Anda di halaman 1dari 2

WANG BANG SUNARAN DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN KARAKTER

Buku : Geguritan Wang Bang Sunaran

Pengarang : IBW Widiasa Keniten

Penerbit : Pustaka Ekspresi

Cetakan : Cetakan I

Tahun terbit : Desember 2016

Tebal Buku : 57 halaman

Buku Geguritan Wang Bang Sunaran memiliki kelebihan yaitu sangat mudah dibawa
kemana-kemana karena ukurannya yang medium 18x12cm. Ide sampul yang digagas oleh Ida Bagus
Gede Yadnya memilih warna hitam sebagai pilihan buku Wang Bang Sunaran. Desain cover yang
terlihat seperti Aksara Bali dibuat oleh I Made Sugianto yang membuat kesan sampul dan cover
terlihat elegan. Dalam buku ini menyajikan Purwakaning Atur yang berati Kata pengantar terletak
pada halaman romawi iii dan Daging Cakepan pada halaman vii yang berati yang berati Daftar isi
dalam Bahasa Indonesia. Kondisi buku ini juga masih dalam kondisi yang bagus dan bisa dibaca oleh
masyarakat yang pada umumnya beragama Hindu.
Terdapat sinopsis pada halaman romawi v dari buku Geguritan Wang Bang Sunaran yang
menceritakan tentang pergulatan hidup dan kehidupan. Pergulatan itu terjadi antara seorang guru
spiritual (Sang Dyah) dengan para siswanya yang bernama Jagul Anom, Pucung, Ginanti, Ginada,
Kumambang, Sinom, dan juga Wang Bang Sunaran. Diskusi sastra terjadi antara guru dengan siswa
yang ingin mengetahui tentang aksara, hakikat hidup, tanda-tada zaman, musuh-musuh dalam diri
manusia, dan etika dalam pergaulan manusia sebagai makhluk sosial-religius. Tanda-tanda zaman kali
disuratkan, misalnya adanya laki-laki yang berlaku sebagai seorang perempuan, begitu juga seorang
perempuan yang berlaku seperti laki-laki. Korupsi semakin marak. Pemimpin tidak peduli dengan
rakyatnya. Jarak antara yang miskin dengan yang kaya semakin lebar. Kemiskinan moral semakin
menjadi-jadi. Tokoh-tokoh panutan hampir tidak ada. Pengabdian pada kebenaran hidup akan
memberikan jalan terang bagi yang menggeluti sastra dan hakikat hidup. Problematika hidup terus
mendera kehidupan manusia. Manusia diharapkan selalu ingat pada kebesaran Tuhan (Sang Hyang
Widhi Wasa). Subhakti atau sujud kepada Sang Hyang Widhi akan memberikan pencerahan pada hati
manusia yang setia pada jalan kebenaran.
Perekat dialog dilakukan oleh Wang Bang Sunaran. Tokoh ini sebagai tali penghubung antara
guru spiritual dengan siswa-siswanya. Gambaran diri Wang Bang Sunaran sebagai siswa yang malas
belajar, jarang membantu sesama, susah diatur, dan merasa diri serba tahu. Karena itulah, ia ingin
mencari jalan kebenaran. Jalan itu ditemukan pada Sang Dyah yang menurutnya sebagai tokoh
pencerahan dalam kegelapan jiwanya. Dalam diri manusia bergulat kebenaran dengan usuh-musuh
dalam diri manusia. Musuh-musuh itu amat beragam seperti Sad Ripu (enam musuh), Sapta Timira
(tujuh kegelapan) dan juga Dasa Mala (sepuluh kemelekatan batin) terus bergerak siang malam dalam
diri manusia. Patutlah manusia tetap waspada. Manusia hidup hendaknya tetap eling (ingat) dan
berkesadaran (tyaga) hingga memiliki makna dalam hidup dan kehidupan. Itulah sinopsis dari buku
Wang Bang Sunaran yang dituliskan dengan Bahasa Indonesia sehingga pembaca mengerti arti dan
maksud tujuan buku ini diterbitkan.
Dibalik suatu kelebihan pasti ada kekurangan dari buku Geguritan Wang Bang Sunaran yaitu
dari segi bahasanya yang menyebabkan sedikit pembaca yang mengerti apa arti tulisan tersebut.
Kebanyakan orang tidak mengerti arti bahasanya sehingga sangat perlu diisi terjemahan dibawah
nyanyian Jagul Anom halaman 1, Pucung halaman 2, Ginanti halaman 6, Sinom halaman 22,
Kumambang halaman 22, Ginada halaman 27, Sinom halaman 33. Karena buku ini tentang nyanyian-
nyanyian seharusnya diisi nada lagu. Saran untuk pembaca pemula tidak bisa menyanyikan langsung
isi geguritan dalam buku Geguritan Wang Bang Sunaran sehingga harus belajar dengan seseorang
yang lebih mengerti dengan nyanyian-nyanyian didalam Geguritan Wang Bang Sunaran.

Batubulan,10 Agustus 1996


Ni Komang Ayu Supartini

Anda mungkin juga menyukai