Skripsi Devy
Skripsi Devy
OLEH
SKRIPSI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum
(S.H.) pada Program Studi Hukum Keluarga Islam
Institut Agama Islam Negeri Parepare
OLEH
i
PAREPARE
2023
PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING
Dasar Penetapan Pembimbing : SK. Dekan Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum
Islam
Disetujui oleh
ii
Mengetahui:
Dekan,
iii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Dasar Penetapan Pembimbing : SK. Dekan Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum
Islam
Tanggal Kelulusan :
i
Mengetahui:
Dekan,
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
NIM : 19.2100.034
Judul Skripsi : Analisi Hukum Keluarga Islam Terhadap Penolakan Khitbah Pada
Masyarakat Desa Maritengae
Penyusun,
19.2100.034
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, berkat hidayah, taufik
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tulisan ini sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar "Sarjana Hukum" Institusi Agama
Islam Negeri Parepare.
Penulis telah menerima banyak bimbingan dan bantuan dari Bapak Dr. H. Sudirman.
L, M.H dan Bapak Dr. H. Suarning, M. Ag. selaku dosen pembimbing utama dan
pembimbing pendamping, atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan,
penulis ucapkan terimakasih.
1. Bapak Dr. Hannani, M.Ag. sebagai Rektor IAIN Parepare yang telah bekerja keras
mengelolah pendidikan di IAIN Parepare.
2. Ibu Dr. Rahmawati, S.Ag., M.Ag. sebagai Dekan Fakultas Syariah dan Ilmu
Hukum Islam atas pengabdiannya telah menciptakan suasana pendidikan yang positif
bagi mahasiswa.
3. Ibu Hj. Sunuwati, Lc., M. HI. selaku Penanggung Jawab Program Studi Hukum
Keluarga Islam
iv
4. Bapak Ibu dosen beserta admin/staff Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam IAIN
Parepare yang telah meluangkan waktu mereka dalam mendidik penulis selama
kuliah di IAIN Parepare
5. Terkhusus kepada Ibu Hj. Sunuwati, Lc., M. HI. selaku Dosen Penasehat
Akademik atas arahan dan bimbingan kepada penulis selama kuliah di IAIN
Parepare, Bapak Dr. H. Sudirman. L, M.H. selaku dosen pembimbing utama dan
Bapak Dr. H. Suarning, M. Ag. selaku pembimbing pendamping atas segala bantuan
dan bimbingan ilmu, motivasi, nasehat dan arahan yang telah diberikan selama
mengerjakan skripsi ini yang tentunya sangat berharga dan bermanfaat.
6. Kedua Orangtua dan seluruh keluarga yang tersayang dan tercinta yang telah
memberikan doa, bimbingan, kasih sayang serta dukungan baik berupa moril maupun
materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di IAIN Parepare.
7. Para pegawai dan staff kantor Desa Maritengae dan para informan di Desa
Maritengae yang telah memberikan informasi dan data yang dibutuhkan penulis
dalam penelitian.
Penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, baik moril maupun materil hingga tulisan ini dapat
diselesaikan. Semoga Allah swt berkenan menilai segala kebajikan sebagai amal
jariah dan memberikan rahmat dan pahala-Nya Akhirnya penulis menyampaikan
kiranya pembaca berkenan memberikan saran konstruktif demi kesempurnaan skripsi
ini.
Penulis
v
Devy Dwy Batra
19.2100.034
vi
ABSTRAK
vii
Kriteria sekufu dalam Islam pada dasarnya hanya meliputi faktor harta, keturunan,
kecantikan dan agama. Namun seiring berjalannya waktu, konsep ini berkembang
menjadi beberapa faktor seperti usia, pekerjaan, pendidikan , organisasi keagamaan.
Hukum menolak lamaran pada dasarnya diperbolehkan atau mubah menurut Islam.
Namun dalam penolakan tersebut haruslah dengan tata cara yang halus dan lembut
tanpa menyinggung perasaan si pelamar.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................ v
ABSTRAK............................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ ix
I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian......................................................................................... 5
D. Kegunaan Penelitian.................................................................................... 5
II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................... 7
ix
1. Analisis ................................................................................................ 18
2. Hukum Keluarga Islam......................................................................... 19
3. Khitbah................................................................................................. 20
B. Kerangka Pikir........................................................................................... 20
V KESIMPULAN................................................................................................ 22
A. Simpulan................................................................................................... 22
B. Saran.......................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
BIOGRAFI PENULIS
xi
DAFTAR GAMBAR
1
2
I. PENDAHULUAN
1
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Bandung: Al-Qur’an Al-Qosbah, 2020). h.522.
2
Iffah Muzammil, Fiqh Munakahat Hukum Pernikahan Dalam Islam (Tangerang: Tirasmart, 2019). h.
1.
3
tujuan pernikahan yaitu membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal,
memperoleh keturunan yang sah, memperbesar rasa tanggung jawab, membentuk
keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah.3 Untuk mencapai tujuan pernikahan
ada beberapa proses yang perlu dilakukan sebelum melaksanakan pernikahan salah
satunya yaitu khitbah.
Khitbah menurut bahasa adalah melamar perempuan yang ingin dinikahi,
sedangkan secara istilah syarah adalah pelamar berusaha menikah dengan cara
melamar perempuan. Khitbah artinya meminang menyatakan permintaan untuk
menikahi seorang perempuan, dalam merencanakan kehidupan berumah tangga
dengan langkah yang dilalui oleh seorang laki-laki adalah menetapkan seorang
perempuan yang ingin dijadikan calon istrinya. Secara syar'i laki-laki dapat
melakukanya dengan cara melakukan khitbah kepada perempuan yang diinginkan.
Khitbah adalah mengungkapkan keinginan menikah kepada perempuan dengan
memberitahu perempuan atau keluarganya. Khitbah merupakan jalan laki-laki untuk
mengatakan maksud kepada lawan jenisnya dengan tujuan membangun sebuah
kehidupan rumah tangga baik dilakukan secara langsung maupun dilakukan melalui
perwakilah.4 Waktu dan syarat melihat pinangan, Imam Syafi'i berpendapat bahwa
seorang calon pengantin terutama laki-laki dianjurkan untuk melihat calon istri
sebelum melaksanakan pernikahan dengan syarat perempuan tersebut tidak
mengetahui dengan maksud agar perempuan terjaga kehormatan. Sedangkan menurut
Imam Maliki dan Imam Hanbali berpendapat bahwa melihat pinangan adalah
kepentingan mendesak disebakan agar terhindar dari fitnah dan menimbulkan
syahwat.5
Dari Abu Hatim Al Muzanni radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam juga bersabda:
3
Hidayatullah, Fiqih (Banjarmasin: Universitas Islam Kallimantan, 2019).
4
Kosim, Fiqh Munakahat 1 Dalam Kajian Filsafat Hukum Islam Dan Keberadaannya Dalam Politik
Hukum Ketatanegaraan Indonesia (Cirebon: PT. Raja Grafindo Persada, 2019).
5
Hidayatullah, Fiqih. h. 88.
4
ِإاَّل َتْفَع ُلوُه َتُك ْن ِفْتَنٌة ِفي اَأْلْر ِض َو َفَس اٌد، َفَأْنِك ُحوُه،ِإَذ ا َج اَء ُك ْم َم ْن َتْر َض ْو َن ِد يَنُه َو ُخ ُلَقُه
َك ِبيٌٌر
Artinya:
“Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan
akhlaknya mendatangi kalian, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan
terjadi fitnah (musibah) dan kerusakan di muka bumi” (HR. Tirmidzi
no.1085).6
6
Rusdaya Basri, Fiqh Munakahat 4 Mazhab Dan Kebijakan Pemerintah Jilid 1 (Parepare: CV Kaaffah
Learning Centre, 2019).h. 40.
5
dan akhlaknya kemudian ditolak karna alasan materil maupun alasan yang lain, Hal
tersebut dikaitkan dengan adanya pamali.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis sampaikan di atas, maka dalam
penelitian ini mengajukan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana fenomena larangan menolak khitbah sampai 3 kali di Desa
Maritengae ?
