Anda di halaman 1dari 12

KEPEMIMPINAN VISIONER, IKLIM SEKOLAH, CONTINUING

PROFESSIONAL DEVELOPMENT DAN KEPUASAN KERJA GURU SMP


Oleh
Shanty Natasya Sinay
BINUS School Serpong, Tangerang Selatan
(e-mail: ssinay.75@gmail.com)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi kepemimpinan visioner, iklim sekolah dan Continuing
Professional Development (CPD) terhadap kepuasan kerja guru pada sekolah menengah pertama di Kota Cimahi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang digunakan deskriptif analisis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwakepemimpinan visioner berkontribusi terhadap kepuasan kerja guru sebesar 42,2%, iklim sekolah
berkontribusi sebesar 65,8% dan Continuing Professional Development berkontribusi sebesar 12,3%. Secara bersama-
sama, kepemimpinan visioner, iklim sekolah dan Continuing Professional Development berkontribusi sebesar 67,4%
sedangkan 32,6% sisanya merupakan kontribusi dari faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini. Disarankan agar
(1) Kepala sekolah SMP di Kota Cimahi sebaiknya mendapatkan workshop tentang implementasi praktis kepemimpinan
visioner. KKKS dapat menjadi media tukar pikiran, pengetahuan dan pengalaman untuk mencari alternatif pemecahan
masalah; (2) Sangat disarankan agar kepala sekolah mengkomunikasikan visi dan misi sekolah secara rutin.Kepala
sekolah sebaiknya memiliki ketrampilan komunikasi dan persuasi yang baik sehingga dapat mempengaruhi banyak
pihak untuk tetap menjalankan program sesuai visi misi sekolah, bahkan ketika dihadang oleh hambatan dan tantangan.

Kata kunci: Kepemimpinan Visioner, Iklim, Continuing Professional Development dan Kepuasan

ABSTRACT

The intention of this research is to find out the contribution of visionary leadership, the school climate and Continuing
Professional Development (CPD) WRZDUG WKH MXQLRU KLJK VFKRRO WHDFKHU¶V ZRUN VDWLVIDFWLRQ DW &LPDKL 0XQLFLSDOLW\
This study uses a quantitative approach, the method used is descriptive analysis. The results showed that visionary
OHDGHUVKLS KDV FRQWULEXWHG WR WKH WHDFKHU¶V ZRUN VDtisfaction; the school climate has contributed 65.8%, while
Continuing Professional Development only contributed 12.3%. Simultaneously, visionary leadership, school climate
and Continuing Professional Development contributed 67,4%, while the remaining 32,6% is contributed by other
factors which are not examined in this study. It is suggested that (1) the principals of junior high school in Cimahi
0XQLFLSDOLW\ VKRXOG WR HQJDJH LQ D ZRUNVKRS DERXW SUDFWLFDO YLVLRQDU\ OHDGHUVKLS ...6 RU WKH 3ULQFLSDO¶V *URXS
:RUN FDQ EH D PHGLXP IRU H[FKDQJLQJ NQRZOHGJH DQG VNLOO WR ILQG DOWHUQDWLYHV IRU SUREOHP VROYLQJ 7KH VFKRRO¶V
vision and mission should be well communicated regularly.

Keywords: Visionary Leadership, Climate, Continuing Professional Development and Satisfaction

PENDAHULUAN

Salah satu fenomena yang muncul di menyatakan bahwa akuntabilitas sistem yang
dunia pendidikan menunjukkan masih banyaknya diterapkan dan tersentralisasi, kurangnya otonomi
masalah yang berkaitan dengan guru di Indonesia, profesional, perubahan yang tidak pernah
GLDQWDUDQ\D EHUNLVDU SDGD SHUVRDODQ ³NXUDQJ berhenti, kritik dari media yang terus-menerus,
memadainya kualifikasi dan kompetensi guru, sumber-sumber pengajaran yang terus berkurang
kurangnya tingkat kesejahteraan guru, masih dan gaji yang tidak terlalu besar semuanya
rendahnya etos kerja dan komitmen guru, serta berhubungan dengan rendahnya kepuasan guru di
kurangnya penghargaan masyarakat terhadap berbagai negara maju di seluruh dunia.
profesi guru (Sidi, 2003, hlm. 37). Masyarakat Hal yang senada juga dinyatakan oleh
pun kurang mengapresiasi status sosial ekonomi Nahid Naderi Anari (2011, hlm. 256). Ia
guru yang dianggap rendah, sehingga guru menyatakan bahwa terdapat bukti yang
dipandang sebagai masyarakat kelas tiga atau menyatakan bahwa sebagian besar guru di
disamakan dengan kaum marjinal (Akhdinirwanto kebanyakan sistem sekolah tidak puas dengan
&Sayogyani, 2009). pekerjaan mereka, terlebih lagi, adanya sindrom
Dalam penelitiannya akan kepuasan guru datang dan pergi yang semakin meningkat di
di Cyprus, Papanastasiou (2003, hlm. 357) antara para guru. Terdapat pula bukti yang

