Anda di halaman 1dari 22

Subscribe to DeepL Pro to translate larger documents.

Visit www.DeepL.com/pro for more information.

Edisi saat ini dan arsip teks lengkap jurnal ini tersedia di Emerald Insight di:
https://www.emerald.com/insight/1759-0817.htm

Efek dari profesional Efek dari


komitmen
komitmen, komitmen profesional

terhadap etika, lokus kendali


internal
dan kecerdasan emosional pada
kemampuan untuk mendeteksi Diterima 27 Februari 2021
Direvisi 9 Agustus

kecurangan melalui penurunan 2021


7 Desember 2021
8 April 2022

perilaku kualitas audit 23 Agustus 2022 28


Januari 2023 Diterima 26
Februari 2023
Yulianti Yulianti
Program Doktor Ilmu Akuntansi, Universitas Padjadjaran, Bandung,
Indonesia dan Jurusan Akuntansi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Tangerang Selatan, Indonesia, dan
Mohammad Wahyudin Zarkasyi, Harry Suharman dan
Roebiandini Soemantri
Departemen Akuntansi, Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia

Abstrak
Tujuan - Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh komitmen profesional, komitmen terhadap etika,
locus of control internal dan kecerdasan emosional terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan melalui
penurunan perilaku kualitas audit.
Desain/metodologi/pendekatan - Unit analisis adalah auditor internal pada satuan pengawasan internal di
perguruan tinggi keagamaan Islam negeri di Indonesia. Pengolahan data menggunakan pemodelan
persamaan struktural berbasis kovarians dengan menggunakan Software Lisrel dan uji Sobel untuk
memverifikasi pengaruh langsung dan tidak langsung.
Temuan - Penelitian ini menemukan bukti empiris bahwa komitmen profesional dan kecerdasan emosional
berdampak positif terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan. Komitmen terhadap etika dan kecerdasan
emosional berpengaruh negatif terhadap penurunan perilaku kualitas audit. Selain itu, penelitian ini juga
membuktikan bahwa komitmen terhadap etika dan kecerdasan emosional secara tidak langsung berdampak
pada kemampuan mendeteksi kecurangan melalui penurunan perilaku kualitas audit.
Implikasi praktis - Organisasi secara berkala memonitor perilaku auditor, terutama perilaku penurunan
kualitas audit, selama proses audit dan mendorong regulator untuk merumuskan kebijakan yang berkaitan
dengan peningkatan kemampuan mendeteksi kecurangan.
Keaslian/nilai - Studi ini memberikan pengetahuan mengenai kekuatan pendorong auditor internal untuk
memitigasi perilaku kualitas audit yang berkurang dan meningkatkan kemampuan untuk mendeteksi
kecurangan.
Kata kunci Komitmen profesional, Komitmen terhadap etika, Locus of control internal,
Kecerdasan emosional, Kemampuan mendeteksi kecurangan, Penurunan perilaku kualitas audit
Jenis kertas Makalah penelitian
Jurnal Akuntansi Syariah dan
Penelitian Bisnis
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Satuan Pengawas Internal Perguruan Tinggi Keagamaan © Emerald Publishing Limited
1759-0817
Islam Negeri di Indonesia atas saran dan dukungannya. DOI 10.1108/JIABR-02-2021-0076
JIABR 1. Pendahuluan
Kesadaran setiap orang untuk berperan dalam mencegah kecurangan akan sangat penting
dalam meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemerintah (Irmawan et al., 2013).
Survei Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) menunjukkan bahwa pemerintah
merupakan pihak yang paling banyak mengalami kecurangan, dan peran auditor internal
dalam mendeteksi kecurangan adalah sebesar 23,4% (ACFE, 2019). Kemampuan auditor
internal dalam mendeteksi kecurangan seharusnya perlu ditingkatkan, mengingat audit
internal merupakan salah satu kontrol yang dimiliki organisasi untuk meminimalisir
terjadinya kecurangan.
fraud, dan audit internal berperan sebagai salah satu media pendeteksi dini yang relatif
dapat diandalkan oleh organisasi (ACFE, 2019). Kemampuan auditor dalam mendeteksi
kecurangan didasarkan pada pengetahuan yang mencakup skema kecurangan, tanda
bahaya, hal-hal yang terkait, segitiga kecurangan, penelitian, masalah, langkah-langkah
yang terlibat dalam investigasi, dan skeptisisme profesional (Moeller, 2016).
Perilaku auditor selama proses audit berperan dalam kelemahan auditor dalam
mendeteksi salah saji (DeAngelo, 1981). Perilaku kerja secara signifikan mengurangi
masalah kualitas audit selama proses audit (Herrbach, 2001). Perilaku tersebut bersifat
disfungsional yang secara langsung dapat menurunkan kualitas audit dan disebut sebagai
perilaku kualitas audit yang berkurang (Donnelly et al., 2003; Coram et al., 2008;
Anugerah et al., 2016). Perilaku kualitas audit yang berkurang didefinisikan sebagai
perilaku auditor selama perjanjian kontrak yang mengurangi keefektifan bukti yang
dikumpulkan, seperti prosedur audit yang prematur, menerima penjelasan klien yang
lemah, penelaahan dangkal atas dokumen klien dan mengganti prosedur audit (Malone dan
Roberts, 1996; Herrbach, 2001; Khalil dan Nehme, 2021; Annelin, 2022). Nehme dkk.
(2021) menemukan bahwa auditor di perusahaan Big 4 di Inggris melakukan perilaku
mengurangi kualitas audit dengan melakukan premature sign-off. Annelin (2022)
menyelidiki bahwa auditor di perusahaan Big 4 di Swedia meningkatkan perilaku
pengurangan kualitas audit dengan melakukan penandatanganan prematur atas langkah
audit dan menerima penjelasan klien yang lemah. Amiruddin (2019) membuktikan bahwa
auditor KAP Big 4 di Indonesia melakukan perilaku kualitas audit yang berkurang seolah-
olah terlalu bergantung pada hasil kerja klien.
Perilaku penurunan kualitas audit telah diselidiki dari berbagai perspektif dan literatur:
intensitas moral (Coram et al., 2008), karakteristik kepribadian, kontrol kualitas yang
dirasakan (Malone dan Roberts, 1996), tekanan anggaran waktu (Nehme et al, 2021),
kontrak psikologis, komitmen afektif (Herrbach, 2001), konsekuensi auditor (Pierce dan
Sweeney, 2006), turnover intention, locus of control, komitmen organisasi (Anugerah et
al., 2016), ambiguitas peran (Amiruddin, 2019), dan kesetaraan tim audit (Annelin, 2022).
Penelitian sebelumnya juga telah membahas tentang kemampuan mendeteksi kecurangan:
komitmen profesional, orientasi tujuan, efikasi diri (Rustiarini et al., 2021); pengendalian
diri, kewajiban profesional, pengalaman audit (DeZoort dan Harrison, 2018); rotasi
auditor, independensi auditor, spesialisasi dalam industri dan audit report lag (Khaksar et
al., 2022); kecerdasan emosi (Gaspar et al., 2022); serta pengalaman audit, beban kerja,
skeptisisme profesional (Arifuddin dan Indrijawati, 2020).
Oleh karena itu, penelitian ini berkontribusi dalam menjembatani kesenjangan literatur
dengan mengembangkan model melalui faktor-faktor yang dapat memitigasi perilaku
kualitas audit yang berkurang dan meningkatkan kemampuan untuk mendeteksi
kecurangan. Penelitian ini juga menguji peran perilaku penurunan kualitas audit sebagai
mediasi. Lebih lanjut, penelitian ini berfokus pada auditor internal mengingat auditor
internal merupakan bagian dari struktur organisasi dan memiliki interaksi yang tinggi
dengan auditee. Interaksi antara auditor dan auditee memberikan kontribusi yang sangat
besar dalam penyebaran perilaku negatif yang dapat menurunkan kualitas audit
(Wetmiller, 2022), terutama perilaku auditor internal dalam menerima penjelasan auditee
yang lemah. Penelitian ini juga memberikan kontribusi pada praktik audit internal dengan
menilai implementasi komitmen profesional, komitmen terhadap etika, internal locus of
control dan kecerdasan emosional.
Makalah ini disusun sebagai berikut. Tinjauan literatur dan pengembangan hipotesis Efek dari
disajikan pada Bagian 2. Bagian 3 menyajikan metode penelitian. Bagian 4 melaporkan komitmen
hasil empiris, dan Bagian 5 menyajikan diskusi. Akhirnya, kesimpulan singkat dari
analisis disajikan pada Bagian 6.
profesional

