Sumina
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Tunas Pembangunan Surakarta
minasumina33@gmail.com
Suryo Handoyo
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Tunas Pembangunan Surakarta
suryo.handoyo@lecture.utp.ac.id
Abstrak
Perkerasan jalan adalah salah satu unsur kontruksi jalan raya yang sangat penting sebagai
kelancaran transportasi darat sehingga dapat memberikan kenyaman dan keamanan bagi
penggunanya. Perencanaan perkerasan berdasarkan pada standar perencanaan yang
berlaku di Indonesia, untuk memperoleh perencanaan perkerasan yang layak dan efisien.
Penentuan tebal perkerasan kaku (Rigid Pavement) dapat direncanakan dan dihitung
dengan banyak metode. Metode yang dilakukan dalam perencanaan tebal perkerasan
kaku pada ruas jalan Tangen – Ngrombo dipilih metode AASTHO 1993 (America
Association of State Highway and Transportation Officials 1993) dan metode
NAASRA (National Association Of Australian State Road Authorities). Data primer
didapatkan berdasarkan hasil penelitian langsung dan data sekunder diperoleh dari DPU
Bina Marga Kabupaten Sragen. Setelah dilakukan perhitungan dan didapatkan data
Lalulintas Harian Rata-rata (LHR), Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga (JSKN), CBR tanah
dasar dan Curah Hari Hujan maka dalam perhitungan dengan methode AASTHO 1993
didapat tebal rigid pavement 250 mm dengan hasil kebutuhan tulangan dowel Ø32 –
300 mm dengan panjang 450 mm, tulangan tie bar Ø13–800 mm dengan panjang 650
mm, hasil perhitungan tulangan memanjang dan melintang sebesar Ø13 – 375 mm.
Sedangkan menggunakan metode NAASRA dengan hasil perencanaan tebal rigid
pavement 270 mm dengan hasil kebutuhan tulangan dowel Ø32 – 300 mm dengan
panjang 450 mm, tulangan tie bar Ø12 – 1200 mm dengan panjang 635 mm, dan
kebutuhan tulangan memanjang dan melintang sebesar Ø13 – 350 mm.
transportasi di jalan menuju daerah dan kota a. Untuk memberikan struktur yang kuat
menunjukkan perkembangan yang tidak dalam mendukung beban lalu lintas.
seimbang, antara kondisi struktur jalan dengan b. Untuk memberikan permukaan rata
kapasitas pengguna jalan yang menyebabkan bagi pengendara.
jalan mudah rusak. Saat ini, kesejahteraan c. Untuk memberikan kekasatan atau
masyarakat dan pertumbuhan ekonomi nasional tahanan gelincir (skid resistance) di
terhambat karena banyaknya kerusakan jalan permukaan perkerasan.
raya, jika kerusakan tersebut dibiarkan terus d. Untuk mendistribusikan beban
menerus, maka akan menghambat kegiatan kendaraan ke tanah dasar secara
perekonomian dan sektor lainnya. memadai, sehingga tanah dasar
Secara umum di daerah jalan Tangen – terlindung dari tekanan yang berlebihan
Ngrombo dapat dikatakan sudah tidak
memadai, dikarenakan banyak ruas jalan yang
mengalami kerusakan seperti, tanah retak dan
berlubang yang diakibatkan oleh tanah yang
tidak stabil, pertambahan aktivitas masyarakat
dan kendaraan muatan berat dalam
pendistribusian, pemasaran industri, pertanian Sumber: Pedoman Perencanaan Perkerasan Kaku
(2002)
dan peternakan.
Gambar 1. Struktur Perkerasan Kaku
Untuk menunjang kelancaran lalu lintas dan
umur rencana yang panjang dan tidak mudah
2.2 Faktor Perencanaan Perkerasan
rusak maka perlu dilakukan perencanaan
Kaku
struktur jalan yang sesuai pada ruas jalan
a. Umur Rancangan
Tangen – Ngombo agar tercapai kenyamanan
Penentuan periode analisis dipengaruhi
dan kelancaran dalam pemakaian jalan dapat
oleh kondisi jalan perencanaan.
terwujud.
