Anda di halaman 1dari 1

Di sabana ini, mereka menjelajahi tubuh kami yang ditanamkan ribuan mimpi tak berwujud.

Bagaimana kisah cintamu? Tanya mereka.

Mereka tetap mempertanyakan cinta yang tak terdengar suaranya. Cinta yang barangkali tak pernah
tampak wujudnya. Dan agaknya cinta yang bayangannya selalu bersembunyi di balik rerumputan.

Tapi, Ah Sudahlah, Ma! Jawab seorang perempuan berkepala ricuh.

Perempuan dalam diri kami memiliki ratusan wujud. Ribuan wajah. Dan milyaran kekuatan.
Meskipun demikian, tubuh kami habis diikat oleh sebuah tali. Sedang tangan kami menjelma menjadi
api. Jari-jari di tangan kami akan menjulur, merengkuh, dan menjerat setiap nyawa yang melintas.
Mata kami menjelma menjadi matahari dengan cahaya sigap. Menelusuri setiap lorong di kedalaman
bongkahan bukit.

Tanahku tak lagi kering, Ma! Suara itu keluar sekali lagi.

Tanah kami berubah menjadi hijau. hutan dan ilalang menari di sepanjang pagi. Bercinta bersama
tetesan basah embun pertama.

Sungaiku sudah jernih, Ma! Pungkasnya berkali-kali.

Kami tak lagi kurang air bersih. Terlihat di dalamnya, rangkaian huruf berenang dari dalam. Kami
mulai merayap dan berlari mengejar cahaya.

Rangkaian gunung pun siap menyambutmu, Ma! Dan untuk kesekian kali suara itu terdengar.

Gunung kami yang sigap menyembur sebuah pendar yang melangit. Kapan pun mereka ingin, tapi
sekarang mereka sedang tak ingin.

Pantaiku sangat indah, Ma! Terlontar dari seorang perempuan berwajah besar.

Karang yang tetap kokoh menantang dengan ombak yang terus menerjang. Kami mengajarinya
sebuah kata. Lalu, mereka memberi kami sebuah puisi

Cuaca semakin berkabut. Namun, langkah kami tidak akan surut. Rahim kami tak hentinya
mengandung akar, batang, ranting, daun, bunga, hingga menjad buah. Siap menyajikan indahnya
nyawa-nyawa yang berhembus bersama angin berirama.

Anda mungkin juga menyukai