Anda di halaman 1dari 27

PERAN BEACUKAI TERHADAP PENCEGAHAN

PENYELUDUPAN BARANG ILLEGAL DI PELABUHAN


KOTA TANJUNGPINANG

USULAN PENELITIAN

OLEH
WIWIN MARISA
NIM.2105040095

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia merupakan negara yang sangat besar, terdiri dari wilayah

kepulauan dengan bentuk geografis yang unik, wilayah Indonesia terletak di

antara dua benua dan dua samudera. Letak geografis tersebut menjadikan sebuah

negara bernama Indonesia yang dikelilingi oleh negara maju dan berkembang.

Sebagaimana kita ketahui bersama, Indonesia tidak hanya menjalankan

pemerintahan saja, tapi juga membangun, dan untuk memajukan pembangunan

negara, kita memerlukan semua sumber pendanaan dan tidak bisa hanya berasal

dari satu sumber saja. Pendapatan pemerintah untuk membiayai proyek

konstruksi termasuk, selain pajak, pendapatan dari pajak penjualan dan bea masuk

dan ekspor.

Dengan meningkatnya globalisasi, perdagangan internasional menjadi salah

satu penopang utama pertumbuhan ekonomi suatu negara.Letak geografis

Indonesia yang strategis sebagai negara kepulauan dengan ribuan pulau

menjadikan perdagangan dan transportasi maritim sebagai industri penting

Pelabuhan di Indonesia, termasuk Pelabuhan Kota Tanjung Pinang, berperan

penting dalam menghubungkan rantai pasok barang antar wilayah.


Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak pelabuhan

sehingga sangat rentan terhadap masuknya barang ilegal melalui kegiatan

penyelundupan.

Penyelundup biasanya menggunakan transportasi laut untuk

menyembunyikan barang ilegal, seperti obat-obatan terlarang, senjata api, dan

barang palsu, di dalam kontainer, kargo, atau bagian kapal yang tersembunyi

untuk menghindari pemeriksaan oleh petugas bea cukai. Permasalahan

penyelundupan barang ilegal ini sudah terjadi bertahun-tahun di berbagai

pelabuhan di Indonesia, termasuk di Provinsi Kepulauan Riau.

Berdasarkan data Bea dan Cukai, peristiwa penyelundupan narkoba,

psikotropika, senjata api, dan barang palsu terjadi setiap tahun melalui pelabuhan

Kepri, khususnya Pelabuhan Kota Tanjung Pinang yang merupakan salah satu

pelabuhan terpenting di wilayah tersebut. apabila barang yang diperdagangkan

bukan merupakan barang yang diperoleh secara sah (ilegal), maka transaksi

tersebut merupakan kegiatan yang dilarang. Sehari-harinya banyak pedagang yang

sebenarnya sudah mengetahui bahwa produk yang dijualnya adalah produk ilegal,

namun tetap menjualnya untuk mendapatkan keuntungan. Jika barang yang

digunakan berasal dari tindak pidana, maka keabsahan transaksinya tentu akan

dipertanyakan.tindakan ini tidak hanya berdampak pada legalitas produk yang

diperdagangkan, namun juga berpotensi membuat pelaku yang terlibat terkena

sanksi.
Pengertian penyelundupan terdapat di dalam UU No. 17 Tahun 2006 tentang

Kepabeanan, pada Pasal 120, Pasal 120A, Pasal 120B yang menentukan bahwa

penyelundupan ialah tindak pidana yang berhubungan pengeluaran barang atau

uang dari Indonesia ke luar negeri (ekspor) atau pemasukan barang atau uang dari

luar negeri ke Indonesia (impor).1

Berdasarkan gagasan negara hukum dan keinginan pemerintah untuk

mewujudkan sistem hukum dalam negeri yang stabil dan melayani kepentingan

nasional, maka diundangkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun Tahun 2006

tentang Kepabeanan.

Tujuan dirancangnya Undang-Undang Kepabeanan Nomor 17 Tahun 2006

adalah untuk mendukung upaya peningkatan dan pengembangan perekonomian

nasional yang berkaitan dengan perdagangan dunia, mendukung kelancaran arus

barang, dan meningkatkan efektivitas pengawasan pergerakan barang adalah.

Mengoptimalkan kedatangan atau asal usul dalam daerah pabean Indonesia dan

pergerakan barang tertentu dalam daerah pabean, serta pencegahan dan

pengendalian penyelundupan. Di Indonesia, penyebaran barang palsu dan

bajakan berada pada tahap yang serius dan mengkhawatirkan.

