BAB II
DASAR TEORI
BAB II DASAR TEORI
Source Transmitter
Transmission
system
Destination Receiver
b. Sinkron
Merupakan mode transmisi berkecepatan tinggi yang pengiriman data
dilakukan per-blok data.
Mode transmisi juga dibedakan menurut definisi ANSI, sebagai berikut:
a. Simplex, merupakan jenis transmisi satu arah yang hanya satu pihak
yang memberikan informasi. Contohnya siaran televisi dan radio
b. Half Duplex, merupakan jenis transmisi yang memungkinkan
komunikasi antara dua belah pihak secara dua arah, namun dilakukan
secara bergantian. Contohnya adalah walkie-talkie
c. Full Duplex, merupakan jenis transmisi yang memungkinkan bentuk
komunikasi dua arah yang dapat dilakukan secara bersamaan tanpa
harus menunggu salah satu pihak. Contohnya adalah telepon.[4]
2.4 ERROR CONTROL
Untuk menerapkan metode error control diperlukan adanya teknik
deteksi kesalahan. Pendeteksian kesalahan ditunjukkan melalui perhitungan
kode pendeteksi kesalahan yang merupakan fungsi bit-bit yang
ditransmisikan. Pada bagian receiver menghitung kode yang masuk untuk
mengecek adanya suatu error. Metode pengontrolan kesalahan dibagi
menjadi dua, yaitu Backward Error Correction (BEC) dan Forward Error
Correction (FEC).
2.4.1 Backward Error Correction (BEC)
Merupakan mekanisme pengontrolan kesalahan dimana jika
terdapat kesalahan pada pengiriman data maka tujuan akan meminta
kembali frame yang rusak tadi hingga frame tersebut dapat diterima
dengan baik. Metode ini adalah Automatic Repeat Request (ARQ).[3]
2.4.2 Forward Error Correction (FEC)
FEC merupakan teknik penyisipan bit-bit tambahan yang
berfungsi untuk deteksi dan koreksi error. Dengan menambahkan b
bit-bit extra pada transmisi (redundant bit). Penambahan bit ini
menggunakan algoritma tertentu pada transmitter. Pada sisi
transmitter melakukan teknik pengkodean yang berguna untuk
mendeteksi adanya error (error detecting).
OR). Input dan output dari metode ini berupa bilangan biner. Metode Kode
Hamming bekerja dengan menyisipkan beberapa buah check bit ke dalam
data. Jumlah check bit yang disisipkan berbeda-beda tergantung pada
panjang data. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah
check bit yakni, data 2n bit, check bit = (n+1).[6] Adapun tabel kenaikan data
bit dan check bit dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Kenaikan Data Bit dan Check Bit
No. Data bit Check bit
1 2 2
2 4 3
3 8 4
4 16 5
5 32 6
6 64 7
7 128 8
8 256 9
Check bit tersebut kemudian disisipkan pada data pada setiap posisi
yang dihitung menggunakan rumus perhitungan posisi check bit. Rumus
perhitungan posisi check bit yakni Ci = 2i-1. Sehingga berdasarkan rumus
posisi tersebut maka, diperoleh posisi check bit yang akan diletakkan pada
data bit diperlihatkan pada tabel 2.3 di bawah ini.
Tabel 2.3 Posisi Check Bit
No. Check bit Posisi
1 C1 1
2 C2 2
3 C3 4
4 C4 8
5 C5 16
6 C6 32
7 C7 64
8 C8 128
9 C9 256
Berdasarkan tabel 2.4. posisi check bit dengan panjang data 4 bit
berada pada bit ke-1, ke-2 dan ke-4, sedangkan posisi M1, M2, M3 dan M4
berada pada posisi bit ke-3, ke-5, ke-6 dan ke-7.