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIV No.1 April 2017 70


menyatakan bahwa mereka yang memilih menjadi Akibat dari kondisi ini, minat generasi muda
guru menjalani profesi ini sebagai pilihan terakhir untuk memasuki profesi keguruan cenderung
ketika upaya mereka untuk bergabung dengan menurun. Karena itu, agar profesi guru menjadi
profesi lainnya gagal. menarik, diperlukan model yang efektif untuk
Andre Bishay (1996, hlm. 147) menarik sekaligus mengubah opini generasi muda
PHQJDWDNDQ ³That true job satisfaction is derived tentang profesi guru (Kuzmic, 1994, hlm. 15).
from the gratification of higher order needs, Manusia merupakan individu sekaligus
social relations, esteem, and actualization, rather makhluk sosial yang memiliki keinginan, harapan,
than lower order needs ´ ,QL EHUDUWL EDKZD kebutuhan, minat dan potensi diri. Manusia
kepuasan kerja yang sebenarnya berasal dari memiliki aneka ragam kebutuhan, dengan
pemuasan akan kebutuhan yang lebih tinggi, beragam jenis dan tingkatannya. Semakin luas
hubungan sosial, harga diri, dan aktualisasi, bukan pandangan dan wawasannya, semakin banyak
dari kebutuhan yang lebih rendah. Kepuasan kerja pula kebutuhannya, sehingga ada kecenderungan
guru tidak semata-mata hanya mengenai tingginya mereka akan memiliki kebutuhan yang tak
upah. Karena di berbagai negara maju, ketika terhingga, selalu bertambah dari waktu ke waktu.
upah guru sudah lebih memadai, tetap saja Demikian pula halnya dengan guru yang
terdapat sejumlah besar guru yang tidak puas juga memiliki keinginan, harapan, kebutuhan,
bahkan kemudian beralih profesi. Ini berarti minat dan potensi diri layaknya seorang manusia.
terdapat banyak faktor yang menunjang Ditambah lagi dengan harapan masyarakat dan
terciptanya kepuasan kerja guru di sekolah. pemerintah yang dibebankan pada para guru untuk
Guna mengantisipasi hal tersebut, telah meningkatkan mutu pendidikan agar dapat
banyak dilakukan berbagi upaya pembaharuan menghasilkan generasi penerus bangsa yang
pendidikan di Indonesia, antara lain melalui mampu meningkatkan kualitas hidup bangsa dan
perbaikan sarana, kurikulum, sistem pengajaran, menghadapi serta mencari solusi cerdas dari
dan lain sebagainya. Namun demikian, berbagai berbagai tantangan jaman. Guru menempati posisi
upaya tersebut belumlah memberikan prioritas sentral dalam sistem pendidikan.
kepada unsur guru sebagai pelaksana, terutama Karenanya, menilik dari berbagai kondisi
dari segi kesejahteraannya. Karenanya, menurut yang telah dipaparkan di atas, penelitian tentang
Surya (2003, hlm. 5) dalam kenyataannya guru kepuasan kerja guru menjadi semakin penting
tetap terabaikan dalam perwujudan bukan hanya karena meningkatnya jumlah guru
keberdayaannya sebagai insan pendidikan yang yang meninggalkan profesinya namun juga karena
memegang peran penting dalam kemajuan ketidakpuasan guru juga seringkali diasosiasikan
perndidikan bangsa. Akibatnya, guru mengalami dengan menurunnya produktivitas kerja.
berbagai ketidakberdayaan, baik dalam Ketertarikan penulis untuk meneliti
kemampuan, karir, psikologis, maupun tentang kepuasan kerja guru di Cimahi bermula
kesejahteraan (Jalal dan Supriadi, 2001, hlm. dari wawancara dengan beberapa kepala sekolah
341). dan guru SMP di Kota Cimahi. Dari hasil diskusi
Jika keadaan tersebut tidak berhasil tersebut, ada dua hal menarik yang penulis
diatasi maka akan berakibat buruk bagi kinerja dapatkan. Bagi para guru di sekolah negeri dengan
dan profesi guru. Bahkan, bukan suatu hal yang karir yang cenderung jelas, tingkat kepangkatan
mustahil banyak guru akan meninggalkan yang pasti dan tidak dapat menghindari masa
profesinya jika terdapat peluang untuk bekerja kepemimpinan siapapun kepala sekolah yang
pada profesi lain. Seperti disinyalir oleh ditugaskan di sekolah mereka, kepuasan kerja
6XUDNKPDG KOP EDKZD ³EDQ\DN JXUX guru merupakan sesuatu yang nyata. Terutama
yang bertahan menjadi guru hanya karena tidak dengan adanya kebijakan pemerintah yang
memperoleh alternatif kehidupan yang lain, guru meningkatkan anggaran di bidang pendidikan dan
sudah semakin tidak bangga terhadap profesi berupaya senantiasa meningkatkan mutu
PHUHND ´ Pendapat senada menurut penelitian pendidikan dengan berbagai pelatihan dan
yang dilakukan oleh BP3K (dalam Pidarta, 2004, program baik bagi kepala sekolah maupun guru.
hlm. 119), menyatakan bahwa banyak guru Upah dan lingkungan fisik sekolah nampaknya
merasa tidak puas dengan kedudukanmereka tidak terlalu menjadi masalah bagi SMP di
karena tidak dihargai sebagaimana mestinya. Cimahi.
Demikian pula kondisi dan peraturan yang tidak Namun hal yang sedikit berbeda dialami
memungkinkan memberikan penghargaan kepada oleh sekolah swasta. Dari 36 SMP di Kota
mereka yang berprestasi sehingga mengurangi Cimahi, hanya terdapat 11 sekolah negeri, sisanya
motivasi mereka untuk tetap menjadi guru. Hal ini adalah sekolah swasta. Sebagian dari sekolah
mencerminkan komitmen profesi yang rendah. swasta ini berada dalam kondisi fisik yang baik,

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIV No.1 April 2017 71


namun tidak sedikit pula yang hanya memenuhi antara iklim organisasi sekolah terhadap kepuasan
syarat standar, bahkan beberapa dalam keadaan kerja guru dalam penelitiannya di Madrasah
memprihatinkan. Penulis mendapatkan bahkan Aliyah di Kabupaten Bandung Barat.
ada beberapa sekolah yang saat menjelang tahun Faktor ketiga yang menjadi ketertarikan
ajaran baru belum mendapatkan jumlah siswa penulis dalam meneliti kontribusinya terhadap
yang mencukupi untuk menjamin operasional kepuasan kerja guru adalah Continuing
sekolah. Kondisi fisik sekolah memprihatinkan, Professional Development. Hal ini menarik untuk
dengan jumlah rombel yang tidak memadai. diteliti karena berdasarkan Peraturan Menteri
Namun demikian, penulis mendapati bahwa Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan
kepuasan kerja tetap dirasakan oleh sebagian Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009
besar guru dan kepala sekolah di sekolah swasta. tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Para kepala sekolah tampak bersemangat Kreditnya, terdapat tiga unsur utama yang harus
menjalankan peran mereka sebagai administrator, dilakukan oleh guru dengan baik sehingga dapat
sementara para guru pun turut mendukung upaya mendapatkan angka kredit yang baik untuk
yang dilakukan oleh kepala sekolah. Mereka pengembangan karir guru, yaitu (1) pendidikan,
tampaknya dapat menerima apa yang menjadi (2) pembelajaran/pembimbingan dan tugas
tugas tanggung jawab mereka dan berupaya tambahan dan/atau tugas lain yang relevan dan (3)
sebaik mungkin menjalankan tugas mencerdaskan Continuing Professional Development. Hal ini
anak bangsa. berarti bahwa Pemerintah menganggap
Dengan demikian, baik bagi para guru di pengembangan diri guru merupakan hal penting
sekolah negeri maupun di sekolah swasta, yang harus dipastikan kontribusinya bagi
kepuasan kerja merupakan sesuatu yang nyata, pengembangan karir guru, yang pada akhirnya
sesuatu yang menjadi semangat mereka berkontribusi pada kepuasan kerja guru. Dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka Permenegpan tersebut dijelaskan bahwa
sebagai pendidik. Hal ini yang menyebabkan Continuing Professional Development mencakup
penulis tertarik untuk meneliti kepuasan kerja, tiga hal, yaitu pengembangan diri, publikasi
karena ingin membuktikan kesesuaiannya dengan ilmiah dan karya inovatif.
teori, apa saja yang menjadi faktor yang Berdasarkan latar belakang di atas, maka
mempengaruhi kepuasan kerja guru tersebut. akan diteliti Kontribusi Kepemimpinan
Setelah penulis telaah, maka terdapat Visioner, Iklim Sekolah dan Continuing
beberapa faktor penting yang berkontribusi dalam Professional Development terhadap Kepuasan
kepuasan kerja guru di Cimahi, yang pertama Kerja Guru SMP di Kota Cimahi.
adalah kepemimpinan kepala sekolah, dalam hal Inti dari penelitian ini bertujuan
ini penulis ingin mengkaji tentang kepemimpinan mengungkapkan seberapa besar kontribusi
visioner. Hal ini berdasarkan kajian dari kepemimpinan visioner, iklim Sekolah dan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Baihaqi Continuing Professional Development terhadap
(2010, hlm. 105) yang menyatakan bahwa gaya kepuasan kerja guru SMP di kota Cimahi. Telaah
kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan tentang kepuasan kerja guru akan mencakup
terhadap kepuasan kerja. Menurutnya, secara karakteristik pekerjaan itu sendiri, supervisi,
langsung gaya kepemimpinan mempengaruhi kesempatan promosi, upah, hubungan dengan
kepuasan kerja melalui kecermatannya dalam rekan sekerja dan kondisi lingkungan kerja.
menciptakan pekerjaan dan lingkungan kerja yang Telaah kepemimpinan visioner meliputi
menarik, pelimpahan tanggung jawab serta karakteristik pemimpin yang paham konsep visi,
penerapan peraturan dengan baik. Dengan paham karakteristik dan unsur visi, serta paham
demikian, pemimpin dengan gaya kepemimpinan tujuan visi. Sementara itu telaah iklim sekolah
yang tepat akan menimbulkan kepuasan karyawan mencakup segi keamanan, proses belajar
terhadap pekerjaannya. mengajar, hubungan antar pribadi dan lingkungan
Faktor kedua yang ingin penulis teliti institutional. Yang terakhir, telaah Continuing
adalah iklim sekolah dan bagaimana Professional Development mencakup
kontribusinya pada kepuasan kerja guru. pengembangan psikologis, keahlian professional
Sebagaimana dikemukakan oleh Hidayat (2012, dan siklus karir.
hlm. 103) yang menyatakan bahwa iklim sekolah Secara khusus penelitian ini bertujuan
memiliki pengaruh yang kuat terhadap kepuasan utuk mendaatkan informasi tentang:
guru dalam penelitiannya di Sekolah Menengah 1. Gambaran kepuasan kerja guru SMP di Kota
Kejuruan Negeri 3 Cimahi. Hal serupa juga Cimahi.
dikatakan oleh Robirodin (2014, hlm. 99) yang 2. Gambaran kepemimpinan visioner kepala
menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang kuat sekolah menengah pertama di Kota Cimahi.

