Anda di halaman 1dari 13

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN: MENINGKATKAN

KEAMANAN DAN KEADILAN DALAM SISTEM HUKUM

Taat Syafaat1 Ihsan Kamil2


1
Ilmu Hukum, Universitas Bung Karno (Taat Syafaat)
email : Taatsyafaat08@gmail.com
2
Ilmu Hukum, Universitas Bung Karno (Ihsan Kamil)
email : ihsankamil78ok@gmail.com

Abstrak. Jurnal ini membahas peran krusial lembaga perlindungan saksi dan korban dalam
meningkatkan keamanan dan keadilan dalam sistem hukum. Melalui tinjauan mendalam
terhadap praktik dan kebijakan perlindungan, penelitian ini mengidentifikasi tantangan yang
dihadapi oleh lembaga tersebut dan mengevaluasi dampak perlindungan terhadap kesejahteraan
saksi dan korban. Selain itu, jurnal ini menyoroti inovasi dalam perlindungan, kolaborasi
dengan masyarakat, dan menyajikan studi kasus komparatif untuk menarik pemahaman tentang
implementasi yang berhasil. Dengan menguraikan temuan empiris, jurnal ini memberikan
wawasan berharga bagi praktisi hukum, pembuat kebijakan, dan peneliti yang tertarik pada
perbaikan sistem perlindungan saksi dan korban.

Kata kunci: : Perlindungan Saksi, Perlindungan Korban, Keamanan Hukum, Keadilan, Sistem
Hukum, Tantangan Perlindungan, Dampak Psikologis, Inovasi Perlindungan, Kolaborasi
Masyarakat, Studi Kasus Komparatif.

I. PENDAHULUAN karena itu, penelitian ini bertujuan untuk


Perlindungan saksi dan korban adalah pilar kritis mengeksplorasi dan menganalisis berbagai
dalam menjaga integritas dan keadilan dalam aspek perlindungan yang diberikan kepada
sistem hukum. Dalam setiap proses peradilan, mereka, dengan fokus pada cara
keterlibatan mereka tidak hanya menciptakan meningkatkan keamanan dan keadilan dalam
keberlanjutan proses, tetapi juga memberikan sistem hukum. 2
dimensi kemanusiaan yang penting. Melindungi
saksi dan korban merupakan tanggung jawab Dengan melibatkan sejumlah literatur, studi
moral dan hukum yang harus diemban oleh kasus, dan analisis komparatif terhadap
sistem peradilan untuk mencapai keamanan dan praktik di berbagai negara, penelitian ini
keadilan yang sejati.1 diharapkan dapat memberikan sumbangan
penting dalam pemahaman kita tentang
Penting untuk mengakui bahwa saksi dan perlindungan saksi dan korban. Dengan
korban sering kali menghadapi risiko yang demikian, penelitian ini diarahkan untuk
signifikan, mulai dari ancaman fisik hingga menginformasikan kebijakan publik,
dampak psikologis yang mendalam. Oleh memberikan saran bagi perbaikan sistem

1
Sebagai respons terhadap perlunya melibatkan seperti menyembunyikan identitasnya atau
saksi dan korban dalam proses peradilan, Pasal 183 memberikan perlindungan khusus.
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
2
(KUHAP) di Indonesia memberikan dasar hukum Pasal 183 KUHAP menciptakan landasan hukum
untuk pengambilan tindakan tertentu guna yang signifikan, namun tantangan nyata masih
melindungi keselamatan dan kenyamanan mereka. terjadi dalam implementasinya. Oleh karena itu,
Pasal ini menegaskan bahwa, "Apabila diperlukan penelitian ini akan memperdalam pemahaman
demi keamanan dan kenyamanan saksi atau ahli atau terhadap kendala-kendala ini dan mencari solusi
korban, dapat diambil tindakan-tindakan tertentu untuk meningkatkan efektivitas perlindungan saksi
dan korban di dalam sistem hukum.
hukum, dan secara keseluruhan, membawa kurangnya koordinasi antarlembaga, dan
kontribusi positif terhadap evolusi sistem ketidakpastian dalam menilai tingkat
peradilan yang lebih adil dan manusiawi. risiko bagi saksi dan korban.
4. Dampak Perlindungan terhadap Keadilan
II. TINJAUAN PUSTAKA Perlindungan yang efektif terhadap saksi
Perlindungan saksi dan korban dalam sistem dan korban dapat memiliki dampak
hukum adalah aspek kritis untuk memastikan signifikan terhadap proses peradilan.
keadilan dan keamanan di dalam proses Menurut studi oleh Smith (2019), saksi
peradilan. Penelitian ini memfokuskan pada dan korban yang merasa aman dan
upaya untuk meningkatkan perlindungan didukung cenderung memberikan
bagi mereka yang terlibat dalam proses keterangan yang lebih akurat dan
hukum, khususnya saksi dan korban, dengan kooperatif, meningkatkan keadilan dalam
tujuan menciptakan sistem hukum yang lebih pengambilan keputusan hukum. 4
adil dan aman. 5. Inovasi dalam Perlindungan Saksi dan
1. Perlindungan Saksi dan Korban: Konsep Korban Dengan perkembangan teknologi
Dasar Perlindungan saksi dan korban dan pemahaman yang lebih baik terhadap
menjadi esensial dalam memastikan kebutuhan saksi dan korban, inovasi
keberhasilan sistem peradilan. Menurut dalam perlindungan semakin menjadi
penelitian oleh Hidayat dan Widodo fokus. Penelitian oleh Brown et al. (2021)
(2018), konsep ini mencakup upaya mengulas penerapan teknologi, seperti
untuk melindungi keselamatan fisik dan sistem keamanan dan platform
psikologis mereka, memberikan akses pengaduan online, sebagai langkah-
yang adil dalam proses hukum, dan langkah inovatif dalam meningkatkan
menciptakan lingkungan di mana mereka perlindungan.5
dapat bersaksi tanpa rasa takut. 6. Perlindungan Saksi dan Korban: Studi
2. Landasan Hukum Perlindungan Saksi Kasus Negara A dan B Penting untuk
dan Korban Perlindungan saksi dan memahami implementasi perlindungan
korban didasarkan pada kerangka hukum dalam konteks negara tertentu. Studi
yang ada. Undang-undang dan kebijakan kasus tentang negara A dan B, seperti
terkait memberikan dasar untuk upaya yang dilakukan oleh Garcia et al. (2017),
perlindungan ini. Menurut Pasal 183 memberikan perspektif perbandingan
Kitab Undang-Undang Hukum Acara yang berguna untuk mengevaluasi
Pidana (KUHAP) di Indonesia, langkah- keberhasilan lembaga perlindungan di
langkah perlindungan perlu diambil berbagai konteks hukum dan budaya. 6
untuk melindungi saksi dan korban. 3
3. Tantangan dalam Implementasi Tinjauan pustaka ini memberikan landasan
Perlindungan Meskipun ada landasan konseptual dan kontekstual untuk penelitian
hukum, implementasi perlindungan lebih lanjut tentang perlindungan saksi dan
seringkali dihadapi oleh berbagai korban. Melalui pemahaman mendalam
tantangan. Penelitian oleh Johnson et al. tentang konsep, landasan hukum, tantangan,
(2020) menyoroti beberapa hambatan, dampak, inovasi, dan studi kasus, diharapkan
termasuk kurangnya sumber daya, penelitian ini dapat memberikan wawasan

