Anda di halaman 1dari 23

1

SAMBUTAN DIREKTUR

Puisi bukan segalanya, namun segalanya bisa berawal dari sana!

Puji syukur, selalu tercurahkan kepada Tuhan yang memberikan


segala nikmat kepada kita, sehingga Lomba Baca Puisi Tingkat
Nasional yang diselenggarakan Forum Muda Cendekia (Formaci) Jawa
Tengah berjalan sebagaimana mestinya. Semua nikmat, termasuk
nikmat berpuisi adalah anugerah dari Tuhan yang tak bisa dibeli
dengan recehan.
Agenda lomba ini merupakan momentum penting untuk menjaga spirit pemuda dan
masyarakat untuk mengenang dan menjalankan amanat pahlawan lewat ruh berpuisi.
Penyelenggara, Forum Muda Cendekia (Formaci) Jateng mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang membantu agenda nasional ini.
Puisi merupakan suatu katarsis dalam menyemai jiwa kepahlawanan. Ia bagai cahaya
mercusuar yang selalu menggeliatkan harapan. Dengan digelarnya lomba baca puisi ini,
diharapkan akan lahir generasi cerdas, bermoral dan bermartabat di hadapan Tuhan
dan manusia.
Jika ada ide bergerak melebihi kecepatan cahaya, itulah revolusi. Jika ada puisi melaju
melebihi roda waktu, itulah wujud revolusi. Semua usaha, ikhtiar dan gerakan
revolusioner ini tak sekadar ritual, liturgi dan sakramen. Mengapa? Lomba baca ini
merupakan salah satu gerakan revolusioner menjalankan amanat pahlawan. Semoga itu
hadir dari lomba puisi tingkat nasional ini. Amin.
Semarang, 1 September 2014
Hamidulloh Ibda
Direktur Utama Formaci Jateng

SAMBUTAN PANITIA

Tidak ada yang puitis, kecuali mengenang jasa pahlawan.


Salam sejahtera tercurahkan kepada kita semua.
Sesuatu akan menjadi indah, jika dilakukan dengan spirit
kepahlawanan. Demikian juga dalam Lomba Baca Puisi Nasional oleh
Forum Muda Cendekia Jawa Tengah ini, semua akan indah jika
dilakukan dengan menjalankan ruh pahlawan.
Indonesia akan besar, jika rakyatnya masih mengenang,
menjalankan, dan menghargai jasa-jasa pahlawan. Mereka merebut kemerdekaan
dengan perjuangan berdarah-darah melawan penjajah. Akankah kita hanya diam tanpa
kata? Tentu tidak.
Lomba Baca Puisi Tingkat Nasional ini merupakan salah satu gerakan melawan
penjajahan dalam bentuk apa saja. Kita sering lupa, bahwa bangsa yang besar adalah
yang mengangungkan budaya dan sastranya.
Kami panitia mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, yang membantu
terlaksananya Lomba Baca Puisi Nasional ini. Semoga langkah dan gerak kita selalu
dalam lindungan Tuhan. Amin.
Semarang, 1 September 2014
M Kholil Syaroni
Ketua Panitia Lomba Baca Puisi Nasional Formaci Jawa Tengah

PEDOMAN PELAKSANAAN
LOMBA BACA PUISI TINGKAT NASIONAL
FORUM MUDA CENDEKIA (FORMACI) JAWA TENGAH
A. PEDOMAN UMUM
1. Lomba Baca Puisi Tingkat Nasional ini bertajuk Mengenang Perjuangan
Pahlawan melalui Seni. Kegiatan ini merupakan agenda besar yang digawangi
Forum Muda Cendekia (Formaci) Jawa Tengah atas kerjasama beberapa instansi,
lembaga dan semua kalangan yang berminat di dunia sastra.
2. Lomba ini bertujuan memberikan apresiasi bagi para pahlawan melalui seni puisi,
memberikan ruang bagi masyarakat untuk berkompetisi secara positif,
menghayati perjuangan pahlawan melalui puisi dan mengembangkan bakat dan
minat masyarakat dalam bidang seni.
3. Lomba terbuka untuk umum, pelajar, mahasiswa, penyair, sastrawan, dan
masyarakay yang berusia 15 tahun ke atas (tak terbatas).
4. Pemenang lomba adalah Juara I, II dan III. Juara I mendapatkan uang sebesar
Rp. 25.000.000, sertifikat dan piala, Juara II mendapatkan RP. 15.000.000,
sertifikat dan piala, Juara III sebesar Rp. 10.000.000, sertifikat dan piala.
5. Pajak hadiah ditanggung pemenang.
B. PEDOMAN PESERTA
1. Peserta harus mematuhi semua peraturan dari panitia.
2. Peserta adalah mereka yang mendaftarkan diri serta memenuhi syarat dan
berusia di atas 15 tahun ke atas.
3. Peserta harus datang minimal 15 menit sebelum lomba dimulai.
4. Peserta maju lomba dan dipanggil sesuai nomor urut dari panitia.
5. Apabila saat lomba, peserta dipanggil 3X berturut-turut tidak ada, maka otomatis
ia gugur.
6. Peserta membacakan 1 puisi yang ada dalam buku pedoman ini. Puisi bebas
dan memilih salah satu yang sudah disediakan dalam buku, baik dalam babak
penyisihan maupun final.
7. Suara peserta saat membaca puisi harus jelas agar didengar semua audiens.
8. Peserta dilarang membuat gaduh, kerusuhan dan mengganggu acara lomba.

