Jurnal Gregorio Fasius - 185010100111001
Jurnal Gregorio Fasius - 185010100111001
JURNAL
Oleh:
GREGORIO FASIUS
NIM 185010100111001
Kata Kunci : Bank Digital, Direksi Bank, Uji Kemampuan dan Kepatutan
Abstract
The intention of this research is related to setting up a fit and proper test for
banking institutions. Regulated through “Financial Services Authority Regulation
Number 27/POJK.03/2016 concerning Fit and Proper Test for Main Parties in
Financial Services Institutions”, hereinafter referred to as POJK PKKPULJK. POJK
PKKPULJK stipulates that prospective bank directors must meet the requirements
of integrity, financial reputation, and competence. The competency requirements
in POJK PKKPULJK have not accommodated the competencies required for
prospective directors of digital banks as stipulated in “POJK 12/POJK.03/2021
concerning Commercial Banks”, namely that every digital bank director has
competence in the field of information technology. So that at this time there is still
a situation of incomplete "fit and proper test" arrangements for prospective
directors of digital banks. Based on this, this study aims to describe and analyze
the urgency of setting up a fit and proper test for candidates for directors of digital
banks and to describe and analyze the conceptualization of arrangements for fit
and proper tests for prospective directors of digital banks in Indonesia. This study
uses a normative juridical method with the method of "statutory approach,
comparative approach, and conceptual approach". The primary, secondary, and
tertiary legal materials obtained by the author will be analyzed using the methods
of grammatical interpretation, systematic interpretation, and comparative
interpretation. From the results of the research using the above method, the
authors obtain answers to the existing problems that it is necessary to establish a
fit and proper test arrangement for prospective directors of digital banks that
includes competency requirements in the field of information technology for
prospective directors of digital banks so as to provide legal certainty for OJK as an
institution that has the authority to conduct fit and proper tests for candidates for
directors of digital banks in accordance with their competence in the field of
information technology. So that the conceptualization that the author can propose
based on research and analysis of existing regulations as well as comparative
studies with setting limits on competence in the field of information technology in
Hong Kong is to add regulations related to competence in the field of information
technology for prospective directors of digital banks in article 8 of the POJK
PKKPULJK as well as the addition of information technology competency limits in
the explanation section of Article 8 of POJK PKKPULJK.
Pengantar”, “Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentrakan (PPSK)-Bank Indonesia, Jakarta”, 2004,
hlm 146.
direksi perbankan, OJK menetapkan 3 faktor penilaian yaitu faktor integritas, faktor
reputasi keuangan, dan faktor kompetensi. Di dalam Pasal 24 POJK Bank Umum
diatur mengenai berbagai syarat operasional Bank Digital. Salah satu syarat
beroperasinya Bank Digital berdasarkan POJK Bank Umum adalah dipenuhinya
syarat “memenuhi aspek tata kelola termasuk pemenuhan Direksi yang
mempunyai kompetensi di bidang teknologi informasi dan kompetensi lain sesuai
dengan ketentuan OJK mengenai penilaian kemampuan dan kepatutan bagi pihak
utama lembaga jasa keuangan” sebagaimana diatur dalam Pasal 24 ayat (1) huruf
d POJK Bank Umum. Di dalam POJK Bank Umum tersebut mengatur bahwa jajaran
direksi Bank Digital diwajibkan untuk memiliki kompetensi di bidang teknologi
informasi, berdasarkan penjelasan pasal 24 ayat (1) huruf d tersebut, kompetensi
di bidang teknologi informasi mencakup pengalaman dan/atau keahlian di bidang
teknologi informasi3. Namun POJK tidak mengatur secara lebih rinci mengenai
batasan makna dari kompetensi teknologi informasi itu sendiri termasuk di
dalamnya mengenai pengalaman seperti apa maupun keahlian seperti apa yang
masuk dalam kategori kompetensi teknologi informasi yang wajib dimiliki oleh
setiap direksi bank digital, ketiadaan pengaturan ini menyebabkan makna dari
kompetensi di bidang teknologi informasi menjadi kabur serta menimbulkan
banyak penafsiran (multitafsir). Pada kenyataannya hingga saat ini, belum ada
pengaturan lebih lanjut oleh OJK mengenai fit and proper test calon direksi bank
digital yang mengakomodasi kompetensi di bidang teknologi informasi. Ketiadaan
pengaturan tersebut akan menyebabkan tidak optimalnya pengelolaan bank digital
yang diakibatkan tidak kompetennya direksi bank digital, sehingga pengaturan
lebih lanjut mengenai fit and proper test calon direksi bank digital terkait
pemenuhan direksi yang mempunyai kompetensi di bidang teknologi informasi
merupakan sebuah kebutuhan.
