Anda di halaman 1dari 47

MEDIASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL PADA

HUBUNGAN MANAJEMEN WAKTU DAN


KEBAHAGIAAN GURU TK ‘AISYIYAH BUSTANUL
ATHFAL DI JAKARTA

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :

NAFISAH MUTHMAINNAH

NIM 19010684035

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK


USIA DINI

2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Di era revolusi industri 4.0 ini, tantangan penyiapan sumber
daya manusia (SDM) yang mampu bersaing di dunia global
menjadi semakin besar dan kompetitif (Sigit, 2022). Salah satu
aspek yang harus disiapkan dalam persaingan dunia global yakni
pendidikan. Pendidikan semata-mata ditujukan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia suatu negara
(Krismiyati, 2017). Terdapat kebutuhan yang mendesak untuk
memberikan layanan pendidikan kepada semua orang, tanpa
kecuali (Sujarwanto, dkk, 2022).
Menurut Leonard (2015), unsur utama pendidikan adalah
guru, siswa dan sistem pendidikan. Ketiga hal tersebut saling
bergantung satu sama lain, namun faktor guru tampaknya menjadi
faktor yang paling menentukan keberhasilan belajar. Seseorang
yang memiliki tanggung jawab besar terhadap siswanya adalah
guru (Aminatus, dkk, 2022). Tak hanya itu, tanggung jawab sebagai
seorang guru juga berada dalam proses pembelajaran dan
tercapainya tujuan pendidikan (Noviani & Komalasari, 2018). Guru
diharapkan mengubah siswanya menjadi lebih baik, terutama
menanamkan semangat dan keinginan untuk belajar, dan pada
akhirnya membawa mereka menuju kesuksesan.
Guru bagi anak usia dini, harus menguasai empat
kompetensi yang bekerja secara sinergis, yaitu kompetensi
pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial (UUD, 2005 No. 14
pasal 8). Pendidikan anak usia dini berperan penting dalam
mengembangkan pengetahuan dasar anak. Artinya,
mengembangkan nilai-nilai moral, agama, sosial dan emosional
anak, konsep diri, disiplin, dan rasa kemandirian, sehingga
mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, dan seni (Sholikhah,
dkk, 2022). Kita membutuhkan guru yang memahami tanggung
jawab pada anak usia dini dan memiliki keterampilan yang sesuai
di bidangnya, karena guru profesional menghasilkan anak-anak
dengan masa depan yang baik di bawah bimbingan guru yang baik
(Hasibuan, dkk, 2022).
PAUD hendaknya diarahkan untuk mengoptimalkan
potensi dan kecerdasan anak agar siap mengikuti pendidikan lebih
lanjut (Fitri, dkk, 2022). Menurut Gugah dan Komalasari (2019),
menjadi seorang guru PAUD membutuhkan kecerdasan untuk
memahami perkembangan anak usia dini dan memperhatikan
karakteristiknya. Pemerintah Republik Indonesia melalui hukum
dan peraturan pemerintah menetapkan posisi guru sebagai profesi
(Poluakan & Patria, 2017).
Setiap individu dengan berbagai macam profesi berhak
memiliki rasa bahagia, termasuk guru. Seligman (2005)
menyatakan bahwa kebahagiaan dapat dicapai ketika individu
memahami dirinya sendiri, memaknai kekuatan yang ada dalam
dirinya dan dapat menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Baumgardener dan Crothers (dalam Jannah, Putra, Nurudin,
Situmorang 2019) menyatakan bahwa kebahagiaan berarti
kepuasan hidup yang tinggi dan emosi positif serta emosi negatif
yang rendah.
Ketika guru memiliki rasa bahagia, maka siswa mengalami
emosi positif, yang dapat memberikan pembelajaran yang
menyenangkan dan secara proporsional menginspirasi siswa
(Maulia, dkk, 2019). Hal tersebut menjadi pendukung bahwa
kebahagiaan pada guru adalah penting, sejalan dengan pendapat
salah satu guru TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal di Jakarta melalui
wawancara mengungkapkan bahwa kebahagiaan didapat dari rasa
syukur, saling menghargai (toleransi), serta kekeluargaan yang
telah dibangun bersama-sama. Kebahagiaan itu membawa dampak
baik ke dalam proses pembelajaran yang menjadikan murid
mendapat materi dengan senang dan baik, ujarnya.
Dalam penelitian yang dilakukan di Provinsi Sichuan. Tibet,
Yun, Ding-chu, dan Zhi-hui (dalam Irianto dan Subandi 2015)
menggunakan metode penelitian kualitatif untuk menemukan
faktor-faktor yang dapat mendukung kebahagiaan guru saat
menjalankan tugasnya di wilayah pedalaman. Penelitian ini
menemukan bahwa terdapat beberapa faktor penting yang
berkontribusi dalam meningkatkan kebahagiaan guru, seperti
adanya harmoni yang baik dalam hubungan keluarga, kesehatan
dalam pekerjaan, hubungan interpersonal yang baik, serta
peningkatan pendapatan. Para peneliti juga menemukan bahwa
keberhasilan dalam melaksanakan tugas yang dihadapi oleh guru
di wilayah pedalaman dapat membantu meningkatkan rasa
percaya diri dan kepuasan dalam pekerjaan. Dengan memahami
faktor-faktor ini, maka dapat membantu mengembangkan strategi
untuk meningkatkan kebahagiaan guru di wilayah pedalaman
sehingga dapat berdampak positif pada kualitas pendidikan di
wilayah tersebut.
Penelitian Desi Maulia, Ellya Rakhmawati, Agus Suharno
dan Suhendri (2018) menemukan bahwa kesejahteraan guru PAUD
berarti kebahagiaan dan pemenuhan peran mereka. Parker dan
Martin (2009) mengemukakan bahwa kesejahteraan atau
kebahagiaan membantu guru untuk bersedia dan aktif melalui
partisipasi kegiatan di sekolah, memiliki sikap dan perasaan positif
tentang pekerjaan, meminimalkan ketidakhadiran, memiliki ambisi
karir masa depan yang positif, dan untuk berkembang serta maju.
Pengalaman belajar bagi siswa dapat membentuk karakter yang
baik dan membawa kebahagiaan pada siswa. Untuk pembelajaran,
guru perlu mengkondisikan emosi anak pada iklim emosi yang
gembira sebelum kelas dimulai agar daya pikir anak dapat
berfungsi secara optimal (Fitri, 2017).
Stres kerja adalah masalah serius dan dapat menyebabkan
masalah mental yang serius (Savira, dkk, 2021). Guru yang toleran
terhadap stres cenderung memiliki ekspektasi yang realistis
terhadap pekerjaannya, pendekatan filosofis terhadap apa yang
dapat mereka lakukan, dan sikap yang positif (Sujarwanto, dkk,
2022). Menurut Munawwarah (2022), realitas yang dialami guru
setiap hari adalah menghadapi berbagai tantangan dalam
kehidupan keluarga dan sebagai anggota masyarakat. Kecepatan
dan jangkauan baru -baru ini menjadi adanya pekerjaan tambahan,
sehingga sebagian besar guru mengeluh dengan keras, dan tidak
ada lagi waktu yang cukup untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan
tambahan tersebut (Nelson, 2006). Akibatnya, guru tidak memiliki
cukup waktu dan tenaga untuk mempersiapkan diri, tidak
memiliki waktu untuk pengembangan diri, dan minat terhadap
pendidikan menurun. Sebagian besar waktu bermanfaat yang
dihabiskan siswa untuk belajar, berinteraksi dan bersosialisasi
dihabiskan di sekolah, sehingga potensi mereka sangat dipengaruhi
oleh lingkungan sekolah (Leonard, 2015).
Berdasarkan hasil wawancara salah satu guru TK ‘Aisyiyah
Bustanul Athfal di Jakarta, perubahan kurikulum pada sekolah
menjadi masalah yang sedang dihadapi saat ini. Para guru tersebut
masih belajar memahami kurikulum merdeka sekaligus perlahan
mempraktikkannya. Hal ini membuat kualitas pengajaran
menurun. Guru diberikan begitu banyak batasan sehingga
keinginan mereka untuk membantu anak yang terlambat masuk
kelas tidak maksimal karena harus melakukan pekerjaan
administrasi dengan banyak pekerjaan yang harus dilakukan
(Sa’diah & Komalasari, 2020). Guru terobsesi dengan cara
menyampaikan materi tanpa mempertimbangkannya (Hasibuan,
dkk, 2022).
Manajemen waktu yang baik pada guru sangat penting
dalam upaya mereka untuk mempertahankan kemajuan dan
meningkatkan kualitas pengajaran sekaligus meningkatkan hasil
pembelajaran (Munawwarah, 2022). Guru diharapkan dapat
membagi waktu dengan baik pada saat di sekolah, rumah bahkan
dimanapun berada. Manajemen waktu membantu mencapai
tujuan, seseorang perlu memahami aspek manajemen waktu agar
dapat menerapkan manajemen waktu yang diterapkan dengan
benar. (Listaningtyas, 2019)
Organisasi International Educational Achievement (IEA)
melakukan penelitian yang menyatakan bahwa beberapa masalah
yang berkaitan dengan kondisi guru, antara lain: (1) ada
keragaman kemampuan guru dalam proses pembelajaran dan
penguasaan ilmu, (2) belum ada alat ukur yang akurat untuk
menilai kemampuan guru, (3) pendidikan tidak mencerminkan
kebutuhan, dan (4) kesejahteraan guru belum diperhatikan. Jika
masalah ini tidak segera diatasi, maka akan berdampak pada
rendahnya kualitas pengajaran. Rendahnya mutu pengajaran
tersebut dapat menyebabkan hal berikut: (1) kemampuan siswa
kurang maksimal dalam menyerap mata pelajaran yang diajarkan
oleh guru, (2) belum sempurnanya pembentukan karakter yang
tercermin dari sikap dan kecakapan yang dimiliki oleh setiap siswa
(studi internasional oleh organisasi International Education
Achievement, 2007).
Peran guru dalam kegiatan pembelajaran sangat dominan,
sehingga guru harus mampu berkembang seiring dengan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hubungan guru-
murid sangat penting untuk pendidikan yang efektif (Sujarwanto,
dkk, 2022). Menurut Munawwarah (2022), konsekuensi logis dari
semua ini adalah bahwa guru harus selalu berusaha
mengembangkan diri dengan berbagai cara, baik dengan membaca
berbagai bahan referensi untuk meningkatkan profesionalismenya,
maupun dengan menulis atau melanjutkan studi ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
Guru sebagai anggota masyarakat tidak terlepas dari
genggaman smartphone. Penggunaan smartphone yang terkoneksi
dengan internet dan menjadi alat yang digunakan masyarakat
sehari-hari menjadi peluang untuk menghasilkan aktivitas yang
menjadi rutinitas (Kalesan, dkk, 2017).
Dalam Laporan Profil Pengguna Internet 2022, APJII
mengungkapkan bahwa tingkat penetrasi internet di Indonesia
mencapai 77,02% pada 2021-2022. Laju pertumbuhan tertinggi
menurut kelompok umur, 13-18 tahun mencapai 99,16% dan 19-34
tahun mencapai 98,64%. Penetrasi internet pada kelompok usia 35-
54 adalah 87,3%. Di sisi lain, tingkat penetrasi internet pada
kelompok usia 5-12 dan 55 tahun ke atas masing-masing sebesar
62,43% dan 51,73% (Bayou, 2022).