4
C. PEDOMAN DEWAN JURI
1. Juri datang di tempat lomba selambat-lambatnya 10 menit sebelum acara
dimulai.
2. Selama lomba sedang berlangsung, juri dilarang meninggalkan lokasi lomba
(kecuali keperluan ke kamar mandi).
3. Selama lomba, juri dilarang mengadakan percakapan dengan siapa pun.
4. Selama masa penilaian, Dewan Juri diberikan waktu istirahat.
5. Juri berhak menghentikan atau mengulang peserta yang sedang pada gilirannya
apabila terganggu, lewat penyelenggara.
6. Dewan Juri menentukan Jura I, II dan III saja berdasarkan penilaian objektif dan
kualitas peserta.
7. Dewan Juri bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada
penyelanggara.
D. PEDOMAN PELAKSANA
1. Pelaksana bertugas dan bertanggung jawab atas terselenggaranya kegiatan
lomba dari awal sampai akhir.
2. Pelaksana tidak bisa ikut campur hasil lomba yang sudah ditentukan Dewan Juri.
3. Pelaksana berhak menghentikan acara, jika terjadi sesuatu yang merugikan juri,
peserta dan pelaksana sendiri.
4. Pelaksana bertugas dan bertanggung jawab lomba kepada penyelanggara.
E. PENDAFTARAN
1. Pendaftaran dibuka 1 September 2014 hingga 1 November 2014, pukul 23.59
Wib.
2. Peserta wajib membayar uang pendaftaran sebesar Rp. 125.000 ke nomor
rekening BCA: 0990221600 a.n Naelu Rizqi.
3. Setelah transfer uang, peserta wajib mengirim struk (discand dalam bentuk file)
dan dikirimkan ke email: formacijateng@gmail.com paling lambat tanggal 1
November 2014 pukul 23.59 Wib beserta biodata pribadi.
4. Keterangan Lebih Lanjut Hubungi Tajus Syarofi (085 290 404 481), Hamidulloh
Ibda (085 6267 4799), M Kholil Syaroni (082 226 184 385) atau Naelu
(081803990999).
F.
1.
2.
3.

TECHNICAL MEETING
Hari/tanggal: Jumat, 7 November 2014, pukul 15.00 WIB-selesai
Tempat
: Taman KB (depan SMA Negeri 1 Semarang).
Pengambilan Nomor Urut Peserta.

5
DAFTAR ISI
SAMBUTAN DIREKTUR - 1
SAMBUTAN PANITIA - 2
PEDOMAN PELAKSANAAN LOMBA PUISI 3-4
DAFTAR ISI -5
REFORMASI TERUS MELAJU - 7
Ahmad Mustofa Bisri
INDONESIA, AKU MASIH TETAP MENCINTAIMU - 8
Ahmadun Yosi Herfanda
KAULAH DEDAUNAN ITU - 9
Oleh Asrizal Nur
KARAWANG BEKASI 10
Chairil Anwar
AL HADID -11
Fatin Hamama
SEPERTI BELANDA - 12
Fikar W. Eda
DI ANTARA KANAL - 13
Goenawan Mohamad
TANAH ARI MATA - 14
Sutardji Colsum Bahri
REFLEKSI SEORANG PEJUANG TUA -15
Taufik Ismail
SATU MIMPI SATU BARISAN -16
Wijil Tukul
SAJAK PEPERANGAN ABIMANYU -18
W.S Rendra
BIODATA PENYAIR 19-23

