Anda di halaman 1dari 13

Pendahuluanbiarkan imajinasimu membayangkan kejadian dari sebuah tulisan

by: AL

01. Journey

Saat sinar matahari pertama mengintip dari cakrawala, protagonis kita,


seorang pendaki berpengalaman, keluar dari kabin pedesaannya yang terletak di tepi
hutan. Sepatu botnya berderak di rerumputan yang terkena embun, aroma pinus dan
tanah memenuhi paru-parunya.

Dia memulai perjalanannya, hutan menelannya dalam pelukan hijaunya. Suara kicauan
burung di pagi hari menjadi satu-satunya suara yang memecah kesunyian. Dia
melangkah dengan hati-hati, matanya menikmati keindahan di sekelilingnya –
pepohonan yang menjulang tinggi, hamparan dedaunan, sinar matahari yang menembus
kanopi.

Saat pendaki kami masuk lebih jauh ke dalam hutan, pemandangan aneh menarik
perhatiannya. Di sana, tergantung di dahan kokoh pohon ek tua, ada sebuah kantong
tidur. Ia bergoyang lembut tertiup angin pagi, sebuah pemandangan aneh di alam liar
yang belum terjamah.

Karena penasaran, dia mendekati pohon itu. Kantong tidurnya terlihat cukup baru,
warnanya yang cerah sangat kontras dengan warna alami hutan. Dia berseru, suaranya
bergema di sela-sela pepohonan, tapi tidak ada jawaban.

Penasaran dan agak waspada, pendaki kami memutuskan untuk menyelidikinya. Dia
dengan hati-hati memanjat pohon itu, tangannya menemukan kekuatan pada kulit kayu
yang kasar. Saat dia mencapai kantong tidur, dia menyadari bahwa kantong itu
terpasang erat, seolah-olah seseorang berencana untuk kembali.
Dia membuka ritsleting tasnya, setengah berharap menemukan seseorang atau sesuatu
di dalamnya. Tapi kosong, kecuali buku catatan kecil bersampul kulit. Halaman-
halamannya dipenuhi catatan dan sketsa tulisan tangan, mungkin jurnal perjalanan.

Dengan jurnal di tangannya, pendaki kami turun dari pohon dan menemukan tempat yang
nyaman di lantai hutan. Saat dia membolak-balik halamannya, dia ditarik ke dalam
perjalanan indah, didokumentasikan dengan cinta dan perhatian oleh seorang
pengembara tak dikenal.

Entri jurnal diisi dengan deskripsi yang jelas tentang matahari terbenam di puncak
gunung, pertemuan dengan makhluk hutan, dan saat-saat tenang dalam kesendirian.
Setiap kata melukiskan gambaran perjalanan yang penuh dengan keajaiban dan
penemuan, membuatnya merasa seolah-olah dia sendiri yang menjalani momen-momen itu.

Dengan rasa hormat terhadap perjalanan pelancong yang tidak dikenal, pejalan kaki
kami dengan hati-hati memasukkan kembali jurnal tersebut ke dalam kantong tidur dan
membiarkannya tergantung di pohon, sebuah harta karun yang dapat ditemukan oleh
pengembara berikutnya.

Dia melanjutkan pendakiannya, hutan perlahan-lahan terbuka dan menampakkan


pemandangan yang menakjubkan. Sebidang bunga dandelion, masing-masing berkilau
karena embun pagi, terbentang di hadapannya. Matahari terbit memancarkan cahaya
keemasan di atas lapangan, membuatnya seolah-olah ribuan bintang kecil telah turun
ke bumi.

Memutuskan untuk beristirahat di tengah ladang dandelion yang mempesona, pendaki


kami menetap, bisikan lembut angin dan gemerisik lembut dandelion satu-satunya
temanya.!
Dia mengeluarkan buku catatan dan penanya sendiri, terinspirasi oleh pengelana tak
dikenal itu.

Ia mulai menulis, kata-katanya mengalir sebebas sungai di dekatnya. Dia menulis


tentang pagi harinya, tentang kantong tidur di pohon, tentang jurnal perjalanan,
dan ladang bunga dandelion. Dia menuangkan pikiran dan perasaannya ke atas kertas,
menciptakan perjalanan indahnya sendiri untuk ditinggalkan bagi pengembara
berikutnya.

Saat pendaki kami terus menulis, dia mulai merasakan hubungan tak terduga dengan
pengelana tak dikenal itu. Meski belum pernah bertemu, pengalaman bersama dalam
perjalanan menyendiri dan kecintaan terhadap alam seolah menciptakan ikatan tak
kasat mata di antara mereka.

Dia membayangkan pengelana, sama seperti dia, menemukan kenyamanan di hutan, jalan
mereka bersilangan tanpa mereka sadari. Perasaan yang aneh, namun membawa rasa
nyaman dan persahabatan, mengingatkannya bahwa meski dalam kesendirian, kita tidak
pernah benar-benar sendirian.

Dengan kenangan akan pengelana tak dikenal yang tersimpan di hatinya, pendaki kami
melanjutkan perjalanannya. Hutan sepertinya menyambutnya lebih dalam ke dalam
pelukannya, memperlihatkan satu pemandangan indah setelah sekian lama.

Dia menemukan sungai yang mengalir deras, airnya yang jernih memantulkan langit
biru cerah. Dia berjalan melewati rerimbunan pepohonan kuno, dedaunannya
membisikkan kisah masa lalu. Dia bahkan menemukan air terjun tersembunyi,
gemuruhnya yang menggelegar merupakan simfoni di hutan yang tadinya tenang.

Setiap penemuan baru merupakan bukti keindahan hutan yang tak lekang oleh waktu,
sebuah pengingat mengapa ia menyukai pendakian sendirian ini. Dan saat dia terus
mendokumentasikan perjalanannya, mau tak mau dia merasa bersyukur atas hari ini,
atas pengembara tak dikenal, dan atas keajaiban alam yang tak ada habisnya.

