Anda di halaman 1dari 14

‫ةوألا ةلبرعلا ةلللا ةمام ةلاقملا‬

‫)ةلطلا ةأشم يف ةوا ةثر ( ألةلررلاا ةررم‬


‫)ةلحما ( ألةلققةاو‬

‫ةلدلا ةلبرعما ةلللا ةلابضبمما نم ةلبةاوما نم دحق لمكال ةلادملا هذه مدقن‬
‫ةلاماعممر نومابم ‪.‬أ امليج نحاق ‪ :‬ةلاحمضر نعممق‬

‫اأرم ةلنمةلا ةلاماقاا‬


‫)‪Irfan maulana (231210119‬‬
‫)‪Jumrotur resty diana (231210131‬‬
‫)‪Anita Firdaus (231210143‬‬
‫)‪Silvia Ayuninnajah (231210142‬‬

‫ةيمالةلا ةلويدلا ةلررعلا ةسق‬


‫ألةلربللق ةلررعلا ةللا‬
‫عمةرح ةلويح نسح ةقلدم ملطمس ةلحوقةلا ةيمالةلا لمةبا‬
‫‪ / 2023‬ا ‪ 1445‬ه‬
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini kami
membahas tentang “ ‫” ةلحما‬
Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Arab.
Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing BapakMuhammad Gilang
Ardella Mubarok, M.Pd. yang telah memberikan arahan dan masukan yang baik dalam
penyusunan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan teman-
teman yang telah memberikan do‟a, dukungan dan semangat sehingga makalah ini bisa
terselesaikan.
Meskipun telah disusun dengan sebaik-baiknya, penulis menyadari bahwa makalah ini
masih memiliki kekurangan dikarenakan terbatasnya pengetahuan kami, Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar makalah ini dapat
diperbaiki dan ditingkatkan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap pembahasan
ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik dan bermanfaat bagi para pembaca.

Serang, 11 November 2023

Kelompok 12
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................
Latar Belakang ........................................................................................................ 1
Perumusan Rumusan Masalah ................................................................................ 3
Tujuan Masalah ........................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4
A. Terjemahan Teks .......................................................................................... 4
B. Pengertian Haal .............................................................................................
C. Syarat-syarat Haal ........................................................................................ 5
D. Macam-macam Haal .................................................................................. 11
E. Contoh Haal dalam Al-Qur‟an ................................................................... 13
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 16
A. Kesimpulan ................................................................................................ 16
B. Saran .......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sebagai umat Islam, kita dituntut untuk bisa mengkaji dan mempelajari al-Qur‟an dan sunnah,
sebagai dua sumber utama ajaran islam yang harus kita pegang teguh Tentunya, kita tidak
mungkin memahami kedua sumber hukum tersebut kecuali setelah mengetahui kaidah-kaidah
Bahasa Arab, khususnya ilmu nahwu dan ilmu shorof karena keduanya merupakan kunci dalam
mempelajari al-Qur‟an.

Salah satu cabang dari Ilmu Nahwu adalah haal yaitu isim yang beri‟rab Manshu yang
menafsirkan apa-apa yang tersamarkan dari bentuk atau keadaan. Untuk mempermudah
mempelajari Ilmu Nahwu tentang Fiil kami, membuat makalah yang berjudul : ‫عمح ةلحمب‬

2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana pengertian haal ?
2) Apa saja syarat-syarat haal ?
3) Apa saja macam-macam haal ?
4) Bagaimana contoh i‟rab haal ?
3. Tujuan Masalah
1) Untuk mengetahui pengertian haal
2) Untuk mengetahui syarat-syarat haal
3) Untuk mengetahui macam-macam haal
4) Untuk mengetahui contoh haal dalam Al-Qur‟an

