit
persepsi kerentanan, persepsi keparahan, dan
tersebut.7
persepsi hambatan dengan kejadian stunting.
Berdasarkan hasil analisis
Tetapi untuk variable persepsi pencegahan,
multivariate diketahui bahwa terdapat
efikasidiri, dan Cues To Action tidak
hubungan yang signifikan dengan nilai sig.
mempunyai hubungan yang signifikan
0,006 antara persepsi kerentanan dengan
terhadap kejadian stunting.
masalah stunting. Penelitian Maryani
Melalui tabel Model Summary di atas
mengungkapkan bahwa semakin merasa
didapat nilai Nagelkerke’s R Square sebesar
berisiko seseorang terhadap suatu penyakit
0,353. Hal ini mengindikasikan bahwa
maka tindakan pencegahan yang dilakukan
variabilitas variable dependen yang dapat
akan semakin baik pula. Jadi dapat diartikan
dijelaskan oleh variabilitas variable
bahwa semakin baik persepsi kerentanan
independen adalah sebesar 35,3%, sedangkan
seseorang maka akan berpengaruh baik pula
sisanya sebesar 64,7% dijelaskan oleh
terhadap status stunting.8 Hasil ini diperkuat
variabilitas variabel lain diluar keenam
juga oleh teori Rosenstock dalam HBM yang
variable independen.
menyatakan bahwa semakin merasa berisiko
Perubahan perilaku masyarakat yang
seseorang terhadap suatu penyakit maka
sadarakan kebutuhan stunting adalah kunci
tindakan pencegahan yang dilakukan akan
dari permasalahan stunting. Health Belief
semakin baik pula.9
Model (HBM) merupakan sebuah model
Semakin individu mempersepsikan
psikologi yang dapat digunakan untuk
bahwa penyakit yang dialami semakin
memprediksi sebab munculnya perilaku sehat.
memburuk, mereka akan merasakan hal
Model perilaku kesehatan ini dapat digunakan
tersebut sebagai ancaman dan mengambil
untuk mengidentifikasi perilaku kesehatan
tindakan preventif. Hasil ini sejalan dengan
orangtua terhadap masalah stunting.
teori Rosenstock dalam teori Health Belief
Berdasarkan hasil penelitian dari analisis
Model yang menyatakan bahwa persepsi
multivaria regresi logistic diketahui bahwa
keseriusan terhadap permasalahan status
nilai p= 0,000, berarti p < 0,001 komponel
stunting akan mempengaruhi seseorang dalam