Saat hari hampir berakhir, pendaki kami mendapati dirinya kembali ke kabinnya,
hutan bermandikan cahaya lembut matahari terbenam. Hatinya penuh dengan pengalaman
hari ini, buku catatannya penuh dengan petualangan hari itu.

Dia mengakhiri entri jurnalnya dengan kutipan yang menangkap esensi perjalanannya,
"Dalam setiap perjalanan bersama alam, seseorang menerima jauh lebih banyak
daripada yang dia cari." Sambil menghela nafas puas, dia menutup buku catatannya,
sudah menantikan petualangan berikutnya di pelukan indah hutan.

Dan saat bintang-bintang mulai berkelap-kelip di langit malam, kisah kita pun
berakhir, meninggalkan pengingat bahwa setiap perjalanan, betapapun sendiriannya,
dipenuhi dengan koneksi tak terduga dan keindahan abadi.

Terima kasih telah bergabung dengan saya dalam perjalanan ini. Sampai cerita kami
berikutnya, semoga petualangan Anda juga mengagumkan.

by ; AL

02. The Name

Saat pengembara kami kembali ke kabinnya, dia menemukan sebuah


catatan ditempel di pintunya. Tulisan tangannya familiar, mencerminkan naskah
elegan dari jurnal yang dia temukan sebelumnya. Catatan itu berbunyi, "Terima kasih
telah meninggalkan jurnal saya di kantong tidur. Senang berbagi perjalanan saya
dengan Anda." Pendaki kami melihat sekeliling, setengah berharap melihat pengelana
tak dikenal itu, tapi dia sendirian. Kesadaran itu menyadarkannya - pengelana tak
dikenal itu berada di hutan yang sama, mungkin hanya beberapa langkah di belakang
atau di depannya sepanjang waktu. Pendakiannya yang menyendiri ternyata tidak
terlalu menyendiri.

Saat hari berganti minggu, pendaki kami dan pengelana tak dikenal melanjutkan
percakapan diam mereka melalui catatan yang tertinggal. Mereka berbagi tempat
favorit, mendeskripsikan makhluk yang mereka temui, dan bahkan bertukar pikiran
tentang indahnya kesendirian. Hubungan unik ini memperdalam apresiasi pendaki kami
atas pendakiannya yang sendirian. Dia mulai melihat hutan melalui sudut pandang
orang lain, menemukan jalan baru, dan mengalami pemandangan familiar dalam sudut
pandang baru. Meski belum pernah bertemu langsung, mereka menjalin ikatan,
persahabatan yang berakar pada kecintaan mereka terhadap alam dan cara komunikasi
mereka yang unik. Hutan menjadi tempat perlindungan bersama, sebuah bukti hubungan
yang tak terlihat namun sangat terasa.
Pendaki kami memutuskan untuk merahasiakan identitasnya, memilih untuk melestarikan
misteri yang menambah pesona unik pada hubungan mereka. Mereka terus berkomunikasi
melalui catatan mereka, setiap pesan merupakan harta kecil yang menunggu untuk
ditemukan. Pengalaman bersama mereka di hutan menjadi bahasa mereka sendiri, sebuah
dialog diam antara dua jiwa yang terhubung oleh kecintaan mereka terhadap alam.
Hutan dengan pepohonannya yang menjulang tinggi dan desiran angin menjadi penjaga
rahasianya, kisahnya. Saat musim berganti, ikatan mereka tetap ada, sebuah benang
tak terlihat yang terjalin dalam perjalanan kesendirian mereka. Dan dalam tarian
kata-kata yang indah dan berbagi pengalaman, mereka menemukan persahabatan yang
melampaui kebutuhan akan kehadiran fisik.

Suatu hari, saat pejalan kaki kami meninggalkan pesan di tepi sungai yang
mengalir, dia melihat sesosok tubuh di kejauhan. Itu adalah pendaki lain, sosoknya
bersiluet melawan matahari terbenam. Saat dia mendekat, dia melihat buku catatan
familiar di tangannya. Jantungnya berdetak kencang. Pengembara yang tidak dikenal
adalah seorang wanita, seusianya, matanya mencerminkan kecintaan yang sama terhadap
alam. Mereka berdiri diam, kesadaran mulai menyadarkan mereka. Jalan mereka
akhirnya bertemu.
Begitu wanita itu melihat pejalan kaki kami, dia berbalik dan bergegas pergi,
kakinya membawanya melewati jalur hutan yang sudah dikenalnya. Pendaki kami,
terkejut namun penasaran, mengikutinya, kejar-kejaran mereka yang diam-diam menari
di tengah pepohonan. Mereka tiba di ladang dandelion, ladang yang sama tempat
pendaki kami pernah beristirahat dan menuliskannya di catatannya. Wanita itu
berhenti, sosoknya dibingkai oleh cahaya keemasan matahari terbenam. Dia berbalik
menghadapnya, dan untuk pertama kalinya, pendaki kami melihatnya dari dekat. Dia
cantik, matanya berbinar-binar dengan rasa ingin tahu dan keheranan yang sama
seperti yang dia rasakan. Pemandangan dia berdiri di tengah-tengah bunga dandelion,
bermandikan cahaya lembut, membuat dia takjub.
Mengumpulkan keberaniannya, pejalan kaki kami melangkah maju. Suara hutan membentuk
simfoni menenangkan di sekitar mereka saat ia memecah kesunyian, “Apakah kamu
pengembara tak dikenal?” Suaranya lembut, hampir seperti bisikan, membawa beban
perjalanan bersama. Dia mengawasinya, menunggu tanggapannya, ladang dandelion
menjadi saksi momen penting ini.
Sambil menghela nafas panjang, pendaki kami mengulurkan tangannya, "Namaku...
namaku Aprix." Dia ragu-ragu sejenak, lalu dengan lembut meletakkan tangannya di
tangannya, suaranya merdu seperti simfoni hutan, "Aku Canorus." Nama mereka, yang
diucapkan dengan lantang untuk pertama kalinya, menggantung di udara di antara
mereka, sebuah penegasan nyata akan ikatan unik mereka. Pelancong yang tidak
dikenal tidak lagi dikenal. Di jantung hutan, di tengah ladang dandelion, Aprix dan
Canorus akhirnya bertemu.

