DAN
JAKARTA 2014
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam rangka mengimplementasikan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) pada Institusi
Pendidikan Vokasi, Akademik dan Profesi Gizi, khususnya dalam hal menjamin mutu lulusan,
maka diperlukan standardisasi mutu lulusan melalui uji kompetensi. Untuk itu, perlu
diimplementasikan uji kompetensi yang bermutu, sebagai bagian dari proses evaluasi
pembelajaran yang terintegrasi dalam sistem pendidikan.
Uji Kompetensi bagi tenaga Gizi Indonesia akan dilakukan berdasarkan amanat Undang-
Undang No.12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yang kemudian di tindak lanjuti dengan dikeluarkannya
PermendikbudNo.83 tahun 2013 tentang Sertifikasi Kompetensi,Permenkes No. 46 tahun 2013
tentang Registrasi Tenaga Kesehatan serta Permenkes Nomor 26 Tahun 2013 tentang
pekerjaan dan praktek tenaga gizi. Selain itu diterbitkan juga Peraturan bersama Menteri
Kesehatan Republik Indonesia dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 36 tahun 2013 dan Nomor : l/iv/pb/2013.
Merujuk pada Permendikbud No.83 tahun 2013tentang Sertifikasi Kompetensi dimana uji
kompetensi dilakukan sebagai Exit Exam sehingga uji kompetensi dilaksanakan pada tahap
akhir pendidikan setelah yudisium. Implementasi uji kompetensi sebagai exit exam akan
mengurangi dampak negatif dari banyaknya jumlah retaker karena persiapan uji kompetensi
serta pembinaan retaker akan dilakukan langsung di bawah tanggungjawab Institusi Pendidikan
Vokasi, Akademik dan Profesi Gizi.
Dengan demikian langkah pencegahan terhadap praktik profesi Gizi secara ilegal (tanpa Surat
Tanda Registrasi dan Surat Ijin Praktik) dapat diwujudkan, sehingga kualitas pelayanan
kesehatan semakin meningkat.
Dalam Peraturan bersama Menteri Kesehatan Republik Indonesia dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2013 dan Nomor : l/iv/pb/2013 maka
Penyelenggaraan uji kompetensi bertujuan untuk menghasilkan tenaga gizi yang kompeten
sesuai dengan standar kompetensi lulusan dan capaian pembelajaran yang disepakati oleh
Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia.
Secara rinci disebutkan bahwa Uji kompetensi bagi mahasiswa merupakan bagian dari
penilaian hasil belajar.
Berdasarkan Permendikbud 81 tahun 2014 tentang Ijazah, Sertifkat Kompetensi dan Sertifikat
Profesi, maka peserta yang lulus uji kompetensi berhak memperoleh sertifikat
kompetensi.Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterbitkan oleh
3
Perguruan Tinggi.Perguruan Tinggi mendaftarkan Sertifikat Kompetensi kepada MTKI untuk
mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR) bagi pemegang sertifikat.
Adapun Uji kompetensi dilakukan oleh perguruan tinggi bekerja sama dengan organisasi profesi
dan Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi (LPUK).Maka untuk menjalankan amanah pada
SKB tersebut, disusun Petunjuk Teknis agar pimpinan Institusi Vokasi Gizi dan profesi Gizi
dapat lebih memahami latar belakang, arah kebijakan dan teknis pelaksanaan sistem uji
kompetensi.
Untuk memberikan penjelasan lebih rinci mengenai teknis pelaksanaan kebijakan ini, maka
perlu dibuat petunjuk teknis untuk mengantisipasi kemungkinan permasalahan yang dapat
timbul akibat implementasi Surat Edaran ini, seperti masa studi yang kemungkinan akan
semakin panjang dengan konsekuensi berkurangnya jumlah tenaga gizi yang dihasilkan, atau
meningkatnya pembiayaan pendidikan. Untuk itu, petunjuk teknis ini akan memberikan
justifikasi hal-hal tersebut secara lebih detail. Petunjuk teknis ini dilengkapi dengan pedoman
mengenai teknis pelaksanaan uji kompetensi
Untuk memperjelas pelaksanaan Uji Kompetensi (UK) perlu disusun Panduan pelaksanaan Uji
Kompetensi sebagai acuan bagi semua pihak terkait, yaitu DIKTI, LPUK/HPEQ, MTKI,
Organisasi Profesi (PERSAGI ), Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Bidang GIZI (AIPGI),
Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan, serta calon peserta Uji Kompetensi. Dalam
panduan ini diuraikan proses pelaksanaan Uji Kompetensi mulai Pra Uji, Pelaksanaan Uji dan
Pasca Uji, peran dan fungsi serta kewajiban dan tanggungjawab dari seluruh pihak (Stake
Holder) dari setiap fase kegiatan UK.