7
REFORMASI TERUS MELAJU
Oleh Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus)
Api terus melalap kota dan hutan
bayi-bayi terus dikabarkan dibuang sembarangan
demam berdarah terus meminta korban
aktivis-aktivis terus dikabarkan hilang
perusahaan-perusahaan besar terus dibingungkan utang
menteri-menteri terus bernegosiasi dengan para pemilik piutang
bank-bank terus deg-degan
petinggi-petinggi negeri terus berusaha meyakinkan
negara-negara donor terus mempertimbangkan bantuan
ibu-ibu rumah tangga terus mengeluhkan harga bahan-bahan
toko-toko yang pintunya tak pro reformasi
terus jadi sasaran penjarahan
korupsi, kolusi dan nepotisme terus menjadi pembicaraan
pengamat terus mengkritik dan mempertanyakan
pakar-pakar terus berteori
mahasiswa terus berdemonstrasi
ABRI terus berjaga-jaga
politisi-politisi terus memasang kuda-kuda
ulama dan umara terus beristighatsah dan berdoa
modal dan moral terus terkikis
sembako dan kepercayaan terus menipis
harga-harga terus naik
rupiah yang dicintai terus melemah
orsospol-orsospol terus bengong
wakil-wakil rakyat terus tampak bloon
padahal pak harto sudah lengser keprabon
reformasi terus melaju
Rembang 1998

8
INDONESIA, AKU MASIH TETAP MENCINTAIMU
Oleh Ahmadun Yosi Herfanda
Indonesia, aku masih tetap mencintaimu
Sungguh, cintaku suci dan murni padamu
Ingin selalu kukecup keningmu
Seperti kukecup kening istriku
Tapi mengapa air matamu
Masih menetes-netes juga
Dan rintihmu pilu kurasa?
Burung-burung bernyanyi menghiburmu
Pesawat-pesawat menderu membangkitkanmu
Tapi mengapa masih juga terdengar tangismu?
Apakah kau tangisi hutan-hutan
Yang tiap hari digunduli pemegang hapeha?
Apakah kau tangisi hutang-hutang negara
Yang terus menumpuk jadi beban bangsa?
Apakah kau tangisi nasib rakyatmu
Yang makin tergencet kenaikan harga?
Atau kau sekadar merasa kecewa
Karena rupiahmu terus dilindas dolar amerika
Dan IMF, rentenir kelas dunia itu,
Terus menjerat dan mengendalikan langkahmu?
Ah, apapun yang terjadi padamu
Indonesia, aku tetap mencintaimu
Ingin selalu kucium jemari tanganmu
Seperti kucium jemari tangan ibuku
Sungguh, aku tetap mencintaimu
Karena itulah, ketika orang-orang
Ramai-ramai membeli dolar amerika
Tetap kubiarkan tabunganku dalam rupiah
Sebab sudah tak tersisa lagi saldonya!
Jakarta, 1997/2008

9
KAULAH DEDAUNAN ITU
(kepada pejuang kebudayaan)
Oleh Asrizal Nur
Kau memahami bahasa daun
pemberi teduh pada rerumputan
sarang burung riang
ketika gugur
tercipta kehidupan baru
geliat jiwa yang teduh
mengepakkan sayap usia diwaktu bergerak
pada setiap kepak peluh cipta berteriak
anak kebudayaan berlindung di sayap yang emas
merpati waktu antarkan impian jadi nafas
kau sangat paham dengan bahasa daun
hakekat dedaunan adalah kau
tatkala rindang memberikan naungan
pada kesenian hingga jadi rebung kebudayaan
berbunga dan menjelma bambu peradaban
bila gugur
kau tak pernah mati
nafas yang dulu pernah kau titipkan pada embun
telah menumbuhkan pohonan hidup baru
kelak
berdaun
bercabang
rindang
meneduhkan zaman kering
jadi payungmu menuju kampung abadi
Depok, Maret 2012

10
KARAWANG BEKASI
Oleh Chairil Anwar
Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
tidak bisa teriak Merdeka dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi

Chairil Anwar (1948)

11
AL HADID
Oleh Fatin Hamama
Ketika sepotong besi jadi tombak
Besi tak pernah tahu
Untuk apa dia dijadikan tombak
Ketika sepotong besi jadi pisau
Pisau tak pernah tahu
Untuk apa dia jadi pisau
Ketika sepotong besi jadi peniti
Peniti tidak pernah tahu
Untuk apa dia jadi peniti
Kecuali suatu hari tombak
Dijadikan alat pembunuh
Dan bersarang di jantung kiri
Tombak mengeluh
Aku tak ingin seperti ini
Demikian pisau
Ketika menemukan dirinya
Di leher sebagai penebas
Pisau mengaduh
Aku tak bercita-cita jadi begini
Ketika besi-besi yang menjadi senjata
berubah fungsi
diam-diam peniti menyukuri
aku menjadi penyemat baju seorang sufi, setiap hari aku dibawa rukuk sujud dan
menyukuri nikmat Tuhan yang diberi aku tidak ingin patah biar berkarat aku bergini.
Jakarta, Desember 2000