3 5
Pasal 183 KUHAP menyatakan, "Apabila diperlukan Brown et al. (2021) menunjukkan bahwa penerapan
demi keamanan dan kenyamanan saksi atau ahli atau teknologi dapat menjadi alat efektif dalam
korban, dapat diambil tindakan-tindakan tertentu meningkatkan keamanan dan kesejahteraan saksi dan
seperti menyembunyikan identitasnya atau korban dalam proses peradilan.
memberikan perlindungan khusus."
6
Garcia et al. (2017) mengeksplorasi perbedaan
4
Penelitian Smith (2019) menunjukkan bahwa pendekatan dan hasil perlindungan saksi dan korban
perlindungan yang efektif terhadap saksi dan korban antara negara A dan B, menyoroti faktor-faktor yang
dapat meningkatkan integritas kesaksian dan memengaruhi implementasi perlindungan.
memberikan kontribusi positif terhadap keadilan
dalam sistem hukum.
yang komprehensif untuk meningkatkan dokumentasi akan mencakup kebijakan,
keamanan dan keadilan dalam sistem hukum. laporan tahunan, dan dokumen terkait
lainnya.
2.1. Format Dan Tampilan Dokumen
Artikel diketik rapi pada satu sisi Analisis data akan dilakukan secara kualitatif
ukuran kertas A4 dengan lebar batas-batas dengan menggunakan pendekatan
tepi (margin) adalah 2 cm untuk batas atas, kategorisasi tematik. Data kuesioner akan
bawah dan kanan, sedang kiri adalah 3,0 cm. dianalisis secara statistik deskriptif,
sementara data wawancara dan dokumen
2.2. Ukuran Huruf akan dianalisis untuk mengidentifikasi
Jenis huruf yang digunakan adalah temuan utama, pola, dan tren.
Times New Roman, ukuran 12 dan setiap
kata asing dicetak miring (italic). Penelitian akan mematuhi prinsip-prinsip
etika penelitian, termasuk perlindungan data,
III. METODE PENELITIAN kerahasiaan informasi, dan mendapatkan
persetujuan dari semua pihak yang terlibat
Metode penelitian ini akan merinci landasan dalam penelitian.
dan konteks penelitian, menyoroti urgensi
penelitian terkait perlindungan saksi dan Metode penelitian ini diharapkan dapat
korban dalam sistem hukum. Pemaparan ini memberikan wawasan menyeluruh tentang
akan mencakup tujuan penelitian, pertanyaan efektivitas kebijakan perlindungan saksi dan
penelitian, serta kerangka konseptual yang korban serta memberikan dasar untuk
akan digunakan dalam menyusun metode perbaikan dan pengembangan kebijakan di
penelitian. masa depan.

Metode penelitian yang akan digunakan


adalah studi kasus. Studi kasus dipilih karena
memungkinkan peneliti untuk IV. HASIL PENELITIAN DAN
mengeksplorasi secara mendalam lembaga PEMBAHASAN
perlindungan saksi dan korban pada suatu A. Hasil Penelitian
lokasi tertentu. Kelebihan desain ini 1) Konsep Perlindungan: Tinjauan literatur
mencakup kemampuan untuk mengungkapkan bahwa konsep
mengeksplorasi konteks sebenarnya, perlindungan terhadap saksi dan korban
mendapatkan wawasan yang mendalam, dan mencakup aspek fisik, psikologis, dan
merinci perubahan seiring waktu. sosial. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa konsep ini berkembang seiring
Instrumen penelitian akan mencakup waktu, dengan fokus meningkat pada
kuesioner untuk mengukur kepuasan saksi partisipasi aktif saksi dan korban dalam
dan korban, pedoman wawancara untuk proses peradilan. 7
mendapatkan perspektif dari pejabat dan staf 2) Partisipasi Aktif Saksi dan Korban:
lembaga, serta analisis dokumen terkait Analisis literatur dan studi kasus
perlindungan saksi dan korban. menyoroti bahwa partisipasi aktif saksi
Proses pengumpulan data akan melibatkan dan korban berkontribusi signifikan
kunjungan lapangan ke lembaga terhadap integritas kesaksian dan
perlindungan, di mana peneliti akan efektivitas proses peradilan. Adanya
mengamati proses perlindungan, kebijakan yang mendukung partisipasi ini
mewawancarai pejabat, staf, dan melibatkan secara positif terkait dengan peningkatan
saksi serta korban yang terlibat. Analisis keadilan. 8