Penentuan umur rancangan sebagaimana
II. LANDASAN TEORI yang ada pada Tabel 1.
2.1 Fungsi Perkerasan Jalan Tabel 1. Umur Rencana Perkerasan
Kondisi Jalan Raya Periode Analisis
Perkerasan jalan adalah campuran antara Umur Rancangan
agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk (tahun)
Perkotaan Volume Tinggi 30 - 50
melayani beban lalu lintas. Agregat yang
Pedesaan Volume Tinggi 20 - 50
dipakai anatara lain batu pecah, batu kali, dan
Volume Rendah, Jalan 15 - 25
hasil samping peleburan baja. Bahan ikat yang Diperkeras
dipakai antara lain adalah aspal, semen, dan Volume Rendah, Permukaan 10 - 20
Angregat
tanah liat.
Fungsi utama perkerasan adalah Sumber: AASTO (1993)
38
Jurnal Teknik Sipil Dan Arsitektur Vol. 27 No. 1 Januari 2022 ISSN: 2598-2257(Online) 2807-9418(Print)
L
LHR LHRT H
No Type Kendaraan & Golongan Rencana 2021 R
(tahun)
T
1 Sedan, jeep, 2 Gol-1 20 315 re
626
Gambar 2. Bagan Alur Penelitian nc
st. wagon
a
IV. PEMBAHASAN na
2 Pick-up, combi 3 Gol-2 20 240,12 478
ta
Dalam perencanaan perkerasan kaku (rigid 3 Truk 2 as (L), 4 Gol-2 20 165,6 hu
330
n
pavement) pada ruas jalan Tangen – Ngrombo micro truck,
Mobil 20
4 Bus Kecil 5a Gol-2 20 66,24 132
41
Hantaran
Sragen, analisa dilakukan untuk mendapatkan
5 Bus Besar 5b Gol-9 20 8,28 16
parameter yang dibutuhkan dalam
6 Truk 2 as (H) 6 Gol-3 20 207 412
perencanaan data yang diambil adalah
7 Truc 3 as 7a Gol-4 20 82,8 165
analisa data lalu lintas, analisa data CBR,
8 Trailer 4 as, 7b Gol-6 20 0 0
analisa curah hujan. Berikut data yang terkait truck gandeng
9 Truck S. 7 Gol-8 20 0 0
dalam perencanaan perkerasan jalan kaku Trailer c
(ridig pavement). Jumlah 1085 2158
kendaraan
Tabel 5. Komposisi Ruas Lalu Lintas (LHRT) 2021
Sumber: Data Pribadi
No Type Kendaraan & Golongan Jumlah Kendaraan
1
Sedan, jeep, st.
