Anda di halaman 1dari 16

NASKAH AKADEMIK

USULAN TARIF UNTUK MASYARAKAT


UMUM DI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
DAN PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA

Diajukan oleh:

FAKULTAS KEDOKTERAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2023
KEGIATAN OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL
EXAMINATION (OSCE) DAN SHORT ORAL CASE ANALYSIS
(SOCA)

A. LATAR BELAKANG
Program Studi Kedokteran (PSKed) dan Pendidikan Profesi
Dokter (PSPPD) FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mempunyai tujuan
untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan akademik-profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran dan ilmu pengetahuan agama Islam secara
integratif, serta mengupayakan pemanfaatannya untuk meningkatkan
taraf kehidupan masyarakat dan dalam upaya pembangunan karakter
bangsa. Untuk itu PSKed dan PSPPD FK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta menekankan pada 7 kompetensi utama sesuai dengan Standar
Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) ditambah 5 kompetensi
pendukung dan unggulan yang merupakan kekhasan dari FK UIN
sebagai FK Universitas Islam di Indonesia.
Salah satu kegiatan mahasiswa dalam upaya memenuhi
standar kompetensi dokter adalah dengan melakukan latihan
Keterampilan Klinik Dasar yang telah dilaksanakan sejak perkuliahan
semester 2. Evaluasi kemampuan mahasiswa dalam melakukan
Keterampilan Klinik Dasar tersebut dilakukan melalui OSCE (Objective
Structured Clinical Examination).
OSCE memiliki beberapa keunggulan daripada ujian
keterampilan klinik konvensional. Pertama, OSCE lebih obyektif dan
terstruktur daripada ujian keterampilan klinik lainnya, karena
instruksi untuk peserta ujian telah distandarisasi. Kedua, materi uji
kompetensi yang lebih luas dan penggunaan borang rubrik ujian yang
terstruktur meningkatkan validitas dan reliabilitas ujian sebagai alat
ukur kompetensi mahasiswa.
Upaya yang lain untuk mencapai standar kompetensi dokter
adalah dengan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
menganalisis masalah, berpikir kritis dan analitik. Instrumen
penilaian yang dapat mengetahui kemampuan mahasiswa tersebut
salah satunya adalah berupa ujian lisan, yang dikenal sebagai SOCA
(Student Oral Case Analysis). Dengan ujian SOCA, staf pengajar dapat
menilai secara langsung mahasiswa mempresentasikan
kemampuannya dalam menganalisis dan menjelaskan clinical
reasoning suatu kasus klinis.
Selanjutnya dalam rangka mengimplementasikan Sistem
Penjaminan Mutu Internal (SPMI) pada Institusi Pendidikan Dokter,
khususnya dalam hal menjamin mutu lulusan, maka setelah selesai
menempuh pendidikan profesi dokter, diperlukan standardisasi mutu
lulusan melalui uji kompetensi. Untuk itu, perlu diimplementasikan uji
kompetensi yang bermutu, sebagai bagian dari proses evaluasi
pembelajaran yang terintegrasi dalam sistem pendidikan. Uji
Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) dilakukan berdasarkan amanat
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang kemudian secara khusus diatur dalam Undang Undang
