Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN i
JUDUL ....................................................................... ii
KATA iii
PENGANTAR .....................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................
BAB I. : PENDAHULUAN ..................................................... 1
.
A. Latar Belakang .................................................. 1
B. Perumusan 22
Masalah ............................................ 26
C. Tujuan dan
Manfaat ............................................
BAB II. : KONSEP PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN BADAN
USAHA MILIK DAERAH 29
(BUMD) ................................
A. Konsep Pengembangan Pariwisata 29
….......................
B. Konsep dan Pengembangan Pengelolaan Barang 86
Milik Daerah oleh BUMD
……………………………………………………. 108
C. Konsep dan Pengembangan Badan Usaha Milik 123
Daerah …….………………………………………………………………..
D. Kerangka Pemikiran ………………………………………….…….
iii
B. Organisasi Kegiatan ........................................... 135
C. Waktu dan Laporan Pelaksanaan 136
Kegiatan .............. 137
D. Sistematika Laporan Akhir
....................................
LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan untuk melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial. Tujuan pembangunan nasional sebagaimana termaktub
dalam Alinea IV Pembukaan Undang-Undang Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 salah satunya adalah untuk mewujudkan
kesejahteraan umum. Oleh karena itu, untuk mewujudkan
tujuan Negara tersebut Pemerintah maupun Pemerintah Daerah
sebagai regulator, menetapkan peraturan perundang-undangan
dan berbagai kebijakan.
3
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
4
(Pemda) harus mempunyai sumber-sumber keuangan daerah
yang memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan
dengan kebijakan otonomi daerahnya, menyelenggarakan
kegiatan pembangunan, dan meningkatkan pelayanan publik.
Kapasitas keuangan Pemerintah Daerah akan sangat
menentukan kemampuan Pemerintah Daerah dalam menjalankan
fungsi-fungsinya, yang meliputi: fungsi pelayanan masyarakat
(public service function); fungsi pelaksanaan pembangunan
(development function); dan fungsi perlindungan kepada
masyarakat (protective function).
5
dari hasil Penyertaan Modal Pemerintah Daerah kepada Badan
Usaha, baik yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat (BUMN),
Pemerintah Daerah (BUMD), maupun swasta.
Tabel 1.1
6
Tingkat pencapaian atau rasio pengumpulan (collection
ratio) Pendapatan Daerah pada tahun 2022 mencapai 102,05
persen yang berarti target Pendapatan Daerah pada tahun 2022
sudah dapat tercapai dengan baik. Sumber pendapatan daerah
yang memiliki tingkat pencapaian paling tinggi adalah PAD yaitu
mencapai 115,15 persen, hal itu berarti target PAD sudah dapat
direalisasikan dengan sangat baik. Sementara itu Pendapatan
Transfer memiliki tingkat pencapaian sebesar 100,53 persen, hal
itu berarti target yang ditetapkan pada tahun 2022 ini juga dapat
dicapai dengan baik. Kemudian sumber Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah memiliki tingkat pencapaian hanya sebesar
88,61 persen, yang berarti target yang ditetapkan belum dapat
direalisasikan dengan baik.
7
pertumbuhan paling kecil pada sumber-sumber Pendapatan
Daerah adalah Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah dengan
pertumbuhan rata -rata mencapai -9,56 persen per tahun.
8
Gambar 1.1
Kontribusi Sumber-Sumber Pendapatan Daerah
Kabupaten Magetan Tahun 2021 dan 2022 (%)
Tabel 1.2
9
Sumber : Laporan Keuangan Daerah Kab. Magetan TA 2018-2022,
diolah.
10
Gambar 1.2
Kontribusi Komponen Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Magetan Tahun 2021 dan 2022 (Persen)
11
Kabupaten Magetan kepada Badan Usaha. Rendahnya kontribusi
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan pada
pembentukan PAD ini dikarenakan masih relatif terbatasnya
penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Magetan kepada badan
usaha. Ada kecenderungan hubungan positif antara Penyertaan
Modal Pemerintah Daerah dengan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan, artinya jika penyertaan modal rendah
maka kecenderungan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan juga rendah, sebaliknya apabila penyertaan modal
Pemerintah Daerah ditingkatkan maka ada kecenderungan
meningkatnya Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan.
12
ini memberikan keuntungan yang proporsional sehingga mampu
meningkatkan kinerja PAD, maka kondisi dan kinerja Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) tempat penyertaan modal harus
memiliki manajemen yang baik, sehat dan maju.
13
kembali dibuka obyek-obyek wisata yang mendapatkan
sambutan dari masyarakat yang luar biasa.
Kabupaten Magetan merupakan kota wisata yang
memiliki beberapa destinasi dan daya Tarik pariwisata yang
sudah dikenal baik di tingkat regional maupun nasional dan
sebagian kawasannya berada di dataran tinggi membuat daerah
ini diuntungkan dengan sumber daya alam yang melimpah.
Sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Provinsi Jawa Timur
bagian barat, Kabupaten Magetan mempunyai ikon wisata alam
Telaga Sarangan. Destinasi wisata dengan kekuatan keunggulan
nuansa pemandangan alam pegunungan yang indah, udara yang
sejuk, dan ketersediaan sarana akomodasi yang memadai,
tempat ini akan mampu dikembangkan menjadi daya tarik
wisatawan dalam negeri maupun mancanegara. Pada tahun
2022, sarana akomodasi yang tersedia di Kabupaten Magetan
antara lain ada sekitar 143 buah hotel dan pondok wisata dengan
jumlah kamar sebanyak 1.898 kamar dengan 2.869 tempat
tidur.
Lokasi Wisata Telaga Sarangan yang berada di Lereng
Gunung Lawu dikelilingi pula obyek-obyek wisata di sekitarnya
seperti air terjun, bumi perkemahan, puncak Lawu dan camping
ground. Jumlah pengunjung Telaga Sarangan selama tahun 2014
– 2017 meningkat terus menerus dari sebanyak 627 ribu
pengunjung meningkat dari tahun ke tahun sampai menjadi
sebanyak 921 ribu pengunjung pada tahun 2017. Pada tahun
2018 memang sempat menurun menjadi sebanyak 850 ribu
pengunjung. Puncak wisatawan biasanya terjadi pada bulan Juni
sampai mencapai 150 ribu pengunjung dan pada bulan
Desember sampai mencapai 122 ribu pengunjung. Jumlah
14
pengunjung Telaga Sarangan tahun 2019 meningkat kembali
hingga mencapai 917 ribu pengunjung yang kemudian menurun
di tahun 2020 menjadi sebanyak 629 ribu pengunjung. Pada
tahun 2021, jumlah pengunjung Telaga Sarangan menurun
kembali hingga 547 ribu pengunjung. Puncak wisatawan tahun
2019 juga terjadi pada bulan Juni sampai mencapai 171 ribu
pengunjung dan pada bulan Desember sampai mencapai 107
ribu pengunjung sedangkan puncak wisatawan tahun 2021
terjadi pada Bulan Juni sebanyak 93 ribu pengunjung dan Bulan
Desember 108 ribu pengunjung. Adapun jumlah pengunjung
Telaga Sarangan pada tahun 2022 mengalami peningkatan
hingga menjadi 920.574 pengunjung dengan puncak wisatawan
pada bulan Januari dan Mei. Selain Telaga Sarangan, destinasi
pariwisata lainnya yakni Telaga Wahyu, Kampung Susu Lawu,
dan Kebun Refugia Magetan.
Sesuai apa yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten
Magetan Tahun 2018-2023, rendahnya kontribusi sektor
pariwisata terhadap PAD disebabkan antara lain karena (1)
masih rendahnya daya saing pariwisata, (2) masih kurangnya
kuantitas dan kualitas destinasi pariwisata, (3) masih kurangnya
daya dukung pariwisata, (4) belum terintegrasinya perencanaan
pembangunan pariwisata, dan (5) belum optimalnya pemasaran.
Wujud permasalahan terkait pengelolaan yang berbeda-beda
mengakibatkan pengelolaanya kurang terpadu dan terintegrasi
sehingga hasil yang diperoleh pun kurang optimal. Maka dalam
rangka pencapaian Misi Kedua pada RPJMD Kabupaten Magetan
Tahun 2018-2023 yaitu meningkatkan perekonomian daerah
melalui keberpihakan dan pemberdayaan koperasi dan usaha
mikro sebagai pilar ekonomi kerakyatan serta pemberdayaan
15
masyarakat desa sebagai basis sekaligus ujung tombak
pembangunan daerah. Oleh karenanya, pengelolaan kegiatan
pariwisata yang lebih maju serta profesional dalam rangka agar
dapat mengangkat tinggi kinerja sektor Pariwisata Daerah secara
optimal sangat perlu dan mendesak. Kelembagaan yang
dipandang dapat mewakili pola pengelolaan yang dinamis,
professional, efektif dan efisien adalah Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD), maka pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
Pariwisata Daerah yang mengelola kegiatan pariwisata Daerah
secara produktif perlu segera diwujudkan. Hal tersebut sesuai
dengan aspek potensi dimana BUMD Pariwisata rencananya akan
bergerak pada beberapa unit usaha berdasarkan potensi
pengembangannya unit usaha pariwisata yaitu pengelolaan
potensi pariwisata Daerah yang maju dan professional
diharapkan mampu memaksimalkan pengelolaan pariwisata
secara efektif utamanya agar pariwisata dapat meningkatkan
PAD dan mewujudkan prinsip penyelenggaraan perusahaan yang
baik (good corporate governance).
Rencana pendirian BUMD Pariwisata Kabupaten Magetan
dalam bentuk Perusahaan Umum Daerah dimana Perumda
Pariwisata Kabupaten Magetan rencana bergerak pada unit usaha
pengelolaan destinasi wisata. Hal ini diharapkan akan
memberikan pemasukan bagi daerah dan merupakan peluang
usaha yang cukup potensial untuk meningkatkan kontribusi laba
perusahaan terhadap PAD di Kabupaten Magetan diantaranya
dengan pengelolaan destinasi wisata di sektor pariwisata. Dalam
keberlangsungan usahanya akan melibatkan Pemerintah, Pihak
Swasta dan Perhutani. Keberadaan sektor pariwisata dalam
BUMD Pariwisata Kabupaten Magetan dipandang memiliki
16
peranan strategis dalam pembangunan sarana dan prasarana
guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Mengingat cukup
strategisnya peran perusahaan daerah sebagai institusi public
service sekaligus salah satu sumber PAD, maka perusahaan
daerah ini dituntut lebih profesional dan lebih efisien dalam
melaksanakan usahanya.
Merujuk pada ketentuan Pasal 331 UU Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur bahwa
daerah dapat mendirikan BUMD, pendirian BUMD ditetapkan
dengan peraturan daerah. BUMD terdiri atas perusahaan umum
daerah dan perusahaan perseroan daerah. Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah berikut
perubahan-perubahannya dan kemudian juga Peraturan
Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) berikut peraturan-peraturan turunannya,
memberikan peluang pendirian BUMD baru dalam mengelola dan
menggerakkan potensi daerah yang melimpah sehingga dapat
lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mewujudkan tujuan
otonomi daerah yaitu peningkatan pelayanan publik, peningkatan
daya saing daerah dan pada akhirnya dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Sebagaimana
pada UU Nomor 23 Tahun 204 juga dijelaskan bahwa, pendirian
BUMD didasarkan pada kebutuhan Daerah dan kelayakan bidang
usaha BUMD yang akan dibentuk. Guna mengetahui Kebutuhan
Daerah perlu mengkaji aspek pelayanan umum dan kebutuhan
masyarakat. Atas dasar ketentuan tersebut, Kabupaten Magetan
melalui Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam Sekretariat
Daerah melakukan survei guna mengetahui persepsi masyarakat
terhadap rencana pendirian BUMD Pariwisata dimana rencana
17
BUMD ini baru dan belum ada sebelumnya.
Berdasarkan hasil kuesioner, tercatat jumlah responden
survei persepsi dan kebutuhan masyarakat atas Pendirian BUMD
Pariwisata Kabupaten Magetan guna Pengembangan Objek
Wisata dalam Upaya Peningkatan Pelayanan Pariwisata di
Kabupaten Magetan ini mencapai 676 responden. Responden
pengunjung objek wisata Telaga Sarangan sebanyak 256
responden terbagi atas 43,75% berjenis kelamin laki-laki dan
56,25% berjenis kelamin perempuan, objek wisata Telaga Wahyu
sebanyak 145 responden terbagi atas 57,24% berjenis kelamin
laki-laki dan 42,76% berjenis kelamin perempuan, objek wisata
Kebun Refugia Magetan sebanyak 143 responden yang terbagi
atas 54,56% berjenis kelamin laki-laki dan 45,45% berjenis
kelamin perempuan, objek wisata Kampung Susu Lawu sebanyak
124 responden terbagi atas 59,68% berjenis kelamin laki-laki
dan 40,32% berjenis kelamin perempuan serta pengelola objek
wisata sebanyak 8 responden terbagi atas 62,6% berjenis
kelamin laki-laki dan 37,5% berjenis kelamin perempuan. Total
responden sejumlah 676 responden terbagi atas 352 responden
berjenis kelamin laki-laki (52,07 persen) dan 324 responden
berjenis kelamin perempuan (47,93 persen).
Adapun untuk hasil penilaian masyarakat terhadap
pelayanan umum yang belum memadai adalah pengelolaan
fasilitas objek wisata/pariwisata yang dianggap masih banyak
masalah seiring kurangnya kuantitas dan kualitas destinasi
pariwisata. Berdasar kebutuhan masyarakat Pendirian BUMD
Pariwisata Kabupaten Magetan adalah masyarakat dan
pengusaha pariwisata membutuhkan pelayanan bidang
pariwisata. Selain itu, masyarakat dan pengusaha pariwisata
18
butuh sarana prasarana serta fasilitas destinasi wisata secara
nyaman, aman, bersih, rapi dan pengelolaan yang lebih baik juga
meningkat. Diyakini bahwa pengelolaan destinasi wisata dan
pendayagunaan aset pada BUMD akan meningkatkan
pendapatan. Seiring ditingkatkannya pengelolaan pariwisata di
Kabupaten Magetan agar lebih optimal fungsinya, lebih berdaya
guna dan berhasil guna dengan meningkatkan pelayanan publik.
Masyarakat Kabupaten Magetan mengharapkan dengan adanya
BUMD Pariwisata ini diharapkan mampu meningkatkan akselerasi
di sektor pariwisata, hal ini dimaksudkan agar pendayagunaan
aset dan potensi daerah agar lebih optimal.
Dalam rangka mewujudkan harapan, kebutuhan
masyarakat dan tujuan itu, kegiatan pendirian atau
pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang bergerak
dalam bidang Pariwisata di Kabupaten Magetan sangat mendesak
untuk dilakukan sebagai sarana peningkatan perekonomian,
pelayanan publik, penciptaan lapangan kerja serta Pendapatan
Asli Daerah (PAD). Atas rencana pendirian BUMD Pariwisata
Kabupaten Magetan mayoritas responden menyetujui atas
rencana pendirian tersebut. Jenis usaha yang nantinya perlu
dijalankan dengan melihat beberapa permasalahan yang terjadi
di lapangan, maka responden memberikan saran bidang usaha
pariwisata dimana eksistensi pariwisata akan mampu
mendongkrak pada usaha lainnya seperti pertanian,
perdagangan dan pendayagunaan aset daerah lainnya.
Dalam rangka melaksanakan aktivitas usahanya, suatu
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dapat melakukan kerja sama,
baik dengan BUMD lain, BUMD, Pemerintah maupun pihak swasta
sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 94 ayat (1) Peraturan
19
Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik
Daerah. Diharapkan dengan didirikannya Perumda Pariwisata
Kabupaten Magetan dapat menjadi jalan keluar yang tepat untuk
mengakomodasi semua kebutuhan dasar Pemerintah Kabupaten
Magetan dalam rangka mengatasi permasalahan kepariwisataan
daerah serta meningkatkan fungsi pengelolaan destinasi wisata
untuk memberikan pelayanan masyarakat di bidang
kepariwisataan sekaligus meningkatkan fungsi pengelolaan
destinasi wisata untuk memberikan pelayanan masyarakat di
bidang kepariwisataan, PAD dan pertumbuhan serta
perkembangan ekonomi daerah. Mengingat angka pengangguran
di Kabupaten Magetan mencapai 4,33 persen dengan melihat
angka pengangguran yang terjadi, tentu apabila dikaitkan
dengan pendirian BUMD Pariwisata akan berakibat kepada
proses penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Magetan. Adanya
pengembangan usaha di suatu wilayah mempengaruhi mobilitas
kegiatan masyarakat terutama dalam hal peningkatan lapangan
kerja yang berujung pada penurunan pengangguran dengan
menyerap tenaga kerja baik sejak tahap awal pendirian atau
tahap persiapan hingga tahap pelaksanaan atau operasional
perusahaan. Dalam hal ini, tidak hanya pekerja lokal saja yang
terserap tenaga kerjanya melainkan kemungkinan besar tenaga
kerja dari wilayah lain pun turut terserap dalam kegiatan sektor
ini. Hal ini secara tidak langsung berdampak positif terhadap
pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah.
Berdasar hasil perhitungan kelayakan investasi, maka
dapat dikatakan bahwa keberadaan BUMD Perumda Pariwisata
merupakan investasi yang menjanjikan suatu keuntungan dan
layak untuk dipertimbangkan. Perhitungan Net Present Value
20
(NPV) pada kondisi optimis, moderat dan pesimis menunjukkan
hasil yang positif artinya investasi tersebut layak dilaksanakan
sebab rule of thumb nilai NPV > 0 memiliki arti kegiatan
pendirian BUMD Perumda Pariwisata Kabupaten Magetan ini
dinyatakan layak untuk dilaksanakan (GO). Sedangkan
perhitungan Internal Rate of Return (IRR) diperoleh hasil untuk
perhitungan kondisis optimis, moderat dan pesimis lebih besar
dari tingkat return yang diharapkan yakni IRR> DF (15 persen)
artinya bahwa kegiatan pendirian BUMD Perumda Pariwisata
Kabupaten Magetan ini dinyatakan layak untuk dilaksanakan
(GO). Selanjutnya, perhitungan Profitability Index (PI) pada
kondisi optimis, moderat dan pesimis juga menunjukkan hasil PI
>1 artinya kegiatan pendirian BUMD Perumda Pariwisata
Kabupaten Magetan ini dinyatakan layak untuk dilaksanakan
(GO). Adapun perhitungan Benefit Cost Ratio (BCR) diperoleh
nilai B/C Ratio >1 memiliki arti kegiatan pendirian BUMD
Perumda Pariwisata Kabupaten Magetan ini dinyatakan layak
untuk dilaksanakan (GO). Jangka waktu yang dibutuhkan agar
investasi dapat kembali (Payback Period) baik undiscounted
maupun discounted lebih rendah dari umur ekonomisnya (10
tahun) sehingga dapat dikatakan bahwa kegiatan pendirian
BUMD Perumda Pariwisata Kabupaten Magetan ini dinyatakan
layak untuk dilaksanakan (GO).
Sebagai langkah awal kegiatan pendirian BUMD Pariwisata
di Kabupaten Magetan ini, lebih dahulu dilakukan penyusunan
kajian Studi Kelayakan Pendirian Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) Pariwisata Kabupaten Magetan. Studi Kelayakan
Pendirian BUMD Pariwisata Kabupaten Magetan itu dilakukan
dalam rangka mendapatkan dokumen yang menjadi acuan bagi
21
Pemerintah Kabupaten Magetan untuk melangkah lebih lanjut
dalam penyusunan naskah akademik Rancangan Peraturan
Daerah Kabupaten Magetan tentang Pendirian Perusahaan
Perseroan Daerah Pariwisata Magetan.
B. Perumusan Masalah
Potensi pariwisata di Kabupaten Magetan yang kaya
dengan keindahan Sumber Daya Alam dan dukungan sarana
prasarana jalan akses menuju objek-objek wisata yang sudah
semakin baik itu ternyata belum memberikan dampak signifikan
terhadap perekonomian Daerah secara optimal. Jumlah
wisatawan pengunjung objek-objek wisata di Kabupaten Magetan
meskipun meningkat sepanjang tahun 2014 – 2017, namun pada
tahun 2018 sempat mengalami penurunan sebelum kembali
meningkat di tahun 2019 dan menurun kembali di tahun 2020-
2021. Kemudian, peningkatan pengunjung kembali terjadi di
tahun 2022.