2
Gol-
315 Kendaraan IV.1. Perhitungan Tebal Perkerasan
wagon 1
Gol-
Dengan Metode AASTHO 1993
2 Pick-up, combi 3 240 Kendaraan
2
Truk 2 as (L),
Data perencanaan yang diperoleh CBR
Gol-
3 micro truck, 4 166 Kendaraan
Mobil Hantaran
2 tanah dasar = 5,8%
Gol-
4 Bus Kecil 5a 66 Kendaraan Daya Dukung Tanah (DDT)
2
Gol-
5 Bus Besar 5b 8 Kendaraan = 4,3 log (CBR) + 1,7
9
Gol-
6 Truk 2 as (H) 6
3
207 Kendaraan = 4,3 log (5,8) + 1,7
Gol- = 4,98
7 Truc 3 as 7a 83 Kendaraan
4
8
Trailer 4 as,
7b
Gol-
0 Kendaraan Pertumbuhan lalu lintas (i) =3,5%
truck 6
gandeng
9 Truck S. Trailer 7c
Gol-
0 Kendaraan pertahun
8
Jumlah 1085 Kendaraan Umur rencana (UR) = 20 tahun
Sumber: Data Pribadi
39
Jurnal Teknik Sipil Dan Arsitektur Vol. 27 No. 1 Januari 2022 ISSN: 2598-2257(Online) 2807-9418(Print)
4. Serviceability
Gambar 4. Hubungan Antara (k) dan CBR (Ari
Total loss of serviceability: = Po – Pt Suryawan, 2009)
Diketahui:
Nilai Pt untuk jalan raya utama = 2,5 6. Modulus Elastis Beton dan Flexual
Strengh
Nilai Pt jalan lalu-lintas rendah = 2,0 Flexural strength
Initial selviceability rigid pavement = 4,5
= 45 kg/cm2 = 45 x 0,084 = 3,78 MPa
Perhitungan = Po – Pt = 4,5 – 2,0 = 2,5
Fr = 0,70 √fc’
5. Modulus Reaksi Tanah Dasar
Koreksi Effective modulus of subgrade 3,78 = 0,70 √fc’
reaction menggunakan grafik pada gambar 4.3 fc’ = 29,16 MPa = 29,16 : 0,084
dan factor lossof support (LS). Perhitungan: = 347,14 kg/cm2
MR = 1.500 x CBR Jika ditinjau dengan modulus elastisitas
K = MR/19,4 = 1.500 x 5,8/19,4 beton di Indonesia pada umumnya
= 448,45 pci
menggunakan fc’ = 350 kg/cm2, maka:
Nilai pendekatan modulus reaksi tanah dasar
Modulus elastisitas beton: 29,4 Mpa.
(k) didapat dari gambar 4.3. Dengan
40
Jurnal Teknik Sipil Dan Arsitektur Vol. 27 No. 1 Januari 2022 ISSN: 2598-2257(Online) 2807-9418(Print)
Fr = 0,70 √fc’ = 0,70 √29,4 = 3,79 MPa sekali terjadi hujan terus menerus selama 1
= 3,79: 0,084 = 45,12 kg/cm2 minggu. Maka quality of drainage didapat
7. Koefisien Drainase yaitu Good – Fair.
Tabel 12. Quality of drainage
Tabel 10. Hari hujan pada tahun 2001 – 2020
kabupaten Sragen Quality of drainage Water removerd within
Rata2 curah Hari hujan/tahun Excellent 2 jam
No Tahun
hujan/tahun (mm) Good 1 hari
(mm) Fair 1 minggu
1 2001 130 105
Poor 1 bulan
2 2002 51 79
Very poor air tidak terbebaskan
3 2003 57 88
4 2004 69 102 Sumber: Ari Suryawan (2009)
5 2005 68 102 Tabel 13. Drainage Coefficient (Cd)
6 2006 53 69 Percent of time pavement structure
Quality of
7 2007 140 95 is exposed to moisture levels
drainage
8 2008 129 77 approaching
< 1% 1 - 5% 5 - 25% ˃ 25%
9 2009 386 104 Excellent 1.25 - 1.20 - 1.15 - 1.10
10 2010 213 125 1.20 1.15 1.10
Good 1.20 - 1.15 - 1.10 - 1.00
11 2011 139 95 1.15 1.10 1.00
12 2012 125 99 Fair 1.15 - 1.10 - 1.00 - 0.90
1.10 1.00 0.90
13 2013 183 157 Poor 1.10 - 1.00 - 0.90 - 0.80
14 2014 125 137 1.00 0.90 0.80
Very poor 1.00 - 0.90 - 0.80 - 0.70
15 2015 157 127 0.90 0.80 0.70
16 2016 137 194 Sumber: RDE-11 Perencanaan Perkerasan Jalan (2005)
17 2017 88 149
Dari dua variable yang didapat antara Good
18 2018 66 116
dan Fair maka angka yang mewakili
19 2019 75 116
koefisien drainase (Cd) adalah 1.15.
