ةلدلا ةلبرعما ةلللا ةلابضبمما نم ةلبةاوما نم دحق لمكال ةلادملا هذه مدقن
ةلاماعممر نومابم .أ امليج نحاق :ةلاحمضر نعممق
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini kami
membahas tentang “ ” ةلحما
Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Arab.
Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing BapakMuhammad Gilang
Ardella Mubarok, M.Pd. yang telah memberikan arahan dan masukan yang baik dalam
penyusunan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan teman-
teman yang telah memberikan do‟a, dukungan dan semangat sehingga makalah ini bisa
terselesaikan.
Meskipun telah disusun dengan sebaik-baiknya, penulis menyadari bahwa makalah ini
masih memiliki kekurangan dikarenakan terbatasnya pengetahuan kami, Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar makalah ini dapat
diperbaiki dan ditingkatkan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap pembahasan
ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik dan bermanfaat bagi para pembaca.
Kelompok 12
DAFTAR ISI
1. Latar Belakang
Sebagai umat Islam, kita dituntut untuk bisa mengkaji dan mempelajari al-Qur‟an dan sunnah,
sebagai dua sumber utama ajaran islam yang harus kita pegang teguh Tentunya, kita tidak
mungkin memahami kedua sumber hukum tersebut kecuali setelah mengetahui kaidah-kaidah
Bahasa Arab, khususnya ilmu nahwu dan ilmu shorof karena keduanya merupakan kunci dalam
mempelajari al-Qur‟an.
Salah satu cabang dari Ilmu Nahwu adalah haal yaitu isim yang beri‟rab Manshu yang
menafsirkan apa-apa yang tersamarkan dari bentuk atau keadaan. Untuk mempermudah
mempelajari Ilmu Nahwu tentang Fiil kami, membuat makalah yang berjudul : عمح ةلحمب
2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana pengertian haal ?
2) Apa saja syarat-syarat haal ?
3) Apa saja macam-macam haal ?
4) Bagaimana contoh i‟rab haal ?
3. Tujuan Masalah
1) Untuk mengetahui pengertian haal
2) Untuk mengetahui syarat-syarat haal
3) Untuk mengetahui macam-macam haal
4) Untuk mengetahui contoh haal dalam Al-Qur‟an
ABSTRAK
Dalam ilmu nahwu sorof, "hukum hal" adalah konsep yang digunakan untuk
menggambarkan perubahan dalam bentuk kata kerja dan kata benda yang terjadi
sebagai respons terhadap situasi atau keadaan tertentu. Hukum hal ini berkaitan
dengan perubahan dalam bentuk kata kerja dan kata benda yang terjadi dalam kasus-
kasus khusus, seperti jamak, tunggal, majzum, dan sebagainya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Terjemahan Teks
Artimya : Ibu yang berbudi luhur adalah harta yang paling berharga didunia, dan dia yang
membesarkan anak dengan ceria, dan dia yang menanamkan akhlak yang baik atau terpuji dalam
jiwa mereka. Maka anak adalah gambaran ibunya diatas segala sesuatu, karena dia
menghabiskan masa kecilnya ditangannya, dan dia dibuat dari kedua tangan. Dan dari ibu anak
mengambil Bahasa yang dia ucapkan dan adat istiadat yang dia ikuti dengan meniru.
اصلَة
َ ُم َى ييس وشدد الحجاج حاصر ودخل
melanjutkan Putus asa Dan Hajah Telah Dan
memperketat mengepung menghampiri
رأيك أشتهي ََض ْىن
ُ يَ ْع ِر يستطيعىن التسليم القتال
Pendapatmu yang saya Menawarkan Bisa Menyerah pertempuran
menurutmu inginkan
Artinya : Abdullah bin al-zubair mendatangani ibunya, asma binti abu bakar, dan al-
hajjaj telah mengepung mekah dan merperketat pengepungan diatasnya, sampai Abdullah
menyerah untuk melanjutkan pertempuran, dan tidak punya pilihan menyerah atau mati,
dia berkata : “ wahai ibu, orang-orang yang sekitarku berpencar, dan hanya mereka yang
tidak tinggal bersamaku mereka hanya bisa bersabar selama satu jam, dan orang-orang
akan menawarkan apa yang saya inginkan, bagaimana menurutmu ?
A. Pengertian Haal
ص لةل َحم لب ْ َأَ لبهَنل ًَمَرل َةَ َحم ْب ٌْف لن لم ْه لف* لن ليم
َ تنل ٌَةل لَاَ َدفل
“Haal adalah washf (sifat) yang fadhlah (lebihan) lagi muntasabih (dinasabkan) dan memberi
keterangan keadaan seperi dalam contoh: َ( أَ لبهَنل ٌَرل َةaku akan pergi sendiri)”. 1Dengan istilah
lain:
ق ْح لممَ عْ ْه ةلا لمبلبل ْب أَدل لةلمَم ْم ْل هَ لمئَاَ ُلوَململ َن ليتلبل حَ ٌْ لم َف هل َب ةَ لل َحم لب
ْ فم ْحنل ْن ليهل َام ًَ َل َد لم َاف لةلمْ لب ْل لدعلبل
َ مب
ْ ةلح.