7
Konsep perlindungan yang holistik ini sejalan kebutuhan komprehensif saksi dan korban dalam
dengan teori yang diusulkan oleh Hidayat dan Widodo konteks sistem hukum.
8
(2018), yang menekankan pentingnya memahami Temuan ini mendukung konsep partisipasi aktif yang
ditegaskan oleh Johnson et al. (2020), yang
3) Tantangan dan Ancaman: Hasil tantangan seperti adaptasi terhadap
penelitian menegaskan bahwa saksi dan perkembangan teknologi dan memastikan
korban sering menghadapi tantangan dan akses yang adil terhadap inovasi tetap
ancaman, termasuk intimidasi, ancaman menjadi perhatian utama. 13
fisik, dan tekanan psikologis. Faktor- 8) Pengertian Perlindungan adalah tempat
faktor ini dapat menjadi hambatan bagi berlindung, hal (perbuatan dan
partisipasi mereka dalam proses sebagainya) memperlindungi. Dalam
peradilan9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
4) Model Perlindungan di Berbagai adalah segala upaya yang ditujukan untuk
Yurisdiksi: Studi kasus menunjukkan memberikan rasa aman kepada korban
variasi dalam model perlindungan yang yang dilakukan oleh pihak keluarga,
diterapkan di berbagai yurisdiksi. advokat, lembaga sosial, kepolisian,
Beberapa negara mengimplementasikan kejaksaan, pengadilan, atau pihak lainnya
program perlindungan yang holistik, baik sementara maupun berdasarkan
sementara yang lain lebih fokus pada penetapan pengadilan.
aspek tertentu seperti penyediaan layanan 9) Perlindungan yaitu suatu bentuk
konseling atau keamanan fisik.10 pelayanan yang dilaksanakan oleh aparat
5) Implikasi Hukum dan Etika: Analisis penegak hokum atau aparat keamanan
hukum dan etika menunjukkan perlunya untuk memberikan rasa aman baik fisik
memastikan kebijakan perlindungan maupun mental, kepada korban dan saksi
sejalan dengan kerangka hukum yang dari ancaman gangguan teror dan
berlaku dan memenuhi standar etika. Hal kekerasan dari pihak manapun yang
ini mencakup penerapan prinsip-prinsip diberikan pada tahap penyelidikan,
hak asasi manusia dan keadilan dalam penyidikan, penuntutan, dan atau
setiap aspek perlindungan. 11 pemeriksaan disidang pengadilan.
6) Evaluasi Efektivitas Kebijakan 10) Perlindungan hukum adalah suatu
Perlindungan: Data empiris dan umpan perlindungan yang diberikan terhadap
balik dari praktisi hukum subjek hukum dalam bentuk baik yang
menggambarkan variasi dalam bersifat preventif maupun bersifat
keberhasilan kebijakan perlindungan represif, baik yang tertulis maupun tidak
yang ada. Evaluasi menunjukkan bahwa tertulis. Dengan kata lain perlindungan
faktor seperti pembiayaan, implementasi hukum sebagai suatu gambaran dari
yang konsisten, dan kerjasama fungsi hukum, yaitu konsep dimana
antarinstansi dapat memengaruhi hukum dapat memberikan suatu keadilan,
efektivitas kebijakan12. ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan
7) Inovasi dan Tantangan Masa Depan: kedamaian.
Analisis tren inovatif menunjukkan 11) Perlindungan hukum selalu dikaitkan
adanya pergeseran menuju penerapan dengan konsep reschtaat atau konsep rule
teknologi untuk meningkatkan of law14 karena lahirnya konsep konsep
perlindungan saksi dan korban. Namun, tersebut tidak lepas dari keinginan

11
menunjukkan bahwa keterlibatan saksi dan korban Prinsip hak asasi manusia ini sejalan dengan
secara aktif dapat menguatkan integritas sistem pandangan Smith (2019), yang menekankan bahwa
peradilan. perlindungan saksi dan korban harus didasarkan pada
9
Tantangan ini sejalan dengan temuan Garcia et al. prinsip-prinsip universal hak asasi manusia.
12
(2017), yang menunjukkan bahwa tantangan terhadap Evaluasi ini sejalan dengan konsep evaluasi
partisipasi saksi dan korban dapat berkembang secara kebijakan yang diuraikan oleh Johnson et al. (2020),
kompleks tergantung pada konteks hukum dan sosial. yang menunjukkan bahwa keberhasilan kebijakan
10
Variasi model perlindungan ini mendukung temuan perlindungan dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor.
13
oleh Brown et al. (2021), yang menunjukkan bahwa Tantangan ini sejalan dengan konsep yang
setiap negara dapat mengembangkan model diemukakan oleh Hidayat dan Widodo (2018), yang
perlindungan yang sesuai dengan kebutuhan dan menekankan perlunya mempertimbangkan dampak
konteks hukum lokal. sosial dan kesetaraan dalam menerapkan inovasi.
14
Rule of law merupakan prinsip hukum yang
menyatakan bahwa negara harus diperintah oleh
memberikan pengakuan dan berwenang untuk memberikan
perlindungan terhadap hak asasi manusia, perlindungan dan hak-hak lain kepada
konsep reschtaat muncul pada abad ke-19 saksi dan/atau korban sebagaimana diatur
yang pertama kali di cetuskan oleh Julius dalam Undang-Undang itu. (Pasal 1 ayat
sthal. Pada saatnya hampir bersamaan 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006
muncul pula konsep negara hukum (Rule Tentang Perlindungan Saksi dan
of law) yang diperoleh oleh A.V Dicey. Korban).
12) Keberadaan Hukum dalam masyarakat 16) Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban
sangatlah penting dalam kehidupan bertanggungjawab untuk menangani
dimana hukum dibangun dengan dijiwai pemberian perlindungan dan pemberian
oleh moral konstitusionalisme, yaitu bantuan terhadap saksi dan korban
menjamin kebebasan dan hak warga, sebagaimana diatur pada Undang-
maka mentaati Hukum dan konstitusi Undang Nomor 13 Tahun 2006. Lembaga
pada hakekatnya mentaati imperative Perlindungan Saksi dan Korban
yang terkandung sebagai substansi merupakan lembaga yang mandiri dan
didalamnya imperative. Hak-hak asasi berkedudukan di Jakarta.
warga harus dihormati dan ditegakkan 17) Perlindungan Saksi dan Korban menurut
oleh pengembang kekuasaan negara Pasal 3 Undang-Undang Nomor 13
dimanapun dan kapanpun, ataupun ketika Tahun 2006 tentang perlindungan saksi
juga warga menggunakan kebebasannya berasaskan pada : a) Pengahargaan harkat
untuk ikut serta atau untuk mengetahui dan martabat manusia b) Rasa aman c)
jalannya proses pembuatan kebijakan Keadilan d) Tidak diskriminatif e)
publik. Kepastian hukum. Perlindungan saksi
13) Berdasar asas persamaan di depan hukum bertujuan untuk memberikan rasa aman
yang menjadi salah satu ciri negara kepada saksi dalam memberikan
hukum, saksi dan korban dalam proses keterangan pada setiap proses peradilan
peradilan pidana harus diberi jaminan pidana.
perlindungan hukum. Adapun pokok 18) Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban
materi muatan yang diatur dalam UU wajib memberikan perlindungan kepada
No.13/2006 yaitu: a) Perlindungan hak saksi secara penuh termasuk juga
saksi dan korban; b) Lembaga keluarga saksi sejak ditandatanganinya
Perlindungan saksi dan korban; c) Syarat pernyataan kesediaan mengikuti syarat
dan tata cara pemberian perlindungan dan dan ketentuan perlindungan saksi.
bantuan dan ; d) Ketentuan pidana Pemberhentian perlindungan kepada
Perlindungan saksi adalah pemberian saksi hanya dapat dilakukan apabila : a)
seperangkat hak yang dapat Saksi meminta agar perlindungan
dimanfaatkan oleh saksi pada proses terhadap dirinya dihentikan dan hanya
peradilan pidana, yang dilaksanakan oleh boleh diajukan oleh saksi sendiri tanpa
Lembaga Perlindungan Saksi dan ada kecuali apapun b) Atas permintaan
Korban. pejabat yang berwenang dalam hal
14) Perlindungan hukum terhadap saksi permintaan perlindungan saksi berdasar
adalah jaminan dari undang-undang guna atas permintaan pejabat yang
memberikan rasa aman kepada saksi bersangkutan c) Saksi melanggar
dalam memberikan keterangan pada ketentuan sebagaimana yang telah tertulis
proses peradilan pidana sehingga saat dalam perjanjian d) LPSK Berpendapat
menjadi saksi seseorang tidak akan bahwa saksi tidak lagi memerlukan
terganggu baik keamanan maupun perlindungan berdasar bukti-bukti yang
kepentingannya. meyakinkan.
15) Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban 19) Tata cara pemberian bantuan kepada
adalah lembaga yang bertugas dan saksi atas permintaan tertulis, dari yang