No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan Peraturan Konsil
Kedokteran No. 1 Tahun 2005 tentang Registrasi Dokter dan Dokter
Gigi. Berdasarkan surat edaran Dirjen Dikti no. 88/E/DT/2013
tanggal 1 Februari 2013, OSCE UKDI adalah suatu exit exam yang
wajib dilaksanakan oleh semua institusi pendidikan dokter. Saat ini,
OSCE UKDI telah diubah namanya menjadi OSCE UKMPPD (Ujian
Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter).
Pasal 36 pada Undang-Undang no. 20 tahun 2013 tentang
pendidikan kedokteran menyatakan bahwa untuk menyelesaikan
program profesi dokter atau dokter gigi, mahasiswa harus lulus uji
kompetensi yang bersifat nasional sebelum mengangkat sumpah
sebagai Dokter atau Dokter Gigi. Pasal 2 Peraturan Mendikbud no.
30/2014 tentang tata cara Ujian Kompetensi menyatakan bahwa uji
kompetensi diselenggarakan untuk (a) menjamin lulusan program
profesi dokter atau dokter gigi yang kompeten dan terstandar secara
nasional, (b) menilai sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai
dasar untuk melakukan praktik kedokteran, (c) memberikan umpan
balik proses pendidikan pada fakultas kedokteran atau kedokteran
gigi, dan (d) memantau mutu program profesi dokter atau dokter gigi
dalam rangka pengambilan kebijakan oleh pemerintah.
Dalam Permendikbud tersebut juga tercantum bahwa uji
kompetensi dilaksanakan sebanyak 4 kali dalam setahun sesuai
dengan waktu yang ditetapkan oleh Panitia Nasional Uji Kompetensi.
Uji kompetensi dilaksanakan berdasarkan pedoman pelaksanaan uji
kompetensi yang disusun dan ditetapkan oleh Panitia Nasional Uji
Kompetensi. Uji kompetensi dilaksanakan oleh fakultas kedokteran
dan fakultas kedokteran gigi bekerja sama dengan Asosiasi Institusi
Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) dan berkoordinasi dengan
Organisasi Profesi.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka FK UIN
menyelenggarakan OSCE dan SOCA bagi mahasiswa PSKed di setiap
akhir tahun akademik sebelum mahasiswa menempuh jenjang yang
lebih tinggi, yaitu di akhir semester 2, 4, 6 dan 7; serta OSCE dan Try
Out OSCE UKMPPD bagi mahasiswa PSPPD pada bulan Februari, Mei,
Agustus dan November. OSCE dan SOCA ini sebagai alat ukur
kompetensi mahasiswa sebelum memasuki pembelajaran pre klinik di
tahun berikutnya dan upaya penjaminan mutu lulusan dokter. Selain
itu juga untuk mengevaluasi keberhasilan mahasiswa dalam
mempelajari Keterapilan Klinik Dasar yang sudah dipelajari dan
sejauh mana kemampuan clinical reasoning mahasiswa selama
pendidikan tahap akademin, serta penguasaan kompetensi
kedokteran selama tahap klinik.
Mengingat pentingnya pelaksanaan OSCE dan SOCA ini di FK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, maka diperlukan dukungan sumber
daya manusia, fasilitas/sarana prasarana, anggaran yang besar.
Hingga kini, tantangan terbesar dalam penyelenggaraan OSCE dan
SOCA ini adalah mengenai tarif honor untuk dosen tidak tetap (DTT)
atau dikenal dengan sebutan masyarakat umum, yang dalam Standard
Biaya Masukan (SBM) belum dapat memfasilitasi tarif honor per sesi.

