Anda di halaman 1dari 14

Soekarno Sang Pejuang Kemerdekaan yang Tak Akan

Terlupakan

Vania Oktaviani Dewi


2110611114
Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, UPN “Veteran” Jakarta
21106111148@mahasiswa.upnvj.ac.id

Aisyah Nurhaliza
2110611258
Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, UPN “Veteran” Jakarta
2110611258@mahasiswa.upnvj.ac.id

Dwi Desi Yayi Tarina S.H., M.H.


(Correspondence Author)
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
dwidesiyayitarina@upnvj.ac.id

ABSTRAK
Jurnal ini mengulas tentang perjalanan sejarah Ir. Soekarno dalam memperjuangkan Kemerdekaan dan
Demokrasi yang diimpikan Ir.Soekarno. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana sosok
Ir. Soekarno yang dapat dijadikan contoh pahlawan panutan dari semangat perjuanganya. Jenis
penelitian ini adalah penelitian metode sejarah. Adapun instrumen penelitiannya adalah pengumpulan
dan penafsiran sebuah, atau peristiwa dan gagasan yang timbul di masa lalu. Sumber data penelitian ini
adalah dari berbagai literatur yang memiliki rekam sejarah Ir. Soekarno. Proses pelaksanaanya dengan
menerapkan metode sejarah ini adalah dapat ditemukannya suatu generalisasi yang berguna dalam
usaha memahami situasi saat ini, sehingga dapat dijadikan sebagai peramalan untuk perkembangan
yang akan datang. Dampak dari penelitian adalah meningkatkan semangat, motivasi, dan inspiratif.
Selain itu pembaca menjadi tertarik untuk menerapkan nilai nilai karakter pantang menyerah, berani
mencoba, dan semangat dalam kehidupan sehari hari.
Kata Kunci : Soekarno, Demokrasi, Pancasila, Kemerdekaan

ABSTRACT
This journal reviews the historical journey of Ir. Soekarno in fighting for Independence and Democracy
which was dreamed of by Ir. Soekarno. This study aims to explain how the figure of Ir. Soekarno who
can be used as an example of a role model hero from his fighting spirit. This type of research is
historical research method. The research instrument is the collection and interpretation of an event or
idea that arose in the past. The data sources of this research are from various literatures which have a
historical record of Ir. Sukarno. The implementation process by applying this historical method is to
find a useful generalization in an effort to understand the current situation, so that it can be used as a
forecast for future developments. The impact of research is to increase enthusiasm, motivation, and
inspiration. In addition, readers become interested in applying the character values of never giving up,
daring to try, and being enthusiastic in everyday life.
Keywords: Sukarno, Democracy, Pancasila, Independence

PENDAHULUAN
Kepemimpinan adalah komoditas yang sangat dicari dan sangat dihargai. Banyak orang
percaya bahwa kepemimpinan adalah cara untuk meningkatkan kehidupan pribadi, sosial, dan
profesional mereka. Sebuah perusahaan atau lembaga akan mencari seseorang dengan
kemampuan kepemimpinan yang baik karena mereka percaya bahwa kehadirannya membawa
aset khusus ke organisasi mereka dan pada akhirnya meningkatkan bottom line.
Kepemimpinan dipandang sangat penting karena dua hal: pertama, adanya kenyataan
bahwa pergantian pemimpin seringkali mengubah kinerja suatu unit, instansi atau organisasi;
kedua, hasil penelitian yang menunjukkan bahwa salah satu faktor internal yang mempengaruhi
keberhasilan organisasi adalah kepemimpinan, mencakup proses kepemimpinan pada setiap
jenjang organisasi, kompetensi dan tindakan pemimpin yang bersangkutan (Yukl, 1989).
Kenyataan dan/atau gagasan, serta hasil penelitian tersebut tak dapat dibantah kebenarannya.
Semua pihak maklum adanya, sehingga muncul jargon “ganti pimpinan, ganti kebijakan”,
bahkan sampai hal-hal teknis seperti ganti tata ruang kantor, ganti kursi, atau ganti warna
dinding. Demikianlah, kepemimpinan itu merupakan fenomena yang kompleks sehingga selalu
menarik untuk dikaji. Tokoh kepemimpinan yang kita ketahui bersama atas perjuangannya
untuk kemerdekaan Indonesia yaitu Ir. Soekarno.
Soekarno adalah Presiden pertama di Indonesia yang sudah diketahui adanya.
Kehidupan Sukarno sudah banyak dibicarakan dimana-mana, mulai dari pemikiran-
pemikirannya, Ideologinya, sistem pemerintahan, organisasi organisasi apa saja yang pernah
Sukarno ikuti serta bagaimana Sukarno memperjuangkan kemerdekaan Bangsa Indonesia, dan
pada akhirnya sosok Soekarno banyak dijadikan idola. Hasil dari pemikirannya tersebut
tentunya tidak luput dari pergaulan dan pendidikan apa yang telah diterima Soekarno pada
masa hidupnya sehingga Soekarno dapat menjadi seorang pemimpin yang pada zamannya
disegani oleh Bangsa-bangsa barat. Kemampuan berpikir Soekarno yang sering dijuluki otak
gajah, karena dianggap sangat pintar dan sangat persis bila diungkapkan kembali, sesuai
dengan buku-buku yang pernah Soekarno baca. Hal itu dikarenakan Soekarno adalah anak yang
cerdas dan ambisius di usia mudanya.
Tulisan ini mengkaji tentang Ir. Soekarno, beliau merupakan presiden pertama
Indonesia yang dapat kita ketahui bersama telah berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan
Indonesia. Tulisan ini berisikan tentang perjuangan beliau untuk mendapatkan kemerdekaan
indonesia serta mewujudkan pemikiran demokrasinya. Semangat serta sikap kepemimpinan
soekarno yang sudah ada sejak ia beranjak dewasa dapat menjadikan beliau sebagai seorang
tokoh kepemimpinan yang dapat menjadikan beliau sebagai tokoh panutan.

Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan singkat tentang latar belakanng jurnal diatas, kami menyimpulkan
beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam jurnal ini.
1. Bagaimana Kondisi Pemerintahan di era Soekarno ?
2. Bagaimana Gaya Kepemimpinan yang diterapkan pada era Soekarno ?
3. Apa saja kontribusi Soekarno sebagai presiden pertama Indonesia ?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, peneliti menyimpulkan bahwa ada beberapa tujuan
yang akan dicapai dalam penelitian ini.
1. Memahami kondisi pemerintahan Indonesia pada era Soekarno
2. Memahami gaya kepemimpinan pada masa Soekarno
3. Mengetahui kontribusi yang diberikan oleh Soekarno sebagai presiden Indonesia

METODE
Metode yang digunakan adalah metode sejarah / historical method

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Jakarta pada Februari 2022

Metode dan Prosedur Pengumpulan data


Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode sejarah (historical
method). Metode sejarah adalah sebuah proses yang meliputi pengumpulan dan penafsiran
sebuah, atau peristiwa dan gagasan yang timbul di masa lalu, sehingga dari metode sejarah
pada akhirnya akan ditemukan suatu generalisasi yang berguna dalam usaha memahami
situasi saat ini, sehingga dapat dijadikan sebagai peramalan untuk perkembangan yang akan
datang(Surakhmad, 1990).

Objek Penelitian
Penulis menjadikan sejarah Ir. Soekarno sebagai objek penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan dengan membaca berbagai literatur-
literatur yang kami temukan di internet, dapat kami simpulkan bahwa Soekarno adalah pejuang
kemerdekaan indonesia yang memiliki berbagai macam jasa untuk kemerdekaan dan
pemerintahan negara Indonesia. semangat perjuangannya serta tokoh-tokoh perjuangan lain
dapat membawa kita semua kepada kemerdekaan. Kobaran semangat perjuangan ia sebarkan
kepada rakyat Indonesia, sehingga rakyat Indonesia pun termotivasi untuk melakukan
pergerakan demi terbebas dari kecaman penjajah. Berbagai pengasingan dan penculikan ia
rasakan selama masa perjuangannya, namun hal tersebut tidak mengurangi semangatnya untuk
mereka. Justru hal tersebut semakin meningkatkan motivasinya untuk terus maju. Temuan
penelitian yang kami temukan juga menunjukan bahwa kepemimpinan Soekarno mempunyai
kriteria yang akan kami gambarkan dalam bentuk tabel.

No Nama Presiden Karakteristik Gaya kepemimpinan


Kepemimpinan
1. Dr. Ir. H. Soekarno 1. Berani Gaya Kepemimpinan
2. Tegas berorientasi pada
3. Cerdas 1. Moral
4. Kharismatik 2. Etika Ideologi mendasari
5.Seorang orator ulung. negara dan partai
6. Sangat Tegas 3. Konsisten
4. Fanatik
Tokoh nasionalis dan anti-
kolonialisme yang pertama,
baik di dalam negeri maupun
luar negeri.

Berdasarkan Tabel diatas, dapat kita ketahui bersama bahwa Ir. Soekarno merupakan
tokoh yang pantas untuk dijadikan panutan bagi kita semua. Mengapa seperti itu? Karena
soekarno memiliki karakteristik kepemimpinan yang dapat memberikan pengaruh baik serta di
contoh oleh masyarakat luas. Karakter Soekarno inilah yang memberikan ia sebuah ciri khas
tersindiri karena sifatnya yang tegas dan memiliki semangat perjuangan yang dalam.

PEMBAHASAN
Gaya Kepemimpinan Soekarno
Di Indonesia, tokoh Soekarno merupakah salah satu contoh pemimpin karismatik
yang sulit ditemui lagi di masa sekarang. Beliau adalah seorang panutan bagaimana
seorang pemimpin mampu merubah orang dan melakukan banyak hal. Beliau piawai dalam
merubah persepsi orang, membuat orang lain tunduk pada perintahnya, menjalankan apa yang
diinginkannya. Kemampuan Soekarno menggerakkan, mempengaruhi, dan berdiplomasi telah
menyatukan berbagai suku, agama, golongan menjadi satu kesatuan yang bernama Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Berbagai statement serta gagasannya mampu membakar semangat serta


mempersatukan segenap Bangsa Indonesia untuk mengusir penjajah dari tanah air hingga
berhasil meraih kemerdekaan. Gagasan- gagasan Soekarno bukan hanya menjadi
pembakar semangat masyarakat Indonesia dalam perjuangannya mengusir penjajah tetapi
juga memberi inspirasi bagi para pemimpin bangsa di berbagai belahan dunia. Melalui
gagasannya itu Soekarno ingin menjadikan bangsa Indonesia hidup mandiri, tidak berhutang,
apalagi sampai mengemis kepada Negara atau lembaga asing.