Tabel 2.5. Check bit Panjang Data 8 bit
Bit Position Member Position Check bit Data bit
(BP) (MP)
12 1100 - M8
11 1011 - M7
10 1010 - M6
9 1001 - M5
8 1000 C4 -
7 0111 - M4
6 0110 - M3
5 0101 - M2
4 0100 C3 -
3 0011 - M1
2 0010 C2 -
1 0001 C1 -
Berdasarkan tabel 2.5. di atas letak check bit dengan panjang data
8 bit berada pada bit ke-1, ke-2, ke-4 dan ke-8, sedangkan untuk letak data
bit berada pada M1 bit ke-3, M2 bit ke-5,M3 bit ke-6, M4 bit ke-7, M5 bit
ke-9, M6 bit ke-10, M7 bit ke-11 dan M8 bit ke-12.
Berdasarkan tabel 2.6. posisi check bit dengan panjang data 16 bit
terdapat pada posisi C1 bit ke-1,C2 bit ke-2, C3 bit ke-4, C4 bit ke-8 dan C5
bit k-16. Untuk posisi data bit terletak pada posisi M1 bit ke-3, M2 bit ke-5,
M3 bit ke-6, M4 bit ke-7, M5 bit ke-9, M6 bit ke-10, M7 bit ke-11, M8 bit
ke-12, M9 bit ke-13, M10 bit ke-14, M11 bit ke-15, M12 bit ke-17, M13 bit ke-
18, M14 bit ke-19, M15 bit ke-20 dan M16 bit ke-21.
Tabel 2.7. Check bit Panjang Data 32 bit
Bit Position Member Position Check bit Data bit
(BP) (MP)
38 100110 - M32
37 100101 - M31
36 100100 - M30
35 100011 - M29
34 100010 - M28
33 100001 - M27
32 100000 C6
31 011111 - M26
30 011110 - M25
29 011101 - M24
28 011100 - M23
27 011011 - M22
26 011010 - M21
25 011001 - M20
24 011000 - M19
23 010111 - M18
22 010110 - M17
21 010101 - M16
20 010100 - M15
19 010011 - M14
18 010010 - M13
17 010001 - M12
16 010000 C5
15 001111 - M11
14 001110 - M10
13 001101 - M9
12 001100 - M8
11 001011 - M7
10 001010 - M6
9 001001 - M5
8 001000 C4
7 000111 - M4
6 000110 - M3
5 000101 - M2
4 000100 C3
3 000011 - M1
2 000010 C2
1 000001 C1
𝒄 = 𝒅. 𝑷𝒌𝒙 (𝒏 − 𝒌)
b. d terdiri dari bit-bit datadan cterdiri dari check bit (γ1, γ2, γ3, ...γn),
dimana dalam kode sistematik adalah bit n –k yang terakhir dari
codeword, ada empat bit.
c. Check bit di buat dari product (modulo-2) antara message dan matriks P
Tabel hamming untuk informasi 8 bit dapat dilihat pada gambar 2.4.
Berdasarkan Gambar 2.10. cara kerja java meliputi hal berikut ini:
2.8 ANDROID[7]
3. Libraries
Layer ini berisi berbagai fitur Android, libraries
digunakan para pembuat aplikasi untuk menjalankan
aplikasinya. Layer ini berisi dalam bahasa pemrograman yang
digunakan oleh komponen yang berada pada sistem operasi
Android. Beberapa core library seperti libraries media untuk
pemutaran audio dan video, libraries surface manager untuk
mengatur tampilan, libraries Graphics mencakup SGL untuk
grafis 2D dan OpenGL untuk grafis 3D, libraries SQlite untuk
mendukung database, libraries SSL dan Webkit terintegrasi
dengan web browser dan security.
4. Android Run Time
Android run time merupakan layer yang berfungsi
menjadikan aplikasi Android dapat berjalan, dalam proses
menggunakan implementasi Linux. Di dalam Android Run Time
dibagi menjadi dua bagian yakni:
a) Core Libraries, merupakan suatu virtual mesin yang
berbasis register yang dioptimalkan untuk menjalankan
fungsi-fungsi secara efisien.
b) Dalvik virtual Machine, merupakan mesin yang berfungsi
membuat kerangka dasar pada aplikasi Android
5. Linux Kernel
Linux Kernel adalah layer yang berisi inti dari sistem
operasi Android, layer ini berisi file-file system yang berguna
untuk mengatur berbagai sistem seperti, processing, memory,
drivers dan sistem lainnya. Google menggunakan linux kernel
versi 2.6 untuk membangun sistem Android.