Peraturan Bersama Menteri Kesehatan RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor
36 tahun 2013 dan Nomor 1/IV/PB/2013 tentang Uji Kompetensi bagi Mahasiswa Perguruan
Tinggi Bidang Kesehatan. Memperhatikan SKB tersebut maka untuk mahasiswa Program
Diploma III Gizi tenaga kesehatan akan dimulai tahun 2014.
1.2 Tujuan
Tujuan Umum Uji Kompetensi adalah menghasilkan tenaga gizi yang kompeten sesuai
dengan standar kompetensi lulusan dan capaian pembelajaran program Diploma III Gizi,
Diploma IV Gizi, Sarjana Gizi dan Profesi Gizi.
Tujuan Khusus:
1) Uji kompetensi ditujukan untuk menjamin lulusan pendidikan tinggi gizi yang kompeten
dan terstandar secara nasional sehingga bisa melindungi masyarakat
2) Uji kompetensi untuk menguji pengetahuan dan keterampilan sebagai dasar untuk
praktik kegizian dan mendorong pembelajaran sepanjang hayat
3) Uji kompetensi sebagai metode asesmen kompetensi dalam pengelolaan pasien yang
aman dan efektif dalam pelayanan Gizi pada masyarakat
4
4) Untuk Menilai sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai dasar untuk melakukan
praktik Kegizian /pelayanan Gizi
5) Memberikan umpan balik proses pendidikan pada program Diploma III Gizi, Diploma IV
Gizi, Sarjana Gizi dan Profesi Gizi
6) Memantau mutu program Diploma III Gizi, Diploma IV Gizi, Sarjana Gizi dan Profesi Gizi
2) Metode uji
3) Materi Uji
4) Penyelenggaraan Uji
5
1.4 Dasar Kebijakan
Arah kebijakan pelaksanaan uji kompetensi didasarkan pada landasan yuridis, filosofis,
sosiologis dan teknis berikut ini:
Penetapan kebijakan implementasi uji kompetensi sebagai uji nasional pada tahap akhir
program pendidikan merujuk pada berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Landasan yuridis kebijakan meliputi:
7. Permenkes No. 26, Tahun 2013, tentang Pekerjaan dan Praktek Tenaga Gizi,
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan;
11. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Nomor 36 Tahun 2013 dan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 1/IV/PB/2013 tanggal 30 April 2013 tentang Uji Kompetensi
Bagi Mahasiswa Perguruan Tinggi Bidang Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 650);
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan (pengganti PM Kes nomor 1796 tahun 2011);
13. Permendikbud RI No. 81 tahun 2014, tanggal 20 Agustus 2014, tentang Ijasah,
Sertifikat Kompetensi dan Sertifikat profesi
6
1.4.2. Landasan Filosofis
Landasan filosofis ini menjadi dasar yang terus menyertai dalam pengembangan sistem
uji kompetensi sebagai uji nasional pada tahap akhir program pendidikan sebelum
mengambil sumpah sebagai tenaga gizi
1) Landasan kepribadian
2) Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian ilmu dan keterampilan
yang dikuasai sikap dan perilaku merupakan cerminan dari kepribadian dalam
berkomunikasi serta berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan. Standardisasi sikap
dan perilaku serta Etika profesi tenaga gizidalam kaitan dengan pekerjaan dan praktik
keprofesiannya amat diperlukan untuk menjamin terlaksananya pelayanan kesehatan
yang baik serta menjunjung tinggi harkat dan martabat pasien/klien .
Uji kompetensi bertujuan untuk memastikan lulusan D III,D IVSarjana Gizi , dan Profesi Gizi
telah menguasai ilmu pengetahuan serta teknologiyang berkaitan dengan profesinya serta
menghindari dilaksanakannya praktik profesi oleh tenaga kesehatan yang tidak kompeten.
Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi ini menunjukkan tingkat pemahaman serta
kesiapan lulusan D III,D IVSarjana Gizi , dan Profesi Gizidalam menjalankan pekerjaan dan
praktik profesinya. Pengetahuan dan teknologi menjadi modal kuat dalam menghadapi berbagai
persoalan yang mungkin muncul di masyarakat terutama yang berkaitan langsung dengan
profesinya.
Uji kompetensi bertujuan untuk memastikan lulusan D III,D IVSarjana Gizi , dan Profesi
Giziuntuk memastikan metode yang digunakan oleh lulusan telah sesuai dengan kaidah yang
berlaku untuk keterampilan berkarya. Perlu diakui bersama bahwa variabilitas kemampuan
institusi pendidikan dalam menjalankan proses pendidikan masih cukup tinggi. Standarisasi
7
kemampuan dan keterampilan diperlukan dalam upaya pemerataan akses terhadap pelayanan
kesehatan di Indonesia melalui mobilisasi tenaga gizi antar daerah.
Salah satu elemen kompetensi lain yang turut menjadi dasar keberhasilan pekerjaan dan
praktik profesi adalah penguasaan kaidah berkehidupan bermasyarakat. Elemen kompetensi ini
harus dikuasai oleh lulusan gizi sebelum lulus dari institusi pendidikan.
1) kompetensi;
2) kemandirian, dan
3) kode etik.
1) Altruisme
Altruisme yang dimaksud dalam profesionalisme adalah kemampuan untuk memahami kondisi
pasien/klien, memperhatikan kebutuhan pasien serta mengutamakan kepentingan pasien/klien.
Seorang tenaga gizi / dietisien dalam melaksanakan pekerjaan dan praktik profesinya harus
mampu menumbuhkan sifat altruisme dalam dirinya. Oleh karena itu altruisme harus menjadi
salah satu landasan filosofis dalam pendidikan tenaga gizi sebagai upaya membangun
profesionalisme sejak dini.
2) Akuntabilitas
3) Humanisme
Humanisme yang dimaksud dalam profesionalisme adalah memiliki rasa kemanusiaan yang
tinggi sebagai tenaga kesehatan.Rasa kemanusiaan tenaga gizi / dietisientidak boleh
bertentangan dengan profesionalismenya, sebaliknya rasa kemanusiaan ini menjadi landasan
dalam menjalankan profesinya.
4) Excellence
8
Profesionalisme erat berhubungan dengan spirit of excellence, yang mengharuskan setiap
tenaga gizi / dietisienmengikuti standard of excellence dan mengaplikasikannya secara kontinyu
dan konsisten.
Melalui standar kompetensi dan standar pendidikan yang telah dikembangkan oleh profesi gizi,
dikembangkanlah instrumen akreditasi dari standar pendidikan dan blueprint uji kompetensi
dari standar kompetensi.Sistem penilaian akreditasi digunakan untuk menilai mutu institusi
pendidikan tinggi gizi yang dinyatakan dalam status akreditasi yang berlaku selama periode
waktu tertentu.
9
Sistem uji kompetensi yang dikembangkan dari standar kompetensi digunakan untuk menilai
mutu dan kompetensi lulusan yang dihasilkan di institusi pendidikan. Kualitas pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan di masyarakat merupakan ranah
tanggungjawab profesi untuk senantiasa diperhatikan dan dievaluasi ,sehingga pada
akhirnya kualitas pelayanan kesehatan menjadi masukan pada perbaikan sistem pendidikan
kesehatan pada umumnya, serta standar kompetensi dan standar pendidikan gizi pada
khususnya.
Berdasarkan landasan sosiologis, urgensi uji kompetensi gizi dilatarbelakangi oleh kebutuhan
masyarakat, sehingga pada akhirnya akan memberikan dampak untuk masyarakat. Hubungan
timbal balik antara urgensi uji kompetensi gizi dan kebutuhan masyarakat dilandasi
beberapaaspek sosiologis berikut:
Untuk menghasilkan sistem yang seimbang, maka perlu dilakukan harmonisasi dan integrasi
sistem pendidikan gizi dengan sistem kesehatan. Konsep integrasi pendidikan-pelayanan
ditujukan untuk meningkatkan layanan kesehatan melalui pendidikan kesehatan yang
berkualitas. Dengan kata lain, kebutuhan dunia kesehatan akan dipenuhi oleh dunia pendidikan.