03. Confession
Dengan terungkapnya identitas mereka dan persahabatan baru, Aprix dan
Canorus memulai perjalanan bersama. Pendakian mereka yang menyendiri berubah
menjadi petualangan bersama, jalur masing-masing menyatu menjadi satu. Mereka
menjelajahi hutan bersama-sama, menemukan pemandangan menakjubkan, air terjun
tersembunyi, dan pembukaan lahan yang tenang. Setiap penemuan baru merupakan
kegembiraan bersama, kegembiraannya bergema di seluruh hutan. Catatan mereka tidak
lagi tertinggal untuk ditemukan satu sama lain, melainkan ditulis bersama,
berdampingan. Jurnal bersama mereka menjadi bukti perjalanan mereka, hubungan
mereka, dan banyak tempat indah yang mereka temukan bersama.
Saat perjalanan mereka berlanjut, Aprix mulai menyadari perasaan aneh muncul dalam
dirinya. Ada kehangatan yang menjalar setiap kali dia melihat Canorus tertawa,
perutnya yang berdebar-debar saat tangan mereka tak sengaja bergesekan, kerinduan
untuk bertemu dengannya setiap kali mereka berpisah di hari itu. Dia menyadari
bahwa persahabatannya dengan Canorus telah berkembang menjadi sesuatu yang lebih,
sesuatu yang lebih dalam. Seolah-olah hutan dengan keindahannya yang mempesona dan
rahasia yang dimilikinya, telah memantrai hatinya.

Saat Aprix bergulat dengan perasaannya, tanpa sepengetahuannya, Canorus juga


mengalami kekacauan yang sama. Perjalanan bersama mereka kini dipenuhi dengan emosi
yang tak terucapkan, sebuah tarian kerinduan dan kasih sayang yang hening. Aprix
memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya kepada Canorus, namun ia ingin
suasananya seindah perasaan yang mengalir di hatinya. Dia mulai mencari tempat yang
sempurna, tempat yang sama menawannya dengan Canorus sendiri.
Dengan tekad untuk menemukan tempat yang sempurna, Aprix melanjutkan perjalanannya
bersama Canorus. Mereka melintasi hutan, melewati sungai kecil, di bawah pepohonan
kuno, dan melintasi ladang bunga liar. Setiap tempat yang mereka temukan indah,
namun Aprix sedang mencari sesuatu yang benar-benar istimewa. Tempat yang akan
membuat mereka takjub, tempat yang akan menjadi latar sempurna untuk pengakuan
dosanya. Saat mereka melakukan perjalanan bersama, ikatan mereka semakin dalam,
pengalaman bersama merangkai permadani kenangan. Sementara itu, perasaan mereka
terhadap satu sama lain tetap tak terucapkan, menambah antisipasi manis dalam
perjalanan mereka.
Aprix dan Canorus melanjutkan perjalanan mereka, setiap hari petualangan baru.
Mereka menemukan permata tersembunyi di hutan, yang masing-masing lebih indah dari
sebelumnya. Namun Aprix masih mencari tempat yang sempurna, lokasi yang unik dan
mempesona seperti Canorus sendiri. Perjalanan mereka penuh dengan tawa dan berbagi
cerita, momen refleksi yang tenang, dan pemandangan menakjubkan yang tak terhitung
jumlahnya. Tapi ini baru permulaan. Hutan, dengan jalurnya yang tak berujung dan
rahasia yang tak terungkap, menjanjikan perjalanan yang sangat panjang ke depan.
Kisah mereka tidak berakhir di sini. Kisah Aprix dan Canorus baru saja dimulai,
perjalanan bersama mereka merupakan bukti ikatan unik dan perasaan tak terucapkan.
Suatu hari, perjalanan mereka membawa mereka ke tepi tebing. Sungguh pemandangan
yang menakjubkan, langit dihias dengan warna oranye, awan melayang dengan malas di
atas. Di bawah mereka, lautan pepohonan, dedaunannya berwarna jingga cerah,
bergoyang lembut tertiup angin. Pemandangan itu membuat mereka takjub, jantung
mereka berdetak selaras dengan ritme alam di sekitar mereka. Pada saat itu, dengan
keindahan alam sebagai saksinya, perasaan mereka terhadap satu sama lain menjadi
terlalu besar untuk dibendung. Tanpa perencanaan, tanpa berpikir, mereka berpaling
ke arah satu sama lain. Kata-kata itu keluar dari bibir mereka hampir bersamaan,
"Aku punya perasaan padamu." Pengakuan menggantung di antara mereka, perasaan
bersama mereka akhirnya terungkap. Hutan, yang dulunya menjadi saksi bisu emosi
mereka yang tak terucapkan, kini bergema dengan kebenaran perasaan mereka.

Ketika pengakuan mereka menggantung di udara, mereka saling berpaling, mata mereka
saling bertatapan. Pemandangan yang mereka temui adalah pemandangan terindah yang
pernah mereka lihat - senyum tulus dan cerah di wajah masing-masing. Air mata
mengalir deras di mata mereka, bukan karena kesedihan, melainkan karena kegembiraan
yang murni dan murni. Mereka tertawa, tawa mereka menggema di hutan, sebuah simfoni
indah dari kebahagiaan mereka bersama. Air mata mereka jatuh deras, setiap tetesnya
melambangkan perasaan yang selama ini mereka sembunyikan. Pada saat ini, di tebing
indah di bawah langit jingga, hati mereka akhirnya bebas, cinta mereka satu sama
lain sejelas siang hari.