2. Tinjauan literatur dan pengembangan hipotesis


2.1 Teori keagenan
Berdasarkan teori agensi, interaksi antara prinsipal dan agen dapat m e m u n c u l k a n
asimetri informasi (Jensen dan Meckling, 1976). Audit internal dapat membantu prinsipal
mengatasi masalah asimetri informasi dan memonitor aktivitas agen agar lebih efisien
dalam menggunakan biaya. Oleh karena itu, kegiatan audit internal akan menargetkan
pencegahan kecurangan dan kepatuhan terhadap pengendalian internal (Adams, 1994).
Auditor internal harus memahami peran, tanggung jawab, dan tindakan yang berkaitan
dengan pekerjaan dan perilaku apa yang dapat diterima dan tidak dapat diterima untuk
mencapai target (Moeller, 2016).

2.2 Komitmen profesional dan kemampuan untuk mendeteksi penipuan


Komitmen profesional adalah keinginan individu untuk mengidentifikasi,
mempertahankan, dan menjalankan bisnis atas nama profesi (Meyer dan Allen, 1991;
Smith dan Hall, 2008). Penelitian-penelitian sebelumnya telah membahas pengaruh positif
dari komitmen profesional terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan. DeZoort dan
Harrison (2018) membuktikan bahwa auditor internal merasa berkomitmen terhadap
profesinya dan bertanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan,
penyelewengan aset, dan korupsi. Lebih lanjut, komitmen profesional meningkatkan rasa
tanggung jawab untuk mendeteksi risiko pencucian uang sehingga manajemen dapat
mengelola risiko tersebut dengan baik (Mohd-Sanusi et al., 2022). Auditor harus waspada
dalam menjalankan tanggung jawabnya dalam mendeteksi kecurangan karena auditor
berusaha untuk melindungi dan menjaga reputasinya (Alleyne et al., 2010). Berdasarkan
pembahasan di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H1. Komitmen profesional berpengaruh positif terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan.

2.3 Komitmen terhadap etika dan kemampuan untuk mendeteksi kecurangan


Komitmen terhadap etika sangat penting dalam membentuk kemampuan mendeteksi
kecurangan (Hassink et al., 2010). Beberapa penelitian telah memberikan bukti bahwa
komitmen terhadap etika dapat meningkatkan kemampuan auditor dalam mendeteksi
kecurangan. Komitmen terhadap penerapan etika akan meningkatkan sikap skeptis dalam
menilai kewajaran laporan keuangan, sehingga auditor mampu mendeteksi kecurangan
(Verwey dan Asare, 2022). Pertimbangan etika mendukung seseorang untuk
mengungkapkan kecurangan, hal ini diperkuat dengan adanya tanggung jawab pribadi, dan
auditor yang bekerja di organisasi dengan iklim yang beretika tinggi akan mampu
mendeteksi kecurangan (Dammak et al., 2022). Lebih lanjut, Ferdiansah dkk. (2022)
menyatakan bahwa seseorang yang berkomitmen terhadap etika akan mengurangi
kesalahan dalam pelaporan. Integritas sebagai bagian dari komitmen etika berpengaruh
positif terhadap pendeteksian dan pencegahan kecurangan (Rifai dan Mardijuwono, 2020).
Oleh karena itu, hipotesis berikut diajukan:
H2. Komitmen terhadap etika berpengaruh positif terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan.

2.4 Lokus kendali internal dan kemampuan untuk mendeteksi kecurangan


Seseorang dengan locus of control internal akan mengaitkan hasil dengan usaha dan
percaya bahwa kejadian berada di bawah kendali mereka dan tidak ada faktor keberuntungan
(Rotter, 1966). Oyerogba (2021) menemukan bahwa seseorang dengan internal locus of
control akan memiliki rasa tanggung jawab terhadap perilakunya karena percaya bahwa
kejadian dalam hidupnya berada di bawah kendalinya.
JIABR DeZoort dan Harrison (2018) menyatakan bahwa auditor dengan personal control yang
diukur dengan internal locus of control berpengaruh positif terhadap kemampuan
mendeteksi kecurangan karena dianggap bertanggung jawab untuk mendeteksi
kecurangan. Lebih lanjut, auditor dengan locus of control internal akan memiliki tingkat
profesional yang tinggi karena percaya dan bertanggung jawab atas pilihan yang baik dan
benar (Suyono dan Farooque, 2019). Akibatnya, hipotesis berikut diwakili:

H3. Locus of control internal berpengaruh positif terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan.

2.5 Kecerdasan emosional dan kemampuan untuk mendeteksi penipuan


Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengekspresikan, menggunakan,
memahami, dan mengatur emosi (Gaspar et al., 2022). Penelitian yang dilakukan oleh
Clements (2020) membuktikan bahwa salah satu tipe kepribadian auditor yang sesuai saat
mendeteksi kecurangan adalah mampu mengendalikan emosi. Kecerdasan emosional
dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengendalian internal. Efektivitas dan
efisiensi pengendalian internal dapat mendukung keberhasilan dalam mendeteksi
kecurangan (Abdo et al., 2022). Selain itu, Gaspar dkk. (2022) menemukan pengaruh
kecerdasan emosional terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan, dan hal tersebut
berkaitan dengan mendeteksi informasi kecurangan. Warren dan Schweitzer (2018)
menemukan bahwa pengalaman, budaya, kecerdasan emosional, keterampilan sosial, dan
keterampilan teknis merupakan faktor penting dalam mendeteksi kecurangan di industri
asuransi. Berdasarkan literatur tersebut, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

H4. Kecerdasan emosional secara positif mempengaruhi kemampuan untuk mendeteksi


kecurangan.

2.6 Komitmen profesional dan penurunan perilaku kualitas audit


Komitmen profesional merupakan kekuatan yang memotivasi perilaku (Smith dan Hall,
2008). Beberapa penelitian menyatakan bahwa auditor dengan komitmen profesional yang
rendah, miskonsepsi, kurangnya pengetahuan teknis dan ketidaksukaan terhadap tugas-
tugas spesifik tentang tanggung jawab profesional merupakan alasan yang relevan di balik
perilaku disfungsional, terutama perilaku kualitas audit yang menurun (Lord dan DeZoort,
2001). Mereka lebih mementingkan kepentingan auditee daripada kepatuhan dan tanggung
jawab yang terkait dengan profesi (Lord dan DeZoort, 2001).
Secara empiris, beberapa peneliti melaporkan dampak negatif dari komitmen
profesional terhadap penurunan perilaku kualitas audit (Lord dan DeZoort, 2001; Yuen et
al., 2013). Komitmen profesional yang tinggi membantu auditor untuk berperilaku dengan
cara yang diharapkan oleh publik, sementara sikap yang bertentangan dengan hal tersebut
dapat menyebabkan kerusakan dan menghancurkan profesionalisme mereka (Lord dan
DeZoort, 2001; Yuen et al., 2013). Pernyataan berikut ini dapat dihipotesiskan:

H5. Komitmen profesional berpengaruh negatif terhadap penurunan perilaku kualitas audit.