Integrasi sistem pendidikan dan sistem pelayanan harus memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut:
1) Sistem pendidikan tinggi tenaga kesehatan merupakan bagian dari sistem pelayanan
kesehatan (tidak terfragmentasi dari sistem kesehatan). Sistem pendidikan tinggi tenaga
kesehatan yang disusun berdasarkan kebutuhan pelayanan kesehatan akan mendorong
tercapainya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien bagi masyarakat dengan
mengutamakan keselamatan pasien.
b) Hubungan Penjaminan Mutu Sistem Pendidikan Vokasi Gizi ,Sarjana Gizi & profesi Gizi
dan Sistem Pelayanan Kesehatan
Kualitas pendidikan tinggi tenaga kesehatan memiliki efek berjenjang terhadap kualitas
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Secara singkat hubungan antara kualitas
pendidikan tinggi kesehatan dapat dijabarkan sebagai berikut:
10
1) Kualitas pelayanan gizi dimulai dengan penjaminan kualitas insitusi pendidikan gizi.
Penjaminan kualitas institusi dilaksanakan melalui sistem akreditasi. Akreditasi bertujuan
mengukur kemampuan institusi pendidikan dalam melaksanakan proses pembelajaran yang
baik sesuai dengan standar yang telah ditetapkan secara nasional. Akreditasi mengukur
kualitas institusi pendidikan gizi dari aspek kemampuan institusi dalam tata kelola institusi,
kemampuan pemenuhan SDM, sarana dan prasarana pembelajaran dan pendukung lainnya,
sistem pembelajaran (kurikulum), sistem informasi, peran serta dalam pengembangan keilmuan
(penelitian), pengabdian masyarakat serta kualitas mahasiswa dan lulusan institusi pendidikan
gizi.
2) Penjaminan mutu insitusi pendidikan gizi dilanjutkan dengan penjaminan mutu lulusan gizi
dengan mengembangkan sistem sertifikasi melalui uji kompetensi gizi untuk menilai lulusan
tenaga gizi. Tujuan sertifikasi ini adalah memastikan lulusan pendidikan tinggi tenaga giziyang
telah memiliki kompetensi yang terstandar sehingga dapat melakukan pelayanan gizi secara
kompeten sesuai dengan keahlian ilmu dan keterampilan yang dikuasai.
3) Tujuan akhir dari penjaminan kualitas institusi pendidikan dan lulusan pendididikan tinggi
tenaga gizi adalah tercapainya derajat pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar
pelayanan gizi yang berlaku nasional.
Implementasi Uji Kompetensi profesi lain yang selama ini dilaksanakan, dapat menjadi
landasan teknis kebijakan uji kompetensi selanjutnya. Pada dasarnya, nilai uji kompetensi yang
harus dikedepankan adalah nilai transparansi dan akuntabilitas sosial.
Dasar pelaksanaan uji kompetensi adalah kebutuhan akan standarisasi lulusan tenaga gizi ,
sehingga dengan dilaksanakannya uji kompetensi sebagai uji nasional pada tahap akhir
program pendidikan sebelum Yudisium dan wisuda , maka pengetahuan dan keterampilan
lulusan Diploma III Gizi, Diploma IV Gizi, Sarjana Gizi dan Profesi Gizi akan terstandar secara
nasional.
Uji Kompetensi(UK) Gizi nasional rencananya dilaksanakan secara periodik sesuai dengan
ketentuan yang telah disosialisasikan dengan Organisasi Profesi PERSAGI dan AIPGI yaitu 3
(tiga ) kali setahun.
Tempat pelaksanaan UK Gizi adalah di institusi pendidikan yang terakreditasi dan memenuhi
persyaratan sebagai tempat uji kompetensi dengan metode Paper Based Test (PBT) atau
disesuaikan perkembangan teknologi dan kebijakan yang berlaku.
Dengan dilaksanakannya uji kompetensi sebagai uji nasional pada tahap akhir program
pendidikan, yaitu sebelum yudisium ,maka pembiayaan uji kompetensi merupakan bagian dari
biaya pendidikan dan atau sesuai kebijakan yang berlaku.