Pemimpin karismatik adalah pemimpin yang mewujudkan atmosfer motivasi atas


dasar komitmen dan identitas emosional pada visi, filosofi, dan gaya mereka dalam diri
bawahannya (Ivancevich, dkk, 2007:209). Pemimpin karismatik mampu memainkan
peran penting dalam menciptakan perubahan. Individu yang menyandang kualitas-kualitas
pahlawan memiliki karisma. Sebagian yang lain memandang pemimpin karismatik adalah
pahlawan.
Bukti dari kepemimpinan karisma diberikan oleh hubungan pemimpin pengikut.
Seperti dalam teori awal oleh House (1977), seorang pemimpin yang memiliki karisma
memiliki pengaruh yang dalam dan tidak biasa pada pengikut. Pemimpin karismatik
dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu karismatik visioner dan karismatik di masa krisis
(Ivancevich, 2007:211). Pemimpin karismatik visioner mengekspresikan visi bersama
mengenai masa depan. Melalui kemampuan komunikasi, pemimpin karismatik visioner
mengaitkan kebutuhan dan target dari pengikutnya dengan target atau tugas dari organisasi.
Mengaitkan para pengikut dengan target dari pengikut dengan visi, misi, dan tujuan organisasi
akan lebih mudah jika mereka merasa tidak puas atau tidak tertantang dengan keadaan pada
saat ini.

Pemimpin karismatik visioner memiliki kemampuan untuk melihat sebuah gambar


besar dan peluang yang ada pada gambar besar tersebut (Barbara Mackoff dan Wnet, 2001).
Sementara tipe pemimpin karismatik di masa krisis akan menunjukkan pengaruhnya ketika
system harus menghadapi situasi dimana pengetahuan, informasi, dan prosedur yang ada tidak
mencukupi (Ian I. Mitroff, 2004).

Pemimpin jenis ini mengkomunikasikan dengan jelas tindakan apa yang harus
dilakukan dan apa konsekuensi yang dihadapi. . Selama ini nyaris tidak ada catatan sejarah
tentang keberhasilan kebijakan ekonomi masa orde lama. ketika indikator-indikator
ekonomi makro saat itu menunjukkan rapuhnya pondasi perekonomian Indonesia
(pertumbuhan ekonomi yang minus, inflasi sangat tinggi diatas 500 %,dan defisit neraca
perdagangan), maka strategi dan kebijakan ekonomi orde lama selalu mengundang pertanyaan
pemikiran ekonomi.

Soekarno secara dominan mempengaruhi arah, strategi dan kebijakan ekonomi orde
lama. Namun demikian, keterpurukan ekonomi yang terjadi masa itu, dan diyakini oleh
sebagian ahli sejarah sebagai akibat dari arah,strategi yang salah, menjadikan pemikiran
ekonomi Soekarno luput dari catatan sejarah para pemikir ekonomi negri ini.