2.7 Komitmen terhadap etika dan perilaku kualitas audit yang berkurang
Secara umum, auditor yang berkomitmen untuk menerapkan etika dapat memitigasi
perilaku kualitas audit yang berkurang (Sweeney et al., 2013). Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa komitmen terhadap etika memiliki dampak negatif terhadap
penurunan perilaku kualitas audit (Lou et al., 2018; Alias et al., 2019). Perilaku kualitas
audit yang berkurang dapat mengurangi kualitas pekerjaan audit dan membuat opini audit
yang tidak tepat; perilaku ini tidak etis (Coram et al., 2008). Komitmen yang tinggi terhadap
etika, seperti integritas, objektivitas, profesionalisme, dan kompetensi, membuat auditor
lebih memperhatikan dan mengendalikan perilaku tidak etis selama proses audit (Alias et
al., 2019). Oleh karena itu, diajukan hipotesis sebagai berikut:
kecerdasan
H6. Komitmen terhadap etika berpengaruh negatif terhadap penurunan perilaku emosional
kualitas audit. dapat
memitigasi
2.8 Locus of control internal dan penurunan perilaku kualitas audit perilaku
kualitas
Locus of control memiliki pengaruh penting terhadap perilaku kerja (Hellriegel dan
audit yang
Slocum, 2011). Auditor dengan locus of control internal akan menganggapnya sebagai
berkurang.
tantangan, dan merupakan tanggung jawab mereka untuk mengikuti tahapan audit yang
Jika auditor
sesuai (Anugerah et al., 2016). Tahapan-tahapan ini menghindari auditor internal dari
internal
perilaku mengurangi kualitas audit (Donnelly et al., 2003; Coram et al., 2008). Penelitian
dapat
sebelumnya memberikan bukti empiris bahwa locus of control internal berpengaruh
mengurangi
negatif terhadap penurunan perilaku kualitas audit, sedangkan locus of control eksternal
perilaku
berpengaruh positif terhadap penurunan perilaku kualitas audit (Anugerah et al., 2016;
kualitas
Donnelly et al., 2003). Oleh karena itu, hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
audit yang
H7. Locus of control internal berpengaruh negatif terhadap perilaku penurunan kualitas berkurang
audit. (misalnya
prosedur
audit yang
2.9 Kecerdasan emosional dan penurunan perilaku kualitas audit Kecerdasan emosional terlalu dini,
yang tinggi mematuhi kode etik profesi (Suyono dan Farooque, 2019). Auditor yang menerima
menerapkan etika profesi secara efektif menghindari perilaku kualitas audit yang penjelasan
berkurang (Lou et al., 2018). Smith dan Emerson (2017) secara empiris menemukan klien yang
bahwa auditor dengan pengendalian diri yang tinggi dalam mengatasi kelemahan lemah,
emosional cenderung memiliki perilaku penurunan kualitas audit yang rendah. Lebih penelaahan
lanjut, seseorang dengan kecerdasan emosional yang tinggi akan memiliki perilaku kerja yang
kontraproduktif yang rendah; negatif dalam bekerja sama dengan perilaku kualitas audit dangkal atas
yang berkurang (Kundi dan Badar, 2021). Berdasarkan pembahasan t e r s e b u t , kami dokumen
mengembangkan hipotesis sebagai berikut: klien dan
mengganti
H8. Kecerdasan emosional berpengaruh negatif terhadap perilaku penurunan kualitas audit
audit.

2.10 Berkurangnya perilaku kualitas audit dan kemampuan untuk mendeteksi kecurangan
Kemampuan untuk mendeteksi pelanggaran tergantung pada perilaku mereka selama
proses audit (DeAngelo, 1981). Auditor merasa tidak terganggu ketika mengambil
tindakan untuk mengurangi kualitas audit. Menyiratkan bahwa kualitas kontrol perusahaan
dan prosedur review memerlukan review yang ketat (Coram et al., 2008). Selain kualitas
kontrol dan review prosedur audit, seorang auditor internal harus mengurangi kepercayaan
yang berlebihan terhadap auditee karena merupakan faktor kegagalan dalam mendeteksi
kecurangan (Moeller, 2016). Kepercayaan dan intensitas pertemuan yang tinggi dengan
auditee dapat menyebabkan berkurangnya perilaku kualitas audit, salah satunya adalah
menerima penjelasan auditee yang lemah (Herrbach, 2001; Coram et al., 2008; Moeller,
2016).
Beberapa penelitian sebelumnya telah membuktikan secara empiris bahwa perilaku
kualitas audit yang menurun memiliki pengaruh negatif terhadap kemampuan mendeteksi
kecurangan, kualitas audit, reputasi dan efektivitas organisasi (Umar et al., 2017; Pierce dan
Sweeney, 2006). Oleh karena itu, hipotesis berikut diajukan:

H9. Perilaku kualitas audit yang berkurang berpengaruh negatif terhadap kemampuan
mendeteksi kecurangan.

2.11 Peran mediasi dari perilaku penurunan kualitas audit


Komitmen profesional yang tinggi, komitmen terhadap etika, locus of control internal dan
Efek dari komitmen profesional
JIABR prosedur) maka kemampuan untuk mendeteksi kecurangan akan meningkat. Pernyataan
tersebut dibuat dengan mempertimbangkan beberapa konsep teoritis.
Pertama, auditor dengan komitmen profesional yang tinggi akan menerapkan prosedur
audit yang efektif untuk mendapatkan kualitas audit dan meningkatkan reputasi mereka;
oleh karena itu, auditor akan menghindari perilaku kualitas audit yang berkurang (Pierce
dan Sweeney, 2006). Kedua, etika dan pelatihan auditor berpengaruh positif terhadap
pelaporan klien yang tidak sesuai dengan peraturan (Liu dan Ren, 2017). Auditor dengan
komitmen yang tinggi terhadap etika dapat menurunkan penurunan kualitas audit
perilaku (Sweeney et al., 2013; Lou et al., 2018). Jika perilaku kualitas audit yang
berkurang rendah, maka kemampuan untuk mendeteksi kecurangan akan meningkat (Umar
et al., 2017). Ketiga, locus of control internal yang tinggi akan meningkatkan iklim etika
yang lebih baik, yang selanjutnya meningkatkan kepuasan kerja dan menciptakan
komitmen terhadap organisasi (Domino et al., 2015). Seseorang yang memiliki komitmen
yang tinggi terhadap organisasi akan terhindar dari perilaku kualitas audit yang berkurang
(Anugerah et al., 2016). Integritas auditor dan komitmen organisasi berpengaruh positif
terhadap pendeteksian kecurangan (Rifai dan Mardijuwono, 2020). Keempat, Nasir dkk.
(2022) menemukan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap kinerja.
Auditor dengan kinerja yang tinggi akan menghindari perilaku kualitas audit yang
berkurang dan meningkatkan kemampuannya dalam mendeteksi kecurangan (Nehme,
2017). Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H10. Perilaku kualitas audit yang berkurang memediasi hubungan antara (a) komitmen
profesional, (b) komitmen terhadap etika, (c) locus of control internal, (d)
kecerdasan emosional dan kemampuan mendeteksi kecurangan.