12
SEPERTI BELANDA
Oleh Fikar W. Eda
Seperti Belanda
mereka atur siasat
membuat kami takluk
bertekuk lutut
seperti Belanda
mereka rebut hati kami
dengan cahaya janji
sambil mengutip kitab suci
seperti Belanda
mereka suguhi kami anggur
hingga kami mendengkur
lalu dengan leluasa
mengeruk perut kami
gas alam, minyak, emas, hutan,
sampai akar rumput bumi
seperti Belanda
mereka pun menghunus sangkur
dengan senapan siap tempur
rumah-rumah digempur
masjid, meunasah
dibuat hancur
melebihi Belanda
mereka perkosa istri-istri kami
mereka tebas leher putra putri kami
mereka bunuh harapan dan cita-cita kami
melebihi Belanda
itulah Jakarta!
Jakarta, 1999

13
DI ANTARA KANAL
Oleh Goenawan Mohamad
Jarimu menandai sebuah percakapan
yang tak hendak kita rekam
di hitam sotong dan gelas sauvognon blanc
yang akan ditinggalkan.
Di kiri kita kanal menyusup
dari laut. Di jalan para kelasi
malam seakan-akan biru.
Meskipun esok lazuardi, katamu.
Aku dengar. Kita kenal
kegaduhan di aspal ini.
Kita tahu banyak hal.
Kita tahu apa yang sebentar.
Seseorang pernah mengatakan
kita telah disandingkan
sejak penghuni pertama ghetto Yahudi
membangun kedai.
Tapi kau tahu aku akan melepasmu di sudut itu,
tiap malam selesai, dan aku tahu kau akan pergi.
Kota ini, katamu, adalah jam
yang digantikan matahari.
2012

14
TANAH AIR MATA
Oleh Sutardji Calzoum Bachri
Tanah airmata tanah tumpah dukaku
mata air airmata kami
airmata tanah air kami
di sinilah kami berdiri
menyanyikan airmata kami
di balik gembur subur tanahmu
kami simpan perih kami
di balik etalase megah gedung-gedungmu
kami coba sembunyikan derita kami
kami coba simpan nestapa
kami coba kuburkan duka lara
tapi perih tak bisa sembunyi
ia merebak kemana-mana
bumi memang tak sebatas pandang
dan udara luas menunggu
namun kalian takkan bisa menyingkir
ke manapun melangkah
kalian pijak airmata kami
ke manapun terbang
kalian kan hinggap di air mata kami
ke manapun berlayar
kalian arungi airmata kami
kalian sudah terkepung
takkan bisa mengelak
takkan bisa ke mana pergi
menyerahlah pada kedalaman air mata
(1991)

15
REFLEKSI SEORANG PEJUANG TUA
Oleh Taufik Ismail
Tentara rakyat telah melucuti Kebatilan
Setelah mereka menyimak deru sejarah
Dalam regu perkasa mulailah melangkah
Karena perjuangan pada hari-hari ini
Adalah perjuangan dari kalbu yang murni
Belum pernah kesatuan terasa begini eratnya
Kecuali dua puluh tahun yang lalu
Mahasiswa telah meninggalkan ruang-kuliahnya
Pelajar muda berlarian ke jalan-jalan raya
Mereka kembali menyeru-nyeru
Nama kau, Kemerdekaan
Seperti dua puluh tahun yang lalu
Spiral sejarah telah mengantarkan kita
Pada titik ini
Tak ada seorang pun tiran
Sanggup di tengah jalan mengangkat tangan
Dan berseru: Berhenti!
Tidak ada. Dan kalau pun ada
Tidak bisa
Karena perjuangan pada hari-hari ini
Adalah perjuangan dimulai dari sunyi
Belum pernah kesatuan terasa begini eratnya
Kecuali duapuluh tahun yang lalu.
1966