Kepemimpinan Soekarno
Pada 05 juli 1959, Soekarno mengeluarkan pidato yang mungkin menjadi salah satu
pidatonya yang paling terkenal sekaligus kontroversial sepanjang sejarah. Dekrit presiden
menjadi sebuah titik balik perjalanan politik Soekarno. Demokrasi terpimpin yang ia
gaungkan memungkinkan dirinya menjadi penguasa tunggal dengan kekuasaan yang hampir
tidak terbatas.
Soekarno merupakan seorang tokoh yang sangat inspirasional, dalam masa
kepemimpinannya Indonesia memperoleh banyak kemajuan, baik secara ekonomi yang
sebagian dijelaskan diatas, ada juga dalam hal politik dan lain lain. Kepemimpinan Soekarno
menghasilkan beberapa prestasi yang dapat dibanggakan diantaranya
1. Mengobarkan Semangat Revolusi
Prestasi terbaik Soekarno adalah dengan mengobarkan semangat revolusi dan
membawa Indonesia kepada kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Dengan keinginannya yang
kuat juga semangatnya, Soekarno berhasil memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dan
juga pengakuan atas eksistensi Indonesia di mata dunia. Dalam proklamasinya pun
memberikan semangat kepada pemuda-pemudi Indonesia untuk mempertahankan
kemerdekaan.
2. Merebut Papua Barat
Pada kemerdekaannya, Indonesia mengklaim seluruh wilayah Hindia belanda
termasuk Papua bagian barat, namun Belanda masih menganggap wilayah tersebut menjadi
salah satu provinsi Kerajaan Belanda. Belanda kemudian mempersiapkan untuk menjadi
suatu negara yang merdeka. Indonesia tentu saja menentang hal tersebut dan Papua menjadi
daerah yang diperebutkan antara Indonesia dan Belanda. Pada Konferensi Meja Bundar tahun
1949, Belanda dan Indonesia tidak mencapai keputusan. Kemudian pada 19 Desember 1961,
Soekarno mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta. Komando ini
bertugas untuk merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk
menggabungkan Papua Barat dengan Indonesia. Yang membuahkan hasil Papua Barat
berhasil bergabung dengan Indonesia pada 1 Mei 1963.
3. Gerakan Non Blok
Konferensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1955 berujung pada pembentukan gerakan
non-blok (GNB) yang dipimpin oleh Soekarno pula diikuti oleh pemimpin Negara lain,
diantaranya Josip Broz Tito (Presiden Yugoslavia), kemudian Gamal Abdul Nasser selaku
Presiden Mesir, Pandit Jawaharlal Nehru (PM India), dan terakhir Kwame Nkrumah
(Presiden Ghana).
Riwayat Singkat Soekarno
Soekarno adalah proklamator kemerdekaan dan presiden pertama Republik Indonesia.
Jabatan presiden dipegangnya sejak tahun 1945 sampai dengan 1967. Kemahirannya berpidato
dan menggelorakan semangat sudah diakui oleh hampir semua tokoh di seluruh penjuru dunia.
Keahlian nya tersebut juga didukung oleh kemampuannya dalam menguasai enam bahasa
asing. Selain itu Soekarno menyandang dua puluh enam gelar doktor kehormatan dari beberapa
universitas di berbagai belahan dunia.
Soekarno lahir pada 6 Juni 1901 di Surabaya. Ayahnya bernama Raden Soekemi
Sosrodihardjo, dan ibunya bernama Ida Nyoman Rai. Sebenarnya nama asli dari Soekarno
adalah Kusno. Nama itu dianggap membawa sial. Mengapa? Karena masa kecil Soekarno
sering diwarnai oleh sakit. Karena alasan itulah pada usia lima tahun namanya diganti dengan
Soekarno. Nama Soekarno diilhami dari nama tokoh pewayangan, yakni Karna. Teladan
Karena inilah yang menginspirasi Soekarno untuk menegakkan keadilan dan kebenaran.
Soekarno pada awalnya menuntut ilmu di Inlandse School, di Tulungagung. Di sekolah
ini Soekarno hanya mencapai kelas lima, dan atas keinginan ayahnya ia melanjutkan di ELS
(Europeesche Lagere School) di Mojokerto. Setamat ELS, Soekarno diterima di HBS (Hogere
Burger School) di Surabaya atas bantuan HOS Tjokroaminoto (Ketua Sarekat Islam dan tokoh
pergerakan nasional Indonesia). Soekarno menumpang (mondok) di rumah Tjokroaminoto
bersama Ernest Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, Agus Salim, Muso, Alimin, dan lain-
lain. Setelah menamatkan sekolahnya di HBS, Soekarno melanjutkan studinya di THS
(Technische Hoogeschool) Bandung. Di sini ia juga sempat mendirikan Studie Club Bandung.
Pada masa tersebut Soekarno terlibat aktif dalam kelompok studi dan pergerakan nasional.
Pada masa inilah ia mendapat julukan “singa podium” karena kemahirannya berpidato.
Pada 4 Juli 1927 Soekarno membentuk PNI (Partai Nasional Indonesia). Dalam
perjuangannya, organisasi ini mengambil sikap nonkooperasi. Kepiawaian Soekarno dalam
berorganisasi membuat PNI berkembang pesat dan menarik hati banyak simpatisan. Kemajuan
ini membuat Belanda geram. Pada Desember 1929, pemerintah Belanda menangkap Soekarno
dan sejumlah tokoh PNI. Mereka kemudian diadili pada 18 Agustus 1930 di Bandung, hingga
akhirnya Soekarno dijatuhi empat tahun hukuman kurungan dan mendekam di penjara
Sukamiskin. Sebelum vonis dijatuhkan, Soekarno sempat membela dirinya dengan pidato yang
cukup hebat dan terkenal. Pledoi ini kemudian dibukukan dengan judul “Indonesia
Menggugat”.
Ketika masa tahanannya usai, PNI ternyata telah membubarkan diri untuk sementara
dan anggotanya mulai terpecah-belah. Konflik di tubuh PNI membuat Soekarno lebih memilih
untuk berkonsentrasi mengembangkan Partindo. Di tengah kesibukannya, Soekarno masih
sempat menulis buku yang berjudul “Mencapai Indonesia Merdeka” (1933). Buku ini pun
akhirnya dilarang oleh pemerintah Belanda, dan Soekarno pun dibuang ke Ende (Flores) tanpa
melalui proses persidangan.
Kumpulan tulisannya sudah diterbitkan dengan judul “Di Bawah Bendera Revolusi”
dalam dua jilid. Jilid pertama boleh dikatakan paling menarik dan paling penting karena
mewakili diri Soekarno sebagai Soekarno. Dari buku setebal kira-kira 630 halaman tersebut,
tulisan pertama yang bermula dari tahun 1926 dengan judul “Nasionalisme, Islamisme, dan
Marxisme” merupakan titik tolak dalam upaya memahami Soekarno dalam gelora masa
mudanya, seorang pemuda berumur 26 tahun.