20 2020 64 127
Rata-rata 113 8. Load Transfer
Sumber: Badan Pusat Statistik Tabel 14. Koefisien Load Transfer
Pavement Type Nilai J
Plain jointed and jointed reinforced 2,5 - 3,1
overlay design 2,2 - 2,6
Tabel 11. Koefisien Pengaliran C (Hidrologi, Imam Sumber: Ari Suryawan (2009)
Subarkahi)
Tpye daerah aliran C Tabel 15. Koefisien Transfer Beban (J)
Beraspal 0,70 - 0,95 Bahu Jalan Aspal Pelat Beton Semen
Jalan Beton 0,80 - 0,95 Portland Terikat
Batu 0,70 - 0,85 Alat ransfer Ya Tidak Ya Tidak
sumber: Ari Suryawan (2009) Beban
Tipe
Perkerasan
Perhitungan: 1. Perkerasan
beton Tak 3,2 3,98 - 2,5 - 3,6 - 4,2
Pheff = (T jam)/24 x (T hari)/365 xW_L x 100
Bertulang 4,4 3,1
= 3/24 x 113/365 x 0,125 x 100 Bersambung
(JPCP) dan
= 0,48 % < 1% Bertulang
Bersambuang
Penetapan Variable mutu drainase mengacu (JRCP)Bertulang
2. Perkerasan 2,9 - Tidak 2,3 - Tidak
pada tabel 12 dengan keadaan lingkungan pada Beton Bertulang 3,2 Ada 2,9 Ada
Kontinyu CRCP)
kabupaten Sragen dapat disimpulkan bahwa, Sumber: AASTHO (1993)
rata-rata hujan selama 3 jam/hari dan jarang
41
Jurnal Teknik Sipil Dan Arsitektur Vol. 27 No. 1 Januari 2022 ISSN: 2598-2257(Online) 2807-9418(Print)
Dari dua Variable pada tabel 15 nilai interval W18: Traffic design pada lajur lalu lintas ,
yang didapat antara plain jointed and jointed Equivalent Single Axle Load (ESAL)
reinforced dengan overlay desigen adalah J = LHRj : Jumlah lalu lintas harian rata – rata
2,55. 2 arah untuk kendaraan j
VDFj : Vehicle Damage Factor untuk jenis
9. Penentuan Tebal Pelat Beton dengan kendaraan j
Parameter ESAL DD : Faktor distribusi arah
Faktor distribusi arah dan faktor distribusi lajur DL : Faktor distribusi lajur
diambil acuan dari AASTHO 1993, dengan N1 : Lalu lintas pada tahun pertama di buka
faktor distribusi arah: DD = 0,30 – 0,70 dan Maka, didapatkan nilai ESAL komulatif
umum nya di ambil 0,5. Lalu untuk faktor pada tahun rencana selama 20 tahun
distribus lajur (DL), Mengacu pada Tabel 16 di sebesar 24.001.710,04.
bawah ini: 10. Perhitungan Tebal Pelat
Tabel 16. Faktor Distribusi Lajur (DL)
Perhitungan tebal pelat pada metode
Jumlah lajur setiap arah DL (%) AASHTO 1993 , menggunakan rumus
1 100
persamaan dibawah ini , dan untuk hasil
2 80 - 100
3 60 - 80 perhitungan di ringkas pada tabel 4.14.