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka penulis terdorong untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Urgensi Pengaturan fit and proper test
Calon Direksi Bank Digital”.
B. Rumusan Masalah
3Lihat Penjelasan Pasal 24 ayat (1) huruf d “Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
12/POJK.03/2021 tentang Bank Umum (Lembaran Negara Tahun 2021 Nomor 163, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 6700)”
1. Apa urgensi pengaturan fit and proper test bagi calon direksi bank digital ?
2. Bagaimana konseptualisasi pengaturan fit and proper test bagi calon
direksi bank digital di Indonesia ?
C. Pembahasan
1. Urgensi Pengaturan Fit and Proper Test Bagi Calon Direksi Bank Digital
A. Urgensi Filosofis Pengaturan Fit and Proper Test bagi Calon Direksi
Bank Digital
Berdasarkan Pasal 28D ayat (1) UUD NRI 1945, Negara mengakui
setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Menurut
Gustav Radbruch, kepastian hukum merupakan nilai dasar hukum,
kepastian hukum mengharapkan dan mewajibkan hukum dibuat secara
pasti dalam bentuk tertulis.4 Tanpa adanya kepastian hukum, maka
timbullah ketidakpastian (uncertainty).5Di dalam penelitian ini,
ketidakpastian hukum timbul ketika OJK menerbitkan POJK Bank Umum
yang mengatur bahwa setiap calon direksi bank digital wajib memiliki
kompetensi teknologi informasi, namun di sisi lain, OJK belum
memperbaharui atau menambahkan pengaturan terkait fit and proper test
(penilaian kemampuan dan kepatutan) bagi calon direksi bank digital yang
di dalamnya mengatur mengenai kompetensi teknologi informasi yang
wajib dimiliki serta batasan kompetensi teknologi informasi itu sendiri.
Merujuk pada pasal 28 D ayat (1) UUD NRI 1945, pendapat Gustav
Radbruch, serta permasalahan tersebut, maka perlu diatur lebih lanjut
mengenai batasan-batasan kompetensi teknologi informasi serta
pengaturan lebih lanjut di dalam aturan penilaian kemampuan dan
kepatutan bagi calon direksi bank digital agar tercipta suatu kepastian
hukum.
B. Urgensi Yuridis Pengaturan Fit and Proper Test bagi Calon Direksi Bank
Digital
2. Konseptualisasi Pengaturan Fit and Proper Test bagi Calon Direksi Bank
Digital di Indonesia
A. Analisis Pengaturan Fit and Proper Test Direksi Perbankan di Indonesia
Pengaturan fit and proper test senantiasa mengikuti perkembangan
zaman sesuai dengan risiko dan tantangan yang dihadapi perbankan.
Dengan pengaturan fit and proper test yang memiliki standar yang terus
berkembang, diharapkan para pihak utama lembaga jasa keuangan
terkhusus direksi dapat melakukan pengelolaan yang baik sehingga akan
menjamin kesehatan dan keberlanjutan bisnis perbankan kedepannya.
Pembaharuan fit and proper test juga patut diperlukan bagi calon direksi
bank digital. Hal ini disebabkan ada penambahan kompetensi teknologi
informasi bagi setiap calon direksi bank digital sesuai dengan POJK Bank
Umum. Pembaharuan fit and proper test bagi calon direksi bank digital
dengan memasukkan kompetensi teknologi informasi ke dalam peraturan
tersebut diharapkan dapat menunjang aktivitas operasional yang sehat dan
keberlangsungan bisnis bank digital.