3. Metode penelitian
3.1 Metode pengambilan sampel
Penelitian ini dilakukan pada auditor internal di unit pengendalian internal di perguruan
tinggi Islam negeri di Indonesia. Auditor internal di unit pengendalian internal di
perguruan tinggi Islam berdiri di atas fondasi Islam yang kuat. Keyakinan agama dapat
meningkatkan penerapan etika (Taghavi dan Segalla, 2023). Auditor yang bekerja di
organisasi dengan iklim etika yang tinggi akan mampu mendeteksi kecurangan dan
memitigasi perilaku penurunan kualitas audit (Dammak et al., 2022; Sweeney et al.,
2013). Populasi penelitian ini adalah 205 auditor internal yang terlibat dalam satuan
pengawasan internal di perguruan tinggi keagamaan Islam negeri di Indonesia. Penelitian
ini menggunakan informasi dari forum satuan pengawasan internal di perguruan tinggi
keagamaan Islam negeri di Indonesia untuk mencari alamat dan nomor telepon auditor
internal dan informasi lainnya. Forum satuan pengawasan internal merupakan
perkumpulan para auditor internal pada satuan pengawasan internal di perguruan tinggi
keagamaan Islam negeri di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan pengambilan sampel acak sederhana untuk
mengembangkan kerangka sampel dan fungsi Microsoft excel = rand () untuk mengacak
sampel. Ukuran sampel minimum berdasarkan kompleksitas model disarankan oleh Hair
dkk. (2014): "Ukuran sampel minimum 150: Model dengan tujuh konstruk atau kurang."
Model penelitian ini memiliki enam konstruk (Gambar 1). Namun demikian, mengingat
masalah yang tidak responsif, distribusi kuesioner meningkat 30% dari ukuran sampel
minimum. Oleh karena itu, jumlah total kuesioner yang didistribusikan adalah 195
kuesioner. Penyebaran kuesioner dilakukan pada tahun 2020 melalui pos. Hasilnya, 188
(96,41%) kuesioner yang terkumpul valid. Tabel 1 menyajikan demografi responden.
Analisis ini menggunakan pemodelan persamaan struktural melalui Perangkat Lunak
Lisrel. Model pengukuran formatif, seperti variabel kemampuan mendeteksi kecurangan,
disederhanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip analisis komponen (Jöreskog et al.,
2016). Gambar 1 menunjukkan model penelitian
Efek dari
komitmen
profesional

Gambar 1.
Model-model penelitian

Item Auditor internal di unit pengendalian internal %

Jenis Kelamin
Laki-laki 115 61.17
Perempuan 73 38.83
Total 188 100.00
Pendidikan
Diploma 1 0.54
Sarjana 37 19.68
Guru 117 62.23
Doktor 33 17.55
Total 188 100.00
Sertifikasi profesional
CA (Akuntan Chartered) 14 7.45
QIA (Qualified Internal Auditor) 11 5.85
CPA (Akuntan Publik Bersertifikat) 3 1.60
Lainnya 7 3.72
Tidak ada sertifikasi profesional 153 81.38
Total 188 100.00
Pengalaman
<3 tahun 76 40.43
3-5 tahun 92 48.94
> 5 tahun 20 10.63
Total 188 100.00 Tabel 1.
Demografis
Sumber: Karya penulis responden
JIABR yang menjelaskan pengaruh PC, CE, ILoC dan EI terhadap RAQB dan ADF. Selain itu,
RAQB juga berperan sebagai mediasi.

3.2 Pengukuran
Pengukuran diadopsi dari penelitian sebelumnya. Kuesioner menggunakan skala Likert 1-
5. Skala 1 untuk Tidak Pernah, skala 2 untuk Jarang, skala 3 untuk Kadang-kadang, skala 4
untuk Sangat Sering dan skala 5 untuk Selalu (Malone dan Roberts, 1996), dan
pengukurannya disajikan pada Tabel 2.

4. Hasil empiris
4.1 Hasil dari pemodelan persamaan struktural
4.1.1 Menganalisis hasil estimasi awal. Hasil estimasi awal dianalisis dengan melihat
nilai t-values > 1.96 dan loading factor ≥ 0.50 (Igbaria et al., 1997). Penelitian ini
memiliki respesifikasi model; semua variabel yang diamati dari model pengukuran
reflektif dengan loading factor < 0,50 dan nilai t-value kurang dari 1,96 akan dihapus.
4.1.2 Verifikasi model secara keseluruhan. Verifikasi model secara keseluruhan adalah
cocok. Chi-square yang dinormalkan (X2/ df) = 1,768, indeks goodness-of-fit = 0,870,
indeks kecocokan komparatif = 0,960, indeks Tucker-Lewis/indeks kecocokan tidak
dinormalkan = 0,950, dan root mean square kesalahan perkiraan = 0,064. Dengan
demikian, model penelitian diterima.
4.1.3 Verifikasi model pengukuran. Verifikasi model pengukuran untuk model
pengukuran reflektif menggunakan reliabilitas konstruk (CR) dan average variance
extracted (AVE). CR dari semua variabel adalah ≥0.70, dan AVE ≥0.50. Hasil ini
menunjukkan bahwa instrumen valid dan reliabel (Tabel 3).
4.1.4 Verifikasi model struktural. Hasil verifikasi model struktural dan hubungannya
dengan hipotesis penelitian ditunjukkan pada Tabel 4.
Berdasarkan hasil verifikasi model struktural, pengaruh langsung komitmen profesional
(PC) terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan (ADF) berpengaruh positif (estimasi =
0.38, t-values = 2.21 > 1.96). Kecerdasan emosional (EI) berpengaruh positif terhadap
kemampuan mendeteksi kecurangan (ADF) (estimasi = 0.63, nilai-t = 2.44 > 1.96).
Komitmen terhadap etika (CE) berpengaruh negatif terhadap penurunan perilaku kualitas
audit (RAQB) [estimasi = -0.31, nilai-t = absolut (2.48) > 1.96]. EI berpengaruh negatif
terhadap RAQB [estimasi = -0.50, nilai-t = absolut (2.07) > 1.96]. Oleh karena itu, H1,
H4, H6 dan H8 didukung.
Selanjutnya, berdasarkan uji Sobel, Tabel 5 menunjukkan bahwa besarnya pengaruh
tidak langsung CE terhadap ADF melalui RAQB adalah sebesar 0.0031 (-0.31 × -0.01),
nilai Z
2.51 > 1.96. Besarnya pengaruh tidak langsung EI terhadap ADF melalui RAQB adalah
0.0050 (-0.50 × -0.01). Nilai Z adalah 2,04 > 1,96. Terdapat pengaruh tidak langsung CE
dan EI terhadap ADF melalui RAQB, H10b dan H10d didukung.

5. Diskusi
Penelitian ini membuktikan bahwa komitmen profesional yang tinggi berpengaruh positif
terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan. Hasil ini mendukung bukti empiris dari
temuan sebelumnya (DeZoort dan Harrison, 2018; Mohd-Sanusi et al., 2022; Alleyne et
al., 2010). Komitmen profesional menggambarkan komitmen mereka terhadap pekerjaan
tertentu yang menjadi ciri pengetahuan mereka, dan komitmen profesional yang tinggi
menunjukkan peningkatan komitmen terhadap organisasi (Ameer et al., 2022). Oleh karena
itu, ketika mereka memiliki komitmen profesional yang tinggi, mereka merasa bertanggung
jawab dan dapat mendeteksi kecurangan (DeZoort dan Harrison, 2018).
Komitmen terhadap etika tidak berpengaruh positif terhadap kemampuan mendeteksi
kecurangan. Penelitian ini tidak dapat mengkonfirmasi penelitian sebelumnya (Dammak et
al., 2022; Ferdiansah et al., 2022;
Membangun DimensiVariabel yang diamati Referensi