Ketika Jepang mendarat di Palembang, Soekarno dibawa ke Jakarta. Pendudukan
Jepang membuat Soekarno mendapat tempat. Jepang “memanfaatkan” Soekarno untuk
mempropagandakan kepentingan Jepang dan menyebarkan paham bahwa mereka adalah
saudara tua dari bangsa Indonesia. Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dibentuk sebagai boneka
Jepang dengan Soekarno, Hatta, dan Ki Hajar Dewantara sebagai anggotanya. Jepang bahkan
meminta Putera untuk mengerahkan romusha untuk dipekerjakan di wilayah kekuasaan
Jepang.Dalam perkembangannya, Jepang hendak menarik hati rakyat dengan menjanjikan
kemerdekaan. Jepang kemudian membentuk BPUPKI yang kemudian berganti menjadi PPKI
untuk merumuskan bangunan Indonesia merdeka. Sehingga pada tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945
diadakan sidang BPUPKI yang pertama mengenai dasar Negara Indonesia.
Pada 1 Juni 1945 Soekarno mengemukakan lima prinsip sebagai dasar bagi Indonesia
nantinya. Pidato ini dikenal sebagai hari lahir Pancasila. Dalam pidatonya terdapat konteks
pidato tokoh tokoh lain yang tentunya memiliki filosofis dan Ideologis yang berbeda. salah
satunya pada tanggal 31 Mei 1945 Soepomo menguraikan tiga teori tentang berdirinya suatu
negara dimana pada saat sidang pertama tersebut teori itu berisi kan teori Individualis, teori
golongan atau kelas, dan teori integralistik. Menurutnya, Indonesia harus menjadi Negara
Integralistik karena terdapat persatuan antara pemimpin dan rakyatnya. Dalam Negara
Integralistik tersebut karena masyarakat Indonesia memiliki adat yang kuat dan memiliki aliran
pemikiran ketimuran yang membuat Soepomo yakin bahwa Negara Integralistik khas
Indonesia makna filosofis yang jelas.
Menurut Soepomo, ideologi federalisme, individualisme-liberalisme, dan monarki
merupakan ideologi yang harus ditolak bagi pembangunan Indonesia Merdeka, kemudian pada
pidato berikutnya, M. Yamin juga menolak Indonesia memakai paham federalisme,
feodalisme, monarki, liberalisme, autokrasi, birokrasi, dan demokrasi khas barat. hal tersebut
dapat disimpulkan dalam konteks Kemerdekaan Indonesia terdapat perang ideologi. karena
terjadinya perang ideologi tersebut Soekarno menyampaikan pidatonya mengenai pancasila.
Gagasan mengenai pancasila yang ditawarkan Soekarno adalah sebagai dasar atau jiwa
dari Indonesia merdeka. Namun sebelum menguraikan kan gagasan mengenai dasar negara,
Soekarno ingin meyakinkan para peserta sidang bahwa mereka tidak perlu memusingkan
perkara yang kecil dibandingkan kemauan untuk merdeka. Dari hal tersebut kita dapat melihat
logika berpikir Soekarno yang lebih dulu menggelorakan semangat untuk merdeka. Soekarno
menganalogikan kemauan untuk merdeka sama dengan kemauan untuk menikah. Karena
menurutnya, kemauan untuk merdeka tidak haruslah mapan layaknya kemauan untuk menikah.
Dengan kata lain Soekarno ingin mengatakan bahwa niat dan keinginan untuk merdeka
haruslah bulat, akan tetapi dasar yang akan dipakai bagi Indonesia merdeka haruslah sesuatu
yang sudah mendarah daging dan ada dalam semua sanubari rakyat Indonesia. Dalam kerangka
inilah Soekarno menyebut bahwa dasar negara Indonesia yang ia pikirkan sudah ada alam
renungannya sejak 1918.
Soekarno menguraikan dasar-dasar apa saja yang harus dimiliki dalam pembangunan
Indonesia merdeka yaitu kebangsaan Indonesia, internasionalisme (kemanusiaan), mufakat/
permusyawaratan, kesejahteraan (keadilan sosial), dan akhirnya Ketuhanan. Kelima prinsip
itulah yang dia namakan Pancasila.
Kesempatan ini tidak disia siakan Soekarno untuk mempertajam visinya demi
kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah kalah kepada pihak
sekutu, dengan kekalahan Jepang ini Indonesia mengalami kekosongan kekuasaan dan hal
tersebut yang mendorong golongan muda untuk menuntut Soekarno untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, namun Soekarno dan Hatta dengan tegas menolak
permintaan itu, walaupun hal itu sempat menimbulkan ketegangan ketika Wikana (wakil
kelompok pemuda yang bertugas menyampaikan hasil rapat kepada Soekarno) menyatakan
akan terjadi pertumpahan darah jika keinginan mereka tidak dilaksanakan (Poesponegoro dan
Notosusanto, 1992:80).
Mendengar ancaman itu Soekarno bukannya takut justru balik menggertak dengan
mempersilahkan para pemuda untuk membunuhnya saat itu juga. Soekarno juga mengatakan
bahwa dia tidak mau memproklamasikan kemerdekaan pada saat itu karena masih terikat
dengan kedudukannya sebagai Ketua PPKI, dan kemerdekaan perlu adanya pertimbangan dari
hitungan politiknya serta tidak bisa langsung di proklamasikan. Sehingga terdapat perbedaan
pendapat dari Soekarno dan golongan tua lainnya dengan golongan pemuda. Gagalnya
permintaan golongan pemuda agar Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan yang
terlepas dari Jepang, segera mendorong mereka untuk mengadakan rapat lagi. Dalam rapat
tersebut diputuskan bahwa Soekarno dan Hatta harus disingkirkan ke luar kota dengan tujuan
menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang.
Dalam peristiwa Rengasdengklok inilah golongan pemuda kembali menuntut Soekarno
dan Moh.Hatta untuk segera melakukan proklamasi kemerdekaan, setelah hasil diskusi di
Rengasdengklok Soekarno memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan berkumpul di rumah
Laksamana Muda Tadashi Maeda untuk memastikan kebenaran Jepang menyerah kepada
sekutu dan mendiskusikan teks prokalamasi kemerdekaan.
Setelah melalui perjuangan yang panjang akhirnya Indonesia mencapai kemerdekaan.
Titik kemerdekaan ini dinyatakan oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia pada 17
Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Perjalanan selanjutnya adalah perjuangan
mengisi kemerdekaan yang ternyata sungguh tidak mudah. Aneka rongrongan baik dari dalam
maupun luar silih berganti menerpa kepemimpinan Soekarno.