23
a. Pelayanan umum; dan
b. Kebutuhan masyarakat.
25
(BUMD) Pariwisata di Kabupaten Magetan. Sehubungan dengan
hal itu maka permasalahan yang urgen dikemukakan dalam studi
kelayakan ini adalah:
1. Tujuan
Tujuan yang diharapkan dari kegiatan Penyusunan
Studi Kelayakan Pendirian BUMD Pariwisata di Kabupaten
Magetan ini adalah untuk mendapatkan dokumen feasibility
study (studi kelayakan) sebagai landasan pengambilan
keputusan bagi Pemerintah Daerah untuk mendirikan BUMD
Pariwisata Kabupaten Magetan. Kajian studi kelayakan
tersebut meliputi aspek-aspek ekonomi, pasar dan
pemasaran, keuangan, teknologi, sumber daya manusia,
dan aspek hukum dan peraturan perundang- undangan
yang melandasinya. Selain itu, sebagai bahan Pemerintah
Daerah dalam mensosialisasikan perubahan pengelolaan
destinasi pariwisata oleh BUMD dengan tetap menjalin
kemitraan dengan masyarakat yang selama ini
berkecimpung di bidang pariwisata.
Secara khusus tujuan kajian studi kelayakan
pendirian BUMD Pariwisata di Kabupaten Magetan ini
27
adalah:
2. Manfaat
Kegunaan dari penyusunan studi kelayakan Pendirian
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pariwisata Kabupaten
Magetan ini adalah tersusunnya dokumen feasibility study
(studi kelayakan) Pendirian Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) Pariwisata Kabupaten Magetan. Selanjutnya
dokumen feasibility study tersebut akan digunakan sebagai
landasan pengambilan keputusan Pemerintah Kabupaten
Magetan dengan melibatkan perangkat daerah terkait di
lingkungan Pemerintah Kabupaten Magetan dan DPRD
Kabupaten Magetan dalam rangka pendirian BUMD
Pariwisata Kabupaten Magetan.
28
BAB II
KONSEP PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN BADAN USAHA
MILIK DAERAH (BUMD)
1. Pengertian Pariwisata
Pariwisata berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
(sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dimana undang-undang
tersebut telah dicabut dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun
2022 tentang Cipta Kerja Menjadi Undang-Undang), adalah
berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Pariwisata
juga merupakan keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha
dan masyarakat untuk mengatur, mengurus dan melayani
kebutuhan wisatawan. (Karyono, 1997:15).
Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun
kelompok di dalam wilayah negara lain. Kegiatan tersebut
menggunakan kemudahan, jasa dan faktor penunjang lainnya
yang diadakan oleh pemerintah dan atau masyarakat, agar
dapat mewujudkan keinginan wisatawan.
Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 12 menjelaskan
bahwa pariwisata adalah kegiatan perjalanan seseorang atau
29
serombongan orang dari tempat tinggal asalnya ke suatu
tempat di kota lain atau di negara lain dalam jangka waktu
tertentu. Tujuan perjalanan dapat bersifat pelancongan, bisnis,
keperluan ilmiah, bagian kegiatan agama, muhibah atau juga
silaturahmi.
Pariwisata adalah suatu fenomena kebudayaan global
yang dapat dipandang sebagai suatu sistem. Dalam model yang
dikemukakan oleh Leiper, pariwisata terdiri atas tiga komponen
yaitu wisatawan (tourist), elemen geografi (geographical
elements) dan industri pariwisata (tourism industry).
Definisi pariwisata menurut Yoeti (1996:108) adalah
suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang
diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain, dengan
maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat
yang dikunjungi tetapi semata-mata untuk menikmati
perjalanan hidup guna bertamasya dan rekreasi atau memenuhi
keinginan yang beraneka ragam. Robert Mc. Intosh bersama
Shashikant Gupta mengungkapkan bahwa pariwisata adalah
gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi
wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat
tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-
wisatawan ini serta para pengunjung lainnya (Pendit, 1999:31).
The Ecotourism Society (1990) mendefinisikan
pariwisata sebagai berikut: “Pariwisata adalah suatu bentuk
perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan
mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan
kesejahteraan penduduk setempat”. Pariwisata merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia
terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Pariwisata
30
diawali dari kegiatan yang semula hanya dinikmati oleh
segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal abad ke-20,
kini telah menjadi bagian dari hak asasi manusia.
Hal itu terjadi tidak hanya di negara maju tetapi mulai
dirasakan pula di negara berkembang. Indonesia sebagai
negara yang sedang berkembang dalam tahap
pembangunannya, berusaha membangun industri pariwisata
sebagai salah satu cara untuk mencapai neraca perdagangan
luar negeri yang berimbang. Melalui industri ini diharapkan
pemasukan devisa dapat bertambah (Pendit, 2002).
Sebagaimana diketahui bahwa sektor pariwisata di
Indonesia masih menduduki peranan yang sangat penting
dalam menunjang pembangunan nasional sekaligus merupakan
salah satu faktor yang sangat strategis untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat dan devisa negara Pariwisata lebih
populer dan banyak dipergunakan dibanding dengan
terjemahan yang seharusnya dari istilah tourism, yaitu turisme.
Terjemahan yang seharusnya dari tourism adalah wisata.
Yayasan Alam Initra Indonesia (1995) membuat terjemahan
tourism dengan turisme. Di dalam tulisan ini dipergunakan
istilah pariwisata yang banyak digunakan oleh para rimbawan,
mempergunakan istilah pariwisata untuk menggambarkan
adanya bentuk wisata yang baru muncul pada dekade delapan
puluhan.
Pengertian tentang pariwisata mengalami perkembangan
dari waktu ke waktu. Namun, pada hakikatnya, pengertian
pariwisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab
terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area),
memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan
31
keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Atas dasar
pengertian ini, bentuk pariwisata pada dasarnya merupakan
bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk
dunia. Eco-traveler ini pada hakikatnya konservasionis.
Pada mulanya pariwisata dilakukan oleh wisatawan
pecinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap
utuh dan lestari, di samping budaya dan kesejahteraan
masyarakatnya tetap terjaga. Namun dalam perkembangannya
ternyata bentuk pariwisata ini berkembang karena banyak
digemari oleh wisatawan. Pada tahun 1995 The Tourism Society
kemudian mendefinisikan pariwisata sebagai bentuk baru dari
kegiatan perjalanan wisata bertanggungjawab di daerah yang
masih alami atau daerah-daerah yang dikelola dengan kaidah
alam dimana tujuannya selain untuk menikmati keindahannya
juga melibatkan unsur pendidikan, pemahaman dan dukungan
terhadap usaha-usaha konservasi alam dan peningkatan
pendapatan masyarakat setempat sekitar daerah tujuan
pariwisata.
Di beberapa wilayah berkembang suatu pemikiran baru
yang berkait dengan pengertian pariwisata. Fenomena
pendidikan diperlukan dalam bentuk wisata ini. Hal ini seperti
yang didefinisikan oleh Australian Department of Tourism yang
mendefinisikan pariwisata adalah wisata berbasis pada alam
dengan mengikutkan aspek pendidikan dan interpretasi
terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan
pengelolaan kelestarian ekologis. Definisi ini memberi
penegasan bahwa aspek yang terkait tidak hanya bisnis seperti
halnya bentuk pariwisata lainnya, tetapi lebih dekat dengan
pariwisata minat khusus, alternatife tourism atau special
32
interest tourism dengan obyek dan daya tarik wisata alam.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka terdapat lima
hal penting yang mendasari kegiatan pariwisata:
a. Perjalanan wisata yang bertanggung jawab, artinya bahwa
semua pelaku kegiatan pariwisata harus bertanggung
jawab terhadap dampak yang ditimbulkan dari kegiatan
pariwisata terhadap lingkungan alam dan budaya.
b. Kegiatan pariwisata dilakukan ke/di daerah-daerah yang
masih alami (nature made) atau di/ke daerah-daerah yang
dikelola berdasarkan kaidah alam.
c. Tujuannya selain untuk menikmati pesona alam, juga
untuk mendapatkan tambahan pengetahuan dan
pemahaman mengenai berbagai fenomena alam dan
budaya.
d. Memberikan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi
alam.
e. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
33
beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani. Wisata
olahraga, yaitu wisatawan-wisatawan yang melakukan
perjalanan dengan tujuan berolahraga atau memang
sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam pesta
olahraga di suatu tempat atau Negara.
c. Wisata komersial, yaitu termasuk perjalanan untuk
mengunjungi pameran pameran dan pekan raya yang
bersifat komersial, seperti pameran industri, pameran
dagang dan sebagainya.
d. Wisata industri, yaitu perjalanan yang dilakukan oleh
rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang-orang
awam ke suatu kompleks atau daerah perindustrian,
dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan peninjauan
atau penelitian.
e. Wisata Bahari, yaitu wisata yang banyak dikaitkan dengan
danau, pantai atau laut.
f. Wisata Cagar Alam, yaitu jenis wisata yang biasanya
diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang
mengkhususkan usaha-usaha dengan mengatur wisata ke
tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan
daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya
dilindungi oleh undang-undang.
g. Wisata bulan madu, yaitu suatu penyelenggaraan
perjalanan bagi pasangan-pasangan pengantin baru yang
sedang berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas khusus
dan tersendiri demi kenikmatan perjalan.
34
bukan untuk menetap atau bekerja di situ secara teratur, dan
yang di Negara dimana ia tinggal untuk sementara itu
membelanjakan uang yang didapatkannya di lain tempat,
sedangkan menurut Soekadijo (2000), wisatawan adalah
pengunjung di Negara yang dikunjunginya setidak-tidaknya
tinggal 24 jam dan yang datang berdasarkan motivasi:
a. Mengisi waktu senggang atau untuk bersenang-senang,
berlibur, untuk alasan kesehatan, studi, keluarga, dan
sebagainya.
b. Melakukan perjalanan untuk keperluan bisnis.
c. Melakukan perjalanan untuk mengunjungi pertemuan-
pertemuan atau sebagai utusan (ilmiah, administratif,
diplomatik, keagamaan, olahraga dan sebagainya).
d. Dalam rangka pelayaran pesiar, jika kalau tinggal kurang
dari 24 jam.
35
Belanda yang mendapat cuti tahunan, tetapi ia tidak
pulang ke Belanda, tetapi melakukan perjalanan wisata di
Indonesia (tempat ia bertugas).
c. Domestic Tourist (Wisatawan Nusantara)
Seorang warga negara suatu negara yang melakukan
perjalanan wisata dalam batas wilayah negaranya sendiri
tanpa melewati perbatasan negaranya. Misalnya warga
negara Indonesia yang melakukan perjalanan ke Bali atau
ke Danau Toba. Wisatawan ini disingkat wisnus.
a. Indigenous Foreign Tourist
Warga negara suatu negara tertentu, yang karena
tugasnya atau jabatannya berada di luar negeri, pulang ke
negara asalnya dan melakukan perjalanan wisata di
wilayah negaranya sendiri. Misalnya, warga negara
Perancis yang bertugas sebagai konsultan di perusahaan
asing di Indonesia, ketika liburan ia kembali ke Perancis
dan melakukan perjalanan wisata di sana. Jenis wisatawan
ini merupakan kebalikan dari Domestic Foreign Tourist.
b. Transit Tourist
Wisatawan yang sedang melakukan perjalanan ke suatu
Negara tertentu yang terpaksa singgah pada suatu
pelabuhan/airport/stasiun bukan atas kemauannya sendiri.
c. Business Tourist
Orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan bisnis
bukan wisata tetapi perjalanan wisata akan dilakukannya
setelah tujuannya yang utama selesai. Jadi perjalanan
wisata merupakan tujuan sekunder, setelah tujuan primer
yaitu bisnis selesai dilakukan.
36
2. Daerah Tujuan Wisata
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja dimana Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja telah dicabut dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022
tentang Cipta Kerja yang telah ditetapkan dengan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022
tentang Cipta Kerja, menjelaskan beberapa pengertian istilah
kepariwisataan, antara lain.
a. Wisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan
oleh individu atau kelompok mengunjungi suatu tempat
dan bertujuan untuk rekreasi, pengembangan pribadi, atau
untuk mempelajari keunikan daya tarik suatu tempat
wisata yang dikunjungi dalam waktu sementara.
b. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang
didukung oleh berbagai layanan fasilitas yang disediakan
oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah
daerah.
c. Daerah tujuan wisata dapat disebut juga dengan destinasi
pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam
satu atau lebih wilayah administrasi yang di dalamnya
terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas
pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling
terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
Leiper (dalam Gde Pitana, 2005: 99) mengemukakan
bahwa suatu daerah tujuan wisata (destinasi wisata) adalah
37
sebuah susunan sistematis dari tiga elemen. Seorang dengan
kebutuhan wisata adalah inti/ pangkal (keistimewaan apa saja
atau karakteristik suatu tempat yang akan mereka kunjungi)
dan sedikitnya satu penanda (inti informasi). Seseorang
melakukan perjalanan wisata dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang menjadi daya tarik yang membuat seseorang rela
melakukan perjalanan yang jauh dan menghabiskan dana
cukup besar. Suatu daerah harus memiliki potensi daya tarik
yang besar agar para wisatawan mau menjadikan tempat
tersebut sebagai destinasi wisata.
Menurut Jackson (dalam Gde Pitana, 2005: 101) suatu
daerah yang berkembang menjadi sebuah destinasi wisata
dipengaruhi oleh beberapa hal yang penting, seperti:
a. Menarik untuk klien.
b. Fasilitas-fasilitas dan atraksi.
c. Lokasi geografis.
d. Jalur transportasi.
e. Stabilitas politik.
f. Lingkungan yang sehat.
g. Tidak ada larangan/batasan pemerintah.
Suatu destinasi harus memiliki berbagai fasilitas
kebutuhan yang diperlukan oleh wisatawan agar kunjungan
seorang wisatawan dapat terpenuhi dan merasa nyaman.
Berbagai kebutuhan wisatawan tersebut antara lain, fasilitas
transportasi, akomodasi, biro perjalanan, atraksi (kebudayaan,
rekreasi, dan hiburan), pelayanan makanan, dan barang-
barang cinderamata (Gde Pitana, 2005: 101). Tersedianya
berbagai fasilitas kebutuhan yang diperlukan akan membuat
wisatawan merasa nyaman, sehingga semakin banyak
38
wisatawan yang berkunjung.
Salah satu yang menjadi suatu daya tarik terbesar pada
suatu destinasi wisata adalah sebuah atraksi, baik itu berupa
pertunjukan kesenian, rekreasi, atau penyajian suatu paket
kebudayaan lokal yang khas dan dilestarikan. Atraksi dapat
berupa keseluruhan aktivitas keseharian penduduk setempat
beserta setting fisik lokasi desa yang memungkinkan
berintegrasinya wisatawan sebagai partisipasi aktif seperti
belajar tari, bahasa, membatik seperti yang ada di Desa Wisata
Krebet, memainkan alat musik tradisional, membajak sawah,
menanam padi, melihat kegiatan budaya masyarakat setempat,
dan lain-lain (Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2011:
13).
Atraksi merupakan komponen yang sangat vital, oleh
karena itu suatu tempat wisata tersebut harus memiliki
keunikan yang bisa menarik wisatawan. Fasilitas-fasilitas
pendukungnya juga harus lengkap agar kebutuhan wisatawan
terpenuhi, serta keramahan masyarakat tempat wisata juga
sangat berperan dalam menarik minat wisatawan. Faktor-faktor
tersebut harus dikelola dengan baik, sehingga menjadikan
tempat tersebut sebagai destinasi wisata dan wisatawan rela
melakukan perjalanan ke tempat tersebut. Berdasarkan uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa destinasi wisata merupakan
interaksi antar berbagai elemen. Ada komponen yang harus
dikelola dengan baik oleh suatu destinasi wisata adalah
wisatawan, wilayah, dan informasi mengenai wilayah. Atraksi
juga merupakan komponen vital yang dapat menarik minat
wisatawan begitu juga dengan fasilitas-fasilitas yang
mendukung.
39
3. Daya Tarik Wisata
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
2009 tentang Kepariwisataan (sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja) dimana Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja telah dicabut dengan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta
Kerja yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta
Kerja menyebutkan bahwa daya tarik wisata adalah segala
sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan
manusia yang menjadi sarana atau tujuan kunjungan
wisatawan.
Daya tarik wisata juga disebut objek wisata merupakan
potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu
daerah tujuan wisata. Menurut Suwantoro dalam bukunya
Dasar-Dasar Pariwisata (1997:19) mengatakan bahwa objek
dan daya tarik wisata dikelompokkan atas: (i) pengusahaan
objek dan daya tarik wisata alam, (ii) pengusahaan objek dan
daya tarik wisata budaya, (iii) pengusahaan objek dan daya
tarik wisata minat khusus.
Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasar pada:
a. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa
senang, indah, nyaman dan bersih.
b. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat
mengunjunginya.
40
c. Adanya ciri khusus/ spesifikasi yang bersifat langka.
d. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani
para wisatawan yang hadir.
e. Objek wisata alam mempunyai daya tarik karena
keindahan alam, pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan
dan sebagainya.
f. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena
memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian,
upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam
suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.
Pembangunan suatu objek wisata harus dirancang
dengan bersumber pada potensi daya tarik yang memiliki objek
tersebut dengan mengacu pada kriteria keberhasilan
pengembangan yang meliputi berbagai kelayakan, yaitu:
a. Kelayakan Finansial
Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara
komersial dari pembangunan objek wisata tersebut.
b. Kelayakan Sosial Ekonomi Regional
Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah
investasi yang ditanamkan untuk membangun suatu objek
wisata juga akan memiliki dampak sosial ekonomi secara
regional, dapat menciptakan lapangan pekerjaan, dapat
meningkatkan devisa dan sebagainya.
c. Kelayakan Teknis
Pembangunan objek wisata harus dapat
dipertanggungjawabkan secara teknis dengan melihat daya
dukung yang ada. Tidaklah perlu memaksakan diri untuk
membangun suatu objek wisata apabila daya dukung oleh
wisata tersebut rendah. Daya tarik suatu objek wisata
41
akan berkurang atau bahkan hilang bila objek wisata
tersebut membahayakan keselamatan para wisatawan.
d. Kelayakan Lingkungan
Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagai
acuan kegiatan pembangunan suatu objek wisata.
Pembangunan objek wisata yang mengakibatkan rusaknya
lingkungan harus dihentikan pembangunannya.
Pembangunan objek wisata bukanlah untuk merusak
lingkungan tetapi sekedar memanfaatkan sumber daya
alam untuk kebaikan manusia dan untuk meningkatkan
kualitas hidup manusia sehingga menjadi keseimbangan,
keselarasan dan keserasian (Suwantoro, 1997:20).
4. Prasarana Pariwisata
Prasarana wisata adalah sumberdaya alam dan
sumberdaya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh
wisatawan perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan,
listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan dan lain
sebagainya. Untuk kesiapan objek-objek wisata yang akan
dikunjungi oleh wisatawan di daerah tujuan wisata, prasarana
wisata tersebut perlu dibangun dengan disesuaikan lokasi dan
kondisi objek wisata yang bersangkutan (Suwantoro, 1997:
21).
Pembangunan prasarana wisata yang
mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan
aksesibilitas suatu objek wisata yang pada gilirannya akan
dapat meningkatkan daya tarik objek wisata itu sendiri. Di
samping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di atas,
kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah
42
tujuan wisata seperti bank, apotek, rumah sakit, pom bensin,
pusat-pusat perbelanjaan dan sebagainya.
Dalam melaksanakan pembangunan prasarana wisata
diperlakukan koordinasi yang mantang antara instansi terkait
bersama dengan instalasi pariwisata di berbagai tingkatan.
Dukungan instansi terkait dalam membangun prasarana wisata
sangat diperlukan bagi pengembangan pariwisata di daerah.
Koordinasi di tingkat perencanaan yang dilanjutkan dengan
koordinasi di tingkat pelaksanaan merupakan modal utama
suksesnya pembangunan pariwisata.