ABSTRAK
Dalam ilmu nahwu sorof, "hukum hal" adalah konsep yang digunakan untuk
menggambarkan perubahan dalam bentuk kata kerja dan kata benda yang terjadi
sebagai respons terhadap situasi atau keadaan tertentu. Hukum hal ini berkaitan
dengan perubahan dalam bentuk kata kerja dan kata benda yang terjadi dalam kasus-
kasus khusus, seperti jamak, tunggal, majzum, dan sebagainya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Terjemahan Teks

‫انًذًٕدج‬ ًُ‫ذَ ْغ ِشط‬ ‫ُي ْثرَ ِٓ َج ًح‬ ‫األطفال‬ ‫كُض‬ ‫انفاضهح‬


Akhlak yang baik manHnHM Gembira Anak-anak aHraH Berbudi luhur
ٗ‫قض‬ َّ‫أل‬ ًَ ‫قث‬
‫م‬ ‫صٕسج‬ ‫َفٕسٓى‬ ً‫ساسخح‬
Menghabiskan Karenanya Sebelum Gambar Jiwa Kokoh
mereka
‫ذ‬ٛ‫تانرقه‬ ‫َسهُ ُكٓا‬ٚ ‫ركهى‬ٚ ‫ركهى‬ٚ ‫صُُع‬ ّ‫طفٕنر‬
Dengan meniru Menuruti Berbicara Berbicara dibuat masa mereka

Artimya : Ibu yang berbudi luhur adalah harta yang paling berharga didunia, dan dia yang
membesarkan anak dengan ceria, dan dia yang menanamkan akhlak yang baik atau terpuji dalam
jiwa mereka. Maka anak adalah gambaran ibunya diatas segala sesuatu, karena dia
menghabiskan masa kecilnya ditangannya, dan dia dibuat dari kedua tangan. Dan dari ibu anak
mengambil Bahasa yang dia ucapkan dan adat istiadat yang dia ikuti dengan meniru.

‫ثا‬ٛ‫ط‬ ‫أكث ًُش‬ ً‫ٔادرشاو‬


ِ ‫ا‬ٚ‫انسجا‬ ْ ُ‫ذ‬
ً‫طثَ ُع‬ ‫َشأ‬
Baik Lebih besar Dan hormat rHrHaaar Mencetak Tumbuh menjadi besar
ٙ‫ف‬ ‫هح‬ٛ‫انفض‬ ِ‫ْز‬ ‫نرشسخ‬ ّ‫ٔ َشجَّعر‬ ْ َُّ‫َد‬
ً‫د‬
Di Kebijakan Ini Untuk memotivasi Menyayanginya
menanamkan
‫ال‬ٚ‫تذ‬ ٙ‫َ ْثرَ ِغ‬ٚ ً‫شعاسا‬ ‫شَة‬ ٗ‫در‬ ّ‫َفس‬
Alternatif mencari lagi slogan Pemuda Sampai Dirinya/jiwanya
Artinya : Anak itu tumbuh dibawah asuhan ibunya, selama masa ini ia menanamkan dalam
dirinya atas sifat-sifat baik dari Amanah dan rasa hormat terhadap orang yang lebih tua
darinya, dan lembut dan bersahabat dengan orang yang lebih rendah darinya. Maka dia
melakukan perbuatan baik dan ibu merasakan kasihan padanya dan mendorong atas
pekerjaannya untuk melakukannya sehingga kebajikan ini akan tertanam dalam dirinya,
bahkan jika dia sudah dewasa hal itu menjadi selogan baginya dan ia tidak menginginkan
alternatif lain.

‫يذثّرٓى‬ ‫ٔذغشط‬ ّ‫إخٕذ‬ ً‫عاطفا‬ ‫ذجعم‬ ْٙ


Rasa cinta Dan saudaranya lembut menjadikan adalah
menanamkan
ً‫ذَجَُ ُخ‬ ‫انهَّثقَح‬
ٍُٛ‫يرضاي‬ ٌٕ‫ش‬ٛ‫ع‬ٚ ‫يسرقثم‬
‫انًذثح‬
Cenderung bijak Saling solid hidup Masa depan cinta
ٌ‫ٔانذُا‬ ْ
‫انقِس ًَح‬ ِّٕ٘ ‫ذُ َس‬ ‫َي ْش َشب‬ ْ
‫َيأكم‬ ‫ض‬ًٛٛ‫ذ‬
Kasih sayang Pembagian Menyamakan Minuman Makanan Timbangan
membedakan
Artinya : Dan ibu adalah yang menjadikan anak menyayangi atau lemah lembut terhadap
saudara nya, dan menanamkan dalam di iringi rasa cinta terhadap Mereka, dan cinta ini
berpengaruh pada masa depan Mereka, jika Mereka hidup dalam cinta dan solidaritas. Dan
seorang ibu yang bijaksana tidak cenderung terhadap membedakan satu anak dengan anak
yang lain dalam hal makan atau minum di hadapannya, namun memperlakukan diantaranya (
Mereka ) secara setara dalam pembagian kebaikan dan kasih sayang.

‫ذ‬ٛ‫تأَاش‬ ‫صغشْى‬ ًٍَ ْ‫ُ َشقِّص‬ٚ ٍ‫ك‬ ‫اخ‬ٛ‫انعشت‬


Dengan lagu Ketika mereka Menari Sudah biasa Wanita arab
indah masih kecil
ّ‫ذشقص‬ ‫ٔانعضج‬ ‫تانذًاسح‬ ‫سائعح‬ ً‫ذ َْض َد ُش‬
Menari Dan kebanggan Dengan Yang merdu berkembang
semangat
Artinya : Dan ada teladan yang baik dikalangan Perempuan arab, Mereka biasa menari
Bersama anak-anak Mereka Ketika Mereka masih kecil dengan lagu-lagu indah dengan penuh
semangat dan kebanggaan diriwayatkan pada masa kecilnya yang diberkati nabi (SAW)
ditarikan oleh saudara perempuannya yang sedang menyusui, putri syaidah Halimah sa‟diyah-
dengan lagu yang indah : “ ya tuhan kami peliharalah kami Muhammad, sampai saya
melihatnya sebagai guru yang agung.”

‫انخَ شْ شَة‬ ‫خ‬ٚ‫انراس‬ ‫فرخش‬ٚ ًٍَْ‫أَ َْ َجث‬ ٙ‫انالئ‬


Al khorsyab sejarah Yang Yang Wanita arab
dibanggakan melahirkan
ًٍَِّٛٛ‫انعث ِس‬ ‫أتُاء‬ ‫ْٔى‬ ‫ٔعًاسج‬ ًّٗ ‫ذس‬
Abasiyin Anak Dan mereka Umaroh Disebut
Artinya : Dan mereka diberi nama setelah wanita arab yang melahirkan anak-anak yang
dibanggakan oleh Sejarah (Wanita melahirkan), dan dari mereka adalah umm al-banin,
Fatimah binti al-khorsyab, al- animariyah, yang disebut ummu al-kamalah, dan ia melahirkan
al-rabi, amara, dan qaisawansa, dan mereka adalah putra ziyad al-absi.
ْ
ُّ‫ذكهر‬ ‫ش‬ٛ‫انخ‬ ‫فرٕسى‬ ٙ‫صث‬ ‫َٔظش‬
seluruh kebaikan Maka melihat bayi melihat
ٖ‫ك ْس َش‬ ‫طشاص‬ ٌ‫ٔكا‬ ‫ٔانعجى‬ ً
‫قاطثح‬
kisro gaya dan itulah mencoba dan dia
Artinya : Dan suatu ketika abu Sufyan memandang muawiyah ia masi kecil/bayi, dan ia
melihat kebaikan dalam dirinya, dan berkata (anakku ini mempunyai kepala yang besar,
dan dia layak memerintah rakyatnya). Dan hind, ibu muawiyah, menjawab atas
otoritas/pandangannya : “ rakyatnya akan percaya padanya jika dia tidak memerintah
seluruh orang arab, dan dia mendapatkan apa yang dia inginkan, muawiyah merusak
seluruh bangsa arab, tapi dia mendominasi, bangsa arab dan Persia, dan mendirikan
bangsa bani umayyah. Dan dia seorang raja arab dengan gaya kisro Persia, hanya saja ia
lebih agung/hebat darinya karena dia adalah raja dunia agama.

‫شا‬ٛ‫كث‬ ‫انغالو‬ ٍ‫ي‬ ْ َ‫َخهَق‬


ً‫د‬ ٗ‫إن‬ ‫انشٔح‬
Besar Laki-laki dari menciptakan Ke Jiwa
‫ًأعذدذٓا‬ ً‫َي ْذ َس َسح‬ ًِ ُْٕ‫َٔ ْان ُخط‬
‫ب‬ ْ ‫تِ َش ْغ ِى‬
ًٍِ َ‫ًانفِر‬ ‫دٔنح‬ ‫أقاو‬
Mempersiapkan Sekolah Rintangan Meskipun Negara yang
ada godaan mendirikan
Artinya : maka lihatlah semangat yang kuat ini sampai menciptakan dari anak laki-laki
yang mendirikan negara. Besar meski ada godaan dan keterlibatan. Hafid Ibrahim,
penyair nil, berkata : - anda telah mempersiapkan orang- orang dari etnis yang baik -
Seorang ibu adalah seorang guru jika anda mempersiapkannya.

‫اصلَة‬
َ ‫ُم َى‬ ‫ييس‬ ‫وشدد‬ ‫الحجاج‬ ‫حاصر‬ ‫ودخل‬
melanjutkan Putus asa Dan Hajah Telah Dan
memperketat mengepung menghampiri
‫رأيك‬ ‫أشتهي‬ ََ‫ض ْىن‬
ُ ‫يَ ْع ِر‬ ‫يستطيعىن‬ ‫التسليم‬ ‫القتال‬
Pendapatmu yang saya Menawarkan Bisa Menyerah pertempuran
menurutmu inginkan
Artinya : Abdullah bin al-zubair mendatangani ibunya, asma binti abu bakar, dan al-
hajjaj telah mengepung mekah dan merperketat pengepungan diatasnya, sampai Abdullah
menyerah untuk melanjutkan pertempuran, dan tidak punya pilihan menyerah atau mati,
dia berkata : “ wahai ibu, orang-orang yang sekitarku berpencar, dan hanya mereka yang
tidak tinggal bersamaku mereka hanya bisa bersabar selama satu jam, dan orang-orang
akan menawarkan apa yang saya inginkan, bagaimana menurutmu ?

‫أجهٓى‬ ‫جاء‬ ‫فإرا‬ ‫فهكم‬ ‫َّاب‬َْٛ ً‫أَ ْق ِذ ْو‬


Ajak Datang /tiba Dan ketika Karena Takut Majulah
setiap
ٌٕٓ‫شر‬ٚ ‫يًا‬ ٌ‫ا‬ٛ‫صث‬ ٍ‫هعث‬ٚ ‫ساعح‬ ٌٔ‫سرأخش‬ٚ
Yang mereka Dari pada apa Anak kecil bermain Sejam menunda
inginkan
‫قرم‬ ً‫ُس ْيخ‬ ً‫َجُٕ ُل‬ٚٔ ‫ذ‬ٚ‫دذ‬ ‫كاليٓا‬ ‫فسًع‬
Terbunuh Tombak Berkeliling Kuat Perkataannya Maka
mendengar
Artinya : Dan dia berkata : “ majulah wahai anakku tanpa rasa takut karena setiap
tenggat waktu ada bukumya, jika Ketika tenggat waktunya tiba, mereka tidak boleh
menundanya selama satu jam,” dan jangan biarkan anak-anak bani umayyah bermain
denganmu…..kematian lebih aku cintai daripada apa yang mereka inginkan. Maka anak-
anak itu mendengar perkataannya dan merasa ngeri, lalu dia pergi ke ladang dengan hati
besi berputar-putar, dan tidak ada pedang atau tombak yang tersisa ditangannya sampai
dia terbunuh.