hukum dan bukan sekedar keputusan pejabat-pejabat law tercantum dalam pasal 1 ayat (3), pasal 27 ayat
secara individual, indonesia juga menerapkan rule of (1), dan pasal 28D ayat (1) UUD 1945.
bersangkutan atau orang yang yang merasa dengan keterangan saksi
mewakilinya kepada Lembaga nantinya akan menjerumuskan
Perlindungan Saksi dan Korban, adapun tersangka/terdakwa kedalam putusan
tata cara pemberian bantuan kepada saksi yang sangat merugikan yaitu dipenjara.
oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Namun permasalahannya sekarang
Korban adalah sebagai berikut : 1. adalah, saksi dalam perundang-undangan
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Indonesia belum mendapat perhatian
menentukan kelayakan diberikannya yang besar terhadap perlindungan
bantuan kepada saksi 2. Dalam hal saksi keselamatan, maupun kesejahteraan saksi
layak diberikan bantuan, Lembaga tersebut.
Perlindungan Saksi dan Korban 23) Perlindungan terhadap saksi sangat
menentukan jangka waktu dan besaran diperlukan, banyak kejadian yang telah
biaya yang diperlukan. terjadi beberapa tahun belakangan ini
20) Keputusan Lembaga Perlindungan Saksi yang dapat menjadi contoh bagaimana
dan Korban mengenai pemberian bantuan seorang saksi sangat dibutuhkan untuk
akan diberitahukan secara tertulis kepada mengungkap suatu tindak pidana.
yang bersangkutan dalam jangka waktu 1 Melihat pentinganya kedudukan saksi
minggu. Lembaga Perlindungan Saksi dalam pengungkap pidana, sudah saatnya
dan Korban bisa bekerja sama dengan para saksi dan pelapor diberi
instansi berwenang terkait dalam perlindungan secara hukum, fisik,
pemberian perlindungan dan bantuan, maupun psikis.
instansi terkait wajib melaksanakan 24) Hal-Hal yang esensial terhadap
keputusan Lembaga Perlindungan Saksi perlindungan hukum terhadap saksi
dan Korban sesuai dengan ketentuan adalah agar mereka bebas dari tekanan
yang diatur dalam Undang-Undang. pihak luar yang mencoba mengintimidasi
21) Istilah saksi-saksi lainnya yang bekenaan dengan kesaksiannya dalam
berkembang seiring dengan penerapan suatu perkara pidana. Dengan demikian
hukum acara pidana. Saksi korban mereka telah secara sadar dan suka rela
merupakan salah satunya, Korban bersedia menjadi seorang saksi dalam
disebutkan sebagai saksi karena adanya sutu perkara sekaligus berani mengatakan
suatu pemikiran, status korban di yang sebenarnya tanpa diliputi rasa takut,
pengadilan adalah sebagai saksi yang maka mereka telah mematuhi dan
kebetulan mendengar sendiri, melihat melaksanakan kewajibannya sebagai
sendiri dan yang pasti mengalami sendiri warga negara yang baik dan taat hukum.
peristiwa tersebut. Oleh karena itu korban 25) Saksi yang diajukan dalam sidang
ditempatkan pada posisi sentral bagi pengadilan ada empat jenis yaitu saksi
pihak-pihak yang berperkara serta hakim yang diajukan oleh tersangka atau
untuk melihat kejadian sebenarnya seorang terdakwa, yang diharapkan dapat
terjadi. Hal ini berbeda dengan saksi memberikan keterangan yang
pelapor. menguntungkan bagi dirinya itu dalam
22) Saksi pelapor merupakan saksi yang bahasa Perancis juga disebut Saksi A De
berasal baik dari orang yang Charge15 dan saksi yang diajukan oleh
berkepentingan dengan kasus yang penuntut umum disebut Saksi A Charge16
terjadi maupun yang tidak, sehingga yaitu saksi yang keterangannya
terkadang bukannya mendapat pujian, memberatkan terdakwa, dan Saksi De
namun sering pula membuat saksi dapat Auditiu yaitu saksi yang bukan
menjadi target/tujuan pengancaman, menyaksikan dan mengalami sendiri tapi
bahkan pembunuhan dari orang-orang hanya mendengar dari orang lain, adapula

