Anda di halaman 1dari 18

LAPISAN PONDASI 1

TSS18535P

TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SEMARANG
Tanah Dasar (Sub Grade)
• Tanah dasar (subgrade) adalah merupakan permukaan dasar untuk perletakan
bagian-bagian perkerasan lainnya. Kekuatan dan keawetan maupun tebal dari
lapisan konstruksi perkerasan jalan
• Tanah dasar ini dapat terbentuk dari tanah asli yang dipadatkan (pada daerah
urugan).
Persyaratan Teknik Material Tanah sebagai
Pembentuk Tanah Dasar
Mengenai untuk material tanah sebagai pembentuk tanah dasar ini adalah sebagai berikut:
• Bukan tanah organis
• Sebaiknya tidak termasuk tanah yang plastisitanya tinggi (klasifikasi A-7-6) dari persyaratan klasifikasi MSHTO atau CH
dalam sistim klasifikasi unified.
• Bahan yang mempunyai plastisitas tinggi hanya boleh digunakan pada daerah/lapisan dibawah 80 cm dari tanah dasar atau
bagian dasar dari urugan. Atau urugan kembali yang tidak memerlukan daya dukung tinggi.
• Memiliki harga CBR tidak kurang dari 6% setelah perendaman 4 hari dan dipadatkan 100% dari kepadatan kering
maximum.
Persyaratan kepadatan :
• Harus dipadatkan dengan 95% dari kepadatan kering maximum pada lapisan 30 cm ke bawah dari subgrade (Proctor
standard).
• 30 cm keatas harus dipadatkan 100% dari kepadatan kering maximum(proctor standard).
Lapisan Pondasi Bawah (Sub Based)
• Lapis pondasi bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan tanah dasar.
Fungsi dari lapis pondasi bawah ini antara lain yaitu:
• Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda.
• Mencapai effisiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisan-lapisan selebihnya dapat dikurangi
tebalnya (penghematan biaya konstruksi).
• Untuk mencegah tanah dasar masuk kedalam lapis pondasi.
• Sebagi lapisan peresapan (drainage blanket sheet) agar air tanah tidak mengumpul di pondasi maupun di tanah
dasar
• Sebagai lapisan pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancer. Hal ini sehubungan terlalu lemahnya daya
dukung tanah dasar terhadap roda-roda alat berat atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus segera
menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca.
Material yang umum digunakan untuk lapisan pondasi bawah sesuai dengan
jenis konstruksinya adalah :
• Batu belah dengan balas pasir (sistim telford)
• Tanah campuran semen (soil cement base)
• Aggregat kelas B (sistim pondasi aggregate)
Lapisan Pondasi Atas (Based)
• Lapis Pondasi Atas adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis
pondasi bawah dan lapisan permukaan.
Fungsi dari lapis pondasi atas ini antara lain yaitu :
• Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan yang menahan gaya lintang dari
beban roda
• Sebagai lapisan peresapan untuk pondasi bawah.
• Memberikan bantalan terhadap lapisan permukaan.
Bahan yang akan digunakan untuk lapisan pondasi atas adalah jenis bahan yang cukup
kuat. Untuk lapisan pondasi atas tanpa bahan pengikat umumnya menggunakan
material dengan nilai CBR > 50% dan plastisitas Index (PI) < 4%.
Bahan-bahan alam seperti batu pecah, kerikil pecah, stabilitas tanah dengan semen (soil
cement base) dapat digunakan sebagai lapis pondasi atas sesuai dengan jenis
konstruksinya adalah :
• Tanah campur semen (soilcement base)
• Aggregat Klas A (sistim pondasi aggregate)
• Kerikil (Pondasi Macadam)
Pada perkerasan Lentur, tujuan base dan subbase
adalah :
• Dengan kekakuannya (kekuatannya) sendiri mendukung beban (lalu lintas)
yang diterimanya; Seperti asumsi di atas, bahwa perkerasan lentur
dibayangkan seperti lembaran karet, sebenarnya dia juga punya kekakuan
yang mampu mendukung beban meskipun tidak sekuat lembaran baja.
• Dengan ketebalan perkerasannya untuk menyebarkan beban lalu lintas
dipermukaan perkerasan menjadi tekanan yang mampu diterima oleh Sub
Grade

Lapis permukaan
Lapis Base
Lapis Sub Base
Subgrade 8
Gambar 1: Mekanisme penyebaran tekanan akibat beban pada lapisan perkersana lentur
Jenis Lapis Pondasi Jalan

1. Lapis Pondasi Atas


• Tanpa Pengikat 2. Lapis Pondasi Bawah
• Lapis Pondasi Agregat Kelas A
 Tanpa Pengikat
• Dry Bound Macadam
Lapis Pondasi Agregat
• Dengan Pengikat Kelas B
• Pengikat Air  Dengan Pengikat
Pengikat Aspal
• Water Bound Macadam
 ATSB Konvensional
• Pengikat Semen  CTSB
• PCC (Portland Cement Concrete)
• CTB
• Soil Cement Base
• Pengikat Aspal
• ATB Konvensional
• AC-Base
Apakah California Bearing Ratio (CBR) Itu?

• Perbandingan beban untuk penetrasi piston seluas 3 inch sedalam 0,1 inch terhadap beban
3000 lbs, atau 0,2 inch terhadap beban 4500 lbs
Catatan :
• Biasanya diambil yang penetrasi 0,1 inch
• Bilamana yang 0,2 inch >, pengujian harus diulang
• Bilamana hasil ulang masih sama, diambil yang 0,2

BEBAN

PISTON PENEKAN

PENETRASI
LUAS ALAS 3 INCH2
Jenis apa saja base course itu?