B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
2. Undang Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
3. Peraturan Konsil Kedokteran No. 1 Tahun 2005 tentang Registrasi
Dokter dan Dokter Gigi.
4. Surat edaran Dirjen Dikti no. 88/E/DT/2013 tanggal 1 Februari
2013.
5. Undang-Undang no. 20 tahun 2013 tentang pendidikan
kedokteran.
6. Peraturan Mendikbud no. 30/2014 tentang tata cara Ujian
Kompetensi.

C. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Menjelaskan pentingnya pelaksanaan OSCE dan SOCA baik di
PSKed dan PSPPD FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Menjelaskan masalah dan kajian analisis terkait tarif DTT atau
masyarakat umum pada pelaksanaan OSCE dan SOCA di PSKed dan
PSPPD FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Mengusulkan solusi berdasarkan hasil kajian analisis.

D. KAJIAN ANALISIS
Sejak berdirinya FK UIN tahun 2005, OSCE dan SOCA telah
dilaksanakan di akhir tahun akademik, yaitu di akhir semester 2, 4, 6
dan 7. Pada tahun 2013, FK UIN mulai melaksanakan ujian OSCE
UKMPPD. Lokasi ujian OSCE menggunakan ruang-ruang skills lab yang
terletak di lantai 5 gedung utama FK UIN. Sedangkan lokasi ujian
SOCA menggunakan ruang-ruang skills lab di gedung Clinical Skills
Unit (CSU) gedung B FK UIN. OSCE UKMPPD dilaksanakan secara
serentak di seluruh Indonesia pada waktu-waktu yang telah
ditentukan, yaitu pada bulan Februari, Mei, Agustus dan November.
Dalam setiap periode OSCE UKMPPD prodi menyelenggarakan
satu kali ujian persiapan untuk mahasiswa yang disebut dengan Try
Out OSCE UKMPPD (TO OSCE), hal ini bertujuan agar mahasiswa
memiliki persiapan menghadapi OSCE UKMPPD sehingga dapat
memperoleh hasil kelulusan yang maksimal. Pelaksanaan TO OSCE
dibuat semirip mungkin dengan OSCE UKMPPD (setting ruang, bentuk
soal, pasien simulasi, peraturan ujian, persyaratan penguji dan cara
penilaiannya). Selama ini kesesuaian antara hasil TO OSCE dan OSCE
UKMPPD mampu memprediksi kemampuan mahasiswa menghadapi
ujian OSCE dengan kelulusan yang sangat baik.
OSCE dan TO OSCE terdiri atas 23 station termasuk absensi dan
istirahat per lokasi, maka bila dilaksanakan di 2 lokasi terdapat 43
station. Di tiap station mahasiswa akan diuji menangani kasus
tertentu, untuk menilai berbagai kompetensi klinis dalam waktu 7-15
menit per station. Setiap mahasiswa harus melalui semua station yang
ada di set OSCE. Dalam 1 hari, terdapat 2-3 sesi ujian. Ujian dapat
berlangsung 1-3 hari, bergantung pada jumlah peserta ujian. Satu hari
sebelum pelaksanaan OSCE dilaksanakan rapat briefing peserta,
penguji, pasien simulasi dan panitia OSCE. Penilaian OSCE dilakukan
secara online real time.
Untuk SOCA terdiri atas 7-10 station, dengan variasi 5 set
kasus. Sebelum masuk station, mahasiswa akan diberikan kasus klinis
dan diminta untuk membuat peta konsep sesuai kasus selama 30
menit. Setelah itu mahasiswa dipersilakan masuk ke dalam station
untuk mempresentasikan peta konsep dan tanya jawab dengan 2
penguji selama 30 menit. Setiap mahasiswa hanya akan mendapatkan
1 set kasus SOCA. Dalam 1 hari, terdapat 3 sesi ujian. Ujian dapat
berlangsung 1-3 hari, bergantung pada jumlah peserta ujian. Satu hari
sebelum pelaksanaan SOCA dilaksanakan rapat briefing peserta, dan
penguji SOCA. Penilaian SOCA dilakukan secara online real time.
Pada persiapan dan pelaksanaan ujian OSCE, TO OSCE dan
SOCA terdapat banyak unit yang terlibat di antaranya adalah:
1. Dekanat;
2. Prodi;
3. Kepala bagian TU;
4. Sub bagian akademik;
5. Sub bagian administrasi umum, keuangan dan kepegawaian;
6. MEU (Medical Education Unit),
7. CSU (Clinical Skills Unit);
8. Laboran CSU;
9. Koordinator OSCE;
10. Koordinator SOCA;
11. Pelatih pasien simulasi;
12. Pasien simulasi;
13. Helper;
14. OB; dan
15. Pramusaji.

