Anda di halaman 1dari 4

Hidup itu Harus Pintar Ngegas & Ngerem

Sebuah Resensi
1. Biografi Penulis
Muhammad Ainun Najib atau biasa dikenal dengan sebutan Cak Nun lahir
di kabupaten Jombang, Jawa Timur, pada 27 Mei 1953. Ia merupakan tokoh
intelektual Islam juga seorang budayawan dan seniman. Hasil pemikiran-
pemikirannya kerap ia tuangkan di dalam tulisan-tulisannya.
Cak Nun pernah nyantri di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor,
kemudian pindah ke SMA Muhammadiyah I Yogyakarta. Di Yogyakarta, ia
belajar sastra kepada Umbu Landu Paranggi, seorang sufi yang hidupnya
misterius dan sangat memengaruhi perjalanan hidup Cak Nun. Riwayat
pendidikannya berakhir di semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah
Mada (UGM).

2. Identitas Buku
Judul: Hidup Itu Harus Pintar Ngegas & Ngerem
Penulis: Emha Ainun Najib
Penerbit: Noura Books
Tahun terbit: 2016
Tempat terbit: Jakarta Selatan
Jumlah halaman: 230 halaman
Ukuran buku: 14 x 21cm

3. Isi Resensi
“Jangan memasuki sesuatu sistem yang membuat anda melampiaskan
diri, Tapi dekat-dekatlah dengan sahabat yang membuat anda mengendalikan
diri. Karena Islam itu mengendalikan, bukan melampiaskan. Hidup itu harus bisa
ngegas dan ngerem” Tidak hanya kendaraan, hidup juga perlu digas dan direm.
Agama datang mendidik manusia agar mampu mengendalikan diri
Berisikan sebelas bab, buku ini menyajikan nasihat-nasihat kearifan Cak
Nun yang di ambil dari keragaman isi ceramah-ceramahnya. Dipilihnya nasehat
kearifan -sebuah pengetahuan yang melahirkan pemahaman dan kebijaksanaan-
dengan harapan agar kearifan Cak Nun dalam menyikapi situasi dan kondisi dapat
tertular pada pembaca.
Keikhlasan dan ke-tawadhuan merupakan poros pembahasan yang selalu
ia tekankan di awal buku ini. Hal tersebut tergambar saat ia menceritakan
bagaimana orang-orang memanggilnya “kyai” karena baju takwa dan peci yang
ia kenakan. Pakaian tersebut ia kenakan, bukan karena ingin dihormati, justru hal
itu sebagai bentuk penghormatan beliau kepada tamu pengajian saat itu.
Ibadah itu mengabdi. Mengabdi itu melayani. Dalam buku ini tidak hanya
berisi akan nasihat hubungan vertikal manusia hablun min Allah, tapi juga kaya
akan nasihat hubungan horizontal manusia hablun min an-nǎs. Salah satu
nasihatnya, bila kamu berhubungan dengan orang, mengajilah bersama dia,
bukan mengkajinya. Cari manfaat sebanyak-banyaknya untuk segala kebaikan
dan kebenaran. Jangan mempelajari orang itu, karena kamu pun tidak nyaman
ketika ada orang lain mempelajarimu.
Cak Nun beberapa kali mengingatkan kepada para pembaca untuk
mengubah sudut pandang dalam menyikapi masalah ataupun bencana yang
dialami. Salah satunya dalam masalah kawasan dekat gunung Merapi yang dinilai
rawan bencana, orang-orang yang menganggap erupsi tersebut sebagai bencana,
hanya melihat hal itu dari sudut pandang kepentingan manusia. Mereka tidak
menyadari bahwa kemakmuran lingkungan sekitar merapi meningkat 500%.
Ia berpesan dalam buku ini bahwa hidup jangan dibuat susah. Tidak usah
berkomentar mengenai orang-orang. Biar Allah yang menilainya. Kita tidak
punya otoritas dalam hal tersebut.

4. Keunggulan Buku
Sarat akan ajaran-ajaran Islam dari segi tasawwuf, fiqh, ushul al-fiqh,
akidah, tafsir dan lain-lain, buku ini menghimpun nasihat-nasihat kearifan Cak
Nun yang dikemas dengan apik nan elok.