Awal Mula Pemikiran Soekarno Tentang Demokrasi
Berawal pada tahun 1933, Soekarno menulis sebuah tulisan yang berjudul “Mentjapai
Indonesia Merdeka”. Pada tulisan tersebut, Soekarno banyak menjelaskan tentang berbagai
penyebab Indonesia tidak merdeka. Hal tersebut disebabkan karena imperialisme yang masih
membelenggu di negeri Indonesia. Soekarno adalah seorang penganut demokrasi yang tulen,
akan tetapi demokrasi yang dianut Soekarno bukanlah demokrasi liberal. Soekarno mengakui
hal ini dengan mengatakan “Saya adalah seorang demokrat. Saya benar-benar seorang
demokrat. Tetapi demokrasi saya bukanlah demokrasi liberal” (Soyomukti, 2010: 128).
Demokrasi yang dianut Soekarno adalah demokrasi yang digali dari nilai-nilai tradisional yang
telah lama hidup dalam bangsa Indonesia, sebuah demokrasi yang mementingkan aspek
persatuan dan kesatuan.
Alasan Soekarno tidak mengikuti demokrasi barat karena demokrasi tersebut tidak
cocok digunakan di Indonesia. Keyakinannya akan demokrasi tidak pernah berubah sejak ia
terjun ke dunia politik hingga ia tidak lagi berkecimpung di dunia perpolitikan. Yang
diinginkan Soekarno adalah sebuah partai tunggal yang dapat dijadikan sebagai pelopor massa,
sedangkan asas yang dianut partai pelopor tersebut adalah sosio-Nasionalisme dan sosio-
demokrasi. Penjelasan tentang sosio-Nasionalisme dan sosio-demokrasi dapat dilihat
pembahasan tentang Marhaenisme. Paham Marhaenisme sering dikaitkan dengan pemahaman
Soekarno tentang Marxisme. ·
Kata demokrasi sering kali menjadi perbincangan para elit politik di semua negara.
Demokrasi yang dikenal dengan pemerintahan rakyat, cara pemerintahan yaitu dengan
memberi hak kepada semua rakyat untuk ikut memerintah. Pemerintahan demokrasi sudah
menjadi cita-cita semua partai-partai Nasionalis di Indonesia pada masa pergerakan. Bagi kaum
Marhaen harus berhati-hati dalam mencita-citakan paham tersebut, jangan hanya meniru
paham-paham demokrasi yang ada di Eropa tanpa mencocokkan dengan kondisi di Indonesia.
Kaum marhaen adalah golongan rakyat kecil seperti petani dan buruh (proletar) yang hidupnya
selalu dalam cengkeraman orang-orang kaya dan penguasa/Borjuis/Kapitalis. Sebelum
Indonesia merdeka, sistem pemerintahan demokrasi sudah digunakan di negara Perancis.
Sebelum terjadinya pemberontakan di Perancis, diterapkanlah pemerintahan Eropa yang
otokrasi. Pemerintahan ini identik dengan raja sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan,
dimana rakyat tidak mempunyai hak suaranya, rakyat hanya ikut dan tunduk kepada raja saja
(Soekarno, 1963: 171).
Soekarno tidak mengharapkan demokrasi yang hanya fokus pada bidang politik saja,
menurut beliau jika hanya terdapat demokrasi politik saja, hal tersebut tidak cukup untuk
menyelamatkan kaum Marhaen. Pemikiran dan Perjuangan Soekarno tentang Demokrasi
Tahun 1933-1967 hanya berpihak kepada kaum borjuis ataupun kaum pemilik modal. Negara-
negara yang menjalankan demokrasi politik seperti Inggris, Prancis, Amerika, maka disanalah
kapitalisme merajalela dan kaum Marhaen sengsara. Sebagai tujuan untuk menyelamatkan
kaum Marhaen, maka Demokrasi Politik haruslah disertakan dengan Demokrasi Ekonomi.
Perjalanan Demokrasi Soekarno
Demokrasi Terpimpin sudah menjadi cita cita Soekarno sejak sebelum kemerdekaan,
karena Soekarno berkeinginan kaum Marhaen mendapatkan kesejahteraan, adapun nilai nilai
yang ingin ditegakkan adalah adanya rasa ingin merdeka,persatuan,perikemanusiaan dan
keadilan serta nilai nilai ke Tuhan an. Tetapi, Soekarno menegaskan langkah pertama untuk
mencapai kesejahteraan kaum Mahren adalah dengan menciptakan ekonomi yang bersifat
nasional dan demokratis.
Terdapat beberapa faktor yang membuat Soekarno lebih memilih pada konsep
Demokrasi Terpimpin karena keadaan bangsa Indonesia pada saat itu masih memprihatinkan,
dilihat dari segi pendidikan yang masih rendah, bahkan masih banyak masyarakat yang masih
buta huruf. Selain itu masyarakat indonesia masih dalam garis kemiskinan serta kurangnya
pemahaman terhadap sistem Demokrasi. Sehingga masyarakat sangat membutuhkan adanya
pengarahan dan bimbingan hingga menuju ke suatu bentuk Demokratisasi, tanpa suatu
bimbingan tidak menutup kemungkinan dalam pelaksanaannya akan banyak menimbulkan
kekacauan dan anarki, hal ini akan mengakibatkan persatuan Indonesia yang baru terbentuk
setelah kemerdekaan akan porak poranda (Wuryadi.dkk, 2004: 68)
Dalam pelaksanaannya, semua gagasan dihasilkan dan diolah oleh Soekarno sebagai
sebuah sistem pemerintahan yang dapat dipastikan melahirkan kebijakan politik, namun dalam
pelaksanaanya pembangunan nasional tidak kunjung memperoleh hasil nyata dan dan
kurangnya kesejahteraan rakyat. Berdasarkan pengamatan Soekarno Demokrasi liberal tidak
mengarah pada tujuan revolusi yang sebelum awal kemerdekaan sudah dicita-citakan, yaitu
masyarakat adil dan makmur karena semua pihak saling memperebutkan.
Keadaan seperti ini juga berakibat pada pembangunan ekonomi yang sulit untuk
berkembang. Sehingga Soekarno mengeluarkan dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 yang
bertujuan sebagai usaha jalan kembalinya kepada Undang Undang Dasar 1945. Pada tanggal
17 Agustus 1959 Soekarno berpidato dan sekarang lebih dikenal dengan Penemuan Kembali
Revolusi Kita, dengan isi manifesto politik yang selanjutnya ditetapkan sebagai Garis Besar
Haluan Negara (GBHN).
Pada masa Demokrasi Terpimpin, juga terdapat kebijakan politik luar negeri yang
melahirkan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT), dengan hasil Negara yang hadir dianggap
sebagai anti imperialisme dan kolonialisme digolongkan sebagai The New Emerging Force
(Nefo), sedangkan Negara yang baru merdeka tetapi dalam tekanan agar tetap dalam keadaan
tergantung dalam urusan ekonominya, dan bisa dipengaruhi oleh negara yang telah lama
merdeka digolongkan sebagai Old Established Forces (Oldefo).