Saat ini FK UIN mempunyai dosen tetap PNS sebanyak 41


orang dan dosen tetap non PNS sebanyak 12 orang, total dosen tetap
PNS dan non PNS adalah 53 orang, dengan 40 orang adalah dokter.
Laboran CSU hanya 1 orang.
Selama beberapa tahun terakhir ini pelaksanaan OSCE dan
SOCA mengalami beberapa hambatan sebagai berikut:
a. Semakin bertambahnya mahasiswa FK UIN (hingga 125
mahasiswa), sedangkan jumlah dosen tetap yang dibutuhkan
sebagai penguji dan laboran CSU yang dibutuhkan untuk
mengelola ujian, alat/manekin, bahan habis pakai, gedung untuk
pelaksanaan ujian belum berubah secara signifikan.
b. Pada SBM, honor koordinator, penguji, pelatih simulasi, pasien
simulasi berdasarkan kegiatan, bukan sesi. Hal ini sangat
berpengaruh kepada jumlah koordinator, penguji, pelatih simulasi
dan pasien simulasi yang dibutuhkan sangat banyak (total untuk 1
hari kegiatan OSCE dibutuhkan 90-138 penguji dan 1 kegiatan
ujian SOCA 78 penguji). Sedangkan untuk dosen tetap FK UIN
(baik PNS dan non PNS) hanya 53 orang dengan 40 orang adalah
dokter. Penguji pada ujian OSCE harus dokter yang sudah
mengikuti pelatihan sebagai penguji, sedangkan SOCA dapat diuji
oleh penguji dengan latar belakang biomedis. Berdasarkan
kebutuhan dosen tersebut, terdapat setiap dosen dapat
menguji lebih dari 1 sesi dalam 1 hari.
c. Dengan kondisi honor berdasarkan kegiatan, selain kesulitan
dalam mencari penguji dalam jumlah yang banyak, juga kesulitan
menjaga asas keberadilan antar penguji. Masing-masing penguji
mempunyai waktu yang berbeda-beda, ada penguji yang hanya
menguji 1 sesi, namun ada penguji yang menguji 3 sesi.

Berikut ini adalah gambaran tugas dari semua komponen


personil dalam OSCE dan SOCA.

Koordinator OSCE dan SOCA


A. Sebelum Ujian
 Mengikuti briefing nasional yang dilaksanakan oleh PNUKMPPD.
 Melaksanakan rapat briefing 1 dengan semua panitia dan mulai
menghubungi penguji beserta korektor 4 minggu sebelum ujian.
 Melaksanakan rapat briefing 2 untuk memastikan kesiapan ujian
H-3 sebelum ujian.
 Melakukan undian terhadap mahasiswa yang akan ujian.
 Melakukan koordinasi dengan sub bagian umum terkait dengan
konsumsi yang perlu dipersiapkan pada waktu ujian.
 Melakukan koordinasi dengan tim modul, IBA OSCE dan laboran
CSU terkait setting ruangan, alat dan BHP yang digunakan untuk
ujian OSCE.
 Melakukan koordinasi dengan laboran terkait ruangan yang
digunakan untuk presentasi dan mapping.
 Melakukan koordinasi dengan sub bagian akademik terkait
kesiapan absen penguji dan panitia serta berita acara ujian.
 Melakukan koordinasi dengan prodi terkait proses SK
Dekan/surat tugas seluruh komponen dan SK KPA bagi dosen
atau pegawai tidak tetap UIN dan pengaturan kehadiran observer
ujian.
 Melakukan koordinasi dengan pelatih pasien simulasi untuk
mempersiapkan skenario dan BHP pasien simulasi.
 Mempersiapkan rubrik, soal dan lembar penilaian yang
dibutuhkan sesuai dengan station ujian.
 Mengingatkan peserta ujian, pelatih pasien simulasi, pasien
simulasi, dan penguji untuk hadir tepat waktu sesuai waktu
ditetapkan.

B. Saat Ujian
 Berkoordinasi dengan penyelia pusat dari PNUKMPPD untuk
penyerahan set soal, name tag dan password kepada penguji.
 Melaksanakan briefing peserta, penguji dan pasien simulasi
bersama penyelia pusat, pelatih pasien simulasi dan seluruh
panitia pada H-1 sebelum ujian berlangsung.
 Bertanggung jawab dan melakukan pengawasan terhadap
kelancaran ujian selama ujian berlangsung.
 Memastikan alur ujian berjalan sesuai dengan waktu yang
ditetapkan.