Dalam pembangunan prasarana pariwisata pemerintah
lebih dominan karena pemerintah dapat mengambil manfaat
ganda dari pembangunan tersebut, seperti untuk meningkatkan
arus informasi, arus lalu lintas ekonomi, arus mobilitas manusia
antara daerah dan sebagainya yang tentu saja dapat
meningkatkan kesempatan berusaha dan bekerja.
Prasarana adalah semua fasilitas yang memungkinkan
proses perekonomian, dalam hal ini adalah sektor pariwisata
dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat
memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi
fungsinya adalah melengkapi sarana kepariwisataan sehingga
dapat memberikan pelayanan sebagaimana mestinya.
Prasarana pariwisata adalah semua fasilitas utama atau
dasar yang memungkinkan sarana kepariwisataan dapat hidup
dan berkembang dalam rangka memberikan pelayanan kepada
para wisatawan. Prasarana wisata adalah sumber daya alam
dan sumberdaya manusia yang mutlak dibutuhkan oleh
wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata,
seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan,
43
dan lain sebagainya (Suwantoro, 2004:21).
Prasarana khusus bagi pariwisata dapat dikatakan tidak
ada. Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan
kondisi dan lokasi akan meningkatkan daya tarik obyek wisata
itu sendiri. Disamping berbagai kebutuhan yang telah
disebutkan di atas, kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu
disediakan di daerah tujuan wisata, seperti bank, apotik. Untuk
lebih jelasnya Prasarana dibagi atas tiga komponen:
a. Prasarana Umum
Prasarana umum adalah prasarana yang menyangkut
kebutuhan umum bagi kelancaran perekonomian. Adapun
yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya ialah:
1) Jaringan Air bersih,
2) Jaringan Listrik,
3) Jaringan Jalan,
4) Drainase : Sanitasi dan Penyaluran Limbah,
5) Sistem Persampahan, dan
6) Jaringan Telekomunikasi dan Internet
b. Prasarana Penunjang (RS, Apotek, Pusat Perdagangan,
Kantor Pemerintah, Perbankan).
c. Prasarana Wisata (Kantor Informasi, Tempat Promosi dan
Tempat Rekreasi, pengawas pantai).
44
penyedian air bersih, tenaga listrik, jalan dan jembatan,
pelabuhan, airport, terminal atau stasiun kereta api.
b. Kebutuhan Masyarakat Banyak (Basic Needs of Civilized
Life) merupakan kebutuhan pokok manusia modern,
seperti: kantor pusat dan telepon, rumah sakit, apotik
bank, pusat-pusat perbelanjaan, bar dan restoran, salon
kecantikan, barbershop, kantor polisi, toko obat, penjualan
rokok, toko kacamata, took-toko penjual Koran dan
majalah, pompa bensin bengkel mobil, wartel, warnet dan
lainnya.
c. Prasarana Kepariwisataan (Residential tourist plants)
merupakan Semua fasilitas yang dapat menampung
kedatangan para wisatawan untuk menginap dan tinggal
untuk sementara waktu di daerah tujuan wisata. Termasuk
ke dalam kelompok ini adalah semua bentuk akomodasi
yang diperuntukan bagi wisatawan dan juga segala bentuk
rumah makan dan restoran yang ada. Misalnya hotel,
motor hotel (motel), wisma, homestay, cottages, camping,
youth hostel, serta rumah makan, restoran, self-services,
cafetaria, coffee shop, grill room, bar, tavern, dan lain-lain.
d. Receptive tourist plan adalah segala bentuk badan usaha
atau organisasi yang kegiatannya khusus untuk
mempersiapkan kedatangan wisatawan pada suatu daerah
tujuan wisata, yaitu :
1) Perusahaan yang kegiatannya adalah merencanakan
dan menyelenggarakan perjalanan bagi orang yang
akan melakukan perjalanan wisata (tour operator and
travel agent).
45
2) Badan atau organisasi yang memberikan penerangan,
penjelasan, promosi dan propaganda tentang suatu
daerah tujuan wisata (Tourist Information Center yang
terdapat di airport, terminal, pelabuhan, atau suatu
resort).
3) Recreative and sportive plants
Termasuk dalam kelompok ini adalah semua Fasilitas
yang dapat digunakan untuk tujuan rekreasi dan
olahraga. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah
fasilitas untuk bermain golf, kolam renang, boating,
surfing, fishing, tennis court, dan fasilitas lainnya.
5. Sarana Pariwisata
Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan
wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan
dalam menikmati perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana
wisata di daerah tujuan wisata maupun objek wisata tertentu
harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu selera pasar pun
dapat menentukan tuntutan sarana yang dimaksud. Berbagai
sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata
adalah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran dan
rumah makan serta sarana pendukung lainnya. Tidak semua
objek wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap.
Pengadaan sarana wisata tersebut harus disesuaikan dengan
kebutuhan wisatawan.
Sarana wisata secara kuantitatif menunjukan pada
jumlah sarana wisata yang harus disediakan, dan secara
kuantitatif yang menunjukkan pada mutu pelayanan yang
diberikan dan yang tercermin pada kepuasan wisatawan yang
46
memperoleh pelayanan. Dalam hubungannya dengan jenis dan
mutu pelayanan sarana wisata di daerah tujuan wisata telah
disusun suatu standar wisata yang baku, baik secara nasional
dan secara internasional, sehingga penyedia sarana wisata
tinggal memilih atau menentukan jenis dan kualitas yang akan
disediakannya (Suwantoro, 1997: 23).
Sarana pariwisata adalah hal-hal yang keberadaannya
adalah berhubungan dengan usaha untuk membuat wisatawan
lebih banyak datang, lebih banyak mengeluarkan uang di
tempat yang dikunjunginya. Dalam kepariwisataan dikenal ada
tiga macam sarana, yakni:
a. Sarana Pokok Kepariwisataan (main tourism
superstructure)
Sarana Pokok Kepariwisataan adalah perusahaan-
perusahaan yang fungsinya adalah menyediakan fasilitas
pokok kepariwisataan. Sarana ini juga dibagi ke dalam tiga
bagian, antara lain:
1) Receptive Tourist Plan
Receptive Tourist Plan adalah perusahaan yang
mempersiapkan perjalanan dan penyelenggaraan tour,
sightseeing bagi wisatawan.
Contoh: travel agent, tour operator, tourist
transportation, dan lain-lain.
2) Residential Tourist Plan
Residential Tourist Plan adalah perusahaan yang
memberikan pelayanan untuk menginap,
Contoh: hotel, motel, dan jenis akomodasi lainnya.
3) Perusahaan angkutan (transportasi wisata baik darat,
laut maupun udara), dan Restoran/Tempat makan.
47
b. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (supplementing
tourism superstructure)
Sarana pelengkap kepariwisataan adalah perusahaan
atau tempat yg menyediakan fasilitas yang fungsinya
melengkapi sarana pokok dan membuat wisatawan dapat
lebih lama tinggal di suatu DTW. (Suwantoro, 1997).
1) Sarana Ketangkasan
2) Perlengkapan wisata atau fasilitas rekreasi dan olah
raga air.
b. Lingkungan
Di samping masyarakat di sekitar objek wisata,
lingkungan sekitar objek wisata pun perlu diperhatikan
dengan seksama agar tak rusak dan tercemar. Lalu lalang
manusia yang terus meningkat dari tahun ke tahun dapat
50
mengakibatkan rusaknya ekosistem dari fauna dan flora di
sekitar objek wisata. Oleh sebab itu perlu ada upaya
menjaga kelestarian lingkungan melalui penegakan
berbagai aturan dan persyaratan dalam pengelolaan suatu
objek wisata.
c. Budaya
Lingkungan masyarakat dalam lingkungan alam di
suatu objek wisata merupakan lingkungan budaya yang
menjadi pilar penyangga kelangsungan hidup suatu
masyarakat. Oleh karena itu lingkungan budaya ini
kelestariannya tidak boleh tercemar oleh budaya asing,
tetapi harus ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat
memberikan kenangan yang mengesankan bagi setiap
wisatawan yang berkunjung. Masyarakat yang memahami,
menghayati dan mengamalkan Sapta Pesona Wisata di
daerah tujuan wisata menjadi harapan semua pihak untuk
mendorong pengembangan pariwisata yang pada akhirnya
akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat.
8. Pengembangan Pariwisata
Perencanaan dan pengembangan pariwisata merupakan
suatu proses yang dinamis dan berkelanjutan menuju ke
tataran nilai yang lebih tinggi dengan cara melakukan
penyesuaian dan koreksi berdasar pada hasil monitoring dan
evaluasi serta umpan balik implementasi rencana sebelumnya
yang merupakan dasar kebijaksanaan dan merupakan misi
yang harus dikembangkan. Perencanaan dan pengembangan
51
pariwisata bukanlah system yang berdiri sendiri, melainkan
terkait erat dengan sistem perencanaan pembangunan yang
lain secara inter sektoral dan inter regional.
Perencanaan pariwisata haruslah didasarkan pada
kondisi dan daya dukung dengan maksud menciptakan interaksi
jangka panjang yang saling menguntungkan antara pencapaian
tujuan pembangunan pariwisata, peningkatan kesejahteraan
masyarakat setempat, dan berkelanjutan daya dukung
lingkungan di masa mendatang (Fandeli, 1995). Indonesia
sebagai negara yang sedang berkembang dalam tahap
pembangunannya, berusaha membangun industri pariwisata
sebagai salah satu cara untuk mencapai neraca perdagangan
luar negeri yang berimbang. Pengembangan kepariwisataan
saat ini tidak hanya untuk menambah devisa negara maupun
pendapatan pemerintah daerah. Akan tetapi juga diharapkan
dapat memperluas kesempatan berusaha di samping
memberikan lapangan pekerjaan baru untuk mengurangi
pengangguran. Pariwisata dapat menaikkan taraf hidup
masyarakat yang tinggal di kawasan tujuan wisata tersebut
melalui keuntungan secara ekonomi, dengan cara
mengembangkan fasilitas yang mendukung dan menyediakan
fasilitas rekreasi, wisatawan dan penduduk setempat saling
diuntungkan. Pengembangan daerah wisata hendaknya
memperlihatkan tingkatnya budaya, sejarah dan ekonomi dari
tujuan wisata.
Pariwisata bukan saja sebagai sumber devisa, tetapi
juga merupakan faktor dalam menentukan lokasi industri dalam
perkembangan daerah-daerah yang miskin sumber-sumber
alam sehingga perkembangan pariwisata adalah salah satu cara
52
untuk memajukan ekonomi di daerah-daerah yang kurang
berkembang tersebut sebagai akibat kurangnya sumber-
sumber alam (Yoeti, 1997). Gunn (1988), mendefinisikan
pariwisata sebagai aktivitas ekonomi yang harus dilihat dari dua
sisi yakni sisi permintaan (demand side) dan sisi pasokan
(supply side). Lebih lanjut dia mengemukakan bahwa
keberhasilan dalam pengembangan pariwisata di suatu daerah
sangat tergantung kepada kemampuan perencana dalam
mengintegrasikan kedua sisi tersebut secara berimbang ke
dalam sebuah rencana pengembangan pariwisata.
Robert (Toety, 1990) berpendapat bahwa kelincahan
dalam berusaha harus dilakukan agar pendapatan selama
musim kedatangan wisatawan bisa menjadi penyeimbang bagi
musim sepi wisatawan. Pengaruh yang ditimbulkan oleh
pariwisata terhadap ekonomi ada dua ciri, pertama produk
pariwisata tidak dapat disimpan, kedua permintaanya sangat
tergantung pada musim, berarti pada bulan tertentu ada
aktivitas yang tinggi, sementara pada bulan-bulan yang lain
hanya ada sedikit kegiatan.
53
Gambar 2.1
Model Pengembangan Pariwisata
9. Sistem Kepariwisataan
Dalam konsep kepariwisataan terdapat beberapa
terminologi yang perlu diketahui sebagai dasar pemahaman
mengenai kepariwisataan. Beberapa terminologi tersebut
diantaranya adalah wisata, pariwisata, dan kepariwisataan.
Padanan kata pariwisata diartikan sebagai perjalanan
sementara yang dilakukan seseorang di luar tempat di mana ia
biasa tinggal dan bekerja, untuk maksud di luar mencari nafkah
tetap. Pengertian tersebut juga meliputi kegiatan yang
dilakukan oleh wisatawan tersebut dan berbagai fasilitas yang
54
digunakan untuk mengakomodasikan kebutuhannya.
Sedangkan menurut UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dimana
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
telah dicabut dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja yang telah
ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja, pariwisata
diartikan sebagai berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan
Pemerintah Daerah.
Kepariwisataan juga digunakan sebagai padanan kata
tourism dalam konteks kesisteman yang luas, mencakup
keterkaitan antara pasar wisatawan, daerah tujuan wisata, dan
upaya-upaya untuk menghubungkan antara wisatawan dengan
destinasi, misalnya transportasi dan peran pemasaran dan
promosi. Mc. Intosh, Goeldner dan Richie (1995) menyatakan
bahwa kepariwisataan adalah: “Akumulasi dari fenomena dan
hubungan yang tumbuh dari interaksi wisatawan, pelaku bisnis,
penyedia barang dan jasa, pemerintah dan masyarakat
setempat dalam proses menarik dan menjadi tuan rumah bagi
sejumlah wisatawan dan pengunjung lainnya”. Hal tersebut
juga sejalan dengan apa yang tertera pada UU Nomor 10
Tahun 2009 tentang Kepariwisataan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja dimana Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
55
Cipta Kerja telah dicabut dengan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta
Kerja yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta
Kerja, di mana kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan
yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi dan
multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap
orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan
masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah,
pemerintah daerah, dan pengusaha.
Pariwisata dapat dilihat sebagai suatu sistem yang terdiri
dari empat komponen (Mill and Morrison, 1992) di mana
masing-masing komponen tersebut saling mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh yang lain. Komponen- komponen tersebut
adalah:
a. Market (pasar)
Keputusan untuk berwisata dan menjadi wisatawan dapat
dipahami melalui analisis terhadap segmen pasar.
Keputusan berwisata dilakukan jika seseorang telah
memahami bahwa berwisata akan memuaskan
kebutuhannya. Model perilaku konsumen merupakan salah
satu cara untuk memahami proses tersebut.
b. Destination (daerah tujuan wisata)
Terdiri dari atraksi dan jasa yang dikonsumsi oleh
wisatawan; masing-masing memiliki ketergantungan yang
tinggi untuk mencapai kesuksesan suatu destinasi.
c. Travel (perjalanan)
Pemilihan ke mana, kapan, dan bagaimana perjalanan
56
tersebut akan dilakukan diperlukan untuk mengetahui pola
perjalanan wisatawan eksisting, regional, nasional,
internasional, dan memperkirakan pola perjalanan di masa
yang akan datang.
d. Marketing (pemasaran)
Pengembangan rencana pemasaran, pemilihan marketing
mix yang sesuai, serta pemilihan jalur distribusi akan
menentukan sukses tidaknya usaha destinasi mendorong
wisatawan untuk datang.
Di dalam sistem kepariwisataan yang paling mendasar,
ada tiga elemen dasar yang di dalamnya dapat menjadi isu
strategis sebagai fokus pertimbangan dalam kajian
kepariwisataan itu sendiri yang terkait dengan kegiatan yang
dilakukan wisatawan, yang mencakup sektor industri pariwisata
serta elemen geografi dalam seluruh perjalanannya. Cooper et.
al (1993) menyebutkan tiga elemen dasar tersebut, yaitu:
a. Wisatawan; yang memegang peranan utama dalam sistem.
Bagaimanapun pariwisata adalah pengalaman manusia yang
dinikmati, diantisipasi dan dikenang sebagai sesuatu yang
menyenangkan.
57
c. Industri pariwisata, berbagai bisnis dan organisasi yang
terlibat dalam pengadaan produk wisata. Industri pariwisata
sangat tergantung pada berbagai sektor lain dalam
mencapai keberhasilan.
Gambar 2.2
Sistem Kepariwisataan
Elemen-elemen tersebut di atas yang telah dijelaskan
sebelumnya berasal dari sebuah model yang disebut sebagai
Leiper’s model, dapat dilihat pada gambar berikut ini.
58
Gambar 2.3
Leiper’s Model Sistem Dasar Kepariwisataan
Gambar 2.4
Diagram Keterkaitan Industri Pariwisata dengan Bidang dan
Sektor Lain
60
Usaha Kemitraan Pariwisata. Namun sebagai langkah awal,
perlu adanya penekanan kegiatan pada usaha menemukenali
pola yang akan diterapkan dalam kemitraan tersebut, serta
usaha mempertemukan antara para pengelola usaha pariwisata
dengan usaha kecil potensial di sekitar daerah wisata yang
menjadi sasaran kegiatan.
Gambar 2.5
Diagram Mata Rantai Kegiatan Wisata Secara Umum
66
Gambar 2.6
Konsep Zonasi
67
recreational activities such as; outdoor sports (individual
or team games), climbing, hunting, shooting ranges and
sport centres combined with multiple indoor sport.
Gambar 2.7
Klasifikasi Wisata Berdasarkan UU Nomor 9 / 2010
70
e. Konsep Diversifikasi Daya Tarik
Di samping penetapan ciri daya tarik utama tersebut,
dapat juga dikembangkan suatu ciri daya Tarik berbeda
yang dimaksudkan sebagai diversifikasi produk.
Pengembangan ini dilakukan secara terbatas karena bukan
merupakan bagian dari konsentrasi pengembangan yang
akan dijalankan. Melihat kondisi alam yang banyak
diantaranya masih asli, dapat diperkenalkan jenis wisata
ekowisata.
Jenis wisata ini pada umumnya diminati oleh jumlah
wisatawan yang terbatas jumlahnya. Ekowisata adalah
jenis kegiatan wisata yang lebih banyak mengandalkan
kepada daya tarik alam yang ada dan hanya sesedikit
mungkin menampilkan segala sesuatu yang sifatnya
buatan manusia, baik untuk daya tariknya maupun
fasilitas- fasilitas wisata. Ekowisata dikembangkan menjadi
daya tarik minor atau yang jumlahnya hanya sedikit, dan
di sisi lain tidak perlu dilakukan banyak upaya untuk
mengembangkan kegiatan ini.
81
yang kondusif dalam kepariwisataan di dan
sekitarnya.
Untuk menumbuhkan daya saing pada penerapan
konsep pariwisata berkelanjutan dalam pengembangan
pariwisata dan sekitarnya, secara operasional dilakukan
dengan menggunakan kombinasi Pendekatan Berbasis
Sumber Daya dan Pendekatan Berbasis Pasar, dengan
pemahaman bahwa secara umum Pendekatan Berbasis
Sumber Daya dikembangkan dengan mengadopsi
pemahaman akan kecenderungan pasar dan lingkungan
strategis.
Implementasi konsep Pariwisata Berkelanjutan di
dan sekitarnya dikembangkan dengan kesadaran bahwa
pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan
yang memiliki ciri pengembangan melalui ketersediaan dan
kemampuan sumberdaya pariwisata, kemampuan wilayah,
pengorganisasian, dan masyarakat. Secara operasional,
penerapan konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan
dan sekitarnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.8
Usulan Paradigma Konsep Pariwisata Berkelanjutan
82
Pembangunan pariwisata melalui pendekatan ini
diyakini akan lebih dapat diterima oleh masyarakat dan
memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab,
dengan tetap memiliki manfaat ekonomi serta menciptakan
Efek Berganda yang tinggi. Oleh sebab itu, pengembangan
pariwisata di sekitarnya perlu mempertimbangkan secara
cermat faktor-faktor yang saling terkait dan yang
diperkirakan akan menjadi faktor pengganggu. Dalam
mengembangkan Kabupaten sebagai destinasi pariwisata,
tidak hanya aspek daya tarik sebuah hal yang paling
esensial namun aspek-aspek lain perlu diperhatikan.
Dengan demikian, maka diharapkan bahwa
pembangunan pariwisata di dan sekitarnya dapat tumbuh
berkembang secara dinamis dan produktif dalam rangka
mendukung terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
97
pendayagunaan Barang Milik Daerah dan untuk mendukung
pengelolaan keuangan Daerah.
98
2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (yang
diubah dengan PP Nomor 38 Tahun 2008), di mana telah diatur
berbagai hal yang berkaitan dengan perencanaan,
penganggaran, pengadaan, pemeliharaan, pengendalian, dan
pertanggungjawaban terhadap Barang Milik Negara/Daerah.