4 50 - 75 Log10W18 = ZRSo + 7,35log10(D + 1) –
Sumber: RDE – 11 – Perencanaan Perkerasan Jalan (2005) 0,06
∆𝑃𝑆𝐼
𝑙𝑜𝑔10 [ ]
Perhitungan distribusi arah dan lajur (C): + 4,5−1,5
1,624 𝑥 107
+ (4,22 – 0,32Pt)x
1+
(𝐷+1)8,46
Diketahui: 𝑆′𝑐 𝐶𝑑 𝑥 [𝐷0,75−1,132
log10 18,42
Distribusi lajur (DD) = 0,5 215,63 𝑥 𝑗 𝑥 [𝐷0,75 −
(𝐸𝑐 :𝐾)0,25
Distribusi arah (DL) = 80 % – 100% dimana:
= 90% (diambil nilai tengah) W18 : Traffic design , Equivalent
Perhitungan : Single Axle Load (ESAL)
C = DD x DL = 0,5 x 90 % = 0,45 ZR : Standar normal deviasi
dengan perhitungan ESAL adalah lalu lintas So : Standar deviasi
komulatif, secara numerik lalu - lintas D : Tebal pelat beton (inches)
komulatif dapat di rumuskan sebagi berikut : : Serviceability loss = Po – Pt
(1+𝑔)𝑛 −1 Po : Initial serviceability
Wt = 𝑊18x
𝑔
Pt : Terminal serviceability
dimana:
Sc’ : Modulus of rupture (psi)
W : Jumlah beban gandar tunggal standar
Cd : Drainage coefficient
komulatif
Ec : Modulus elastisitas (psi)
W18 : Beban gandar standar komulatif
selama 1 tahun K : Modulus reaksi tanah dasar (psi)
n : Umur pelayanan atau umur rencana
UR (tahun)
g : Perkembangan lalu – lintas %
dimana:
42
Jurnal Teknik Sipil Dan Arsitektur Vol. 27 No. 1 Januari 2022 ISSN: 2598-2257(Online) 2807-9418(Print)
43
Jurnal Teknik Sipil Dan Arsitektur Vol. 27 No. 1 Januari 2022 ISSN: 2598-2257(Online) 2807-9418(Print)
44
Jurnal Teknik Sipil Dan Arsitektur Vol. 27 No. 1 Januari 2022 ISSN: 2598-2257(Online) 2807-9418(Print)
Fr = 0,62 √Fc’ = 0,62 √34 = 3,6 MPa (syarat diperoleh modulus reaksi tanah dasar k =
minimal kuat lentur > 3,5 MPa) 40 kPa/mm, untuk nilai CBR 5,8%
2. Perhitungan Beban Lalu Lintas
Rencana
a. Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga
Tabel 22. Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga
Jumlah Beban Konfigurasi
Jenis Sumbu Sumbu
(ton)
Kendaraan Kend Sumbu Sum De Bela Depan Bela
araan Kenda bu pan kang kang
raan
Bus Kecil 66 2 132 2 3 STR T STR G
Bus Besar 8 2 16 3 5 STR T STR G
Gambar 5. Korelasi Hubungan Antara Nilai (k)
Truk 2 As 166 2 332 2 4 STR T STRG
dan CBR (Sumber : Shirley L. Hendarsin(2000)
Kecil
45
Jurnal Teknik Sipil Dan Arsitektur Vol. 27 No. 1 Januari 2022 ISSN: 2598-2257(Online) 2807-9418(Print)
STRG 3 3 3,47 - - - -
STRG 4 4 8,72 - - - -
STRG 5 5 10,87 1,4 0,39 0 0
STRG 5 5 0,42 1,4 0,39 0 0
STRG 6 6 43,58 1,4 0,39 0 0
STRG 8 8 10,87 1,4 0,39 0 0
STRG 14 1 43,58 1,76 0,49 0 0
4 Jumlah 0
Sumber: Data Pribadi
Diketahui lebar jalur : 6 m (3 m untuk setiap lajur) Karena As < As min maka digunakan As
min
Digunakan tulangan Ø13 – 350 mm
(As = 379,0429 mm2)
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan perencanaan
struktur perkerasan jalan raya dengan
menggunakan perkerasan kaku (rigid