16
SATU MIMPI SATU BARISAN
Oleh Wijil Tukul
Di Lembang ada kawan Sofyan
jualan bakso kini karena dipecat perusahaan
karena mogok karena ingin perbaikan
karena upah ya karena upah
Di Ciroyom ada kawan Sodiyah
si lakinya terbaring di amben kontrakan
buruh pabrik teh
terbaring pucet dihantam tipes
ya dihantam tipes
juga ada neni
kawan bariah
bekas buruh pabrik kaos kaki
kini jadi buruh di perusahaan lagi
dia dipecat ya dia dipecat
kesalahannya : karena menolak
diperlakukan sewenang-wenang
Di Cimahi ada kawan Udin buruh sablon
kemarin kami datang dia bilang
umpama dironsen pasti nampak
isi dadaku ini pasti rusak
karena amoniak ya amoniak
Di Cigugur ada kawan Siti
punya cerita harus lembur sampai pagi
pulang lunglai lemes ngantuk letih
membungkuk 24 jam
ya 24 jam
Di Majalaya ada kawan Eman
buruh pabrik handuk dulu
kini luntang-lantung cari kerjaan
bini hamin tiga bulan
kesalahan : karena tak sudi
terus diperah seperti sapi
Di mana-mana ada Sofyan ada Sodiyah ada Bariyah
tak bisa dibungkam kodim
tak bisa dibungkam popor senapan
di mana-mana ada neni ada Udin ada Siti

17
di mana-mana ada Eman
di Bandung - Solo - Jakarta - Tangerang
Tak bisa dibungkam kodim
tak bisa dibungkam popor senapan
satu mimpi
satu barisan
Bandung, 21 Mei 1992

18
SAJAK PEPERANGAN ABIMANYU
Oleh W.S Rendra
Ketika maut mencegatnya di delapan penjuru
Sang ksatria berdiri dengan mata bercahaya
Hatinya damai,
di dalam dadanya yang bedah dan berdarah,
karena ia telah lunas
menjalani kewjiban dan kewajarannya
Setelah ia wafat
apakah petani-petani akan tetap menderita,
dan para wanita kampung
tetap membanjiri rumah pelacuran di kota?
Itulah pertanyaan untuk kita yang hidup
Tetapi bukan itu yang terlintas di kepalanya
ketika ia tegak dengan tubuh yang penuh luka-luka
Saat itu ia mendengar
nyanyian angin dan air yang turun dari gunung
Perjuangan adalah satu pelaksanaan cita dan rasa
Perjuangan adalah pelunasan kesimpulan penghayatan
Di saat badan berlumur darah,
jiwa duduk di atas teratai
Ketika ibu-ibu meratap
dan mengurap rambut mereka dengan debu,
roh ksatria bersetubuh dengan cakrawala
untuk menanam benih
agar nanti terlahir para pembela rakyat tertindas
- dari zaman ke zaman
Jakarta, 2 September 1977

19
BIODATA PENYAIR
AHMAD MUSTOFA BISRI
Ahmad Mustofa Bisri merupakan ulama multitalenta. KH Ahmad Mustofa Bisri juga
akrab dipanggil Gus Mus. Beliau lahir di Rembang, Jawa Tengah, 10 Agustus 1944, kini
umur 70 tahun. Ia adalah pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Leteh,
Rembang dan menjadi Rais Syuriah PBNU. Ia adalah salah seorang pendeklarasi Partai
Kebangkitan Bangsa dan sekaligus perancang logo PKB yang digunakan hingga kini.
Ia juga seorang penyair dan penulis kolom yang sangat dikenal di kalangan sastrawan.
Disamping budayawan, dia juga dikenal sebagai penyair. Karya-karyanya yang telah
diterbitkan, antara lain, Dasar-dasar Islam (terjemahan, Penerbit Abdillah Putra Kendal,
1401 H), Ensklopedi Ijma' (terjemahan bersama KH. M.A. Sahal Mahfudh, Pustaka
Firdaus, Jakarta, 1987), Nyamuk-Nyamuk Perkasa dan Awas, Manusia (gubahan cerita
anak-anak, Gaya Favorit Press Jakarta, 1979), Kimiya-us Sa'aadah (terjemahan bahasa
Jawa, Assegaf Surabaya), Syair Asmaul Husna (bahasa Jawa, Penerbit Al-Huda
Temanggung), Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem (Pustaka Firdaus, Jakarta, 1991,1994),
Tadarus, Antalogi Puisi (Prima Pustaka Yogya, 1993), Mutiara-mutiara Benjol (Lembaga
Studi Filsafat Islam Yogya, 1994), Rubaiyat Angin dan Rumput (Majalah Humor dan PT.
Matra Media, Cetakan II, Jakarta, 1995), Pahlawan dan Tikus (kumpulan pusisi, Pustaka
Firdaus, Jakarta, 1996), Mahakiai Hasyim Asy'ari (terjemahan, Kurnia Kalam Semesta
Yogya, 1996), Metode Tasawuf Al-Ghazali (tejemahan dan komentar, Pelita Dunia
Surabaya, 1996), Saleh Ritual Saleh Sosial (Mizan, Bandung, Cetakan II, September
1995), Pesan Islam Sehari-hari (Risalah Gusti, Surabaya, 1997), Al-Muna (Syair Asmaul
Husna, Bahasa Jawa, Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, 1997). dan juga Fikih
Keseharian (Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, bersama Penerbit Al-Miftah,
Surabaya, Juli 1997).
AHMADUN YOSI HERFANDA
Ahmadun Yosi Herfanda lahir di Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, 17
Januari 1958. Ia adalah seorang penulis puisi, cerpen, dan esei dari Indonesia.
Ahmadun dikenal sebagai sastrawan Indonesia dan jurnalis yang banyak menulis esei
sastra dan sajak sufistik. Namun, penyair Indonesia dari generasi 1980-an ini juga
banyak menulis sajak-sajak sosial-religius. Sementara, cerpen-cerpennya bergaya
karikatural dengan tema-tema kritik sosial. Ia juga banyak menulis esei sastra.
Sejak menjadi mahasiswa, Ahmadun telah aktif sebagai editor dan jurnalis. Dimulai dari
Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta (1983-1999), lalu di Harian Yogya Post (19991992), Majalah Sarinah (bersama Korrie Layun Rampan, 1992-1993), dan terakhir di
Harian Republika Jakarta (1993-2010). Di Republika ia lebih banyak dipercaya sebagai
Redaktur Sastra, namun sempat juga menjadi Koordinator Desk Opini dan Budaya,
serta Asisten Redaktur Pelaksana.

