Anda di halaman 1dari 5

9.3.

Kode Dual 171

Contoh 9.6. Matriks G = [I4 | A] dengan


 
1 0 0 0 0 1 1
 0 1 0 0 1 0 1 
G=
 0

0 1 0 1 1 0 
0 0 0 1 1 1 1

merupakan matriks pembangun dalam bentuk standar untuk kode


biner [7, 4] yang dinotasikan dengan H3 . Matriks cek paritas untuk
H3 adalah
 
0 1 1 1 1 0 0
H = [AT |I3 ] =  1 0 1 1 0 1 0 
1 1 0 1 0 0 1

Kode ini dinamakan kode Hamming [7, 4].

Dalam bab ini, kita akan sering merujuk ke kode bagian dari
suatu kode C. Jika C tidak linier (atau belum diketahui kelinear-
itasannya), suatu kode bagian dari C merupakan sebarang him-
punan bagian dari C. Jika C linier, kode bagian dari C merupakan
himpunan bagian dari C yang juga linier. Dalam kasus ini, suatu
kode bagian dari C merupakan ruang bagian dari C.

9.3 Kode Dual


Matriks pembangun G dari suatu kode C [n, k] secara sederhana
merupakan sebuah matriks yang barusnya bebas linier dan mem-
bangun kode tersebut. Baris-baris dari matriks cek paritas H
bersifat bebas linier, sehingga H merupakan matriks generator
dari beberapa kode yang dinamakan dual atau ortogonal dari C
dan C ⊥ . Perhatikan bahwa C ⊥ merupakan kode [n, n − k]. Kita
juga dapat mendefinisikan kode dual seperti pada definisi sebagai
berikut.

Definisi 9.1. Misalkan C suatu kode [n, k]. Kode dual C ⊥ dari
C dapat didefinisikan sebagai

C ⊥ = {x ∈ Fnq |x · c = 0 untuk setiap c ∈ C

171
172 Bab 9. Teori Pengkodean

dengan
n

x·y = x i yi .
i=1

Contoh 9.7.
Sebuah kode C dikatakan swa-ortogonal jika C ⊆ C ⊥ dan
swa-dual jika C = C ⊥ . Panjang n dari suatu kode swadual adalah
bilangan genap dan dimensinya adalah n/2.
Contoh 9.8. Satu matriks pembangun untuk [7, 4] kode Ham-
ming H3 dapat dilihat di Contoh 9.6. Misalkan H �3 merupakan
kode dengan panjang 8 dan dimensi 4 yang diperoleh dari H3 den-
gan menambahkan koordinat cek paritas keseluruhan ke masing-
masing vektor dari G dan tentunya ke masing-masing katakode
dari H3 . Kemudian
 
1 0 0 0 0 1 1 1
 
G�= 0 1 0 0 1 0 1 1 
 0 0 1 0 1 1 0 1 
0 0 0 1 1 1 1 0
�3 . Mudah diperiksa bahwa
merupakan matriks pembangun untuk H

H3 adalah sebuah kode swa-dual.
Contoh 9.9. [4, 2] kode ternary H3,2 , biasa disebut kodetetra,
memiliki matriks G dalam bentuk standar sebagai berikut.
� �
1 0 1 1
G=
0 1 1 −1
Kode ini juga merupakan kode swa-dual.
Ketika membahas kode quaternary atas lapangan F4 , penting
bagi kita untuk memperhatikan hasil kali dalam yang lain yang
disebut hasil kali dalam Hermitian.
Definisi 9.2. Misalkan x dan y merupakan anggota dari suatu
kode C. Hasil kali dalam Hermitian didefinisikan sebagai
n

�x, y� = x · ȳ = xi y¯i
i=1

172
9.4. Bobot dan Jarak 173

dengan ¯ menotasikan conjugasi dan didefinisikan sebagai 0̄ = 1,


¯ = ω.
1̄ = 1, ω̄

Dengan menggunakan hasil kali dalam ini, kita dapat mendefin-


isikan dual Hermitian dari suatu kode quaternary C.

Definisi 9.3. Kode dual Hermitian dari suatu kode quaternary C


didefinisikan sebagai

C ⊥H = {x ∈ Fnq |�x, c� = 0 untuk semua c ∈ C�.

Definisi 9.4. Misalkan C merupakan [n, k]−kode. Konjugat dari


C didefinisikan sebagai

C̄ = {c̄|c ∈ C}

dengan c̄ = c¯1 c¯2 · · · c¯n . Kode C dikatakan swa-ortogonal Hermi-


tian jika C ⊆ C ⊥H dan swa-dual Hermitian jika C = C ⊥H .

Contoh 9.10. [6, 3] kode quaternary Q6 memiliki matriks pem-


bangun G6 dalam bentuk standar yang diberikan oleh
 
1 0 0 1 ω ω
G6 =  0 1 0 ω 1 ω  .
0 0 1 ω ω 1

Kode ini sering disebut kode heksa dan merupakan kode swa-dual
Hermitian.

9.4 Bobot dan Jarak


Hal penting yang perlu dipelajari dalam kode adalah jarak mini-
mum antar katakode.