Gambar 1.1 Grafik Pengguna Internet

Menurut Tetra Pak Index Report 2017, tercatat ada sekitar 132
juta pengguna internet di Indonesia. Hampir setengah penduduk
Indonesia adalah penggemar media sosial, sekitar 40%. Jumlah ini
meningkat pesat sejak tahun 2016, dengan peningkatan pengguna
internet sekitar 51% atau sekitar 45 juta pengguna, diikuti dengan
peningkatan pengguna aktif media sosial sebesar 34%. Penggunaan
internet setiap hari memprediksi tingkat kecanduan internet di
Indonesia (Patria, dkk, 2019).
Internet menawarkan cara baru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi tidak seperti media sebelumnya. Pesatnya
perkembangan teknologi internet telah melahirkan berbagai bentuk
media sosial. Hal ini juga didukung oleh penelitian Warkemajuan
teknologi ponsel yang memberikan kemudahan bagi pengguna
media sosial. Media sosial menjadi sangat populer karena
memudahkan komunikasi. Beberapa media sosial yang paling
banyak digunakan oleh anak-anak dan orang dewasa antara lain
Facebook, Twitter, Instagram, WhatsApp dan YouTube.
(Warpindyastuti, dkk, 2018).
Perkembangan media sosial tentunya membawa dampak yang
bermacam-macam, baik positif maupun negatif. Sebagai sarana
informasi interaksi antar manusia semakin mudah, promosi dan
hiburan merupakan pengaruh positif dari media sosial (Muklason,
2011). Menurut Kraut (1998), interaksi internet berdampak negatif
terhadap kehidupan sosial dengan mengasingkan interaksi sosial,
atau yang disebut paradoks internet. Pecandu internet cenderung
mengabaikan interaksi sosial langsung (face to face) dengan orang-
orang terdekatnya (Masrura, dkk, 2022).
Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menimbulkan
berbagai macam masalah dan merugikan pengguna itu sendiri.
Young (dalam Atika, 2019) menjelaskan delapan kriteria yang
menunjukkan ketergantungan media sosial pada pengguna
internet. Individu yang mengalami lima dari delapan kriteria
tersebut mengalami keadaan kecanduan media sosial. Kedelapan
kriteria tersebut adalah: (1) senang menggunakan internet untuk
mengakses media sosial; (2) Menghabiskan lebih banyak waktu
untuk online; (3) upaya berulang kali untuk mengurangi
penggunaan Internet; (4) mengalami perubahan suasana hati saat
menggunakan Internet; (5) waktu online lebih lama dari yang
diharapkan; (6) kehilangan waktu, pekerjaan, pendidikan, atau
karier yang signifikan; (7) curang terhadap waktu yang dihabiskan
untuk internet; (8) menggunakan media sosial sebagai jalan keluar
dari masalah.
Beberapa hal diatas dihadapi oleh guru, disertai dengan beban
kerja yang berat, pertengkaran atau konflik dengan warga sekolah,
perilaku siswa yang tidak diharapkan, masalah kedisiplinan yang
ditunjukkan oleh siswa, motivasi kerja yang rendah, kendala waktu
dan kritik dari orang tua. Guru memiliki cara tersendiri untuk
mengatasi masalah tersebut. Sebagian guru pernah mengalami
stres ringan, kelelahan emosional, kecemasan yang berujung pada
kondisi psikosomatis dan depresi yang cukup berat dan
memerlukan penanganan yang tepat (Syafira, 2021).
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara salah satu guru TK
‘Aisyiyah Bustanul Athfal di Jakarta. Menyatakan bahwa
penggunaan media sosial juga menimbulkan stres bagi para guru
TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal, karena menggunakannya secara
berlebih hingga kehilangan waktu dan timbul rasa insecure ketika
melihat keberhasilan orang lain. Selain itu, media sosial yang
digunakan memiliki dampak positif untuk komunikasi dengan
wali murid, mencari informasi dan referensi serta dokumentasi
kegiatan pembelajaran, ujarnya. Puspitarani dan Masykur (2018)
berpendapat bahwa seseorang yang memutuskan menjadi guru
PAUD, memerlukan waku yang lama untuk idealisme dan
komitmen yang tinggi. Guru yang bekerja dengan pengabdian
menurut keinginannya akan merasa lebih dekat dengan siswanya
dan bahagia menjalaninya (Djamarah, 2013).
Guru merupakan ujung tombak kemajuan bangsa Indonesia.
Kebahagiaan guru PAUD sangat penting untuk diperhatikan
karena dapat mempertahankan kemajuan dan peningkatan kualitas
pembelajaran anak usia dini, serta meningkatkan hasil
pembelajaran sekaligus meningkatkan kualitas pendidikan
sehingga kita dapat menghasilkan generasi yang lebih baik dari
sebelumnya. Perkembangan media sosial telah menarik perhatian
untuk melakukan penelitian dari perspektif yang berbeda (Saputra,
2019). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
hubungan manajemen waktu dengan kebahagiaan guru TK
‘Aisyiyah Bustanul Athfal di Jakarta melalui penggunaan media
sosial.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Bagaimana hubungan manajemen waktu dan penggunaan
media sosial terhadap kebahagiaan guru TK ‘Aisyiyah
Bustanul Athfal di Jakarta?
1.2.2 Bagaimana pengaruh manajemen waktu dan penggunaan
media sosial terhadap kebahagiaan guru TK ‘Aisyiyah
Bustanul Athfal di Jakarta?
1.2.3 Bagaimana pengaruh manajemen waktu dan terhadap
kebahagiaan guru TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal di Jakarta
melalui mediasi penggunaan media sosial?
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Mengetahui hubungan manajemen waktu dan penggunaan
media sosial terhadap kebahagiaan guru TK ‘Aisyiyah
Bustanul Athfal di Jakarta.
1.3.2 Mengetahui pengaruh manajemen waktu dan penggunaan
media sosial terhadap kebahagiaan guru TK ‘Aisyiyah
Bustanul Athfal di Jakarta.
1.3.3 Mengetahui pengaruh manajemen waktu dan terhadap
kebahagiaan guru TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal di Jakarta
melalui mediasi penggunaan media sosial.

1.4 Manfaat penelitian


1.4.1 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu
pengetahuan ranah psikologi yang bermanfaat pada bidang
PAUD, secara spesifik pada kebahagiaan guru TK. Harapan
lain, penelitian ini menjadi masukan secara teoritis dalam
bidang pendidikan anak usia dini khususnya kaitan antara
manajemen waktu dan kebahagiaan yang dialami oleh guru
TK.

1.4.2 Manfaat praktis


1. Bagi guru
Dapat menjadi tolak ukur para guru TK dalam
menyikapi penggunaan media sosial.
2. Bagi anak
Dapat menciptakan suasana pembelajaran yang
maksimal sehingga dapat meningkatkan motivasi
belajar anak usia dini.
3. Bagi masyarakat
Dapat memberikan gambaran hubungan manajemen
waktu dan kebahagiaan guru TK melalui penggunaan
media sosial.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini membahas mengenai hal-hal yang dikaji oleh peneliti.
Dengan diawali landasan teori berisi: kebahagiaan guru TK, manajemen
waktu dan penggunaan media sosial, penelitian yang relevan, kerangka
penelitian dan hipotesis.