Akhir Riwayat Hidup Soekarno


Pada 17 Mei 1956. Bung Karno mendapat kehormatan menyampaikan pidato di depan
Kongres Amerika Serikat. Dalam pidato itu dengan gigih ia menyerang kolonialisme:
Perjuangan dan pengorbanan yang telah kami lakukan demi pembebasan rakyat kami dari
belenggu kolonialisme, telah berlangsung dari generasi ke generasi selama berabad-abad.
Tetapi, perjuangan itu masih belum selesai. Bagaimana perjuangan itu bisa dikatakan selesai
jika jutaan manusia di Asia maupun Afrika masih berada di bawah dominasi kolonial, masih
belum bisa menikmati kemerdekaan?
Hebatnya, meskipun pidato itu dengan keras menentang kolonialisme dan
imperialisme, serta cukup kritis terhadap negara-negara Barat, ia mendapat sambutan luar biasa
di Amerika Serikat. Pidato itu menunjukkan konsistensi pemikiran dan sikap-sikap Bung
Karno yang sejak masa mudanya antikolonialisme.
Pemerintahan Soekarno diakhiri oleh detik-detik tragis Supersemar (Surat Perintah
Sebelas Maret). Semua ini diawali oleh keragu-raguannya mengenai Partai Komunis Indonesia
(PKI). Oleh sebagian pihak, PKI dianggap sebagai biang munculnya gerakan 30 September,
akan tetapi Soekarno terkesan melindungi PKI. Setelah melalui berbagai pertimbangan
akhirnya pada 11 Maret 1966 ia memberikan mandat kepada Mayor Jenderal Soeharto untuk
mengambil alih situasi. Ujung dari peristiwa itu adalah: MPRS tidak menerima Nawaksara
(pidato pertanggungjawaban presiden), dan mencabut kekuasaan Soekarno sebagai presiden
seumur hidup.
Pasca peristiwa itu, kondisi kesehatan Soekarno kian memburuk. Pada 16 Juni 1970 ia
mengalami masa kritis dan akhirnya meninggal pada 21 Juli 1970. Keesokan harinya jenazah
Soekarno dimakamkan di sebelah makam ibunya dengan upacara kenegaraan diPada 16 Juni
1970 ia mengalami masa kritis dan akhirnya meninggal pada 21 Juli 1970.
Itulah Bung Karno yang berhasil menggelorakan semangat revolusi dan mengajak
berdiri di atas kaki sendiri bagi bangsanya. Walaupun belum sempat berhasil membawa
rakyatnya dalam kehidupan yang sejahtera, perjuangannya memberikan kebanggaan pada
eksistensi bangsa.