2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya penolakan khitbah di Desa
Maritengae ?
3. Bagaimana analisis hukum keluarga Islam terhadap larangan menolak khitbah
sampai 3 kali di Desa Maritengae ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis bagaimana fenomena larangan menolak khitbah sampai 3
kali di Desa Maritengae.
2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penolakan
khitbah di Desa Maritengae.
3. Untuk menganalisis analisis hukum keluarga Islam terhadap larangan
menolak khitbah sampai 3 kali di Desa Maritengae.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini di harapkan memberikan manfaat secara teoritis dan secara praktis,
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Secara Teoritis
Secara Teoritis, Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai fenomena, faktor-faktor dan analisis hukum keluarga
Islam terhadap larangan menolak khitbah sampai 3 kali di Desa Maritengae,
Sehingga dapat dijadikan acuan bagi pembaca untuk menambah pengetahuannya.
7
2. Secara Praktis
Secara Praktis, Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
terkait fenomena, faktor-faktor dan analisis hukum keluarga Islam terhadap
larangan menolak khitbah sampai 3 kali pada masyarakat Desa Maritengae, Agar
terhindar dari tradisi-tradisi yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Serta dapat
memberikan kontribusi bagi calon peneliti berikutnya yang satu topik dengan
penelitian ini.
II. TINJAUAN PUSTAKA
berkaitan dengan fokus penelitian mengenai topik yang diteliti, temuan dan metode
yang digunakan dengan pokok masalah penelitian yang sama dengan penelitian yang
dilakukan.10 Demikian, kita bisa mengetahui bahwa penelitian yang akan dibahas oleh
“Tradisi larangan menolak khitbah dalam tinjauan 'Urf”. Hasil Penelitian ini menurut
pandangan masyarakat tradisi larangan menolak khitbah bagi perempuan sudah ada
pada zaman dahulu mengikut adat istiadat sehingga banyak Masyarakat yang tidak
ingin melanggar aturan karna adanya keraguan dan ketakutan untuk menolak
khitbah.11
terfokuskan kepada tinjauan 'urf menurut syarat dan macamnya larangan menolak
Timur. Sedangkan penelitian ini berfokus pada masyarakat bugis yang berlokasi di
10
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Parepare: IAIN Parepare, 2020). h.45.
11
M. Ilzam, “Tradisi Larangan Menolak Khitbah Dalam Tinjauan Ur’f” (Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim, 2021).
8
9
Hasil penelitian ini adalah tradisi larangan menolak khitbah tidak sesuai
dengan ajaran Islam dan pendapat Mazhab Syafi'i secara khusus. Fokus
hukum Islam. Penelitian ini membahas apakah dengan melakukan atau tidak
sakinah, mawaddah dan warrahmah. Hasil Penelitian ini adalah pelaksanaan khitbah
12
Ahmad Thamami, “Larangan Membatalkan Khitbah Dalam Tradisi Masyarakat Kelurahan Pangkal
Dodek Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara” (Universitas Islam Negeri Sumatera Medan,
2019).
10
B. Tinjauan Teori
1. Teori ‘Urf
a. Pengertian ‘Urf
menjadi suatu kebiasaan manusia dan mereka menyetujui dan mekakukan baik dalam
Menurut bahasa ‘urf berarti mengetahui , dalam arti sesuatu yang diketahui ,
dikenal , dianggap baik dan diterima oleh akal yang sehat. Sedangkan menurut ulama
ushul fiqh , urf adalah sesuatu yang telah dibiasakan oleh manusia , secara terus
menerus dikerjakan dalam jangka waktu yang lama, atau ada perkataan yang disetujui
13
Rosyidatul Khusniah, “Pengaruh Khitbah Dalam Membentuk Keluarga Sakinah Mawaddah
Warahmah” (Institut Islam Negeri Metro, 2020).
14
Moh. Bahruddin, Ilmu Ushul Fiqh (Bandar Lampung: AURA Anugrah Utama Raharja, 2019). h. 67.
11
‘Urf adalah suatu kebiasaan yang telah dikenal di kalangan masyarakat baik
‘urf dengan adat. Oleh karena itu ‘urf dapat diartikan sebagai sesuatu yang
‘Urf dan ijma' adalah suatu hal yang berbeda, ‘urf dari kebiasaan orang-orang
yang berbeda tingkat cendekiawan nya, sedangkan ijma' pendapat khusus dari para
ahli (mujtahid). Adat kebiasaan yang menjadi salah satu sumber hukum Islam
dipraktikkan oleh masyarakat sebagai suatu hal yang baik dan tidak bertentangan
b. Macam-macam ‘Urf
ataupun Sunnah menetapkan sebuah kebiasaan menjadi salah satu bagian dari
hukum Islam, meskipun setelah diberi aturan tambahan. Sebagai contoh cadar dan
konsep haram, mahar, sunnah atau tradisi, denda, poligami dan lain sebagainya.
dalil syara, seperti praktek riba yang sudah menyebar di kalangan bangsa Arab
sebelum datangnya Islam, atau juga minum minuman keras setelah datangnya
15
Misbahuddin, Ushul Fiqh I (Makassar: Alauddin Universitas Pers, 2014). h. 40.
12
Islam maka ‘urf yang seperti ini akan ditentang dan di hilangkan baik secara
‘Urf dapat dijadikan sumber penemuan hukum Islam namun harus memenuhi
bolehnya menggunakan ‘urf sebagai metode penemuan hukum Islam, maka dapat
Para ahli metodologi hukum Islam (ahli ushul) mensyari'atkan beberapa syarat
sebagai berikut:
1) ‘Urf itu (baik yang bersifat umum atau khusus atapun yang bersifat
perbuatan atau ucapan) berlaku secara umum, artinya ‘urf itu berlaku dalam
mayoritas kasus yang terjadi di tengah masyarakat dan keberlakuannya dianut oleh
masyarakat.
hukumnya itu muncul. Artinya. 'Urf yang akan dijadikan sandaran hukum itu lebih
dalam suatu transaksi. Artinya, dalam suatu transaksi apabila kedua belah pihak
telah menentukan secara jelas hal-hal yang harus dilakukan, maka ‘urf itu tidak
berlaku lagi atau dengan kata lain tidak terdapat persyaratan yang mengakibatkan
‘urf atau adat kebiasaan itu tidak dapat diterapkan sesuai dengan ketentuannya.
Karena ‘urf itu secara tersirat berkedudukan sebagai syarat. ‘Urf itu tidak
16
Sucipto, “‘Urf Sebagai Metode Dan Sumber Penemuan Hukum Islam,” ASAS 7, no. 1 (2015). h.31.
13
bertentangan dengan nash-nash qath'i dalam syara'. Jadi ‘urf dapat dijadikan sebagai
sumber penetapan hukum bila tidak ada nash qath'i yang secara khusus melarang
contoh 'urf yang tidak dibenarkan adalah kebiasaan meminum khamr atau berjudi.
‘Urf yang demikian itu tidak dapat diterima, karena bertentangan dengan QS..
Al-Maidah/5:90 berbunyi:
يَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ِاَّنَم ا اْلَخ ْم ُر َو اْلَم ْيِس ُر َو اَاْلْنَص اُب َو اَاْلْز اَل ُم ِر ْج ٌس ِّم ْن َع َم ِل
الَّش ْيٰط ِن َفاْج َتِنُبْو ُه َلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحْو َن
Terjemahnya:
Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi,
(berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah
perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-
perbuatan) itu agar kamu beruntung.17
Apabila dengan mengamalkan ‘urf tidak berakibat batalnya nash, bahkan
dibenarkan oleh nash syar'i atau keduanya dapat dikompromikan maka ‘urf tersebut
penggunaan ‘urf sebagai sumber hukum Islam. Tentunya persyaratan tersebut muncul
pertimbangan utama. Namun demikian, jika terjadi pertentangan antara ‘urf dengan
nas Al-Qur'an sulit rasanya untuk menentukan siapa ulama yang paling berwenang
dalam menentukan keabsahan ‘urf sebagai sumber hukum. Apalagi jika teks-teks nash
hanya dipahami oleh sekelompok umat tanpa melibatkan aspek pemaknaan lainnya,
maka hal itu membuka terjadinya otoritarianisme di kalangan umat Islam. Tetapi,
17
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Jakarta: Lajnah PentasshihanMushaf Al-
Qur’an, 2019). h.123
14
keyakinan bahwa Al-Qur'an, yang bersifat abadi itu, sebagai sumber hukum Islam
b. Macam-Macam Maslahah
Dilihat dari segi keberadaannya maslahah menurut syara', maka para ahli ushul fiqhi
membaginya kepada tiga macam, yaitu:
1) Al Maslahah al Mu'tabarah
Maslahah golongan ini adalah maslahah yang sejalan dengan tujuan umum syara' dan
menjadi pedoman bagi adanya perintah dan larangan syara'.