04. New Journey

Setelah perasaan mereka diakui dan dibalas, Aprix dan Canorus memulai
babak baru dalam perjalanan mereka. Petualangan bersama mereka kini dipenuhi dengan
kegembiraan baru, ikatan mereka semakin dalam dari hari ke hari. Mereka terus
menjelajahi hutan, rasa cinta mereka satu sama lain semakin tumbuh seiring mereka
menemukan tempat-tempat baru, berbagi lebih banyak cerita, dan menciptakan kenangan
indah. Jurnal bersama mereka kini bukan sekedar catatan perjalanan mereka, tapi
juga bukti cinta mereka. Hutan, yang dulunya menjadi latar perasaan mereka yang tak
terucapkan, kini menjadi saksi kisah cinta mereka. Saat mereka melakukan perjalanan
bersama, cinta mereka terus bersemi, seperti keindahan alam di sekitar mereka.
Aprix dan Canorus, kini bukan sekadar sesama pengembara tapi juga sepasang kekasih,
melanjutkan perjalanan bersama. Jalan mereka membawa mereka lebih jauh ke dalam
hutan, setiap penemuan baru merupakan kegembiraan bersama, setiap pengalaman baru
merupakan kenangan bersama. Mereka bertemu dengan berbagai makhluk, menyaksikan
pergantian musim, dan menikmati simfoni hutan bersama. Kisah cinta mereka terungkap
di tengah keindahan alam, ikatan mereka semakin dalam dari hari ke hari. Jurnal
bersama mereka berisi kisah-kisah petualangan, perasaan, dan tempat-tempat indah
yang tak terhitung jumlahnya yang mereka temukan bersama. Kecintaan mereka satu
sama lain dan kecintaan mereka terhadap alam saling terkait, menciptakan permadani
indah dari pengalaman bersama.

Suatu hari, saat Aprix dan Canorus menjelajahi jalan baru, mereka menemukan sebuah
gua tersembunyi. Mereka memutuskan untuk menjelajahinya, rasa ingin tahu mereka
terusik. Saat mereka menjelajah lebih jauh ke dalam gua, mereka menemukan peta
kuno, ujung-ujungnya sudah usang dan kertasnya menguning karena usia. Peta tersebut
tampaknya menggambarkan hutan kesayangan mereka, namun dengan jalur yang belum
pernah mereka lihat sebelumnya, ditandai dengan simbol-simbol yang tidak mereka
pahami. Penasaran, mereka memutuskan untuk mengikuti peta, perjalanan bersama
mereka berubah secara tak terduga.

Saat Aprix dan Canorus mengikuti peta kuno, mereka menyadari bahwa perjalanan
mereka bukan hanya tentang cinta bersama satu sama lain dan hutan. Ini juga tentang
hutan yang membalas cinta mereka, membimbing mereka di jalan mereka. Peta tersebut
membawa mereka ke tempat-tempat di hutan yang belum pernah mereka kunjungi, masing-
masing lebih indah dari sebelumnya. Mereka mulai melihat hutan tidak hanya sebagai
latar belakang kisah cinta mereka, namun sebagai partisipan aktif, jalan yang
menuntun mereka pada penemuan-penemuan baru, rahasia-rahasianya menambah kedalaman
perjalanan mereka. Saat mereka menjelajahi jalan tersembunyi, mereka menyadari
bahwa mereka bukan hanya dua manusia yang sedang jatuh cinta, tapi juga anak-anak
hutan, kisah cinta mereka terjalin dengan keindahan dan misteri hutan itu sendiri.

Saat Aprix dan Canorus melakukan perjalanan lebih jauh ke dalam hutan, mengikuti
jalur rahasia peta, mereka melanjutkan tradisi meninggalkan catatan. Namun kini,
catatan mereka bukan hanya untuk satu sama lain, melainkan untuk dunia. Mereka
menulis tentang cinta mereka, perjalanan mereka, dan hutan yang menjadi bagian dari
cerita mereka. Setiap nada merupakan bukti ikatan unik mereka, sebuah narasi
tentang dua anak manusia yang sedang jatuh cinta, dipandu oleh hutan. Mereka
meninggalkan catatan ini untuk pelancong masa depan, dengan harapan dapat
menginspirasi orang lain dengan kisah mereka. Perjalanan mereka terus berlanjut,
cinta mereka semakin dalam dari hari ke hari, ikatan mereka dengan hutan semakin
kuat. Kisah Aprix dan Canorus merupakan kisah cinta, petualangan, dan keajaiban
alam.

05. The Meaning Of Name


Dalam perjalanan mereka, Aprix dan Canorus menemukan sebuah pohon
besar dan rindang. Mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak di bawah naungan
pohon tersebut. Mereka duduk bersandar pada batang pohon, merasakan kesejukan dari
hutan yang rindang.

Mereka mulai berbicara tentang arti dari nama mereka. Canorus, dengan suaranya yang
lembut seperti desiran angin, menjelaskan bahwa namanya berarti "dia yang bermain
dengan bunga salju". Aprix tersenyum mendengarnya dan menjawab, "Aprix... dia yang
bersarang sampai salju terakhir".

Mereka berdua tertawa, suara tawa mereka bergema di hutan, seolah-olah hutan itu
sendiri ikut merasakan kebahagiaan mereka. Momen ini menjadi salah satu kenangan
indah dalam perjalanan mereka.

06. Tample

Aprix dan Canorus melanjutkan perjalanan mereka, menyusuri jalur yang


ditunjukkan oleh peta kuno. Saat itu sedang musim gugur, hutan dipenuhi dengan
warna-warna hangat dari daun-daun yang jatuh. Suasana hutan menjadi lebih magis,
dengan dedaunan merah, kuning, dan oranye yang berterbangan ditiup angin.

Mereka berjalan melewati jalur berdaun gugur, menikmati keindahan hutan di musim
gugur. Mereka berdua merasa begitu beruntung bisa berpetualang bersama di tengah
keindahan alam ini.

Saat mereka melanjutkan perjalanan mereka, Aprix dan Canorus menemukan jejak-jejak
dari pengembara yang telah lama berlalu. Jejak-jejak itu mengarahkan mereka ke
sebuah tempat yang tampaknya pernah digunakan sebagai tempat berkemah.

Di sana, mereka menemukan catatan yang tertinggal. Catatan itu ditulis oleh
sepasang kekasih yang juga pernah berpetualang di hutan ini, sama seperti mereka.
Membaca catatan itu, Aprix dan Canorus merasa seolah-olah mereka sedang melihat
cermin dari masa lalu.

Mereka merasa terhubung dengan pasangan itu, meski mereka tidak pernah bertemu.
Mereka merasa bahwa cinta dan petualangan adalah dua hal yang universal, yang dapat
menghubungkan orang-orang meski dari waktu yang berbeda.

Setelah menemukan jejak pengembara sebelumnya, Aprix dan Canorus merasa semakin
bersemangat untuk melanjutkan perjalanan mereka. Mereka berjalan lebih jauh ke
dalam hutan, mengikuti jalur yang ditunjukkan oleh peta kuno.

Mereka menemukan tempat-tempat baru yang indah, setiap tempat menambah daftar
kenangan mereka. Mereka berbagi cerita, tertawa, dan menikmati keindahan alam
bersama.

Seiring waktu berlalu, cinta mereka semakin dalam, dan ikatan mereka dengan hutan
semakin kuat. Mereka merasa bahwa hutan bukan hanya tempat mereka berpetualang,
tetapi juga rumah mereka.

Di ujung jalan, Aprix dan Canorus menemukan sebuah kuil tua. Kuil itu tampaknya
pernah digunakan oleh pengembara sebelumnya untuk mengadakan pernikahan sederhana.
Mereka bisa melihat bekas-bekas dekorasi yang sudah memudar, dan merasakan aura
cinta dan kebahagiaan yang masih tersisa di tempat itu.

Melihat itu, mereka saling bertatapan. Ada cahaya baru di mata mereka, sebuah
pemahaman yang tidak perlu diucapkan. Namun, seketika mereka memalingkan wajah
mereka, pipi mereka memerah karena malu. Mereka berdua merasa ada getaran baru
dalam perjalanan mereka, sebuah kemungkinan yang belum pernah mereka pikirkan
sebelumnya.
Dengan wajah yang memerah dan suara yang gugup, Aprix mengajak Canorus untuk
melanjutkan perjalanan mereka. Canorus, yang juga merasa malu, menjawab dengan
terbata-bata, "Ya, mari kita lanjutkan."

Mereka berjalan keluar dari kuil, tetapi suasana antara mereka telah berubah. Ada
rasa gugup dan harapan baru, sebuah kemungkinan yang belum pernah mereka pikirkan
sebelumnya. Meski mereka tidak membicarakannya, mereka berdua merasakan perubahan
itu.
Mereka melanjutkan perjalanan mereka, tetapi kali ini, ada getaran baru dalam
langkah mereka.

07. Bond

Aprix dan Canorus terus menyusuri peta kuno itu, tetapi perjalanan mereka
tidaklah mudah. Mereka harus melewati jalur yang sulit, mendaki bukit yang curam,
dan menyeberangi sungai yang deras. Namun, mereka tetap semangat dan tidak pernah
menyerah.

Mereka saling membantu saat menghadapi rintangan, dan ikatan mereka semakin kuat.
Mereka belajar bahwa perjalanan cinta tidak selalu mudah, tetapi selama mereka
bersama, mereka bisa melewati apa pun.
Perjalanan mereka menjadi semakin berarti, setiap tantangan yang mereka hadapi
membuat mereka semakin dekat dan lebih kuat. Mereka merasa bahwa hutan dan peta
kuno itu tidak hanya membawa mereka ke tempat-tempat baru, tetapi juga mengajarkan
mereka tentang cinta dan kehidupan.

Suatu waktu, saat mereka sedang berjalan di jalur yang berbatu, Aprix terpeleset
dan jatuh. Dia mengerang kesakitan, tangannya terkilir. Canorus segera berlari ke
sampingnya, wajahnya pucat karena kekhawatiran.

Canorus merasakan sakit yang dirasakan Aprix, bukan secara fisik, tetapi dalam
hatinya. Dia merasa seolah-olah dia yang terjatuh, seolah-olah dia yang merasakan
sakit itu. Ini adalah bukti ikatan yang kuat antara mereka, ikatan yang membuat
mereka bisa merasakan apa yang dirasakan oleh yang lain.

Canorus membantu Aprix bangkit dan merawat tangannya yang terkilir. Mereka berdua
merasa bahwa ini adalah ujian baru dalam perjalanan mereka, sebuah tantangan yang
harus mereka hadapi bersama.

08. A Gift

Dalam keadaan terluka, mereka berdua menemukan sebuah rumah pohon yang
tampaknya telah ditinggalkan. Rumah pohon itu tidak terlalu tinggi dan tampak cukup
nyaman untuk dijadikan tempat beristirahat.

Mereka memutuskan untuk tinggal di sana untuk beberapa hari, memberi waktu bagi
tangan Aprix untuk sembuh. Canorus merawat Aprix dengan penuh perhatian, sementara
Aprix merasa bersyukur memiliki Canorus di sisinya.

Hari-hari mereka di rumah pohon diisi dengan ketenangan dan kehangatan.


Setelah empat hari beristirahat di rumah pohon, tangan Aprix sudah jauh lebih baik.
Dia merasa sangat berterima kasih kepada Canorus atas perhatiannya selama ini.