20
ASRIZAL NUR
Asrizal Nur, lahir di Pekanbaru, Riau, 16 November 1969. Beliau dikenal sebagai
deklamator yang handal. Tahun 2009, mementaskan puisi-puisinya dengan spektakuler
dan kolosal di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Di Depok, ia mendirikan Rumah Seni
Asnur. Ia juga menjadi Ketua Yayasan Panggung Melayu.
CHAIRIL ANWAR
Chairil Anwar (lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922 meninggal di Jakarta,
28 April 1949 pada umur 26 tahun), dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya
yang berjudul Aku), adalah penyair terkemuka Indonesia. Ia diperkirakan telah menulis
96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B.
Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia.
Selama hidupnya, Chairil telah menulis sekitar 94 karya, termasuk 70 puisi; kebanyakan
tidak dipublikasikan hingga kematiannya. Puisi terakhir Chairil berjudul Cemara
Menderai Sampai Jauh, ditulis pada tahun 1949, sedangkan karyanya yang paling
terkenal berjudul Aku dan Krawang Bekasi. Semua tulisannya baik yang asli, modifikasi,
atau yang diduga diciplak, dikompilasi dalam tiga buku yang diterbitkan oleh Pustaka
Rakyat. Kompilasi pertama berjudul Deru Campur Debu (1949), kemudian disusul oleh
Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang Putus (1949), dan Tiga Menguak Takdir (1950,
kumpulan puisi dengan Asrul Sani dan Rivai Apin).
FATIN HAMAMA
Fatin Hamama lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, 15 November 1967. Ia
merupakan penyair perempuan yang kerapkali menulis puisi-puisi relijius. Mulai menyair
sejak di bangku kelas III SD. 'Ketika duduk di bangku SD sampai Aliyah, ia berkali-kali
memenangkan lomba cipta dan baca puisi. Ia kemudian menjadi anak binaan sastrawan
Leon Agusta.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir (1987-1995),
ia kembali ke Indonesia. Di tanah air ia aktif mengikuti forum-forum sastra, termasuk
menjadi pengurus Komunitas Sastra Indonesia (KSI). Forum sastra yang pernah di
hadirinya antara lain Pertemuan Sastrawan Nusantara, Malaysia (1999), Dialog Utara
VIII di Thailand (1999) dan Debat Sastra Akhir Abad di LKBN Antara (1999).
Beberapakali kali ia tampil pada pembacaan puisi di tanah air maupun luar negeri. Di
tanah air, ia pernah tampil bersama sejumlah penyair tanah air dalam sejumlah acara
pembacaan puisi, sedangkan di luar negeri, ia pernah tampil pada Festival penyair seDunia di Seoul, (Korea Selatan, 1997), Sydney (Australia) dan Kuala Lumpur (Malaysia).
Karya-karyanya pernah dimuat di sejumlah media cetak antara lain, Semangat, Haluan
dan Singgalang. Ia juga meluncurkan buku kumpulan puisinya yang berjudul Papyrus,
yang merupakan ungkapan kecintaannya kepada Mesir sebagai ummud dunya (Ibu
Dunia). Baginya puisi adalah ungkapan hati sebagai sarana mengekspresikan kedekatan
pada Tuhan. Kegemarannya membaca sajak, ibu dari dua anak yang kerap wara-wiri ke