18
Sucipto, “‘Urf Sebagai Metode Dan Sumber Penemuan Hukum Islam.” h. 32.
19
Nur Asiah, “Maslahah Menurut Pandangan Imam Al Ghazali,” DIKTUM: Jurnal Syariah dan
HukumSyariah dan Hukum 18 (2020): 123.
15
2. Al Maslahah al Mulqah
3. Al Maslahah al Mursalah
c. Kehujjahan Maslahah
Kehujjahan teori maslahah para ahli hukum Islam berbeda pendapat sesuai dengan
latar belakang disiplin ilmu masing-masing, yaitu sebagai berikut:
20
Aris Aris, “Pemikiran Imam Syafi’i Tentang Kedudukan Maslahah Mursalah Sebagai Sumber
Hukum,” DIKTUM: Jurnal Syariah dan Hukum 11, no. 1 (2013): 93–99.
16
persyaratan yang sudah ditentukan oleh para ahli hukum Islam, seperti Imam Malik
sendiri, dengan alasan tujuan Allah mengutus seorang Rasul itu adalah untuk
membimbing umat kepada maslahah. Karena itu, maslahah merupakan salah satu
yang pada hakikatnya dikehendaki oleh syara’ atau agama, sebab tujuan utama
diadakannya hukum Allah hanyalah untuk kepentingan umat, baik dunia maupun
akhirat.
3. Teori Khitbah
a. Pengertian Khitbah
21
T R Wulandari, Maslahat Menurut Hukum Islam, 2017.h. 31-32.
17
perempuan itu atau dengan walinya. Penyampaian ini dapat dilakukan secara
langsung atau dengan perwakilan.
َو اَل ُجَنا َح َع َلْيُك ْم ِفْيَم ا َع َّرْض ُتْم ِبٖه ِم ْن ِخ ْطَبِة الِّنَس ٓاِء َاْو َاْک َنْنُتْم ِفْۤي َاْنُفِس ُك ْم ۗ َع ِلَم ُهّٰللا َاَّنُك ْم
َس َتْذ ُك ُرْو َنُهَّن َو ٰل ـِكْن اَّل ُتَو ا ِع ُد ْو ُهَّن ِس ًّر ا ِاۤاَّل َاْن َتُقْو ُلْو ا َقْو اًل َّم ْع ُرْو ًفاۗ َو اَل َتْع ِز ُم ْو ا ُع ْقَد َة
الِّنَک اِح َح ّٰت ى َيْبُلَغ اْلِكٰت ُب َاَج َلٗه ۗ َو ا ْع َلُم ْۤو ا َاَّن َهّٰللا َيْع َلُم َم ا ِفْۤي َاْنُفِس ُك ْم َفا ْح َذ ُرْو ُهۗ َو ا ْع َلُم ْۤو ا
َاَّن َهّٰللا َغ ُفْو ٌر َحِلٌْي
Terjemahnya:
22
Sohari Sahrani M. A. Tihami, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali,
2010).
18
c. Karakteristik Khitbah
Di antara hal yang disepakati mayoritas ulama fiqh, syariat, dan perundang-
undangan bahwa tujuan pokok khitbah adalah berjanji akan menikah, belum ada akad
nikah. Khitbah tidak mempunyai hak dan pengaruh seperti akad nikah. Dalam akad
nikah, memiliki ungkapan khusus (ijab qabul) dan seperangkat persyaratan tertentu.
Dengan demikian, segala sesuatu yang tidak demikian bukan akad nikah secara
syara'.
23
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya.
24
Rusdaya Basri, Fiqh Munakahat 4 Mazhab Dan Kebijakan Pemerintah Jilid 1.h.30.
19
sesuatu sebab pinangannya itu, berarti ia harus melaksanakan akad nikah sebelum
memenuhi segala sebab yang menjadikan kerelaan. Demikian yang ditetapkan kitab-
kitab fiqh secara ijma' tanpa ada perselisihan. Kesepakatan tersebut tidak berpengaruh
pada apa yang diriwayatkan dari Imam Malik & bahwa perjanjian itu wajib dipenuhi
dengan putusan pengadilan menurut sebagian pendapat. Akan tetapi dalam perjanjian
akan nikah (khitbah) tidak harus dipenuhi, karena penepatan janji ini menuntut keber-
langsungan akad nikah bagi orang yang tidak ada kerelaan. Hakim pun tidak berhak
memutuskan pemaksaan pada akad yang kritis ini.25
d. Hikmah Peminangan
e. Melihat Peminangan
Bagian badan wanita yang bisa dilihat saat dipinang, para fuqaha berbeda pendapat.
Imam Malik hanya membolehkan pada bagian muka dan dua telapak tangan. Fuqaha
yang lain (seperti Abu Daud Azh-Zhahiriy) membolehkan melihat seluruh badan,
kecuali dua kemaluan. Sementara fuqaha yang lain lagi melarang melihat sama sekali.
Sedangkan Imam Abu Hanifah membolehkan melihat dua telapak kaki, muka dan dua
telapak tangan. Bilamana seorang laki-laki melihat bahwa pinangannya ternyata tidak
menarik, hendaklah dia diam dan jangan mengatakan sesuatu yang bisa menyakiti
25
Abdul Wahhab Sayyed Hawwas Abdul Azis Muhammad Azzam, Fikih Munakahat Khitbah, Nikah
Dan Talak (Jakarta: Amzah, 2011).h.8.
26
Rusdaya Basri, Fiqh Munakahat 4 Mazhab Dan Kebijakan Pemerintah Jilid 1.h.31.
20
hatinya, sebab boleh jadi perempuan yang tidak disenanginya itu akan disenangi
orang lain.27
a. Kerangka Konseptual
Penolakan Khitbah Pada Masyarakat Desa Maritengae" Judul tersebut perlu dipahami
lebih jelas mengenai penelitian ini untuk menguraikan pengertian dari judul agar
terhindar dari kesalahan penafsiran yang berbeda. Oleh karena itu, dibawah ini akan
1. Analisis
mengenal tanda-tanda komponen, hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-
masing dalam suatu kesatuan yang utuh. Menurut Harahap dalam (Azwar, 2019)
Pengertian analisis adalah memecah atau memecah suatu satuan menjadi satuan-
satuan terkecil. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa analisis adalah suatu
kegiatan berpikir untuk menggambarkan atau memecahkan suatu masalah dari unit ke
unit terkecil. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa analisis adalah suatu
kegiatan berpikir untuk menggambarkan atau memecahkan suatu masalah dari unit ke
unit terkecil.28
27
Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat (Jakarta: Kencana, 2010).h.77.
28
Yuni Septiani, Edo Aribbe, and Risnal Diansyah, “Analisis Kualitas Layanan Sistem Informasi
Akademik Universitas Abdurrab Terhadap Kepuasan Pengguna Menggunakan Metode Sevqual (Studi
Kasus: Mahasiswa Universitas Abdurrab Pekanbaru),” Jurnal Teknologi Dan Open Source 3, no. 1
(2020): 131–143.
21
disini berarti keluarga inti/kecil. Makna penggunaan bahasa Indonesia sendiri, istilah
yang digunakan tidak hanya hukum keluarga Islam saja, tetapi kadang disebut juga
hukum perkawinan atau hukum perorangan. Dalam bahasa Inggris biasa disebut
Personal Law atau Family Law.