Dikatakan suatu barang tersebut illegal apabila barang tersebut tidak

memenuhi pengenaan bea masuk atau memang sengaja dilanggar dan barang yang

didapatkan tidak sah secara hukum2. Penyelundupan barang ilegal telah menjadi

1
Peraturan Pemerintah RI, “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2006 Tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan (1),” t.t.
2
Andrian Muhammad, “Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Perdagangan Barang Hasil
Penyelundupan,” Jurist-Diction 3, no. 6 (2 November 2020): 2021,
https://doi.org/10.20473/jd.v3i6.22955.
masalah serius bagi keamanan nasional dan kestabilan ekonomi Indonesia.

Barang-barang ilegal seperti narkotika, senjata, produk-produk ilegal, dan barang-

barang terlarang lainnya masuk ke dalam negeri melalui berbagai jalur, termasuk

melalui jalur maritim di pelabuhan-pelabuhan utama seperti Kota Tanjungpinang.

Dampak dari penetrasi barang ilegal ini sangat merugikan, baik secara ekonomi

maupun sosial, dengan potensi mengganggu stabilitas sosial, meningkatkan

kejahatan, dan merusak pasar domestik yang sah. Maka dari itu perlunya

kontribusi dari individu maupun masyarakat terkhusus pelaku usaha untuk

menjalankan usaha yang legal agar dapat terciptanya perekonomian dalam negeri

yang transparan, adil, dan bersih sehingga penerimaan negara dapat optimal untuk

kemakmuran rakyat3

Dapat dilihat bahwasanya Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan

secara letak geografisnya yang sangat strategis memungkinkan dijadikan alur

masuknya berbagai bentuk kejahatan seperti pencurian kekayaan sumber daya

alam di Indonesia dan penyelundupan, dikarenakan wilayah yang strategis

tersebut dimanfaatkan para pelaku dengan berbagai cara terhadap kegiatan illegal

yang dimaksud4. Karena Indonesia tidak dapat menghindar dari posisi

geografisnya sebagai negara transit maupun tujuan para penjahat penyelundup.

Hal ini mengharuskan aparat keamanan di Indonesia khususnya Direktorat

Jenderal Bea dan Cukai sebagai institusi pemerintah di Indonesia terkhusus pada

Direktorat Penindakan dan Penyidikan, subdirektorat patroli laut yang memiliki

3
Cukai, “Patroli laut DJBC MeMiliki Peran Penting SeBagai PenJaga Pintu gerBang BangSa,” t.t.
4
Sari Qanitah, “IMPLEMENTASI KERJASAMA DIREKTORAT JENDRAL BEA DAN CUKAI DENGAN
SINGAPORE POLICE COAST GUARD DALAM MENANGGULANGI SMUGGLING DI PERBATASAN
PERAIRAN INDOESIA - SINGAPURA,” t.t.
peran penting sebagai garda terdepan dalam pengawasan terhadap penyelundupan,

dalam peran ini membawa Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai penjaga

pintu gerbang bangsa5

Masalah penyelundupan barang ilegal ini sudah terjadi sejak lama di

berbagai pelabuhan di Indonesia, tidak terkecuali di Provinsi Kepulauan Riau.

Data dari Bea Cukai menunjukkan bahwa setiap tahunnya selalu ada saja kasus

penyelundupan narkoba, psikotropika, senjata api, dan barang palsu yang

dilakukan melalui pelabuhan-pelabuhan di Provinsi Kepulauan Riau, khususnya

Pelabuhan Kota Tanjungpinang yang merupakan salah satu pelabuhan utama di

wilayah tersebut.

Menurut laporan tahunan Bea Cukai Kepulauan Riau, modus yang kerap

digunakan pelaku penyelundupan di Pelabuhan Tanjungpinang beragam.

Beberapa di antaranya adalah menyelipkan barang ilegal di bagian tersembunyi

container atau kapal, menyamarkan narkoba dalam karung beras atau pupuk,

hingga memanfaatkan kerjasama oknum petugas pelabuhan. Hal ini tentunya

sangat merugikan perekonomian bangsa serta berpotensi merusak generasi muda

yang tertarik mengonsumsi narkoba,bahkan sepanjang Januari hingga September

2016,terdapat 36 kasus penyeludupan barang tanpa cukai (illegal) yang

diamankan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) barang

ttanpa cukai itu diantaranya adalah ribuan batang rokok Khusus Kawasab

Bebas,minuman berakohol,ratusan gram narkoba jenis sabu sabu dan barang siap

5
Cukai, “Patroli laut DJBC MeMiliki Peran Penting SeBagai PenJaga Pintu gerBang BangSa.”
guna hingga bahan makanan,semua barang seludupan itu diketahui masuk melalui

Pelabuhan tikus,bongkar muat barang,bahkan Pelabuhan domestik.

Sebagai institusi pemerintah yang bertugas mengamankan arus barang

keluar masuk di pelabuhan, Bea Cukai memiliki peran penting dan strategis untuk

mencegah praktik penyelundupan barang ilegal ini. Pemeriksaan menyeluruh atas

setiap kargo dan barang bawaan penumpang, patroli rutin di sekitar pelabuhan,

serta pengawasan terhadap praktek kecurangan pegawai merupakan metode yang

kerap digunakan petugas Bea Cukai dalam upaya pencegahan tersebut.