2.1 Landasan teori


2.1.1 Kebahagiaan Guru TK
1. Definisi Kebahagiaan
Secara prinsip, kebahagiaan adalah suatu sensasi
internal yang melibatkan pikiran positif yang bisa diraih
melalui berbagai upaya dalam rutinitas harian kita (Lu &
Shih, 1997). Kebahagiaan adalah istilah umum yang
mencakup perasaan senang atau puas dalam hal
kesejahteraan, keamanan, atau pencapaian keinginan
(Cahyaningtyas, 2020). Kebahagiaan adalah tujuan utama
dalam hidup manusia, yang menghasilkan perasaan
puas, ketenangan batin, dan ketentraman. Hal ini juga
dapat membantu meningkatkan kualitas hidup,
kesehatan fisik, dan mencapai potensi pribadi (Saleh,
2018).
Menurut Seligman (2005), konsep kebahagiaan
yang otentik (authentic happiness) terdiri dari tiga
elemen utama, yaitu emosi positif, keterlibatan, dan
makna. Emosi positif mencakup perasaan senang,
nyaman, terhormat, dan sejenisnya (Cahyaningtyas,
2020). Keterlibatan mengacu pada pengalaman saat
seseorang terlibat sepenuhnya dalam aktivitas tertentu
dan merasa seperti waktu berhenti atau bahkan
kehilangan kesadaran diri. Elemen makna adalah elemen
terakhir yang dibutuhkan untuk mencapai kebahagiaan,
ebahagiaan dipengaruhi oleh kemampuan seseorang
dalam menemukan makna hidupnya, dimana semakin
tinggi tingkat penemuan makna tersebut, maka semakin
besar juga tingkat kebahagiaan yang dirasakan (Sarmadi,
2018). Kemampuan adalah potensi seseorang dari lahir
dan matang sesuai dengan kebiasaan serta praktik,
hingga mampu melakukan sesuatu (Dwi & Fitri, 2017).
Tiga komponen yang dijabarkan oleh Seligman (2005)
dalam konsep kebahagiaan otentik meliputi rasa bahagia
dan puas secara emosional, kemampuan dalam
menunjukkan kebaikan dan kekuatan diri, serta
penemuan makna dan tujuan dalam hidup. Diener dan
Scollon (2003) membagi kebahagiaan menjadi dua aspek,
yaitu aspek emosional dan aspek kognitif. Menurut
Cahyaningtyas (2020), aspek kebahagiaan yaitu:
a. Merasakan kegembiraan atau kebahagiaan dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari
b. Menyadari makna hidupnya dan menerima
keadaan dengan tulus
c. Merasa berhasil mencapai tujuan hidup atau cita-
cita dengan hasil yang optimal
d. Memiliki penilaian diri yang positif
e. Mempunyai sikap optimis dan selalu merasa
bahagia.
Kebahagiaan dianggap sebagai bentuk kesempurnaan
yang banyak orang berusaha mencapainya.

2. Faktor kebahagiaan
Lyubomirsky, Sheldon, dan Schkade (2005)
memberikan pandangan atau teori mengenai
kebahagiaan, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi
tingkat kebahagiaan seseorang. Ketiga faktor tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Faktor genetik
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lykken
dan Tellegen yang dikutip oleh Lyubomirsky,
Sheldon, dan Schkade (2005), disimpulkan bahwa
sumber kebahagiaan seseorang dapat ditentukan
secara genetik yang stabil dari waktu ke waktu dan
tidak mudah dipengaruhi atau dikendalikan.
Penelitian tersebut melibatkan anak kembar
monozigot dan dizigot pada usia 20 dan 30 tahun,
dan secara konsisten menunjukkan bahwa
kebahagiaan orang dewasa sebagian besar
dipengaruhi oleh faktor genetik. Faktor genetik ini
mencakup aspek intrapersonal yang cenderung tidak
berubah, seperti sifat tempramen dan afeksi
kepribadian, seperti ekstraversi, gairah, dan
efektivitas negatif (Halimah & Nawangsih, 2021).
Faktor-faktor tersebut berkaitan dengan warisan
neurobiologi dan cenderung hanya mengalami sedikit
perubahan sepanjang hidup.
b. Keadaan hidup
Lyubomirsky, Sheldon, dan Schkade (2005)
mengutip Diener dan rekannya dalam menyatakan
bahwa sumber kebahagiaan dapat dipengaruhi oleh
faktor situasional kehidupan, seperti wilayah
nasional, geografis, dan budaya tempat individu
tinggal, serta faktor demografi seperti usia, jenis
kelamin, dan etnis. Beberapa faktor situasional
lainnya yang dapat mempengaruhi individu termasuk
pengalaman hidup pribadi, seperti mengalami trauma
pada masa kecil, terlibat dalam kecelakaan mobil, atau
meraih penghargaan yang bergengsi. Selain itu,
variabel status kehidupan seperti status perkawinan,
status pekerjaan, keamanan kerja, pendapatan,
kesehatan, dan agama juga dapat mempengaruhi
kebahagiaan seseorang. Dalam kesimpulannya, faktor
situasional kehidupan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kebahagiaan individu.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Lyubomirsky, Sheldon, dan Schkade (2005), faktor
situasional seperti status perkawinan dan agama
dapat mempengaruhi kebahagiaan seseorang.
Penelitian lain yang disebutkan dalam artikel tersebut
juga mengungkapkan bahwa orang yang menikah
dan religius cenderung lebih bahagia dibandingkan
dengan orang yang masih lajang, bercerai, janda, atau
tidak religius. Selain itu, kesehatan juga merupakan
faktor situasional yang mempengaruhi kebahagiaan,
di mana orang yang sehat, terutama yang lebih tua,
cenderung lebih bahagia dibandingkan dengan orang
yang sakit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
faktor-faktor situasional tertentu dapat memengaruhi
tingkat kebahagiaan seseorang.
c. Kegiatan yang disengaja
Faktor yang dapat memberikan kebahagiaan
pada seseorang meliputi kegiatan yang disengaja,
dimana Manusia secara aktif berupaya menghasilkan
berbagai perilaku, karya, serta kekhawatiran yang tak
terhitung jumlahnya. Menurut Lyubomirsky (2005),
Kegiatan yang dilakukan secara sengaja memerlukan
usaha untuk dijalankan dan tidak terjadi secara
kebetulan atau tiba-tiba. Contohnya adalah
berolahraga secara teratur, melakukan kegiatan
kognitif, dan berjuang untuk mencapai tujuan pribadi
yang penting. Selain itu, faktor keadaan hidup seperti
wilayah geografis, budaya, faktor demografi, dan
sejarah pribadi individu juga dapat mempengaruhi
kebahagiaan seseorang. Selain itu, faktor genetik juga
dapat memainkan peran dalam menentukan
kebahagiaan, karena faktor genetik mencerminkan
karakteristik intrapersonal yang relatif stabil dan
mencakup ciri kepribadian afektif seperti ekstraversi,
gairah, dan efektivitas negatif, yang berakar pada
warisan neurobiologis dan sepanjang hidup hanya
akan berubah sedikit. Dengan demikian, faktor
genetik, keadaan hidup, dan kegiatan yang disengaja
dapat mempengaruhi kebahagiaan seseorang.

3. Definisi guru
Guru adalah seorang profesional pendidikan yang
bertanggung jawab dalam memberikan pembelajaran,
bimbingan, dan pengembangan karakter kepada siswa.
Menurut Sudarwan (2008), seorang pendidik yang
mempunyai kemampuan, keterampilan, dan kepribadian
yang baik, serta mempunyai tanggung jawab untuk
membantu siswa dalam mencapai tujuan pendidikan
disebut guru. Fasilitator merupakan salah satu peran
yang dijalankan oleh seorang guru, memberikan
dukungan dan sumber daya yang dibutuhkan agar
murid dapat mencapai tujuan belajarnya dengan lebih
efektif. Kapasitas guru sebagai pendidik harus
mengetahui bahwa memiliki tanggung jawab untuk
mencetak generasi bangsa yang bermoral, kreatis dan
inovatif (Nursalim, dkk, 2022).
Seorang guru juga harus mampu beradaptasi dengan
berbagai perubahan dalam lingkungan belajar, baik dari
segi teknologi, kurikulum, maupun kebutuhan individu
muridnya. Upaya pembinaan dirancang untuk
membantu anak mencapai potensi penuh dan
berkembang sesuai karakteristik kebutuhan usia
perkembangannya (Khotimah, dkk, 2020). Dalam
menjalankan tugasnya, seorang guru harus memiliki
keterampilan komunikasi yang baik, keahlian dalam
mengelola kelas, dan kemampuan untuk memotivasi
murid agar mereka dapat mencapai potensi terbaiknya.
4. Definisi kebahagiaan guru TK
Kebahagiaan dari sudut pandang seorang guru dapat
diartikan sebagai kepuasan dan rasa bahagia yang
dirasakan oleh seorang guru ketika melihat kemajuan
dan perkembangan yang dicapai oleh murid-muridnya
dalam belajar. Kebahagiaan ini juga bisa terjadi ketika
seorang guru merasa memiliki kontribusi yang besar
dalam membentuk karakter dan potensi anak didiknya
untuk masa depan yang lebih baik. Namun, kebahagiaan
yang dirasakan oleh seorang guru dalam menjalankan
tugasnya tidak selalu mudah didapatkan. Terdapat
berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kebahagiaan
seorang guru seperti beban kerja yang terlalu tinggi,
tuntutan yang berlebihan dari pihak sekolah, serta
kurangnya dukungan dan penghargaan dari lingkungan
sekitar.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Carr
Alan (2004) ditemukan bahwa kebahagiaan seorang guru
dalam bekerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di
antaranya adalah kondisi fisik dan psikologis guru,
motivasi dalam bekerja, dukungan sosial, dan iklim kerja
di lingkungan sekolah. Dalam hal ini, penting bagi pihak
sekolah dan masyarakat sekitar untuk memberikan
dukungan dan penghargaan terhadap kinerja guru agar
dapat meningkatkan kebahagiaan dan motivasi kerja
mereka.
Kebahagiaan merupakan aspek penting yang ada
dalam diri setiap individu, termasuk guru. Guru
diharapkan mengubah siswanya menjadi lebih baik,
terutama menanamkan semangat dan keinginan untuk
belajar, dan pada akhirnya membawa mereka menuju
kesuksesan. Sebagian besar waktu guru dihabiskan oleh
siswa untuk belajar, berinteraksi dan bersosialisasi
dihabiskan di sekolah, sehingga potensi mereka sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sekolah (Leonard, 2015)

