Anda di halaman 1dari 11

BAB 5

PERNIKAHAN
- Kelompok III
-Dimas Baskoro K.
- Afrillia
-Nur Syifa
A. NIKAH
1. Pengertian nikah
Menurut bahasa, nikah berarti menghimpun dan mengumpulkan. Menurut ilmu fikih,
nikah adalah akad yang menghalalkan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang
bukan muhrim sesuai dengan ketentuan hukum syariat.
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan biologis bagi pria
dan wanita perlu diatur dengan pernikahan, yaitu suatu hubungan yang memiliki dasar
dan tujuan tertentu sehingga tercipta hubungan lawan jenis yang beradab, memiliki
keturunan yang sah, dan hidup tenang lahir dan batin.
Nabi Muhammad saw. menganjurkan untuk menikah kepada mereka yang sudah
mampu dan bagi yang belum mampu menikah dianjurkan untuk berpuasa agar
terkendali.
2. Dasar nikah
Selain hadist di atas, banyak ayat Al-Qur'an yang dapat dijadikan dasar untuk melakukan
pernikahan.
Artinya :
"Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rezeki dari yang
baik. Mengapa mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?" (QS. An-
Nahl, 16:72)
3. Tujuan nikah
Nikah atau perkawinan adalah perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri
(dengan resmi). Kata nikah dalam Al-Qur'an menggunakan kata zawwaja dan kata zauwj yang
berarti pasangan, karena dengan pernikahan, seseorang menjadi berpasangan-pasangan. Seperti
yang terkandung dalam QS. Az-Zariyat, 51:49 dan QS. Yasin, 36:36 yang artinya sebagai berikut.
"Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran
Allah)." (QS. Az-Zariyat, 51:49)
"Mahasuci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang
ditumbuhkan oleh bumi, dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui
(QS. Yasin, 36:36)
Pengertian menikah tidak sekedar pemenuhan kebutuhan nafsu biologis yang bermuara
pada reproduksi semata, melainkan juga pemenuhan kebutuhan batin, rasa kasih dan
sayang, sehingga hidup menjadi tenang dan bahagia (sakinah).
Allah swt. berfirman:
Artinya :
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan
untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya,
dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir." (QS.
Ar-Rum, 30:21)
4. Hukum nikah
Berdasarkan latar belakang dan alasannya, hukum menikah bisa menjadi
bermacam-macam, yaitu sebagai berikut.
a. Wajib, yaitu bagi orang yang telah mampu memberi nafkah lahir dan batin
serta memenuhi kewajiban-kewajiban lainnya, dan takut jatuh dalam perbuatan
zina.
b. Sunah, yaitu bagi orang yang sudah mampu memberi nafkah lahir dan batin
serta memenuhi kewajiban-kewajiban lainnya, namun masih mampu untuk
menundanya.
c. Haram, yaitu bagi orang yang bermaksud menyakiti calon istri dan atau ingin
melampiaskan rasa dendamnya.
d. Makruh, yaitu bagi orang yang berkeinginan tetapi belum mampu memberi
nafkah dan memenuhi kewajiban-kewajiban lainnya.
e. Jaiz, mubah (boleh) yaitu menurut asal hukumnya.
5. Rukun dan syarat-syarat nikah
Hakikat rukun nikah adalah persetujuan antara pihak pria dan pihak wanita untuk saling mengikatkan diri secara hukum dalam
pernikahan. Karena bersifat rohani dan tidak mungkin diketahui oleh orang lain, persetujuan ini perlu diungkapkan dalam bentuk
pernyataan ijab dan kabul, yang lazim disebut akad nikah.
Rukun nikah adalah sebagai berikut.
a. Mempelai laki-laki
Syarat mempelai laki-laki adalah sebagai berikut.
-Beragama Islam.
-Dewasa.
-Menikah atas kemauan sendiri, tanpa paksaan.
-Hubungan dengan calon istri bukan mahram, atau
sepersusuan.
-Tidak sedang ihram haji atau umrah.
b. Mempelai perempuan
Syarat mempelai perempuan adalah sebagai berikut.
-Beragama Islam.
-Dewasa.
-Tidak dalam ikatan perkawinan dengan laki-laki lain, termasuk yang masih dalam masa idah.
-Hubungan dengan calon suami bukan mahram.
-Tidak sedang dalam keadaan ihram haji atau umrah.
•C. Wali •Yang berhak menjadi wali nikah, secara berturut-turut,
Syarat-syarat wali nikah adalah sebagai berikut. adalah sebagai berikut.
-Islam. -Bapak kandung.
-Laki-laki. -Kakek.
-Balig. -Saudara laki-laki sekandung.
-Berakal. -Saudara laki-laki sebapak.
-Merdeka. -Anak laki-laki dari saudara kandung laki-laki.
-Adil. -Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak.
-Saudara laki-laki bapak yang sekandung (paman). -
Saudara laki-laki bapak yang sebapak dengan bapak.
-Anak laki-laki paman (sekandung dengan bapak). -Anak
laki-laki paman (sebapak dengan bapak).
d. Saksi
Syarat menjadi saksi nikah adalah:
-Islam,
-balig,
-berakal,
-merdeka,
-laki-laki, dan
-adil.
e. Akad (ijab kabul)
Akad adalah pernyataan ijab (penyerahan) dan kabul
(penerimaan). Jadi, pada hakikatnya, akad merupakan
kesediaan wanita untuk dinikah melalui walinya dan
kesanggupan bagi si pria untuk menikahinya.
B. Talak
1. Pengertian talak
perkataan 'halal tapi dibenci oleh Allah' memberikan
pengertian bahwa talak itu suatu rukhsah (keringanan) yang
diadakan semata-mata karena darurat, yaitu ketika hubungan
suami-istri semakin memburuk dan mengharuskan
perpisahan. Tetapi dengan syarat kedua belah pihak harus
mematuhi ketentuan-ketentuan Allah dan hukum-hukum
perkawinan.
- Terima Kasih -

Anda mungkin juga menyukai