A. Pengertian Haal
‫ص لةل َحم لب‬ ْ َ‫أَ لبهَنل ًَمَرل َةَ َحم ْب ٌْف لن لم ْه لف* لن ليم‬
َ ‫تنل ٌَةل لَاَ َدفل‬
“Haal adalah washf (sifat) yang fadhlah (lebihan) lagi muntasabih (dinasabkan) dan memberi
keterangan keadaan seperi dalam contoh: َ‫( أَ لبهَنل ٌَرل َة‬aku akan pergi sendiri)”. 1Dengan istilah
lain:

‫ق ْح لممَ عْ ْه ةلا لمبلبل ْب أَدل لةلمَم ْم ْل هَ لمئَاَ ُلوَململ َن ليتلبل حَ ٌْ لم َف هل َب ةَ لل َحم لب‬
ْ ‫فم ْحنل ْن ليهل َام ًَ َل َد لم َاف لةلمْ لب ْل لدعلبل‬
َ ‫مب‬
ْ ‫ةلح‬.
َ

“Haal adalah isim yang dibaca nasab, yang menerangkan perihal atau perilaku Fa’il atau
Maf’ul bih ketika perbuatan itu terjadi, dan masing-masing fa‟il dan maf‟ul bih tersebut
dinamakan Shohibul Haal”.2

a. Haal untuk menjelaskan Fa’il.


Contoh: َ ‫ = َاة ًْملومَ َ لُ َق َام‬zaid telah datang secara berkendaraan.Lafad َ ‫ َاة ًْملوم‬berkedudukaan
sebagai Haal dari lafazh ‫ َ لُ َق‬yang menjelaskan keadaan Zaid waktu kedatanganya. Seperti
yang terdapat di dalam firman Allah Swt. Berikut: َ ‫“ = َ م ْمَم ة ْن ليهَ ٌَ َر‬Maka keluarlah Musa
dari kota itu”. (Al-Qashash: 21) . Lafad ‫ َ م ْمَم‬berkedudukan sebagai Haal fa‟il lafadz َ ‫َر‬
yeng menjelaskan keadaan Musa waktu keluarnya.

1
Bahaud Din Abdullah ibnu ‘Aqil, Terj. Alfiyah Syarah Ibnu ‘Aqil Jilid 1, (Bandung: Sinar Baru Algennsido, 2009), hlm.
432
2
Djawahir Djuha, Tata Bahasa Arab Ilmu Nahwu, (Bandung: Sinar Baru Algennsido, 1995), hlm. 147
b. Haal untuk menjelaskan Maf’ul bih
Contoh: ‫ = لن َعرَاَ م ةَ للمَ َر َ َا ًْ لو ل‬Aku berkendara dengan berpelana. Lafadz ‫ لن َع َر َام‬berkedudukan
sebagai haal dari maf‟ul yang menjelaskan keadaan kuda waktu digunakan angkutan
َ ‫لْليَم ْ َدةَال َم لليَم‬
diatasnya. Dan seperti yang terdapat didalam firman Allah Swt. Berikut: ‫ب‬
َ ‫“ = َاملبل‬kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia.” (An-Nisa: 79).
َ ‫دةَال َم لليَم‬.
Lafadz َ ‫ َاملبل‬menjadi haaldari maf‟ul bih huruf kaf yang terdapat pada lafadz ‫ب‬ َ

c. Haal untuk menjelaskan kedua-duanya (fa’il dan Maf’ul bih).