Komitmen Komitmen profesional (1) Identifikasi profesionalMeyer dan Allen


profesional (PC) yang afektif (1991), Smith dan Hall (2008)
(2) Keterlibatan dalam profesi
Komitmen profesional (1) Mempertahankan keanggotaan dalam profesi
yang berkelanjutan
(2) Pertimbangan biaya saat meninggalkan profesi
Komitmen profesional (1) Tugas dan tanggung jawab profesional
normatif
(2) Upaya atas nama profesional
Komitmen (1) Integritas Pemerintah Indonesia
terhadap etika Kode Etik Auditor Internal
(CE)
(2) Objektivitas Komite Etika Perilaku
(3) Kerahasiaan (2018)
(4) Kompetensi
(5) Akuntabel
(6) Profesional
Lokus kendali (1) Individu cenderung mengaitkan hasil dengan usaha Hellriegel dan Slocum (2011),
internal (ILoC) Rotter (1966)
(2) Individu yang bergantung pada peristiwa itu berada di bawah kendali mereka
(3) Individu percaya bahwa tidak ada faktor keberuntungan
Emosional (1) Kesadaran diri yang tinggi Hellriegel dan Slocum (2011),
kecerdasan (EI) (2) Empati sosial yang Goleman (1998)
tinggi
(3) Motivasi diri yang
tinggi
(4) Keterampilan sosial
yang tinggi
Perilaku kualitas (1) Kegagalan untuk mengejar bukti Coram dkk. (2008)
audit yang
berkurang
(RAQB) (2) Gagal menguji semua bukti dalam sampel
(3) Gagal meneliti masalah teknis
(4) Menerima penjelasan auditee yang lemah
(5) Penandatanganan yang salah untuk tahap audit
(6) Pemeriksaan dangkal atas dokumen-dokumen auditee
(7) Penggunaan item yang janggal dari sampel
(Lanjutan)

profesiona
komitmen
Efek d
Penguk
kons

Tabe
JIABR
Tabel 2.

Membangun Dimensi Variabel yang diamati Referensi

Kemampuan Memiliki kompetensi (1) Memiliki pendidikan formal Moeller (2016), Standar
untuk auditor internal Audit Intern Pemerintah
mendeteksi Indonesia (2013)
kecurangan (2) Mengetahui deteksi penipuan
(ADF) (3) Memiliki pengalaman dalam deteksi penipuan
(4) Memiliki pengalaman dalam deteksi penipuan
Melibatkan motivasi kecurangan(1) Memahami pengaruhnya terhadap tekanan
(2) Memahami pengaruhnya terhadap peluang
(3) Memahami pengaruhnya terhadap faktor rasionalisasi tindakan
Gejala-gejala penipuan (1) Memahami gejalanya dalam laporan keuangan Singleton dan Singleton (2010)
(2) Memahami gejalanya dalam penyalahgunaan aset
(3) Memahami gejala-gejala korupsi
Skeptisisme profesional (1) Mempertanyakan pikiran Hurtt (2010)
(2) Penangguhan penilaian
(3) Mencari pengetahuan

Sumber: Karya-karya penulis


Rifai dan Mardijuwono, 2020). Hal tersebut dapat menyebabkan seorang auditor yang Efek dari
berpengalaman akan lebih tanggap dalam mendeteksi kecurangan. Auditor yang komitmen
berpengalaman akan dengan mudah menemukan kekeliruan karena memiliki pengetahuan
dan keahlian ketika melakukan banyak jenis audit. Auditor dengan pengalaman yang
profesional
tinggi memiliki pemikiran yang kritis dan berusaha mencari bukti dengan pengetahuan
yang dimilikinya, sehingga tepat dalam mengambil keputusan, dan akan meningkatkan
kemampuan dalam mendeteksi kecurangan. Pengalaman berpengaruh positif terhadap
kemampuan mendeteksi kecurangan (Suyono dan Farooque, 2019).
Penelitian ini tidak dapat memberikan bukti bahwa internal locus of control
berpengaruh positif terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan. Hasil penelitian ini
tidak memperkuat bukti empiris sebelumnya (DeZoort dan Harrison, 2018; Domino et al.,
2015; Oyerogba, 2021; Suyono dan Farooque, 2019). Namun, seseorang dengan locus of
control internal cenderung aktif, rajin, ulet, mandiri, dan tahan terhadap pengaruh sosial
(Rotter, 1966). Auditor internal juga harus mengembangkan pengetahuan, keterampilan,
penulisan laporan, pemikiran kritis dan

Membangun CR AVE
Komitmen profesional (PC) 0.861 0.611
Komitmen terhadap etika (CE) 0.818 0.665
Lokus kendali internal (ILoC) 0.706 0.546
Kecerdasan Emosional (EI) 0.769 0.528
Perilaku kualitas audit yang berkurang (RAQB) 0.897 0.558 Tabel 3.
Model pengukuran
Sumber: Karya penulis verifikasi

Hipotesis Path Estimasi nilai-t Kesimpulan


H1 PC → ADF 0.38 2.21 Diterima
H2 CE →ADF 0.04 0.35 Ditolak
H3 ILoC →ADF -0.23 -1.09 Ditolak
H4 EI → ADF 0.63 2.44 Diterima
H5 PC → RAQB 0.25 1.47 Ditolak
H6 CE → RAQB -0.31 -2.48 Diterima
H7 ILoC → RAQB -0.11 0.67 Ditolak
EI → RAQB -0.50 -2.07
Tabel 4.
H8 Diterima
H9 RAQB → ADF -0.01 0.10 Ditolak Verifikasi model
struktural
(langsung
Sumber: Karya penulis efek)