11
BAB II
2.1. Uji Kompetensi sebagai Uji Nasional pada Tahap Akhir Program Pendidikan
Uji kompetensi sebagai bagian dari implementasi sistem penjaminan mutu lulusan tenaga gizi
telah diatur secara tersurat dalam Undang-Undang No. 12 tahun 12 tentang Pendidikan Tinggi,
Permenkes N0.46 tahun 2013,Permenkes N0.26 tahun 2013 tentang pekerjaan dan Praktek
tenaga gizi dan Permendikbud N0. 83 Tahun 2013 tentang Sertifikasi Kompetensi, yang
menjelaskan tentang sertifikat kompetensi sebagai tanda pengakuan terhadap kemampuan
seorang lulusan untuk menjalankan pekerjaan dan praktik Kegizian di seluruh Indonesia
setelah lulus uji kompetensi yang dikeluarkan oleh Institusi penddikan terkait serta STR oleh
MTKI .
Uji kompetensi dilaksanakan pada akhir program pendidikan Diploma III, Diploma IV, Sarjana
dan Profesi gizidengan mekanisme sebagai berikut:
1.1.1. Uji kompetensi dilaksanakan setelah dinyatakan luluspada tahap akhir pendidikan
1.1.2. Uji kompetensi dilaksanakan secara nasional oleh Institusi pendidikan gizi, AIPGI
dan PERSAGI dengan pengembangan materi oleh LPUK
1.1.3. Uji kompetensi dilaksanakan berdasarkan blueprint yang mengacu pada Standar
Kompetensi gizitiap jenjang pendidikan
1.1.4. Soal ujian disiapkan oleh Panitia Nasional dan akan dibawa oleh petugas khusus
yang telah ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Ketua Panitia Nasional.
1.1.5. Penentuan kelulusan uji kompetensi melalui proses standard setting secara
nasional dan hasilnya disampaikan kepada peserta melalui institusi pendidikan
masing-masing.
Uji kompetensi berlaku bagi semua calon tenaga gizi dengan persyaratan sebagai berikut:
12
1) Mahasiswa pendidikan Diploma III, Diploma IV, Sarjana dan Profesi Gizi yang telah
menyelesaikan pendidikannya yang dibuktikan dengan dengan surat keterangan oleh
Pimpinan institusi terkait sesuai ketentuan yang berlaku.
13
2.1.3. Batasan Keikutsertaan
Uji kompetensi diperuntukan bagi semua calon tenaga gizi lulusan Diploma III, Diploma IV,
Sarjana dan Profesi Gizidengan ketentuan sebagai berikut:
1) Peserta yang belum lulus pada uji kompetensi pada periode uji tertentu tidak
diperkenankan untuk mendapatkan sertifikat kompetensi.
2) Peserta yang belum lulus pada uji kompetensi pada periode uji tertentu diwajibkan
mengikuti uji kompetensi pada periode uji selanjutnya hingga dinyatakan lulus.
Materi uji kompetensi merujuk pada Standar Kompetensi gizi tiap jenjang pendidikan yang
ditetapkan oleh PERSAGI dan AIPGI.Uji kompetensi dilaksanakan dengan menggunakan
metode yang tepat dalam menguji sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), dan keahlian
(skills).
Materi uji kompetensi disusun berdasarkan cetak biru (blueprint) TRD untuk metode PBT
selanjutnya menjadi dasar dalam pelaksanaan uji kompetensi Diploma III, Diploma IV, Sarjana
dan Profesi Gizi
Ilmu Pangan dan Komposisi Gizi Makanan (Food Science and Nutrient Composition
of Foods)Ilmu gizi dan ilmu-ilmu terkait (Nutrition and Supporting Sciences)
2. Diagnosis
14
1. Sumber daya manusia (Human Resources)
3. Proses dan penelitian mutu pelayanan pangan dan gizi (Quality Processes and
Research)
Kognitif 20 -30 %
Konatif 10-20 %
15
Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi:
Recall 10 -20 %
Reasoning 70 -90 %
4) Tinjauan 4:
Pengkajian 15-20 %
Perencanaan 10-15 %
Implementasi 35-50 %
Dokumentasi 5-10 %
5) Tinjauan 5:
