Anda di halaman 1dari 9

Asistensi Kimia Fisika UAS 2023

Kimia Fisika Bioproses-01


Markus Gabriel Setiawan
TB’21
Kinetika Reaksi (Mekanistik)

Reaksi kondensasi aseton, (CH3)2CO, dalam larutan berair dikatalisis oleh basa, B, yang
bereaksi secara reversibel dengan aseton untuk membentuk karbanion C3H5O-. Karbanion
kemudian bereaksi dengan molekul aseton untuk menghasilkan produk. Versi sederhana dari
mekanisme ini adalah:
𝐴𝐻 + 𝐵 ⇌ 𝐵𝐻 + + 𝐴−
𝐴− + 𝐻𝐴 → 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡
di mana AH atau HA adalah singkatan dari aseton dan A- adalah karbanion. Gunakan
pendekatan SSA untuk menemukan konsentrasi karbanion dan menurunkan laju persamaan
untuk pembentukan produk.
Jawab:
(1) 𝐴𝐻 + 𝐵 → 𝐵𝐻 + + 𝐴−
(2) 𝐴− + 𝐵𝐻 + → 𝐴𝐻 + 𝐵
(3) 𝐴− + 𝐻𝐴 → 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡
*Disclaimer: B adalah spesi katalis sehingga tidak terkonsumsi selama reaksi berjalan dan
dapat diabaikan konsentrasinya (konstan, yang tidak berubah terhadap waktu).
𝑟 = 𝑘[𝐴]𝑥 atau di mana x = orde reaksi

2A → B
m 1 -
r 1 0,5
s - 0,5

[𝐴]𝑡 = [𝐴]0 − 2[𝐵]𝑡

Orde 0
1,2
1
0,8
0,6
y = -0,0199x + 0,716
0,4 R² = 0,661
0,2
0
0 10 20 30 40 50
-0,2
Orde 1
0
0 10 20 30 40 50
-0,5

-1

-1,5

-2

-2,5 y = -0,0595x - 0,422


R² = 0,8837
-3

Orde 2
14
y = 0,2871x + 1,0139
12
R² = 1
10

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

𝑘 = 0,2871 𝐿/𝑚𝑜𝑙. 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡


Persamaan laju reaksi
𝑟 = 0,2871[𝐴]2
1. Reaksi penguraian iodoetana dalam wadah tertutup berlangsung pada 690 K sesuai
persamaan reaksi berikut:
𝐶2 𝐻5 𝐼(𝑔) → 𝐶2 𝐻4 (𝑔) + 𝐻𝐼(𝑔)
Pengamatan terhadap tekanan total gas menghasilkan data di bawah ini:
t (menit) 0 10 20 40 60 100 200 ∞
Ptotal P0 139,14 151,67 172,65 189,15 0,500 238,66 249,88
(torr)
Piodoetana
(torr)
a) Hitung P0
b) Turunkan persamaan yang mengaitkan tekanan iodoetana dalam wadah (Piodoetana)
dengan P0 dan Ptotal
c) Lengkapi tabel di atas dengan mengisi Piodoetana pada berbagai waktu
d) Gunakan data pada tabel di atas yang telah dilengkapi untuk menentukan
persamaan laju reaksi penguraian C2H5I (g)

Tentukan nilai tetapan laju (k) reaksi penguraian C2H5I lengkap dengan satuan

Penyelesaian:

Berdasarkan penyajian data pada tabel tersebut, P0 adalah tekanan total saat t = 0. Pada saat t =
0, reaksi belum terjadi sehingga bisa merujuk tekanan awal iodoetana.

Tekanan awal iodoetana (P0) dapat dilihat pada saat waktu tak hingga (suatu saat iodoetana
habis bereaksi) menghasilkan produk di mana dihasilkan 1 mol C2H4 dan 1 mol HI dari 1 mol
C2H5I. Dalam kata lain, 1 mol reaktan akan menghasilkan 2 mol produk dengan perbandingan
1:2 antara reaktan terhadap produk.