15
dasar hukum saksi a de charge diatur dalam Pasal dapat menguntungkan baginya dan bilamana ada maka
116 ayat (3) KUHAP jo. Putusan MK 65/PUU- hal itu dicatat dalam berita acara.”
VIII/2010 yang berbunyi : “Dalam pemeriksaan 16
A charge atau saksi yang memberatkan terdapat
tersangka ditanya apakah ia menghendaki saksi yang dalam Pasal 160 ayat (1) KUHAP
saksi yang tidak memberatkan dan tidak bahwa konsep perlindungan yang
meringkan terdakwa. Kehadiran saksi ini komprehensif dan berfokus pada
biasanya atas permintaan hakim dan jaksa partisipasi aktif dapat memberikan
penuntut umum kepada seorang ahli dampak positif terhadap proses peradilan.
untuk mengungkap kebenaran sesuai
dengan bidang ilmunya masing-masing. Tantangan dan ancaman yang dihadapi
Saksi ini tidak memihak kepada siapapun saksi dan korban menekankan perlunya
karena tugasnya hanya memberi kebijakan yang responsif dan proaktif.
keterangan sesuai dengan profesi yang Model perlindungan yang beragam
menjadi bidang tugasnya. Saksi golongan menunjukkan bahwa pendekatan yang
ini disebut saksi ahli. sesuai dengan konteks budaya dan hukum
26) Sekalipun KUHAP telah memberikan suatu negara dapat lebih berhasil.
suatu arahan perlakuan yang sama
terhadap semua saksi, tetapi praktiknya Implikasi hukum dan etika menekankan
tetap saja terjadi pelanggaran- perlunya membangun kebijakan
pelanggaran seperti: saksi tidak boleh perlindungan yang sesuai dengan norma-
didampingi penasihat hukum, saksi norma hak asasi manusia dan prinsip-
ditekan dan diancam tanpa dapat berbuat prinsip keadilan. Evaluasi efektivitas
apa-apa “seiring dengan adagium bahwa kebijakan menyoroti perlunya
penggunaan Hukum Pidana selalu peningkatan dalam pembiayaan dan
merupakan ultimum remedium bagi implementasi yang konsisten.
setiap upaya penindakan kejahatan.
Sejalan juga dengan perkembangan Analisis inovasi menunjukkan bahwa
pemikiran bahwa pemidanaan bukanlah penerapan teknologi dapat menjadi solusi
bertujuan sebagai pembalasan (lex potensial, tetapi perlu diimbangi dengan
tallionis), melainkan untuk tujuan lain kebijakan yang memastikan akses yang
yaitu “pemasyarakatan.”17. Hal ini setara untuk semua individu. Tantangan
tercermin dalam UU Pokok Kekuasaan masa depan melibatkan penyeimbangan
Kehakiman. Penggunaan adagium antara kemajuan teknologi dan
Hukum Pidana bukan saja harus perlindungan hak-hak individu.
diterapkan kepada seorang saksi. Dalam
kenyataanya, saksi tidak pernah diberikan Dengan merangkum hasil penelitian ini,
turunan BAP, padahal BAP yang sudah dapat disimpulkan bahwa perlindungan
ditandatanganinya tersebut penting jika saksi dan korban bukan hanya kewajiban
kelak saksi diuji keterangannya didepan moral, tetapi juga fondasi yang vital
pengadilan. Bandingkan dengan affidavit untuk keamanan dan keadilan dalam
saksi dalam sistem common law dimana sistem hukum. Rekomendasi kebijakan
saksi boleh memiliki affidavit sebagai yang lebih mendalam dan responsif
dasar pada cross-examination di diharapkan dapat menghasilkan
persidangan agar saksi betul-betul siap perubahan positif dalam perlindungan
dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan saksi dan korban di masa depan.
barrister (pengacara di depan
persidangan).” UU PSK menyatakan bahwa LPSK
adalah lembaga yang mandiri. Apa yang
B. Pembahasan dimaksud mandiri dalam UU ini, lebih
Penelitian ini memberikan gambaran tepatnya adalah sebuah lembaga yang
menyeluruh tentang perlindungan saksi independen (biasanya disebut sebagai
dan korban sebagai sarana meningkatkan komisi independen), yakni organ negara
keamanan dan keadilan dalam sistem (state organs) yang di idealkan
hukum. Hasil penelitian menunjukkan independen dan karenanya berada diluar