Pengertian hukum keluarga Islam menurut Prof. Subekti yang menggunakan
istilah “hukum keluarga” adalah hukum yang mengatur hubungan hukum yang timbul
dari hubungan keluarga. Jadi, hukum keluarga adalah hukum yang mengatur
hubungan antar anggota keluarga. Yang dimaksud dengan keluarga di sini adalah
keluarga inti, yaitu: ayah, ibu dan anak-anak, baik ketika masih tinggal bersama
dalam satu rumah tangga maupun setelah berpisah karena perceraian atau kematian.
Banyak ahli fikih kontemporer yang berbeda pendapat mengenai pengertian hukum
keluarga. Berikut beberapa pendapat mengenai pengertian hukum keluarga. Menurut
Abdul Wahhab Khallaf, hukum keluarga “al-ahwal as-syakhsiyah” adalah hukum
yang mengatur kehidupan keluarga, yang dimulai sejak awal terbentuknya sebuah
keluarga. Tujuannya untuk mengatur hubungan antara suami, istri dan anggota
keluarga. Menurut Wahbah az-Zuhaili, hukum keluarga adalah hukum mengenai
hubungan antara manusia dengan keluarganya, yang dimulai dari perkawinan dan
diakhiri dengan pembagian harta warisan karena salah satu anggota keluarga
meninggal dunia.29
3. Khitbah
29
Husni Husni and Muhammad Yasir, “PRINSIP HUKUM ISLAM DALAM BIDANG HUKUM
KELUARGA,” SYARIAH: Journal of Islamic Law 3, no. 2 (2021): 1–13.
22
bisa dilakukan oleh orang yang mencari pasangan maupun dilakukan oleh perantara
Dari definisi diatas hampir sama dengan definisi yang dikemukakan oleh
Sayyid Sabiq, bahwa khitbah sebagai upaya menuju pernikahan dengan cara yang
berlaku di masyarakat khitbah merupakan awal dari pernikahan yang Allah telah
mensyari'atkan kepada pasangan yang akan menikah agar saling mengenal satu sama
lain.30
b. Kerangka Pikir
observasi, serta kajian pustaka yang akan menjadi karya tulis ilmiah, Kerangka pikir
ini dibuat saat membuat konsep-konsep dari penelitian.31 Dalam penelitian ini penulis
analisis hukum keluarga Islam terhadap larangan menolak khitbah sampai 3 kali pada
penelitian ini, maka penulis membuat bagan kerangka pikir sebagai berikut:
30
Rusdaya Basri, Fiqh Munakahat 4 Mazhab Dan Kebijakan Pemerintah Jilid 1. h. 28.
31
Yuniar Rahmatiar et al., “HUKUM ADAT SUKU BUGIS,” Jurnal Dialektika Hukum 3, no. 1 (2021):
89–112.
23
Khitbah
Gambar 1. Bagan
Penolakan kerangka
Khitbah di Desa pikir
Maritengae
Analisis Hukum
Keluarga Islam
Hasil Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research) yaitu
penelitian yang objeknya mengenai gejala atau peristiwa yang terjadi pada kelompok
masyarakat. Maka penelitian ini bisa juga disebut penelitian kasus atau studi kasus
dengan pendekatan deskriptif kualitatif.33
C. Fokus Penelitian
32
Melvien Zaenul Asyqien and Lukmanul Hakim, “Analisis Penerapan Zakat Usaha Gula Merah
Perspektif Hukum Islam: Studi Kasus Di UD Gunung Madu Desa Cendono Kecamatan Kandat
Kabupaten Kediri,” Jurnal At-Tamwil: Kajian Ekonomi Syariah 1, no. 2 (2019): 47–71.
33
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2013).
34
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. h. 6.
24
25
yang diteliti mengenai fenomena, faktor-faktor dan analisis hukum keluarga Islam
terhadap larangan penolakan khitbah sampai 3 kali di Desa Maritengae, Kemudian
mencatat semua data yang diperlukan dalam penelitian.
2. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung
dengan memberikan pertanyaan kepada orang yang akan diwawancarai.
Dalam hal ini Penulis sebagai pewawancara, wawancara dilakukan secara
langsung atau tatap muka dan secara lisan dengan narasumber untuk mendapat
informasi yang jelas mengenai permasalahan yang diteliti.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bentuk data tersimpan dalam bahan yang terdiri dari
surat, catatan harian, cendera mata, laporan, artefak dan foto.37
F. Uji Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data merupakan salah satu unsur penelitian
kualitatif yang tidak dapat dipisahkan dari pengetahuan penelitian. 38 Dalam
penelitian yang dilakukan harus memenuhi empat kriteria yaitu credibility,
transfermability, dan confirmability yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Credibility
Kriteria ini untuk memenuhi data dan informasi yang dikumpulkan berisi
nilai benar dan dapat dipercaya oleh pembaca dan orang-orang yang memberikan
informasi yang dikumpulkan selama informasi berlangsung.39
2. Transfermability
37
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Thesis, Disertasi, Dan Karya Ilmiah (Jakarta:
Kencana, 2014).
38
Arnild Augina Mekarisce, “Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Pada Penelitian Kualitatif Di
Bidang Kesehatan Masyarakat,” Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat: Media Komunikasi
Komunitas Kesehatan Masyarakat 12, no. 3 (2020): 145–151.
39
Hardani, eat all,. eds, Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif (Yogyakarta: CV. Pustaka ilmu,
2020). h.201.
27
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memecahnya menjadi unit-unit yang dapat dikelola,
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang akan diceritakan kepada orang lain. Sebelum menarik
kesimpulan, terlebih dahulu menganalisis data sesuai dengan langkah dan prosedur
yang digunakan.
40
Hardani, eat all,. eds, Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif (Yogyakarta: CV. Pustaka ilmu,
2020). h. 207.
28
Data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak, untuk itu perlu dilakukan
pencatatan secara cermat dan detail. Seperti yang sudah disebutkan, semakin lama
peneliti berada di lapangan, semakin banyak, kompleks dan rumit jumlah datanya.
Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data
berarti meringkas, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, mencari tema dan pola. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan memudahkan peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat
dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan
kode pada aspek-aspek tertentu.
Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan berpedoman pada tujuan yang
ingin dicapai. Tujuan utama penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena
itu, ketika peneliti melakukan penelitian, mereka menemukan segala sesuatu yang
dianggap asing, tidak diketahui. belum memiliki pola, hal itulah yang harus
diperhatikan peneliti dalam melakukan reduksi data. Ibarat melakukan penelitian di
hutan, pohon atau tumbuhan dan hewan yang selama ini belum diketahui, dijadikan
fokus pengamatan selanjutnya.
dapat mereduksi data yang memiliki nilai signifikan temuan dan pengembangan
teori.
41
Sirajuddin Saleh, Analisis Data Kualitatif (Bandung: Pustaka Ramdhan, 2017).h.162
30
31
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, peneliti akan memaparkan data yang diperoleh dari
jawaban-jawaban yang diberikan oleh para informan dari hasil observasi wawancara
yang dilakukan peneliti di Desa Maritengae, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang
33
yang mengetahui tentang larangan menolak khitbah sampai 3 kali. Adapun hasil
wawancara sebagai berikut:
"Pamali yang dimaksud adalah larangan, Menurut saya pribadi, saya yakin
dengan pamali karna dari dulu pamali ada dan jika tidak dihindari biasa
terkena malapetaka. Dari dulu sudah ada pamali bagi perempuan menolak
orang yang datang melamar jika perempuan tersebut sudah tiga kali di lamar,
Disebabkan dilarang menolak lamaran tersebut karna sering terjadi keterusan
melajang, kemudian ketinggalan menikah sampai meninggal dan tertutup
jodohnya."
42
Najirah, Masyarakat Desa Maritengae, Wawancara di Cikuale, 17 Januari 2023.
34
karna jika ditolak perempuan tersebut bisa jadi terus melajang sampai meninggal,
ketinggalan tidak menikah-menikah dan tertutup jodohnya.