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIV No.1 April 2017 72


3. Gambaran situasi iklim sekolah menengah bekerja). Lebih lanjut Davis dan Newstrom
pertama di Kota Cimahi. menyatakan bahwa terdapat perbedaan penting
4. Seberapa besar kontribusi kepemimpinan antara perasaan tersebut dengan dua unsur lainnya
visioner terhadap kepuasan kerja guru SMP dari sikap pegawai. Kepuasan kerja adalah
di Kota Cimahi. perasaan senang atau tidak senang yang relatif
5. Seberapa besar kontribusi iklim sekolah berbeda dari pemikiran obyektif dan keinginan
terhadap kepuasan kerja guru SMP di Kota pelaku. Ketiga bagian sikap itu membantu para
Cimahi. atasan untuk memahami rekasi pegawai terhadap
6. Seberapa besar kontribusi Continuing pekerjaan dan memperkirakan dampaknya pada
Professional Development terhadap kepuasan perilaku di masa mendatang.
kerja guru SMP di Kota Cimahi. Tim dosen Administrasi Pendidikan
7. Seberapa besar kontribusi kepemimpinan Universitas Pendidikan Indonesia (2012,hlm.125)
visioner, iklim sekolah dan Continuing mengatakan bahwa
Professional Development terhadap kepuasan Kepemimpinan berarti kemampuan dan
kerja guru SMP di Kota Cimahi. kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk
dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak,
Salah satu fungsi pengelolaan dari menuntun, menggerakkan, mengarahkan dan
manajemen sumber daya manusia adalah kalau perlu memaksa orang atau kelompok
pengelolaan tenaga kependidikan, khususnya agar menerima pengaruh tersebut dan
guru. Kepuasan kerja merupakan salah satu tujuan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat
administrasi. Berdasarkan pendapat Sergiovani membantu tercapainya suatu tujuan tertentu
dan Carver tentang tujuan administrasi, salah yang telah ditetapkan.
satunya adalah tentang kepuasan kerja. Agar guru
dapat bekerja dengan optimal dan memiliki Definisi kepemimpinan menurut K.Hoy
produktivitas yang tinggi, maka kepuasan guru dan Miskel (2012, hlm.419) adalah
merupakan komponen yang tidak boleh diabaikan ³Kepemimpinan merupakan tugas mempegaruhi
karena akan berpengaruh pada produktivitasnya. anggota di dalam organisasi untuk dapat bekerja
Handoko (2001, hlm. 93) sependapat dengan hal sama dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
LQL ³NDU\awan bekerja dengan produktif atau Kepemimpinan memiliki peran yang
tidak bergantung pada motivasi, kepuasan kerja, sangat strategis dalam mencapai tujuan yang
tingkat stres, kondisi fisik pekerjaan, sistem diharapkan oleh organisasi. Oleh karena itu dalam
kompensasi, desain pekerjaan, aspek-aspek lingkup organisasi pembelajaran, kepala sekolah
HNRQRPLV WHNQLV GDQ SHULODNX ODLQQ\D ´ sangat menentukan ketercapaian peningkatan
Dengan demikian dapat disimpulkan mutu sekolah karena kepala sekolah merupakan
bahwa kepuasan kerja guru merupakan sasaran ujung tombak dari tercapainya tujuan sekolah.
yang penting dalam manajemen sumber daya Kepemimpinan adalah hal yang esensial
manusia. Kepuasan kerja guru merupakan dalam institusi pendidikan. Hal ini dikarenakan
keadaan emosional seseorang seperti senang atau bahwa para pemimpin dalam posisinya sebagai
tidaknya para guru terhadap pekerjaannya. Hal ini manajer penyelenggaraan pendidikan di sekolah
akan berpengaruh pada produktivitas kerja seperti harus mampu mengidentifikasi berbagai proses
loyalitas, kedisiplinan, absensi, sehingga jika penting yang harus dikuasainya dengan baik untuk
seorang guru tidak puas maka ia akan mengeluh, dapat memenuhi tujuan sekolah dan harapan
tidak hadir tanpa alasan yang jelas, berprestasi masyarakat. Peter dan Austin (dalam Sagala,
rendah, memiliki semangat mengajar yang rendah 2013, hlm. 164) mengemukakan perlunya
dan interdisipliner serta banyak gejala negatif pemimpin yang memiliki visi dan misi atau
lainnya. Seperti yang telah kita ketahui, terdapat disebut dengan pemimpin visioner dalam setiap
banyak guru yang memiliki sertifikat profesional institusi, yang dekat dengan
namun tidak dapat menunjukkan peningkatan pelanggan/masyarakat, memiliki gagasan inovatif,
kinerja dalam kesehariannya. Ini berarti terdapat dan punya semangat kerja tinggi.
sisi psikis lain yang menghambat kinerja guru Peraturan Menteri (Permen) nomor 13
untuk dapat berjalan dengan optimal. tentang standar Kepala Sekolah menyebutkan
Mangkunegara (2015, hlm. 117) mengutip adanya kompetensi yang harus dimiliki oleh
pendapat Keith Davis dan John W. Newstrom kepala sekolah, salah satu diantaranya adalah
³job satisacton is the favorableness or kompetensi manajerial. Beberapa poin dalam
unfavorableness with employees view their work ´ kompetensi ini berhubungan dengan
(kepuasan kerja adalah perasaan menyokong atau kepemimpinan visioner kepala sekolah yaitu:
tidak menyokong yang dialami pegawai dalam