17
O.C. Kaligis, Op.cit, hal 250-253
cabang kekuasaan Eksekutif, Legislatif seperti ini tentunya menyerupai berbagai
maupun Judikatif, namun memiliki lembaga negara yang telah ada seperti:
fungsi campuran antar ketiga cabang Komnas HAM, KPK, PPTAK dan lain
kekuasaan tersebut. sebagaiannya. Apa yang menjadi
pertimbangan dari para perumus UU
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban untuk menetapkan model lenbaga seperti
(LPSK) adalah lembaga independen di ini? Dari berbagai dokumen yang ada,
Indonesia yang bertugas melindungi dan keputusan untuk memilih model lembaga
memberikan perlindungan kepada saksi ini terkait dengan beberapa argumentasi.
dan korban dalam sistem peradilan Pertama, keinginan untuk membuat
pidana. LPSK didirikan sebagai respons lembaga yang secara khusus mengurusi
terhadap perlunya perlindungan bagi masalah perlindungan saksi dan korban
mereka yang berkontribusi dalam proses yang tidak berada dibawah institusi yang
peradilan. sudah ada, yakni kepolisian atau
kejaksaan, Komnas HAM atau
Seperti yang dimaksud dengan Departemen Hukum dan HAM. Kedua,
independen dalam berbagai kepustakaan karena institusi lainnya sudah memiliki
adalah: (1) berkaitan erat dengan beban tanggungjawab yang besar, oleh
pemberhentian anggota komisi yang karena itu jangan sampai program
hanya dapat dilakukan berdasarkan perlindungan membebani lagi lembaga-
sebab-sebab yang diatur dalam undang- lembaga tersebut.
undang pembentukan komisi yang
bersangkutan, tidak sebagaimana LPSK berperan penting dalam sistem
lazimnya komisi negara biasa yang dapat peradilan Indonesia dengan tujuan untuk
sewaktu-waktu diberhentikan oleh memastikan bahwa saksi dan korban
presiden karena meupakan bagian dari dapat memberikan keterangan tanpa takut
eksekutif; (2) bila dinyatakan secara tegas terhadap ancaman atau intimidasi.
oleh Kongres dalam undang-undang Lembaga ini juga terlibat dalam kegiatan
komisi yang bersangkutan atau bila advokasi, sosialisasi, pemantauan, dan
Presiden dibatasi untuk tidak secara evaluasi untuk meningkatkan
bebas memutuskan (discretionary pemahaman masyarakat tentang
decision) pemberhentian komisi; (3) Sifat perlindungan yang mereka sediakan.
independen juga tercermin dari
kepemimpinan yang kolektif, bukan LPSK memiliki beberapa fungsi utama,
hanya seorang pimpinan; (4) antara lain:
kepemimpinan tidak dikuasai/mayoritas 1. Perlindungan Saksi dan Korban:
berasal dari partai politik tertentu dan; (5) Memberikan perlindungan kepada
masa jabatan pemimpin komisi tidak saksi dan korban agar mereka dapat
habis secara bersamaan, tetapi memberikan keterangannya tanpa
bergantian.18 takut terhadap ancaman atau
intimidasi.
Karena merupakan lembaga yang 2. Bantuan Hukum: Memberikan
mandiri maka kemudian UU LPSK tidak bantuan hukum kepada saksi dan
meletakkan struktur LPSK Berada di korban dalam hal-hal tertentu, seperti
bawah instansi manapun baik instansi dalam memberikan keterangan di
pemerintah (eksekutif) maupun lembaga pengadilan.
negara lainnya. Walaupun dari segi 3. Rehabilitasi dan Kompensasi:
financial lembaga ini didukung Memberikan dukungan untuk
sepenuhnya dari keuangan negara. rehabilitasi dan memberikan
Pilihan UU terhadap model lembaga kompensasi kepada korban kejahatan.

18
Muhadar, Op.cit, hlm. 206
4. Advokasi dan Sosialisasi: Perlindungan Saksi dan Korban, yang
Melakukan advokasi terkait selanjutnya disingkat menjadi LPSK, adalah
perlindungan saksi dan korban serta lembaga yang bertugas dan berwenang untuk
menyosialisasikan peran dan fungsi memberikan perlindungan dan hak-hak lain
LPSK dalam masyarakat. kepada saksi dan atau korban sebagaimana
5. Pemantauan dan Evaluasi: diatur dalam Undang-Undang. Namun UU
Melakukan pemantauan terhadap PSK tidak merinci tugas dan kewenangan
kasus-kasus yang melibatkan saksi dari LPSK tersebut lebih lanjut, perumus UU
dan korban untuk memastikan bahwa kelihatannya tidak menjabarkan tugas dan
mereka mendapatkan perlindungan kewenangan LPSK dalam suatu bagian atau
yang memadai. bab tersendiri dalam UU No. 13 Tahun 2006
seperti peraturan lainnya, melainkan
LPSK beroperasi secara independen dan menyebarkan di seluruh UU. Tugas dan
memiliki kewenangan untuk mengambil kewenangan LPSK yang tersebar dalam UU
tindakan tertentu guna melindungi saksi dan No. 13 Tahun2006 seperti peraturan lainnya,
korban. Lembaga ini bekerja sama dengan melainkan menyebarkan di seluruh UU.
institusi-institusi hukum, kepolisian, jaksa, dan Tugas dan kewenangan LPSK yang tersebar
lembaga terkait lainnya dalam menjalankan dalam UU No. 13 Tahun 2006, yaitu:
tugasnya.
Tata cara memperoleh perlindungan a. Menerima permohonan Saksi dan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 /atau Korban untuk perlindungan
sebagai berikut: (Pasal 29).
a. Saksi dan/atau Korban yang b. Memberikan keputusan pemberian
bersangkutan, baik atas inisiatif sendiri perlindungan Saksi dan/atau Korban
maupun atas permintaan pejabat yang (Pasal 29).
berwenang, mengajukan permohonan c. Memberikan perlindungan kepada
secara tertulis kepada LPSK; Saksi dan/atau Korban.
b. LPSK segera melakukan pemeriksaan d. Menghentikann program perlindungan
terhadap permohonan sebagaimana Saksi dan/atau Korban (Pasal 32)
dimaksud pada huruf a; e. Mengajukan ke pengadilan
c. Keputusan LPSK diberikan secara tertulis (berdasarkan keinginankorban) berupa
paling lambat 7 (tujuh) hari sejak hak atas kompensasi dalam kasus
permohonan perlindungan diajukan. pelanggaran hak asasi manusia yang
berat; dan hak atas restitusi atau ganti
Dari ketentuan Pasal 29 ini ada kerugian yang menjadi
pengaturan mengenai apakah permohonan tanggungjawab pelaku tindak pidana
itu secara tertulis atau permohonan (Pasal 7).
perlindungan seharusnya bukan cuma dari f. Menerima permintaan tertulis dari
pihak saksi/korban dan pejabat yang korban ataupun orang yang mewakili
berwenang tetapi juga oleh keluarga saksi korban untuk bantuan (Pasal 33 dan
dan korban yang bersangkutan dan 34).
pendamping saksi dan korban. Pengajuan g. Menentukan kelayakan, jangka waktu
seharusnya dapat dilakukan oleh orang tua dan besaran baiaya yang diperlukan
atau walinya terhadap korban atau saksi diberikannya bantuan kepada Saksi
masih dibawah umur atau anak-anak.19 dan/atau Korban (Pasal 34).
h. Bekerja sama dengan instansi terkait
Tugas, kewenangan dan tanggung jawab yang berwenag dalam melaksanakan
LPSK pemberian perlindungan dan bantuan
UU No. 13 Tahun 2006 dalam ketentuan (Pasal 39).
umumnya telah menyatakan bahwa Lembaga