29
INVOLUSI Journal Kesehatan
Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Muhammadiyah Klaten

melakukan tindakan pencegahan. Jadi, dilakukan. Hambatan yang dirasakan merujuk


semakin merasa cemas atau serius orang tua persepsi individu dari aspek negative dari
terhadap dampak yang akan terjadi apabila perilaku melindungi diri.12-13
mengalami permasalahan gizi maka semakin Menurut Bandura bahwa self efficacy
baik pula orang tua mengambil tindakan dapat memengaruhi setiap tingkat dari
terhadap peningkatan status gizi baik balita.8,9 perubahan pribadi, baik saat individu tersebut
Kepercayaan subyektif individu mempertimbangkan perubahan kebiasaan
dalam menyebarnya suatu penyakit yang yang berkaitan dengan kesehatan. Seseorang
disebabkan oleh perilaku atau kepercayaan akan merasa yakin atas kemampuannya
seseorang akan keseriusan mengalami karena kehadiran pengalaman yang berkaitan
penyakit serta keseriusan keadaan yang terjadi dengan sebuah perilaku atau merasa yakin
jika tidak diobati. Perceived severity berdasarkan observasi yang dilakukan pada
mempunyai hubungan yang positif dengan orang lain. 14
perilaku sehat. Jika persepsi keparahan Menurut Deci & Ryan, motivasi
individu tinggi maka individu tersebut akan merupakan determinan penting bagi individu
beperilaku sehat. Keyakinan terhadap untuk dapat menjalankan perannya dengan
keuntungan dari efektivitas strategi untuk baik. Individu yang memiliki motivasi kua
mengurangi risiko penyakit. Perceived cenderung memiliki self efficacy yang kuat,
benefits merupakan persepsi keuntungan bertanggungjawab dalam perannya dan lebih
yang memiliki hubungan positif dengan aktif secara sosial. Motivasi yang kuat
perilaku sehat, persepsi tentang manfaat membuat individu mengesampingkan
adalah keyakinan seseorang bahwa manfaat hambatan dan berusaha menjalankan perannya
dari perilaku yang direkomendasikan lebih secara optimal. Dengan demikian, semakin
besar dari segala hambatan. Manfaat yang kuat motivasi ibu untuk melakukan tindakan
dirasakan berhubungan dengan persepsi pencegahan gizi buruk pada balita maka akan
seseorang tentang kemanjuran dari suatu berdampak pada perceived self efficacy yang
tindakan disarankan untuk mengurangi semakin kuat pula. 15
risiko.10, 11 Stimulus tindakan merupakan sebuah
Persepsi hambatan sudah baik, hal ini aspek HBM yang sejauh ini belum dipelajari
ditunjukkan juga dari hasil yang mempunyai secara sistematis. Cues to action juga berarti
persepsi kuranghanya 28,2% dari total dorongan dari lingkungan terhadap individu
responden. Sedangkan untuk hasil analisis yang melakukan perilaku sehat. 15 Cues to
multivariate diketahui persepsi hambatan Action masalah stunting sudahbaik, hal ini
mempunyai hubungan yang signifikan (p < ditunjukkan juga darihasil yang mempunyai
0,05), bahkan nilai OR nyamencapai 9,77, persepsi kurang tidak ada ¼ dari total
artinya persepsi hambatan yang tinggi akan responden. Seperti halnya efikasi diri variable
meningkatkan risiko 9,77 kali untuk Cues to Action juga tidak menunjukkan
mengalami masalah stunting. Dalam konstruk hubungan yang signifikanp:0,600, OR;0,70;
HBM, persepsi hambatan merupakan salah 95% CI:0,20-2,50). Cues to action merupakan
satu persepsi yang paling signifikan dalam kejadian, pengalaman, gejala fisik, atau
menentukan perubahan perilaku. lingkungan yang memotivasi seseorang untuk
Purwaningsih menyatakan bahwa salah satu melakukan tindakan. Persepsi individu dari
alasan utama individu tidak mengubah cues to action diharapkan mampu mendorong
perilaku kesehatan mereka karena mereka adopsi perilaku kesehatan jika individu sudah
berpikir melakukan hal tersebut akan memegang keyakinan kunci lainnya yang
menimbulkan kesulitan, baik kesulitan secara mendukung tindakan. Motivasi kesehatan
psikologis atau fisik maupun sosial. Potensi mengacu pada kestabilan perbedaan antara
akibat negatif yang dihasilkan dari tindakan individu dalam nilai kesehatan dengan
kesehatan, meliputi hambatan fisik, kecenderungan untuk menjadi termotivasi
psikologis, dan financial Hubungan perceived dalam menjaga kesehatan. Individu dengan
barriers dengan perilaku sehat adalah negatif, motivasi tinggi dalam menjaga kesehatan
jika persepsi hambatan terhadap perilaku harus lebih mungkin untuk mengadopsi
sehat tinggi maka perilaku sehat tidak akan perilaku kesehatan yang relevan. 3, 15

