Anda di halaman 1dari 3

Resensi Buku Puisi M.

Nahdiansyah Abdi

Judul : Buku Harian Pejalan Tidur

Penulis : M. Nahdiansyah Abdi

Cetakan : I, Januari 2011

Penerbit : Tahura Media, Banjarmasin.

Tebal : 64 halaman (61 judul puisi)

M. Nahdiansyah Abdi merupakan penyair puisi sastra yang lahir di Barabai, Kalimantan
Selatan 29 Juni 1979. Ia merupakan lulusan UGM Fakultas Psikologi di tahun 2003. Setelah
lulus ia tinggal di di Loktabat Utara, Banjarbaru dengan kesibukan bekerja di Rumah Sakit Jiwa
Sambang Lihum.

Puisi dan karya-karyanya bisa dinikmati dalam bentuk buku ataupun dalam bacaan media
massa. Puisinya juga sering dimuat di dalam antalogi-antalogi puisi bersama, diantaranya seperti
Bumi Menggerutu (Kilang Sastra Batu Karaha Banjarbaru, 2005), Melayat Langit (Kilang Sastra
Batu Karaha Banjarbaru, 2006), Kau Tidak akan Pernah Tahu Rahasia Sedih tak Bersebab
(antologi pemenang lomba pada Aruh Sastra Kalsel III, Kotabaru, 2006)

Dalam buku harian Pejalan Tidur ini Nurdiansyah berusaha menyampaikan keresahan
mengenai memaknai arti kehidupan yang ada dalam dirinya. Buku ini diawali dengan identitas
sebagai pengantar, kemudian langsung disajikan puisi-puisi yang Nahdiansyah tulis. Puisi
pertama dalam buku ini berjudul “Mimpi”, dalam puisi pembukanya Nahdiansyah ingin
mengisyratakan menganai mimpi yang ia harap bisa mengantarnya ke tempat-tempta yang tak
terduga.

Setelah dibuka dengan puisi pertamanya, ia melanjutkan 60 puisi di halaman berikutnya.


Nurdiansyah lebih banyak mengutarakan tentang hal yang menjadi keresahan dalam memaknai
kehidupannya. Banyak pemaknaan kata sabar yang lebih sabar dari pada yang kita artikan.
Terdapat juga altenatif-alternatif lain untuk menyelamatkan kekuatan diri dalam mengontrol
ekspektasi.
Seperti dalam puisi dengan judul Memaafkan ia menuliskan puisi yang bisa membisikkan
ke pembaca arti kata memaafkan sehingga halus masuk ke telinga. Berikut puisi dengan judul
memaafkan yang ditulis Nahdiansyah dalam bukunya

Memaafkan
Sungguh malang mereka yang tak bisa memaafkan

Seumur-umur hidup sebagai korban

Seumur-umur bernafas sebagai pecundang

Memaafkan, komitmen kecil berefek besar Memaafkan: mengalirkan air yang mampat ke luas
samudera

Hidup yang sempurna adalah hidup dengan banyak kata maaf

Setiap saat memaafkan

Berkali-kali memaafkan

Sungguh pecundang mereka yang tak bisa memaafkan

Sungguh megah dan merdeka mereka yang mengenakan jubah Tuhan

Hanya si kerdil yang meremehkan hal penting ini

Hanya yang picik yang menampik: memaafkan

Si lemah selalu punya alasan untuk tidak memaafkan

Maka demikianlah, memaafkan: pil pahit yang paling menyembuhkan

Memaafkan: pintu terbuka menuju kebebasan dan spiritualitas

Puisi dengan judul “Memaafkan” tersebut merupakan salah satu puisi yang disajikan
secara indah dalam buku ini. Terdapat banyak penggambaran seseorang yang dipandang dari
ketulusan hati untuk bisa memaafkan. Hal tersebut menimbulkan efek pada pembaca sehingga
memiliki kesan yang menyadarkan bahwa memaafkan sebagai solusi (pil pahit) yang paling
menyembuhkan.
Buku yang saya dapatkan di salah satu kios di Jalan Semarang, Surabaya ini merupakan
buku dengan isi yang penuh pemaknaan dalam perjalanan manusia. Dikemas dengan sampul
yang sederhana, berupa foto jamban yang tak disangka ternyata berhasil membawakan isi yang
menyadarkan pembaca akan makna kejadian. Sesuai judulnya “Pejalan Tidur” dalam buku ini
banyak ditemui persoalan seperti mimpi, yang berhubungan dengan angan diri sendiri. Pembaca
akan merasakan bentuk keresaha yang diangkat menjadi bentuk tulisan dalam buku harian.

Dalam buku ini juga dilengkapi kutipan – kutiapan dar sosok ahli atau sosok populer
yang bisa kita temukan di kaki buku, seperti :Kita harus merangkul rasa sakit dan membakarnya
sebagai energi dalam perjalanan hidup kita- Kenji Miyazawa. Buku ini hadir untuk memberikan
gambaran mengenai perubahan kehidupan yang bergantung pada prinsip diri seorang.

Bahwa diri merekalah yang ikut andil secara penuh tentang garis kehidupan yang mereka
lalui. Puisi-puisi yang dibuat dalm buku “Pejalan Tidur” ini begitu kompleks. Membawa kita
kepada permasalahan jati diri, kisah cinta, bahkan sampai kematian yang dinanti. Tentu saja
tulisan tersebut disajikan dengan diksi yang khas dan majas yang sesuai. Sehingga mengikat
pembaca untuk larut di dalamnya.

Dari buku ini yakni dalam puisinya ia selalu menggunakan kata dengan makna yang
tersirat sehingga pembaca akan menemukan pemaknaan yang luar biasa apabila secara
mendalam memaknainya. Selain itu ada pada jumlah halaman yang tidak banyak sehingga
nyaman dan cocok sebagai buku bacaan.

Buku ini yakni bagi sebagian orang buku ini akan membutuhkan waktu yang cukup lama
dalam proses pemaknaan karena terdapat pemilian kata yang kurang familiar. Selain itu ada
pada ilustrasi sampul yang dibuat terlihat kurang memikat perhatian mata untuk membacanya.

Buku ini termasuk buku puisi yang tepat dibaca remaja atau dewasa yang rentan
mengalami gejolak realitas dengan dirinya sendiri dalam proses hidupnya. Buku ini tak lepas dari
motivasi bagi pembaca untuk hidup damai dan ikhlas dalam proses pemakanaanya. Mungkin saat
ini buku “Pejalan Tidur” ini sedikit susah ditemukan. Namun untuk kalian yang ingin
membacanya juga bisa mencari di kios buku secara offline ataupun mengaksesnya melalui e-
book.

Anda mungkin juga menyukai