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIV No.1 April 2017 73


1. Menyusun perencanaan sekolah untuk kepala sekolah dapat mempengaruhi interaksi
berbagai tingkat perencanaan dalam proses interpersonal para guru ´
belajar mengajar. Menurut Kimball Wiles (dalam Sahertian,
2. Mengembangkan organisasi sekolah sesuai 1993,hlm.46), dinyatakan bahwa yang diinginkan
dengan kebutuhan. guru-guru dalam pekerjaan adalah sebagai
3. Memimpin sekolah dalam rangka berikut:
pendayagunaan sumber daya sekolah. 1) Rasa aman dan hidup layak
4. Mengelola perubahan dan pengembangan 2) Kondisi kerja yang nyaman
sekolah menuju organisasi pembelajaran 3) Rasa diikutsertakan
yang efektif. 4) Perlakuan yang wajar
5. Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang 5) Rasa mampu melaksanakan tugas
kondusif dan inovatif bagi pembelajaran 6) Pengakuan dan penghargaan
peserta didik. 7) Ikut ambil bagian dalam pembentukan
kebijakan sekolah
Menurut Komariah dan Triatna (2005,
hlm. 81), kepemimpinan yang relevan dengan Berdasarkan pendapat para ahli diatas,
tuntutan dasar manajemen sekolah dan maka iklim sekolah memiliki pengaruh terhadap
mengharapkan adanya peningkatan kualitas kepuasan kerja guru. Hal ini sependapat dengan
pendidikan adalah kepemimpinan yang memiliki $PLUXGLQ KOP EDKZD ³LNOLP RUJDQLVDVL
visi sebagai berikut berpengaruh pada motivasi, prestasi dan kepuasan
... kepemimpinan yang tugas pokoknya kerja.´ Tetapi pada umumnya kepala sekolah,
difokuskan pada rekayasa masa depan yang guru dan staf menginginkan iklim yang
penuh dengan tantangan. Kemudian menyenangkan karena membuat prestasi yang
menjadikan dirinya sebagai agen perubahan OHELK EDLNNHSXDVDQ NHUMDGDQ VHPDQJDW NHUMD´
yang unggul dan menjadi penentu arah Sebaliknya, apabila iklim organisasi buruk akan
organisasi yang memahami prioritas, menjadi berpengaruh pada kinerja seperti pendapat
pelatih yang profesional serta dapat 7KHRGRUH KOP ³OLQJNXQJDQ NHUMD \DQJ
membimbing personil lainnya kearah kurang mendukung seperti lingkungan fisik
profesionalisme kerja yang diharapkan. pekerjaan dan hubungan yang kurang serasi antar
pegawai dan pegawai lainnya ikut menyebabkan
Iklim sekolah pada dasarnya dapat kinerja menjadi buruk ´
dikemukakan sebagai iklim organisasi yang Day (2002, hlm. 34) menyatakan definisi
terjadi di sekolah. Iklim organisasi sekolah dari Continuing Professional Development,
merupakan hasil dari mediainteraksi dalam ³3URIHVVLRQDO GHYHORSPHQW FRQsists of all
organisasi sekolah. Iklim organisasi apabila natural learning experiences and those
dikaitkan dengan guru-guru dalam bekerjasama conscious and planned activities which are
melaksanakan kondisi lingkungan organisasi intended to be of direct or indirect benefit to
sekolah dimana guru-guru melaksanakan the individual, group or school and which
tugasnya. Hoy dan Miskel (2008, hlm. 198) contribute, through these, to the quality of
menambahkan bahwa lingkungan kerja yang education in the classroom. It is the process
kurang mendukung seperti lingkungan fisik by which, alone and with others, teachers
pekerjaan dan hubungan yang kurang serasi antara review, renew and extend their commitment
guru satu dengan yang lainnya ikut menyebabkan as change agents to the moral purposes of
kinerja kerja menjadi buruk. teaching; and by which they acquire and
Lingkungan fisik dan sosial dalam suatu develop critically the knowledge, skills and
sekolah merupakan suatu persepsi anggota emotional intelligence essential to good
organisasi sekolah terhadap keadaan sekolah, baik professional thinking, planning and practice
menyangkut hubungan antar guru, maupun with children, young people and colleagues
komunikasi yang terjadi. Hal ini jelas akan WKURXJK HDFK SKDVH RI WKHLU WHDFKLQJ OLYHV ´
berdampak pada sikap anggota organisasi dan
bagaimana anggota organisasi menyikapi berbagai Pendapat tersebut menggambarkan
keadaan di sekolah. Menurut Paula F. Silver bahwasanya proses pengembangan profesional
(dalam Suharsaputra, 2010, hlm. 77) ³Iklim merupakan aktivitas sadar dan terencana yang
organisasi sekolah dibentuk oleh hubungan timbal memberikan manfaat baik bagi individu,
balik antara perilaku kepala sekolah dan perilaku kelompok maupun sekolah untuk meningkatkan
guru sebagai suatu kelompok dimana perilaku kualitas pembelajaran di kelas. Melalui proses ini,
para guru mereviu, memperbaharui dan

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIV No.1 April 2017 74


memperluas komitmen mereka sebagai agen-agen karirnya sebagai guru yang profesional. Dari
perubahan untuk tujuan moral dari mengajar; beberapa pendapat para ahli, penulis
dengan mana mereka mendapatkan dan menyimpulkan bahwa Continuing Professional
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan Developmentadalah pengembangan profesi guru
kecerdasan emosional pada pemikiran, dalam mendapatkan, mengembangkan dan
perencanaan dan praktik profesional bersama meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya
anak-anak, orang muda dan rekan kerja melalui melalui kegiatan pengembangan diri serta forum
setiap fase dari kehidupan mengajar mereka. ilmiah yang berdampak terhadap peningkatan
Institute for Learning (2009) mutu pembelajaran. Melalui kegiatan Continuing
mengemukakan ³&RQWLQXLQJ SURIHVVLRQDO Professional Developmentdiharapkan guru
development means maintaining, improving and mampu meningkatkan kualitas belajar mengajar
broadening relevant knowledge and skills in your di kelasyang berdampak positif pada siswa.
subject specialism and your teaching so that is Berdasarkan rumusan masalah, dan kajian
has a positive impact on practice and learner pustaka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
experience ´ 6FDOHV GNN KOP ; dimana 1. Kepemimpinan visioner berkontribusi positif
Continuing Professional Developmentberarti dan signifikan terhadap kepuasan kerja guru.
memelihara, meningkatkan dan memperluas 2. Iklim sekolah berkontribusi positif dan
pengetahuan dan ketrampilan yang relevan signifikan terhadap kepuasan kerja guru.
dengan bidang spesialisasi guru dan pengajaran 3. Continuing Professional Development
guru sehingga berdampak positif pada berkontribusi positif dan signifikan terhadap
pengalaman dan praktik siswa. kepuasan kerja guru.
Continuing Professional Development 4. Kepemimpinan visioner, iklim sekolah dan
merupakan suatu proses yang dilakukan guru Continuing Professional Development
secara terencana dan berkelanjutan untuk berkontribusi positif dan signifikan secara
meningkatkan kompetensinya guna menunjang bersama-sama terhadapkepuasan kerja guru.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertempat di SMP yang Jumlah SMP tersebut adalah sebanyak 30 dari
tersebar di Kota Cimahi. Berdasarkan data BPS 36 SMP yang tersebar di Kota Cimahi. Data
tahun 2015, Kota Cimahi adalah daerah yang populasi sebanyak 36 kepala sekolah dan 1.030
termasuk kedalam wilayah Propinsi Jawa orang guru.
Baratdan meliputi 3 kecamatan, yaitu (1) Cimahi Proses pengambilan sampel dalam
Utara, (2) Cimahi Tengah dan (3) Cimahi Selatan. penelitian ini adalah dengan menggunakan
Mengingat sifat penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Tahap pertama
descriptive dan verificativeyang dilaksanakan adalah menentukan 30 sekolah yang berada di
melalui pengumpulan data di lapangan, maka wilayah Kota Cimahi. Tahap kedua adalah
metode penelitian yang digunakan adalah metode penarikan sampel warga sekolah, yaitu kepala
descriptive dan explanatory. Tipe penyelidikan sekolah dan guru yang terlibat dalam fenomena
yang dilakukan adalah causalities karena kepuasan kerja guru. Penarikan sampel kepala
menerangkan kontribusi dari satu variabel sekolah menggunakan teknik sampling non-
terhadap variabel lainnya. Adapun time horizon probabilitas jenuh/sensus karena mengambil 30
adalah cross sectional, karena penelitian ini orang kepala sekolah dari 30 SMP yang menjadi
dilakukan pada waktu tertentu. populasi penenlitian. Sementara, penarikan
Populasi dalam penelitian ini adalah para sampel guru menggunakan proportionate
kepala sekolah dan guru yang bekerja di SMP, stratified random sampling, dimana tiga orang
baik negeri maupun swasta se-Kota Cimahi. guru diambil dari setiap sekolah.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan penghitungan WMS, skor kepuasan kerja guru SMP Kota Cimahi berada
rata-rata jawaban responden untuk variabel pada kategori sangat tinggi.
kepuasan kerja guru sebesar 4,38. Apabila Skor rata-rata jawaban responden untuk
dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata- variabel kepemimpinan visioner sebesar 4,31.
rata jawaban responden, angka sebesar itu berada Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran
pada rentang 4,01 ± 5,00 yaitu kategori sangat skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar
tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa indikasi itu berada pada rentang 4,01 ± 5,00 atau berada