30
INVOLUSI Journal Kesehatan
Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Muhammadiyah Klaten

Berdasarkan nilai Nagelkerke’s R REFERENSI


Square sebesar 0,373. Hal ini [1] Kemenkes RI (2017). Profil Kesehatan
mengindikasikan bahwa variabilitas variable Indonesia 2016. http://www.depkes.go.id
dependen yang dapat dijelaskan oleh /resources/download/pusdatin/lain-
variabilitas variable independen adalah lain/Data dan Informasi Kesehatan Profil
sebesar 37,3%, sedangkan sisanya sebesar Kesehatan Indonesia 2016
62,7% dijelaskan oleh variabilitas variabel [2] Bappenas. (2017). Infrastruktur dan
lain diluar keenam variable independen yang Pembangunan Daerah: Membantu
diteliti tersebut. Pengurangan Kemiskinan. Jakarta:
Menurut Conner, persepsi dalam Kementrian Negara Perencanaan
HBM diyakini dapat menentukan Pembangunan Nasional.
kemungkinan individ umelakukan perilaku [3] Conner, M., & Norman, P. (2017).
kesehatan. Tindakan khusus yang diambil Predicting Health Behavior (2nd ed).
ditentukan oleh evaluasi alternatif yang London: Open University Press.
tersedia, focus tentang manfaat dari perilaku [4] Notoatmodjo, S.(2003) Promosi
kesehatan dan biaya yang dirasakan atau Kesehatn Teori dan Aplikasi Cetakan
hambatan melakukan perilaku. Oleh karena Pertama. Jakarta: PT.Rieneka Cipta.
itui ndividu yang paling mungkin untuk [5] Maryani, L (2012). Hubungan Komponen
mengikuti tindakan kesehatan tertentu jika Health Belief Model (HBM) Dengan
mereka percaya diri mereka rentan terhadap Penggunaan Kondom Pada Anak Buah
kondisi tertentu dan mereka juga Kapal (ABK) Di Pelabuhan Belawan. Epi
mempertimbangkan bahwa keadaan yang Treat Unit-Universitas Sumatera Utara,
dialami dapat menjadi serius dan percaya Jurnal Precure Tahun 1 Volume 1 April
bahwa manfaat lebih besar dari pada biaya 2013
dari tindakan yang diambil untuk melawan [6] Ogden, J., Evans, C. (2017) The problem
ancaman kesehatan. of weighing: effects on body image, self
Hasil analisis menunjukkan bahwa esteem and mood. International Journal
terdapat hubungan yang positif dan secara of Obesity 20, 272-277.
statistic signifikan antara masalah stunting [7] Taylor D, Bury M, Campling N, Carter S,
dengan beberapa variable independen yang Garfied S, Newbould J, Rennie T.
diteliti. Variabel independen yang lain lain (2017). A Review of the use of the Health
tidak mempunyai hubungan yang signifikan BeliefModel (HBM), the Theory of
yaitu variable persepsi pencegahan, Reasoned Action (TRA), the Theory of
efikasidiri, dan Cues to Actionorang tua Planned Behaviour (TPB) and the Trans-
terhada pperkembangan balita dikarenakan Theoretical Model (TTM) to study and
mayoritas orang tua telah mendapatkan predict health related behaviour change.
informasi kesehatan mengenai status gizi Department of Health: National institute
balita dari para petugas kesehatan for Clinical Excellence.
[8] Rosenstock. (2015). Why People Use
Health Services. The Milbank Quartely,
Vol. 83, No. 4. hlm.6-9
[9] Orlowski M. (2016). Introduction to
Health Behavior: A Guide For
Managers, practitians and Educators.
Cengage Learning
[10] Purwaningsih et al (2011). Analisis
Faktor Pemanfaatan VCT Pada Orang
Risiko Tinggi HIV/AIDS. Jurnal Ners,
Vol. 6 No. 1 April 2011, Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga
Surabaya
[11] Smet, B. Psikologi Kesehatan. Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia. 1997

31
INVOLUSI Journal Kesehatan
Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Muhammadiyah Klaten

[12] Tarkang, E,E dan Zotor, F,B. (2015).


Application of the Health Belief Model
(HBM) in HIV Prevention: A Litetature
Review. Central African Journal of
Public Health 2015; 1 (1): 1-8
[13] Notoatmodjo, S. (2017). Promosi
Kesehatn Dan Ilmu Perilaku. Jakarta :
Rineka Cipta.
[14] Utami N, Rahmadhena M. (2019). The
Impact of Health Education About
Stunting Towards Mothers’ Self Efficacy
and Toddler. Proceeding, Alma Ata
University.

32

Anda mungkin juga menyukai