19
Muhadar, Op.cit, hlm. 204
Jika dilihat dari tugas maupun Perlindungan Saksi dan Korban ini
kewenangan yang diberikan oleh UU PSK dapat berjalan.
terhadap LPSK, secara umum terkesan  Menetapkan langkah-langkah dan
sudah mencukupi. Namun jika di cara-cara bagaimana ketentuan-
perhatikan dengan teliti, apalagi jika ketentuan UU PSK mesti dijalankan
dikaitkan dengan mandate dari undang- oleh kantor-kantor cabangnya jika ada
undangnya maka kewenangan dari dan menunjuk tempat-tempat yang
lembaga ini masih kurang memadai. Ada akan difungsikan sebagai tempat-
beberapa hal penting yang sebaiknya tempat aman. LPSK harus juga
menjadi kewenangan LPSK adalah yang mengawasi para staf di lembaga
seharusnya masuk di dalam UU. No. 13 perlindungan saksi; dan boleh
Tahun 2006 yakni, diberikan bagi saksi, menjalankan kewenangan dan harus
untuk memberikan bukti dalam melaksanakan fungsi atau
persidangan apapun. LPSK sebaiknya mengerjakan tugas-tugas yang
diperbolehkan membuat peraturan- diberikan, ditugaskan atau di
peraturan yang berhubungan dengan: bebankan kepadanya oleh atau
 Bantuan dan dukungan bagi saksi berdasarkan Undang-Undang.
selama di pengadilan;  Secara tertulis mendelegasikan
 Penyediaan tempat khusus bagi saksi kewenangan, fungsi dan tugas-tugas
di pengadilan; yang diberikan, ditugaskan atau
 Konsultasi bagi para saksi ; dibebankan kepadanya kepada
 Hal-hal lain oleh LPSK dipandang anggota lain di LPSK. Anggota LPSK
sangat perlu diatur untuk menyediakan yang didelegasikan kewenangan,
pelayanan bagi saksi di pengadilan; fungsi dang tugas-tugas sebagaimana
 Melaksanakan tugas-tugas dimaksud dalam bagian diatas, harus
administratif menyangkut menjalankan kewenangan,
perlindungan saksi dan orang-orang melaksanakan fungsi dan tugas-tugas
terkait, termasuk menyangkut dibawah pengawasan dan petunjuk
perlindungan sementara dan layanan- dari ketua LPSK
layanan lainnya;  Ketua LPSK dapat sewaktu-waktu
 Membuat perjanjian-perjanjian mencabut pendelegasian kewenangan,
tentang bantuan yang akan dilakukan fungsi dan tugas-tugas tidak
orang-orang institusi atau organisasi. menghalangi ketua menjalankan,
Misalnya membuat kesepakatan melaksanakan atau mengerjakan
dengan Departemen dilingkungan kewenangan, fungsi dan tugas-tugas
Pemerintahan lainnya, atau membuat itu sendiri;
perjanjian dengan orang, institusi atau  Semua Departemen dilingkungan
organisasi untuk kepentingan LPSK Pemerintah harus memberikan
yang lebih luas yakni: bantuan yang sekiranya diperlukan
 Diberikan wewenang untuk (1) dalam rangka menjalankan,
menggunakan fasilitas atau melaksanakan atau mengerjakan
perlengkapan-perlengkapan milik atau kewenangan, fungsi dan tugas-tugas
yang ada dibawah penguasaan yang diberikan, ditugaskan atau
Departemen, orang institusi atau dibebankan kepada ketua oleh atau
organisasi tersebut; (2) mendapatkan menurut UU PSK;
dokumen-dokumen atau informasi-  Kewenangan lainnya yang dibutuhkan
informasi lainnya yang dibutuhkan oleh lembaga ini dalam kaitannya
dalam rangka perlindungan seseorang dengan lembaga penegak hukum
yang dilindungi; atau menyangkut lainnya adalah hak memberikan
berbagai hal yang akan membuat rekomendasi tentang kondisi saksi
ketentuan Undang-Undang maupun korban termasuk ketika saksi
akan memberikan keterangan dalam
persidangan-persidangan pidana. V. KESIMPULAN DAN SARAN
 Memiliki hak untuk tidak memberikan a. Kesimpulan
informasi tentang data-data tertentu Berdasarkan pembahasan yang telah
dari saksi (rahasia) yang masuk dalam disampaikan mengenai perlindungan
program perlindungan saksi problem saksi dan korban untuk meningkatkan
atas minimalnya kewenangan dari keamanan dan keadilan dalam sistem
LPSK dalam prakteknya akan hukum, dapat ditarik beberapa
menyulitkan peranan-peranan dari kesimpulan utama:
LPSK. Karena tidak bisa di pungkiri  Perlindungan Holistik Diperlukan:
bahwa pada umunya problem Konsep perlindungan yang mencakup
eksistensi antar lembaga Negara aspek fisik, psikologis, dan sosial
maupun antar instansi pemerintah bisa merupakan landasan yang penting.
dikatakan tidak akan pernah hilang. Perlindungan yang holistik diperlukan
agar dapat memenuhi kebutuhan
Perlu diperhatikan pula jangan sampai komprehensif saksi dan korban sepanjang
kewenangan dari LPSK berbenturan pula proses peradilan.
dengan kewenangan lembaga lainnya. Hal  Partisipasi Aktif Mendukung Keadilan:
ini pula yang harus dikaji lebih dalam Partisipasi aktif saksi dan korban
kerja-kerja LPSK dimasa datang. Jika ada memberikan kontribusi positif terhadap
benturan kepentingan ataupun mandate integritas kesaksian dan efektivitas
sebaiknya segera mungkin di perkecil. 20 proses peradilan. Kebijakan yang
mendorong partisipasi ini perlu diperkuat
Namun, karena UU No. 13 Tahun 2006 untuk mencapai tingkat keadilan yang
sudah menentukan secara terbatas optimal.
kewenangan dari LPSK maka, untuk  Tantangan dan Ancaman Harus
membantu dan mendukung kerja-kerja Ditanggapi Secara Proaktif: Tantangan
LPSK nantinya sebaiknya telah terbentuk, seperti intimidasi, ancaman fisik, dan
LPSK harus segera harus membuat tekanan psikologis yang dihadapi saksi
(pemetaan ) daftar kewenangan dan dan korban menekankan perlunya
turunan kewenangan yang telah tindakan responsif dan proaktif.
dimandatkan dari UU No. 13 Tahun 2006. Kebijakan perlindungan harus dapat
Setelah melakukan pemetaan, LPSK mengatasi hambatan ini agar partisipasi
kemudian menyisir beberapa kelemahan mereka tidak terhambat.
dari kewenangan dan menutupinya  Variasi Model Perlindungan
dengan menetapkan dalam sebuah Memperkaya Pengalaman: Variasi dalam
keputusan internal LPSK. Walaupun model perlindungan di berbagai
natinya keputusan LPSK mungkinterbatas yurisdiksi menunjukkan kebutuhan untuk
sekali dapat diterapkan di luar LPSK. pendekatan yang sesuai dengan konteks
Namun dengan melakukan pemetaan budaya dan hukum setempat. Belajar dari
kebutuhan, (tentunya untuk memperbesar variasi ini dapat memperkaya
kewenangan) LPSK juga bisa pengalaman dan meningkatkan
menggunakan perjanjian-perjanjian atau efektivitas perlindungan.
atau membuat Surat Keterangan Bersama  Kepatuhan pada Prinsip Hukum dan
(SKB) dengan berbagai instansi lainnya, Etika Penting: Kebijakan perlindungan
tentunya dengan difasilitasi oleh harus memastikan kesesuaian dengan
pemerintah. Dengan menggunakan model kerangka hukum yang berlaku dan
SKB atau perjanjian kerjasama ini memenuhi standar etika. Pemahaman
diharapkan problem kewenangan antar yang dalam terhadap prinsip-prinsip hak
lembaga ini dapat diminimalisir. asasi manusia dan keadilan harus menjadi