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIV No.1 April 2017 75


pada kategori sangat tinggi. Hasil ini dengan minat dan kemampuannya, dan (5)
menunjukkan bahwa kepemimpinan visionerdi fasilitas yang ada dan diberikan.
lingkungan SMP Kota Cimahi berada pada Hal ini juga sesuai dengan pernyataan
kategori sangat tinggi. Gibson yang dikutip oleh Mangkunegara (2009,
Skor rata-rata jawaban responden untuk hlm. 119) yang mengemukakan lima hal utama
variabel iklim sekolah sebesar 4,31. Apabila yang memiliki karakteristik penting berhubungan
dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata- dengan pengukuran kepuasan kerja, yaitu:
rata jawaban responden, angka sebesar itu berada 1) Pembayaran, suatu jumlah yang diterima dan
pada rentang 4,01 ± 5,00atau berada pada kategori keadaan yang dirasakan dari pembayaran,
sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa iklim 2) Pekerjaan, sampai sejauh mana tugas kerja
sekolah di lingkungan SMP Kota Cimahi berada dianggap menarik dan memberikan
pada kategori sangat tinggi. kesempatan untuk belajar dan untuk
Skor rata-rata jawaban responden untuk menerima tanggung jawab,
variabel Continuing Professional Development 3) Kesempatan promosi, adanya kesempatan
sebesar 3,49. Apabila dikonsultasikan dengan untuk maju,
skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, 4) Penyelia, kemampuan penyelia untuk
angka sebesar itu berada pada rentang 3,01 ± memperlihatkan ketertarikan dan perhatian
4,00atau berada pada kategori tinggi. Hasil ini kepada pekerja,
menunjukkan bahwa Continuing Professional 5) Rekan sekerja, sampai sejauh mana rekan
Developmentdi lingkungan SMP Kota Cimahi sekerja bersahabat, kompeten dan
berada pada kategori tinggi. mendukung.
Hasil analisis regresi menunjukkan (1)
kontribusikepemimpinan visioner terhadap Kepemimpinan adalah hal yang esensial
kepuasan kerja guru adalah sebesar 42,2%; (2) dalam institusi pendidikan. Pemimpin dalam
kontribusi iklim sekolah terhadap kepuasan kerja posisinya sebagai manajer atau administrator
guru adalah sebesar 65,8%; (3) kontribusi penyelenggaraan pendidikan di sekolah harus
Continuing Professional Development terhadap mampu mengidentifikasi berbagai proses penting
kepuasan kerja guru adalah sebesar 12,3%; dan yang harus dikuasainya dengan baik untuk dapat
(4) kontribusikepemimpinan visioner, iklim memenuhi tujuan sekolah dan harapan
organisasi sekolah dan Continuing Professional masyarakat, termasuk juga meningkatkan
Developmentsecara simultan terhadap kepuasan kepuasan kerja guru. Kepemimpinan memiliki
kerja guru adalah sebesar 67,4% sedangkan kontribusi yang cukup tinggi terhadap kepuasan
sisanya sebesar 32,6% dipengaruhi oleh faktor kerja guru, sebagaimana diungkapkan oleh Hoy
lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini. dan Miskel (2008 KOP EDKZD ³leadership,
Adanya kontribusi yang cukup signifikan decision making, and communication processes
dari kepemimpinan visioner, iklim sekolah dan also influence job satisfaction ´ Hoy dan Miskel
Continuing Professional Development terhadap menegaskan bahwa kepemimpinan, sebagaimana
kepuasan kerja guru sebagaimana diuraikan di halnya pengambilan kepututsan dan prose
atas telah membuktikan teori-teori yang komunikasi, juga berpengaruh pada kepuasan
membahas mengernai faktor-faktor yang kerja.
mempengaruhi kepuasan kerja guru. Kepemimpinan visioner akhir-akhir ini
Menurut Walgito (2001, hlm. 115-116), dianggap sebagai tipe atau gaya kepemimpinan
³VLNDS \DQJ DGD SDGD GLUL VHVHRUDQJ GLSHQJDUXKL yang dianggap mumpuni untuk mengarahkan dan
oleh faktor internal, yaitu faktor fisiologis dan menggerakkan seluruh sendi dan unsur organisasi
psikologis, serta faktor eksternal, yaitu berupa untuk mencapai tujuan dengan dijiwai oleh visi
situasi yang dihadapi individu, norma-norma, dan organisasi tersebut. Pentingnya keberadaan
berbagai hambatan maupun dorongan yang ada pemimpin yang memiliki visi dan misi atau
GDODP PDV\DUDNDW ´ %LDVDQ\D EHVDUDQ JDML DWDX disebut dengan pemimpin visioner dalam setiap
upah yang diberikan menjadi ukuran bagi institusi, yang dekat dengan
kepuasan kerja seseorang, namun ini bukanlah pelanggan/masyarakat, memiliki gagasan inovatif,
satu-satunya faktor yang berpengaruh pada dan punya semangat kerja tinggi dikemukakan
kepuasan kerja. Ada beberapa faktor lainnya juga oleh Peter dan Austin (dalam Sagala, 2013, hlm.
dapat digunakan untuk mengukur kepuasan kerja 164).
seperti (1) suasana kerja, (2) hubungan dengan Sementara itu Komariah dan Triatna
atasan dan guru ataupun rekan sekerja, (3) (2005, hlm. 82) serta Engkoswara dan Komariah
pengembangan karir, (4) pekerjaan yang sesuai (2015, hlm 195) menyatakan sebagai berikut