"Menurut saya pamali adalah suatu larangan atau tidak boleh dilanggar yang
turun temurun dari nenek moyang, perihal yakin atau tidak itu 50 : 50 karena
ada beberapa jenis pamali yang terkesan hanya sebuah larangan tidak masuk
akal. Pemahaman saya tentang khitbah menurut Islam adalah proses melamar
pihak laki laki ke pihak perempuan. Meskipun larangan menolak khitbah
sampai tiga kali sudah ada sejak dulu karna dikhawatirkan akan adanya
ketakutan bagi pihak laki-laki untuk melamar jika si pihak perempuan terlalu
sering menolak khitbahnya sehingga mengakibatkan pihak perempuan susah
43
Risal Kuaseng, Masyarakat Desa Maritengae, Wawancara di Cikuale, 17 Januari 2023.
35
untuk menikah dan dampaknya jika menolak khitbah sebanyak tiga kali akan
jadi perawan tua. Mengenai soal larangan menolak khitbah sampai tiga kali
saya kurang setuju sebab saya sendiri sudah pernah menolak lamaran seorang
pria sebanyak 3 kali karna hal ini menurut saya pihak perempuan bisa saja
menolak khitbah sebanyak tiga kali atau lebih jika memang pihak laki laki
yang melamar kurang cocok baik dari segi fisik, perilaku, silsilah keluarga,
dsb karena sesungguhnya pernikahan adalah ibadah terpanjang jadi perlu
mencari sosok pasangan yang benar benar pas menurut kedua belah pihak."44
"Pamali menurut saya tidak ada karna Rasulullah saw. menganjurkan kurangi
pamali, pamali semakin lama harus di hilangkan kalau betul-betul pamali
biasa. Mengenai soal larangan menolak lamaran sebanyak 3 kali itu tidak
berlaku bagi saya, misalnya saya selaku keluarga pihak perempuan
mengetahui bahwa pelamar ke 3 (tiga) ini agama dan akhlaknya tidak bagus,
pasti akan mempertimbangkan bahkan menolak lamaran tersebut. Lain
44
Aryuni, Masyarakat Desa Maritengae, Wawancara di Alakkang, 20 Januari 2023.
36
halnya jika pelamar tersebut agama dan akhlaknya baik sudah pasti diterima
jadi bukan soal si pria pelamar ketiga jadi diterima melainkan dilihat dari
agama dan akhlaknya. Kebanyakan faktor-faktor penolakan lamaran
khususnya kita masyarakat Bugis itu salah satunya di uang panai,
sepengetahuan saya soal lamar melamar perempuan dalam Islam yang di
dahulukan itu agama dan akhlak, jangan mendahulukan yang lain-lain dulu.
Tapi karna dicampur dengan adat daripada hukum Islamnya, padahal dalam
Islam tidak boleh mempersulit orang yang melamar karna yang dipentingkan
dalam Islam adalah agama dan akhlak seseorang."45
Berdasarkan pernyataan dari Mashudi Mude selaku Imam Masjid Nurul Jihad
Barakasanda, mengatakan bahwa larangan menolak lamaran sampai tiga kali perlu
dipertimbangkan jika pelamar tersebut agama dan akhlaknya tidak bagus maka perlu
ditolak tidak boleh dilarang untuk ditolak karna alasan pria tersebut sudah pelamar
ketiga, kecuali pelamar tersebut agama dan akhlaknya sudah bagus maka dapat
diterima bukan soal orang keberapa yang datang melainkan dinilai dari agama dan
akhlak seseorang yang dilihat.
45
Mashudi Mude, Masyarakat Desa Maritengae, Wawancara di Barakasandam 18 Januari
2023
37
"Khitbah atau yang lebih dikenal dengan kata lamaran adalah proses dimana
keluarga atau orang kepercayaan pihak laki-laki datang silahturahmi ke
rumah calon mempelai perempuan untuk menyampaikan keinginannya
datang untuk melamar. Adapun tatacara pelaksanaan khitbah di Desa
Maritengae pada umumnya sama dengan yang diajarkan Islam, namun saat
sekarang seiring berjalannya zaman ada beberapa masyarakat yang
melakukan lamaran secara besar-besaran dimana keluarga dan calon
mempelai laki-laki datang langsung kerumah mempelai wanita
menyampaikan maksud dan tujuan kemudian jika lamaran diterima pihak
laki-laki memasangkan cincin kepada mempelai wanita sebagai bentuk
ikatan. Padahal dalam Islam pihak laki-laki tidak boleh menyentuh wajah dan
kedua telapak tangan mempelai wanitanya karna bukan mahramnya.
Mengenai soal pamali menolak khitbah sebanyak 3 kali yang ada di Desa
Maritengae yang saya ketahui memang sudah ada sejak dulu, yang mana
dulunya banyak perempuan yang sudah tua belum menikah dan dianggap
sebagai perawan tua karna sering menolak lamaran. Mengenai hal ini
46
M. Arif, Masyarakat Desa Maritengae, Wawancara di Cikuale, 18 Januari 2023
38
menurut saya pamali boleh saja diikuti selagi tidak menentang agama dan
bernilai baik namun kembali lagi jika memang pelamar tidak sesuai dengan
kriteria perempuan kemudian ditolak tidak masalah baik dia itu pelamar ke
3,4 dan seterusnya tidak ada masalah jika ditolak, Namun sebagian
masyarakat melarang menolak khitbah sebanyak tiga kali karna
dikhawatirkan pelamar selanjutnya takut untuk datang melamar karna pihak
perempuan terlalu sering menolak hal itulah yang membuat sebagian
masyarakat melarang menolak khitbah sampai 3 kali."47
Berdasarkan pernyataan dari Abdul Moing selaku Imam Masjid Nuruddin Temappa,
mengatakan bahwa sebagian masyarakat Desa Maritengae melakukan proses khitbah
tidak lagi sesuai dengan ajaran Islam, sekarang ini ada beberapa masyarakat
melakukan proses melamar dengan acara besar-besaran kemudian melibatkan calon
mempelai laki-laki untuk memasang cincin kepada calon mempelai perempuan
sebagai simbol ikatan, padahal Islam tidak mengajarrkan calon mempelai laki-laki
menyentuh wajah dan kedua telapak tangan mempelai wanitanya karna bukan
mahramnya. Adapun mengenai larangan menolak khitbah sampai 3 kali di Desa
Maritengae memang sudah ada sejak dulu dimama sebagian masyarakat
mempercayai hal tersebut karna dikhawatirkan terkena musibah salah-satunya
menjadi perawan tua. Menurut Abdul Moing mengenai hal itu pamali boleh saja
diikuti selagi tidak menentang agama dan bernilai baik.
Berdasarkan Syariat Islam manusia telah ditentukan hidup, mati, jodoh, rezeki,
dan lainnya pada kandungan 4 bulan 10 hari sebagaimana dijelaskan dalam Hadits
Shahih Bukhari no 333257:
ِ ِهَلَج َأو ْد ِيَع س،ِ ِهَلَم َع و،َو ٌّأِيَقَش و.ْ ِ ِهْقِزِر، ٍ:يَّ ُ مثبْ َتِكب
Artinya:
“Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh pada janin tersebut,
lalu ditetap kan baginya empat hal: rizkinya, ajalnya, perbuatannya, serta
kesengsaraannya dan kebahagiaannya.” (Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin
Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu).48
48
Al Imam Abi ‘Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin
Baridzabah al-Bukhari al-Ju’fy, Shahih al-Bukhari, Tahqiq Mahmud Muhammad Mahmud Hasan
Nasr (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah: 2013), h. 3
40
a. Uang pana'i
Suku bugis terkenal dengan uang panai' yang dianggap sebagai simbol hadiah
pernikahan yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Uang
panai' yang selama ini dianggap sebagai uang untuk membeli istri, sebenarnya salah.
Besarnya uang panai' yang diberikan oleh laki-laki tergantung kesepakatan kedua
belah pihak pada saat proses lamaran. Uang panai' adalah hasil kesepakatan dari
kedua belah pihak, terkadang ada saling tawar-menawar, memakan waktu lama
karena masing-masing pihak bertahan. Bahkan tekad membelanjakan uang begitu
tinggi sehingga wanita tersebut memintanya hanya dengan motif halus menolak
lamaran.49
b. Tidak Sekufu
49
Ehlisa, Rismawati, Duriani, Uang Panna'i Dalam Perspektif Syariat Islam, h. 2.