Namun tentu saja upaya bea dan cukai tidak selalu berjalan mulus.Peran

Bea dan Cukai dalam mencegah penyelundupan barang ilegal di Pelabuhan

Tanjung Pinang karena berbagai kendala seperti terbatasnya jumlah

personel,sulitnya mendeteksi barang ilegal yang disamarkan, dan upaya menyuap

petugas pelabuhan.

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memberikan analisis secara

rinci mengenai peran, hambatan, dan upaya peningkatan kinerja Bea dan Cukai

dalam mencegah kegiatan penyelundupan di Pelabuhan Kota Tanjung Pinang.

Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh rekomendasi kebijakan

yang dapat menjadi masukan berharga bagi Kantor Bea Cukai Pelabuhan

Tanjungpinang serta instansi terkait lainnya, sehingga upaya pencegahan

penyelundupan barang ilegal dapat dilakukan secara lebih optimal. Dalam skala

yang lebih luas, penelitian ini diharapkan mampu membantu memberantas


praktik-praktik penyelundupan tidak saja di Pelabuhan Tanjungpinang, namun

juga di seluruh pelabuhan yang ada di Indonesia.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana peran Bea Cukai dalam mencegah penyelundupan barang

ilegal di Pelabuhan Kota Tanjungpinang?

2. Bagaimana evektifitas Bea cukai dalam melakukan pencegahan

penyeludupan barang illegal di Pelabuhan Kota Tanjungpinang

3. Apa saja kendala atau hambatan utama yang dihadapi oleh Bea Cukai

dalam melaksanakan perannya dalam pencegahan penyelundupan barang

ilegal di Pelabuhan Kota Tanjungpinang?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis peran Bea Cukai dalam mencegah

penyelundupan barang ilegal di Pelabuhan Kota Tanjungpinang.

2. Untuk mengetahui evektifitas Bea cukai dalam melakukan pencegahan

penyeludupan barang illegal di Pelabuhan Kota Tanjungpinang

3. Untuk mengidentifikasi hambatan dan kendala utama yang dihadapi oleh

Bea Cukai dalam menjalankan perannya dalam pencegahan

penyelundupan barang ilegal di Pelabuhan Kota Tanjungpinang.


4. Untuk menilai dampak dari keberhasilan atau kegagalan upaya

pencegahan yang dilakukan oleh Bea Cukai terhadap keamanan nasional,

ekonomi, dan masyarakat di sekitar Pelabuhan Kota Tanjungpinang.

5. Untuk merumuskan upaya peningkatan peran Bea Cukai dalam

pencegahan penyelundupan barang ilegal di Pelabuhan Kota

Tanjungpinang.

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi tentang peran, kendala, dan upaya peningkatan

peran Bea Cukai dalam mencegah penyelundupan barang ilegal di

Pelabuhan Kota Tanjungpinang.

2. Sebagai bahan masukan bagi Bea Cukai dalam meningkatkan peran

pencegahan penyelundupan barang ilegal di pelabuhan.

3. Sebagai referensi dan tambahan pengetahuan bagi peneliti lain yang ingin

melakukan penelitian lebih lanjut seputar permasalahan serupa.

4. Melalui penelitian ini, akan terungkap kendala-kendala yang dihadapi oleh

Bea Cukai dalam melakukan tugasnya. Hal ini dapat menjadi landasan

untuk merekomendasikan perbaikan dan peningkatan sistem, teknologi,

atau kebijakan yang dapat membantu meningkatkan efisiensi dan

efektivitas lembaga penegak hukum dalam mencegah penyelundupan.

5. Sebagai Peningkatan Kerja Sama Internasional, Karena Pelabuhan Kota

Tanjungpinang berperan sebagai titik penting dalam perdagangan regional,


hasil penelitian ini juga dapat memperkuat kerja sama internasional dalam

hal penegakan hukum dan pencegahan penyelundupan. Dengan

memahami dinamika di level lokal, hal ini dapat membantu dalam

menciptakan kerja sama yang lebih erat antarnegara untuk mengatasi

ancaman perdagangan ilegal.


BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

1. Penyelundupan Barang Ilegal

Penyelundupan berasal dari kata selundup yang artinya menyelunduk,

menyuruk, masuk dengan sembunyi-sembuyi atau secara gelap (tidak sah).

Sedangkan penyelundupan diartikan sebagai pemasukan secara gelap untuk

menghindari bea masuk atau karena menyelundupkan barang-barang

terlarang6.Produk ilegal adalah produk yang dilarang untuk diedarkan

ataudiperdagangkan bebas karena dapat membahayakan masyarakat umum. Jenis

barang ilegal yang kerap diselundupkan antara lain narkoba, obat-obatan

terlarang, senjata api, barang cetakan palsu, uang palsu, serta barang lain yang

dibatasi peredarannya seperti flora dan fauna langka. Penyelundupan dilakukan

untuk menghindari peraturan dan membayar pajak, serta untuk memperoleh

keuntungan ekonomi dari perdagangan barang ilegal.