Hipotesis Path Estimasi nilai-t Kesimpula


n
H10a PC → RAQB → ADF -0.0025 -1.45 Ditolak Tabel 5.
H10b CE → RAQB → ADF 0.0031 2.51 Diterima Verifikasi model
H10c ILoC → RAQB → ADF -0.0011 -0.69 Ditolak struktural (tidak
H10d
Sumber: EI → RAQB → ADF
Karya penulis 0.0050 2.04 Diterima langsung
efek)
JIABR sikap komunikasi dan pengalaman untuk meningkatkan kualitas, kompetensi, dan kinerja
auditor (Ab Wahid dan Tan, 2022). Penelitian ini mengkonfirmasi penelitian sebelumnya
(Arifuddin dan Indrijawati, 2020) bahwa tipe kepribadian tidak berpengaruh terhadap
kemampuan mendeteksi kecurangan.
Kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap kemampuan mendeteksi
kecurangan. Penelitian ini telah mengkonfirmasi penelitian sebelumnya (Clements, 2020;
Abdo et al., 2022; Aren dan Nayman Hamamci, 2022; Gaspar et al., 2022; Warren dan
Schweitzer, 2018). Auditor internal dengan kecerdasan emosional yang tinggi cenderung
tenang, percaya diri dan dapat mengendalikan emosinya
saat bekerja. Kondisi ini membuat auditor percaya bahwa mereka dapat mendeteksi
kecurangan dan memiliki keyakinan untuk menemukan bukti-bukti yang relevan. Auditor
internal dengan karakter percaya diri, memiliki naluri untuk menyeimbangkan suasana dan
peka terhadap perilaku manusia mampu mendukung kemampuannya dalam mendeteksi
kecurangan (Singleton dan Singleton, 2010).
Penelitian ini memberikan temuan yang menarik bahwa komitmen profesional tidak
berpengaruh negatif terhadap penurunan perilaku kualitas audit. Hal ini mungkin
disebabkan oleh kompleksitas pekerjaan yang tinggi. Adanya beberapa audit yang
dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan, Inspektorat Jenderal Kementerian Agama dan
Kantor Akuntan Publik secara bersamaan meningkatkan kompleksitas pekerjaan audit.
Kompleksitas pekerjaan yang tinggi dengan waktu yang terbatas cenderung menyebabkan
auditor memiliki perilaku kualitas audit yang berkurang, seperti premature sign-off dalam
langkah-langkah audit (Nehme et al., 2021; Amiruddin, 2019; Yuen et al., 2013).
Penelitian ini tidak dapat mengkonfirmasi pernyataan sebelumnya (Lord dan DeZoort,
2001; Meyer dan Allen, 1991). Namun, penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya
(Malone dan Roberts, 1996; Herrbach, 2001).
Penelitian ini membuktikan bahwa komitmen yang tinggi terhadap etika berpengaruh
negatif terhadap penurunan perilaku kualitas audit. Hasil ini mendukung bukti empiris dari
temuan sebelumnya (Lou et al., 2018; Alias et al., 2019). Komitmen yang tinggi terhadap
etika dapat mengurangi perilaku kualitas audit yang berkurang. Mereka menegakkan
prinsip-prinsip etika seperti integritas, objektivitas, kerahasiaan, kompetensi, akuntabilitas,
dan profesionalisme. Komitmen yang tinggi terhadap etika dapat mengendalikan perilaku
tidak etis dalam proses audit (Alias et al., 2019).
Temuan yang menarik adalah bahwa locus of control internal tidak memiliki efek
negatif pada perilaku kualitas audit yang berkurang. Hal ini disebabkan oleh lemahnya
kesadaran di tempat kerja dan tekanan kepemimpinan yang tinggi (Herda et al., 2019; Lou
et al., 2018). Lebih lanjut, dalam penelitian ini, auditor internal tidak dapat mengontrol
keputusan pimpinan, seperti waktu penugasan dan anggaran audit. Waktu penugasan yang
singkat dan anggaran yang terbatas membuat auditor internal tertekan dan terbatas untuk
mengejar bukti audit dan menerima penjelasan auditee yang lemah. Hal ini membuat
auditor melakukan perilaku penurunan kualitas audit (Malone dan Roberts, 1996; Nehme
et al.) Secara empiris, penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya (Malone dan
Roberts, 1996) dan tidak mendukung penelitian sebelumnya (Anugerah et al., 2016;
Donnelly et al., 2003).
Penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional yang tinggi berpengaruh
positif terhadap penurunan perilaku kualitas audit. Penelitian ini mendukung pandangan
Suyono dan Farooque (2019) dan Smith dan Emerson (2017). Seseorang dengan
kecerdasan emosional yang tinggi cenderung tenang, percaya diri, dan tahan terhadap stres
(Hellriegel dan Slocum, 2011). Oleh karena itu, auditor internal membutuhkan kecerdasan
emosional yang tinggi untuk melakukan audit dengan baik dan berusaha secara optimal
untuk mendapatkan bukti audit yang relevan. Selain itu, mereka akan terhindar dari
perilaku penurunan kualitas audit.
Penelitian ini menemukan bukti empiris bahwa perilaku kualitas audit yang berkurang
tidak berpengaruh negatif terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan.
Hal ini mungkin disebabkan oleh lemahnya kontrol kualitas atas perilaku kualitas audit
yang berkurang. Dengan demikian, kecurangan yang terjadi tidak akan terdeteksi (Pierce
dan Sweeney, 2006). Pengamatan dan pemantauan merupakan kontrol yang cukup efektif
dalam meminimalisir perilaku penurunan kualitas audit (Antony et al., 2014; Donnelly et
al., 2003). Lemahnya pengamatan dan pemantauan terhadap perilaku penurunan kualitas
audit dapat mempengaruhi
kemampuan untuk mendeteksi kecurangan (Coram et al., 2008). Penelitian ini tidak dapat Efek dari
mengkonfirmasi dan mendukung teori dan penelitian sebelumnya (DeAngelo, 1981; Umar komitmen
et al., 2017).
Akhirnya, temuan ini menunjukkan bahwa perilaku kualitas audit yang berkurang
profesional
memediasi hubungan antara komitmen terhadap etika dan kemampuan mendeteksi
kecurangan. Perilaku kualitas audit yang berkurang memediasi hubungan antara
kecerdasan emosional dan kemampuan mendeteksi kecurangan tetapi tidak memediasi
pengaruh komitmen profesional dan internal locus of control terhadap kemampuan
mendeteksi kecurangan. Hasil ini tidak mendukung pendapat Anugerah dkk. (2016)
dan Donnelly dkk. (2003). Hal ini mungkin disebabkan karena auditor internal memiliki pengetahuan, pelatihan,

pengalaman dan kompetensi yang lebih cepat dan akurat dalam mendeteksi kecurangan
dan mereka juga tidak melakukan perilaku kualitas audit yang berkurang (Warren dan
Schweitzer, 2018; Kaur et al., 2023; Alias et al., 2019).

6. Kesimpulan
Penelitian ini mengkonfirmasi bahwa komitmen profesional tidak berpengaruh negatif
terhadap penurunan perilaku kualitas audit namun berdampak positif terhadap kemampuan
mendeteksi kecurangan. Pimpinan organisasi menjembatani, mensosialisasikan dan
melibatkan auditor internal dalam Asosiasi Auditor Internal Pemerintah Indonesia.
Penelitian ini menemukan bahwa komitmen terhadap etika merupakan hal yang mendasar
dalam memitigasi perilaku penurunan kualitas audit tetapi tidak dapat meningkatkan
kemampuan mendeteksi kecurangan. Etika memandu auditor internal dalam berperilaku
ketika melaksanakan tugas audit. Oleh karena itu, sangat penting adanya kode etik komite
etik pada Asosiasi Auditor Intern Pemerintah untuk mengatur dan mengawasi pelaksanaan
etika profesi. Selain itu, kecerdasan emosional juga menjadi sangat penting dalam
memitigasi perilaku penurunan kualitas audit dan meningkatkan kemampuan mendeteksi
kecurangan. Lebih lanjut, melalui pelatihan ketegasan, institusi pemerintah berperan
dalam kecerdasan emosional dan locus of control internal auditor. Penelitian ini juga
menyoroti esensi dari berkurangnya perilaku kualitas audit dan kemampuan mendeteksi
kecurangan. Mengevaluasi dan mengendalikan perilaku auditor internal di tempat kerja
sangat penting untuk mendeteksi penurunan perilaku kualitas audit. Peninjauan dan
ketepatan dalam menggunakan prosedur dalam program audit juga diperlukan untuk
menghindari perilaku penurunan kualitas audit. Pimpinan organisasi diharapkan dapat
memberikan keahlian audit yang kompeten, seperti pelatihan audit forensik, audit sistem,
pajak dan pengadaan barang dan jasa pemerintah dan informasi manajemen keuangan
pemerintah. Mereka memiliki teknik audit yang baik dan dapat mendeteksi kecurangan
dalam laporan keuangan, penyalahgunaan aset, dan korupsi.
Penelitian ini memiliki kontribusi teoritis dan praktis. Akan tetapi, penelitian ini masih memiliki
Keterbatasan penelitian; penelitian ini hanya mengidentifikasi perilaku penurunan kualitas
audit dari auditor internal di satuan pengawasan internal di perguruan tinggi Islam negeri
di Indonesia (misalnya, menerima penjelasan yang lemah dari auditee dan tidak mengejar
bukti). Penelitian selanjutnya sebaiknya meneliti variabel-variabel yang mempengaruhi
penurunan perilaku kualitas audit, seperti kontrol kualitas, pengamatan dan pemantauan,
karakteristik institusi dan variabel lain untuk meningkatkan kemampuan dalam
mendeteksi kecurangan, seperti keahlian, pengalaman, kompetensi, dan pemikiran kritis.