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIV No.1 April 2017 76


Kepemimpinan visioner adalah kemampuan satunya faktor kontributor yang penting. Dalam
pemimpin dalam mencipta, merumuskan, penelitian ini penulis menemukan bahwa
mengkomunikasikan, mentransformasi dan hubungan yang baik antar sesama warga sekolah,
mengimplementasikan pemikiran-pemikiran terutama di antara para pendidik memiliki peran
ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai yang sangat penting dalam menciptakan iklim
hasil interaksi sosial diantara anggota sekolah yang kondusif. Saling mengenal, saling
organisasi dan pemegang saham, dimana menghargai, saling menghormati, dan praktik
pemikiran tersebut diyakini sebagai cita-cita sopan santun dasar seperti saling memberikan
organisasi di masa depan yang harus diraih salam dan mengucapkan terimakasih merupakan
atau diwujudkan melalui komitmen semua hal-hal kecil yang memiliki pengaruh sangat besar
personil. dalam menimbulkan iklim yang positif dalam
pergaulan di antara sesama warga sekolah yang
Iklim sekolah pada dasarnya dapat pada akhirnya membuat mereka merasa nyaman
dikemukakan sebagai iklim organisasi yang dalam bekerja. Hal-hal ini tentunya tidak terjadi
terjadi di sekolah. Iklim organisasi apabila begitu saja, namun dipupuk dari adanya aturan
dikaitkan dengan guru-guru dalam bekerjasama sekolah yang disosialisasikan, dilaksanakan dan
melaksanakan kondisi lingkungan organisasi ditekankan peran pentingnya oleh administrator
sekolah dimana guru-guru melaksanakan sekolah. Dengan demikian seluruh warga sekolah
tugasnya. Hoy dan Miskel (2008, hlm. 198) merasa dilibatkan dalam pelaksanaan hal ini.
menambahkan bahwa lingkungan kerja yang Iklim sekolah memiliki pengaruh terhadap
kurang mendukung seperti lingkungan fisik kepuasan kerja guru. Hal ini sependapat dengan
pekerjaan dan hubungan yang kurang serasi antara $PLUXGLQ KOP EDKZD ³LNOLP RUJDQLVDVL
guru satu dengan yang lainnya ikut menyebabkan berpengaruh pada motivasi, prestasi dan kepuasan
kinerja kerja menjadi buruk. kerja.´ Pada umumnya kepala sekolah, guru dan
Luthans (dalam Hamdani, 2006 hlm. 134) staf menginginkan iklim yang menyenangkan
memandang bDKZD ³Iklim organisasi karena membuat prestasi yang lebih
menggambarkan lingkungan fisik organisasi, baiN NHSXDVDQ NHUMDGDQ VHPDQJDW NHUMD´
perilaku hubungan antar anggota, juga hubungan Persamaan regresi di atas
organisasi dengan pihak luar organisasi ´ Ketiga mengindikasikan adanya hubungan antara variabel
hal ini merupakan faktor-faktor yang CPD dengan kepuasan kerja guru. Pada
berkontribusi dalam penciptaan iklim sekolah, perhitungan koefisien korelasi antara kedua
baik dalam artian positif maupun negatif. variabel tersebut diperoleh nilai sebesar 0,351.
Lingkungan fisik organisasi seperti fasilitas, Hasil ini menunjukkan terdapat hubungan yang
sumber daya yang ada, material yang digunakan, lemah antara CPD dengan kepuasan kerja guru,
turut menentukan penciptaan iklim sekolah yang karena nilai r < 0,5. Berdasarkan perhitungan
positif. Perilaku hubungan antar anggota determinasi, besarnya hubungan tersebut
memerankan tugas penting dalam menciptakan memberikan pengaruh sebesar 12,3%. Artinya
iklim sekolah yang kondusif bagi seluruh warga secara parsial kepuasan kerja guru dipengaruhi
sekolah untuk dapat mencapai tujuan sekolah dan oleh CPD hanya sebesar 12,3%, sisanya sebesar
meningkatkan kualitas sekolah. Perilaku 87,7% dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak
hubungan antar anggota ini juga sangat termasuk dalam kajian penelitian penulis.
menentukan dalam peningkatan kepuasan kerja Pengembangan profesional merupakan
guru dalam menjalankan tugas tanggung jawab salah satu kunci bagi sekolah dan sistem sekolah
mereka di sekolah. Keberadaan dan terpeliharanya dalam rangka meningkatkan kualitas
hubungan sekolah dengan pihak-pihak lain yang pembelajaran. Karenanya, pengembangan
berkontribusi positif dalam peningkatan prestasi keprofesian sebaiknya dilaksanakan secara
dan kualitas sekolah sangatlah penting untuk terstruktur dan berkelanjutan. Proses kegiatan
menjaga iklim sekolah yang positif. Sekolah tidak pengembangan keprofesian bagi guru diyakini
dapat bekerja sendiri dalam mencapai tujuannya, mampu memberikan dampak positif terhadap
institusi ini harus bekerja sama dengan pemerintah kinerja guru dalam pembelajaran. Francesca
(Dinas Pendidikan), pihak swasta dan masyarakat Caena (2011) menjelaskan bahwa terdapat
sekitar untuk dapat bertahan dalam perubahan korelasi positif antara kualitas guru dengan
jaman yang semakin cepat dengan segala prestasi siswa. Berdasarkan penelitian Cobb dkk,
konsekuensinya. Wood dan Bennett, Kallestad dan Olweus (dalam
Kepala sekolah memang memegang Villegas & Reimers, 2003, hlm. 20) dapat
peranan sentral dalam membangun iklim sekolah disimpulkan bahwa adanya dampak positif dari
yang baik, namun hal tersebut bukanlah satu-