Contoh: ‫ = َاة ًْوَم َ َ ْ َم لو َق لَدْم ل‬Aku Bertemu Abdullah dengan berkendaraan. Yang dimaksud
dengan berkendaraan itu bisa Aku atau Abdullah atau keduanya.3
B. Syarat-syarat Haal
Ada beberapa syarat haal yang harus dipenuhi, diantaranya:
1. Isim nakirah
Tidaklah terbentuk haal itu kecualiNakirah. Apabila ada haal dengan lafadz
ma‟rifat, maka harus ditakwilkan dengan lafadz nakirah, seperti dalam contoh:‫َدحل َق له‬
‫(عْم ةَ َن لي ل‬aku beriman kepada Allah). Kalimah ‫ َدحل َق له‬adalah isim ma‟rifah secara lafazh,
tetapi ia ditakwil oleh nakirah dengan perkiraan sebagai berikut: ‫ لن ليمَ ْرَةَ عْم ةَ َن لي ل‬.4
Dalam hal ini Ibnu Malik mengungkapkan dalam Alfiyah-nya:
‫ةال مَ ْه لق ًَ َبحل قَبَ َنبل يَا َ لي ْك لم َرهل* ٌَم لممَدْ لق لَ لم م َ ملر َ ٌْ ل َد لةل َحم لب‬
“Haal jika ma‟rifah secara lafazh maka yakinilah bahwa ia berbentu nakirah secara
makna, seperti conntoh: “wahdakajtahid” (lakukanlah ijtihad sendirian)”
Namun ulam‟ bagdad dan Syaikh Yunus meyakini bahwa boleh membuat haal
dari isim ma‟rifah secara mutlak tanpa takwil,5 sperti contoh: َ ‫لن لُ َق َ َام‬
َ ‫ةل َرة ًْم‬

2. Sesudah kalimat yang sempurna


Tidaklah terbentuk haal itu kecuali harus sesudah sempurna kalamnya, yakni
sesudah jumlah (kalimat) yang sempurna, dengan makna bahwa lafadz haal itu tidak
termasuk salah satu dari kedua bagian lafadz jumlah, tetapi tidak juga yang dimaksud
bahwa keadaan kalam itu cukup dari haal (tidak membutuhkan haal) dengan

3
Syekh Syamsuddin Muhammad Araa’ini, Ilmu Nahwu, (Bandung: Sinar Baru Algennsido, 2010), hlm. 263-264
4
Syekh Syamsuddin Muhammad Araa’ini, Ibid, hlm 264-265
5
Iman Saiful Mu’minin, Kamus Ilmu Nahwu dan Shraf, (Jakarta: Sinar Grafik Offset, 2008), hlm. 88
berlandasan firman Allah Swt.: َ ‫( َن َر َحم ةلَال ْ ٌْ لف َ لا ْ َد‬dan janganlah kamu berjalan
dimuka bumi ini dengan sombong. (Al-Isra‟: 37).6

3. Shahibul haal (pelaku haal) harus berupa ma‟rifat.


Shahibul haal (pelaku haal) harus dalam bentuk ma‟rifat, dan pada galibnya
(mayoritasnya) sekali-kali tidak dinakirahkan kecuali bila ada hal-hal yang
memperbolehkanya yaitu:
a. Hendaknya haal mendahului nakirah.
Contoh: ‫( َا لا َل عَم ْ َام ٌْ لمهَم‬didalamnya terdapat seorang laki-laki sedang berdiri).
lafadz ‫ عَم ْ َام‬berkedudukan sebagai haal dari lafadz ‫ َا لا َل‬.
b. Hendaknya nakirah ditakhshish oleh idhafah.
Contoh shahibul haal yang ditakhshish oleh idhafahialah seperti yang terdapat
didalam firman Allah Swt. Berikut: ‫( َم َبة َ ةََُمن ةَال عَ َب ْا ٌْ لف‬dalam empat hari yang
genap.(Fushsilat: 10). Lafadz َ ‫ َم َبة‬berkedudkan sebagai haal dari lafadz ‫ةَال عَ َب ْا‬.
c. Hendaknya shahibul haal nakirah sesudah nafi.
Contoh shahibul haal yang terletak sesudah nafi:
‫لن لي ْذالدل َ لَهَم ةْ َ َ عَرل َُا ْن لم لكيَمةَ لهلَ َد َنم‬
(dan kami tidak membinasakan sesuatu negri pun, melainkan sesudah ada
baginya orang-orang yang memberi pringatan. (As-Syu‟ara: 208). Lafadz ‫لَهَم‬
َ ‫ لن لي ْذالدل‬adalah jumlah ismiyyah yang berkedudkan sebagai haal dari lafadz
‫عَرل َُا‬, Keberadaannya sebagai haal dari shahibul haal yang nakirah dianggap
sah karena ada huruf nafi yang mendahuluinya.7