Untuk menunjukkan rasa terima kasihnya, Aprix memberikan hadiah yang tidak pernah
mereka bayangkan sebelumnya. Dia mendekati Canorus, menatap matanya yang penuh
kehangatan, dan memberikan kecupan kecil di dahinya.

Momen itu terasa seperti seolah-olah waktu berhenti. Canorus merasa hangat dan
bahagia, dan Aprix merasa lega dan senang.

Dengan hati yang berbunga-bunga, Aprix dan Canorus melanjutkan perjalanan mereka.
Mereka berjalan melalui hutan dengan langkah yang lebih ringan, seolah-olah mereka
sedang terbang. Mereka merasa lebih dekat satu sama lain, dan hutan tampak lebih
indah dari sebelumnya.

Mereka terus menyusuri peta kuno, menemukan tempat-tempat baru, dan menciptakan
kenangan indah bersama. Mereka merasa bahwa perjalanan mereka bukan hanya tentang
petualangan, tetapi juga tentang cinta dan kebersamaan.

09. Like Heaven

Setelah melewati bukit batu, Aprix dan Canorus tiba di sebuah tempat yang
sangat indah. Tempat itu adalah hamparan rumput hijau yang luas, dikelilingi oleh
pegunungan yang megah, dan diterangi oleh cahaya langit fajar yang indah.

Mereka berdua terpaku, terpesona oleh keindahan pemandangan di depan mereka. Mereka
merasa seolah-olah mereka telah menemukan surga di tengah hutan. Mereka berdua
duduk di rumput, menikmati keindahan alam, dan merasa sangat bersyukur bisa berada
di tempat ini.

Mereka berdua merasa bahwa ini adalah hadiah terindah dari perjalanan mereka,
sebuah pemandangan yang akan mereka ingat selamanya.

Tentu saja! Mari kita tambahkan kejutan ke dalam cerita mereka.

Saat mereka sedang duduk di rumput, menikmati keindahan alam, tiba-tiba mereka
melihat sesuatu yang berkilauan di kejauhan. Mereka berdua penasaran dan memutuskan
untuk melihat apa itu.

Mereka menemukan sebuah kotak kecil yang tertutup rapat, tampaknya telah lama
terpendam di bawah rumput. Mereka membuka kotak itu dan menemukan sebuah kalung
indah, tampaknya sangat tua tapi masih berkilauan.
Mereka berdua terkejut dan merasa sangat beruntung. Mereka tidak pernah menyangka
akan menemukan harta karun di tengah hutan.

Dengan tangan yang gemetar, Aprix perlahan mengambil kalung itu. Dia berdiri dan
berjalan mendekati Canorus, matanya menatap mata canorus dengan penuh cinta. Dia
membuka kalung itu dan perlahan memasangkannya di leher Canorus.

Kemudian, dia menatap Canorus dan berkata dengan suara yang penuh perasaan, "Apakah
kau akan terus bersamaku?" Kata-kata itu menggantung di udara, seolah-olah dunia
berhenti berputar.

Canorus terkejut, matanya memandang Aprix dengan penuh kejutan dan kebahagiaan. Dia
merasa seolah-olah hatinya berdebar-debar.
Dengan mata yang berbinar dan hati yang berdebar-debar, Canorus mengangguk pelan.
Dia merasakan kehangatan yang meluap dari dalam hatinya, dan dia tahu bahwa ini
adalah jawaban yang dia inginkan.
Dia merasa seolah-olah dia telah menemukan rumahnya di Aprix, dan dia tahu bahwa
dia ingin terus berpetualang bersamanya. Dia merasa sangat beruntung bisa berada di
sini, di tengah hutan, bersama orang yang dia cintai.

Mereka berdua merasa bahwa ini adalah awal dari petualangan baru dalam hidup
mereka, sebuah petualangan yang penuh dengan cinta dan kebahagiaan.

Mendengar jawaban Canorus, Aprix tidak bisa menahan senyumnya. Dia merasa begitu
bahagia dan bersyukur. Dia menatap Canorus dengan penuh cinta dan berkata lembut,
"Rumah... rumahku adalah tempat di mana ada kau di sana, Canorus."

Kata-kata itu menggema di udara, seolah-olah mereka adalah mantra yang mengikat
mereka berdua.

10. Test

Waktu sudah menunjukkan tengah hari, dan mereka memutuskan untuk mendirikan
tenda di tengah padang rumput tersebut. Mereka bekerja sama, dan dalam waktu
singkat, tenda sudah berdiri kokoh, siap menjadi tempat peristirahatan mereka.

Malam tiba, dan mereka duduk bersama di depan tenda, memperhatikan langit yang
cerah dan penuh bintang. Mereka berdua merasa begitu damai dan bahagia, seolah-olah
mereka adalah bagian dari alam ini.
Mereka berbicara tentang petualangan mereka, tertawa, dan menikmati kebersamaan
mereka.

Tanpa mereka sadari, seekor ular mendekati dan menggigit Canorus. Aprix, dengan
sigap, segera menarik Canorus menjauh dan melakukan pertolongan pertama. Dia
mengikat kaki Canorus yang tergigit dan berusaha menghisap racun yang ada.

Malam itu menjadi malam yang panjang dan menegangkan. Canorus mengalami demam dan
Aprix merawatnya sepanjang malam. Namun, berkat kecepatan dan ketangkasan Aprix,
Canorus berhasil selamat.

Hari berikutnya, Canorus masih lemah, tetapi dia merasa jauh lebih baik. Mereka
berdua merasa sangat lega dan bersyukur. Mereka merasa bahwa ini adalah ujian baru
dalam perjalanan mereka, sebuah tantangan yang harus mereka hadapi bersama.

11. Continue the journey

Meski Canorus masih lemah, mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan


mereka. Aprix, dengan penuh perhatian, menggendong Canorus di punggungnya. Mereka
berdua merasa bahwa ini adalah bagian dari petualangan mereka, sebuah tantangan
yang mereka hadapi bersama.