2. Peran Bea Cukai dalam Pengawasan Perbatasan dan Pencegahan

Penyelundupan

Peran penting Bea Cukai sebagai lembaga pengawas perbatasan. Penelitian

ini menggali strategi dan teknologi yang digunakan oleh Bea Cukai dalam
6
Leden MARPAUNG, Tindak pidana penyeludupan masalah dan pemecahan, 1991.
mendeteksi dan mencegah penyelundupan barang ilegal di berbagai titik masuk,

menyoroti keberhasilan serta tantangan yang dihadapi dalam tugas pengawasan.

Sebagai lembaga resmi pemerintah yang bertugas memantau pergerakan

barang melalui pelabuhan, Bea dan Cukai mempunyai peran strategis dalam

mencegah penyelundupan barang ilegal. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2006, Departemen Bea dan Cukai berwenang memantau pergerakan barang

di seluruh pelabuhan di Indonesia.

Peran utama Bea Cukai dalam pencegahan penyelundupan barang ilegal

antara lain pemeriksaan dokumen dan fisik terhadap barang bawaan, patroli dan

pengawasan di area pelabuhan, hingga koordinasi bersama instansi terkait dalam

memberantas sindikat penyelundupan7 Peran aktif Bea Cukai diperlukan untuk

meminimalisir praktik ilegal yang dapat merugikan negara dan masyarakat ini.

3. Kerjasama Lintas Lembaga dalam Pencegahan Penyelundupan

Penelitian oleh Gomez (2019) menekankan pentingnya kerjasama lintas

lembaga, termasuk polisi, keamanan, dan lembaga terkait lainnya, dalam upaya

pencegahan penyelundupan barang ilegal. Studi ini memberikan wawasan tentang

pentingnya sinergi antarlembaga untuk meningkatkan efektivitas pengawasan.

4. Dampak Sosial dan Ekonomi dari Penyelundupan Barang Illegal

Penelitian oleh Chowdhury (2017) menggali dampak sosial dan ekonomi

dari praktik penyelundupan barang ilegal di berbagai konteks. Dari pengaruhnya

terhadap harga barang hingga dampaknya terhadap masyarakat lokal, studi ini

memberikan pemahaman yang mendalam tentang konsekuensi praktik ilegal ini.

7
Ermansyah Djumena, “Peran Bea dan Cukai dalam pemberantasan penyeludupan Barang ilegal
di Pelabuhan Laut” vol 2, no. Actual justice (1 Juni 2014).
5. Evaluasi Efektivitas Kebijakan dan Strategi Pencegahan

Penelitian oleh Rodriguez (2019) mengevaluasi kebijakan dan strategi

pencegahan penyelundupan barang ilegal yang diterapkan di beberapa pelabuhan

utama. Studi ini memberikan pemahaman tentang efektivitas berbagai pendekatan

yang telah diterapkan, serta menyoroti titik-titik kelemahan yang perlu diperbaiki.

2.2 Kerangka Teori

Berikut merupakan kerangka teori mengenai penelitian ini ;

1. Teori Pengawasan

Teori pengawasan membahas mekanisme dalam mengawasi dan

mengevaluasi jalannya sebuah sistem untuk memastikan berjalan sesuai aturan

dan ketetapan yang ada8. Teori ini menjadi relevan seiring peran Bea Cukai

sebagai institusi yang menjalankan pengawasan terhadap arus kargo dan barang

bawaan di pelabuhan.

Ada beberapa jenis pengawasan yang biasa dilakukan oleh Bea Cukai dalam

pencegahan penyelundupan, antara lain:

a) Pengawasan Langsung, seperti pemeriksaan dokumen dan barang secara fisik di

lapangan.

b) Pengawasan Tidak Langsung, seperti pengamatan melalui sistem CCTV dan

alat scanning.

c) Pengawasan Rutin dan Mendadak, baik terjadwal maupun secara acak.

8
Soewarno Handayaningrat, “Pengawasan dalam Manajemen,” Administrasi Pembangunan 2
(1992).
Kendala dalam pengawasan antara lain terbatasnya sumber daya dan kurang

optimalnya koordinasi, sehingga pengawasan tidak dapat sepenuhnya mendeteksi

praktik penyelundupan. Maka dari itu perbaikan sistem dan peningkatan kapasitas

perlu terus dilakukan.