Definisi 9.5. Jarak (Hamming) d(x, y) antara dua vektor x, y ∈


Fnq didefinisikan sebagai banyaknhya koordinat di mana x dan y
berbeda.

Teorema 9.2. Fungsi jarak d(x, y) memenuhi empat sifat berikut.

1. (ketidaknegatifan) d(x, y) ≥ 0 untuk setiap x, y ∈ Fnq .

173
174 Bab 9. Teori Pengkodean

2. d(x, y) = 0 jika dan hanya jika x = y.

3. (Kesimetrian) d(x, y) = d(y, x) untuk setiap x, y ∈ Fnq .

4. (Ketaksamaan segitiga) d(x, z) ≤ d(x, y) + d(y, z) untuk se-


tiap x, y, z ∈ Fnq .
Jarak (minimum) dari suatu kode C adalah jarak terkecil an-
tara katakode-katakode yang berbeda dan penting dalam menen-
tukan kemampuan mengoreksi kesalahan (error-correcting). Nanti
kita akan melihat bahwa semakin besar jarak minimum, maka se-
makin banyak kesalahan pula yang dapat dikoreksi.
Definisi 9.6. Bobot (Hamming) wt(x) dari suatu vektor x ∈ Fnq
adalah banyaknya koordinat taknol di x.
Teorema 9.3. Jika x, y ∈ Fnq , maka d(x, y) = wt(x − y). Jika
C merupakan sebuah kode linier, jarak minimum d sama dengan
bobnot minimum dari katakode taknol dari C.
Sebagai hasil dari teorema ini, untuk kode linier, jarak mini-
mum juga disebut bobot minimum dari kode. Jika bobot minimum
d dari suatu [n, k] kode diketahui, maka kita bisa menyebut kode
tersebut sebagai [n, k, d] kode.
Ketika berhadapat dengan kode atas F2 , F3 , atau F4 , terdapat
beberapa hasil dasar tentang bobot-bobot dari katakode yang ter-
bukti berguna. Hasil-hasil tersebut dapat dilihat sebagai berikut.
Teorema 9.4. Hal-hal berikut ini berlaku.
1. Jika x, y ∈ Fn2 , maka

wt(x + y) = wt(x) + y − 2wt(x ∩ y)

dengan x ∩ y merupakan vektor di Fn2 yang memiliki 1 tepat


pada posisi di mana x dan y memiliki 1.
Misalkan Ai (terkadang dinotasikan dengan Ai (C), merupakan
banyaknya katakode berbobot i di C. Kumpulan atau daftar Ai
untuk 0 ≤ i ≤ n dinamakan distribusi bobot atau spektrum bobot
dari C. Banyak penelitian dikhususkan untuk komputasi distribusi
bobot dari kode-kode tertentu atau keluarga kode.

174
9.4. Bobot dan Jarak 175

Contoh 9.11. Misalkan C merupakan kode biner dengan matriks


generator  
1 1 0 0 0 0
G =  0 0 1 1 0 0 .
0 0 0 0 1 1
Distribusi bobot dari C adalah A0 = A6 = 1 dan A2 = A4 = 3.
Perhatikan bahwa hanya Ai taknol saja yang biasanya didaftar.
Hasil-hasil yang berkaitan dengan distribusi bobot ditunjukkan
pada teorema berikut.
Teorema 9.5. Misalkan C merupakan [n, k, d] kode atas Fq . Maka
1. A0 (C) + A1 (C) + · · · + An (C) = q k .
2. A0 (C) = 1 dan A1 (C) = A2 (C) = · · · = Ad−1 (C) = 0.
3. Jika C merupakan kode biner yang memuat katakode 1 =
11 · · · 1, maka Ai (C) = An−i (C) untuk 0 ≤ i ≤ n.
4. Jika C merupakan kode biner swa-ortogonal, maka masing-
masing katakode memiliki bobot genap dan C ⊥ memuat katakode
1 = 11 · · · 1.
5. Jika C merupakan kode ternary swa-ortogonal, maka bobot
masing-masing kdoe dapat dibagi oleh tiga.
6. Jika C merupakan kode Hermitian swa-ortogonal, maka bobot
masing-masing katakode adalah genap.
Teorema 9.5(4) menyatakan bahwa semua katakode dalam se-
buah kode biner swa-ortogonal C memiliki bobot genap. Jika
kita melihat pada himpunan bagian dari katakode-katakode dari
C yang memiliki bobot yang dapat dibagi 4, memungkinkan bagi
kita untuk mendapatkan sebuah kode bagiand ari C. Yakni, him-
punan bagian dari katakode-katakode dengan bobot yang dapat
dibagi empat membentuk suatu ruang bagian dari C. Kasus ini
tidak berlakuk untuk kode selain swa-ortogonal.
Teorema 9.6. Misalkan C merupakan [n, k[ kode biner swa-ortogonal.
Misalkan C0 merupakan himpunan katakode di C yang bobotnya
habis dibagi empat. Maka salah satu hal berikut berlaku.

175

Anda mungkin juga menyukai