Individu (Penyakit defisiensi dan malnutrisi, Penyakit degeneratif, Kasus bedah) 30-40
%
Komunitas/Group (Bayi, Balita,Ibu Hamil, Ibu Meyusui, Anak Sekolah, Remaja Pekerja,
Usila, Atlet) 30-40 %
Masyarakat/population 20-30 %
Ilmu Pangan dan Komposisi Gizi Makanan (Food Science and Nutrient Composition
of Foods)Ilmu gizi dan ilmu-ilmu terkait (Nutrition and Supporting Sciences)
16
4. Pemantauan dan penilaian (Monitoring and Evaluation)
3. Proses dan penelitian mutu pelayanan pangan dan gizi (Quality Processes and
Research)
Kognitif 20 -30 %
17
Konatif 15-30 %
Recall 10 -30 %
Reasoning 70 -90 %
4) Tinjauan 4:
Pengkajian 10-20 %
Perencanaan 10-15 %
Implementasi 35-40 %
Dokumentasi 5-10 %
5) Tinjauan 5:
Individu (Penyakit defisiensi dan malnutrisi, Penyakit degeneratif, Kasus bedah) 10-30%
Komunitas/Group (Bayi, Balita,Ibu Hamil, Ibu Meyusui, Anak Sekolah, Remaja Pekerja,
Usila, Atlet)40-45%
Masyarakat/population30-45%
Ilmu Pangan dan Komposisi Gizi Makanan (Food Science and Nutrient Composition
of Foods)Ilmu gizi dan ilmu-ilmu terkait (Nutrition and Supporting Sciences)
18
b. Asuhan Gizi individu dan kelompok denganbobot20-30 %
1. Penapisan dan pengkajian (Screening and Assessment)
2. Diagnosis
3. Perencanaan dan Intervensi (Planning and Intervention)
3. Proses dan penelitian mutu pelayanan pangan dan gizi (Quality Processes and
Research)
Kognitif 45-55 %
19
Konatif 15-30 %
Recall 10 -30 %
Reasoning 70 -90 %
4) Tinjauan 4:
Pengkajian 10-20 %
Perencanaan 10-15 %
Implementasi 25-35 %
Dokumentasi 5-10 %
5) Tinjauan 5:
Individu (Penyakit defisiensi dan malnutrisi, Penyakit degeneratif, Kasus bedah) 10-30
%
Komunitas/Group (Bayi, Balita,Ibu Hamil, Ibu Meyusui, Anak Sekolah, Remaja Pekerja,
Usila, Atlet) 40-45 %
Masyarakat/population 30-45 %
20
Ilmu Pangan dan Komposisi Gizi Makanan (Food Science and Nutrient Composition of
Foods)Ilmu gizi dan ilmu-ilmu terkait (Nutrition and Supporting Sciences)
6. Proses dan penelitian mutu pelayanan pangan dan gizi (Quality Processes and
Research)
Kognitif 20 -30 %
21
Procedural knowledge 40-60 %
Konatif 20-30 %
Recall 10 -30 %
Reasoning 70 -90 %
3) Tinjauan 4:
Pengkajian 10-20 %
Perencanaan 10-15 %
Implementasi 25-35 %
Dokumentasi 5-10 %
5) Tinjauan 5:
Individu (Penyakit defisiensi dan malnutrisi, Penyakit degeneratif, Kasus bedah) 40-60
%
Komunitas/Group (Bayi, Balita,Ibu Hamil, Ibu Meyusui, Anak Sekolah, Remaja Pekerja,
Usila, Atlet) 30-40 %
Masyarakat/population10-20 %
22
Promotif 5-10 %
Preventif 5-10 %
Kuratif 40-60 %
Rehabilitatif 30-40%
23
2.2.2. Metode Uji Kompetensi
Uji kompetensi dilaksanakan secara periodik dengan pembiayaan yang disesuaikan dengan
kebutuhan meliputi proses persiapan, pelaksanaan hingga evaluasisesuai kebijakan yang
berlaku.
1) Pembiayaan uji kompetensi akan dibebankan kepada peserta uji dan bukan merupakan
bagian dari pembiayaan pendidikan.
Biaya nasional
Biaya institusional
4) Besaran biaya uji kompetensi yang dikelola oleh Panitia Nasional untuk uji kompetensi akan
ditentukan kemudian
5) Biaya nasional uji kompetensi yang dikelola oleh Panitia Nasional meliputi:
b) Penyiapan perangkat uji kompetensi ( berita acara, daftar hadir, kartu peserta, dll.).
e) Pembiayaan pengelolaan hasil uji kompetensi (standart setting, item analysis dan
pencetakan feedback hasil uji kompetensi).
24
b) Biaya pendukung lainnya yang tidak disediakan oleh Panitia Nasional (misal: biaya
keamanan, kebersihan, dll.).