Kepiawaiannya dalam membahas masalah-masalah dengan caranya yang


khas, menggunakan pendekatan sederhana dan menghadirkan analogi yang sudah
akrab di telinga masyarakat membuat masalah yang berat dibahas jadi mudah
dipahami. Benar kata Gus Candra Malik bahwa Cak Nun “Menyampaikan kabar
langit dengan bahasa yang membumi” seperti dalam menjelaskan keterkaitan
syariat, tarekat, hakikat dan makrifat.

"Bahwa ketika kamu makan, syariatnya adalah menu, tarekatnya mencari


sehat, hakikatnya menjadi sehat dan makrifatnya sehat". Nasihat Cak Nun yang
terkesan tidak menggurui dan mengajak pembaca berdialog dan berdiskusi
membuat buku ini cocok untuk berbagai kalangan mulai dari para intelektual
hingga masyarakat awam.
Tidak hanya dari isi buku, cover yang didesain dengan kombinasi warna
hijau dan kuning muda, serta dipadukan dengan ilustrasi Cak Nun membuat buku
ini memiliki daya tarik. Hampir setiap halaman dalam buku ini dipenuhi warna,
ilustrasi, dan font yang menarik dapat menggugah minat pembaca. Nasihat-
nasihat Cak Nun yang quoteble juga diberi desain khusus, dan di-highlight agar
lebih mudah dilihat dan diingat.

5. Kekurangan Buku
Sebuah karya tentu tidak pernah luput dari kekurangan, begitu juga pada
buku ini. Buku ini merupakan kumpulan nasihat-nasihat beliau yang diambil dari
keragaman isi ceramah-ceramahnya. Jadi agak susah untuk dipahami. Harus
dibaca sesuai dengan intonasi penyampaian beliau. Kalau tidak, akan salah makna
bacaannya.
Terkadang juga karena terlalu banyaknya kalimat yang di highlight sulit
bagi pembaca untuk nyambung kembali kedalam cerita tersebut. Karena dipotong
oleh highlight yang tadi.
Ada beberapa istilah kata ataupun kalimat yang bagi orang awam itu
mungkin kurang dipahami. Contoh kata mudzakkar dan muannas. Bagi orang
yang tidak belajar bahasa Arab bisa jadi tidak tahu dengan istilah tersebut.
Gaya bahasa dan dialek Cak Nun yang khas disajikan dalam buku ini
membuat pembaca yang sudah akrab dengannya sangat mudah mencerna dan
memahami maksud nasihatnya, lain halnya bagi pembaca yang masih dini
mengenalnya tentu menemui kesulitan dalam memaknai dan mengerti isi buku
ini, terlebih lagi beliau seringkali menggunakan bahasa Jawa yang bagi orang non
Jawa pasti sulit untuk paham. Meskipun sudah diartikan ke bahasa Indonesia tapi
maknanya belum tersampaikan.
Beberapa pengulangan kata sering terjadi. Beberapa kalimat sulit
dipahami hingga perlu membacanya berulang-ulang kali. Selain itu penggunaan
diksi yang kurang selaras namun masih bisa ditangkap maksudnya.
Meskipun buku ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh
orang awam, bukan berarti buku ini cocok untuk orang awam. Di dalam buku ini
banyak kalimat-kalimat yang mudah untuk disalahpahami. Seperti ketika
membahas bahwa yang bisa kita ikuti itu hanya Allah dan Rasul-Nya. Kalau kita
membaca kalimat ini, mungkin akan terdengar akrab dengan saudara-saudara
wahabi kita, tapi ternyata maksud dari Cak Nun itu berbeda 180° dari yang
dimaksud oleh mereka.
Dari keseluruhan, buku ini recommended untuk dibaca, dengan catatan
tidak langsung menelan mentah-mentah isi buku. Banyak pelajaran-pelajaran juga
nasihat-nasihat yang bisa kita coba terapkan. Juga, sebagai tambahan dari kami,
sebagaimana kaidah nasihat Undzur ma qǎla wa lǎ tandzur man qǎla, meskipun
Cak Nun memiliki latar belakang pendidikan yang tidak selesai S1, bukan berarti
kita tidak bisa mengambil manfaat dari Cak Nun.

Anda mungkin juga menyukai