Saat ini terkait dengan pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
telah terjadi penyempurnaan regulasinya yaitu dengan
diundangkannya PP Nomor 27 Tahun 2014 tentang Barang Milik
Negara/Daerah yang menggantikan PP Nomor 6 Tahun 2006.
Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014
menandai perhatian pemerintah pada kerangka pengelolaan
Barang Milik Negara Daerah yang komprehensif. Dengan
adanya perubahan aturan ini diharapkan dapat meningkatkan
sinergi antara Pengelola Barang dan Pengguna Barang dalam
mengelola barang yang lebih baik, tertib, transparan, dan
akuntabel.
Banyak hal yang menjadi latar belakang perubahan
kebijakan pengelolaan barang milik daerah sebagaimana diatur
dalam PP Nomor 6 Tahun 2006. Salah satunya yaitu masih
banyaknya hasil audit temuan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) di Daerah yang berkaitan dengan pelaksanaan PP Nomor
6 Tahun 2006 yang berdampak pada opini audit yang
diterbitkan. Temuan-temuan itu khususnya yang berkaitan
dengan sertifikasi Barang Milik Daerah, Barang Milik Daerah
dalam sengketa, Barang Milik Daerah hilang atau rusak berat,
Barang Milik Daerah yang dimanfaatkan oleh pihak lain, dan
penyusutan Barang Milik Daerah.
Dinamika dari pengelolaan Barang Milik Daerah baik yang
bersifat administratif maupun utilisasinya tidak cukup
99
tertampung dalam PP Nomor 6 Tahun 2006. Saat ini,
pemerintah sedang menggalakkan pembangunan infrastruktur
melalui kerja sama pemerintah dan swasta, dan DJKN sudah
mencoba untuk menampung kebutuhan dari pengelola
infrastruktur di dalam PP Nomor 27 Tahun 2014, sehingga
Pengguna Barang yang bergerak di bidang infrastruktur dapat
lebih dinamis dan agresif memanfaatkan Barang Milik Daerah
dalam kaitannya dengan pembangunan infrastruktur.
Sebagai contoh, jangka waktu sewa dan jangka waktu
Kerjasama Pemanfaatan (KSP) yang lebih panjang dapat
menjadi appetite (daya pikat) bagi investor untuk
melaksanakan kegiatan pembangunan infrastruktur dengan
memanfaatkan Barang Milik Daerah.
Prinsip tertib administrasi, tertib hukum, dan tertib fisik
(3T) selalu menjadi tugas besar Kementerian/Lembaga untuk
memastikan agar dapat dijalankan dengan baik. Peningkatan
kapasitas SDM dan infrastruktur agar mampu menopang
pengelolaan Barang Milik Daerah yang lebih modern dan IT-
based adalah salah satu hal yang diharapkan dari perubahan
ini. Optimalisasi berdasarkan prinsip The Highest and Best Use
dari aset-aset idle juga masih perlu menjadi perhatian. Aset
idle harus diserahkanke Pengelola Barang untuk meningkatkan
optimalisasi dari Barang Milik Daerah sebagaimana diatur dalam
PP Nomor 27 Tahun 2014.
Perubahan PP Nomor 6 Tahun 2006 menjadi PP Nomor 27
Tahun 2014 antara lain menyangkut penyederhanaan birokrasi
pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Dengan PP Nomor 27
Tahun 2014, Pengelola Barang dapat mendelegasikan
kewenangannya ke Pengguna Barang dan Pengguna Barang
100
dapat mendelegasikan kewenangannya ke Kuasa Pengguna
Barang sehingga birokrasi akan menjadi semakin singkat dan
arus pengelolaan Barang Milik Daerah menjadi semakin cepat.
Yang dapat didelegasikan adalah penetapan status,
pemindahtanganan, dan penghapusan, sedangkan pemanfaatan
tidak dapat didelegasikan kepada SKPD. Penyederhanaan
birokrasi ini tentu harus diikuti dengan akuntabilitas yang
terjaga dengan baik pada SKPD. Hal ini sangat penting untuk
mempercepat proses pengambilan keputusan dalam
pengelolaan Barang Milik Daerah yang pada akhirnya akan
membuat rekonsiliasi lebih tertib dan lebih cepat.
Latar belakang lain dari penyempurnaan peraturan
pemerintah ini antara lain karena adanya dinamika pengelolaan
Barang Milik Daerah terkait dengan sewa dan KSP yang harus
diperlakukan secara khusus; adanya multitafsir terhadap
aturan-aturan dalam PP Nomor 6 Tahun 2006 mengenai Badan
Layanan Umum (BLU) Daerah; kasus-kasus yang muncul dalam
pengelolaan Barang Milik Daerah; dan adanya temuan
pemeriksaan BPK. Dengan adanya penyempurnaan PP ini
diharapkan dapat mengakomodasi dinamika pengelolaan
Barang Milik Daerah; meminimalisasi multitafsir atas
pengelolaan Barang Milik Daerah; mempertegas hak,
kewajiban, tanggung jawab, dan kewenangan Pengguna Barang
dan Pengelola Barang; serta menciptakan harmonisasi dengan
peraturan-peraturan terkait.
Salah satu pokok penyempurnaan PP Nomor 6 Tahun 2006
dengan PP Nomor 27 Tahun 2014 adalah penyempurnaan siklus
pengelolaan BMN. Selama ini yang terjadi adalah
pemindahtanganan dan penghapusan selalu dicampuradukkan.
101
Siklus ini harus diperbaiki, yaitu dimulai dengan perencanaan,
pengadaan, dan pengelolaan, di mana pengelolaan dibagi dua,
yaitu dikelola untuk keperluan tugas dan fungsi (tusi) atau
dikelola untuk dimanfaatkan. Jika tidak keduanya, maka Barang
Milik Daerah dapat dipindahtangankan. Dan jika Barang Milik
Daerah tidak dikelola untuk kepentingan tugas dan fungsi, tidak
dimanfaatkan, dan tidak dipindahtangankan, maka Barang Milik
Daerah harus dihapuskan. Pemusnahan dan pemindahtanganan
merupakan kegiatan sebelum proses penghapusan. Dengan
demikian, penghapusan merupakan ending point dari semua
siklus pengelolaan Barang Milik Daerah yang membebaskan
Pengguna Barang dan Pengelola Barang dari kewajiban untuk
mengadministrasikan dan mengelola Barang Milik Daerah.
Terkait dengan penguatan dasar hukum pengaturan
sebagai salah satu pokok penyempurnaan, dalam penjelasan
pada PP Nomor 6 Tahun 2006, aset tak berwujud berada di luar
lingkup peraturan pemerintah tersebut. Sementara itu, dalam
salah satu pasal PP Nomor 6 Tahun 2006 tidak dibatasi apakah
itu aset berwujud atau tidak berwujud. Agar tidak terjadi
perbedaan interpretasi di dalam pengelolaannya, maka di PP
Nomor 27 Tahun 2014 juga mengatur tentang aset tak
berwujud sebagai bentuk kepastian hukum dalam pengelolaan
Barang Milik Negara/Barang Milik Daerah.
Maka berdasarkan paparan tersebut di atas, terdapat
empat poin utama yang melatarbelakangi perubahan PP Nomor
27 Tahun 2014, sebagai berikut.
a. Dinamika pengelolaan BMN/D yang terjadi seiring
perkembangan waktu, terutama dalam bentuk:
1) Sewa periodik
102
2) KSP
3) BMN luar negeri
yang harus diperlakukan secara khusus.
108
a. Penyertaan modal daerah dalam bentuk uang adalah bentuk
investasi Pemerintah Daerah pada Badan Usaha dengan
mendapat hak kepemilikan.
b. Penyertaan modal Pemerintah Daerah atas barang milik
daerah adalah pengalihan kepemilikan barang milik daerah
yang semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan
menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan
sebagai modal/saham daerah pada badan usaha milik
negara, badan usaha milik daerah, atau badan hukum
lainnya yang dimiliki negara.
Permendagri 52/2012 mensyaratkan dalam penyertaan
modal oleh Pemerintah Daerah harus dilaksanakan berdasarkan
pada analisis kelayakan, analisis portofolio dan analisis risiko.
c. Permasalahan SDM
Dalam pengelolaan BUMD permasalahan yang sering
muncul adalah mengenai sumber daya manusia yang
mengelola BUMD sendiri. Problem utama dalam
pengelolaan BUMD ada pada ketidakmampuan SDM yang
mengelola dan kompeten di bidangnya. Hal ini dikarenakan
dalam proses pembentukan dan penentuan pihak yang
mengelola BUMD.
Penentuan jajaran dan personil yang akan
menduduki BUMD baik yang berbentuk perumda maupun
persero banyak bersinggungan dengan kepentingan para
pihak baik di tingkatan eksekutif maupun legislatif. Kedua
unsur kepentingan tersebut rawan akan terjadinya
penyimpangan, mengingat konsep dari BUMD yang
merupakan badan usaha milik pemerintah daerah tidak
bisa lepas dari kepentingan antara pemerintah daerah
(eksekutif) dengan kepentingan pihak legislatif, maka
diperlukan Good Will dari masing-masing pihak.
a. Kemandirian risiko
Secara legal entity masing-masing anak perusahaan
merupakan badan hukum yang berdiri sendiri yang secara
legal terpisah atau satu sama lain, maka pada prinsipnya
setiap kewajiban, resiko dan klaim dari pihak ketiga
terhadap suatu anak perusahaan tidak dapat dibebankan
kepada anak perusahaan yang lain, ataupun dibebankan
pada induk perusahaan atau perusahaan pengendali
walaupun masing-masing anak perusahaan tersebut masih
dalam suatu grup usaha atau dimiliki oleh pihak yang
sama. Kondisi demikian sangat menguntungkan
pemerintah daerah selaku pemilik saham terbesar atau
mayoritas perusahaan induk.
119
b. Hak pengawasan yang lebih besar
Konsep holding company memberikan peluang
pengendalian dan kontrol yang besar pada pemerintah
daerah terhadap perusahaan induk tanpa harus secara
langsung melakukan kontrol terhadap anak perusahaan
yang menjadi bagian dari perusahaan induk terkait dengan
kebijakan dan keputusan yang diambil. Artinya beban
pemerintah akan berkurang terhadap pengawasan dan
kontrol terhadap banyaknya jumlah perusahaan yang
menjadi anak perusahaan dari perusahaan induk. Seperti
kita ketahui dalam proses pengambilan keputusan dan
kebijakan terkait dengan BUMD memerlukan proses dan
tahapan administrasi dan proses pengambilan kebijakan
yang rumit, panjang, serta birokrasi yang tidak mudah.
122
d. Struktur tata kelola perusahaan yang belum memadai.
BUMD milik pemerintah daerah dalam menjalankan
kegiatan usahanya belum sepenuhnya mendasarkan pada
prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Pemberlakukan
prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG) hanya
berlaku pada bidang usaha perbankan dan berlaku pada
perusahaan yang berbentuk terbuka (tbk). Perusahaan
diluar kedua jenis tersebut tidak diwajibkan menerapkan
prinsip GCG, kondisi ini yang menyebabkan tata kelola
BUMD masih belum berorientasi pada tata Kelola
perusahaan yang baik.
Gambar 2.9
125
Skema Dasar Pendirian BUMD Menurut
PP Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD
126
Gambar 2.10
Skema Kerangka Pemikiran
127
BAB III
METODOLOGI PENYUSUNAN
STUDI KELAYAKAN
A. Metodologi Penyusunan
1. Metode Pendekatan
Pendekatan studi yang digunakan dalam penyusunan
studi kelayakan ini adalah menggunakan pendekatan
penilaian kelayakan investasi. Kelayakan investasi
dimaksudkan melihat sejauh mana kegiatan investasi
Pemerintah Daerah yang diwujudkan dalam pendirian
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pariwisata Daerah oleh
Pemerintah Kabupaten Magetan.
128
dan pemasaran, keuangan, teknologi, kelembagaan,
sumber daya manusia, dan aspek legalitas pembentukan
BUMD Pariwisata Daerah.
Gambar 3.1
Skema Tahap Kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan
Pendirian BUMD Pariwisata Kabupaten Magetan
129
Pariwisata di Kabupaten Magetan, sekaligus
mengidentifikasi kondisi internal maupun eksternal yang
berpengaruh terhadap pendirian BUMD Pariwisata tersebut.
Gambar 3.2
Tahap Survey dan Pemetaan Terkait Kelayakan
Pendirian BUMD Pariwisata Kabupaten Magetan
Gambar 3.3
Tahap Analisis Terkait Kelayakan Pendirian BUMD
Pariwisata Kabupaten Magetan
131
meliputi analisis aspek ekonomi, pasar dan pemasaran,
keuangan, teknologi, SDM, dan hukum serta perumusan
strategi kebijakan pengembangan BUMD Pariwisata
Kabupaten Magetan. Analisis keuangan termasuk meliputi
perkiraan tentang:
a. Besaran modal dasar;
b. Besaran penyertaan modal Pemerintah Daerah;
c. Besaran pendapatan BUMD; dan
d. Besaran Biaya Operasional.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder ini meliputi data dan informasi
terkait pendirian BUMD Pariwisata Kabupaten Magetan,
yang meliputi: Kabupaten Magetan Dalam Angka,
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Magetan, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kabupaten Magetan, Rencana
Strategis Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Magetan, Laporan Kinerja Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Magetan, Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPADA) Kabupaten
132
Magetan, data terkait aset yang dimiliki oleh Dinas
Pariwisata Kabupaten Magetan dan berbagai peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan kebijakan
pendirian BUMD Pariwisata Daerah.
133
6) Aspek Sumber Daya Manusia; dan
7) Aspek Hukum dan Peraturan Perundang-undangan
b. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah analisis untuk
menghasilkan rumusan strategi pengembangan bidang/
wilayah yang didasarkan pada kondisi internal maupun
eksternal yang dapat mendorong maupun menghambat
perkembangan bidang/ wilayah. Faktor internal yang
dipertimbangan itu terdiri dari Strength (kekuatan),
Weakness (kelemahan), sedangkan faktor eksternal itu
meliputi Opportunity (kesempatan) dan Threat
(ancaman).
Faktor-faktor yang menjadi pendorong atau
penghambat pengembangan bidang/ wilayah itu dapat
dijabarkan sebagai berikut:
136
Gambar 3.4
Kuadran Analisis SWOT
B. Organisasi Kegiatan
Kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan Pendirian Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) Pariwisata Kabupaten Magetan ini
merupakan kerjasama antara Bagian Perekonomian dan SDA
Sekretariat Daerah Kabupaten Magetan dengan Pusat Unggulan
Iptek PT Fintech and Banking Universitas Sebelas Maret.
1. Waktu Kegiatan
Kegiatan Penyusunan Studi Kelayakan Pendirian BUMD
Pariwisata ini dilaksanakan kurang lebih selama 2 (dua) bulan
atau 60 (enam puluh) hari kalender.
a. Laporan Pendahuluan
Laporan ini berisi latar belakang, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat kegiatan, konsep pengembangan
pariwisata dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD),
138
metodologi pelaksanaan kegiatan, organisasi, waktu dan
jadwal serta laporan pelaksanaan serta sistematika laporan
dan rincian tentang instrumen pengkajian dan tata cara
analisis kebutuhan, kajian kelayakan bidang usaha, analisis
pendirian BUMD Pariwisata Magetan.
b. Laporan Akhir
Laporan ini memuat keseluruhan hasil penyusunan
studi kelayakan pendirian BUMD Pariwisata yang mencakup
hasil observasi dan analisis kebutuhan meliputi pelayanan
umum dan kebutuhan masyarakat serta kebutuhan data
dan informasi untuk analisis kelayakan bidang usaha,
tabulasi dan analisis data, serta berbagai informasi
masukan berkenaan dengan kondisi dan kinerja serta
permasalahan pengelolaan dan pengembangan potensi
pariwisata Daerah menuju pendirian BUMD Pariwisata
Kabupaten Magetan, penilaian kelayakan investasi
pendirian BUMD Pariwisata dari aspek ekonomi, pasar dan
pemasaran, keuangan, teknologi, kelembagaan, SDM, dan
hukum, serta teknis analisis Menyusun strategi pendirian
dan pengembangan BUMD Pariwisata tersebut, yang
semuanya disusun dengan sistematika yang baik.
BAB I : Pendahuluan
139
Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat, serta
metodologi penyusunan Studi Kelayakan Pendirian
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pariwisata
Kabupaten Magetan.
140
dan prasarana wisata, peta pengembangan pariwisata
Kabupaten Magetan dan lain sebagainya.
141
BAB VI : Penutup
142
BAB IV
ANALISIS KEBUTUHAN DAERAH PENDIRIAN BADAN USAHA
MILIK DAERAH (BUMD) PARIWISATA KABUPATEN MAGETAN
144
Tahun 2022 tentang Cipta Kerja ini terdapat dalam 13 pasal, yaitu
dari Pasal 331 sampai dengan Pasal 343.
145
a. Kapitalisasi cadangan;
b. Keuntungan revaluasi aset; dan
c. Agio saham.
9. Penyertaan modal Daerah ditetapkan dengan Perda;
10. Penyertaan Modal Daerah dapat dilakukan untuk pembentukan
BUMD dan penambahan modal BUMD;
11. Penyertaan Modal Daerah dapat berupa uang dan barang milik
daerah;
12. Barang milik Daerah yang akan disertakan sebagai modal Daerah
dinilai sesuai nilai riil pada saat barang milik Daerah akan
dijadikan penyertaan modal;
13. Nilai riil diperoleh dengan melakukan penafsiran harga barang
milik Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Gambar 4. 1
150
Berdasarkan aspek kebijakan Pemerintah Daerah,
pembentukan BUMD Pariwisata Kabupaten Magetan dalam rangka
mendukung Misi kedua pada RPJMD Kabupaten Magetan Tahun 2018-
2023 yaitu meningkatkan perekonomian daerah melalui keberpihakan
dan pemberdayaan koperasi dan usaha mikro sebagai pilar ekonomi
kerakyatan serta pemberdayaan masyarakat desa sebagai basis
sekaligus ujung tombak pembangunan daerah. Sesuai skema
sebelumnya analisis kebutuhan daerah setidaknya melakukan analisis
pelayanan umum dan analisis kebutuhan masyarakat. Secara umum
analisis kebutuhan daerah dari aspek yuridis ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:
A. Analisis Pelayanan Umum
1. Gambaran Umum Kabupaten Magetan
151
Magetan dalam konstelasi regional akan semakin terbuka.
Apalagi adanya jalan lingkar utara yang sudah selesai dan
mulai dijadikan jalur alternatif bagi masyarakat. Sekalipun
demikian, Magetan tidak akan bisa sepenuhnya menjadi
berada di baris depan, karena jalur transportasi regional
utama Pulau Jawa bagian tengah tetap saja akan berada pada
jalur lama Solo – Mantingan - Ngawi, atau bahkan jalan toll
yang saat ini sedang dalam proses pembuatan.
Transportasi yang melintas di wilayah Magetan dapat
ditempuh melalui jalur barat Kabupaten Karanganyar Provinsi
Jawa Tengah melalui Kawasan wisata Tawangmangu, dimana
sudah terdapat jalur baru yang lebih mudah dan relatif lebih
ringan dibandingkan jalur lama. Jalur transportasi dari timur
dapat ditempuh melalui Kabupaten Ngawi dan juga Kabupaten
Madiun yang jalurnya relatif datar dan nyaman.
Batas-batas administrasi Kabupaten Magetan adalah
sebagai berikut :
⮚ Sebelah Utara adalah berbatasan dengan Kabupaten
Ngawi;
⮚ Sebelah Timur adalah berbatasan dengan Kabupaten
Madiun;
⮚ Sebelah Selatan adalah berbatasan dengan Kabupaten
Ponorogo dan Kabupaten Wonogiri (Provinsi Jawa
Tengah); dan
⮚ Sebelah Barat adalah berbatasan dengan Kabupaten
Karanganyar (Provinsi Jawa Tengah).
Magetan merupakan Kabupaten terkecil ke-dua se-
Jawa Timur, setelah Kabupaten Sidoarjo, dengan luas seluruh
Kabupaten Magetan adalah 688,85 Km 2. Kecamatan Parang
152
merupakan kecamatan terluas dengan luas mencapai 71,64
Km2 sedangkan Kecamatan Karangrejo dengan luas 15,15
Km2 merupakan wilayah kecamatan dengan luas wilayah
paling sempit.
Kabupaten Magetan awalnya terdiri dari 17 wilayah
kecamatan dan kemudian mengalami pemekaran menjadi 18
wilayah kecamatan, yaitu dengan penambahan Kecamatan
Sidorejo dari pemekaran wilayah Kecamatan Panekan,
Kecamatan Plaosan dan Kecamatan Magetan. Pemekaran
wilayah di Kabupaten Magetan sebelumnya juga terjadi untuk
Kecamatan Ngariboyo sebagai pemekaran dari Kecamatan
Magetan, Kawedanan dan Poncol, serta Kecamatan
Nguntoronadi sebagai pemekaran dari Kecamatan Takeran dan
Kawedanan. Sampai saat ini, Kabupaten Magetan terdiri dari
235 desa/kelurahan, 1.084 RW dan 4.710 RT.
Tabel 4. 1
153
11. Panekan 64,23 17 69 362
12. Sukomoro 33,06 14 46 216
13. Bendo 42,90 16 108 357
14. Maospati 25,26 15 78 333
15. Karangrejo 15,15 13 37 173
16. Karas 35,29 11 39 203
17. Barat 22,72 14 46 207
18. Kartoharjo 25,03 12 52 204
Jumlah 688,84 235 1.048 4.710
154
Sebagian besar wilayah Kabupaten Magetan terbentuk
dari hasil gunung api kwarter muda yang terdiri dari lereccia,
tuff, dan lakiri yang mempunyai lapisan miring dan sejajar
dengan lereng. Sebagian lagi terdiri dari vulkanik, yang
merupakan hasil perombakan dari mineral yang lebih tua,
yang terdiri dari lereccia, tuff, pairi, dan lava andesit, yang
tersebar di permukaan dengan komposisi mineral endapan
vulkanik berbutir kasar. Jenis tanah yang ada di Kabupaten
Magetan terdiri dari :
❖ Wilayah Utara terdiri dari tanah grumosol, alluvium dan
hidrosol;
❖ Wilayah Timur terdiri dari tanah grumosol, latosol,
mediteran, dan alluvium;
❖ Wilayah Selatan terdiri dari tanah mediteran, grumosol,
dan andosol
❖ Wilayah Barat terdiri dari tanah andosol dan latosol; serta
❖ Wilayah Tengah terdiri dari tanah mediteran dan grumosol.
155
⮚ Tipe wilayah dataran rendah dengan tanah pertanian yaitu
Kecamatan Barat, Kecamatan Karangrejo, Kecamatan
Karas, Kecamatan Kertoharjo, Kecamatan Takeran, dan
Kecamatan Nguntoronadi;
⮚ Tipe wilayah dataran rendah dengan tanah pertanian
sedang yaitu Kecamatan Maospati, Kecamatan Magetan,
Kecamatan Ngariboyo, sebagian Kecamatan Bendo,
sebagian Kecamatan Kawedanan, dan sebagian Kecamatan
Sukomoro;
⮚ Tipe wilayah dataran rendah dengan tanah pertanian
kurang subur yaitu Sebagian Kecamatan Bendo dan
Sebagian Kecamatan Sukomoro.
Kemampuan tanah merupakan daya dukung tanah
pada suatu wilayah apabila dilakukan pembudidayaan pada
wilayah tersebut, ada lima indikator kemampuan tanah, yaitu:
kemiringan tanah, kedalaman tanah, tekstur, drainase, dan
erosi. Dilihat dari kemiringan tanah, wilayah Kabupaten
Magetan terbagi atas:
❖ Kemiringan 0 – 2 % merupakan wilayah datar dengan luas
37.732,01 Ha atau 54,77% dari luas wilayah Kabupaten;
❖ Kemiringan 2 – 15 % merupakan wilayah landai dengan
luas 10.199,40 Ha atau 14,81 % dari luas wilayah
Kabupaten;
❖ Kemiringan 15 – 40 % merupakan wilayah bergelombang
dengan luas 8.442,58 Ha atau 12,26% dari luas wilayah
Kabupaten;
❖ Kemiringan 40 % merupakan wilayah bergelombang
dengan luas wilayah 12.509,47 Ha atau 18,16 % dari luas
wilayah Kabupaten.
156
Wilayah Kabupaten Magetan dipandang dari sisi
kedalaman tanah, maka dominasi efektif tanah kurang dari 30
cm yang tercatat seluas 28.171,46 Ha atau sekitar 40,90 %
dari luas wilayah Kabupaten Magetan dan terletak pada
Kecamatan Poncol, Parang, Lembeyan, Kawedanan, Magetan,
Bendo, Plaosan, Panekan, Sukomoro. Sedangkan efektif tanah
lebih dari 90 cm luasnya sekitar 5.027 Ha atau 7,30 % dari
luas kabupaten dan terdapat di Kecamatan Takeran,
Sukomoro, Maospati, Kartoharjo, dan Karangrejo.
Kabupaten Magetan secara umum terbagi dalam 2
musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau, dengan
iklim basah tipe B dan suhu 160– 200C untuk dataran tinggi
serta 220–260C untuk dataran rendah. Kabupaten Magetan
memiliki iklim tropis dengan suhu antara 18,25 0C sampai
dengan 31,450C. Curah hujan yang turun mencapai 1.481 –
2.345 mm per tahun di dataran tinggi dan 876 – 1.551 mm
per tahun di dataran rendah. Berdasarkan data tahun 2007,
dapat dilihat jumlah hari hujan dan curah hujan terbanyak
jatuh pada bulan Desember dengan rata-rata curah hujan
adalah 278 mm/bulan.
Kabupaten Magetan merupakan salah satu kabupaten
di Provinsi Jawa Timur yang terletak di kaki Gunung Lawu.
Selain itu pendapatan batuan volkanik Kwarter juga ditempati
oleh gunung-gunung lain yang berada di Kabupaten Magetan,
seperti Gunung Lumpang, Gunung Bulusungsang, Gunung
Banyuurip, Gunung Puntukpelok, Gunung Sidoramping,
Gunung Jobolarangan, Gunung Cemoro Penganten, sedangkan
Gunung Blego dan Gunung Butak di daerah perbatasan
Kabupaten Magetan dengan Kabupaten Wonogiri, tepatnya di
157
Kecamatan Poncol. Keberadaan gunung berapi Gunung Bancak
dan Gunung Bungkuk di Kecamatan Parang mewakili batuan
gunung api pada zaman Tersier. Gunung berapi Gunung Lawu
merupakan jenis gunung api Kwarter dalam fase istirahat.
Kawasan rawan bencana gunung berapi Gunung Lawu berupa
aliran lahar. Aliran lahar gunung berapi Gunung Lawu mengalir
melewati Kali Gonggang, Kali Ginuk; Kali Trinil; dan Kali Catur.
Tabel 4. 2
Lokasi
Jalan menuju Sarangan Rock fall
158
Sumber: BPS Kabupaten Magetan Dalam Angka, 2020.
159
Jumlah penduduk Kabupaten Magetan pada akhir tahun
2022 berdasarkan data dari BPS Kabupaten Magetan adalah
sebanyak 678.343 jiwa yang terdiri dari 333.605 jiwa
penduduk laki-laki dan 344.738 jiwa penduduk perempuan.
Pertumbuhan penduduk Kabupaten Magetan tahun 2022
adalah sebesar 0,56 persen. Maka dengan luas 688,85 Km2,
kepadatan penduduk Kabupaten Magetan mencapai 984,76
jiwa/ Km2.
Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk
Kabupaten Magetan pada akhir tahun 2022 dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4. 4
160
Penduduk merupakan potensi sumber daya manusia
(SDM) yang dibutuhkan dalam proses pembangunan, di
samping juga sebagai konsumen dalam pembangunan. Dalam
konteks penduduk sebagai potensi SDM, mengandung arti
bahwa penduduk/manusia memiliki peranan dalam
pengelolaan sumber daya alam (SDA). Salah satu indikator
keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan terlihat
pada perubahan komposisi penduduk menurut umur, yang
tercermin dengan semakin rendahnya proporsi penduduk usia
tidak produktif. Penduduk usia tidak produktif (usia 0–14
tahun dan usia 65 tahun ke atas) merupakan beban atau
tanggungan dalam pembangunan, sedangkan usia produktif
(14–64 tahun) merupakan modal dalam pelaksanaan
pembangunan di segala bidang, dengan harapan produktivitas
dan efektivitas yang terjadi ditunjang pula dengan sarana dan
prasarana pembangunan, di mana manusia merupakan tujuan
dan pelaksana pembangunan.
Tabel 4. 5
161
60–64 20.107 22.345 42.452
65–69 17.075 19.032 36.107
70–74 12.192 13.722 25.914
75 + 11.693 18.530 30.223
Kabupaten Magetan 333.605 344.738 678.343
Sumber: BPS Kabupaten Magetan Dalam Angka Tahun 2023.
163
peraturan perundang-undangan (Pasal 5, UU Nomor 25 Tahun
2009).
Dalam perspektif penyelenggaraan pemerintahan
daerah, pelayanan publik itu dilaksanakan berkaitan dengan
penyelenggaraan urusan pemerintahan. Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
dimana Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja telah dicabut dengan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja
yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja,
menegaskan bahwa urusan pemerintahan adalah kekuasaan
pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden yang
pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara dan
penyelenggara pemerintahan daerah untuk melindungi,
melayani, memberdayakan, dan mensejahterakan
masyarakat.
Urusan pemerintahan dibedakan menjadi urusan
pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan terdiri atas
urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren,
dan urusan pemerintahan umum. Pemerintah Daerah
menyelenggarakan urusan konkuren Bersama Pemerintah
Pusat dan Pemerintahan Daerah Provinsi, sesuai kewenangan
masing-masing. (Pasal 9 UUPD)
Urusan Pemerintahan konkuren yang menjadi
kewenangan Daerah terdiri atas urusan pemerintahan wajib
164
dan urusan pemerintahan pilihan. Urusan pemerintahan wajib
terdiri atas urusan pemerintahan yang berkaitan dengan
pelayanan dasar dan urusan pemerintahan yang tidak
berkaitan dengan pelayanan dasar (Pasal 11, UUPD).
Sedangkan pelayanan dasar adalah pelayanan publik untuk
memenuhi kebutuhan dasar warga negara.
Bidang Pariwisata merupakan salah satu urusan
pemerintahan pilihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah
Daerah sesuai kewenangan yang dimiliki. Kewenangan yang
dimiliki Pemerintah Kabupaten dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan bidang pariwisata meliputi:
a. Sub Bidang Destinasi Wisata, dengan kewenangan
mencakup:
1) Pengelolaan daya tarik wisata kabupaten;
2) Pengelolaan Kawasan strategis pariwisata kabupaten;
3) Pengelolaan destinasi pariwisata kabupaten;
4) Penetapan tanda daftar usaha pariwisata kabupaten.
b. Sub Bidang Pemasaran Pariwisata dengan kewenangan
Pemasaran pariwisata dalam dan luar negeri, daya Tarik,
destinasi, dan Kawasan strategis kabupaten;
c. Sub Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif melalui
Pemanfaatan dan Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual
dengan kewenangan penyediaan prasarana (zona
kreatif/ ruang kreatif/ kota kreatif) sebagai ruang
berekspresi, berpromosi dan berinteraksi bagi insan
kreatif di Daerah Kabupaten;
d. Sub Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif dengan kewenangan pelaksanaan
peningkatan kapasitas SDM pariwisata, dan ekonomi
165
kreatif tingkat dasar.
Pengelolaan objek wisata merupakan bagian dari
pelaksanaan penyelenggaraan urusan pemerintahan pilihan
bidang pariwisata, sub bidang destinasi pariwisata. Untuk
melaksanakan penyelenggaraan urusan pemerintahan pilihan
bidang pariwisata ini di daerah dibentuk Perangkat Daerah
spesifik yang melaksanakan urusan pemerintahan tersebut.
Pelaksanaan penyelenggaraan urusan pemerintah
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016
tentang Perangkat Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2019 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016
tentang Perangkat Daerah, ditegaskan bahwa perlu dibentuk
Organisasi Perangkat Daerah yang berupa Dinas. Pemerintah
Daerah Kabupaten Magetan Nomor 15 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten
Magetan, salah satu Dinas yang dibentuk Pemerintah
Kabupaten Magetan untuk menyelenggarakan urusan
pemerintahan pilihan bidang pariwisata adalah Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Tipe A. Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan sesuai dengan namanya menyelenggarakan
urusan pemerintahan bidang pariwisata dan urusan
pemerintahan bidang kebudayaan.
Sektor pariwisata sebagaimana tertuang dalam RPJMD
Kabupaten Magetan memiliki kontribusi yang rendah terhadap
PAD disebabkan karena masih rendahnya daya saing
pariwisata, masih kurangnya kuantitas dan kualitas destinasi
pariwisata, masih kurangnya daya dukung pariwisata, belum
166
terintegrasinya perencanaan pembangunan pariwisata dan
belum optimalnya pemasaran pariwisata.
Pengelolaan tempat wisata oleh Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Magetan dinilai belum optimal sehingga tidak bisa
seefektif dan seefisien mungkin. Kurang optimalnya tata letak
dan pengembangan destinasi wisata serta kurang terawat,
kurang menarik dan kurangnya pengembangan sarana dan
prasarana tempat wisata.
Peran Perangkat Daerah dalam mengembangkan
potensi wisata akan tetapi masih muncul beberapa masalah
seperti keindahan dan kesejukan tempat wisata yang dulu
begitu indah dan mempesona, serta menjadi kebanggaan
warga masyarakat Magetan belum/tidak dilakukan penataan
dan pengelolaan dengan baik, masih minimnya kualitas dan
kuantitas sarana dan prasarana kepariwisataan di lokasi
wisata seperti kebersihan, kenyamanan, pelayanan pada
fasilitas pariwisata, belum begitu meningkatnya atraksi wisata
baru baik potensi yang sudah ada maupun hasil ciptaan
manusia guna meningkatkan jumlah wisatawan, masyarakat
belum sepenuhnya fokus pengembangan potensi wisata yang
masih kurang. Disisi lain, usaha non pariwisata belum
sepenuhnya dimanfaatkan secara maksimal melihat potensi
aset yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Daerah. Oleh
sebab itu dirasa perlu untuk memberikan peran kepada BUMD
Pariwisata Kabupaten Magetan dalam mengelolanya.
Adanya pengelolaan yang terpisah-pisah dan adanya
dinas belum optimal sinergi antar stakeholders mengakibatkan
pengelolaan yang kurang terpadu dan terintegrasi serta
hasilnya kurang optimal. Masing-masing Perangkat Daerah
167
pasti memiliki visi dan misi dalam menyelenggarakan urusan
Pemerintahan Daerah. Seiring terbatasnya ruang gerak
Perangkat Daerah dalam menjalankan semua misi baik yang
berkaitan dengan pariwisata. Oleh karenanya, dalam
melakukan akselerasi pembangunan ekonomi lokal melalui
pengembangan pariwisata.
Seiring berkembangnya teknologi membuat
masyarakat menginginkan adanya perubahan dalam
pariwisata. Publik menuntut tanggung jawab pemerintah untuk
pembaruan dalam menyelenggarakan pelayanan publik bagi
warga masyarakat, sehingga pemerintah daerah berkewajiban
untuk menyusun standar pelayanan publik. Dalam pelayanan
publik harus dibuat norma, standar, prosedur, dan kriteria
yang jelas, sehingga dalam pengelolaan dan pengembangan
potensi pariwisata Daerah dapat dilakukan secara lebih terarah
pengoptimalisasiannya dan dapat dipertanggungjawabkan
pelaksanaannya.
Dengan berbagai rangkaian analisis yuridis terkait
dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan pilihan bidang
Pariwisata itu, dapat ditarik benang merah bahwa dibutuhkan
adanya peningkatan dan pengembangan pengelolaan objek
wisata daerah di Kabupaten Magetan agar lebih optimal
fungsinya, lebih berdaya guna dan berhasil guna. Peningkatan
dan pengembangan pengelolaan destinasi wisata itu dalam
rangka mengatasi berbagai permasalahan penyelenggaraan
urusan pemerintahan pilihan bidang pariwisata, sekaligus
dalam rangka meningkatkan perolehan Pendapatan Asli
Daerah yang berupa Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah
Raga, termasuk memberikan peningkatan pelayanan
168
masyarakat dalam bidang kepariwisataan khususnya
penyediaan sarana prasarana dan fasilitasi destinasi wisata
yang lebih baik.
Rencana pendirian BUMD Pariwisata oleh Pemerintah
Kabupaten Magetan bahwasannya Pemerintah Kabupaten
Magetan belum pernah memiliki Peraturan Daerah tentang
pembentukan atau pendirian BUMD Perusahaan Umum Daerah
Pariwisata Kabupaten Magetan maupun peraturan daerah
tentang penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Magetan
kepada Perusahaan Umum Daerah Pariwisata Kabupaten
Magetan. Pendirian dan pembentukan Perusahaan Umum
Daerah Pariwisata Kabupaten Magetan diharapkan dapat
menjadi jalan keluar yang tepat untuk mengakomodasi semua
kebutuhan dasar Pemerintah Kabupaten Magetan dalam
rangka mengatasi permasalahan kepariwisataan daerah dan
bertujuan untuk a) memberikan manfaat bagi perkembangan
perekonomian Daerah pada umumnya / peningkatan PAD; b)
menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan
pelayanan pariwisata yang bermutu bagi pemenuhan hajat
hidup masyarakat sesuai kondisi, karakteristik, dan potensi
Daerah yang bersangkutan berdasarkan tata kelola
perusahaan yang baik; c) meningkatkan fungsi pengelolaan
destinasi wisata untuk memberikan pelayanan masyarakat di
bidang kepariwisataan; dan d) mendorong peningkatan
pertumbuhan dan perkembangan perekonomian Daerah.
Kegiatan pembentukan BUMD Kabupaten Magetan
merupakan inisiatif Pemerintah Daerah selaku mitra
penyelenggara pemerintahan daerah bersama DPRD dalam
rangka meningkatkan dan mengoptimalkan fungsi serta
169
manfaat aset-aset daerah yang dimiliki seperti objek-objek
wisata Daerah sehingga bisa menjadi roda penggerak bagi
kegiatan perekonomian di wilayah sekitarnya.
Pembentukan BUMD Pariwisata Kabupaten Magetan
merupakan salah satu bentuk kepedulian Pemerintah Daerah
dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Magetan sekaligus dalam rangka meningkatkan pelayanan
publik kepada masyarakat baik masyarakat pengusaha
pariwisata maupun masyarakat pelanggan atau pengunjung /
wisatawan dengan melakukan revitalisasi dan pemberdayaan
aset pemerintah yang berupa objek-objek Pariwisata itu agar
menjadi mesin penggerak bagi kegiatan perekonomian
daerah.
Selain itu secara rinci maksud dan tujuan pembentukan
BUMD Pariwisata Kabupaten Magetan ini adalah :
a. memberdayakan dan mendayagunakan aset daerah
(Barang Milik Daerah) Pemerintah Kabupaten Magetan,
agar dapat meningkatkan dan mengoptimalkan fungsi dan
manfaatnya;
b. peningkatan kegiatan perdagangan barang dan jasa serta
pelayanan penyediaan barang dan jasa bagi masyarakat
luas;
c. penyediaan fasilitas tempat bertransaksi sekaligus
memungkinkan untuk melakukan rekreasi belanja bagi
masyarakat Kabupaten Magetan dan sekitarnya;
d. mengembangkan potensi objek-objek wisata sebagai
destinasi wisata Kabupaten Magetan dan sekitarnya;
e. meningkatkan Pendapatan Daerah Pemerintah Kabupaten
Magetan terutama dari unsur Pendapatan Asli Daerah
170
melalui peningkatan penerimaan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan komponen-
komponen PAD lainnya.