7) Besaran biaya uji kompetensi yang dikelola oleh institusi disesuaikan dengan satuan unit
biaya sesuai peraturan administrasi keuangan masing-masing institusi dan tidak melebihi
standar satuan biaya uji kompetensi yang ditentukan oleh Panitia Nasional.
Hasil uji kompetensi akan diumumkan secara terbuka dengan tujuan untuk diketahui
masyarakat dan sebagai umpan balik bagi institusi pendidikan terutama untuk perbaikan proses
pendidikan. Peserta uji kompetensi yang belum lulus akan diberlakukan program penanganan
retaker yang menjadi tanggungjawab institusi pendidikan.
a) Online melalui websitePanitia Nasional dalam bentuk pencantuman nama dan institusi serta
hasil ujian
b) Tertulis berupa:
i. Identitas institusi
Individu meliputi:
i. Identitas peserta
25
ii. Nilai rerata nasional
Peserta yang tidak lulus uji kompetensi(Retaker) wajib mengikuti program pembimbingan.
Program pembimbingan dilaksanakan pada institusi pendidikandengan ketentuan sebagai
berikut:
A. Mekanisme Pelaksanaan
2) Setelah institusi menerima data peserta retaker baik yang berasal dari institusi bersangkutan
maupun dari luar institusinya, Pimpinan Institusi membuat surat tugas yang menetapkan nama
pembimbing dan retaker yang dibimbing (rasio maksimal 1:5)
3) Dalam melakukan pembinaan digunakan seperangkat instrumen yang terdiri atas (1) buku
log retaker; dan (2) daftar hadir.
5) Dalam melakukan pembimbingan, baik retaker maupun pembimbing harus mengisi buku log
sesuai dengan panduannya secara lengkap.
6) Pengisian buku log harus bisa mencerminkan tahapan kegiatan dan kemajuan proses
remediasi pembelajaran retaker
8) Pada akhir proses pembimbingan remediasi, keseluruhan instrumen yang telah diisi
dikumpulkan kepada koordinator pembimbingan
26
B. Peran Pemangku Kepentingan
Pelaksanaan program remediasi bagi retaker uji kompetensi, seluruh pemangku kepentingan
memiliki peran masing-masing meliputi hal-hal sebagai berikut:
Pada tahap ini Panitia Nasional akan menyiapkan data tentang retaker uji kompetensi.
Data berisi nama-nama retaker dari institusi beserta riwayat uji kompetensi.
Selain itu, Panitia Nasional akan pula menyampaikan profil kelulusan uji kompetensi
masing-masing institusi sesuai kebijakan yang berlaku.
Institusi pendidikan Diploma III, Diploma IV, Sarjana dan Profesi Gizi melakukan
diseminasi kegiatan pembinaan retaker uji kompetensi dan pelatihan berdasarkan hasil
Training of Trainer (TOT) sebelumnya kepada calon pembimbing.
Institusi pendidikan Diploma III, Diploma IV, Sarjana dan Profesi Gizidiharapkan juga
bersedia melakukan pembinaan (remedial learning) kepada retaker dari institusi lain
yang mendaftar atau berminat mengikutinya di institusi tersebut.
3) Peran Retaker
Pendaftaran retaker ke institusiDiploma III, Diploma IV, Sarjana dan Profesi Giziperlu
dilakukan segera setelah hasil uji kompetensi diumumkan.
27
Retaker diharapkan berperan aktif dalam proses pendaftaran program remediasi dengan
menyediakan informasi serta berkas-berkas administratif jika diperlukan
28
Monitoring dan evaluasi di setiap wilayah dilakukan Tim Monevyang ditetapkan oleh
kebijakan yang berlaku.
C. Pembiayaan Kegiatan
1) Pembiayaan meliputi:
Pengelolaan program, seperti penyediaan buku Log, biaya rapat, pelaporan kegiatan,
komunikasi, transportasi dan akomodasi.
a) Honorarium pembimbing
2) Sumber pembiayaan bagi program penanganan retaker pada termasuk dalam biaya
pendidikan
29
BAB III
Guna menjamin implementasi uji kompetensi yang bermutu, diperlukan suatu sistem
pemantauan dan evaluasi yang dilakukan secara sinergis oleh berbagai pemangku kebijakan
terkait, baik dari sisi profesi maupun pemerintah. Selain itu, kompleksitas proses persiapan
hingga implementasi uji kompetensi menuntut perlunya keberadaan suatu lembaga mandiri
yang berfungsi sebagai penjamin mutu dalam pengembangan strategi, metodologi serta
perangkat uji dalam mengevaluasi kompetensi peserta didik pada pendidikan Diploma III,
Diploma IV, Sarjana dan Profesi Gizi.Pelaksanaan uji kompetensi gizi, Panitia Nasional memiliki
amanah untuk menjaga kredibilitas penyelenggara uji kompetensi giziuntuk pemangku
kepentingan di tingkat nasional, regional dan global.
Sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi kesehatan dan pelayanan kesehatan harus saling
berkaitan satu sama lain. Idealnya institusi pendidikan tinggi kesehatan yang berkualitas akan
menghasilkan lulusan tenaga kesehatan yang berkualitas pula. Uji kompetensi sebagai bagian
dari implementasi sistem penjaminan mutu pendidikanDiploma III, Diploma IV, Sarjana dan
Profesi Gizi, akan dipantau dan dievaluasi oleh berbagai kepentingan baik dari pemangku
kepentingan maupun dari pengguna sistem tersebut. Sistem uji kompetensi Diploma III,
Diploma IV, Sarjana dan Profesi Giziadalah suatu bentuk penjaminan mutu dari sisi profesi,
dalam hal ini organisasi profesi, asosiasi institusi pendidikan dan stakeholderterkait. Guna
menjaga proses penjaminan mutu yang berkelanjutan, sistem uji kompetensi didukung dengan
metode pengembangan soal yang terstandar secara nasional berdasarkan pengalaman praktik
baik dari sistem uji kompetensi yang telah dikembangkan di negara lain.
Sistem uji kompetensi tenaga gizi juga telah didukung dengan adanya pemanfaatan teknologi
informasi yang sistemnya dikembangkan dan dilengkapi dengan dengan dukungan data.Sejalan
dengan kebijakan optimalisasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam sistem
penjaminan mutu pendidikan tinggi, maka setiap institusi yang menjalankan uji kompetensi
wajib melaporkan evaluasi pelaksanaannya melalui Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDPT).
Selain itu, untuk menjaga akuntabilitas dan transparansi hasil uji kompetensi, maka setiap hasil
uji kompetensi akan diumumkan secara transparan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan
melalui laman Panitia Nasional dan dikirimkan ke setiap pimpinan institusiDiploma III, Diploma
IV, Sarjana dan Profesi Gizi.
30
BAB IV
PENUTUP
Uji kompetensi sebagai bentuk implementasi penjaminan mutu lulusan Diploma III, Diploma IV,
Sarjana dan Profesi Giziadalah salah satu usaha untuk mendukung perbaikan kualitas
pendidikanDiploma III, Diploma IV, Sarjana dan Profesi Gizi, sehingga pada akhirnya akan
menghasilkan pelayanan Gizi yang paripurna. Untuk mempertahankan academic professional
environment di institusi pendidikanDiploma III, Diploma IV, Sarjana dan Profesi Giziserta
pengalaman praktik baik dari pelaksanaan UK GIZI selama ini, maka telah disepakati bersama
bahwa uji kompetensi akan dilaksanakan pada tahap akhir pendidikan setelah Yudisium .Untuk
memberikan petunjuk lebih lanjut terkait kebijakan uji kompetensi sebagai uji nasional pada
tahap akhir program pendidikan Diploma III, Diploma IV, Sarjana dan Profesi Gizimaka telah
disusun petunjuk teknis ini dengan memperhatikan berbagai masukan dari pihak-pihak terkait.
Dalam rangka mendukung implementasi uji kompetensi yang berkualitas maka diharapkan
seluruh Pendidikan Diploma III, Diploma IV, Sarjana dan Profesi Gizidapat menjalankan
petunjuk teknis ini dengan penuh tanggungjawab.
Hasil uji kompetensi menunjukkan umpan balik pencapaian kompetensi lulusan Diploma III,
Diploma IV, Sarjana dan Profesi Giziyang juga merupakan umpan balik bagi proses pendidikan.
Hal ini merupakan perwujudan usaha untuk memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik
dalam rangka mewujudkan
31
DAFTAR PUSTAKA
4. Naskah Blueprint Uji Kompetensi D3 Gizi /TRD dan profesi Gizi /RD, tahun 2013
32