2.1.2 Manajemen Waktu


1. Definisi manajemen waktu
a. Definisi Manajemen
Manajemen merupakan rangkaian kegiatan
yang mencakup perencanaan, pengorganisasian,
koordinasi, dan pengawasan atau kontrol
terhadap sumber daya yang dimiliki, guna
mencapai tujuan dengan cara yang efektif dan
efisien. Menurut Mary Parker Follet yang dikutip
dalam buku milik Ansory dan Indrasari (2018),
mengartikan manajemen dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk secara kreatif menyelesaikan
tugas atau masalah melalui pemanfaatan potensi
orang lain. Proses manajemen melibatkan
pengambilan keputusan yang ingin dicapai
ditentukan oleh manager, memilih siapa yang
akan melakukan tugas tersebut, menentukan
waktu dan cara pelaksanaannya agar tujuan
tersebut dapat tercapai dengan cara yang efektif
dan semaksimal mungkin. Dalam pandangan
Nickels, McHugh, dan McHugh (2012),
manajemen juga memerlukan pengorganisasian
sumber daya organisasi, yaitu pengaturan dan
penempatan semua sumber daya seperti manusia,
keuangan, dan teknologi sehingga dapat
dioptimalkan. Manajemen merupakan suatu hal
yang sangat penting dalam keberlangsungan
organisasi dan pencapaian tujuannya. Definisi
manajemen yang menyeluruh melibatkan
berbagai aspek seperti pengorganisasian,
perencanaan, pengarahan, pengendalian sumber
daya organisasi dengan tujuan untuk mencapai
tujuan organisasi secara efektif dan efisien melalui
seni dalam menyelesaikan sesuatu melalui orang
lain (Sule, 2013).
b. Definisi Waktu
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), waktu merujuk pada rentang waktu yang
mencakup seluruh proses, perbuatan, atau
keadaan. Soeharso, seperti yang dikutip oleh
Sofyani, menjelaskan bahwa waktu dalam
kehidupan sehari-hari manusia dapat dibagi
waktu kerja, waktu untuk self-care, dan waktu
senggang. Dalam kaitannya dengan produktivitas
dan kebahagiaan, pengaturan waktu yang tepat
dalam ketiga kategori tersebut sangat penting
untuk memaksimalkan efektivitas dalam berbagai
aspek kehidupan.
c. Definisi Manajemen Waktu
Dalam pandangan Edwin (dalam Nadhirin
& Surur, 2020) manajemen waktu merupakan
sebuah ilmu dan seni yang bertujuan untuk
mengatur penggunaan waktu dengan cara yang
efektif dan efisien, sehingga tujuan tertentu dapat
tercapai. Lakein (dalam Salsabilla & Ayu, 2022)
juga menyatakan bahwa manajemen waktu
melibatkan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pemantauan produktivitas
waktu. Oleh karena itu, waktu merupakan
sumber daya penting yang harus dikelola dengan
baik untuk menunjang aktivitas. Dengan
manajemen waktu yang tepat, penggunaan waktu
dapat menjadi lebih efisien dan efektif dalam
mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Aspek-aspek Manajemen Waktu


Atkinson (dalam Riadi, 2019) berpendapat bahwa
manajemen waktu mencakup beberapa aspek berikut ini:
a. Menetapkan Tujuan
Menetapkan tujuan dalam memusatkan
perhatian pada tugas yang harus dilakukan,
merencanakan pekerjaan dengan
mempertimbangkan batasan waktu yang tersedia,
serta memfokuskan pada sasaran yang ingin
dicapai.
b. Menyusun Prioritas
Menyusun prioritas dengan memperhatikan
nilai penting setiap tugas dan memprioritaskan
tugas-tugas yang paling penting, mendesak, atau
vital
c. Menyusun Jadwal
Menyusun jadwal dengan mengatur daftar
kegiatan yang harus dilakukan beserta waktu
pelaksanaannya dalam suatu periode tertentu. Hal
ini berguna untuk menghindari bentrokan antara
kegiatan, menghindari kelupaan, dan mengurangi
ketergesaan dalam menjalankan tugas-tugas
tersebut.
d. Bersikap Asertif
Sikap asertif merujuk pada sikap yang teguh
dan positif dalam menolak permintaan atau tugas
dari orang lain tanpa perlu merasa bersalah atau
menjadi agresif. Dalam hal ini, seseorang dapat
mengekspresikan pendapat atau keinginan mereka
dengan jelas dan tegas, tanpa mengabaikan hak
atau kepentingan orang lain. Dengan sikap ini,
seseorang dapat menegakkan batas-batas pribadi
mereka dengan efektif tanpa merugikan diri sendiri
maupun orang lain.
e. Bersikap Tegas
Merupakan taktik yang digunakan untuk
mencegah pelanggaran hak dan memastikan bahwa
orang lain tidak mengganggu efisiensi penggunaan
waktu.
f. Menghindari Penundaan Penundaan
Penangguhan atau penangguhan dalam
menyelesaikan tugas dapat menyebabkan masalah
dalam pencapaian tujuan dan keberhasilan suatu
proyek. Hal ini dapat terjadi karena penundaan
menghambat kemajuan pekerjaan dan
mengacaukan jadwal yang telah direncanakan
dengan baik. Selain itu, penundaan juga dapat
menyebabkan kerugian finansial karena biaya
tambahan yang harus dikeluarkan untuk
menyelesaikan proyek yang tertunda. Oleh karena
itu, penting untuk menghindari penundaan atau
penangguhan dalam melakukan tugas dengan cara
merencanakan tugas dengan baik, mengalokasikan
waktu dengan bijak, dan mengidentifikasi prioritas
yang paling penting. Dengan melakukan hal
tersebut, maka pekerjaan dapat diselesaikan tepat
waktu dan tujuan dapat dicapai secara efektif dan
efisien.
g. Meminimalkan Waktu yang Terbuang Pemborosan
Semua kegiatan yang memakan waktu tanpa
memberikan manfaat maksimal dapat menjadi
kendala bagi individu dalam mencapai kesuksesan,
karena dapat memicu penundaan atau
penghindaran dalam melakukan kegiatan penting.
h. Kontrol terhadap Waktu
Berkaitan dengan kemampuan untuk
mengatur waktu dan mengontrol faktor-faktor
yang memengaruhi penggunaan waktu, serta
berhubungan dengan aspek emosional seseorang..

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Waktu


Menurut Therese Hoff Macan dan koleganya (1994),
cara pengaturan waktu seseorang tidak sama dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu. Faktor-faktor
ini meliputi:
a. Usia dipercaya memengaruhi kemampuan
manajemen waktu seseorang menurut penelitian Hoff
Macan (1994) semakin tua usia seseorang,
kemampuan manajemen waktunya cenderung
semakin baik.
b. Jenis kelamin juga memengaruhi manajemen waktu
seseorang (Ansory dan Indrasari, 2018). Secara
umum, wanita lebih memilih menghabiskan waktu
luang dengan melakukan tugas-tugas kecil daripada
menghamburkan waktu yang ada. Oleh karena itu,
mereka sering kali menghabiskan hampir seluruh
waktunya untuk melakukan berbagai aktivitas.

4. Pentingnya Manajemen Waktu


Seperti yang dikutip oleh Vina, Orr, dan Tracy (dalam
Alamsyah 2022), terdapat 10 efek dari manajemen waktu
yang dapat dibagi sebagai berikut:
a. Memperbaiki keseharian, meningkatkan
kepercayaan diri dan disiplin.
b. Meningkatkan kualitas hidup diwaktu senggang
yang dapat memberikan manfaat untuk
kesejahteraan hidup.
c. Meningkatkan penghasilan individu.
d. Meningkatkan kepuasan kerja individu.
e. Mengurangi jumlah kesalahan yang dilakukan
dalam pekerjaan.
f. Mengurangi jumlah krisis yang dihadapi oleh
individu.
g. Mengurangi tingkat stres pada individu.
h. Menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dan
mencapai prestasi kerja yang baik.
i. Meningkatkan produktivitas hasil kerja.
j. Meningkatkan efisiensi dalam pekerjaan.

2.1.3 Penggunaan Media Sosial


1. Definisi media sosial
Andreas Kaplan dan Michael Haenlein (2010)
memberikan definisi media sosial yang menyatakan
bahwa media sosial adalah sebuah aplikasi yang
diciptakan untuk memungkinkan pengguna bertukar
informasi dari konten yang mereka buat. Media sosial
adalah salah satu jenis media sosial di mana setiap
individu dapat membuat halaman pribadi yang
terhubung dengan jaringan teman untuk berbagi
informasi dan berkomunikasi. Beberapa situs media
sosial terbesar yang populer saat ini antara lain Twitter,
Myspace, dan Facebook (Warpindyastuti, dkk, 2018).
Berbeda dengan media tradisional yang menggunakan
media cetak atau broadcast, media sosial memanfaatkan
internet. Di media sosial, setiap orang dipersilakan untuk
berandil dengan memberikan konten, umpan balik, dan
berbagi informasi dengan cepat dan tanpa batasan.