• Bahan Berbutir (Granular Material) :


• Lapis Pondasi Agregat (Aggregate Base), Terbuat Dari Cam-puran Batu Pecah Dan
Sirtu
• Bahan Distabilisasi Dengan Pengikat :
• Bahan Pengikat Semen :
• PCC (Potland Cement Concrete) , >  K275
• CTB (Cement Treated Base), Ucs 7 Hari > 45 Kg/Cm2
• Soil Cement, Ucs 7 Hari >  20 Kg/Cm2
• Bahan Pengikat Aspal :
• Laston Atas ("Asphalt Treated Base"), Black Base
• Kadar Aspal Rendah, Ukuran Butir Maks. 2 Inch
Jenis campuran aspal apa saja untuk subbase
course ?

• Jenis sama dengan base course mutu bahan boleh lebih rendah
dari Base course
• CBR base  80 %
• CBR subbase  30 %
• Laston bawah ("asphalt treated Subbase")
Berapakah CBR Yang Ekonomis Untuk
Perkerasan Lentur?

• Bagaimana cara mengekonomiskan tanah ber-CBR kecil?CBR


yang ekonomis> 6, bilamana < 6 dapat digunakan capping
layer yang terbuat dari selected (CBR >10)
• CBR = 3 - 6, digunakan capping layer 20 cm, gabungan Capping layer
dan tanah asli diperkirakan dapat mencapai CBR = 6
• CBR < 3, digunakan capping layer 35 cm, gabungan capping layer dan
tanah asli diperkirakan dapat mencapai CBR= 6
Capping Layer
Cbr Gabungan = 6 100 Cm

Tanah Asli
Apakah boleh mensubstitusi tebal komponen
perkerasan dengan cara mengekivalenkan?

• Mengekivalenkan menjadi komponen yang lebih tinggi mutunya


diperkenankan, tidak sebaliknya !
• Bilamana diekivalenkan dengan bahan yang rendah maka akan
terjadi fatique cracking terlebih dahulu pada Lapisan beraspal
sebelum terjadinya rutting.
Pekerjaan Lapis Pondasi Jalan

• Lapis Pondasi Agregat (satuan m3)


• Mencakup pemasokan, pemrosesan, pengangkutan, penghamparan, pembasahan,
dan pemadatan agregat di atas permukaan yang telah disiapkan dan diterima oleh
Direksi Pekerjaan ---> Lapis pondasi agregat kelas A , B dan kelas B
• Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal (satuan m3)
• Mencakup pemasokan, pengangkutan, penghamparan, dan pemadatan bahan utk
pelaksanaan lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal, merupakan suatu lapis
permukaan sementara pada permukaan tanah dasar atau lapis pondasi bawah yang
telah disiapkan ---> Lapis pondasi agregat kelas C
• Lapis Pondasi Semen Tanah (satuan : m3 utk lapis pondasi dan ton utk semen)
• Terdiri dari tanah yang distabilisasi dengan semen yang dihampar dan dipadatkan
di atas tanah dasar yang telah disiapkan
Gradasi Lapis Pondasi Agregat
Ukuran saringan Persen berat yang lolos, % lolos
ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas C
3” 75 100
2” 50 100 75-100
1½” 37,5 100 88 –100 60-90
1“ 25,0 77 –100 70 – 85 45-78
3/8” 9,50 44 – 60 40 – 65 25-55
No.4 4,75 27 – 44 25 – 52 13-45
No.10 2,0 17 – 30 15 – 40 8-36
No.40 0,425 7 – 17 8 – 20 7-23
No.200 0,075 2–8 2-8 5-15
Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat

Sifat – sifat Kelas A Kelas B Kelas C


Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 03-2417- mak. 40% mak. 40% mak. 40%
1990)
Indek Plastis (SNI-03-1966-1990 dan mak. 6 mak. 6 4–9
SNI-03-1967-1990).
Hasil kali Indek Plastisitas dengan % Lolos mak. 25 -- --
Saringan No.200
Batas Cair (SNI 03-1967-1990) mak. 25 mak. 25 mak. 35
Gumpalan Lempung dan Butir-Butir 0% mak. 1% mak. 1%
Mudah Pecah dalam Agregat (SNI- 03-
4141-1996)
CBR (SNI 03-1744-1989) min. 90% min. 65 % min. 35%
Perbandingan persen lolos #200 dan #40 mak. 2/3 mak. 2/3 mak. 2/3
STANDAR RUJUKAN LAPIS PONDASI
AGREGAT

• SNI 03-1967-1990 (AASHTO T 89 - 90):Metode Pengujian Batas cair dengan Alat


Cassagrande.
• SNI 03-1966-1990 (AASHTO T 90 - 87):Metode Pengujian Batas Plastis.
• SNI 03-2417-1991 (AASHTO T 96 - 87):Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin
Los Angeles.
• SK SNI M-01-1994-03(AASHTO T112 - 87):Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan
Butir-butir Mudah Pecah dalam Agregat.
• SNI 03-1743-1989(AASHTO T180 - 90):Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah.
• SNI 03-2827-1992(AASHTO T191 - 86):Metode Pengujian Kepadatan Lapangan dengan
Alat Konus Pasir
• SNI 03-1744-1989(AASHTO T193 - 81):Metode Pengujian CBR Laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai