Anda di halaman 1dari 4

PETUNJUK PELAKSANAAN LOMBA BACA PUISI

UPT SMPN 1 WATAMPONE

A. KETENTUAN UMUM

1. Peserta lomba baca puisi ini adalah siswa SMPN 1 Watampone.


2. Peserta tidak boleh menggunakan alat pengiring, baik yang dimainkan sendiri maupun
yang dimainkan oleh orang lain.
3. Peserta memilih satu dari tiga puisi yang telah disediakan oleh panitia untuk dibacakan
saat lomba (terlampir).
4. Peserta lomba diwajibkan memakai seragam sekolah (kemeja putih dan rok/ celana biru).
5. Setiap kelas dapat mengirimkan maksimal 2 orang peserta.
6. Peserta tidak dipungut biaya pendaftaran.

B. PENILAIAN

1. Interpretasi (pemahaman), meliputi pengungkapan maksud puisi, penjiwaan atau


pemaknaan.
2. Vokal, meliputi sesuatu yang berhubungan dengan cara pengungkapan vokal, yaitu
artikulasi, irama, volume suara, dan intonasi.
3. Penampilan membawakan puisi, meliputi sesuatu yang berhubungan dengan cara
pembawaan, penyampaian atau pengungkapan puisi, yaitu ekspresi, kreativitas, dan
improvisasi.

C. TATA TERTIB LOMBA

1. Peserta wajib hadir 15 menit sebelum acara dimulai


2. Peserta mengisi daftar hadir dan mengambil nomor urut tampil yang telah disediakan oleh
panitia.
3. Peserta dianggap mengundurkan diri jika tidak tampil setelah dipanggil sampai tiga kali.
4. Durasi untuk membacakan puisi maksimal 7 menit untuk satu puisi.
5. Apabila terdapat nilai sama maka tim juri akan menentukan pemenang berdasarkan nilai
tertinggi dalam interpretasi (pemahaman).
6. Keputusan dewan juri bersifat mutlak dan dapat dipertanggungjawabkan.
7. Peserta dan pendukungnya wajib menjaga ketenangan dan ketertiban selama lomba.

D. KETENTUAN LAIN

Hal-hal yang belum jelas dapat menghubungi panitia


1. Eny Santi, S.Pd.
2. Jumiati HJ., S.Pd.
SEMBAHYANG RUMPUTAN
Karya: Ahmadun Yosi Herfanda
Walau kau bungkam suara azan
walau kau gusur rumah-rumah Tuhan
aku rumputan
takkan berhenti sembahyang
:Inna shalaati wa nusuki
wa mahyaaya wa mamaati
Lillahi Rabbil ‘alamin.

Topan menyapu luas padang


tubuhku bergoyang-goyang
tapi tetap teguh dalam sembahyang
akarku yang mengurat di bumi
tak berhenti mengucap shalawat nabi.

Sembahyangku sembahyang rumputan


sembahyang penyerahan jiwa dan badan
yang rindu berbaring di pangkuan Tuhan
sembahyangku sembahyang rumputan
sembahyang penyerahan habis-habisan.

Walau kau tebang aku


akan tumbuh sebagai rumput baru
walau kau bakar daun-daunku
akan bersemi melebihi dulu
aku rumputan
kekasih Tuhan
di kota-kota disingkirkan
alam memeliharaku subur di hutan.

Aku rumputan
tak pernah lupa sembahyang
:sesungguhnya shalatku dan ibadahku
hidupku dan matiku hanyalah
bagi Allah Tuhan sekalian alam.

Pada kambing dan kerbau


daun-daun hijau kupersembahkan
pada tanah akar kupertahankan
agar tak kehilangan asal keberadaan
di bumi terendah aku berada
tapi zikirku menggema
menggetarkan jagat raya
: la ilaaha illalah
muhammadar rasululah.

Aku rumputan
kekasih Tuhan
seluruh gerakku
adalah sembahyang.
JANGAN AJARI AKU KORUPSI GURUKU
karya: Abdul Hakim

Kureguk ilmumu di saat aku dahaga akan ilmu


Kurasakan hangat kasih sayangmu kala engkau tebarkan teladan buat anakmu
Senyum sapa salammu setia menyambut kedatanganku
Tanpa kenal lelah engkau tebarkan kebajikanmu

Aku mungkin bukan anak yang pintar


Aku ingin meraup ilmu yang engkau ajar
Ilmumu aku goreskan dengan ujung pena
Di atas buku, ku simpan jejak tulisanmu penuh rasa
Kuhayati tutur katamu dengan sepenuh jiwa

Aku ke sekolah bukan ingin mengumpulkan pundi-pundi angka


Aku mungkin bukan anak yang layak menyandang juara
Aku hanyalah anak negeri yang ingin melukis masa depan dengan penuh asa
Aku ingin membekali diri dengan ilmu yang kau semaikan sepanjang masa

Aku ingin guruku memberi angka apa adanya


Bukan angka basa-basi biar aku terlihat anak digdaya
Menipu diriku.. orang tua.. dan seluruh bangsa
Meski aku tahu guruku takut dikatakan gagal mendidik anak bangsa
Terpaksa memberi angka yang cetar membahana
Di bawah ancaman tunjangan takkan cair kalau anak diberi angka apa adanya

Guruku... jangan ajari aku korupsi


Beri kami angka sesuai bukti yang engkau miliki
Itulah wajah kami yang masih harus belajar lebih giat lagi
Agar negeri ini kelak melahirkan generasi emas yang hakiki
Mampu berdikari menaklukkan dunia yang kian berkompetisi
Bukan emas palsu yang menipu diri sendiri
Guruku... ajarkan kami sepenuh hati dengan kejujuran hati.
SELAMAT PAGI INDONESIA
Karya: Sapardi Djoko Damono

Selamat pagi Indonesia,


seekor burung mungil mengangguk
dan menyanyi kecil buatmu
Aku pun sudah selesai,
tinggal mengenakan sepatu,
dan kemudian pergi
untuk mewujudkan setiaku padamu
dalam kerja yang sederhana;

Bibirku tak bisa mengucapkan


kata-kata yang sukar dan
tanganku terlalu kurus untuk mengacu terkepal.

Selalu kujumpai kau di wajah anak-anak sekolah,


di mata para perempuan yang sabar,
di telapak tangan yang membatu para pekerja jalanan;

Kami telah bersahabat dengan kenyataan


untuk diam-diam mencintaimu.
Pada suatu hari tentu kukerjakan sesuatu
agar tak sia-sia kau melahirkanku.

Seekor ayam jantan menegak,


dan menjeritkan salam padamu,
kubayangkan sehelai bendera berkibar di sayapnya.

Aku pun pergi bekerja, menaklukan kejemuan,


merubuhkan kesangsian,
dan menyusun batu-demi batu ketabahan,
benteng kemerdekaanmu pada setiap matahari terbit,

o anak jaman
yang megah,
biarkan aku memandang ke Timur untuk mengenangmu
wajah-wajah yang penuh anak-anak sekolah berkilat,
para perempuan menyalakan api,
dan di telapak tangan para lelaki yang tabah
telah hancur kristal-kristal dusta,
khianat dan pura-pura.

Selamat pagi, Indonesia, seekor burung kecil


memberi salam kepada si anak kecil;
terasa benar: aku tak lain milikmu.

Anda mungkin juga menyukai