2. Teori Kerjasama Antar Instansi

Teori kerjasama antar instansi melihat bahwa koordinasi serta kerjasama

yang baik antar instansi pemerintah dapat meningkatkan kinerja dan efektivitas

dalam mencapai tujuan bersama, dalam hal ini pencegahan penyelundupan di

pelabuhan (Pratikno, 1988).

Kerjasama yang erat antara Bea Cukai dengan TNI AL, Kapolri,

Kemenhub, Imigrasi, dan instansi terkait lainnya diperlukan dalam melakukan

monitoring dan patroli bersama di sekitar pelabuhan. Dengan begitu pengawasan

dapat dilakukan lebih efektif. Regulasi yang mendukung serta komunikasi rutin

juga turut menentukan keberhasilan kerjasama antar instansi ini.

3. Teori Pencegahan Kejahatan dan Penegakan Hukum

 Teori Deterrence: Teori ini mempelajari efektivitas hukuman atau sanksi

sebagai upaya mencegah penyelundupan dan tindak kejahatan lainnya.

 Teori Rational Choice: Teori ini menyatakan bahwa individu memilih

tindakan kriminal berdasarkan perhitungan rasional atas risiko dan

manfaatnya.

2.3 Kerangka Pemikiran


Penyelundupan barang ilegal seperti narkoba, senjata api, barang palsu,

dan sebagainya seringkali dilakukan melalui pelabuhan dengan memanfaatkan

kelemahan sistem pengawasan, sulitnya pemeriksaan barang bawaan, serta kurang

optimalnya regulasi. Hal ini tentu sangat merugikan dari segi ekonomi maupun

kerusakan sosial masyarakat.

Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2006 dan beberapa peraturan turunannya,

Bea Cukai sebagai institusi yang mengamankan arus barang masuk ke wilayah

negara memiliki kewenangan dalam pengawasan serta pencegahan praktik

penyelundupan di pelabuhan-pelabuhan di Indonesia.9

Namun kenyataannya, peristiwa penyelundupan barang ilegal kerap

terjadi di berbagai pelabuhan di Indonesia, termasuk pelabuhan di Kota Tanjung

Pinang, Provinsi Kepulauan Riau. Hal ini menunjukkan bahwa peran bea masuk

dan cukai dalam mencegah penyelundupan belum sepenuhnya efektif.

Penyelundupan masih sering terjadi karena banyak kendala internal dan

eksternal yang menghambat operasional kepabeanan dan cukai dapat terlaksana

secara maksimal. Hambatan tersebut antara lain kurangnya sumber daya manusia,

terbatasnya teknologi pemindaian, dan terbatasnya sumber daya internal.Di sisi

lain, faktor eksternal antara lain lemahnya koordinasi antar kementerian dan

lembaga serta berbagai pengaruh politik.

Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan peran Bea Cukai

dalam pencegahan penyelundupan di Pelabuhan Kota Tanjungpinang. Hal ini

dilakukan dengan cara memperkuat regulasi, meningkatkan anggaran dan fasilitas

9
Peraturan Pemerintah RI, “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2006 Tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan (1).”
operasional, memperbanyak jumlah petugas Bea Cukai, serta mempererat

koordinasi lintas instansi pemerintah yang berwenang di area pelabuhan.

Melalui perbaikan peraturan dan prosedur, peran bea dan cukai dalam

mencegah penyelundupan diperkirakan akan meningkat secara signifikan.

Tentunya hal ini diharapkan dapat menghilangkan tuntas segala aktivitas ilegal

yang dilakukan baik melalui darat, laut, maupun udara.

2.4 Definisi konsep

Bea Cukai: Institusi pemerintah yang memiliki kewenangan dalam

pengawasan perdagangan barang yang keluar masuk suatu negara. Bea Cukai

bertugas menarik bea masuk dan pungutan lainnya serta mencegah peredaran

barang ilegal.

Penyeludupan ; Menurut Marpaung (1991:3) penyelundupan berasal dari

kata selundup. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata selundup diartikan

menyelunduk, menyuruk, masuk dengan sembunyi-sembunyi.

Produk ilegal : produk yang peredarannya dilarang oleh undang-

undang.Ini termasuk obat-obatan terlarang, senjata api, barang palsu, dan lain-

lain, Barang ilegal menurut hukum adalah barang yang tidak sah menurut hukum,

melanggar hukum, atau tidak memiliki izin dari pihak yang bersangkutan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan,

pengertian barang ilegal mencakup barang yang tidak dijual atau diedarkan di

sebuah wilayah karena berapa alasan tertentu, seperti barang yang dilarang
pengedaran dan penjualannya karena alasan hukum, atau barang yang memang

berasal dari negara yang sedang terkena masalah terkait izin import atau ekspor

Pelabuhan Kota TanjungPinang: Merupakan pelabuhan internasional di

Kota TanjungPinang,Kepulauan Riau.Pelabuhan tersebut merupakan pintu

gerbang utama barang dan orang dari dan ke Kepulauan Riau dan Indonesia

bagian barat.