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIV No.1 April 2017 77


pengembangan profesional guru terhadap perilaku hal-hal penting dari buku-buku yang mereka pakai
guru dalam melakukan pembelajaran. untuk mengajar guna memperkaya proses belajar
Namun demikian dalam penelitian ini, mengajar di kelas. Belum lagi di era digital ini,
penulis menemukan bahwa tidak terdapat dimana berbagai ilmu dan pengetahuan bisa
hubungan yang kuat antara Continuing didapatkan dengan mudah melalui internet dan
Professional Development dengan kepuasan kerja sepatutnya dibagikan baik kepada rekan sekerja
guru. Dilihat dari pendapat Francesca Caena, guru maupun kepada peserta didik. Dengan demikian
yang berkualitas berkorelasi positif dengan pengetahuan peserta didik selalu ter-update
prestasi siswa. Dalam dunia pendidikan, salah satu karena gurunya rajin meng-update
sumber kepuasan guru dalam bekerja adalah pengetahuannya pula. Tiga kegiatan
ketika pekerjaannya memberikan dampak baik pengembangan profesional yang paling jarang
bagi para peserta didiknya, dalam hal ini siswa dilakukan oleh para guru SMP di Kota Cimahi
yang diajarnya bisa mencapai prestasi yang baik. adalah (1) menulis artikel di koran, (2) membuat
Guna menghasilkan siswa yang berprestasi, para teknologi tepat guna dan (3) membuat modul.
guru dan kepala sekolah terlibat aktif dalam Hal ini menimbulkan tanda tanya, karena
kegiatan pengembangan profesional, yang ketentuan untuk menghasilkan karya tulis telah
merupakan salah satu kunci bagi sekolah dan ditetapkan secara legal oleh pemerintah melalui
sistem sekolah untuk meningkatkan kualitas Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 yang
pembelajaran. menyatakan bahwa guru yang hendak naik
Namun tidak nampak hubungan yang kuat pangkat wajib memliki angka kredit dari publikasi
antara kedua variabel ini, antara Continuing ilmiah dan atau karya inovatif. Ini dilakukan oleh
Professional Development dengan kepuasan kerja pemerintah untuk memberikan rangsangan positif
guru. Seharusnya, ketika anggaran negara untuk bagi para pendidik untuk menghasilkan lebih
dunia pendidikan semakin meningkat, berarti banyak karya tulis dan karya inovatif yang di satu
makin banyak kesempatan yang diberikan bagi pihak dapat meningkatkan kemampuan
para guru dan kepala sekolah untuk mengikuti profesional pendidik dalam menyampaikan
atau berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan pembelajaran, sementara di pihak lain dapat
profesional. Semakin banyak workshop dan diklat meningkatkan prestasi siswa dan kualitas
yang dapat diikuti oleh para pendidikan di negara pendidikan di sekolah. Mengapa insentif ini tidak
kita ini. Banyak guru terlibat dalam KKG/MGMP, terlalu berhasil dalam implementasinya perlu
yang juga merupakan salah satu kegiatan diteliti lebih lanjut lagi di kemudian hari.
pengembangan profesional dimana para pendidik Jika memang waktu yang menjadi kendala
dapat bertukar pikiran dan saling membantu di tengah kesibukan para guru yang tinggi, maka
dalam memecahkan permasalahan yang mereka saran dari Power (2011, hlm. 369) dalam
hadapi di sekolah masing-masing. KKG/MGMP penelitiannya terhadap program Continuing
juga merupakan media dimana para guru dapat Professional Development para guru di Sudan
mengembangkan pertemanan dengan rekan kerja Barat menarik untuk dikaji. Ia merekomendasikan
dari berbagai sekolah lain sehingga mereka dapat penggunaan smart phone sebagai sarana efektif
membangun jaringan perencanaan pengembangan untuk program tersebut. Dengan demikian para
pribadi. Sebagaimana dinyatakan oleh Ingvarson guru bisa mendapatkan banyak informasi tanpa
(2005, hlm. 64), semakin banyak peneliti yang harus meninggalkan sekolah dan siswanya dalam
menyatakan bahwa keberadaan dari komunitas waktu yang lama. Hal yang sama juga dapat
professional yang aktif dan terperdaya di dalam diterapkan pada sekolah-sekolah di Indonesia
maupun antar sekolah sangat penting bagi mengingat saat ini tersedia banyak smart phone
pengembangan guru efektif dan pembelajaran dengan harga yang kompetitif dan berbagai
yang berkualitas tinggi. provider telekomunikasi yang menawarkan
Namun demikian tidak halnya dengan program internet dengan berbagai pilihan harga.
kegiatan-kegiatan pengembangan yang Dalam penelitiannya di Irlandia, Garavan
berhubungan dengan membuat karya tulis, seperti (1998, hlm. 375) menyatakan bahwa banyak
membuat diktat, modul, alat praktikum dan penelitian tentang Continuing Professional
teknologi tepat guna. Tampaknya para guru SMP Development menyarankan agar program ini
di Kota Cimahi, seperti halnya sebagian besar seharusnya menjadi suatu proses berkelanjutan,
guru di Indonesia, memiliki budaya membaca dan bermula dari fase pelatihan awal dan bertahan
menulis yang rendah. Mereka tidak terbiasa selamanya bagi para profesional di bidang
membaca selain dari buku yang menjadi pegangan pendidikan. Kebijakan dan berbagai strategi
dalam bidang studi yang mereka ajarkan, terlebih seharusnya bertumpu dari hal ini. Namun
lagi mereka tidak terbiasa menuliskan rangkuman

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIV No.1 April 2017 78


demikian, kenyataan yang terjadi seringkali tidak tujuan yang sama dan dinamis. Karenanya, agar
sesuai dengan apa yang telah direncanakan. dapat menghasilkan dampak yang pada akhirnya
Berdasarkan penelitiannya, Garavan akan meningkatkan kualitas pendidikan bangsa,
(1998, hlm. 380) menyatakan bahwa Continuing maka Garavan (1998, hlm. 376) menyatakan
Professional Development diperlukan karena bahwa Continuing Professional Development ini
memungkinkan para guru untuk dapat mencari seharusnya berawal dari perencanaan yang hati-
solusi dari berbagai permasalahan yang terjadi di hati dan pelaksanaan dari induksi dan sistem in-
tingkat sekolah dimana hal ini membutuhkan service training berskala nasional dengan
keterlibatan guru sebagai anggota tim dengan menggunakan karir mengajar sebagai dasarnya.

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan temuan yang diperoleh dari Development terhadap variabel kepuasan kerja
penelitian, dilakukan pengolahan dan analisis data guru.
serta pembahasan terhadap masalah penelitian. Namun demikian, jika dilihat dari
Kemudian diperoleh beberapa kesimpulan sebagai koefisien korelasi yang dihitung berdasarkan uji
jawaban dari rumusan masalah penelitian. korelasi Pearson, maka nilai variabel Continuing
Berdasarkan analisis data kepuasan kerja Professional Development adalah 0.208 < 0,5;
guru, maka dapat digambarkan bahwa kepuasan yang mengartikan bahwa terdapat hubungan yang
kerja guru SMP di Kota Cimahi termasuk ke lemah antara Continuing Professional
dalam kategori sangat tinggi. Faktor-faktor yang Development dengan kepuasan kerja guru. Nilai
mempengaruhinya kepuasan kerja guru yaitu koefisien determinasi yang didapat adalah 0,123;
kepemimpinan visioner, iklim sekolah dan yang juga berarti bahwa pengaruh variabel
Continuing Professional Development juga berada Continuing Professional Development terhadap
pada kategori sangat tinggi pula. kepuasan kerja guru hanya sebesar 12,3%;
Dengan didasarkan pada analisis regresi sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain.
sederhana yang dilakukan terhadap hasil data Dengan demikian dapat disimpulkan
penelitian maka dapat disimpulkan bahwa bahwa memang Continuing Professional
kepemimpinan visioner memberikan pengaruh Development berkontribusi terhadap kepuasan
positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja kerja guru, namun tidak terlalu tinggi jika
guru SMP di Kota Cimahi. Hasil penelitian dibandingkan dengan kedua variabel lainnya,
menujukkan bahwa situasi kepemimpinan visioner yaitu variabel kepemimpinan visioner dan
di SMP se-Kota Cimahi sudah sangat baik, namun variabel iklim sekolah.
ada beberapa hal yang masih harus ditingkatkan Dengan mengetahui adanya kontribusi
agar kepuasan kerja guru semkin meningkat. yang positif antara kepemimpinan visioner, iklim
Demikian pula iklim sekolah memang sekolah dan Continuing Professional
dapat memberikan pengaruh positif yang Developmentterhadap kepuasan kerja guru baik
signifikan terhadap kepuasan kerja guru SMP di secara bersama-sama maupun secara parsial serta
Kota Cimahi. Dari hasil penelitian terlihat ada mengetahui karakteristik apa saja yang memberi
beberapa hal yang memang perlu ditingkatkan lagi pengaruh paling besar maupun paling kecil
sehingga iklim sekolah yang sudah baik dapat terhadap kepuasan kerja guru SMP, maka penulis
menjadi lebih baik lagi. merekomendasikan beberapa hal, yaitu:
Continuing Professional Development, 1) Para kepala sekolah perlu mendapatkan
sebagai variabel bebas ketiga yang diteliti dalam workshop tentang kepemimpinan visioner
penelitian ini ternyata memiliki hubungan yang dari ahlinya, bukan hanya dari segi
unik dengan kepuasan kerja guru selaku variabel administratif, namun lebih ke bidang
terikat. Agar lebih jelas maka penulis akan pelaksanaan praktisnya. Dalam hal ini KKKS
menelaah hasil uji berdasarkan data yang telah dapat dimanfaatkan sebagai ajang berbagi
diolah satu demi satu. Persamaan regresi Y pengalaman dan upaya penyelesaian masalah,
(kepuasan kerja guru) atas X3 DGDODK Ó juga untuk saling mentransfer pengetahuan
0,161X3. Hal ini menyatakan bahwa terdapat dan ketrampilan. Kemampuan
pengaruh yang positif antara Continuing mengoperasikan komputer dan smart phone
Professional Development dengan kepuasan kerja dalam mencari sumber ajar dan berita seputar
guru. Hasil uji t juga menunjukkan t hitung 2,295 dunia pendidikan menjadi hal yang penting
dengan nilai signifikansi 0,024 < 0,05; yang bagi para pendidik, terutama kepala sekolah.
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang 2) Visi dan misi sekolah harus dikomunikasikan
signifikan dari variabel Continuing Professional dari waktu ke waktu secara rutin oleh kepala