Referensi
Ab Wahid, R. dan Tan, P.L. (2022), "Persyaratan kompetensi auditor kualitas eksternal QMS:
perspektif dari lembaga sertifikasi terakreditasi di Malaysia", Jurnal Internasional Manajemen
Kualitas dan Keandalan.
JIABR Abdo, M., Feghali, K. dan Zgheib, M.A. (2022), "Peran kecerdasan emosional dan kepribadian
terhadap efektivitas pengendalian internal secara keseluruhan: diterapkan pada perilaku
anggota tim audit internal di perusahaan Lebanon", Asian Journal of Accounting Research, Vol.
7 No. 2, pp. 195-207.
ACFE (2019), "Survei fraud Indonesia 2019", Asosiasi Pemeriksa Fraud Bersertifikat Indonesia.
Adams, M.B. (1994), "Teori keagenan dan audit internal", Managerial Auditing Journal, Vol. 9 No. 8,
hal. 8-12.
Alias, N.F., Nawawi, A. dan Salin, A. (2019), "Kepatuhan auditor internal terhadap kode etik: temuan
empiris dari perusahaan-perusahaan yang terkait dengan pemerintah Malaysia", Journal of
Financial Crime, Vol. 26 No. 1, hal. 179-194.
Alleyne, P., Persaud, N., Alleyne, P., Greenidge, D. dan Sealy, P. (2010), "Persepsi efektivitas prosedur
audit pendeteksian kecurangan dalam siklus persediaan dan pergudangan: bukti tambahan dari
Barbados", Jurnal Audit Manajerial, Vol. 25 No. 6, hal. 553-568.
Ameer, A., Naz, F., Gul Taj, B. dan Ameer, I. (2022), "Dampak sifat kepribadian manajer terhadap
keberhasilan proyek melalui komitmen profesional afektif: peran moderasi sistem kematangan
manajemen proyek organisasi", Journal of Facilities Management, Vol. 20 No. 2, pp. 284-305.
Amiruddin, P.G. (2019), "Efek mediasi stres kerja pada pengaruh tekanan waktu, konflik pekerjaan-
keluarga dan ambiguitas peran terhadap perilaku pengurangan kualitas audit", Jurnal Hukum
dan Manajemen, Vol. 61 No. 2, pp. 434-454.
Annelin, A. (2022), "Kesetaraan tim audit dan perilaku yang mengancam kualitas audit", Jurnal
Audit Manajerial, Vol. 38 No. 2.
Antony, R.N., Govindarajan, V., Hartman, F.G.H. dan Kraus, K. (2014), Management Control Systems,
McGraw Hill Higher Education, New York, NY.
Anugerah, R., Anita, R., Sari, R.N., Abdillah, M.R. dan Iskandar, T.M. (2016), "Analisis perilaku
penurunan kualitas audit: peran intervening turnover intention", Jurnal Ekonomi dan
Manajemen, Vol. 10 No.
Aren, S. dan Nayman Hamamci, H. (2022), "Evaluasi preferensi investasi dengan fantasi, kecerdasan
emosional, keyakinan, kepercayaan, literasi keuangan, dan preferensi risiko", Kybernetes.
Arifuddin, H.S.R. dan Indrijawati, A. (2020), "Pengalaman Auditor, Beban Kerja, Tipe Kepribadian,
dan Skeptisisme Profesional Auditor terhadap Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi
Kecurangan", Talent Development and Excellence, Vol. 12 No. 2, pp. 1878-1890.
Clements, L.H. (2020), "Ciri-ciri kepribadian yang umum dimiliki oleh para pelaku penipuan",
Journal of Financial Crime, Vol. 27 No. 1, hal. 119-129.
Coram, P., Glavovic, A., Ng, J. dan Woodliff, D.R. (2008), "Intensitas moral dari tindakan penurunan
kualitas audit", Auditing: Jurnal Praktik dan Teori, Vol. 27 No. 1, hal. 127-149.
Dammak, S., Mbarek, S. dan Jmal, M. (2022), "Machiavellianisme akuntan Tunisia dan whistleblowing atas
tindakan kecurangan", Jurnal Pelaporan Keuangan dan Akuntansi.
DeAngelo, L.E. (1981), "Ukuran auditor dan kualitas audit", Jurnal Akuntansi dan Ekonomi, Vol. 3
No. 3, hal. 183-199.
DeZoort, F.T. dan Harrison, P.D. (2018), "Memahami rasa tanggung jawab auditor dalam mendeteksi
kecurangan dalam organisasi", Jurnal Etika Bisnis, Vol. 149 No. 4, hal. 857-874.
Domino, M.A., Wingreen, S.C. dan Blanton, J.E. (2015), "Teori kognitif sosial: anteseden dan
dampak dari kecocokan iklim etis terhadap sikap organisasi para profesional akuntansi
perusahaan-sebuah cerminan dari narsisme klien dan risiko sikap kecurangan", Journal of
Business Ethics, Vol. 131 No. 2,
Hal. 453-467.
Donnelly, D.P., Quirin, J.J. dan O'Bryan, D. (2003), "Penerimaan auditor atas perilaku audit
disfungsional: sebuah model penjelasan dengan menggunakan karakteristik pribadi auditor",
Penelitian Perilaku dalam Akuntansi, Vol. 15 No. 1, hal. 87-110.
Ferdiansah, M.I., Chong, V.K., Wang, I.Z. dan Woodliff, D.R. (2022), "Pengaruh pengingat komitmen Efek dari
etika dan timbal balik di tempat kerja terhadap salah lapor", Jurnal Etika Bisnis.
komitmen
Gaspar, J.P., Methasani, R. dan Schweitzer, M.E. (2022), "Kecerdasan emosional dan penipuan:
model teoritis dan proposisi", Jurnal Etika Bisnis, Vol. 177 No. 3, hal. 567-584.
profesional
Goleman, D. (1998), "What makes a leader?", Harvard Business Review, Vol. 76 No. 6, hal. 93-102.
Hair, J.F., Black, W.C., Babin, B.J. dan Anderson, R. (2014), Multivariate Data Analysis, 7th ed
Pearson Prentice Hall, London.
Hassink, H., Meuwissen, R. dan Bollen, L. (2010), "Pendeteksian kecurangan, ganti rugi dan pelaporan oleh auditor" ,
Jurnal Pengauditan Manajerial, Vol. 25 No. 9, hal. 861-881.
Hellriegel, D. dan Slocum, J.W. (2011), Organizational Behavior, 13th ed. South-Western Cengage
Learning, Boston.
Herda, D.N., Cannon, N.H. dan Young, R.F. (2019), "Mindfulness di tempat kerja dan dampaknya terhadap
perilaku yang mengancam kualitas audit staf auditor", Behavioral Research in Accounting, Vol. 31 No.
1,
Hal. 55-64.
Herrbach, O. (2001), "Kualitas audit, perilaku auditor dan kontrak psikologis", European Accounting
Review, Vol. 10 No. 4, pp. 787-802.
Hurtt, R.K. (2010), "Pengembangan skala untuk mengukur skeptisisme profesional", Auditing: Jurnal Praktik
dan Teori, Vol. 29 No. 1, hal. 149-171.
Igbaria, M., Zinatelli, N. dan Cragg, P.A.L.C.M. (1997), "Faktor-faktor yang dapat diterima komputasi pribadi dalam
perusahaan: model persamaan struktural", MIS Quarterly, Vol. 21 No. 3, hal. 279-299.
Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (2013), "Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia",
Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia.
Komite Etika Kode Etik Auditor Intern Pemerintah Indonesia (2018), "Kode Etik Auditor Intern
Pemerintah Indonesia", Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia.
Irmawan, Y., Hudaib, M. dan Haniffa, R. (2013), "Menggali persepsi independensi auditor di
Indonesia", Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis Islam, Vol. 4 No. 2, pp. 173-202.
Jensen, M.C. dan Meckling, W.H. (1976), "Theory of the firm: managerial behavior, agency costs
and ownership structure", Journal of Financial Economics, Vol. 3 No. 4, pp. 305-360.
Jöreskog, K.G., Olsson, U.H. dan Wallentin, F.Y. (2016), Analisis Multivariat dengan Lisrel,
Springer, Cham.