OJK memiliki kewenangan untuk membatalkan persetujuan yang telah
diberikan kepada calon direksi perbankan apabila setelah persetujuan
diberikan diketahui bahwa informasi atau dokumen yang disampaikan
dalam proses penilaian kemampuan dan kepatutan tidak benar sehingga
menjadi tidak memenuhi persyaratan; dan/atau terdapat informasi yang
diperoleh dari otoritas lain yang menyebabkan pihak calon direksi
perbankan yang telah disetujui menjadi tidak memenuhi persyaratan yang
telah diatur.6 Dari beberapa kewenangan diatas, kita dapat mengetahui
6 Pasal 28 ayat (1) “Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 27/POJK.03/2016 tentang
Penilaian Kemampuan dan Kepatutan bagi Pihak Utama Lembaga Jasa Keuangan (Lembaran Negara
Tahun 2016 Nomor 147)”
bahwa lembaga OJK merupakan satu-satunya lembaga yang diberikan
kewenangan oleh negara untuk melakukan penilaian kemampuan dan
kepatutan bagi pihak utama lembaga jasa keuangan termasuk dalam hal
ini calon direksi bank digital.
Berdasarkan persyaratan bagi calon direksi bank yang ada di dalam PBI
12/23/PBI/2010, dapat diketahui bahwa persyaratan tersebut berlaku bagi
semua calon direksi bank umum, termasuk dalam hal ini bagi calon direksi
Bank Digital, sebab Bank Digital merupakan bank berbadan hukum
indonesia yang melaksanakan kegiatan usaha perbankan melalui saluran
elektronik tanpa kantor fisik selain kantor pusat atau dapat menggunakan
kantor fisik terbatas,7 sehingga segala persyaratan yang terdapat di dalam
PBI 12/23/PBI/2010 tersebut berlaku secara mutatis mutandis terhadap
calon direksi bank digital. Namun dengan terbitnya POJK Bank Umum yang
mensyaratkan bahwa setiap calon direksi bank digital memiliki kompetensi
di bidang teknologi informasi, maka perlu dilakukan pembaharuan dalam
pengaturan fit and proper test tersebut yang mengakomodasi kompetensi
teknologi informasi bagi jajaran direksi bank digital.
Krisis perbankan yang terjadi di Indonesia pada dekade akhir tahun
1997 – 1998 bukan hanya semata-mata dihasilkan oleh krisis ekonomi saja,
namun disebabkan oleh belum terlaksananya Good Corporate Governance
di dalam perbankan serta etika yang melandasinya. Terjadinya pelanggaran
batas maksimum pemberian kredit, rendahnya praktek manajemen risiko,
tidak adanya transparansi terhadap informasi keuangan kepada nasabah,
dan adanya dominasi para pemegang saham dalam mengatur operasional
perbankan menyebabkan rapuhnya industri perbankan nasional. Sehingga
mulai saat itu, tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance/GCG) mulai dikenal8. Oleh sebab itu, usaha untuk
mengembalikan kepercayaan kepada dunia perbankan Indonesia melalui
restrukturisasi dan rekapitulasi hanya dapat mempunyai dampak panjang
dan mendasar apabila disertai tiga tindakan penting lain yaitu :
7 Pasal 23 “Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 12/POJK.03/2021 tentang Bank Umum
(Lembaran Negara Tahun 2021 Nomor 163, Tambahan Lembaran Negara Nomor 6700)”
8 “Aldira Maradita”, “Karakteristik Good Corporate Governance Pada Bank Syariah
dan Bank Konvensional”, “Jurnal Yuridika, Vol. 29, No.2, Universitas Airlangga, Surabaya”, 2014,
hlm 192-193.
a. Ketaatan terhadap prinsip kehati-hatian;
b. Pelaksanaan Good Corporate Governance ; dan
c. Pengawasan yang efektif dari Otoritas Pengawas Bank.9
Berdasarkan penjelasan diatas kita dapat mengetahui bahwa
pelaksanaan fit and proper test bagi calon direksi bank terkhusus calon
direksi bank digital sangatlah berkaitan erat dengan pelaksanaan Good
Corporate Governance di dalam lingkungan bank digital itu sendiri.