2. Klasifikasi media sosial


Kaplan dan Haenlein (2010) mengembangkan skema
klasifikasi yang mencakup berbagai jenis media sosial,
dan menerapkan teori-teori dalam bidang media
penelitian seperti kehadiran sosial dan media kekayaan
serta proses sosial seperti self-presentasi dan self-
disclosure. Dalam publikasi Horizons Bisnis yang
diterbitkan pada tahun 2010, teridentifikasi enam jenis
media sosial sebagai berikut: majalah, forum internet,
weblog, blog sosial, microblogging, wiki, podcast, foto
atau gambar, video, peringkat, dan bookmark sosial.
a. Proyek Kolaborasi Website: jenis media sosial yang
memberikan kemampuan bagi pengguna untuk
mengubah, menambah, atau menghapus konten
pada situs web tersebut. Contohnya adalah
Wikipedia.
b. Blog dan Microblog: jenis media sosial yang
memungkinkan pengguna untuk mengekspresikan
diri secara bebas di dalam blog, termasuk untuk
Melakukan curhat atau mengkritik kebijakan
pemerintah, seperti yang terjadi di Twitter.
c. Media Berbagi Konten: Jenis media sosial yang
memungkinkan pengguna untuk saling berbagi
konten media seperti video, ebook, gambar, dan
lain-lain, seperti yang terjadi di Instagram..
d. Situs Jejaring Sosial: jenis media sosial yang
memungkinkan pengguna terhubung dengan
orang lain melalui pembuatan informasi pribadi
seperti foto. Contohnya adalah Facebook.
e. Dunia Game Virtual: Salah satu jenis media sosial
adalah yang menyajikan pengalaman virtual 3D, di
mana pengguna dapat berinteraksi dengan orang
lain dalam bentuk avatar seperti di dunia nyata.
Sebagai contoh, terdapat game online yang
memungkinkan pengguna untuk mengakses
platform tersebut dan berpartisipasi dalam dunia
virtual. Dalam jenis media sosial ini, pengguna
dapat menciptakan representasi diri dalam bentuk
avatar dan berkomunikasi dengan pengguna
lainnya melalui platform tersebut. Hal ini
menawarkan pengalaman sosial dan interaksi yang
lebih mendalam dalam bentuk virtual.
f. Dunia Sosial Virtual: Jenis media sosial yang
memungkinkan pengguna untuk merasakan
kehidupan di dalam dunia virtual dan berinteraksi
dengan pengguna lainnya, seperti yang terdapat
pada Second Life. Platform tersebut menghadirkan
sebuah dunia maya yang kompleks di mana
pengguna dapat menciptakan avatar yang
merepresentasikan diri mereka sendiri dan
melakukan berbagai aktivitas seperti berbelanja,
bermain game, dan bahkan membangun rumah
virtual. Dalam jenis media sosial ini, pengguna
dapat merasa hidup di dalam dunia virtual dan
berinteraksi dengan pengguna lainnya melalui
avatar mereka. Sebagai hasilnya, Second Life
menyajikan pengalaman sosial yang mendalam
dalam bentuk virtual dan merupakan pilihan bagi
mereka yang mencari pengalaman interaktif yang
lebih kuat secara online.

3. Definisi penggunaan media sosial


Penggunaan media sosial telah menjadi salah satu
perilaku sosial yang paling populer. Berkat
keberadaannya ada di mana-mana dapat memberikan
beragam peluang. Media sosial telah didefinisikan
sebagai layanan berbasis web. Menurut Kircaburun, dkk
(2020) akses yang tersedia dalam individu untuk
menggunakan media sosial: (1) membuat profil publik
atau semi-publik pada sistem yang dibatasi; (2)
mengklarifikasi daftar pengguna lain yang berbagi
koneksi dan (3) melihat dan melintasi autan dan daftar
koneksi yang dibuat oleh orang lain dalam sistem.
Intensitas penggunaan media sosial adalah besarnya
minat dan minat seseorang dalam menggunakan media
sosial ditinjau dari kedalaman atau intensitas
penggunaan media sosial (Abidah dan Aziz, 2020).

2.2 Penelitian yang relevan


Tabel 2.1 Penelitian relevan
Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Ihya Syafira (2021) HUBUNGAN Berdasarkan
ANTARA penelitian peneliti
DUKUNGAN SOSIAL tersebut dapat
DENGAN disimpulkan bahwa
KEBAHAGIAAN ada hubungan positif
PADA GURU TK/RA antara dukungan
DI KOTA sosial dengan
PEKANBARU kebahagiaan guru
TK/RA di Kota
Pekanbaru. Dengan
kata lain, semakin
banyak dukungan
sosial yang diterima
seorang guru,
semakin bahagia
guru tersebut. .
Yulinda Rahma HUBUNGAN Berdasarkan hasil
Nur Azizah (2018) ANTARA penelitian yang
KEBERSYUKURAN dilakukan, dapat
DAN disimpulkan bahwa
KEBAHAGIAAN terdapat hubungan
PADA GURU positif antara
PENDIDIKAN ANAK apresiasi guru PAUD
USIA DINI dengan kebahagiaan.
Hasil ini
menunjukkan bahwa
semakin tinggi rasa
syukur, semakin
tinggi tingkat
kebahagiaan.
Sebaliknya, semakin
sedikit rasa syukur,
semakin sedikit
kebahagiaan.
Desi Maulia, Ellya MAKNA Temuan penelitian ini
Rakhmawati, KESEJAHTERAAN menunjukkan bahwa
Agus Suharno, PADA GURU kesejahteraan guru
Suhendri (2018) PENDIDIKAN ANAK PAUD berarti rasa
USIA DINI sejahtera dan
kepuasan dalam
menjalankan
perannya, yang dapat
berujung pada
prestasi guru yang
lebih baik.
Kesejahteraan
tersebut berasal dari
perasaan disayang
oleh siswa, sesama
guru, dan orang tua.
Kebahagiaan disertai
dengan rasa syukur,
diperkuat ketika
Anda memiliki tujuan
yang ingin dicapai
dan berdampak
positif bagi
lingkungan Anda.
Pemahaman ini
menginformasikan
proses diskusi
pemetaan kebutuhan
guru untuk
meningkatkan
akomodasi
psikologis.

Persamaan penelitian diatas dengan penelitian ini adalah membahas


tentang kebahagiaan atau kesejahteraan guru pendidikan anak usia dini
sebagai variabel terikat (Y). Sedangkan perbedaanya berada pada variabel
bebas (X).

2.3 Gap Research


Gambar 2.1. Network Visualization
Sumber. Vosviewer

Dari gambar diatas, terdapat 4 data yang menonjol yakni:


happiness (warna kuning), teacher (warna kuning), time (warna
hijau)., social medium (warna merah). Didalam data guru terdapat
data kebahagiaan guru yang jarang diteliti, sedangkan didalam
data waktu terkait dengan manajemen waktu. Data penggunaan
media sosial termasuk dalam kategori jarang untuk diteliti
terdapat didalam data social medium.
Gambar 2.2. Overlay Visualization
Sumber. Vosviewer

Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa penelitian yang


telah dilakukan dalam 5 tahun terakhir dari tahun 2018 hingga
2020, mulai berkurang setelahnya. Warna hijau gelap menerangkan
bahwa tahun 2018 awal penelitian tersebut sering dibahas, dan
semakin berkurang di tahun-tahun berikutnya saat warnanya
bergeser menjadi kuning.
Gambar 2.3. Density Visualization
Sumber. Vosviewer

Dalam ketiga gambar diatas, gap research digunakan untuk


menentukan langkah apa yang perlu diambil untuk menutup gap
antara kondisi saat ini dengan kondisi yang diinginkan atau
kondisi masa depan yang diinginkan. Ada banyak istilah berbeda
untuk apa yang disebut analisis kebutuhan. Beberapa orang
menyebutnya analisis kebutuhan dan kesenjangan, sementara yang
lain mungkin menyebutnya hanya analisis kebutuhan. Gap
research dapat dilihat sebagai perbandingan seberapa baik kinerja
sebenarnya dibandingkan dengan apa yang diharapkan (Supena,
2022).

2.4 Kerangka penelitian

Selesai

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

2.5 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H0: Manajemen waktu dan penggunaan media sosial tidak
memiliki hubungan terhadap kebahagiaan guru TK.
H1: Manajemen waktu dan penggunaan media sosial memiliki
hubungan terhadap kebahagiaan guru TK.

H0: Manajemen waktu dan penggunaan media sosial tidak


memiliki pengaruh terhadap kebahagiaan guru TK.

H1: Manajemen waktu dan penggunaan media sosial memiliki


pengaruh terhadap kebahagiaan guru TK.

H0: Manajemen waktu dan kebahagiaan guru TK tidak memiliki


pengaruh melalui penggunaan media sosial.

H1: Manajemen waktu dan kebahagiaan guru TK memiliki


pengaruh melalui penggunaan media sosial.

BAB 3
METODE PENELITIAN

Pada bab ini membahas mengenai langkah-langkah yang akan


dilakukan oleh peniliti dalam melakukan penelitian. Dengan diawali jenis
dan rancangan penelitian, populasi dan sampel, variabel dan definisi
operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik
analisis data.