َ
“Haal adalah isim yang dibaca nasab, yang menerangkan perihal atau perilaku Fa’il atau
Maf’ul bih ketika perbuatan itu terjadi, dan masing-masing fa‟il dan maf‟ul bih tersebut
dinamakan Shohibul Haal”.2
1
Bahaud Din Abdullah ibnu ‘Aqil, Terj. Alfiyah Syarah Ibnu ‘Aqil Jilid 1, (Bandung: Sinar Baru Algennsido, 2009), hlm.
432
2
Djawahir Djuha, Tata Bahasa Arab Ilmu Nahwu, (Bandung: Sinar Baru Algennsido, 1995), hlm. 147
b. Haal untuk menjelaskan Maf’ul bih
Contoh: = لن َعرَاَ م ةَ للمَ َر َ َا ًْ لو لAku berkendara dengan berpelana. Lafadz لن َع َر َامberkedudukan
sebagai haal dari maf‟ul yang menjelaskan keadaan kuda waktu digunakan angkutan
َ لْليَم ْ َدةَال َم لليَم
diatasnya. Dan seperti yang terdapat didalam firman Allah Swt. Berikut: ب
َ “ = َاملبلkami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia.” (An-Nisa: 79).
َ دةَال َم لليَم.
Lafadz َ َاملبلmenjadi haaldari maf‟ul bih huruf kaf yang terdapat pada lafadz ب َ
3
Syekh Syamsuddin Muhammad Araa’ini, Ilmu Nahwu, (Bandung: Sinar Baru Algennsido, 2010), hlm. 263-264
4
Syekh Syamsuddin Muhammad Araa’ini, Ibid, hlm 264-265
5
Iman Saiful Mu’minin, Kamus Ilmu Nahwu dan Shraf, (Jakarta: Sinar Grafik Offset, 2008), hlm. 88
berlandasan firman Allah Swt.: َ ( َن َر َحم ةلَال ْ ٌْ لف َ لا ْ َدdan janganlah kamu berjalan
dimuka bumi ini dengan sombong. (Al-Isra‟: 37).6
“Keadaan haal ini dalam bentuk muntanqqil lagi musytaq adalah hal
yang lumrah, tetapi hal ini tidak pasti.”
6
Syekh Syamsuddin Muhammad Araa’ini, Op. Cit, hlm. 266
7
Syekh Syamsuddin Muhammad Araa’ini, Ibid, hlm. 267
Yang dimaksud muntanqqil lagi musytaq adalah bahwa hal ini bersifat
mayoritas, bukan bersifat lazim (tetap). Seperti dalam contoh: َ = َاة ًْملوم َ َ لُ َق َامzaid
telah datang secara berkendaraan. Lafadz َ َاة ًْملومadalah sifat yang mutanaqqil
karena sifat ini dapat lepas dari Zaid.8
Namun, kadang haal itu dibentuk dari isim jamid yang ditakwil dengan
sifat muystaq dalam tiga keadaan:
10
Djawahir Djuha, Op. Cit, hlm. 148-150
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Haal adalah isim yang beri'rab manshub yang menafsirkan apa-apa yang tersamarkan dari
bentuk atau keadaan. Adakalanya haal menjelaskan kondisi fa'il dan adakalanya menjelaskan
kondisi maf'ul. Adapun syarat-syarat haal adalah, haal berupa isim nakirah. Apabila haal
berupa isim ma'rifat, maka harus ditakwilkan dengan isim nakirah, Kebanyakan hal itu dalam
bentuk musytaq, berakar dari mashdar misal lafazh ًسكةberakar dari lafazh ( اًبحmashdar)
dan lafazh م ممberakar dari lafazh ؤTerkadang haal ada juga yang berbentuk jamid (tidak
musytaq), tetapi mengandung makna musytaq, haal terbentuk setelah sempurnanya kalam,
dan shahibul Haal berupa ma'rifah. Diperbolehkan berupa nakirah dengan musawwigh
(alasan yang membolehkan), Haal dapat dibagi menjadi 3 yaitu berupa mufrad, syibhul
jumlah, dan jumlah.
B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan masih jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi
perbaikkan makalah yang telah kami buat. Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan.
DAFTAR PUSTAKA
Bahaud Din Abdullah ibnu „Aqil, Terj. Alfiyah Syarah Ibnu „Aqil Jilid 1,