Peran Bea dan Cukai : Upaya dan kontribusi Bea dan Cukai

TanjungPinang dalam mencegah impor dan ekspor barang ilegal di pelabuhan

Kota TanjungPinang.Peran ini mencakup pengawasan, peninjauan dokumen,

pemeriksaan fisik barang dagangan, pengintaian, dan koordinasi dengan otoritas

terkait.

Pencegahan Penyelundupan : Kegiatan pencegahan peredaran barang

ilegal melalui kegiatan penyelundupan di Pelabuhan Kota Tanjung Pinang.

Kami mengambil tindakan pencegahan melalui berbagai tindakan, termasuk

pemantauan dan patroli, serta pengelolaan barang dan metode transportasi secara

menyeluruh.

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian

kualitatif dengan menggunakan pendekatan empiris. Pendekatan empiris

adalah suatu pendekatan penelitian yang digunakan untuk menggambarkan

kondisi yang dilihat di lapangan secara apa adanya. Pendekatan empiris

juga akan memberikan kerangka pembuktian atau pengujian untuk

memastikan suatu kebenaran. Pendekatan empiris ini diharapkan dapat

menggali data dan informasi semaksimal mungkin tentang penyeludupan

barang ilegal di Pelabuhan Tanjungpinang

Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J. Moleong,

metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati.

Pendekatan kualitatif dipilih untuk mengeksplorasi dan memahami

peran Bea Cukai dalam pencegahan penyelundupan barang ilegal di

Pelabuhan Kota Tanjungpinang secara mendalam, lengkap dan

komprehensif berdasarkan fakta di lapangan. Penelitian studi kasus

digunakan untuk melakukan investigasi secara cermat terhadap peran Bea

Cukai sebagai kasus yang unik serta menghasilkan deskripsi holistik dan

analisis mendalam.
3.2 Objek dan Lokasi Penelitian

Lokasi yang penulis pilih untuk penelitian ini adalah Pelabuhan

internasional Kota Tanjungpinang. Pelabuhan Kota Tanjungpinang,

Provinsi Kepulauan Riau. Pelabuhan ini menjadi tempat atau lokasi

dilaksanakannya peran Bea Cukai dalam upaya pencegahan penyelundupan

serta tempat keluar-masuknya barang yang berpotensi disalahgunakan

untuk penyelundupan barang ilegal. Tanjungpinang adalah kota di

Indonesia yang memiliki sejarah yang kaya sebagai pelabuhan

internasional. Sebagai pelabuhan, Tanjungpinang memainkan peran penting

dalam perdagangan dan arus barang antarnegara. Dalam konteks ini, peran

bea cukai sebagai objek dari penelitian ini menjadi sangat penting.

Bea masuk adalah pajak yang dikenakan atas barang yang masuk

dan keluar suatu negara. Di pelabuhan internasional seperti Tanjung

Pinang, kantor bea cukai bertanggung jawab memantau dan mengatur arus

barang masuk dan keluar kawasan. Tugas utama bea cukai di pelabuhan

internasional adalah memantau barang yang masuk dan keluar pelabuhan.

Ini termasuk memeriksa barang, menghitung jumlah barang, dan memungut

bea masuk yang sesuai.

Dalam penelitian ini bea cukai sebagai salah satu peran penting

untuk penelitian ini yang di maksud akan menjadi menjadi objek penelitian

karena peran mereka lah yang akan diteliti terkait upaya pencegahan

penyelundupan barang ilegal di Pelabuhan Kota Tanjungpinang. Penelitian

ini akan menganalisis berbagai hal terkait Bea Cukai seperti kebijakan,
strategi, program, hingga aktivitas dan tindakan apa saja yang dilakukan

oleh Bea Cukai Tanjungpinang dalam mencegah masuk dan keluarnya

barang ilegal di pelabuhan tersebut.

3.3 Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian berjudul "Peran Bea Cukai terhadap

Pencegahan Penyelundupan Barang Ilegal di Pelabuhan Kota Tanjungpinang"

adalah sebagai berikut:

1. Peran, tugas dan wewenang Bea dan Cukai Tanjung Pinang dalam

mencegah penyelundupan barang ilegal sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Hal ini penting untuk memahami peran

dan ruang lingkup kontribusi Bea Cukai dalam mencegah penyelundupan

barang ilegal di Pelabuhan Tanjung Pinang.

2. Kebijakan, program/kegiatan, dan implementasi operasional di lapangan

terkait upaya pencegahan penyelundupan barang ilegal yang dilakukan oleh

Bea Cukai Tanjungpinang di Pelabuhan Kota Tanjungpinang. Penelitian

akan meliputi analisis terhadap berbagai bentuk kegiatan pencegahan

penyelundupan barang ilegal seperti pengawasan fisik, pemeriksaan

dokumen, patroli rutin, hingga tindakan penindakan penyelundupan.