Meski perjalanan mereka menjadi lebih sulit, mereka tetap semangat dan tidak pernah
menyerah. Mereka berdua merasa bahwa ini adalah bukti dari kekuatan cinta dan
kebersamaan mereka.
Mereka terus berjalan, melewati hutan dan bukit, dan menemukan tempat-tempat baru
yang indah.

Hutan memang memberikan keindahan, tetapi juga tantangan. Namun, Aprix dan Canorus
merasa bahwa setiap tantangan yang mereka hadapi di hutan ini hanya membuat
petualangan mereka semakin berharga.

Mereka menemukan tempat-tempat baru yang indah, seperti air terjun yang
tersembunyi, danau yang jernih, dan puncak-puncak gunung yang megah. Mereka juga
menemukan berbagai hewan dan tumbuhan yang unik dan menarik.

Namun, mereka juga harus menghadapi berbagai tantangan, seperti cuaca yang tidak
menentu, jalur yang sulit, dan bahaya dari hewan liar. Namun, mereka tidak pernah
menyerah. Mereka berdua merasa bahwa ini adalah bagian dari petualangan mereka, dan
mereka siap menghadapi apa pun yang datang.

12. Forest, snow and rabbits

Sekarang, musim salju telah tiba. Hutan dipenuhi dengan salju tipis
yang menutupi setiap pohon dan tanaman, menciptakan pemandangan yang sangat indah.
Udara pagi dipenuhi dengan embun, dan setiap hembusan angin membawa serpihan salju
yang menari.

Meski udara dingin menusuk kulit, Aprix dan Canorus tetap melanjutkan perjalanan
mereka. Mereka berjalan melewati hutan yang dipenuhi salju, menikmati keindahan
alam di musim dingin. Mereka merasa seolah-olah mereka berada di dunia yang
berbeda, sebuah dunia yang penuh dengan keajaiban dan keindahan.

Di antara pohon-pohon yang dipenuhi salju, mereka melihat seekor kelinci. Kelinci
itu tampak begitu indah dengan bulu putihnya yang berkilauan di bawah sinar
matahari. Kelinci itu tampak begitu tenang dan damai, seolah-olah dia adalah bagian
dari hutan ini.

Mereka berhenti sejenak, memperhatikan kelinci itu dengan senyum di wajah mereka.
Mereka merasa seolah-olah mereka telah menemukan sebuah keajaiban kecil di tengah
hutan.
Seiring matahari mulai terbenam, mereka segera mendirikan kemah di antara pohon-
pohon tumbang yang sudah tua. Mereka bekerja sama, dan dalam waktu singkat, kemah
hangat sudah berdiri, siap untuk melindungi mereka dari dinginnya malam.

Malam tiba, dan bulan terlihat sangat terang di langit. Cahaya bulan menerangi
hutan, menciptakan pemandangan yang sangat indah.

Bulan dengan cahanyanya menerangi putihnya salju yang berada di tengah" mereka
tidak menyilaukan tetapi sangat nyaman.

Mereka berdua duduk di depan kemah, menikmati keindahan malam, dan merasa sangat
bersyukur bisa berada di sini.

Sebelum meninggalkan tempat itu, mereka memutuskan untuk meninggalkan catatan.


Mereka menulis tentang perjalanan mereka, tentang hutan bersalju, dan tentang bulan
purnama yang indah. Mereka menulis tentang cinta mereka, tentang petualangan
mereka, dan tentang harapan mereka untuk masa depan.

Mereka meninggalkan catatan itu di bawah pohon tua, berharap bahwa suatu hari,
pengembara lain mungkin menemukannya dan merasakan keajaiban dari tempat ini.

Dengan hati yang penuh harapan, mereka melanjutkan perjalanan mereka, meninggalkan
hutan bersalju dan bulan purnama di belakang.

13. The end of journey 1

Setelah berhari-hari berjalan, mereka akhirnya tiba di ujung peta. Mereka


berdiri di tepi sebuah tebing, memandangi lautan yang luas di depan mereka. Mereka
berdua merasa seolah-olah mereka telah mencapai akhir dunia.

Mereka berdua merasa begitu bangga dan lega. Mereka telah melewati banyak
tantangan, tetapi mereka berhasil. Mereka berdua merasa bahwa ini adalah kemenangan
besar bagi mereka, sebuah bukti dari kekuatan cinta dan kebersamaan mereka.

Mereka berdua merasa bahwa ini adalah akhir dari petualangan mereka, tetapi juga
awal dari petualangan baru.
Mereka berdua merasa bahwa ini adalah akhir dari petualangan mereka, tetapi juga
awal dari petualangan baru. Mereka tahu bahwa mereka akan terus berpetualang
bersama, menjelajahi dunia dan menciptakan kenangan indah bersama.

14. New destiny

Saat mereka berdiri di tepi tebing, memandangi lautan yang luas, tiba-tiba
mereka melihat sesuatu yang berkilauan di kejauhan. Mereka berdua penasaran dan
memutuskan untuk melihat apa itu.

Mereka menemukan sebuah botol yang terdampar di pantai. Di dalam botol itu, ada
sebuah peta baru, tampaknya lebih tua dan lebih rumit dari peta yang mereka miliki
sebelumnya.

Mereka berdua terkejut dan merasa sangat beruntung. Mereka tidak pernah menyangka
akan menemukan peta lain di akhir perjalanan mereka. Mereka berdua merasa bahwa ini
adalah awal dari petualangan baru, sebuah kejutan yang membuat perjalanan mereka
semakin berarti.

15. Home

Mereka memandangi peta baru yang mereka temukan, lalu memandang satu
sama lain. Setelah berpikir sejenak, mereka memutuskan untuk membangun sebuah kabin
di tepi tebing tersebut.