Keberadaan BUMD sebagai lembaga bisnis yang dimiliki
dan dikelola Pemerintah Daerah memiliki peran strategis
dalam pembangunan ekonomi daerah. Berdirinya BUMD di
suatu daerah diharapkan dapat memberikan multiplier effect
yang besar bagi perekonomian masyarakat. BUMD diharapkan
mampu beroperasi dengan efektif, efisien dan akuntabel
sehingga dapat menyediakan destinasi wisata yang memiliki
daya tarik wisata lebih akibat pengelolaan yang lebih baik
sehingga optimal fungsinya, lebih berdaya guna dan berhasil
guna. Selain itu, BUMD juga harus berupaya memperbaiki
profitabilitas, sehingga mampu menjadi andalan sumber
pendapatan Pemerintah Daerah.
Magetan merupakan daerah potensial pertanian dan
pariwisata. Sektor pariwisata merupakan sektor unggulan
Kabupaten Magetan bersama dengan sektor pertanian dan
industri rumah tangga. Dalam konteks pembentukan BUMD
Pariwisata Kabupaten Magetan di bidang/sektor pariwisata
yang belum pernah ada BUMD sebelumnya yang menjalankan
bidang usaha yaitu dengan mengembangkan dan mengelola
destinasi wisata. Kajian peluang pasar bertujuan untuk
mengetahui pangsa pasar dengan melihat pasar pengguna
jasa pariwisata yang ada di Kabupaten Magetan baik jumlah
wisatawan domestik maupun wisatawan luar negeri.
Hal ini juga sesuai dengan aspek potensi dimana BUMD
Pariwisata Kabupaten Magetan rencananya akan bergerak
pada beberapa unit usaha berdasarkan potensi
171
pengembangannya, yaitu pengelolaan dan pengembangan
destinasi pariwisata unggulan Daerah dengan meningkatkan
kualitas dan kuantitas destinasi wisata serta mengembangkan
wisata edukasi. Hal ini dilihat dari sisi pengembangan
pariwisata lokal sesuai dengan potensi yang ada.
Berdasarkan aspek kebijakan Pemerintah Daerah,
pembentukan BUMD Pariwisata dalam rangka mendukung
pencapaian Misi kedua pada RPJMD Kabupaten Magetan Tahun
2018-2023 yaitu “Meningkatkan perekonomian daerah melalui
keberpihakan dan pemberdayaan koperasi dan usaha mikro
sebagai pilar ekonomi kerakyatan serta pemberdayaan
masyarakat desa sebagai basis sekaligus ujung tombak
pembangunan daerah”.
Pemerintah Kabupaten Magetan bersama-sama dengan
seluruh elemen masyarakat di daerah memiliki keyakinan
bahwa berbagai potensi kekayaan daerah yang ada dapat
dikelola melalui pembentukan BUMD Pariwisata yang
berorientasi pada kaidah-kaidah bisnis yang profesional dan
akuntabel. Banyak sumber potensial yang benar-benar mampu
memberikan pemasukan bagi daerah dan peluang usaha yang
cukup potensial guna meningkatkan kontribusi laba
perusahaan daerah terhadap PAD di Kabupaten Magetan
adalah pengelolaan dan pengembangan sektor pariwisata.
Keberadaan sektor-sektor tersebut terangkum dalam
BUMD Pariwisata yang berperan strategi dalam
pengembangan sarana dan prasarana pariwisata untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi. Mengingat cukup
strategisnya peran perusahaan daerah sebagai institusi public
service sekaligus sebagai salah satu sumber PAD, maka tentu
172
saja perusahaan daerah dituntut lebih profesional dan lebih
efisien dalam melaksanakan usahanya.
Sektor Pariwisata, Kabupaten Magetan merupakan
kabupaten yang potensial pariwisata dimana Kabupaten
Magetan terletak di kaki Gunung Lawu dan perbatasan antara
Jawa Timur dengan Jawa Tengah sehingga menawarkan objek
wisata bernuansa alam. Beberapa objek wisata Kabupaten
Magetan diantaranya Telaga Sarangan, Telaga Wahyu, Kebun
Bunga Refugia Magetan, dan Kampung Susu Lawu. Sebagai
salah satu urusan pemerintah daerah kabupaten, maka
pariwisata dalam rangka pemenuhan pelayanan publik perlu
ditingkatkan pengelolaan dan pengembangan objek wisata
agar maju, optimal, berdaya guna dan berdaya hasil. Seiring
banyaknya destinasi wisata yang awalnya dikelola oleh Dinas
Pariwisata dinilai belum optimal pengelolaan dan
pengembangannya serta masih muncul banyak permasalahan
kepariwisataan daerah maka rencana pengelolaan dan
pengembangan objek wisata dikelola dengan pola BUMD akan
dipandang lebih leluasa untuk berkembang secara profesional,
maju dengan menerapkan tata pengelolaan perusahaan yang
baik sehingga diharapkan mampu memaksimalkan
pengelolaan pariwisata secara efektif utamanya agar
pariwisata dapat meningkatkan PAD. Pengelolaan yang
dilakukan oleh Badan Usaha Milik Daerah akan lebih berfokus
pada pengelolaan dan pengembangan destinasi wisata Telaga
Sarangan, Telaga Wahyu, Kebun Bunga Refugia, dan Kampung
Susu Lawu. Pengembangan potensi pariwisata seperti
penyediaan sarana dan prasarana dan fasilitasi destinasi
wisata yang lebih baik. Dengan tersedianya destinasi wisata
173
yang lebih menarik dan pengelolaan yang lebih baik oleh
BUMD maka diyakini bahwa ke depan usaha pariwisata akan
menjadi bidang usaha yang cukup menjanjikan dan bidang
usaha yang belum pernah ada sebelumnya.
Berdasarkan aspek pendukung lainnya, letak
Kabupaten Magetan di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa
Timur memiliki akses jaringan pemasaran produk, sehingga
memungkinkan distribusi, promosi dan pemasaran produk-
produk yang dihasilkan BUMD melalui e-commerce dan
berbagi informasi teknologi dalam pengelolaan semua area
bisnis. Dari segi sumber daya manusia, Kabupaten Magetan
juga memiliki beberapa sumber daya manusia yang baik.
Dengan berdirinya BUMD Pariwisata, diharapkan mampu
menyerap tenaga kerja dengan berbagai jenis pekerjaan yang
dibutuhkan. Selain itu, pembentukan BUMD Pariwisata juga
merupakan bagian dari optimalisasi PAD dalam hal
penerimaan deviden, potensi pajak dan peningkatan
pemanfaatan aset daerah.
174
sepanjang tahun 2018 – 2022 dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 4. 2
175
Tabel 4. 6
176
Komunikasi 7,5 6,2 6,7 7,9 5,0
178
Gambar 4. 3
Tabel 4. 7
Perkembangan Indikator Pembangunan Pariwisata
Kabupaten Magetan Tahun 2018 – 2022
Uraian 2018 2019 2020 2021 2022
Jml Kunj
762.865 929.078 761.046 771.003 1.522.930
Wisatawan
179
(orang)
PAD
Pariwisata 13.223.957 15.934.042 10.874.247 9.860.767 17.129.417
(Ribu Rp)
PDRB
Sektor
572.625,5 623.580,3 546.703,7 562.975,4 625.906,9
Pariwisata
(Juta Rp)
180
Kabupaten Magetan mencapai 762.865 orang, kemudian
di tahun 2019 meningkat menjadi 929.078 orang. Di
tahun 2020 mengalami penurunan akibat pandemi Covid-
19 menjadi 761.046 orang dan di tahun 2021 mengalami
peningkatan menjadi 771.003 orang. Adapun tahun 2022
kembali meningkat tajam menjadi 1.522.930 orang.
Gambar 4. 4
181
Gambar 4. 5
Gambar 4. 6
183
b. Keuangan Daerah Kabupaten Magetan
184
pertanggungjawaban keuangan dengan yang bertujuan
untuk mewujudkan pengelolaan keuangan daerah yang
efektif, efisien, dan transparan. Keuangan daerah
merupakan semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
dapat dinilai dengan uang serta segala bentuk kekayaan
yang dapat dijadikan milik daerah berhubung dengan hak
dan kewajiban daerah tersebut. Peraturan Pemerintah
tersebut memberikan amanat perubahan nomenklatur
pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah.
1. Kinerja Pertumbuhan
Gambar 4. 7
186
Kinerja Pertumbuhan Keuangan Kabupaten Magetan
Tahun 2018-2022
187
Gambar 4. 8
188
persentasenya. Sedangkan kontribusi Lain-Lain
Pendapatan Daerah yang Sah memiliki kontribusi
paling kecil dalam kurun waktu tahun 2018-2022.
3. Kinerja Efektivitas
Tabel 4. 9
189
efektif efektif Efektif efektif efektif
190
Kabupaten Magetan tahun 2018-2022 sudah sangat
efektif.
Gambar 4. 9
Gambar 4. 10
Dimana:
Tabel 4. 10
195
gan 0,4 780,00
Besar
dan
Eceran;
Reparasi
Mobil dan
Sepeda
Motor
196
Q Jasa 144.537, 13.143.4 1,39 Basic
Kesehata 9 10,00
n dan
Kegiatan
Sosial
197
sektor di suatu wilayah dibandingkan dengan kinerja
perekonomian wilayah di atasnya. Hasil analisis shift
share ini menunjukkan pergeseran struktur ekonomi yang
dinyatakan dalam hasil jumlah dari pengaruh 3 (tiga)
komponen shift share yaitu pengaruh perekonomian
provinsi (Nij); pengaruh bauran industri (Mij); dan
pengaruh daya saing (Cij). Setelah diketahui hasil
pergeseran struktur ekonomi daerah, sektor-sektor
tersebut akan dikelompokkan ke dalam 4 (empat)
kuadran, yaitu: kuadran 1 tumbuh cepat; kuadran 2
cenderung berpotensi; kuadran 3 berkembang; dan
kuadran 4 terbelakang.
Gambar 4. 11
198
indikator yang menunjukkan terkait pengaruh
pertumbuhan ekonomi provinsi terhadap
perekonomian daerah. Sebagai komponen pertama
dalam pencapaian hasil shift share menilai kinerja
suatu daerah dipengaruhi oleh perekonomian provinsi.
Nij = Yij x rn
Tabel 4. 11
Tahun 2022
200
dan Daur Ulang
201
,02 ,16 02 ,20 Pesat (Fast
Growing)
202
Potential), dengan capaian nilai Dij positif pada
masing-masing sektor, yaitu: Sektor
Pertambangan dan Penggalian sebesar 785,70 juta
rupiah; Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 1.896,50
juta rupiah; Sektor Real Estate sebesar 9.901,00
juta rupiah; dan Sektor Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial sebesar 4.378,50 juta rupiah.
Dengan hasil yang cenderung positif menunjukkan
bahwa pertumbuhan sektor Pertambangan dan
Penggalian, sektor Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang, sektor Real
Estate, serta sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial di Kabupaten Magetan relatif lebih cepat
dibandingkan pertumbuhan sektor sejenis di
tingkat Provinsi Jawa Timur.
203
Gas, sektor Konstruksi, sektor Perdagangan Besar
dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor,
serta sektor Transportasi dan Pergudangan di
Kabupaten Magetan relatif lebih cepat
dibandingkan pertumbuhan sektor sejenis di
tingkat Provinsi Jawa Timur.
207
penataan layout objek wisata yang masih kurang rapi.
Pembangunan sarana dan prasarana serta fasilitas objek
wisata dapat menjadi daya Tarik yang berujung pada
meningkatnya jumlah kunjungan wisata dan lama kunjungan
(long of stay = LOS).
208
5. Lapangan Tenis;
6. Stadion Yosonegoro;
7. Gedung Tripandita
8. GOR Bulutangkis;
9. Kebun Refugia Plaosan/Magetan; dan
10. Kebun Buah Srogo.
Dalam rangka peningkatan PAD melalui pendapatan
dari Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga ini, Pemerintah
Daerah melakukan antara lain penyesuaian atau perubahan
tarif retribusi pelayanan tempat rekreasi dan olahraga.
Perubahan tarif itu dapat dilakukan dengan menerbitkan
Peraturan Bupati tentang Perubahan Tarif Retribusi.
Perubahan tarif retribusi tempat rekreasi dan Olah Raga saat
ini berdasarkan Peraturan Bupati Magetan Nomor 55 Tahun
2017 tentang Perubahan Tarif Retribusi Tempat Rekreasi dan
Olah Raga.
Tabel 4. 12
210
Sarangan Wahyu
211
pelaporan di bidang administrasi peternakan dan perikanan;
pelaksanaan administrasi dinas di bidang peternakan dan
perikanan dan pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh
Bupati terkait dengan tugas dan fungsinya.
Tabel 4. 13
212
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.
214
kekayaan daerah (misalnya Destinasi Wisata) memiliki
kelebihan dapat lebih fokus dan perhatian terhadap
permasalahan yang terjadi di aset/ kekayaan daerah itu,
sehingga dapat segera diselesaikan tidak berlarut-larut.
Pengelolaan aset/ kekayaan daerah dengan model itu
memungkinkan mendapatkan kucuran dana dari APBD untuk
menopang pembiayaan operasionalisasi dan pemeliharaan
aset/ kekayaan daerah. Pembiayaan untuk pengelolaan aset
daerah model OPD ini langsung berupa alokasi belanja
langsung (kegiatan).
220
penyertaan modal Daerah untuk memenuhi modal dasar
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai
pengelolaan keuangan daerah. Adapun modal disetor
pada Perusahaan Umum Daerah dipenuhi paling lambat 2
tahun sejak berdiri. Pemerintah Daerah Kabupaten
Magetan mengusulkan kepada Bupati Kabupaten Magetan
untuk melakukan penyetoran modal daerah ke BUMD.
Dalam pengelolaan dari segi keuangan BUMD, terdapat
hubungan kerja antara Pemerintah Daerah dengan BUMD
yaitu meminta pertanggungjawaban laporan tahunan
terhadap investasi di BUMD.
221
dalam memanfaatkan potensi alam dan ekologi seperti
kawasan hutan sebagai bentuk pengembangan wisata
dengan dibuatnya wahana outbound berbasis hutan.
Dengan terjalinnya hubungan kerjasama ini diharapkan
mampu meningkatkan pembangunan infrastruktur dan
mendongkrak perekonomian masyarakat di sekitar.
Terjalinnya hubungan dengan Perum Perhutani dapat
diupayakan untuk melakukan pengembangan
pembangunan di kawasan wisata di Kabupaten Magetan.
Tabel 4. 14
Tabel 4. 15
225
5 2020 526.932 6.425.779.500
1. Telaga
Sarangan
2. Telaga
Wahyu
Anak-Anak 3.000
3. Kebun
Refugia
Magetan
Anak-Anak 5.000
4. Kampung
Susu
Lawu
226
Olahraga Kabupaten Magetan.
Tabel 4. 17
No Uraian Tahun
1 2 3 4 5
1. Pendapatan Usaha
227
Tabel di atas menampilkan hasil proyeksi pendapatan
dan laba BUMD Pariwisata Kabupaten Magetan yang
diasumsikan beroperasi selama 5 tahun. Adapun sumber
penerimaan atau pendapatan usaha atas penjualan tiket
dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:
c. Pelayanan publik
228
3) wisatawan memperoleh fasilitas yang memadai karena
pemeliharaan fasilitas-fasilitas umum yang ada di
tempat wisata akan diperiksa secara berkala oleh
pihak BUMD Pariwisata Magetan; serta
4) perbaikan dan pemeliharaan terhadap akses
transportasi menuju lokasi wisata.
d. Perekonomian masyarakat
6. Model Usaha
230
Magetan yaitu usaha Pariwisata. Sesuai dengan namanya,
BUMD Pariwisata Magetan ditujukan untuk melaksanakan
pengelolaan pada bidang usaha pariwisata, khususnya yang
ada di Kabupaten Magetan. Sehubungan dengan hal tersebut,
usaha pariwisata ini sekaligus menjadi fokus usaha (core
business) dari BUMD Pariwisata Magetan. Adapun destinasi
wisata Kabupaten Magetan yang rencananya akan dikelola
oleh BUMD Pariwisata Magetan meliputi:
1) Telaga Sarangan
Telaga Sarangan yang terletak di Desa Sarangan,
Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Telaga Sarangan adalah telaga alami yang berada di
ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut dan
terletak di lereng Gunung Lawu, Kecamatan Plaosan,
Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Telaga ini berjarak
sekitar 16 kilometer arah barat kota Magetan. Telaga ini
luasnya sekitar 30 hektar dan berkedalaman 28 meter.
Dengan suhu udara antara 15 hingga 20 derajat celcius.
Salah satu wisata utama di Kabupaten Magetan yang
memiliki pemandangan yang cukup menarik perhatian
banyak wisatawan sehingga menjadi daya tarik wisatawan
dalam dan luar negeri. Wisata ini menjadi produk yang
unggul menjadi ikonnya Magetan.
2) Telaga Wahyu
Telaga Wahyu memiliki luas sekitar 10 hektar dengan
kedalaman ± 16 meter. Lokasi Telaga Wahyu ini terletak
di Desa Ngerong, Kecamatan Plaosan, Kabupaten
Magetan, Jawa Timur. Kawasan Wisata Telaga Wahyu ini
231
dikelilingi oleh kawasan lereng Gunung Lawu dengan
pemandangan persawahan, tebing, dan jalan berkelok.
Selain itu, kawasan wisata Telaga Wahyu memiliki akses
yang juga menjadi jalur utama dari Kabupaten Magetan,
Ponorogo, dan Karanganyar, yaitu Jalan Raya Sarangan.
Telaga ini dulunya dijuluki “Telaga Wurung”. Telaga ini
juga lebih dikenal sebagai tempat memancing. Danau
yang letaknya di bawah Telaga Sarangan merupakan
danau yang lebih didominasi oleh para pemancing.
Destinasi wisata ini memiliki kelemahan berupa objek
wisata yang belum secara optimal dikembangkal, atraksi
wisata yang belum dikembangkan, fasilitas penunjang
objek belum lengkap dan belum adanya penyuguhan
atraksi budaya di Telaga Wahyu guna menarik minat
wisatawan yang akan berkunjung.
7. Pasar Monopolistik
235
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022
tentang Cipta Kerja itu menyebutkan bahwa Pemerintah
Kabupaten berwenang untuk:
1. menyusun dan menetapkan rencana induk
pembangunan kepariwisataan kabupaten;
2. menetapkan destinasi pariwisata kabupaten;
3. menetapkan daya Tarik wisata kabupaten;
4. melaksanakan pendaftaran, pencatatan, dan pendataan
Pendaftaran Usaha Pariwisata;
5. mengatur penyelenggaraan dan pengelolaan
kepariwisataan kabupaten;
6. memfasilitasi dan melakukan promosi destinasi pariwisata
dan produk pariwisata yang berada di wilayahnya;
7. memfasilitasi pengembangan daya Tarik wisata baru;
8. menyelenggarakan pelatihan dan penelitian
kepariwisataan dalam lingkup kabupaten;
9. memelihara dan melestarikan daya tarif wisata yang
berada di wilayahnya;
10. menyelenggarakan bimbingan masyarakat sadar
wisata; dan
11. mengalokasikan anggaran kepariwisataan.
Terhadap kebutuhan masyarakat, Kepariwisataan
merupakan bagian integral dari pembangunan yang dilakukan
secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan dan
bertanggung jawab dengan tetap memberikan perlindungan
terhadap nilai agama, budaya masyarakat, kelestarian, mutu
lingkungan hidup dan kepentingan nasional. Masyarakat secara
umum dan para pengusaha pariwisata secara khusus
membutuhkan pelayanan bidang pariwisata atau secara spesifik
236
pelayanan destinasi wisata daerah. Masyarakat pengunjung
terhadap pengelolaan Destinasi Wisata dapat lebih menarik, rapi
dan indah, nyaman dan aman sehingga dapat memenuhi
kebutuhan pariwisata para pengunjung maupun kebutuhan
wisata belanja bagi masyarakat secara lebih luas. Masyarakat
konsumen atau pengunjung membutuhkan keberadaan objek-
objek pariwisata yang maju dan profesional dalam memberikan
pelayanan, sehingga kebutuhan barang dan jasa sehari-hari
dapat terpenuhi dengan baik.
237
dari daerah-daerah lain sehingga menguatkan keyakinan
bahwa pendapatan pengelolaan destinasi wisata dapat
meningkat berlipat ganda jika dikelola dengan model
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD);
3. Pemerintah Kabupaten Magetan bertekad untuk
mengoptimalkan pemberdayaan dan pendayagunaan aset-
aset daerah yang ada di Kabupaten Magetan;
4. Pemerintah Kabupaten Magetan berkeyakinan bahwa
Pemerintah Kabupaten Magetan dapat membentuk BUMD
Perusahaan Umum Daerah Pariwisata Kabupaten Magetan
dimulai dari komitmen dan political will Pemerintah Daerah
serta dilakukan mulai sekarang, meskipun terbentuknya
BUMD beberapa tahun yang akan datang.
239
(3) Dalam hal pendirian perusahaan umum Daerah dilakukan
dengan mengalihkan tugas dan fungsi perangkat Daerah
atau unit kerja maka Perda sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) memuat juga ketentuan mengenai:
a. Pengalihan seluruh atau sebagian kekayaan Daerah
menjadi kekayaan Daerah yang Dipisahkan; dan/ atau
b. Pengalihan seluruh atau sebagian hak dan kewajiban
perangkat Daerah atau unit kerja menjadi hak dan
kewajiban perusahaan umum Daerah yang didirikan.
(4) Ketentuan mengenai tata cara pengalihan kekayaan
Daerah serta hak dan kewajiban perangkat Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
243
bagi masyarakat;
3) meningkatkan keterkaitan sumber daya daerah baik
pengusaha pariwisata, barang dan jasa maupun sumber
dana;
4) memacu peningkatan dan perkembangan sektor-sektor
lain seperti perindustrian, perhubungan, transportasi,
Lembaga keuangan, koperasi dan usaha mikro kecil dan
menengah serta jasa-jasa lainnya;
5) meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
khususnya dan Pendapatan Daerah umumnya di
Kabupaten Magetan.
245
sekitar.
1) Tenaga Kerja
Permasalahan tenaga kerja selain menyangkut
aspek sosial, juga terkait erat dengan aspek ekonomi.
Apabila masyarakat usia produktif dapat disalurkan ke
dalam lapangan kerja sesuai dengan kemampuan
mereka, akan berdampak pada menurunnya tingkat
kriminalitas baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Hal ini terjadi dikarenakan oleh berkurangnya tingkat
pengangguran yang terjadi di masyarakat.
Dengan adanya kegiatan pembentukan BUMD
Perusahaan Umum Daerah Pariwisata Kabupaten
Magetan, penduduk Kabupaten Magetan umumnya dan
masyarakat pengusaha pariwisata maupun masyarakat
konsumen atau pelanggan jasa pariwisata pada
umumnya dapat memanfaatkan kesempatan untuk
melakukan transaksi dengan lebih baik pada BUMD
Perusahaan Umum Daerah Pariwisata Kabupaten
Magetan tersebut. Partisipasi stakeholder Pariwisata
Daerah itu dibutuhkan baik pada saat pelaksanaan
246
pembentukan maupun pada saat BUMD Perusahaan
Umum Daerah Pariwisata Kabupaten Magetan itu sudah
dioperasikan.
Semakin banyak tenaga kerja yang berasal dari
penduduk sekitar di lingkungan Kabupaten Magetan
yang dapat diserap dan dilibatkan, akan semakin besar
pula dukungan masyarakat setempat terhadap
keberadaan BUMD Perusahaan Umum Daerah
Pariwisata Kabupaten Magetan itu. Oleh karena itu
perlu dilibatkan seberapa jauh masyarakat setempat
(baik dari jenis keahliannya maupun jumlahnya) dapat
menyumbangkan tenaga kerja mereka.
Lapangan kerja yang tersedia selama
pelaksanaan kegiatan pembentukan dan operasional
BUMD Perusahaan Umum Daerah Pariwisata Kabupaten
Magetan ini antara lain: pegawai/ karyawan pengelola
objek wisata, operator atraksi wisata, pedagang
cinderamata, kuliner, pengusaha jasa akomodasi
pariwisata, pedagang kaki lima/ keliling, penjaga
malam, petugas parkir, dan jasa-jasa lainnya.
249
secara memadai. Untuk jenis pelayanan publik dan
kebutuhan masyarakat “yang belum tersedia”, menurut
responden yaitu BUMD yang mengelola pariwisata
Kabupaten Magetan belum tersedia di Kabupaten Magetan.
c. Menurut responden apa yang menjadi kebutuhan daerah
Kabupaten Magetan sehingga Pemerintah Kabupaten
Magetan dipandang perlu mendirikan BUMD baru sebab
perlunya optimalisasi sektor-sektor unggulan atau potensial
di daerah. Selain itu, perlunya peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) sehingga pendirian BUMD baru ini diharapkan
mampu meningkatkan akselerasi di sektor pariwisata.
Melalui BUMD Pariwisata diharapkan mampu meningkatkan
optimalisasi sektor-sektor unggulan atau potensial di daerah
yang akhirnya terjadi peningkatan Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Masyarakat Kabupaten Magetan mengharapkan
dengan adanya BUMD baru diharapkan dapat meningkatkan
akselerasi di sektor pariwisata. Hal ini dimaksudkan agar
pendayagunaan aset daerah mampu dilakukan secara
optimal.
d. Guna memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat,
Pemerintah Kabupaten Magetan berencana mendirikan
BUMD Pariwisata sebagai sarana peningkatan
perekonomian, pelayanan publik, penciptaan lapangan kerja
serta Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sejalan dengan
rencana itu, mayoritas responden menyetujui pendirian
BUMD Pariwisata. Adapun jenis usaha yang perlu dijalankan
nantinya, responden memberikan saran terkait bidang
usaha pariwisata.
e. Masyarakat berkontribusi dalam pengembangan BUMD
250
dengan cara menjadi pengguna jasa/layanan dari BUMD
tersebut. Masyarakat berpartisipasi dalam pengembangan
usaha dengan mempromosikan usaha kepada masyarakat
sekitar. Sejalan dengan tujuan pendirian BUMD salah
satunya adalah membuka lapangan kerja maka diharapkan
masyarakat lokal Kabupaten Magetan dapat menjadi
pegawai di BUMD tersebut. Adapun tujuan utama pendirian
BUMD ini adalah peningkatan Pendapatan Asli Daerah maka
sejalan dengan harapan masyarakat pada BUMD untuk
dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di
Kabupaten Magetan.
Bahwasannya masyarakat Kabupaten Magetan mayoritas
bekerja di sektor informal. Melalui identifikasi status pekerjaan
utama baik kegiatan formal maupun informal, terdapat enam
kategori status pekerjaan meliputi (1) berusaha sendiri, (2)
berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar, (3)
berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar, (4)
buruh/karyawan/pegawai, (5) pekerja bebas, dan (6) pekerja
keluarga/tak dibayar. Berikut ini tabel yang menjelaskan
Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Selama
Seminggu yang Lalu Menurut Status Pekerjaan Utama di
Kabupaten Magetan Tahun 2022.
Tabel 4. 18
251
Berusaha 28.895 34.854 63.749
sendiri
253
Magetan juga menunjukkan angka yang terus meningkat. Pada
tahun 2019 TPAK sebesar 72,34 persen menjadi 74,03 persen
pada tahun 2022. Kenaikan TPAK menjadi indikasi yang baik
bagi perekonomian, akan tetapi hal ini tidak dibarengi dengan
penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). TPT Kabupaten
Magetan pada tahun 2019 adalah 2,98 persen meningkat
menjadi 4,33 persen pada tahun 2022. Tingkat Pengangguran
Terbuka dapat menjadi tolok ukur kondisi dan gambaran
ketenagakerjaan. Dalam satu tahun terakhir yakni tahun 2022
jumlah pengangguran sebanyak 16.852 orang meningkat
dibanding tahun sebelumnya yang hanya 14.812 orang. Dilihat
dari jenis kelamin, dari 16.852 orang penganggur di Kabupaten
Magetan lebih banyak penganggur laki-laki dibanding
perempuan. Jumlah pengangguran terbuka laki-laki sebanyak
8.651 orang sedangkan perempuan sebanyak 8.201 orang.
Angka pengangguran di Kabupaten Magetan mencapai
4,33 persen dengan melihat angka pengangguran yang terjadi,
tentu apabila dikaitkan dengan pendirian BUMD Pariwisata akan
berakibat kepada proses penyerapan tenaga kerja di Kabupaten
Magetan. Adanya pengembangan usaha di suatu wilayah
mempengaruhi mobilitas kegiatan masyarakat terutama dalam
hal peningkatan lapangan kerja yang berujung pada penurunan
pengangguran dengan menyerap tenaga kerja baik sejak tahap
awal pendirian atau tahap persiapan hingga tahap pelaksanaan
atau operasional perusahaan. Dalam hal ini, tidak hanya pekerja
lokal saja yang terserap tenaga kerjanya melainkan
kemungkinan besar tenaga kerja dari wilayah lain pun turut
terserap dalam kegiatan sektor ini. Hal ini secara tidak langsung
berdampak positif terhadap pertumbuhan Pendapatan Asli
254
Daerah.
Kedua adalah penduduk yang termasuk bukan angkatan
kerja. Tahun 2019 banyaknya penduduk yang bukan angkatan
kerja sebanyak 141.376 orang turun menjadi 136.612 orang
pada tahun 2022.
Banyaknya angkatan kerja di Kabupaten Magetan dari
tahun 2019 sampai 2022 terus mengalami peningkatan, Jika
dilihat menurut jenis kelaminnya, laki-laki lebih banyak
menyumbang angkatan kerja daripada perempuan. Angkatan
kerja laki-laki dari tahun 2019 sampai 2022 terus mengalami
peningkatan sedangkan angkatan kerja perempuan mengalami
kenaikan dari tahun 2019 ke tahun 2020 dan mengalami
penurunan di tahun 2021 dan 2022.
Gambar 4. 12
255
Sumber : BPS Kabupaten Magetan, diolah.
Gambar 4. 13
257
di sektor jasa, sedangkan di sektor manufaktur mengalami
penurunan jumlah pekerja. Pada tahun 2022 pekerja di sektor
pertanian mengalami penurunan tajam sedangkan jumlah
pekerja di sektor jasa meningkat signifikan.
Gambar 4. 14
258
tahun 2021. Serta tamatan Perguruan Tinggi mendominasi
urutan paling kecil di Kabupaten Magetan.
Gambar 4. 15
Banyaknya Penduduk yang Bekerja Menurut Pendidikan di
Kabupaten Magetan Tahun 2019-2022
Sumber : BPS Kabupaten Magetan, diolah.
259
Gambar 4. 16
Banyaknya Angkatan Kerja yang Menganggur Menurut
Pendidikan di Kabupaten Magetan Tahun 2019-2022
Sumber : BPS Kabupaten Magetan, diolah.
260
BAB V
ANALISIS KELAYAKAN BIDANG USAHA
PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD)
PARIWISATA KABUPATEN MAGETAN
1. Potensi Pasar
Pengelolaan dan pengembangan yang dilakukan oleh
Badan Usaha Milik Daerah akan lebih berfokus pada
pengelolaan dan pengembangan objek wisata Telaga
Sarangan, Telaga Wahyu, Kebun Bunga Refugia, dan
Kampung Susu Lawu. Potensi pasar pengguna jasa pariwisata
yang ada di wilayah Kabupaten Magetan berasal dari pasar
dalam negeri atau wisatawan domestik. Jumlah pengunjung
daerah tujuan wisata atau wisatawan yang berkunjung ke
objek-objek wisata di Kabupaten Magetan sepanjang tahun
2018–2022 cenderung meningkat terus menerus, kecuali
pada tahun 2020.
261
Gambar 5.1
Jumlah Wisatawan ke Kabupaten Magetan
Tahun 2018 – 2022 (Orang)
Adapun jumlah pengunjung wisata untuk objek wisata
yang fokus dikelola oleh BUMD adalah sebagai berikut.
Gambar 5.2
Jumlah Pengunjung Wisata Telaga Sarangan, Telaga Wahyu,
dan Kebun Bunga Refugia Tahun 2022
Sumber : Kabupaten Magetan Dalam Angka, 2022.
262
bernilai dengan pihak lain. Maka untuk memiliki produk yang
bernilai jual tinggi ada strategi yang dilakukan. Dalam konsep
pariwisata ini, pemasaran akan terus dilakukan dan
ditingkatkan melalui pemasaran online dimana sebuah
pemasaran yang dilakukan melalui system computer online
interaktif yang terhubung secara elektronik (Kotler, 2009).
Pemasaran ini dapat dilakukan melalui akun website maupun
media sosial seperti Instagram, Tik Tok, Facebook,
WhatsApp, Email dan sebagainya guna menarik perhatian
pengunjung wisatawan. Pemasaran juga dilakukan secara
langsung melalui kepada wisatawan akan produk wisata yang
ditawarkan dapat berupa paket wisata baik paket wisata
reguler maupun paket wisata terusan dengan harga paket
dibagi menjadi 2 tipe yaitu harga paket wisata reguler dan
paket wisata terusan serta orang-orang yang benar-benar
minat dan menyukai produk yang dijual seperti halnya
Kampung Susu Lawu yang menjual produk olahan susu.
Lokasi penjualan dapat dilakukan secara offline dan
online dengan memanfaatkan e-ticketing yang praktis dan
efisien. Penjualan tiket secara non tunai melalui e-commerce
bekerjasama dengan penyedia layanan jasa seperti
tiket.com, traveloka dan lain-lain serta pembelian tiket dapat
dilakukan dengan menggunakan kartu bekerjasama dengan
bank umum atau layanan pembayaran secara online, toko
berjaringan dan lain-lain.
Dalam pemasaran pariwisata diperlukan koordinasi
dan kerja sama yang baik antara pemerintah, swasta dan
masyarakat sekitar, agar pemasaran dapat berjalan maksimal
dan dapat mendatangkan banyak pengunjung. Selain
263
pemasaran dengan iklan-iklan dan publikasi lainnya Dinas
Pariwisata Kabupaten Magetan juga telah melakukan
pemasaran produk wisata melalui CFD, duta wisata,
penyelenggaraan event dengan menggandeng organisasi dan
komunitas guna menarik minat wisatawan serta pameran-
pameran yang ada di luar negeri maupun dalam negeri.
Adapun macam-macam event yakni event memperingati
Ledhug Suro, event Labuh Sesaji, event pemilihan duta
wisata Kabupaten Magetan.
Selain itu, pemasaran wisata Magetan juga telah
dilakukan melalui penyusunan agenda 100 lebih kegiatan
budaya dan pariwisata dalam Calendar of Event (CoE).
Adapun, CoE yang disusun setiap tahun ini merupakan salah
satu program strategis Pemerintah Kabupaten Magetan dalam
mempromosikan pariwisata Magetan yaitu dengan
penyusunan agenda kegiatan budaya dan pariwisata yang
disusun dan dipublikasikan melalui Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Magetan. Sejumlah agenda tersebut diantaranya
Kirab Pusaka, Onthel Budaya, Labuhan Sarangan, Nasional
Paralayang XC, Ledhug Suro, Kirab Nayakapraja, dan masih
banyak lagi.
a) Kekuatan (Strength)
1) Komitmen kuat dari Pemerintah Kabupaten Magetan
untuk membentuk BUMD Perusahaan Umum Daerah
Pariwisata Kabupaten Magetan dengan langkah nyata
pembentukan penyusunan dokumen studi kelayakan
Pendirian BUMD Pariwisata Kabupaten Magetan dan
studi banding kepada daerah yang sudah berhasil
mengelola pariwisata melalui model Badan Usaha Milik
Daerah.
2) Dukungan positif Perangkat Daerah yang terkait
membidangi pengelolaan destinasi wisata Daerah di
Kabupaten Magetan dalam pembentukan BUMD
Perumda Pariwisata Kabupaten Magetan.
3) Potensi Pariwisata Daerah di Kabupaten Magetan yang
266
tersebar di wilayah Kabupaten Magetan dengan sarana
prasarana dan fasilitas destinasi wisata, akses
perhubungan dan transportasi menuju destinasi wisata
dengan jumlah yang cukup memadai.
4) Budget policy ke arah penyertaan modal kepada BUMD
di Kabupaten Magetan cukup kondusif, hal itu dilihat
dari perkembangan rasio penyertaan modal dengan
belanja daerah yang cenderung meningkat.
5) Struktur perekonomian Kabupaten Magetan
merupakan perekonomian tersier (jasa) dengan
dominasi sektoral pada Sektor Perdagangan Besar dan
Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, hal ini
sangat kondusif bagi perkembangan jasa pariwisata di
Kabupaten Magetan.
6) Kemampuan keuangan daerah dan kemandirian
keuangan daerah yang diukur dengan Derajat
Desentralisasi Fiskal dan Derajat Otonomi Fiskal
Kabupaten Magetan cenderung mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini menunjukkan
bahwa posisi keuangan daerah Kabupaten Magetan
cukup kondusif untuk pembentukan BUMD.
b) Kelemahan (Weakness)
1) Dokumen RPJMD Kabupaten Magetan belum
memasukkan pendirian dan pengembangan BUMD
sebagai strategi untuk mencapai tujuan RPJMD secara
eksplisit.
2) Belum pernah ada Peraturan Daerah Kabupaten
Magetan terkait penyelenggaraan pariwisata, kecuali
267
terfokus pada pengelolaan retribusi tempat rekreasi
dan olah raga sebagai bagian dari retribusi jasa usaha.
3) Sementara itu sumbangan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan sebagai representasi hasil
laba BUMD paling kecil dibandingkan komponen PAD
yang lain.
4) Kontribusi retribusi tempat rekreasi dan pariwisata
terhadap retribusi daerah dan kontribusi retribusi
daerah terhadap PAD berkembang dari tahun ke tahun
secara fluktuatif.
5) Pengelolaan destinasi wisata belum menjadi fokus
perhatian yang utama bagi Perangkat Daerah yang
membidangi yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan,
sehingga pengelolaan destinasi wisata yang ada belum
berkembang maksimal.
6) Rasio hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan terhadap penyertaan modal daerah
cenderung menurun, yang berarti hasil penyertaan
modal daerah pada BUMD yang dimiliki Pemerintah
Kabupaten Magetan selama ini belum optimal.
7) Alokasi pembiayaan untuk pembangunan bidang
pariwisata ini juga relatif terbatas karena ada objek-
objek pembangunan lain yang membutuhkan prioritas
pembiayaan daerah.
8) Perilaku Pedagang yang sudah bertahun-tahun
terbiasa melakukan aktivitas dan transaksi dalam
bidang pariwisata Daerah di Kabupaten Magetan
dengan pola pengelolaan oleh Perangkat Daerah,
kemungkinan tidak mudah untuk menerima perubahan
268
model pengelolaan menjadi BUMD.
d) Ancaman (Threat)
1) Keberadaan dan perkembangan kegiatan pariwisata
modern di berbagai daerah sekitar Kabupaten Magetan
dapat menjadi ancaman bagi eksistensi dan
perkembangan bidang pariwisata yang sedang
berkembang di Kabupaten Magetan.
2) Adanya tempat wisata lain yang ada di sekitar
Kabupaten Magetan sehingga adanya persaingan yang
lebih kompetitif.
3) Mekanisme pendirian BUMD Perusahaan Umum
Daerah Pariwisata Kabupaten Magetan berdasarkan PP
270
Nomor 54 Tahun 2017 relatif memakan waktu relatif
lebih lama dan birokrasi persetujuan ke pemerintah
pusat (melalui Kementerian Dalam Negeri) yang akan
cenderung lebih panjang.
4) Isu nasional maupun internasional tentang
pembangunan berwawasan lingkungan (pembangunan
berkelanjutan= sustainable development)
kemungkinan akan menghambat pemberdayaan dan
optimalisasi BUMD Perusahaan Umum Daerah
Pariwisata Kabupaten Magetan.
5) Isu internasional tentang pemanasan global
menimbulkan ancaman kebebasan untuk melakukan
optimalisasi pemberdayaan sumber daya daerah.
6) Kesadaran masyarakat yang kurang terhadap
pengelolaan sarana prasarana dan fasilitas pariwisata
menjadi ancaman yang serius bagi keberlangsungan
sektor pariwisata, dan sektor-sektor terkait lainnya
serta perekonomian daerah pada umumnya.
7) Kurangnya kemampuan antisipatif dan profesionalisme
pengelolaan sarana prasarana dan fasilitas Pariwisata
Daerah terhadap pengembangan zaman serta
kemungkinan timbulnya kerusakan fasilitas sarana
prasarana serta fasilitas umum yang berdampak pada
keseimbangan ekosistem dan kegiatan kepariwisataan.