41
Kafa'ah lebih dipahami sebagai bentuk dan jenis atau kriteria tertentu yang
digunakan seseorang untuk melihat pasangannya. Posisi ini memungkinkan kafa'ah
digunakan sebagai standar pilihan dan alasan seseorang untuk memilih dan
menerima/menolak pasangannya. Di sisi lain, kafa'ah juga berfungsi sebagai cermin
bagi seseorang untuk menentukan pasangannya. Berdasarkan pengertian kafa’ah
yang berarti sederajat atau sederajat antara laki-laki dan perempuan, maka
sebenarnya kafa’ah berperan sebagai cermin agar seseorang yang menentukan
pasangan, baik memilih maupun menerima/menolak, dapat melihat dirinya terlebih
dahulu sebelum memandang pasangannya.51
Kriteria sekufu meliputi faktor harta, keturunan, kecantikan dan agama. Berikut
penjelasannya.
1) Faktor harta
50
Rafida Ramelan, Sekufu Dalam Konteks Hukum Keluarga Modern, TAHKIM, Jurnal Peradaban
dan Hukum Islam, Vol. 4 No. 1, h. 119.
51
Ibrahim Al Hakim, Prioritas Kafa’ah Bagi Orang-Orang Yang Terlambat Menikah,
Tesis(Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2018), hlm. 35.
42
2) Faktor keturunan
3) Faktor kecantikan
Manusia juga diciptakan Allah sebagai makhluk yang paling indah, baik secara
fisik maupun psikis. Oleh karena itu manusia dirancang untuk memahami keindahan
dan dapat menikmati keindahan. Sunnatullah, laki-laki tertarik dengan wanita
cantik, begitu pula sebaliknya, tapi selera kecantikan setiap orang berbeda-beda.
Ada yang lebih tertarik pada kecantikan lahir, ada yang lebih tertarik pada
kecantikan karakter.
4) Faktor Agama
52
Ahmad Mubarok, Psikologi Keluarga (Malang: Madani, 2016), hlm. 99.
53
Ahmad Mubarok, Psikologi Keluarga (Malang: Madani, 2016), hlm. 102.
43
Usia ideal untuk menikah dapat dilihat pada rentang batas usia minimal dan
maksimal serta jarak usia antara kedua calon mempelai dengan pertimbangan
psikologis dan kesehatan. Perkawinan yang tidak dilandasi usia yang matang akan
rawan konflik dan masalah yang berkepanjangan. Hal ini disebabkan oleh kondisi
psikologis dan pola pikir yang masih belum siap menerima tanggung jawab yang
begitu besar dalam rumah tangga. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak kasus
perceraian yang disebabkan oleh pernikahan usia muda.55
Unsur lain yang terkandung dalam kafa'ah dalam konteks modern adalah
pekerjaan atau penghidupan. Pekerjaan berkaitan dengan semua sarana dan
prasarana yang dapat digunakan sebagai sumber penghidupan baik bagi perusahaan
maupun orang lain.56
54
Mufidah, Psikologi Keluarga Islam, hlm.78.
55
Al-Hakim, Prioritas Kafa’ah , hlm. 51.
56
Al-Hakim, Prioritas Kafa’ah , hlm. 46.
44
57
Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt, Sosiologi Jilid 2 (Jakarta: Erlangga, 1999), h. 7.
58
Sarifudin Zuhri, Analisis Hukum Islam Terhadap Proses Perjodohan Dan Kriteria Kafa’ah
Dalam Perkawinan Anggota LDII, Skripsi (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2018), hlm. 57.
45
Ditinjau dari hukum keluarga Islam terhadap larangan menolak khitbah sampai 3
kali di Desa Maritengae Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang, sebagian besar sudah
sesuai dengan hukum Islam.
Meminang wanita tidak hanya dilihat dari kesediaan wanita itu dalam menerima
pinangan laki-laki itu saja, tetapi laki-laki juga harus melihat kondisi wanita tersebut
pada saat dilamar. Pasal 12 KHI menyatakan:
2) Wanita yang ditalak suami yang masih berada dalam masa iddah raj’iah ,
haram dan dilarang untuk dipinang.
59
Jamaluddin, Nanda Amalia, Buku Ajar Hukum Perkawinan, (Lhokseumawe : Unimal Press,
2016), h. 44.
46
3) Dilarang juga meminang seorang wanita yang sedang dipinang pria lain,
selama pinangan pria tersebut belum putus atau belum ada penolakan dari pihak
wanita.
b. Hukum khitbah
Fuqaha sepakat bahwa orang yang melamar dapat melihat wanita yang dilamar
sesuai yang syariatkan oleh Islam, banyak nash-nash yang menjelaskan terhadap
masalah ini, Jumhur ulama berpendapat bahwa yang boleh dilihat adalah muka dan
tapak tangan. Karena dengan melihat mukanya dapat diketahui cantik jeleknya dan
60
Jamaluddin, Nanda Amalia, Buku Ajar Hukum Perkawinan, (Lhokseumawe : Unimal Press,
2016), h. 45.
47
dengan melihat dapat diketahui badanya subur atau tidak, namun menurut Imam
Daud seluruh badan perempuan boleh dilihat, tetapi menurut Imam Auza hanya
tempat-tempat yang berdaging saja yang boleh dilihat. Hadits-hadits tentang melihat
pinangan tidak menentukan tempat-tempat khusus, bahkan secara umum dikatakan
agar melihat tempat-tempat yang diinginkan sebagai daya tarik untuk mengawininya.
Jika setelah laki-laki melihat pinangan tertarik untuk menikahinya hendaknya diam
karena bisa jadi laki-laki lain tertarik. Yang boleh melihat bukan hanya laki-laki saja
tetapi perempuanpun boleh melihat calon suaminya sehingga dalam menjawab
apakah siap dinikahi atau tidak ada alasannya. Dalam Islam tidak boleh melamar
lamaran orang lain, hal demikian ditegaskan dalam sebuah hadits:
صلى هللا عليه وسلم- قال رسول هللا:عن أبي هريرة قال
Artinya :
Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda: Tidak boleh seorang
laki-laki meminang seorang perempuan yang dipinang oleh saudaranya.
Hukum yang dapat diambil dari hadis diatas sebagian ulama berpendapat
nikahnya fasah, sebagian lagi batal dan sebagian lagi tidak batal tetapi mendapat
celaan didunia dan berdosa di akherat karena melanggar etika. Menurut sebagian
ulama boleh meminang pinangan orang fasiq. Karena itu ada baiknya pihak laki-laki
mencari dan mengumpulkan informasi kalau ingin melamar sang wanita.61
Manusia ditakdirkan oleh Allah swt. memiliki hati yang selalu berubah-ubah
karena ia adalah fitrah yang dikaruniakan oleh Allah swt. Begitu juga dalam masalah
61
Kosim, Fiqh Munaqahat I, ( Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2019), h. 35
48
khithbah, bisa jadi piahak laki-laki yang membatalkan lamarannya atau sebaliknya,
pihak perempuan mencabut kembali keputusannya untuk menerima lamaran pihak
laki-laki. Hal ini bisa terjadi, terlebih jika kenyataannya antara yang dilamar dan
dilamar termasuk masih mahram. Dalam Islam, membatalkan lamaran adalah sah-
sah saja, sebab lamaran hanyalah janji dan pengantar menuju pernikahan, bukan
akad. Sehingga, lamaran itu bisa diputus kapan saja. Hanya ,tindakan seperti ini
sangat dibenci oleh siapapun , terutama pihak yang dilamar. Apalagi kalau alasan
memutus lamaran adalah tidak terkait dengan persoalan syariat, namun jika
alasannya mengada-ngada maka Islam sangat mencelanya, karena termasuk dalam
sifat-sifat orang- orang munafik. Dalil yang menunjukan bolehnya membatalkan
lamaran adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari :
Artinya:
62
Kosim, Fiqh Munaqahat I, ( Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2019), h. 36
49
Pembatalan pinangan dalam hadis ini tidak disertai lafaz dari Rasulullah yang
mengesankan ancaman dosa atau sekedar celaan. Oleh karena itu membatalkan
pinangan hukumnya mubah, bukan makruh apalagi haram. Kebolehan membatalkan
bersifat mutlak, karena lafadz hadis di atas tidak diikat kondisi tertentu untuk
menunjukkan kebolehan pembatalan tersebut. Jadi, pembatalan pinangan baik
dengan alasan maupun tanpa alasan hukumnya tetap mubah tanpa ada celaan. Alasan
pembatalan pinangan tidak mempengaruhi status hukum dan tidak dipertimbangkan.