3. Strategi, metode dan teknik pencegahan penyelundupan barang ilegal yang

dilaksanakan oleh Bea dan Cukai Tanjungpinang di

pertambangan/pelabuhan Kota Tanjungpinang untuk memaksimalkan peran


pencegahan penyelundupan yang dilakukan saat ini. Studi ini akan

menganalisis efektivitas berbagai strategi dan metode yang diterapkan

4. Faktor pemungkin dan pembatas, yang mempengaruhi optimalisasi peran

Bea dan Cukai Tanjungpinang dalam upaya pencegahan penyelundupan

barang selundupan ke Pelabuhan Kota Tanjungpinang

5. Dampak upaya Bea dan Cukai ,Tanjungpinang dalam mencegah

penyelundupan barang ilegal terhadap perkembangan kasus

penyelundupan barang ilegal di Pelabuhan Kota Tanjungpinang.

3.4 Sumber Data

Berdasarkan fokus penelitian pada peran Bea Cukai terhadap pencegahan

penyelundupan barang ilegal di Pelabuhan Kota Tanjungpinang, maka sumber

data yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah:

1.Data Primer

 Hasil wawancara dengan Kepala Kantor dan petugas Bea Cukai di

Pelabuhan Kota Tanjungpinang terkait kebijakan, program, dan

implementasi kegiatan pencegahan penyelundupan barang ilegal.

 Hasil observasi langsung kegiatan operasional Bea Cukai dalam

pencegahan penyelundupan barang ilegal di Pelabuhan Kota

Tanjungpinang

2. Data Sekunder
 Data dari Barelang, Kantor Bea Cukai Tanjungpinang dan Ditjen Bea

Cukai terkait profil instansi, fungsi, kewenangan dan laporan kegiatan Bea

Cukai terkait pencegahan penyelundupan barang illegal

 Dokumen tertulis seperti peraturan perundang-undangan terkait Bea Cukai

 Laporan dan dokumentasi tertulis instansi terkait seperti Kepolisian dan

Bakamla terkait kasus penyelundupan barang ilegal.

 Buku, jurnal, laporan penelitian terdahulu dan artikel terkait permasalahan

yang diteliti.

Sepanjang Januari hingga September 2016, terdapat 36 kasus

penyelundupan barang tanpa cukai (ilegal) yang diamankan Kantor

Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean

B Tanjungpinang. Dengan banyak nya kasus ini menandakan bahwa

masalah ini adalah masalah yang sangat serius untuk di tanggapi.

Mengingat banyaknya dampak mengenai permasalahan ini penleliti

bermaksud untuk melakukan penelitian secara lebih mendalam guna

mengetahui penyebab dan solusi untuk permasalahan tersebut.

3.5 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk

mengumpulkan bahan riset. Teknik ini penting dalam penelitian, supaya

sebuah data tidak akan diragukan kebenaran atau kredibilitasnya


Berdasarkan pada fokus penelitian mengenai peran Bea Cukai

terhadap pencegahan penyelundupan barang ilegal di Pelabuhan Kota

Tanjungpinang, maka teknik pengumpulan data yang dapat digunakan

antara lain:

1. Wawancara, Melakukan wawancara secara mendalam dengan informan

terpilih yaitu Kepala Kantor dan beberapa petugas Bea Cukai di

Pelabuhan Kota Tanjungpinang menggunakan pedoman wawancara

terstruktur untuk menggali data terkait peran, kegiatan, kendala dan

harapan terkait upaya pencegahan penyelundupan barang ilegal.

2. Pemantauan Mengawasi langsung pelaksanaan tugas, pengawasan dan

patroli oleh petugas bea cukai untuk mencegah penyelundupan barang

ilegal di pelabuhan Kota Tanjung Pinang.

3. Dokumentasi Mengumpulkan data dari dokumen tertulis seperti laporan

kegiatan, data penindakan kasus penyelundupan barang ilegal, foto-foto

kegiatan operasional Bea Cukai terkait pencegahan penyelundupan di

lokasi penelitian.

3.6 Informan

Menurut Moleong (2012:132), informan adalah individu atau orang

yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi mengenai situasi dan

kondisi latar belakang penelitian. Melalui informan, peneliti dapat

mengetahui segala sumber informasi mengenai hal yang menjadi objek

penelitian.
Berdasarkan fokus penelitian mengenai peran Bea Cukai terhadap

pencegahan penyelundupan barang ilegal di Pelabuhan Kota

Tanjungpinang, maka informan dalam penelitian ini adalah :

1. Kepala Kantor Bea dan Cukai Pelabuhan Tanjungpinang Informan

kunci ini dipilih karena mengetahui secara luas terkait kebijakan,

program, hingga implementasi kegiatan operasional Bea Cukai dalam

pencegahan penyelundupan barang ilegal di Pelabuhan Tanjungpinang.