C. Setelah Ujian
 Mengumpulkan set soal dan lembar penilaian dari para penguji
setelah ujian.
 Berkoordinasi dengan penyelia pusat dalam pengumpulan set
soal, skenario pasien simulasi, dan name tag.
 Memberikan feedback dan laporan kepada PNUKMPPD tentang
pelaksanaan ujian.
 Menginfokan hasil nilai kepada peserta ujian.
 Menghubungi dan melakukan koordinasi dengan penguji terkait
pemberian honor ujian.
 Menjaga kerahasiaan perangkat soal ujian.

Pelatih Pasien Simulasi


- Menghadiri rapat briefing dengan koordinator OSCE, tim modul,
laboran CSU dan semua panitia.
- Melakukan koordinasi dengan koordinator OSCE untuk
mempersiapkan skenario dan BHP pasien simulasi.
- Hadir 1 jam sebelum ujian berlangsung untuk memberikan
skenario pada pasien simulasi, melatih pasien simulasi sesuai
dengan skenario kasus yang diperlukan dan melakukan moulage
pasien simulasi.
- Memastikan pasien simulasi supaya konsisten melakukan peran
sesuai dengan skenario yang diminta.
- Bila terdapat kendala, segera berkoordinasi dengan koordinator
OSCE.
- Menjaga kerahasiaan perangkat soal ujian.

Pasien Simulasi
- Pasien simulasi adalah orang sehat yang memainkan peran dan
didandani sebagai orang sakit sesuai dengan scenario klinik yang
dibuat pembuat soal selama ujian berlangsung. Pasien simulasi
dalam OSCE berasal dari aktor/aktris teater sesuai dengan
persyaratan dan standar ujian kompetensi nasional.
- Menghadiri rapat briefing pada H-1 dengan penyelia pusat,
koordinator OSCE, dan pelatih pasien simulasi.
- Hadir 1 jam sebelum ujian berlangsung untuk mempelajari
skenario kasus yang diberikan dan di-moulage oleh pelatih pasien
simulasi.
- Memerankan pasien simulasi sesuai dengan skenario yang
diminta dengan konsisten.
- Menjaga kerahasiaan perangkat soal ujian.
- Bersedia menerima feedback dari pelatih pasien simulasi dan
penguji untuk perbaikan peran pasien simulasi.
Penguji
- Menghadiri rapat briefing pada H-1 dengan penyelia pusat,
koordinator OSCE dan SOCA, tim modul, laboran CSU dan semua
panitia.
- Pada hari H hadir 30-60 menit sebelum ujian dimulai.
- Mempelajari rubrik dan lembar penilaian sesuai dengan station
dimana penguji ditempatkan.
- Menjalankan tugas sebagaimana diminta pada instruksi penguji
dan menilai mahasiswa sesuai rubrik penilaian.
- Memastikan pasien simulasi memainkan peran yang diminta
sesuai dengan skenario kasus.
- Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan ujian di station tempat
penguji bertugas.
- Memberikan feedback pada lembar yang telah disiapkan panitia.
- Menjaga kerahasiaan perangkat soal ujian.
- Bila terdapat masalah dalam station segera menghubungi
koordinator OSCE dan SOCA atau panitia lain dengan menekan
panic button.
- Merapikan semua perangkat soal ujian dan penilaian ke dalam
amplop, kemudian mengembalikan kepada koordinator.
E. MEKANISME PEMBAYARAN DAN TARIF HONOR
Mekanisme pembayaran honor koordinator, penguji, pelatih pasien
simulasi, pasien simulasi dengan pola pembayaran orang/sesi. Besaran yang
kami usulkan sesuai dengan tugas dan waktu yang dibutuhkan adalah
sebagai berikut:
- Honor Koordinator OSCE, TO OSCE dan SOCA: Rp. 1.000.000,00/sesi.
- Honor Penguji OSCE, TO OSCE dan SOCA: Rp. 6.000.000,00/sesi.
- Honor Pelatih pasien simulasi: Rp. 400.000,00/sesi.
- Honor Pasien simulasi: Rp. 300.000,00/sesi.