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini dikembangkan dengan menggunakan pendekatan
penelitian kuantitatif dengan metode kausal komparatif dengan
teknik analisis jalur (path analysis), dimana konstelasi masalahnya
dapat dilihat pada diagram jalur berikut ini:

X1

\ Y

X2

Gambar 3.1 Model Konseptual


X1

Gambar 3.3
Y

X2

Gambar 3.2 Model Konseptual

X1 Y

Gambar 3.3 Model Konseptual

Keterangan:
X1 = Manajemen Waktu
X2 = Penggunaan Media Sosial
Y = Kebahagiaan Guru TK
M = Penggunaan Media Sosial
Penelitian metode kausal komparatif berupaya mengidentifikasi
hubungan sebab dan akibat antara dua atau lebih kelompok. Dalam
penelitian ini, dapat dikatakan bahwa sebab dan akibat tergantung
satu sama lain, di mana penyebab dapat mendahului efek atau
sebaliknya.
Metode pengumpulan datanya dengan cara wawancara,
kuesioner, dan dokumentasi. Skala pengukuran yang digunakan
adalah skala likert. Sedangkan populasinya yaitu seluruh TK
‘Aisyiyah Bustanul Athfal wilayah Jakarta yang berjumlah 70
sekolah dengan menggunakan teknik purposive sampling, sampel
penelitian diambil berdasarkan karakteristik dan petimbangan
peneliti. Menggunakan uji instrument yaitu uji validitas dan uji
reliabilitas dengan teknik analisis regresi berganda dan analisis
jalur (path analysis). Serta menggunakan uji asumsi klasik dan uji
inferensial dengan bantuan program aplikasi SPSS 23.

3.2 Populasi dan Sampel


3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan obyek yang berada
pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu
berkaitan dengan masalah penelitian, atau keseluruhan unit
atau individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti.
Menurut Husaini, populasi ialah semua nilai hasil
perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun
kualitatif, dari karakteristik tertentu mengenai sekelompok
obyek yang lengkap dan jelas. Sedangkan menurut Sugiono,
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek
atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun yang menjadi
populasi didalam penelitian ini merupakan keseluruhan TK
‘Aisyiyah Bustanul Athfal yang berada di Jakarta. Terdapat
70 sekolah, yang terbagi pada wilayah: Jakarta Pusat, Jakarta
Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.

3.2.2 Sampel Penelitian


Menurut W. Gulo sampel sering juga disebut “contoh,”
yaitu himpunan bagian dari suatu populasi. Sebagai bagian
dari populasi, sampel memberikan gambaran yang benar
tentang populasi. Sedangkan menurut Arikunto (2006),
apabila pengambilan sampel kurang dari 100 lebih baik
diambil keselruhan hingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Dalam penelitian ini menggunakan
metode pengambilan sampel dengan teknik purposive
sampling, di mana pengambilan sampel penelitian diambil
berdasarkan karakteristik dan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2017). Adapun kriteria dari subjek peneliti ini
ialah guru TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal yang memiliki
sosial media.
3.3 Variabel dan Definisi Operasional
Dalam definisi operasional terdapat tiga macam variabel
yang diteliti, yaitu variabel terikat (dependent variable), variabel
bebas (independent variable), dan variabel mediasi (intervening
variable). Penjelasan definisi operasional variabel-variabel dan
indikatornya adalah sebagai berikut:
3.3.1 Variabel terikat (dependent variable)
Variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, yakni
kebahagiaan guru TK (Y). Kebahagiaan merupakan suatu
konsep yang menggambarkan kondisi individu ketika
mengarahkan perasaannya pada sesuatu yang positif dan
memanfaatkan karakter positif yang dimiliki untuk
memaknai peristiwa-peristiwa yang dijalaninya dalam
kehidupan sehari-hari.

3.3.2 Variabel bebas (independent variable)


Variabel yang memengaruhi variabel lainnya, yakni
manajemen waktu (X). Manajemen waktu adalah tindakan
atau proses perencanaan dan pelaksanaan pantauan sadar
atas sejumlah waktu yang digunakan untuk aktivitas
khusus, terutama untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi,
dan produktivitas (Singh & Jain, 2013).

3.3.3 Variabel mediasi (intervening variable)


Variabel mediasi adalah variabel yang bersifat menjadi
perantara dari hubungan variabel penjelas ke variabel
terpengaruh (Sani dan Maharani, 2013: 30). Dalam penelitian
ini yang menjadi varabel mediasi merupakan penggunaan
media sosial (M). Penggunaan media sosial adalah proses
pemanfaatan fitur komunitas online yang dibentuk dari
beberapa elemen yang berpadu dengan teknologi Web 2.0
yang berfungsi menghubungkan manusia dengan manusia,
dan manusia dengan informasi (Febrinia, 2017).

3.4 Intrumen Penelitian


Dalam penelitian ini mengambil intrumen pengumpulan
data milik “Oxford Happiness Quistionare” yang dimodifikasi oleh
peneliti untuk mengukur kebahagiaan guru TK. Skala manajemen
waktu peneliti mengadaptasi data milik John W. Olmstead dalam
“Effective Time Management Skills & Practices Self-Assessment
Questionnaire”. Sedangkan skala penggunaan media sosial
diadopsi dari “The impact of social media-used on the education of
university student”. Berikut kisi-kisi instrumen setiap variabel:

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kebahagiaan

Variabel Dimensi Indikator Aitem Jumlah


Kebahagia Puas Merasa puas dengan 1,7,9,1 6
an terhadap hidup yang dijalani 2,22,29
hidup
Bersikap Merasa puas dengan 4,15,26 3
ramah hidup yang dijalani
Bersikap Bersikap hangay dan 2,18,25 3
empati peduli pada
lingkugan sekitar
Berfikir Memiliki pandangan 3,6,1,2 4
positif positif dengan hidup 1
yang dijalani
Kesejahter Merasakan sejahtera 5,8,14, 6
aan dalam hidup 24,28
Ceria Merasa bersuka cita 11,16,1 3
7

Tabel 3.2 Kisi-kisi Manajemen Waktu

Variabel Dimensi Indikator Aitem Jumlah


Manajeme Menyusun Kemampuan 1,2,4,5 4
n Waktu Tujuan menyusun tujuan
kegiatan,
kemampuan dalam
bentuk kegiatan
misalnya
menetapkan dan
meninjau kembali
tujuan jangka
panjang maupun
jangka pendek.
Menyusun Menyusun prioritas 6,7,8,9, 10
Prioritas dengan tepat tugas- 10,11,1
tugas memiliki ciri 314,15,
penting atau sifat
mendesak yang 17
berbeda-beda.
Membuat Kemampuan ini 18,19,2 4
Jadwal berupa aktivitas atau 0,27
berkaitan dengan
pengaturan waktu ,
yaitu membuat daftar
hal-hal yang harus
dikerjakan,
mengalokas ikan
waktu yang
dibutuhkan dan
merencanakan waktu
istrahat,
menggunakan buku
agenda atau sarana
reminder yang lain.
Meminima Hampir setiap orang 29,30 2
lisir menghadapi
Gangguan gangguan dalam
menjalankan aktivitas
mereka. Beberapa
masalah yang
membutuhkan
perhatian secara
langsung namun
beberapa yang lain
dapat ditunda
terlebih dahulu.
Mendelega Memberi tanggung 33,34,3 7
sikan jawab kepada rekan 5,36,37
Tugas kerja yang ,38,40
melaksanakan suatu
tugas atau kewajiban
yang sebenarnya
yang merupakan
bagian dari tanggung
jawab individu
sendiri.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan
data menurut Sugiyono (2017), sebagai berikut:
3.5.1 Wawancara (Interview)
Wawancara digunakan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga mengetahui hal-
hal dari responden yang lebih mendalam. Wawancara dalam
penelitian ini dilakukan secara tatap muka (face to face)
kepada guru di salah satu TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal
Jakarta.
3.5.2 Kuesioner (Angket)
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Dalam penelitian ini kuesioner berupa
pernyataan secara terbuka kepada guru.
3.5.3 Dokumentasi
Pengumpulan data dengan cara pengambilan data
yang berasal dari dokumentasi asli. Dokumentasi asli
tersebut dapat berupa buku-buku, tulisan ilmiah (jurnal),
skripsi dan internet yang berhubungan dengan judul
penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode survei dalam


pengumpulan data dengan menggunakan daftar penyataan
(kuisioner). Kuesioner merupakan sekumpulan pertanyaan yang
ditulis untuk merekam respon dari jawaban responden, biasanya
dengan alternatif yang mendekati. Kuesioner adalah mekanisme
pengumpulan data yang efesien ketika peneliti mengetahui yang
diteliti dan cara untuk mengukurnya (Sekaran & Bougie, 2013).
Dalam penelitian menggunakan instrumen penelitian berupa
skala. Skala merupakan instrument pengumpul data yang
bentuknya berupa daftar pertanyaan atau pernyataan namun
alternafif jawabannya adalah perjenjangan (Idrus, 2009). Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur kebahagiaan
guru TK, manajemen waktu dan penggunaan media sosial dengan
menggunakan skala sikap model Likert.
Instrumen dalam penelitian ini yaitu berupa kuisioner (google
formulir). Jenis kuisioner yang digunakan adalah kuisioner
tertutup yaitu angket yang dilengkapi dengan alternative jawaban
dan responden tinggal memilih. Kisi-kisi instrumen diperoleh dari
teori milik Hills Argyle (2001) dan John W. Olmstead (2010)
dengan menggunakan metode skala sikap model Likert. Skala
sikap berisi pernyataan-pernyataan sikap, yakni suatu pernyataam
mengenai objek sikap (Azwar, 2011). Skala ini terdiri dari aitem-
aitem yang berupa pernyataan yang memiliki 4 jawaban respon,
yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak
Setuju (STS).