2) Secara tidak langsung, yaitu dengan ucapan yang tidak jelas dan tidak
terus terang atau kinayah. Dengan pengertian lain ucapan itu dapat dipahami dengan
maksud lain, seperti ucapan.” Tidak ada orang yang tidak sepertimu”, adapun
sindiran selain ini yang dapat dipahami oleh wanita bahwa laki-laki tersebut
berkeinginan menikah dengannya, maka semua diperbolehkan. Diperbolehkan juga
bagi wanita untuk menjawab sindiran itu dengan kata-kata yang berisi sindiran juga.
Perempuan yang belum kawin atau yang sudah kawin dan telah habis pula masa
iddahnya boleh dipinang dengan ucapan sindiran atau secara tidak langsung.63
Jika seorang perempuan ditinggal wafat oleh suaminya maka seorang laki-laki tidak
boleh melamarnya secara terang-terangan , karena ia masih dalam keadaan sedih atas
kematian orang yang dicintainya, Namun seseorang bisa melamarnya secara kinayah
63
Ghozali, Abdul. Fiqh Munakahat (Kencana Prenada Media Group, 2003) h. 64
50
selama masa iddahnya, jika masa iddahnya telah berlalu maka ia boleh melamarnya
secara terang-terangan. Seperti halnya yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw
melakukan hal yang sama ketika melamar Ummu Salamah Ra, yang ketika itu masih
dalam keadaan iddah atas kematian suaminya, Abu Salamah. Beliau mengatakan
kepada Ummu Salamah, “Engkau mengetahui bahwa saya adalah seorang Rosullah
Saw dan sebaikbaik rosul, dan engkau juga mengetahui kedudukanku di antara
kaumku”. Ini merupakan ucapan kinayah bahwa beliau ingin melamarnya.
Hukum meminang seorang wanita secara terang-terangan yang sedang iddah, tetapi
pelaksanaan akad nikahnya sesudah masa iddahnya habis, maka dalam hal ini para
ulama fikih berbeda pendapat .Menurut imam Malik, akad nikahnya sah, tetapi
meminangnya secara terang-terangan itu hukumnya haram, Tetapi bilamana akad
nikahnya terjadi pada masa iddah, maka para ulama sepakat akad nikahnya harus
dibatalkan, sekalipun antara mereka telah terjadi persetubuhan.
Syarat mustahsinah adalah syarat yang berupa anjuran kepada seorang laki-laki yang
akan melamar seorang perempuan agar ia meneliti lebih dahulu perempuan yang
akan dilamarnya itu. Sehingga, dapat menjamin kelangsungan hidup berumah tangga
kelak. Syarat mustahsinah ini bukanlah syarat yang wajib dipenuhi, tetapi hanya
berupa anjuran dan kebiasaan yang baik.Yang termasuk syarat mustahsinah itu
adalah:
2) Syarat lazimah
Syarat lazimah adalah syarat yang wajib dipenuhi sebelum proses melamar atau
khitbah dilakukan. Sahnya lamaran bergantung kepada adanya syarat-syarat lazimah.
Syarat lazimah tersebut adalah:
b) Perempuan yang akan dilamar tidak dalam masa iddah. Masa iddah
adalah masa menunggu bagi seorang perempuan yang ditalak suaminya. Haram
hukumnya melamar peempuan yang sedang dalam masa iddah talak raji’i.
Analisis hukum keluarga Islam terhadap larangan menolak khitbah sampai 3 kali
di Desa maritengae merupakan larangan dari Nenek Moyang sejak dulu yang
dipercayai dapat membuat jodohnya tertutup, jodoh susah mendekat dan menjadi
perawan tua. Dalam hal tersebut benar-benar terjadi pada beberapa orang. Penolakan
64
Ghozali, Abdul. Fiqh Munakahat (Kencana Prenada Media Group, 2003) h. 65.
52
tersebut dipercaya menjadi sebuah penghalang bagi laki-laki yang akan datang
selanjutnya. Hukum menolak lamaran pada dasarnya diperbolehkan atau mubah
menurut Islam. Namun dalam penolakan tersebut haruslah dengan tata cara yang
halus dan lembut tanpa menyinggung perasaan si pelamar. Membatalkan khitbah
adalah suatu hal yang diperbolehkan menurut syariat, dengan mempertimbangkan
bahwa khitbah bukanlah merupakan suatu akad, namun upaya untuk mempermudah
pemikahan. Oleh sebab itu, pembatalan khitbah tidak mengharuskan laki-laki yang
meminang dan perempuan yang dipinang menjalani apa yang harus dijalani akibat
berakhirnya pernikahan.65
65
Syaikh Ahmad Jad Terj. Masturi Irham Dan Nurhadi, Fikih Sunnah Wanita (Jakarta:
Pustaka Al-Kausar, 2008), h. 409
66
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-menolak-lamaran-pria-dalam-islam
(Diakses pada tanggal 21 Maret 2023)
53
Dari hadis diatas maka menolak lamaran diperbolehkan dan tidak boleh dipaksakan
jika si perempuan belum siap dan tidak mau. Jika tindakan menolak lelaki karena
keturunannya, rupa yang tidak tampan atau karena suku tidak diperbolehkan.
ِإاَّل َتْفَع ُلوُه َتُك ْن ِفْتَنٌة ِفي اَأْلْر ِض َو َفَس اٌد، َفَأْنِك ُحوُه،ِإَذ ا َج اَء ُك ْم َم ْن َتْر َض ْو َن ِد يَنُه َو ُخ ُلَقُه
َك ِبيٌٌر
Artinya:
“Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan
akhlaknya mendatangi kalian, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi
fitnah (musibah) dan kerusakan di muka bumi” (HR. At Tirmidzi no.1085).67
Makna dari hadis diatas adalah jika seorang wanita menolak lamaran, maka harus
ada alasan syar’i bukan dibuat-buat. Misalnya, lelaki yang meminang adalah seorang
pemabuk, tidak pernah shalat atau alasan syar’i lainnya ini dibolehkan. Jika alasan
dibuat-buat dikhawatirkan terjadi fitnah dan kerusakan (maksudnya perzinahan akan
terjadi).
67
Ernawati, Hadis Tentang Peminangan (Kajian Penafsiran Tematik Hadis Nabi), Forum Ilmiah, Vol.
14 No. 3, h. 261
54
V. KESIMPULAN
A. Simpulan
Hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, maka dapat disimpulkan beberapa
hal pokok yang berkaitan dengan Analisis Hukum Keluarga Islam Terhadap
Penolakan Khitbah Pada Masyarakat Desa Maritengae, diantaranya sebagai berikut:
1. Terdapat fenomena yang dapat dilihat dari ungkapan diatas bahwa larangan
bagi perempuan menolak khitbah sampai 3 kali merupakan larangan dari
nenek moyang sejak dahulu yang mana masih ada dan akibat dari itu semua
benar-benar nyata, salah satu akibatnya yaitu jodohnya tertutup dan menjadi
55
perawan tua. Mereka mempercayai hal tersebut dengan cara mematuhi apa
yang dikatakan dan apa yang menjadi sebuah larangan. Namun dalam hal ini
tidak semua masyarakat Desa Maritengae mempercayai larangan menolak
khitbah sampai tiga kali, masih ada sebagian masyarakat yang tidak
mengikuti aturan tersebut dan tidak ada kejadian yang buruk apalagi
dikaitkan dengan hal-hal yang tidak masuk akal sebab ketika mempercayai
bahwa akan mendatangkan musibah, maka itu termasuk perbuatan syirik dan
dosa besar untuk mempercayainya karena musibah itu datangnya dari Allah
swt.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penolakan khitbah di Desa
Maritengae antara lain sebagai berikut : a. Uang Pana'i, b. Tidak Sekufu,
Kriteria sekufu dalam Islam pada dasarnya hanya meliputi faktor harta,
keturunan, kecantikan dan agama. Namun seiring berjalannya waktu, konsep
ini berkembang menjadi beberapa faktor seperti usia, pekerjaan, pendidikan ,
organisasi keagamaan.