Pemenuhan direksi yang memiliki integritas, kompetensi dan reputasi
keuangan yang baik merupakan perwujudan dari pemenuhan direksi bank
digital yang mampu untuk melaksanakan pengelolaan bank berdasar Good
Corporate Governance. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwasanya
bagi setiap calon direksi bank digital yang tidak memenuhi aspek-aspek
yang dipersyaratkan di dalam fit and proper test antara lain aspek
integritas, aspek kompetensi, dan aspek reputasi keuangan, maka secara
otomatis calon direksi bank digital tersebut juga tidak memenuhi prinsip
Good Corporate Governance di dalam pengelolaan bank digital.
: A Regulatory Case Study in Hong Kong ”, “SocioEconomic Challenges Journal, Vol. 5 No. 3”,
2021, pp. 83.
diatur Hong Kong adalah terkait aspek Keamanan Siber. Keamanan siber
menjadi hal yang sangat penting bagi sektor perbankan di Hong Kong,
berdasarkan penelitian pada tahun 2015, rata-rata kerugian secara global
yang diakibatkan oleh kejahatan siber adalah sekitar HK$59.730.000 (lima
puluh sembilan juta tujuh ratus tiga puluh ribu dollar hongkong) per tahun
atau setara dengan US$ 7.700.000 (tujuh juta tujuh ratus ribu dollar
amerika serikat)14. Sejalan dengan layanan internet dan perbankan digital
yang semakin berkembang, perbankan modern belakangan ini menghadapi
serangan siber yang sangat canggih dan kompleks.
Di Hong Kong, lanskap keamanan siber di sektor perbankan telah
berubah drastis selama satu dekade terakhir. Ancaman siber di Hong Kong
telah meningkat, seperti pada tahun 2015, “the Hong Kong Computer
Emergency Response Team Coordination Centre” (“HKCERT”) menangani
hampir 5000 serangan siber, hal ini merepresentasikan 43% peningkatan
serangan siber dibanding tahun lalu.15 Berdasarkan data statistik yang
dikeluarkan oleh pihak kepolisian Hong Kong, kerugian finansial yang
diakibatkan oleh kejahatan siber telah mencapai HK$ 1.800.000.000 (satu
milyar delapan ratus juta dollar hongkong) selama tahun 2015.16 The Hong
Kong Institute of Bankers (“HKIB”) menyatakan bahwa sektor perbankan
300% lebih rentan untuk menjadi sasaran serangan siber ketimbang sektor
lainnya.17 Dengan adanya peningkatan risiko siber pada sektor perbankan,
industri perbankan menyadari pentingnya untuk melindungi bank dan
nasabahnya dari serangan siber, serta untuk selalu menjaga reputasi Hong
Kong sebagai pusat finansial internasional.
Dengan berbagai latar belakang yang telah disebutkan diatas, the Hong
Kong Monetary Authority (“HKMA”) sebagai lembaga otoritas moneter dan
14 “Hong Kong Computer Emergency Response Team Coordination Centre (HKCERT)”, 2016,
“HKPC Warns of Growing Cyber Attacks that Harvest Credentials for Profit “(online),
“https://www.hkcert.org/my_url/en/blog/16012701”, (23 April 2022)
15 Ibid
16 “South China Morning Post”, 2016, “Hackers have their sights on Hong Kong, cyber
security experts warn”, “http://www.scmp.com/news/hong-
kong/economy/article/1944676/hackers-have-their-sights-hong-kong-cyber-security-
experts”(online), (23 April 2022)
17 “South China Morning Post”, 2016, “On the defence: Hong Kong Monetary Authority
C. Konseptualisasi Pengaturan Fit and Proper Test bagi Calon Direksi Bank
Digital di Indonesia
Pengaturan terkait Fit and Proper Test bagi calon direksi perbankan
yang saat ini berlaku yaitu sebagaimana diatur dalam “POJK Nomor
27/POJK.03/2016 tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan bagi Pihak
Utama Lembaga Jasa Keuangan” yang selanjutnya disebut sebagai POJK
PKKPULJK dinilai belum dapat mengikuti perkembangan pengaturan yang
ada. Pasal 4 huruf c POJK PKKPULJK mengatur bahwa “penilaian
kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) dilakukan terhadap setiap
calon direksi perbankan terhadap integritas, reputasi keuangan dan
kompetensi”19. Dalam pasal 8 POJK PKKPULJK, diatur bahwa persyaratan
kompetensi meliputi pengetahuan dan/atau pengalaman yang mendukung
pengelolaan LJK. Pengaturan dalam pasal 8 POJK PKKPULJK tersebut
belum bisa mengakomodir terkait kebutuhan akan direksi bank digital yang
memiliki kompetensi di bidang teknologi informasi sebagaimana diatur di
dalam “Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 12/POJK.03/2021
tentang Bank Umum” yang selanjutnya disebut sebagai POJK BU. Pasal 24
ayat (1) huruf d POJK BU mengatur bahwa setiap direksi bank digital
diwajibkan untuk mempunyai kompetensi di bidang teknologi informasi.