3.6 Analisis Data


Teknik analisis data untuk mengukur variabel-variabel
dalam penelitian ini, menggunakan software SPSS (Statistical
Package for the Social Sciences) yang difokuskan hanya pada teknik
yang dapat menjelaskan hubungan atau kaitan antara beberapa
variabel, dengan cara memasukkan hasil dari operasionalisasi
variabel yang akan diuji. Adapun analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini, sebagai berikut:
3.6.1 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas terdiri dari penentuan apakah nilai
residual mengikuti distribusi normal. Model regresi
mensyaratkan normalitas dari nilai residual, bukan dari
masing-masing variabel penelitian (Meiryani, 2021). Uji
normalitas data bertujuan untuk memeriksa apakah data
setiap variabel penelitian mengikuti distribusi normal.
Jika uji tersebut memiliki nilai signifikansi lebih besar
dari 0,05 (sig. > 0,05), maka data dikatakan berdistribusi
normal. Jika hasil data berdistribusi normal maka
analisis data dapat dilanjutkan. Berikut rumus untuk
menguji normalitas dengan uji kolmogorov smirnov:

KS=1.36
√n 1−n2
√ n1 ×n2
Keterangan:
KS = Harga kolmogorov-smirnov yang dicari
n1 = Jumlah sampel yang diperoleh
n2 = Jumlah sampel yang diperoleh

2. Uji Linieritas
Uji linearitas merupakan prosedur yang digunakan
untuk mengetahui keadaan linier atau tidaknya
distribusi data. Uji linearitas dilakukan untuk
membuktikan bahwa setiap variabel bebas (X) memiliki
hubungan linear dengan variabel terikat (Y) (Sahri, dkk,
2019). Hasil diperoleh melalui linearitas menentukan
teknik analisis data yang dipilih. Dasar untuk
mengambil keputusan uji linieritas menggunakan SPSS
dan perhitungan nilai signifikansi (Sig.) dan Fhitung
berdasarkan hasil uji linieritas. Rumus uji liniearitas:

RK reg
F reg
RK res
Keterangan :
F reg = Harga F garis linier
RK reg = Rerata kuadrat regresi
RK res = Rerata kuadrat residu

Jika signifikansi yang diperoleh > α dan Fhitung <


Ftabel, maka terdapat hubungan yang signifikan antara
variabel bebas dan variabel terikat. Sedangkan
signifikansi yang diperoleh < α dan Fhitung > Ftabel,
maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
variabel bebas dan variabel terikat (Sahri, dkk, 2019).

3. Uji Homogenitas
Homoskedastisitas adalah kondisi dimana varians
dari data adalah sama pada seluruh pengamatan
(Syamsuar, 2017). Uji homogenitas adalah uji yang
dilakukan untuk memastikan bahwa dua atau lebih
kumpulan data sampel berasal dari populasi dengan
varian (homogen) yang sama. Rumusnya uji Barrlet
(Hidayat,2013):


n . ∑ x −( ∑ x )
2 2
2
S =
x
n(n−1)


n . ∑ x −( ∑ x )
2 2
2
Sy =
n (n−1)
Keterangan :
F reg = Harga F garis linier
RK reg = Rerata kuadrat regresi
RK res = Rerata kuadrat residu

Mencari Fhitung dengan dari varians X dan Y,


menggunakan rumus berikut:

S besar
F=
S kecil
Keterangan :
F = Harga F
Sbesar = Varian terbesar
S Kecil = Varian terkecil

Data yang diuji dikatakan homogen berdasarkan nilai


signifikansinya. Nilai signifikansi (p) ≥ 0,05
menunjukkan bahwa dataset berasal dari populasi
dengan varian yang sama (seragam). Sedangkan nilai
signifikansi (p) < 0,05 menunjukkan bahwa setiap
kumpulan data berasal dari populasi dengan varian
berbeda (tidak homogen).

3.6.2 Uji Validitas dan Reabilitas


1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila
dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti
secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak
menyimpang dari gambaran tentang variabel yang
dimaksud. Untuk validitas butir soal, dihitung dengan
menggunakan rumus korelasi product moment:
n Σ xy −Σ x Σ y
r xy =
√ {n Σ x2 −¿ ¿ ¿
Keterangan :
r xy= Koefisien korelasi antara variable x dan variable y
n = Jumlah sampel
Σ xy = Jumlah perkalian antara variable x dan y
Σ x 2= Jumlah dari kuadrat nilai x
Σ y 2= Jumlah dari kuadrat nilai y
(Σ¿¿ x)¿2 = Jumlah nilai x kemudian dikuadratkan
(Σ¿¿ y )¿ 2 = Jumlah nilai y kemudian dikuadratkan

Setelah diketahui angka korelasinya, kemudian


dihitung nilai t dan r dengan rumus :
r √n−2
t=
√ 1−r 2
Setelah itu dibandingkan dengan nilai kritisnya. Bila
t hitung> t tabel berarti data tersebut signifikan (valid) dan
layak digunakan untuk pengujian hipotesis penelitian.
Sebaliknya bila t hitung< t tabel artinya data tersebut tidak
signifikan (tidak valid) dan tidak diikutsertakan dalam
pengujian hipotesis penelitian. Pertanyaan yang valid
selanjutnya akan dilakukan uji reliablitasnya.
Berikut hasil validitas instumen tiap variabel yang
diambil penelitian sebelumnya:

2. Uji Reabilitas
Menurut Sani dan Mashuri (2010: 250) “Realibilitas
menunjukkan pengertian bahwa sesuatu dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan
data karena instrument tersebut sudah baik. Untuk
mengetahui suatu alat ukur itu reliabel dapat diuji
dengan menggunakan rumus Cronbach’c Alpha sebagai
berikut:

r x=
[ n
(n−1)][ Σ σ2 b
1− 2
σ t ]
Keterangan :
rx = Koefisien reliabilitas alpha
n = Jumlah aitem pertanyaan
Σσ b
2
= Jumlah varian butir
2
σ t = Varians total

Setelah mendapatkan nilai r hitung selanjutnya untuk


mengetahui apakah instrumen tersebut reliabel atau
tidak, dilakukan pemberian nilai dengan nilai r tabel untuk
tingkat kesalahan 5% maupun 1%, maka dapat
disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel dan
dapat digunakan untuk penelitian. Untuk
menginterpretasikan tingkat reliabilitas instrumen,
digunakan pedoman Arikunto (2007) yaitu sebagai
berikut:
Tabel 3.
Besarnya r Interpretasi
Antara 0.80-1.00 Sangat kuat
Antara 0.60-0.80 Kuat
Antara 0.40- 0.60 Cukup kuat
Antara 0.20- 0.40 Rendah
Antara 0.00-0.20 Sangat rendah

3.6.3 Uji Inferensial


Teknik analisis statistik inferensial kajian analisis regresi
linier, yaitu teknik yang mendasarkan pada pemanfaatan
data yang diperoleh dari suatu sampel acak, sehingga
hasilnya merupakan gambaran keadaan populasi dari mana
sampel acak tersebut diambil (Syamsuar, 2017). Teknik
statistik ini memberikan jaminan bahwa kesimpulan dan
penafsiran dibuat dengan tingkat kesalahan yang rendah,
biasanya dipakai 0,05 (5 %) atau 0.1 (10%).
1. Model PROCCESS MACRO Hayes
Alat analisis untuk pengujian hipotesis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah model PROSES 4
Andrew Hayes. Andrew Hayes memperkenalkan alat
analisis yang disebut Conditional Process Analysis. Dia
berpendapat bahwa itu dapat digunakan ketika tujuan
penelitian adalah untuk memahami mekanisme dimana
suatu variabel mempengaruhi kondisi tertentu
(pengukuran). Itu diteruskan sebagai variabel lain.
Kekuatan alat analisis ini adalah kemampuannya
menghitung model yang mencakup intervensi dan
intervensi (model analisis terintegrasi tunggal–model
proses kondisional). Asumsi yang diperlukan adalah
normalitas, linieritas, dan homogenitas. Pengukuran
reliabilitas dan validitas diukur melalui factor loading
menggunakan PCA pada SPSS 0.7 sebelum melakukan
pengujian hipotesis, validitas konvergen dihitung
menggunakan perhitungan AVE dengan cutoff 0.5, dan
validitas diskriminan dihitung menggunakan kriteria
Fornell-Larker. Menghitung menggunakan Kalkulasi
dengan alat analisis ini menyediakan data statistik untuk
koefisien B (regresi), T, F, dan R2. Perhitungan juga
menyediakan data untuk koefisien B (regresi) dan uji
signifikansi pada tingkat pengkondisian yang berbeda
(rendah, sedang, dan tinggi), sehingga Anda mengetahui
pengaruh pengkondisian. (Hayes, 2013; 2015; 2018).
Rumus statistika penelitian ini adalah : (Hayes, 2018)
M =i 1 +aX + em

'
Y =i 2 +c X +bM +e y

Lebih lanjut untuk, Hayes (2013) menyebutkan total


effect, indirect effect dan direct effect pada model 4
adalah sebagai berikut :
Total effect of X on Y melalui Y = c
Indirect effect of X on Y melalui M =ab
Direct effect of X on Y melalui Y =c '
2. Uji Korelasi