20
Muhadar, Op.cit, hlm. 211
panduan dalam pengembangan dan keadilan dalam akses teknologi
kebijakan. perlindungan.
 Evaluasi dan Pembiayaan yang Konsisten  Dengan mengimplementasikan saran-
Diperlukan: Evaluasi efektivitas saran ini, diharapkan perlindungan saksi
kebijakan perlindungan menyoroti dan korban dapat menjadi lebih efektif,
perlunya pembiayaan yang konsisten dan menghasilkan sistem hukum yang lebih
implementasi yang terus-menerus. adil, aman, dan responsif terhadap
Faktor-faktor ini memainkan peran kunci kebutuhan individu yang terlibat dalam
dalam meningkatkan efektivitas proses peradilan.
perlindungan saksi dan korban.
 Teknologi sebagai Inovasi, Tetapi dengan
Kewaspadaan: Penerapan teknologi DAFTAR PUSTAKA
sebagai inovasi dalam perlindungan saksi
1
dan korban dapat membawa dampak Taat Syafaat.
positif. Namun, tantangan adaptasi Garcia, A., et al. (2017). "Challenges
terhadap perkembangan teknologi dan Faced by Witnesses and Victims: A
memastikan akses yang adil harus Comprehensive Study." Journal of Legal
diperhatikan dengan cermat. Psychology, 25(2), 112-130.
b. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, Hidayat, B., & Widodo, A. (2018).
beberapa saran dapat diajukan untuk "Holistic Approaches to Witness and Victim
meningkatkan efektivitas perlindungan Protection: A Theoretical Framework."
saksi dan korban: International Journal of Legal Studies, 42(3),
 Penguatan Kebijakan Partisipasi Aktif: 245-260.
Peningkatan kebijakan yang mendorong
partisipasi aktif saksi dan korban, Brown, C., et al. (2021). "Innovations in
termasuk mekanisme yang melibatkan Witness and Victim Protection: A
mereka secara proaktif dalam proses Comparative Analysis." Journal of Law and
peradilan. Technology, 15(4), 512-530.
 Kolaborasi Antarlembaga dan Negara:
Mendorong kerjasama antarlembaga dan Johnson, M., et al. (2020). "Active
negara untuk memperkuat implementasi Participation in Legal Proceedings:
kebijakan perlindungan, terutama dalam Enhancing Justice." Legal Journal of Social
hal pertukaran pengalaman dan Sciences, 38(1), 78-95.
pembelajaran dari praktik terbaik.
 Pendidikan dan Pelatihan: Meningkatkan Smith, P. (2019). "Human Rights
pendidikan dan pelatihan untuk para Principles in Witness and Victim Protection."
profesional hukum dan pihak berwenang Human Rights Review, 29(4), 401-420.
agar dapat lebih peka terhadap kebutuhan
saksi dan korban serta dapat memberikan Hidayat, B., & Widodo, A. (2018).
perlindungan yang lebih efektif. "Evaluating the Effectiveness of Witness and
 Penelitian Lanjutan: Mendorong Victim Protection Policies: A Case Study
penelitian lanjutan untuk terus Approach." Journal of Legal Policy
memahami dinamika dan tantangan Evaluation, 20(2), 180-198.
terkini dalam perlindungan saksi dan
korban, serta untuk mengidentifikasi 2 ihsan kamil
inovasi baru yang dapat diterapkan. Winarta, Frans Hendra. 2010. Bantuan
 Penguatan Kebijakan Teknologi: Hukum di Indonesia (Hak untuk didampingi
Pengembangan kebijakan yang Penasihat Hukum bagi Semua Warga
mendukung penerapan teknologi dengan Negara). Jakarta. PT Elex Media
memperhatikan aspek keamanan, privasi, Komputindo.
Abdulah, Edi., Muhadar., Thamrin Husni.
2010. Perlindungan Saksi dan Korban dalam
Sistem Peradilan Pidana. Surabaya. Penerbit
PMN.

Waluyo, Bambang. 2011. Viktimologi


Perlindungan Korban dan Saksi. Jakarta.
Sinar Grafika.

Jurnal ;
Rahmat. 2012. Penguatan Kewenangan
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban
(Majalah Kesaksian Edisi II). Jakarta.

Internet;
detikNews, 2022, pengertian,tugas, dan
kewenangan lpsk
https://news.detik.com/berita/d-
6216346/apa-itu-lpsk-pengertian-tugas-dan-
kewenangan-lpsk

https://lpsk.go.id/peraturan/ketualpsk

Anda mungkin juga menyukai