PENUTUP
Kesimpulan
Soekarno merupakan seorang tokoh yang sangat inspirasional beliau merupakan
seorang panutan bagaimana seorang pemimpin mampu merubah orang dan melakukan banyak
hal, dalam masa kepemimpinannya Indonesia memperoleh banyak kemajuan, baik secara
ekonomi yang sebagian dijelaskan diatas, ada juga dalam hal politik dan lain lain. Kemampuan
Soekarno menggerakkan, mempengaruhi, dan berdiplomasi telah menyatukan berbagai suku,
agama, golongan menjadi satu kesatuan yang bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kepemimpinan Soekarno menghasilkan beberapa prestasi, beberapa prestasi Soekarno yaitu
Mengobarkan Semangat Revolusi, Merebut Papua Barat, gerakan non-blok (GNB), dan lain-
lain. Prestasi terbaik Soekarno adalah dengan mengobarkan semangat revolusi dan membawa
Indonesia kepada kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 selain itu Soekarno juga merupakan
tokoh nasionalis dan anti kolonialisme yang pertama baik didalam negeri maupun luar negeri.
Dengan keinginannya yang kuat juga semangatnya, Soekarno berhasil memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia dan juga pengakuan atas eksistensi Indonesia di mata dunia. Dalam
proklamasinya pun Soekarno memberikan semangat kepada pemuda-pemudi Indonesia untuk
mempertahankan kemerdekaan. Soekarno menginginkan pelaksanaan demokrasi yang sesuai
dengan budaya asli Indonesia yaitu demokrasi yang tidak hanya mementingkan bidang politik
saja akan tetapi bidang ekonomi juga perlu diperhatikan. Bentuk dari pemikiran Soekarno
tentang demokrasi dengan jelas Soekarno tuangkan dalam tulisannya yang tergabung di dalam
buku “Di Bawah Bendera Revolusi” demokrasi politik dan demokrasi ekonomi menjadi bahan
kajiannya. Soekarno lahir pada 6 Juni 1901 di Surabaya dan Pada 16 Juni 1970 ia mengalami
masa kritis, kemudian pada tanggal 21 Juli 1970 ia wafat dan jasadnya di makamkan di Blitar,
Jawa Tengah tepat di samping makan ibunya. Walaupun beliau sudah meninggal, namun
jasanya selalu memiliki tempat tersendiri di hati para rakyat Indonesia.

Saran
Dapat kita ketahui bersama bagaimana perjuangan Soekarno bersama tokoh-tokoh
pejuang kemerdekaan lainnya untuk mendapatkan Kemerdekaan Republik Indonesia. Kita
sebagai penerus bangsa harus menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia atau
biasa disingkat dengan NKRI. Kita sebagai rakyat Indonesia harus mencintai negri kita.
Walaupun sudah banyak terkontaminasi oleh budaya barat, kita harus tetap menjaga keaslian
budaya kita. Harapan kami yaitu semakin banyaknya penulis-penulis hebat yang dapat
menulis sebuah buku tentang tokoh-tokoh pejuang indonesia dengan tujuan untuk
menginspirasi para penerus bangsa agar dapat menerapkan nilai-nilai semangat perjuangan,
pantang menyerah, berani, dan dapat meningkatkan rasa solidarisasi. Karena masih banyak
pemuda-pemudi indonesia yang masih belum melek sejarah. Padahal dengan mendalami
tentang sejarah, dapat meningkatkan rasa cinta terhadap tanah air kita, Indonesia.
DAFTAR PUSAKA
Referensi
Dewantara, A. (2018). Alangkah Hebatnya Negara Gotong Royong (indonesia Dalam
Kacamata Soekarno).
Hasanah, U., & Budianto, A. Pemikiran Soekarno Dalam Perumusan Pancasila. Jurnal
CANDI, 20(2), 31-53.
Asran Jalal, A. J. Kepemimpinan Presiden Indonesia. Makalah.
Junaidi, R. (2014). Gaya Kepemimpinan Para Tokoh Dunia. Yogyakarta: FlashBooks.
Raharjo, R. (2011). Leadership Hypnosis. Yogyakarta: Percetakan Pohon Cahaya.
Hendryadi. (2014). Pemimpin Karismatik.
Rolis, E. (2014). Pemikiran dan Perjuangan Soekarno tentang Demokrasi Tahun 1933-
1967.
Wibowo, U. B. (2011). Teori Kepemimpinan. Badan Kepegawaian Daerah Kota
Yogyakarta [skripsi].[internet].[diunduh 26 September 2017]. Tersedia pada: http://staff. uny.
ac. id/sites/default/files/tmp/C, 20201113.
Nurhamidah, S. R. PERISTIWA RENGASDENGKLOK.
Juhji, J. (2020). Kepemimpinan: Sebuah Kajian Literatur. At-Tarbiyat: Jurnal
Pendidikan Islam, 3(2), 172-186.
Setiadi, I. K. (2019). Kajian pengaruh kuasa kepemimpinan, model mental dan
efektivitas tim kerja terhadap komitmen kepada organisasi. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 2(2),
81.
Putri, C. A. N. (2016). Masa Muda Soekarno dan Transformasi Pemikiran Politiknya
dari HOS Tjokroaminoto di Surabaya pada Tahun 1916-1921. E-Journal Pendidikan Sejarah,
4.

Anda mungkin juga menyukai