3. Uji Regresi
Menurut Syamsuar (2017:7), model regresi linier
ganda (Multivariate Linear Regression) yang secara umum
modelnya seperti dituliskan diatas. Selain berguna untuk
dapat menjelaskan hubungan p variabel X secara
bersama terhadap variabel Y, dengan analisis regresi
ganda juga dapat diperoleh suatu penjelasan tentang
peranan atau kontribusi relatif setiap variabel X terhadap
variabel Y.

model dan taksiran regresi (Juhana, 2018:98)


Model : Y = βo + β1X1 + + β2X2 + ε
Taksiran : Ŷ = bo + b1X1 + b2X2
Residual : ε = Y - Ŷ
Keterangan:
Y : Kebahagiaan Guru TK
X : Manajemen Waktu
X2 : Penggunaan Media Sosial
βo,bo: Konstanta atau bilangan tetap
β, b : Koefisien regresi
ε : Error

4. Uji Analisis Jalur (Path Analysis)


Menurut Juhana (2018), analisis jalur atau path analysis
merupakan salah satu analisis yang serumpun dengan
analisis korelasional. Analisis Jalur adalah teknik
statistik untuk menggambarkan keterikatan terarah antar
beberapa variabel. Asumsi dasar Analisis jalur adalah
bahwa pada dasarnya beberapa variabel akan
mempunyai hubungan yang sangat dekat satu dengan
lainnya. Analisis jalur adalah suatu model perluasan
regresi yang digunakan untuk menguji kesesuaian
antara matriks korelasi dengan dua atau lebih model
hubungan sebab-akibat. Model digambarkan dalam
bentuk diagram jalur yang terdiri dari gambar kotak,
lingkaran, dan panah. Pangkal anak panah menunjukkan
sebagai penyebab dan ujungnya (mata panah)
menunjukan akibat. Menerjemahkan (konversi) diagram
jalur dan hipotesis riset menjadi persamaan korelasi data
empirik dan persamaan struktural-nya.
Persamaan korelasi (Juhana, 2018:167):
ρ12 = β21
ρ1Y = βY1 + βY2.ρ12
ρ2Y = βY1.ρ12 + βY2
Persamaan struktural:
X1 = β21
X2 = β21X1 + ε1
Y = β31X1 + β32X2 + ε2

LAMPIRAN
Lampiran 1

Kuisioner

Perkenalkan Saya Nafisah Muthmainnah, mahasiswi Jurusan Pendidikan


Guru Pendidikan Anak Usia, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Surabaya. Saat ini saya sedang melakukan penelitian skripsi.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan tingkat
kebahagiaan guru TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal di Jakarta. Hasil
kuisioner ini tidak untuk dipublikasikan melainkan akan digunakan
sebagai bahan penelitian. Folder data akan dikunci untuk kepentingan
akademik.

Data penelitian yang Anda berikan akan sangat membantu dan


bermanfaat dalam kelancaran penyusunan skripsi saya.

Atas kesediaan Anda dalam mengisi kuisioner ini, saya ucapkan terima
kasih.

Hormat saya,

Nafisah Muthmainnah

Jika ada pertanyaan atau kendala, dapat menghubungi saya


melalui: nafisah.19035@mhs.unesa.ac.id

Pertanyaan

Skala Kebahagiaan

No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya tidak merasa senang dengan apa
adanya saya sekarang
2. Saya sangat tertarik dengan kehidupan
orang lain
3. Saya merasa bahwa hidup saya sangat
bermanfaat
4. Saya memiliki perasaan yang hangat
pada semua orang
5. Saya jarang bangun tidur dengan
perasaan senang
6. Saya tidak terlalu optimis dengan masa
depan saya
7. Saya menemukan banyak hal
menyenangkan dalam hidup saya
8. Saya selalu berkomitmen dan terlibat
dalam kegiatan yang saya lakukan
9. Hidup saya sekarang menyenangkan
10. Saya tidak berfikir bahwa dunia adalah
tempat yang baik
11. Saya sering tertawa
12. Saya puas dengan hidup yang saya
jalani sekarang
13. Saya fikir saya tidak terlihat menarik
14. Ada ketidakcocokan antara apa yang
ingin saya lakukan dan apa yang telah
saya lakukan
15. Saya seseorang yang sangat bahagia
16. Saya menemukan keindahan dalam
beberapa hal yang terjadi dalam hidup
saya
17. Saya dapat membuat orang lain disekitar
saya menjadi ceria
18. Saya dapat beradaptasi dengan baik di
lingkungan saya
19. Saya merasa keputusan saya bukanlah
yang utama
20. Saya merasa bahwa saya dapat
melakukan segala hal yang saya
inginkan
21. Saya selalu waspada terhadap sekitar
saya
22. Saya sering mengalami hal yang
menyenangkan dan gembira
23. Saya sulit membuat keputusan
24. Saya tidak memiliki makna dan tujuan
yang pasti dalam hidup saya sekarang
25. Saya memiliki banyak energi
26. Saya berpengaruh baik dalam kegiatan
yang saya ikuti
27. Saya tidak melakukan aktifitas yang
menyenangkan bersama orang lain
28. Saya tidak merasa sehat dalam hidup
saya sekarang
29. Saya tidak memiliki kenangan indah
tentang masa lalu

Skala Manajemen Waktu

No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya memulai kegiatan dengan
perencanaan
2. Saya memiliki rencana mingguan yang
jelas
3. Saya jarang meyusun kegiatan setiap hari
4. Saya mengerjakan tugas sesuai tujuannya
5. Saya membuat daftar tugas tiap mata
kuliah
6. Saya tetap belajar meskipun tidak ada
ujian
7.
8. Saya akan mempersiapkan pokok
bahasan yang disampaikan dosen
9.
10.
11.
12. Saya bingung menentukan dua tugas
yang terlebih dahulu dilaksanakan,
apabila saya mendapatkan dua tugas
yang mendesak
13.
14.
15. Saya selalu menghabiskan waktu yang
cukup lama untuk membaca buku dari
setiap mata kuliah
16.
17. Pada waktu istrahat, saya mengerjakarm
tugas-tugas yang belum terselesaikan
18.
19. Saya mencantumkan perkiraan waktu
pada setiap aktivitas
20. Saya mengetahui berapa banyak waktu
yang saya habiskan untuk kegiatan saya
setiap hari
21.
22.
23. Saya jarang sekali mengatur jadwal
sehingga sering terjadi bentrok antara
jadwal kegiatan dadakan yang dilakukan
24. Saya melaksanakan kegiatan sesuai
dengan jadwal kegiatan yang telah di
buat
25. Target penyelesaian tugas berantakan
karena jadwal yang saya buat acak-acak
26. Kebanyakan kegiatan yang saya lakukan
melenceng dari jadwal yang saya buat
27. Bagi saya membuat agenda kegiatan jauh-
jauh hari sebelumnya adalah kegiatan
yang sangat berharga.
28. Dalam proses belajar mengajar jika
menemukan kesulitan, maka saya akan
memilih diam saja.
29.
DAFTAR PUSTAKA

Arianti, A. (2018). PERANAN GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR


SISWA.
Bayu, D. (2022, June 10). APJII: Pengguna Internet Indonesia Tembus 210 Juta pada 2022.
DataIndonesia. https://dataindonesia.id/digital/detail/apjii-pengguna-internet-
indonesia-tembus-210-juta-pada-2022
Gea, A. A. (2014). TIME MANAGEMENT: MENGGUNAKAN WAKTU SECARA EFEKTIF
DAN EFISIEN.
Hairuni. (2022, March 23). Media Online Di Era Revolusi Industry 4.0 Dan Society 5.0 Serta
Peran Humas Dalam Menyajikan Informasi. HUMASPASER.
https://humas.paserkab.go.id/berita/media-online-di-era-revolusi-industry-4-0-
dan-society-5-0-serta-peran-humas-dalam-menyajikan-informa
Irianto, I., & Subandi, S. (2015). Studi Fenomenologis Kebahagiaan Guru di Papua.
GADJAH MADA JOURNAL OF PSYCHOLOGY, 1, 140–166.
Iswahyuni, I., Prihatiningsih, W., & Surahmad, S. (2017). PENGGUNAAN INTERNET
SEBAGAI MEDIA INFORMASI OLEH MAHASISWA UPN “VETERAN” JAKARTA.
http://www.goechi.com/newsletter.html.
Kraut, R., Patterson, M., Lundmark, V., Kiesler, S., Mukophadhyay, T., &
Scherlis, W. (1998). Internet paradox: A social technology that reduces social involvement
and psychological well-being? American Psychologist, 53(9), 1017–1031.
https://doi.org/10.1037/0003-066X.53.9.1017

Masrura, A., Djuwita, R., & Hudiyana, J. (2022). Internet dan Kebahagiaan di Masa
Pandemi. Jurnal Ilmiah Fakultas Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan , 9, 1–11.
https://doi.org/10.35891/jip.v8i2
Munawwarah, R. al, & Bahri, J. (2022). Pengaruh Manajemen Waktu, Motivasi Kerja dan
Kinerja Guru Terhadap Kompetensi Profesional Guru. 11.
Syafira, I. (2021). HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN
KEBAHAGIAAN PADA GURU TK/RA DI KOTA PEKANBARU SKRIPSI.
Warpindyastuti, L. D., Eka, M., & Sulistyawati, S. (2018). Pemanfaatan Teknologi Internet
Menggunakan Media Sosial Sebagai Sarana Penyebaran Informasi dan Promosi Pada MIN
18 Jakarta: Vol. II (Issue 1).

Anda mungkin juga menyukai