21
luar negeri karena mengikuti suami yang seorang berkarier sebagai diplomat ini, juga
disalurkan lewat kegiatan menjadi dubber film-film India untuk beberapa stasiun TV
swasta, serta drama radio Butir-butir Pasir di Laut.
FIKAR W. EDA
Fikar W. Eda Lahir di Takengon 1966. Alumni Fakultas Pertanian Universitas Syiah
Kuala (Unsyiah, Banda Aceh, dan Program Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
Menggeluti sastra dan teater. Tampil dalam berbagai kegiatan baca puisi di sejumlah
kota di Indonesia dan Malaysia, seperti Jakarta, Jogjakarta, Solo, Surabaya, Bandung,
Kuala Lumpur dalam Pengucapan Puisi Dunia Ke-9 2002, Banda Aceh dan lain-lain.
Menghadiri Forum Puisi Indonesia '87 di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Refleksi
Peringatan 50 Tahun Indonesia Merdeka di Solo, Pertemuan Penyair Sumatera di
Lampung, Medan, Batam dan sebagainya. Bersama grup musikalisasi puisi Deavies
Sanggar Matahari, menggelar acara Tour Salam Damai di sejumlah kota terpenting
Indonesia dalam rangka Kampanye Hak Asasi Manusia Aceh. Menyusun antologi sastra
Aceh Mendesah Dalam Nafasku bersama Lian Sahar dan Abdul Wachid BS (Kasuha,
1999), dan buku Aceh Menggugat (Pustaka Sinar Harapan, 1999) bersama S Sastya
Dharma. Menulis buku FORBES dan Jejak Lahirnya Undang Undang Pemerintahan
Aceh (Forbes, 2008), SABANG, Menyusur Jejak Pelabuhan Bebas (BPKS, 2008).
GOENAWAN MOHAMAD
Goenawan Mohamad nama aslinya adalah Goenawan Soesatyo Mohamad. Ia lahir
di Batang, Jawa Tengah pada tanggal 29 Juli 1941. Kini Ia berumur 72 tahun. Ia adalah
seorang sastrawan Indonesia terkemuka. Ia juga salah seorang pendiri Majalah Tempo.
Ia merupakan adik Kartono Mohamad, seorang dokter yang menjabat sebagai ketua
IDI.
Goenawan Mohamad adalah seorang intelektual yang punya wawasan yang begitu luas,
mulai pemain sepak bola, politik, ekonomi, seni dan budaya, dunia perfilman, dan
musik. Pandangannya sangat liberal dan terbuka.
SUTARDJI CALZOUM BACHRI
Pujangga hebat ini ini lahir di Rengat, Indragiri Hulu pada 24 Juni 1941. Tahun 2014 ini
ia berumur 73 tahun. Ia merupakan pujangga Indonesia terkemuka. Setelah lulus SMA
Sutardji Calzoum Bachri melanjutkan studinya ke Fakultas Sosial Politik Jurusan
Administrasi Negara, Universitas Padjadjaran, Bandung. Pada mulanya Sutardji Calzoum
Bachri mulai menulis dalam surat kabar dan mingguan di Bandung, kemudian sajaksajaknyai dimuat dalam majalah Horison dan Budaya Jaya serta ruang kebudayaan
Sinar Harapan dan Berita Buana.
Dari sajak-sajaknya itu Sutardji memperlihatkan dirinya sebagai pembaharu perpuisian
Indonesia. Terutama karena konsepsinya tentang kata yang hendak dibebaskan dari
kungkungan pengertian dan dikembalikannya pada fungsi kata seperti dalam mantra.