Demikian juga haal disyaratkan harus berupa mutanaqqil yang muystaq


atau bukanjamid. Ibnu Malik juga mengungkapkan dalam Alfiyah-nya:

َ ‫لن لعم َْحدْمَ لَم‬


‫لي ل ْك لم َُ لللْنل * لن لقمَدَم لن ليمَدْنَ َد ًَبل ملهل‬

“Keadaan haal ini dalam bentuk muntanqqil lagi musytaq adalah hal
yang lumrah, tetapi hal ini tidak pasti.”

6
Syekh Syamsuddin Muhammad Araa’ini, Op. Cit, hlm. 266
7
Syekh Syamsuddin Muhammad Araa’ini, Ibid, hlm. 267
Yang dimaksud muntanqqil lagi musytaq adalah bahwa hal ini bersifat
mayoritas, bukan bersifat lazim (tetap). Seperti dalam contoh: َ ‫ = َاة ًْملوم َ َ لُ َق َام‬zaid
telah datang secara berkendaraan. Lafadz َ‫ َاة ًْملوم‬adalah sifat yang mutanaqqil
karena sifat ini dapat lepas dari Zaid.8

Namun, kadang haal itu dibentuk dari isim jamid yang ditakwil dengan
sifat muystaq dalam tiga keadaan:

a. Menunjukkan makna taysbih (penyerupaan), seperti: ‫ف ًَ َر‬ َ ْ‫( أَ َمقَة َمل‬Ali


menyerang dengan berani seperti macan). Takwilanya‫ ةلَ َم ْق ًَم ل َ ممَم‬:
b. Menunjukkan makna mufa‟alah (interaksi), seperti: َ ‫( عْمَق َُقَة لةلمَ َر َ عْ لبمل‬aku telah
َ ْ‫لنمَدَمع‬
menjual kuda secara kontan). Takwilanya: ‫ةم ْلم‬
c. Menunjukkan makna tartib, seperti: ‫( َاا َلن َاا َلن ةلدَبل لن ََ َ َل‬kaum itu telah masuk
secara tertib satu persatu). Takwilanya: ‫مَ َر وَ لم ْم لن‬.9
C. Macam-macam Haal
a. Haal berupa isim mufrad
Haal mufrod yaitu isim mansub yang disebutkan untuk menjelaskan keadaan fi‟il atau
maful bih. Contoh: َ ‫( َاة ًْوَم َ لُ َق َام‬Telah datang zaid dalam keadaan berkendaraan).
lafadz ‫ َاة ًْوَم‬adalah isim mufrad.
b. Haal berupa jumlah ismiyah
َ ‫ةملبل ل َح‬
Contoh: ‫ة َر‬ ‫ةملصل ةل ل‬
ْ ‫( َم ْنَ َدةل لا‬para tamu datang, sedang tuan rumahnya tidak
ada). Lafadz ‫ةملصل‬
ْ ‫ َم ْنَ ةل لا‬adalah jumlah ismiyah yang berkedudukan sebagai haal
dari lafadz ‫ةملبل ل‬
‫ةل ل‬.
c. Haal berupa jumlah fi‟liyah
َ ‫( ةل ل يلبل لَ َحل لر لمهل ةل َ ممْف َبه‬penjahat itu pergi, ketika ia dijaga oleh tentara).
Contoh: ‫َن‬
Lafadz ‫ ةل ل يلبل لَ َحل لر لمه ل‬adalah jumlah fi‟liyah yang berkedudukan sebagai haal dari
lafadz ‫ةل َ ممْف‬.
d. Haal berupa zharaf
Contoh: ُ‫ل َاأَ ل‬ ‫ح عَ لممَ ةل ْه َن َب‬
ْ ‫(ةلع ََحم‬aku telah melihat bulan diantara bulan). Lafadz َ‫عَ لمم‬
adalah zharaf yang berkedudukan sebagai haaldari lafadz ‫ةل ْه َن َب‬.
e. Haal berupa jar dan majrur
8
Bahaud Din Abdullah Ibnu ‘Aqil, Op. Cit, hlm. 433
9
Iman Saiful Mu’minin, Op. Cit, hlm. 88-89
Contoh: ‫( َ َ ْر ْه َملَف ةل َ َا َر عْ لب ل‬saya menjual buah yang masih ada di pohonya). Lafadz
‫ َ َ ْر ْه َملَف‬adalah jar dan majrur yang berkedudukan sebagai haal dari lafadz ‫ةل َ َا َر‬.10
D. Contoh Haal dalam Al-Qur‟an