Tabel 1. Analisa OSCE dan TO OSCE

- Frekuensi kegiatan = 13 OSCE / tahun dan 4 TO OSCE / tahun


- Terdapat 53 Dosen Tetap à 13 dosen biomedik + 40 dokter
- Asumsi jumlah mahasiswa 130 orang/angkatan

Berikut deskripsi kegiatan yang dilaksanakan pada ujian OSCE:


- Terdapat 3 sesi, dimana masing-masing sesi terdiri dari: 15-23 station
per lokasi dan diperlukan 2 lokasi per sesi (tergantung dengan jumlah
mahasiswa di angkatan tersebut). Satu sesi akan berlangsung hingga 4
jam dan 5 jam untuk OSCE (termasuk persiapan penguji dan pasien
simulasi).
- Setiap station memerlukan waktu 7-15 menit.
- Mahasiswa mendapat kasus dan mendemontrasikan keterampilan klinis
yang diperlukan untuk mengatasi kasus tersebut di depan penguji, baik
kepada pasien simulasi ataukah pada manekin. Penguji menilai
kompetensi mahasiswa di setiap station.
- Penguji yang diperlukan di setiap station adalah 1 orang, sehingga dalam
1 sesi dan 2 lokasi diperlukan penguji 30-43 penguji. Total penguji
yang diperlukan dalam 3 sesi adalah 90-138 penguji.
- Koordinator OSCE yang diperlukan per sesi adalah 2 orang.
- Pelatih pasien simulasi yang diperlukan per sesi adalah 3 orang.
- Pasien simulasi yang diperlukan per sesi adalah 25-30 orang.

Untuk ujian SOCA berikut deskripsi kegiatan yang dilaksanakan:


- Terdapat 3 sesi, dimana masing-masing sesi terdiri dari: 7 hingga 10
station atau kasus. Satu sesi akan berlangsung 2 hingga 3 jam dan rata-
rata 4-6 putaran/sirkulasi, sehingga total 6 hingga 9 jam (tergantung
dengan jumlah mahasiswa).
- Mahasiswa diberi waktu 30 menit untuk menganalisis dan membuat peta
konsep. Setelah itu mahasiswa masuk ke dalam station dan
mempresentasikan peta konsep serta tanya jawab dengan penguji selama
30 menit.
- Masing-masing station atau kasus memerlukan 2 penguji.
- Penguji yang diperlukan pada setiap sesi 26 penguji. Total penguji yang
diperlukan dalam 3 sesi adalah 78 penguji.

F. KESIMPULAN
OSCE dan SOCA merupakan ujian sumatif yang sifatnya high stake dan
merupakan ujian kompetensi bagi mahasiswa FK. OSCE dan SOCA melibatkan
banyak komponen personil SDM yang bertugas sejak 1 bulan sebelumnya
dengan tugas yang kompleks dan melibatkan banyak pihak luar. Kendala
terbesar bagi pengelola FK adalah dalam penyediaan penguji yang untuk 1
kegiatan OSCE dan SOCA membutuhkan penguji hingga 138 dosen dokter
yang jauh melebihi jumlah dosen tetap di FK. Kebutuhan jumlah penguji ini
akan meningkat seiring dengan bertambahnya mahasiswa FK. Selain penguji,
komponen lain yang terlibat seperti koordinator, pelatih simulasi, pasien
simulasi juga perlu diperbaiki mekanisme pembiayaannya.
Saat ini SBM mengakomodir honor koordinator, penguji, pelatih
simulasi, pasien simulasi berdasarkan kegiatan, bukan sesi. Untuk itu,
pengelola FK mengajukan tarif honor baru sesuai Naskah Akademik ini. Kami
mengusulkan honor koordinator, penguji, pelatih simulasi, pasien
simulasi adalah orang/sesi sesuai poin E. Mekanisme Pembayaran dan
Tarif Honor.

Anda mungkin juga menyukai