22
Pada musim panas 1974, Sutardji Calzoum Bachri mengikuti Poetry Reading
International di Rotterdam. Kemudian ia mengikuti seminar International Writing
Program di Iowa City, Amerika Serikat dari Oktober 1974 sampai April 1975. Sutardji
juga memperkenalkan cara baru yang unik dan memikat dalam pembacaan puisi di
Indonesia.
Sejumlah sajaknya telah diterjemahkan Harry Aveling ke dalam bahasa Inggris dan
diterbitkan dalam antologi Arjuna in Meditation (Calcutta, India), Writing from the World
(Amerika Serikat), Westerly Review (Australia) dan dalam dua antologi berbahasa
Belanda: Dichters in Rotterdam (Rotterdamse Kunststichting, 1975) dan Ik wil nog
duizend jaar leven, negen moderne Indonesische dichters (1979). Pada tahun 1979,
Sutardji dianugerah hadiah South East Asia Writer Awards atas prestasinya dalam
sastra di Bangkok, Thailand.
TAUFIK ISMAIL
Taufik Ismail dilahirkan di Bukittinggi, 25 Juni 1935 dan dibesarkan di Pekalongan, ia
tumbuh dalam keluarga guru dan wartawan yang suka membaca. Ia telah bercita-cita
menjadi sastrawan sejak masih SMA. Dengan pilihan sendiri, ia menjadi dokter hewan
dan ahli peternakan karena ingin memiliki bisnis peternakan guna menafkahi cita-cita
kesusastraannya. Ia tamat FKHP-UI Bogor pada 1963 tapi gagal punya usaha ternak.
Semasa kuliah aktif sebagai Ketua Senat Mahasiswa FKHP-UI (1960-1961) dan WaKa
Dewan Mahasiswa UI (1961-1962). Di Bogor pernah jadi guru di SKP Pamekar dan SMA
Regina Pacis, juga mengajar di IPB. Karena menandatangani Manifesto Kebudayaan,
gagal melanjutkan studi manajemen peternakan di Florida (1964) dan dipecat sebagai
dosen di Institut Pertanian Bogor.
Ia menulis di berbagai media, jadi wartawan, salah seorang pendiri Horison (1966), ikut
mendirikan DKJ dan jadi pimpinannya, Pj. Direktur TIM, Rektor LPKJ dan Manajer
Hubungan Luar Unilever. Penerima beasiswa AFS International Scholarship, sejak 1958
aktif di AFS Indonesia, menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Yayasan Bina
Antarbudaya, penyelenggara pertukaran pelajar antarbangsa yang selama 41 tahun
(sejak 1957) telah mengirim 1700 siswa ke 15 negara dan menerima 1600 siswa asing
di sini. Taufiq terpilih menjadi anggota Board of Trustees AFSIS di New York, 19741976.
WIDJI THUKUL
Widji Thukul, yang bernama asli Widji Widodo. Ia lahir di kampung Sorogenen, Solo,
26 Agustus 1963) adalah seorang sastrawan dan aktivis Indonesia. da tiga sajak Thukul
yang populer dan menjadi sajak wajib dalam aksi-aksi massa, yaitu Peringatan, Sajak
Suara, dan Bunga dan Tembok (ketiganya ada dalam antologi "Mencari Tanah Lapang"
yang diterbitkan oleh Manus Amici, Belanda, pada 1994. Tapi, sesungguhnya antologi
tersebut diterbitkan oleh kerjasama KITLV dan penerbit Hasta Mitra, Jakarta. Nama
penerbit fiktif Manus Amici digunakan untuk menghindar dari pelarangan pemerintah
Orde Baru. Dua kumpulan puisinya : Puisi Pelo dan Darman dan lain-lain diterbitkan
Taman Budaya Surakarta.

23

W.S RENDRA
W.S Rendra nama aslinya adalah Willibrordus Surendra Broto Rendra. Ia lahir di Solo,
Jawa Tengah, 7 November 1935 dan meninggal di Depok, Jawa Barat, 6 Agustus 2009
pada umur 73 tahun. Ia adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai "Burung
Merak". Ia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967. Ketika kelompok
teaternya kocar-kacir karena tekanan politik, kemudian ia mendirikan Bengkel Teater
Rendra di Depok, pada bulan Oktober 1985.
Semenjak masa kuliah ia sudah aktif menulis cerpen dan esai di berbagai majalah.
Karya-karya Rendra tidak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri.
Banyak karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, di antaranya
bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Jepang, dan India.
Ia juga aktif mengikuti festival-festival di luar negeri, di antaranya The Rotterdam
International Poetry Festival (1971 dan 1979), The Valmiki International Poetry Festival,
New Delhi (1985), Berliner Horizonte Festival, Berlin (1985), The First New York Festival
Of the Arts (1988), Spoleto Festival, Melbourne, Vagarth World Poetry Festival, Bhopal
(1989), World Poetry Festival, Kuala Lumpur (1992), dan Tokyo Festival (1995).

Anda mungkin juga menyukai