Kaur, B., Sood, K. dan Grima, S. (2023), "Tinjauan sistematis atas akuntansi forensik dan
kontribusinya terhadap deteksi dan pencegahan kecurangan", Journal of Financial Regulation
and Compliance, Vol. 31 No. 1, hal. 60-95.
Khaksar, J., Salehi, M. dan Dashtbayaz, M.L. (2022), "Hubungan antara karakteristik auditor dan
pendeteksian kecurangan", Journal of Facilities Management, Vol. 20 No. 1, hal. 79-101.
Khalil, S. dan Nehme, R. (2021), "Evaluasi kinerja dan sikap auditor junior terhadap perilaku audit:
studi komparatif gender dan budaya", Riset Akuntansi Meditari.
Kundi, Y.M. dan Badar, K. (2021), "Konflik interpersonal dan perilaku kerja kontraproduktif: peran
moderasi kecerdasan emosional dan gender", International Journal of Conflict Management,
Vol. 32 No. 3, pp. 514-534.
Liu, G. dan Ren, H. (2017), "Kepemimpinan tim yang etis dan kemungkinan auditor magang untuk
melaporkan ketidakberesan klien", Journal of Financial Crime, Vol. 24 No. 1, hal. 157-175.
Lord, A.T. dan DeZoort, F.T. (2001), "Dampak dari komitmen dan penalaran moral terhadap respon
auditor terhadap tekanan pengaruh sosial", Accounting, Organizations and Society, Vol. 26
No. 3,
Hal. 215-235.
Lou, Z., Wang, C. dan Zhang, C. (2018), "Komitmen etika auditor pemerintah dan kualitas audit",
Jurnal Elektronik SSRN, pp. 1-24.
JIABR Malone, C.F. dan Roberts, R.W. (1996), "Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian perilaku penurunan
kualitas audit", Auditing: Jurnal Praktik dan Teori, Vol. 15 No. 2, hal. 49-64.
Meyer, J.P. dan Allen, N.J. (1991), "Konseptualisasi tiga komponen dari komitmen organisasi", Human
Resource Management Review, Vol. 1 No. 1, hal. 61-89.
Moeller, R.R. (2016), Brink's Modern Internal Auditing, Eight Edit, Wiley, New Jersey, NJ.
Mohd-Sanusi, Z., Mat-Isa, Y., Ahmad-Bakhtiar, A.H., Mat-Jusoh, Y.H. dan Tarjo, T. (2022), "Efek
interaksi dari komitmen profesional, risiko nasabah, tekanan independen dan penilaian risiko
pencucian uang di kalangan analis bank", Journal of Money Laundering Control, Vol. 25 No.
3,
Hal. 493-510.
Nasir, S.Z., Bamber, D. dan Mahmood, N. (2022), "Sebuah studi persepsi tentang hubungan antara
kecerdasan emosional dan kinerja kerja di antara karyawan sektor pendidikan tinggi di Arab
Saudi", Jurnal Efektivitas Organisasi, Vol. 10 No. 1, hlm. 60-76.
Nehme, R. (2017), "Evaluasi kinerja auditor alat konstruktif atau destruktif terhadap hasil audit",
Managerial Auditing Journal, Vol. 32 No. 2.
Nehme, R., Michael, A. dan Haslam, J. (2021), "Dampak anggaran waktu dan tekanan tenggat waktu
pada perilaku audit: Bukti dari Inggris", Meditari Accountancy Research, Vol. 30 No. 2, hal.
245-266.
Oyerogba, E.O. (2021), "Mekanisme audit forensik dan deteksi kecurangan: kasus sektor publik
Nigeria", Journal of Accounting in Emerging Economies, Vol. 11 No. 5, hal. 752.
Pierce, B. dan Sweeney, B. (2006), "Perceived adverse consequences of quality threatening behaviour in
audit firms", International Journal of Auditing, Vol. 10 No. 1, pp. 19-39.
Rifai, M.H. dan Mardijuwono, A.W. (2020), "Hubungan antara integritas auditor dan komitmen organisasi
terhadap pencegahan kecurangan", Asian Journal of Accounting Research, Vol. 5 No. 2,
Hal. 315-325.
Rotter, J.B. (1966), "Ekspektasi umum untuk kontrol penguatan internal versus eksternal",
Monograf Psikologi: Umum dan Terapan, Vol. 80 No. 1, hlm. 1-28.
Rustiarini, N.W., Yuesti, A. dan Gama, A.W.S. (2021), "Profesi akuntan publik dan tanggung jawab
pendeteksian kecurangan", Jurnal Kejahatan Finansial, Vol. 28 No. 2, hal. 613-627.
Singleton, T.W. dan Singleton, A.J. (2010), Fraud Auditing and Forensic Accounting, 4th ed. John
Wiley and Sons, NJ.
Smith, K.J. dan Emerson, D.J. (2017), "Analisis hubungan antara resiliensi dan penurunan kualitas
audit dalam paradigma role stress", Advances in Accounting, Vol. 37, hlm. 1-14.
Smith, D. dan Hall, M. (2008), "Sebuah pengujian empiris atas model tiga komponen komitmen profesional di
kalangan akuntan publik", Behavioral Research in Accounting, Vol. 20 No. 1,
hal. 75-92.
Suyono, E. dan Farooque, O.A. (2019), "Profesionalisme auditor dan faktor-faktor yang mempengaruhinya:
wawasan dari Indonesia", Journal of Asia Business Studies, Vol. 13 No. 4, hal. 543-558.
Sweeney, B., Pierce, B. dan Arnold, D.F. (2013), "Dampak dari intensitas etika yang dipersepsikan
terhadap perilaku yang mengancam kualitas audit", Accounting and Business Research, Vol. 43
No. 2, hal. 112-137.
Taghavi, S. dan Segalla, M. (2023), "Apakah bekerja adalah sebuah ibadah? Dampak keyakinan
agama implisit terhadap etos kerja dalam budaya sekuler vs budaya religius", Jurnal Etika
Bisnis.
Umar, M., Sitorus, S.M., Surya, R.L., Shauki, E.R. dan Diyanti, V. (2017), "Tekanan, perilaku
disfungsional, pendeteksian kecurangan dan peran teknologi informasi dalam proses audit",
Australasian Accounting, Business and Finance Journal, Vol. 11 No. 4, pp. 102-115.
Verwey, I.G.F. dan Asare, S.K. (2022), "Pengaruh gabungan dari idealisme etis dan skeptisisme sifat
terhadap pendeteksian kecurangan oleh auditor", Jurnal Etika Bisnis, Vol. 176 No. 2, hal. 381-
395.
Warren, D.E. dan Schweitzer, M.E. (2018), "Ketika berbohong tidak membayar: bagaimana para ahli
mendeteksi penipuan asuransi", Journal of Business Ethics, Vol. 150 No. 3, hal. 711-726.
Wetmiller, R.J. (2022), "Efek peniru: apakah pengaruh sosial memungkinkan perilaku audit Efek dari
disfungsional anggota tim sebaya menyebar ke seluruh tim audit?", Journal of Applied
Accounting Research, Vol. 23 No. 2, pp. 362-380. komitmen
Yuen, D.C.Y., Law, P.K.F., Lu, C. dan Guan, J.Q. (2013), "Perilaku audit disfungsional: bukti empiris profesional
tentang perilaku auditor di Macau", International Journal of Accounting and Information
Management, Vol. 21 No. 3, pp. 209-226.

Bacaan lebih lanjut


Aranya, N. dan Ferris, K. (1984), "A reexamination of accountants' organizational-professional
conflict", The Accounting Review, Vol. LIX No. 1, pp. 1-15.
Meyer, J.P., Becker, T.E. dan Vandenberghe, C. (2004), "Komitmen dan motivasi karyawan: analisis
konseptual dan model integratif", Jurnal Psikologi Terapan, Vol. 89 No. 6,
Hal. 991-1007.

Penulis korespondensi
Yulianti Yulianti dapat dihubungi di: yulianti16001@mail.unpad.ac.id

Untuk petunjuk mengenai cara memesan cetak ulang artikel ini, silakan kunjungi situs web kami:
www.emeraldgrouppublishing.com/licensing/reprints.htm
Atau hubungi kami untuk i n f o r m a s i lebih lanjut: permissions@emeraldinsight.com

Anda mungkin juga menyukai