pavement), pada ruas jalan Tangen –
Ngrombo didapatkan beberapa kesimpulan
Gambar 10. Jarak Tie Bar Maksimum menurut
AASTHO (1986) untuk Tulangan Baja Grade 40 sebagai berikut:
dan F=1,5 (Sumber: Shirley L. Hendarsin (2000)
1. Hasil perhitungan tebal perkerasan
Pada grafik diatas hasil penentuan tie bar diperoleh CBR = 5,8 %, perencanaan rigid
didiskripsikan maka didapatkan hasil: pavement menggunakan metode
Diameter Tie Bar : 12 mm AASTHO 1993 hasil perencanaan tebal
Jarak Tie Bar : 120 cm = 1200 mm 250 mm dengan mutu beton K-350 dan
Panjang Tie Bar : 25 inch = 635 mm menggunakan metode NAASRA dengan
8. Penulangan hasil perencanaan tebal 270 mm dengan
a. Perhitungan Tulangan Memanjang mutu beton K-350
Diketahui: 2. Perhitungan kebutuhan tulangan yang
Tebal Plat : 270 mm didapat pada perencanaan rigid pavement
Lebar Plat Beton :3m menggunakan metode AASTHO 1993
Faktor Gesekan (F) : 1,8 (tabel 21) dengan kebutuhan tulangan dowel Ø32 –
Luas tulangan minimum As: 0,14 % (SNI 1991) 300 mm dengan panjang 450 mm, tulangan
As minimum = 0,14 % (tebal plat x 1000) tie bar Ø13 – 800 mm dengan panjang 650
= 0,0014 (27 x 1000) mm, dan tulangan memanjang dan
= 378 mm2 melintang sebesar Ø13 – 375 mm.
11,76 (𝐹.𝐿.ℎ) 11,76 (1,8 .15 .270) Sedangkan pada perencanaan rigid
AS = =
𝑓𝑠 240
pavement menggunakan metode
= 357,21 mm / m lebar < 378 mm2
2
tulangan memanjang dan melintang sebesar SNI, Baja Tulangan Beton, SNI
Ø13–350 mm. 2052:2017. Standar Nasional
Indonesia. Badan Standadisasi
DAFTAR PUSTAKA
Nasional (BSN).
Departemen Pemukiman dan Prasarana
Wilayah. 2003. Perencanaan Perkerasan
Jalan Beton Semen.
MKJI, Analisis, Perencanaan, dan Operasi
Fasilitas Lalu Lintas Jalan (1997).
Manual Kapasitas Jalan Indonesia.
Manual Kapasitas Jalan Indonesia.
Modul, RDE – 08 – Rekayasa Lalu Lintas
(2005) Departemen Pekerjaan Umum
Badan Pembinaan Konstruksi dan
Sumber Daya Manusia Pusat Pembinaan
Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi
(PUSBIN- KPK).
Modul, RDE – 10 – Perencanaan Geometrik
Jalan (2005) Departemen Pekerjaan
Umum Badan Pembinaan Konstruksi
dan Sumber Daya Manusia Pusat
Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan
Konstruksi (PUSBIN-KPK).
Modul, RDE – 11 – Perencanaan Perkerasan
Jalan (2005) Departemen Pekerjaan
Umum Badan Pembinaan Konstruksi
dan Sumber Daya Manusia Pusat
Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan
Konstruksi (PUSBIN-KPK).
RSNI, Geometri Jalan Perkotaan RSNI 1- 4-
2004. Standar Nasional Indonesia.
Badan Standadisasi Nasional (BSN).
Suryawan, Ari. 2009. Perkerasan Jalan Beton
Semen Portland (Rigid Pavement)
Perencanaan Metode AASTHO 1993.
Yogyakarta. Beta Offset.
SNI, Metode Analisa Komponen SKBI
2.3.26.1987/SNI 03-1732-1989. tandar
Nasional Indonesia.
48