3. Analisis hukum keluarga Islam terhadap larangan menolak khitbah sampai 3
kali di Desa maritengae merupakan larangan dari Nenek Moyang sejak dulu
yang dipercayai dapat membuat jodohnya tertutup, jodoh susah mendekat
dan menjadi perawan tua. Dalam hal tersebut benar-benar terjadi pada
beberapa orang. Penolakan tersebut dipercaya menjadi sebuah penghalang
bagi laki-laki yang akan datang selanjutnya. Hukum menolak lamaran pada
dasarnya diperbolehkan atau mubah menurut Islam. Namun dalam
penolakan tersebut haruslah dengan tata cara yang halus dan lembut tanpa
menyinggung perasaan si pelamar.
B.Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan diatas maka ada beberapa saran
yang dapat disampaikan sebagai berikut:
56
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quranul Karim
Abdul, Azis Muhammad Azzam, Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. Fikih Munakahat
Khitbah, Nikah Dan Talak. Jakarta: Amzah, 2011.
Abdul, Ghozali. Fiqh Munakahat. Kencana Prenada Media Group, 2003.
Abdul, Mujib. “Pendekatan Fenomenologi Dalam Studi Islam.” Al-Tadzkiyyah:
Jurnal Pendidikan Islam 6, no. 2 (2015): 167–183
Ali, Mohammad Daud. Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum
Islam Di Indonesia. Depok: Kencana, 2017.
Hardani, eat all,. eds, . Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif. Yogyakarta:
CV. Pustaka ilmu, 2020.
Hidayatullah. Fiqih. Banjarmasin: Universitas Islam Kallimantan, 2019.
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-menolak-lamaran-pria-dalam-islam
(diakses pada tanggal 20 Maret 2023).
https://katadat.co.id/agung/berita/62907320/perspektif-adalah-sudut-pandang-berikut
arti-dan-jenisnya (diakses pada tanggal 26 Desember 2022).
Husni, and Muhammad Yasir. “PRINSIP HUKUM ISLAM DALAM BIDANG
HUKUM KELUARGA.” SYARIAH: Journal of Islamic Law 3, no. 2 (2021): 1–
13.
Ilzam, M. “Tradisi Larangan Menolak Khitbah Dalam Tinjauan Ur’f.” Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2021.
Jamaluddin, Nanda Amalia, Buku Ajar Hukum Perkawinan. Lhokseumawe: Unimal
Press, 2016.
Kementerian Agama RI. Al-Qur’an Dan Terjemahnya. Bandung: Al-Qur’an Al-
Qosbah, 2020.
Kementrian Agama RI. Al-Qur’an Dan Terjemahnya. Jakarta: Lajnah
PentasshihanMushaf Al-Qur’an, 2019.
Khusniah, Rosyidatul. “Pengaruh Khitbah Dalam Membentuk Keluarga Sakinah
Mawaddah Warahmah.” Institut Islam Negeri Metro, 2020.
Kosim. Fiqh Munakahat 1 Dalam Kajian Filsafat Hukum Islam Dan Keberadaannya
Dalam Politik Hukum Ketatanegaraan Indonesia. Cirebon: PT. Raja Grafindo
Persada, 2019.
Kuaseng, Risal. Masyarakat Desa Maritengae, Wawancara di Cikuale, 17 Januari
2023.
Mekarisce, Arnild Augina. “Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Pada Penelitian
Kualitatif Di Bidang Kesehatan Masyarakat.” Jurnal Ilmiah Kesehatan
Masyarakat: Media Komunikasi Komunitas Kesehatan Masyarakat 12, no. 3
(2020): 145–151.
Misbahuddin. Ushul Fiqh I. Makassar: Alauddin Universitas Pers, 2014.
Moh. Bahruddin. Ilmu Ushul Fiqh. Bandar Lampung: AURA Anugrah Utama
Raharja, 2019.
Ramli. “Bentuk, Makna Dan Fungsi Pamali Pada Perilaku Masyarakat Pesisir
Kabupaten Maros: Pendekatan Semiotik.” Universitas Hasanuddin Makassar,
2018.
Saleh, Sirajuddin. Analisis Data Kualitatif. Bandung: Pustaka Ramdhan, 2017.
Septiani, Yuni, Edo Aribbe, and Risnal Diansyah. “Analisis Kualitas Layanan Sistem
Informasi Akademik Universitas Abdurrab Terhadap Kepuasan Pengguna
Menggunakan Metode Sevqual (Studi Kasus: Mahasiswa Universitas Abdurrab
Pekanbaru).” Jurnal Teknologi Dan Open Source 3, no. 1 (2020): 131–143.
Sucipto.‘Urf Sebagai Metode Dan Sumber Penemuan Hukum Islam.” ASAS 7, no. 1
(2015).
Thamami, Ahmad. “Larangan Membatalkan Khitbah Dalam Tradisi Masyarakat
Kelurahan Pangkal Dodek Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara.”
Universitas Islam Negeri Sumatera Medan, 2019.
Widiastuti, Hesti. “Pamali Dalam Kehidupan Masyarakat Kecamatan Cigugur
Kabupaten Kuningan (Kajian Semiotik Dan Etnopedagogi).” Lokabasa 6, no. 1
(2015).
Wulandari, T R. Maslahat Menurut Hukum Islam, 2017
Zakky. Pengertian Analisis Menurut Para Ahli dan Secara Umum [Lengkap]
https://www.zonareferensi.com/pengertian-analisis-menurut-para-ahli-dan-
secara-umum/ (diakses pada tanggal 13 juli 2022).
Zuhri, Sarifudin. Analisis Hukum Islam Terhadap Proses Perjodohan Dan Kriteria
Kafa’ah Dalam Perkawinan Anggota LDII, Skripsi (Surabaya: UIN Sunan Ampel,
2018.
I
LAMPIRAN
II
Permohonan Izin Pelaksanakan Penelitian (Dari Kampus)
III
Izin Penelitian (Dari Permodalan)
IV
V
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian (Dari Kantor Desa)
VI
PEDOMAN WAWANCARA
VII
Surat Keterangan Wawancara
VIII
Dokumentasi Wawancara
IX
BIOGRAFI PENULIS
Devy Dwy Batra lahir pada tanggal 23 Juni 2001 di Cikuale Kecamatan Suppa
Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Anak kedua dari dua bersaudara ini merupakan
anak dari pasangan Batra dan Almarhumah Nasrah. Kini penulis beralamat di Cikuale
(Jln. Andi Wenda Petta Guli) Desa Maritengae, Kecamatan Suppa Kabupaten
Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan. Penulis mulai masuk pendidikan formal pada
Sekolah Dasar Negeri (SDN) 109 Temappa pada tahun 2007-2012, Sekolah
Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Suppa pada tahun 2013-2015, Sekolah
Menengah Atas Negeri (SMAN) 4 Pinrang pada tahun 2016-2018, pada tahun 2019
penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi Islam yakni Insitut Agama Islam
Negeri (IAIN) Parepare, dengan mengambil Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam,
Prodi Hukum Keluarga Islam (Ahwal Syakhsiyah). Penulis melaksanakan Kuliah
Pengabdian Masyarakat (KPM) di Desa Salipolo, Kecamatan Cempa Kabupaten
Pinrang pada tahun 2022, dan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) Parepare pada tahun 2022, sehingga tugas akhirnya
menyusun skripsi dengan judul “Analisis Hukum Keluarga Islam Terhadap Penolakan
Khitbah Pada Masyarakat Desa Maritengae”.