Mereka bekerja sama, mengumpulkan kayu dan batu, dan mulai membangun kabin mereka.
Mereka berdua merasa sangat bahagia dan bersemangat. Mereka merasa seolah-olah ini
adalah awal dari kehidupan baru mereka, sebuah kehidupan yang penuh dengan
petualangan dan cinta.

Setelah beberapa hari, kabin mereka sudah berdiri kokoh di tepi tebing, menghadap
ke lautan yang luas. Mereka berdua merasa sangat bangga dan bersyukur. Mereka tahu
bahwa ini adalah rumah baru mereka, tempat mereka akan melanjutkan petualangan
mereka.

16. Decision

Setelah beberapa minggu tinggal di kabin, Aprix memutuskan untuk


mengajak Canorus ke tempat yang telah ia rahasiakan. Dia telah menemukan tempat
yang sangat indah, tempat di mana danau, padang rumput, pepohonan, dan bebatuan
bertemu.

Mereka berjalan melalui hutan, melewati jalan yang belum pernah mereka lewati
sebelumnya. Setelah beberapa waktu, mereka tiba di tempat itu. Mereka berdua
terpaku, terpesona oleh keindahan pemandangan di depan mereka.

Mereka berdua merasa seolah-olah mereka telah menemukan surga di tengah hutan.

Dengan hati yang berdebar-debar, Aprix memandang Canorus. Dia telah memikirkan ini
selama beberapa bulan, sejak mereka meninggalkan kuil. Dia tahu bahwa ini adalah
saat yang tepat.
Dia berlutut di depan Canorus, mengambil tangan Canorus dan menatap matanya yang
penuh cinta. Dia berkata, "Canorus, akankah kau menikah denganku?"

Momen itu terasa seperti seolah-olah waktu berhenti. Canorus terkejut, matanya
memandang Aprix dengan penuh kejutan dan kebahagiaan.

Mendengar kata-kata Aprix, Canorus merasa begitu bahagia dan bersyukur. Dia merasa
seolah-olah semua rasa cinta dan harapannya telah terwujud. Dia merasa seolah-olah
ini adalah momen yang telah dia tunggu-tunggu.

Dia menatap Aprix dengan penuh cinta dan berkata, "Akhirnya... setelah sekian lama,
aku menunggumu untuk kata-kata itu." Kata-kata itu menggema di udara, seolah-olah
mereka adalah mantra yang mengikat mereka berdua.

Mereka berdua merasa bahwa ini adalah momen yang sangat spesial dalam perjalanan
mereka, sebuah momen di mana mereka bisa merasakan betapa kuatnya ikatan antara
mereka.

Dengan mata yang berkaca-kaca, Canorus mengangguk. Dia merasa begitu bahagia dan
terharu. Dia merasa seolah-olah ini adalah momen yang telah dia tunggu-tunggu.

Dia merasa seolah-olah dia telah menemukan rumahnya di Aprix, dan dia tahu bahwa
dia ingin terus berpetualang bersamanya. Dia merasa sangat beruntung bisa berada di
sini, di tengah hutan, bersama orang yang dia cintai.

17. Wedding

Mereka memutuskan untuk mengadakan upacara pernikahan kecil di tengah


hutan. Hanya mereka berdua, dihadiri oleh hewan-hewan dan burung-burung hutan.
Seolah-olah alam sendiri bergembira untuk mereka.

Mereka berdiri di depan danau, dengan hutan sebagai latar belakang mereka. Mereka
berjanji untuk selalu mencintai dan melindungi satu sama lain, untuk selalu bersama
dalam suka dan duka.

Hewan-hewan dan burung-burung hutan tampaknya mengerti, mereka berhenti dan


menyaksikan upacara itu dengan tenang. Seolah-olah mereka juga merayakan momen
bahagia ini.

18. New beginning

Setelah beberapa minggu menikmati kehidupan baru mereka sebagai pasangan


yang baru menikah, mereka memutuskan bahwa sudah saatnya untuk melanjutkan
petualangan mereka. Mereka merasa bahwa mereka sudah cukup beristirahat, dan mereka
merindukan sensasi dan kegembiraan dari perjalanan.

Mereka mengambil peta baru yang mereka temukan sebelumnya dan mulai merencanakan
rute mereka. Mereka tahu bahwa petualangan baru menanti mereka, dan mereka tidak
sabar untuk memulainya.

Mereka berdua merasa bahwa ini adalah awal dari petualangan baru dalam hidup
mereka, sebuah petualangan yang penuh dengan cinta dan kebahagiaan.

Mereka mulai mengikuti peta baru, melewati hutan dan bukit, dan menemukan tempat-
tempat baru yang indah. Mereka merasa seolah-olah mereka telah memasuki dunia baru,
sebuah dunia yang penuh dengan keajaiban dan keindahan.

Suatu hari, mereka menemukan sebuah gua yang tersembunyi di balik air terjun.
Mereka memutuskan untuk menjelajahinya, dan di dalamnya, mereka menemukan sebuah
harta karun yang luar biasa - sebuah peti yang penuh dengan permata dan emas.

Mereka berdua terkejut dan merasa sangat beruntung. Mereka tidak pernah menyangka
akan menemukan harta karun di akhir perjalanan mereka.

Meski harta karun itu sangat menggoda, mereka memutuskan untuk hanya mengambil
beberapa barang yang mereka butuhkan. Mereka mengambil beberapa permata untuk
ditukar dengan makanan dan perlengkapan, dan meninggalkan sisanya.

Mereka berdua merasa bahwa kekayaan sejati bukanlah emas atau permata, tetapi
petualangan dan pengalaman yang mereka bagikan bersama. Mereka tahu bahwa mereka
telah menemukan harta karun sejati dalam perjalanan mereka - cinta dan kebersamaan.

Dengan hati yang penuh harapan, mereka melanjutkan perjalanan mereka, meninggalkan
gua dan harta karun di belakang.

Anda mungkin juga menyukai