2. Petugas Bea dan Cukai pada Departemen Pengawasan dan Patroli.

Personil yang bertugas langsung di lapangan ini dipilih untuk menggali

informasi mengenai kegiatan dan hambatan terkait upaya penghentian

penyelundupan barang ilegal di Pelabuhan Tanjung Pinang.

3. Petugas Bea dan Cukai dari Departemen Pengawasan Barang dan

Dokumen dipilih untuk memperoleh data terkait kegiatan pemeriksaan

di pelabuhan dan deteksi kasus barang ilegal berdasarkan modus

penyelundupan.

Seluruh informan ini berguna sebagai sumber utama data dan informasi

terkait peran, inisiatif, kebijakan, program dan kegiatan Departemen Bea

dan Cukai dalam pencegahan penyelundupan barang ilegal di Pelabuhan

Kota Tanjung Pinang dan juga untuk mendapatkan informasi yang lebih

rinci mengenai perspektif dan pengalaman langsung pejabat bea cukai

setempat dalam melaksanakan operasi anti penyelundupan mengenai

hambatan, dinamika dan harapan terkait optimalisasi peran bea dan cukai.
3.7 Teknik analisis data

Analisis Data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang

disarankan oleh data

Analisis Data Kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi

satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain

Dengan metode ini, peneliti berharap menemukan fakta-fakta yang

banyak dan beragam. Fakta-fakta tersebut dalam konteksnya ditelaah

peneliti dan menghasilkan suatu kesimpulan. Dengan demikian data yang

berhasil dikumpulkan dari lokasi penelitian selanjutnya dianalisa dan

kemudian disajikan secara tertulis dalam laporan tersebut, yaitu berupa

data yang ditemukan dari observasi partisipan, wawancara dan studi

dokumentasi yang diperoleh dari

Berikut ini merupakan rancangan teknik analisis data yang dapat digunakan

pada penelitian tentang peran Bea Cukai terhadap pencegahan

penyelundupan barang ilegal di Pelabuhan Kota Tanjungpinang:

1. Pengelompokan Data Data primer dan sekunder,yang diperoleh

melalui teknik wawancara, observasi, dokumentasi, dan angket


dikelompokkan dalam beberapa kategori dan tema tergantung fokus

dan tujuan penelitian.yakni data peran bea dan cukai,

upaya/kebijakan pencegahan,dan dukungannya. Faktor dan

pengaruh penghambat.

2. Reduksi data,Pilih, sederhanakan, format ulang, dan kategorikan

data ke dalam kategori dan topik utama sesuai dengan fokus

penelitian Anda,Data yang tidak terkait diurutkan.

3. Penyajian Data,Data yang direduksi disajikan dalam bentuk tabel,

grafik, diagram, dan uraian kategori data yang mudah dilihat dan

dipahami

4. Pertimbangkan dan tarik kesimpulan, Menelaah kembali data yang

diperoleh melalui penelaahan catatan lapangan, diskusi dengan

pengawas, penggunaan sumber data lain (triangulasi) dan penelitian

sesuai fokus dan tujuan kajian mengenai peran bea dan cukai dalam

mencegah kegiatan ilegal.

3.8 Jadwal Penelitian

Adapun jadwal penelitian sebagaimana bisa dilihat pada gambar dibawah


ini.

Tahap dan Kegiatan Waktu (Bulan)


No.
Penelitian 1 2 3 4 5 6
1. Persiapan Penelitian
2. Pengumpulan Data

3. Analisis Data
4. Penulisan Laporan Penelitian
5. Seminar Hasil Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Cukai. “Patroli laut DJBC MeMiliki Peran Penting SeBagai PenJaga Pintu gerBang BangSa,” t.t.

Djumena, Ermansyah. “Peran Bea dan Cukai dalam pemberantasan penyeludupan Barang
ilegal di Pelabuhan Laut” vol 2, no. Actual justice (1 Juni 2014).

Handayaningrat, Soewarno. “Pengawasan dalam Manajemen.” Administrasi Pembangunan 2


(1992).

MARPAUNG, Leden. Tindak pidana penyeludupan masalah dan pemecahan, 1991.

Muhammad, Andrian. “Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Perdagangan Barang Hasil


Penyelundupan.” Jurist-Diction 3, no. 6 (2 November 2020): 2021.
https://doi.org/10.20473/jd.v3i6.22955.

Peraturan Pemerintah RI. “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2006


Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan (1),”
t.t.

Sari Qanitah. “IMPLEMENTASI KERJASAMA DIREKTORAT JENDRAL BEA DAN CUKAI DENGAN
SINGAPORE POLICE COAST GUARD DALAM MENANGGULANGI SMUGGLING DI
PERBATASAN PERAIRAN INDOESIA - SINGAPURA,” t.t.

Anda mungkin juga menyukai