Penambahan pengaturan terkait kompetensi di bidang teknologi
informasi pada pasal 8 POJK PKKPULJK merupakan suatu keharusan agar
dapat mengakomodasi kebutuhan terhadap direksi bank digital yang
memiliki kemampuan di bidang teknologi informasi, melalui penambahan
pengaturan tersebut juga OJK memiliki dasar hukum untuk menentukan
calon direksi yang memiliki kemampuan di bidang teknologi informasi
melalui mekanisme fit and proper test sebagaimana diatur dalam POJK
PKKPULJK. Selain melakukan penambahan pengaturan terhadap pasal 8
POJK PKKPULJK tersebut, lembaga regulator dalam hal ini OJK, juga harus
melakukan penambahan pengaturan terhadap batasan dari kompetensi
teknologi informasi bagi calon direksi bank digital.
Penulis merekomendasikan dilakukan penambahan pengaturan pada
pasal 8 POJK 27/POJK.03/2016 yang menambahkan persyaratan
kompetensi di bidang teknologi informasi bagi calon direksi bank digital
sehingga pasal 8 terdiri atas dua ayat yaitu ayat (1) dan ayat (2),
penambahan juga dilakukan di bagian penjelasan pasal 8 ayat (2) yang
memberikan batasan yang jelas terkait kompetensi di bidang teknologi
informasi yaitu batasan kompetensi di bidang teknologi informasi
D. Penutup
1. Urgensi pengaturan fit and proper test bagi calon direksi bank digital dapat
ditinjau melalui 3 (tiga) landasan, yaitu landasan filosofis, yuridis dan
sosiologis. Secara filosofis, ketiadaan pengaturan terkait fit and proper test
bagi calon direksi bank digital bertentangan dengan pasal 28D ayat (1)
UUD NRI 1945 dimana negara menjamin kepastian hukum, menurut
Radbruch kepastian hukum mengharapkan dan mewajibkan hukum dibuat
secara pasti dalam bentuk tertulis. Ketidakpastian hukum timbul ketika OJK
menerbitkan POJK Bank Umum yang mengatur bahwa setiap calon direksi
bank digital wajib memiliki kompetensi teknologi informasi, namun di sisi
lain, OJK belum memperbaharui atau menambahkan pengaturan terkait fit
and proper test (penilaian kemampuan dan kepatutan) bagi calon direksi
bank digital yang di dalamnya mengatur mengenai kompetensi teknologi
informasi yang wajib dimiliki serta batasan kompetensi teknologi informasi
itu sendiri. Secara yuridis, adanya penambahan kompetensi teknologi
informasi bagi calon direksi bank digital pada POJK Bank Umum membawa
dampak yuridis, yaitu diperlukannya pengaturan fit and proper test bagi
calon direksi bank digital melalui pembaharuan pengaturan POJK penilaian
Kemampuan dan Kepatutan bagi Pihak Utama Lembaga Jasa Keuangan
terutama bagi calon direksi bank digital yang memasukkan kompetensi di
bidang teknologi informasi bagi calon direksi bank digital, pembaharuan ini
juga merupakan bentuk pemenuhan prinsip tata kelola yang baik. Secara
sosiologis, pengaturan fit and proper test bagi calon direksi bank digital
harus dilakukan sebab pengaturan fit and proper test tersebut mengatur
terkait kompetensi di bidang teknologi informasi yang harus dimiliki oleh
calon direksi bank digital, sebagai bank yang bergerak di bidang digital
dengan memanfaatkan bidang teknologi informasi, maka sudah sepatutnya
setiap calon direksi bank digital harus memiliki kompetensi di bidang
teknologi informasi.