1
𝑃0 = × 249,88 𝑡𝑜𝑟𝑟 = 124,94 𝑡𝑜𝑟𝑟
2
C2H5I (g) → C2H4 (g) HI (g)
m P0 - -
r -x +x +x
s P0-x x x

𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑃0 − 𝑥 + 𝑥 + 𝑥 = 𝑃0 + 𝑥
𝑥 = 𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝑃0
𝑃𝑖𝑜𝑑𝑜𝑒𝑡𝑎𝑛𝑎 = 𝑃0 − 𝑥 = 𝑃0 − (𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝑃0 ) = 2𝑃0 − 𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Dengan demikian, kita dapat melengkapi tabel sebelumnya berdasarkan fungsi tekanan
parsial iodoetana terhadap waktu dengan nilai tekanan mula-mula yang sudah diperoleh
sebelumnya sebagai berikut:
t (menit) 0 10 20 40 60 100 200 ∞
Ptotal P0 139,14 151,67 172,65 189,15 212,34 238,66 249,88
(torr)
Piodoetana 124,94 110,74 98,21 77,23 60,73 37,54 11,22 0
(torr)
Untuk menentukan persamaan laju reaksi, kita perlu tahu orde reaksi spesi reaktan. Kita
dapat memplot persamaan linearisasi integrated rate law untuk orde 0, 1, dan 2
sehingga diperoleh grafik sebagai berikut dan koefisien determinasi (R2).

𝑂𝑟𝑑𝑒 0 𝑂𝑟𝑑𝑒 1 𝑂𝑟𝑑𝑒 2


𝑃𝑡 = 𝑃0 − 𝑘𝑡 𝑙𝑛𝑃𝑡 = 𝑙𝑛𝑃0 − 𝑘𝑡 1 1
= + 𝑘𝑡
𝑃𝑡 𝑃0

Orde 0
140
120
100
80 y = -0,5524x + 108,31
P (torr)

R² = 0,8948
60
40
20
0
0 50 100 150 200 250
-20
t (menit)

Orde 1
6
y = -0,012x + 4,8285
5 R² = 1

4
ln P (torr)

0
0 50 100 150 200 250
t (menit)
Orde 2
0,1

1/P (torr) 0,08

0,06 y = 0,0004x + 9E-05


R² = 0,9172
0,04

0,02

0
0 50 100 150 200 250
t (menit)

Dapat dilihat bahwa plot grafik orde 1 menghasilkan garis linear yang sempurna di
mana R2 = 1 sehingga data percobaan tersebut mengikuti reaksi orde 1. Akibatnya
persamaan laju reaksi penguraian iodoetana adalah sebagai berikut:
−𝑟𝑖𝑜𝑑𝑜𝑒𝑡𝑎𝑛𝑎 = 𝑘[𝐶2 𝐻5 𝐼] atau −𝑟𝑖𝑜𝑑𝑜𝑒𝑡𝑎𝑛𝑎 = 𝑘𝑃𝐶2𝐻5 𝐼
Selanjutnya, karena kita telah mengetahui orde reaksi tersebut adalah 1. Nilai konstanta
laju reaksi dapat dicari dari persamaan:
𝑙𝑛𝑃𝑡 = 𝑙𝑛𝑃0 − 𝑘𝑡
𝑦 = −0,012𝑥 + 4,8285
k dapat diperoleh dari slope persamaan garis lurus tersebut sehingga k = 0,012 menit-1.
Fenomena Permukaan: Isoterm Adsorpsi
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam terkait interaksi molekuler antara gas
N2 dan sampel silika, banyaknya gas N2 yang teradsorpsi pada permukaan silika diukur dengan
mencatat volume teradsorpsi. Selanjutnya, menggunakan hukum gas ideal, jumlah mol gas
tersebut dihitung. Data yang diperoleh jika 0,03 g silika digunakan untuk mengadsorp gas N2
pada suhu 77 K adalah sebagai berikut:
P (torr) 100 150 200 250 300 350
n (mmol) 1,28 1,55 1,79 2,05 2,33 2,67
Hasil ini menjadi dasar analisis untuk menentukan nilai konstanta adsorpsi yang mencerminkan
karakteristik adsorpsi pada sistem tersebut. Selain itu, evaluasi dilakukan untuk menentukan
kemampuan silika dalam mengadsorpi sampel, yang akan memberikan gambaran yang lebih
komprehensif mengenai sifat interaksi antara gas N2 dan silika. Oleh sebab itu, tentukan:
a) nilai konstanta adsorpsi
b) jumlah molekul gas N2 yang teradsorp
c) luas permukaan silika yang tertutupi per massa silika, jika diketahui bahwa 1 molekul
N2 menempati 280 pm2

Anda mungkin juga menyukai