َ ً‫ ِْشًفَٕقَُٓ ْى‬َّٛ‫َ َشْٔ اًإِنًَٗانط‬ًٚ‫أَ َٔنَ ْى‬


)٩١ً:‫َ ْقثِضْ ًًٍَ(انًهك‬َٚٔ ًً‫صافَّاخ‬

Artinya : “Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang


mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas Merek.”

10
Djawahir Djuha, Op. Cit, hlm. 148-150
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Haal adalah isim yang beri'rab manshub yang menafsirkan apa-apa yang tersamarkan dari
bentuk atau keadaan. Adakalanya haal menjelaskan kondisi fa'il dan adakalanya menjelaskan
kondisi maf'ul. Adapun syarat-syarat haal adalah, haal berupa isim nakirah. Apabila haal
berupa isim ma'rifat, maka harus ditakwilkan dengan isim nakirah, Kebanyakan hal itu dalam
bentuk musytaq, berakar dari mashdar misal lafazh ‫ ًسكة‬berakar dari lafazh ‫( اًبح‬mashdar)
dan lafazh ‫ م مم‬berakar dari lafazh ‫ ؤ‬Terkadang haal ada juga yang berbentuk jamid (tidak
musytaq), tetapi mengandung makna musytaq, haal terbentuk setelah sempurnanya kalam,
dan shahibul Haal berupa ma'rifah. Diperbolehkan berupa nakirah dengan musawwigh
(alasan yang membolehkan), Haal dapat dibagi menjadi 3 yaitu berupa mufrad, syibhul
jumlah, dan jumlah.

B. Saran

Kami menyadari sepenuhnya di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan masih jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi
perbaikkan makalah yang telah kami buat. Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan.
DAFTAR PUSTAKA

Bahaud Din Abdullah ibnu „Aqil, Terj. Alfiyah Syarah Ibnu „Aqil Jilid 1,

Bandung: Sinar Baru Algennsido, 2009

Djawahir Djuha, Tata Bahasa Arab Ilmu Nahwu,

Bandung: : Sinar Baru Algennsido, 1995

Syekh Syamsuddin Muhammad Araa‟ini, Ilmu Nahwu,

Bandung: Sinar Baru Algennsido, 2010

Iman Saiful Mu‟minin, Kamus Ilmu Nahwu dan Shraf,

Jakarta: Sinar Grafik Offset, 2008

Anda mungkin juga menyukai