2. Konseptualisasi pengaturan fit and proper test bagi calon direksi bank
digital di Indonesia yang dapat penulis ajukan adalah dengan melakukan
pembaharuan atau penambahan pengaturan pada pasal 8 “POJK
27/POJK.03/2016 tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan bagi Pihak
Utama Lembaga Jasa Keuangan” yakni dengan menambahkan klausula
memenuhi kompetensi di bidang teknologi informasi bagi setiap calon
direksi LJK berbentuk Bank Digital. Penambahan pengaturan pada pasal 8
tersebut dilengkapi dengan penjelasan bahwa kompetensi di bidang
teknologi informasi mencakup pengalaman dengan lama pengalaman
bekerja minimal 5 tahun di bidang teknologi informasi dan/atau keahlian
yang dibuktikan dengan sertifikasi di bidang teknologi informasi
sebagaimana yang secara efektif batasan tersebut diterapkan oleh Hong
Kong. Konseptualisasi Pengalaman bekerja selama minimal 5 tahun di
bidang teknologi informasi tersebut karena waktu 5 tahun atau lebih
merupakan waktu pengalaman yang cukup bagi seseorang untuk dapat
dikatakan profesional sebagaimana diatur dalam ECF-C.
Daftar Pustaka
Buku :
Perry Warjiyo, Bank Indonesia Bank Sentral Republic Indonesia Sebuah
Pengantar, Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentrakan (PPSK)-Bank
Indonesia, Jakarta, 2004, hlm 146.
Romli Atmasasmita, Asas-Asas Perbandingan Hukum Pidana , Yayasan
Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Jakarta, 1989
Peraturan Perundang-Undangan :
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 12/POJK.03/2021 tentang
Bank Umum, Lembaran Negara Tahun 2021 Nomor 163, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 6700
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 27/POJK.03/2016 tentang
Penilaian Kemampuan dan Kepatutan bagi Pihak Utama Lembaga
Jasa Keuangan (Lembaran Negara Nomor 147)
Enhanced Competency Framework on Cybersecurity
Jurnal :
Aldira Maradita, Karakteristik Good Corporate Governance Pada Bank
Syariah dan Bank Konvensional, Jurnal Yuridika, Vol. 29, No.2,
Universitas Airlangga, Surabaya, 2014.
H. Bachtiar Simatupang. Peranan Perbankan dalam Meningkatkan
Perekonomian Indonesia, Jurnal Riset Akuntansi Multiparadigma,
Universitas Islam Sumatera Utara, Vol. 6 No. 2, Medan, 2019.
Mario Julyano, Aditya Yuli Sulistyawan, Pemahaman Terhadap Asas
Kepastian Hukum Melalui Konstruksi Penalaran Positivisme
Hukum, Jurnal Credipo, Vol. 1 Nomor 1, 2019
Putri Indar Dewi, Penerapan Good Corporate Governance (GCG) di
Lembaga Perbankan Syariah, Jurnal At-Tsarwah, Vol. 3 No.2,
Universitas Islam Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2020.
Sau-Wai Law, Financial Inclusion and Virtual Bank in the Era of
Digitalisayion : A Regulatory Case Study in Hong Kong ,
SocioEconomic Challenges Journal, Vol. 5 No. 3, 2021.
Artikel Internet :
HKMA, 2019, The HKMA (online),
https://www.hkma.gov.hk/media/eng/publication-and-
research/reference-materials/intro_to_hkma.pdf diakses 9 Mei 2022
Hong Kong Computer Emergency Response Team Coordination Centre (HKCERT),
2016, HKPC Warns of Growing Cyber Attacks that Harvest
Credentials for Profit (online),
https://www.hkcert.org/my_url/en/blog/16012701, diakses 23 April 2022
South China Morning Post, 2016, Hackers have their sights on Hong Kong,
cyber security experts warn, http://www.scmp.com/news/hong-
kong/economy/article/1944676/hackers-have-their-sights-hong-kong-
cyber-security-experts (online), diakses 23 April 2022
South China Morning Post, 2016, On the defence: Hong Kong Monetary
Authority to boost cybersecurity for city's banking system (online),
http://www.scmp.com/news/hong-
kong/economy/article/1946686/defence-hong-kong-monetary-
authorityboost-cybersecurity, diakses 23 April 2016