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIV No.1 April 2017 79


sekolah dalam berbagai kesempatan kepada berkembang. Upaya ini harus berawal dari
semua warga sekolah. Kepala sekolah harus keinginan diri pribadi guru didasarkan pada
memiliki ketrampilan komunikasi dan kebaikan dan hal-hal positif yang akan
persuasi yang baik sehingga dapat didapatkannya jika ia senantiasa
mempengaruhi banyak pihak untuk tetap mengembangkan dirinya. Selain
menjalankan program sesuai visi misi mengalokasikan waktu untuk mengikuti
sekolah, bahkan ketika dihadang oleh pelatihan maupun workshop, para guru juga
hambatan dan tantangan. harus meningkatkan budaya membaca dan
3) Kepala sekolah harus memastikan bahwa menulis sehingga dapat menghasilkan karya
terdapat aturan tertulis yang jelas tentang tulis dan teknologi yang tepat guna dan
ekspektasi sekolah terhadap semua warga memiliki wawasan yang luas.
sekolah sehingga dapat menjamin adanya 5) Penyediaan teknologi informasi harus
iklim sekolah yang positif dan kondusif. menjadi bagian dari visi setiap sekolah dan
Aturan dikomunikasikan dan disosialisasikan juga Dinas Pendidikan, mengingat banyak
secara jelas sehingga diketahui dan dipahami hal positif yang bisa didapat dengan mudah
oleh warga sekolah. Pelaksanaan dan melalui teknologi informasi ini.
pengawasannya harus dilakukan oleh semua Keterhubungan setiap sekolah dengan
orang, tanpa perkecualian. Dengan demikian internet dan ketersediaan alat komputer yang
semua orang mendapatkan perlakuan yang cukup dapat memberikan informasi tentang
sama dari aturan yang diketahui dan bagaimana para guru bisa memperluas bahan
dipahami bersama. ajarnya, metode-metode terbaru yang dapat
4) Para guru hendaknya memelihara dan dipraktikkan dalam pembelajaran serta
meningkatkan motivasi dan antusiasmenya bagaimana menggunakan teknologi informasi
dalam menjalankan tugas profesionalnya agar dalam pembelajaran.
kemampuan dan ketrampilannya senantiasa

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Ali. (2015). Pengaruh Continuous Hamdani. (2006). Manajemen Pemasaran Jasa,
Professional Development (CPD) Guru Edisi Kedua. Jakarta : Penerbit Salemba
dan Kinerja Mengajar Guru terhadap Empat
Sekolah Efektif pada Sekolah Dasar
Handoko, H. (2001). Manajemen Personalia dan
Negeri Terakreditasi A di Kota Cirebon.
Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
(Tesis). SPS Prodi Administrasi
BPFE-Yogyakarta
Pendidikan Universitas Pendidikan
Indonesia Bandung. Hidayat, Hasan Rachman. (2012). Pengaruh Iklim
Organisasi terdapat Kepuasan Kerja Guru
Akhdinirwanto, R. Wakhid & Ida Ayu Sayogyani.
di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3
(2009). Cara Mudah Mengembangkan
Cimahi. (Skripsi). Fakultas Ilmu
Profesi Guru. Yogyakarta: Sabda Media.
Pendidikan Universitas Pendidikan
Anari, Nahid Naderi. (2012). Teachers: emotional Indonesia Bandung.
intelligence, job satisfaction, and
Hoy, Wayne K. & Miskel, Cecil G. (2008).
organizationalcommitment. Journal of
Educational Administration: Theory,
Workplace Learning, Vol. 24 Iss 4 pp. 256
Research, and Practice. New York:
- 269
McGraw-Hill.
Bishay, Andre. (1996). Teacher Motivation and
Jalal, Fasli dan Supriadi, Dedi. (2001). Reformasi
Job Satisfaction: A StudyEmploying the
Pendidikan dalam Konteks Otonomi
Experience Sampling Method. Journal of
Daerah. Yogyakarta: Adicita.
UndergraduateSciences. Vol. 3: 147-154.
Komariah, A. & Triatna, C. (2010). Visionary
Scales, P, dkk. (2011). Continuing Professional
Leadership: Menuju Sekolah Efektif.
Development in the Lifelong Learning
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sector. New York: McGraw Hill.
.X]PLF - $ %HJLQQLQJ 7HDFKHU¶V 6HDUFK
Day, Christopher. (2002). Developing Teachers:
for Meaning: Teacher Socialization,
The Challenges of Lifelong Learning.
Organizational Literacy, and
Philadelphia: Taylor and Francis e-
Empowerment. Journal of Teaching and
Library

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIV No.1 April 2017 80


Teacher Education, Vol. 10 No. 1, hlm. Sidi, Indra Jati. (2003). Menuju Masyarakat
15-27 Belajar. Jakarta: Logos
Mangkunegara, A.P. (2015). Manajemen Sumber Suharsaputra, Uhar. (2010). Administrasi
Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Pendidikan. Bandung: Refika Utama
Remaja Rosdakarya.
Surakhmad, Winarno. (2004). Pengantar Interaksi
Masaong.K dan Tilome A.(2011). Kepemimpinan Belajar Mengajar, Dasar dan Teknik
Berbasis Multiple Intelligence (Sinergi Metodologi. Bandung: Tarsito.
Kecerdasan Intelektual, Emosional dan
Surya, Mohammad. (2003). Percikan Perjuangan
Spiritual untuk Meraih Kesuksesan yang
Guru. Semarang: Aneka Ilmu.
Gemilang. Bandung: Alfabeta
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan.
Papanastasiou, Michalinos Zembylas Elena.
(2010). Pengelolaan Pendidikan.Bandung:
(2004). Job satisfaction among school
Jurusan Administrasi Pendidikan
teachers in Cyprus. Journal of
Universitas Pendidikan Indonesia.
Educational Administration, Vol. 42 Iss 3
pp. 357 ± 374 Bimo, Walgito. (2001). Psikologi Sosial.
Yogyakarta: Andi Offset.
Pidarta, I Made. (2004). Manajemen Pendidikan
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Robirudin, Zain Ikhwani Jibadi. (2015). Pengaruh Publikasi Departemen atau Lembaga
Kompensasi dan Iklim Organisasi Sekolah Pemerintah
terhadap Kepuasan Kerja Guru Non PNS Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan
Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Barat. (Tesis). SPS Prodi Administrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan
Pendidikan Universitas Pendidikan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya
Indonesia Bandung.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13
Sagala, Syaiful. (2013). Administrasi Pendidikan Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Kontemporer. Bandung: CV. Alfabeta. Sekolah.

Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIV No.1 April 2017 81

Anda mungkin juga menyukai