Berdasarkan identifikasi faktor-faktor internal
(kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan
ancaman), dapat disimpulkan bahwa dalam rangka
optimalisasi hasil pengelolaan Pariwisata Daerah di
Kabupaten Magetan sangat memungkinkan dan layak untuk
271
didirikan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) berupa
Perusahaan Umum Daerah Pariwisata Kabupaten Magetan.
3. Kompetitor
Apabila dibandingkan dengan wisata di wilayah sekitar
Kabupaten Magetan seperti halnya wisata alam di
Tawangmangu. Gunung Lawu terdapat di bagian barat
Kabupaten Magetan yakni perbatasan dengan Jawa Tengah.
Meski Kabupaten Magetan dan Tawangmangu sama-sama
berada di lereng gunung lawu, akan tetapi Kabupaten
Magetan ini juga menyimpan beragam wisata yang eksotis
dan indah. Pemandangan hijau, suasana nyaman dan hawa
sejuk tidak kalah dengan Tawangmangu. Magetan yang
memiliki julukan “The Nice of Java” sebab Kabupaten
Magetan terkenal dengan wisata gunung yang indah,
berhawa sejuk, dengan panorama alam yang memukau.
Magetan memiliki wisata andalan yakni Telaga Sarangan dan
Telaga Wahyu yang terleka di lereng Gunung Lawu
sementara di Tawangmangu telah ada Telaga Madirda.
Dengan adanya persaingan yang semakin ketat, maka
untuk membangun kualitas layanan yang berkelanjutan serta
mampu mendeteksi berbagai faktor yang mempengaruhi
konsumen untuk melakukan pembelian ulang/kunjungan
ulang. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kembali tingkat
kunjungan wisatawan memberikan perilaku pelayanan yang
berkualitas atau kepuasan atas berbagai layanan yang
disediakan serta memamerkan produk pariwisata berbasis
pemahaman atas perilaku pelanggan pasca transaksi. Dengan
272
memperhatikan pelanggan/wisatawan saat ini untuk menarik
pelanggan/wisatawan potensial dengan cara memuaskan
kebutuhan dan keinginan wisatawan. Sebagai positioning
Kabupaten Magetan adalah memberikan pemandangan
wisata alam yang indah dan udara yang sejuk serta upacara
adat Gebyar Labuhan juga dapat menarik wisatawan untuk
berkunjung sebab tradisinya yang sangat unik dan berbeda
dari tempat wisata lainnya yang ada di Jawa Timur.
Rencana pendirian BUMD Pariwisata Kabupaten
Magetan telah memiliki kompetitor di wilayah lain yang sama-
sama bergerak di usaha wisata alam seperti wisata alam
Tawangmangu. Sementara itu, beberapa wilayah di luar
Kabupaten Magetan telah mendirikan BUMD Pariwisata
sehingga mampu dijadikan role model atas rencana pendirian
BUMD Pariwisata Magetan yakni PT Jasa dan Kepariwisataan
Jabar (Perseroda) atau Jaswita Jabar; PT Sayaga Wisata
Bogor; PT Jakarta Tourisindo; dan PT Wisata Lampung Indah.
PT Jaswita Jabar hadir untuk melayani masyarakat
Jawa Barat dengan menghadirkan pelayanan pada 4 (empat)
bidang bisnis, diantaranya Bisnis Perhotelan dan Mall, Bisnis
Properti, Bisnis Otomotif dan Perbengkelan, serta Bisnis Jasa.
Untuk PT Sayaga Wisata Bogor, yang telah didirikan sejak
tahun 2014, memiliki 4 (empat) unit bisnis yang dikelola,
yaitu Tour & Travel, Oleh-oleh Khas Bogor (OKB), Sayaga
Hotel dan Tirta Sayaga.
Berkaitan dengan kompetitor, di provinsi Jawa Timur
belum terdapat BUMD yang mengelola pariwisata. Didukung
juga dengan kondisi wilayah dan daya tarik Kabupaten
Magetan yang cukup unggul di provinsi Jawa Timur,
273
memberikan kesempatan dan peluang yang besar bagi
keberlangsungan BUMD Pariwisata Kabupaten Magetan dalam
upaya mewujudkan pariwisata berkelanjutan sehingga turut
berkontribusi terhadap peningkatan perekonomian daerah
khususnya kesejahteraan masyarakat serta pelayanan prima
kepada wisatawan.
5. Metode Promosi
Promosi merupakan salah satu variabel di dalam
bauran pemasaran yang sangat penting dilaksanakan oleh
perusahaan dalam memasarkan produk atau jasanya.
Sebagai aktivitas untuk mengkomunikasikan berbagai
keunggulan yang dimiliki suatu produk, dan mempengaruhi
target market untuk membeli produk tersebut. Promosi
dilakukan baik secara online maupun offline. Metode promosi
yang digunakan yaitu melalui advertising dan public relation.
Pemasaran dan promosi produk wisata ini dapat dilakukan
melalui pembuatan poster wisata yang dapat disebarluaskan
baik secara online melalui akun website maupun media sosial
seperti Instagram, Tik Tok, Facebook, maupun secara offline
dengan memasang billboard guna menarik perhatian
pengunjung wisatawan.
Promosi juga dapat dapat dilakukan dengan
pembuatan video pendek untuk menunjukkan keindahan
alam, atraksi wisata maupun fasilitas yang ditawarkan. Video
promosi pendek tersebut kemudian dapat diupload pada
laman resmi pemerintah, website resmi pengelola wisata
maupun pada media sosial lainnya seperti Youtube, Tiktok,
Instagram maupun Facebook. Diharapkan dengan promosi
tersebut mampu menarik pengunjung dan maupun investor.
Tak hanya itu, promosi destinasi wisata Kabupaten
Magetan khususnya Telaga Sarangan, Telaga Wahyu, Kebun
Refugia Magetan dan Kampung Susu Lawu untuk
277
memperkenalkan dilakukan melalui duta wisata, event-event
seperti event pemilihan duta wisata Kabupaten Magetan dan
pameran-pameran yang ada baik di luar negeri maupun
dalam negeri.
6. Market Share
Market share atau pangsa pasar usaha wisata di
Kabupaten Magetan khususnya Telaga Sarangan, Telaga
Wahyu, Kabun Refugia Magetan, dan Kampung Susu Lawu
dihitung dengan cara membagi jumlah wisatawan yang
berkunjung pada objek wisata dengan jumlah total wisatawan
di Kabupaten Magetan. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik, per tahun 2022 terdapat 1.522.930 wisatawan yang
berkunjung di Kabupaten Magetan. Sedangkan jumlah
wisatawan yang berkunjung ke usaha yang akan dikelola oleh
BUMD meliputi Telaga Sarangan, Telaga Wahyu, Kebun
Bunga Refugia dan Kampung Susu Lawu per tahun 2022
sebanyak 920.574 wisatawan ke Telaga Sarangan, 7.349
wisatawan ke Telaga Wahyu dan 71.524 wisatawan ke Kebun
Bunga Refugia. Telaga Sarangan merupakan destinasi wisata
paling banyak dikunjungi pada tahun 2022 yakni pangsa
pasar sebesar 60,45 persen, pangsa pasar Telaga Wahyu
sebesar 0,48 persen dan pangsa pasar Kebun Bunga Refugia
sebesar 4,70 persen.
281
mungkin juga sosial maupun budaya suatu masyarakat yang
berada di wilayah kegiatan investasi tersebut. Dampak yang
diberikan dapat positif maupun negatif. Dampak positif dapat
berupa ikut terciptanya lapangan kerja dan pendapatan
pengusaha pariwisata yang ikut bertransaksi dalam jasa
pariwisata baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sedangkan dampak negatifnya dapat berupa pencemaran
lingkungan karena limbah sampah, gangguan suara bising,
getaran dan sebagainya, serta pencemaran budaya dan perilaku
karena dengan adanya pengelolaan objek-objek wisata. Apabila
dampak negatif tidak mampu diatasi, besar kemungkinan
masyarakat di sekitar lokasi pariwisata akan memberikan reaksi
berkenaan dengan itu. Oleh karena itu dampak pembangunan
dan pengoperasian pembentukan BUMD Pariwisata Kabupaten
Magetan yang dapat merugikan masyarakat sekitar harus dapat
ditanggulangi, dengan kata lain tanggung jawab sosial kegiatan
harus mendapat prioritas utama baik dari perencana maupun
pelaksana kegiatan.
Tabel 5.3
PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku
Kabupaten Magetan (2018-2022)
2018 28,02
2019 29,98
2020 27,98
2021 29,06
2022 31,24
Gambar 5.3
Grafik Perkembangan PDRB per kapita Kabupaten Magetan
(2018-2022)
b. Pertumbuhan PDRB
Tabel 5.4
PDRB ADHB dan PDRB ADHK Kabupaten Magetan
(2018-2022)
287
Gambar 5.4
Grafik Pertumbuhan PDRB ADHB dan PDRB ADHK Kabupaten
Magetan (2019-2022)
Gambar 5.5
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Magetan
Tahun 2018 – 2022 (Persen)
Sumber: BPS, Kabupaten Magetan Dalam Angka.
d. Inflasi Daerah
289
Inflasi Kabupaten Magetan mengikuti penilaian inflasi
Kota Madiun. Pada rentang waktu tahun 2018 hingga 2020,
inflasi Kota Madiun terus mengalami penurunan, yaitu dimulai
dari 2,71 di tahun 2018, kemudian turun menjadi 2,20
persen, dan dengan adanya pandemi Covid-19 di tahun 2020
capaian inflasi kembali mengalami penurunan menjadi 1,86
persen. Seiring masa pemulihan akibat pandemi Covid-19,
inflasi mengalami peningkatan di tahun 2021 menjadi sebesar
2,00 persen year on year (YoY). Kemudian pada tahun 2022
melonjak tinggi hingga mencapai 5,80 persen year on year
(YoY).
Gambar 5.6
Inflasi Kabupaten Magetan Tahun 2018-2022 (mengikuti
penilaian inflasi Kota Madiun)
Tabel 5.5
Target dan Realisasi PAD Sektor Pariwisata Kabupaten
Magetan Tahun 2018-2022 (dalam ribuan rupiah)
291
Dari data yang ditampilkan pada tabel diatas dapat
diketahui bahwa seiring melandainya pandemi Covid-19,
sektor pariwisata berhasil pulih dengan sangat cepat. Hal
tersebut ditunjukkan dengan meningkatkan PAD sektor
pariwisata dalam 2 (dua) tahun berturut-turut setelah
pandemi Covid-19. Bahkan di tahun 2022, dengan target PAD
sebesar Rp 116.095.000.000,00 sektor pariwisata Kabupaten
Magetan berhasil melampaui target PAD menjadi sebesar Rp
17.730.207.060,00 pada tahun 2022.
293
Tabel 5.6
Hasil Analisis Kelayakan Pada Kondisi Optimis, Moderat dan
Pesimis
294
Ratio)
Tabel 5.7
Hasil Analisis Sensitivitas Dengan 4 (Empat) Skenario
295
>0 > DF 15 persen
a. Proyeksi Keuangan
297
diskon atas tarif yang seharusnya apabila dibeli
secara terpisah.
3) Pendapatan Tiket Terusan ke Wisata Lain, yaitu
jumlah perolehan hasil atas penjualan tiket
terusan ke wisata lain, dimana tiket ini
merupakan penggabungan atas tiket wahana
terusan dari wisata ke-1 ke tiket wahana
terusan wisata ke-2. Benefit yang diperoleh
pengunjung atas pembelian tiket ini berupa
tiket masuk dan tiket atraksi/wahana di tempat
wisata ke-1 ditambah tiket masuk dan tiket
atraksi/wahana di tempat kedua. Bundle ini
memberikan penawaran kepada pengunjung
untuk menikmati 2 (dua) tempat wisata yang
masih berada pada satu wilayah/ jaraknya
berdekatan.
4) Pendapatan Sarana Komersial, yaitu jumlah
perolehan hasil atas penjualan sarana
komersial di lokasi wisata. Fasilitas komersial
merupakan sarana prasarana untuk melakukan
kegiatan perniagaan, pembelian, penjualan
barang-barang, atau penyediaan jasa. Tempat
wisata sangat potensial dan memiliki nilai
komersial yang tinggi karena tempat ini ramai
dikunjungi dan menjadi pusat perkumpulan
orang-orang. Adapun sistem penjualan sarana
komersial di tempat wisata umumnya berupa
persewaan, dimana orang yang hendak
menawarkan/ menjual barang dagangannya/
298
menempati lokasi di kawasan wisata tersebut
harus membayar uang sewa. Sarana komersial
di lokasi wisata dapat berupa kios-kios/shelter,
warung, gazebo/payung, reklame, karamba,
camping area, gedung aula pertemuan,
reklame, dll.
5) Pendapatan Parkir Kendaraan, yaitu jumlah
perolehan hasil atas penjualan jasa parkir di
lokasi wisata. Penghitungan pendapatan ini
didapatkan dari hasil perkalian antara jumlah
kendaraan dengan tarif parkir, yang
diklasifikasikan menurut jenis kendaraan
(motor, mobil, bus/truk).
6) Pendapatan Atraksi, yaitu jumlah perolehan
hasil atas penjualan atraksi/wahana yang ada
di lokasi wisata. Jumlah pendapatan dari
sumber ini diperoleh dengan penghitungan
antara jumlah pengunjung yang membeli tiket
atraksi/penyewa atraksi dengan tarif atraksi.
Atraksi yang ditawarkan oleh objek wisata satu
dengan lainnya cenderung berbeda-beda
disesuaikan dengan keadaan serta kapasitas
masing-masing tempat wisata.
Tabel 5.8
Perkembangan Pendapatan BUMD Pariwisata Magetan
Pada Kondisi Moderat (dalam ribu rupiah)
Pendapatan
Tiket Masuk 2.790.433 2.732.365 2.815.303 2.806.282 3.226.916
Reguler
Pendapatan
Tiket 5.986 556.410 1.110.772 1.224.097 1.460.292
Wahana
Terusan
300
Pendapatan
Tiket 2.909.785 2.911.201 2.916.659 3.064.455 3.537.301
Terusan ke
Wisata Lain
Jumlah
Pendapatan 71.604 71.951 78.874 116.697 127.640
Sarana
Komersial
Jumlah
Pendapatan 17.494 18.291 19.199 20.085 21.178
Parkir
Kendaraan
Jumlah
Pendapatan 1.576.256 1.798.858 2.111.455 2.238.461 2.399.154
Atraksi
Sumber Tahun
Pendapatan
6 7 8 9 10
Pendapatan
Tiket Masuk 3.727.654 4.497.436 5.427.682 6.568.851 8.315.498
Reguler
Pendapatan
Tiket 1.687.437 2.035.119 2.455.950 2.964.270 3.772.301
Wahana
Terusan
Pendapatan
Tiket 4.085.582 4.938.106 5.936.102 7.228.233 9.224.575
Terusan ke
Wisata Lain
Jumlah
Pendapatan 144.424 158.635 171.462 190.238 251.650
Sarana
Komersial
Jumlah
Pendapatan 22.334 23.648 25.166 26.804 114.246
Parkir
Kendaraan
Jumlah
Pendapatan 2.904.378 3.260.739 3.573.781 4.307.722 5.033.419
Atraksi
301
Total 12.571 14.91 17.59 21.286 26.71
Pendapatan .810 3.684 0.144 .119 1.690
BUMD
b) Biaya
1) Biaya Operasional
302
4. 3 (tiga) pegawai dengan gaji sebesar Rp
2.500.000/bulan;
5. 5 (lima) pegawai dengan gaji sebesar Rp
2.000.000/ bulan
b) Listrik
c) Air
d) Telepon/telekomunikasi
3) Biaya Administrasi
306
5) Biaya Pemeliharaan
Tabel 5.9
Perkembangan Biaya pada BUMD Pariwisata
Kabupaten Magetan Pada Kondisi Moderat
(Dalam ribu rupiah)
307
Biaya Tahun
1 2 3 4 5
Biaya
Operasi 852.000 920.160 993.773 1.073.27 1.159.13
onal 5 7
Biaya
TKTL 57.600 62.208 67.185 72.559 78.364
Biaya
Adminis 12.000 12.960 13.997 15.117 16.326
trasi
Biaya
Penyusut 270.000 270.000 294.775 320.775 320.775
an
Beban
Pemeliha 78.000 84.240 108.981 117.699 127.115
raan
Biaya Tahun
6 7 8 9 10
Biaya
Operasi 1.251.86 1.352.01 1.460.17 1.576.99 1.703.15
onal 8 7 8 3 2
Biaya
TKTL 84.633 91.404 98.716 106.614 115.143
Biaya
Adminis 17.632 19.042 20.566 22.211 23.988
trasi
Biaya
Penyusut 320.775 320.775 320.775 320.775 320.775
an
Beban
Pemeliha 137.285 148.267 160.129 172.939 186.774
raan
309
bahwa BUMD Pariwisata Magetan dapat terus menjaga
kestabilan posisi kas hingga tahun kesepuluh. Hasil
proyeksi tersebut juga menunjukkan bahwa BUMD
Pariwisata Kabupaten Magetan tumbuh dengan baik
dimana terjadi kenaikan trend arus kas setiap
tahunnya mulai tahun pertama hingga tahun
kesepuluh serta terus terjaga kenaikannya.
Berdasarkan proyeksi arus kas, dapat disimpulkan
bahwa rencana pendirian BUMD Pariwisata Kabupaten
Magetan layak untuk dipertimbangkan.
3) Permodalan
310
modal disetor sebesar Rp 6.000.000.000,- (enam
milyar rupiah) sehingga pada tahun kedua modal
disetor menjadi sebesar Rp 12.000.000.000,- (dua
belas milyar rupiah). Selanjutnya, asumsi modal
disetor tahun ketiga oleh Pemerintah Daerah kepada
BUMD Pariwisata dilakukan hingga tahun kelima.
Alokasi besaran yang sama yakni sebesar Rp
6.000.000.000,- (enam milyar rupiah). Maka dari itu,
jumlah modal disetor Pemerintah Kabupaten Magetan
hingga tahun kelima sebesar Rp 30.000.000.000,-
(tiga puluh milyar rupiah). Angka tersebut telah
memenuhi modal dasar pendirian BUMD Pariwisata
Kabupaten Magetan yang sebelumnya telah ditetapkan
dengan modal dasar sebesar Rp 30.0000.000.000,-
(tiga puluh milyar rupiah).
4) Proyeksi Neraca
311
empat puluh tiga ribu rupiah).
b. Perumda Pariwisata Magetan telah beroperasi
secara efektif pada tahun pertama sehingga
Perumda telah mampu menghasilkan pendapatan
pada tahun pertama. Dengan hal tersebut maka
diasumsikan bahwa saldo kas tahun pertama
merupakan alokasi atau penyisihan dana atas
penyertaan modal dari Pemerintah Daerah
ditambah penambahan kas yang berasal dari
laba/rugi perusahaan.
c. Aktiva tetap Perumda Pariwisata Magetan terbagi
menjadi 4 (empat), yaitu:
1) Aktiva Gedung dan Bangunan kantor BUMD,
yaitu gedung dan bangunan yang dijadikan
sebagai kantor untuk pelaksanaan kegiatan
operasional Perumda. Diasumsikan dibeli oleh
Perumda pada tahun pertama dengan harga
perolehan sebesar Rp 500.000.000,- (lima
ratus juta rupiah) menggunakan dana
penyertaan modal Pemerintah Daerah. Gedung
dan Bangunan BUMD ini diasumsikan memiliki
umur ekonomis 20 (dua puluh tahun) dengan
penyusutan sebesar 5% (lima) persen per
tahun dengan metode penyusutan garis lurus.
2) Aktiva Gedung dan Bangunan Wisata disini
dimaksudkan sebagai akun pencatatan atas
pembangunan dan/atau pengembangan wisata
oleh Perumda Pariwisata Magetan meliputi
pembangunan sarana prasarana MICE. Aktiva
312
sarana prasarana MICE diasumsikan sebesar Rp
4.500.000.000,- (empat milyar lima ratus juta
rupiah) dengan umur ekonomis 20 (dua puluh
tahun) dan penyusutan sebesar 5% (lima)
persen per tahun dengan metode penyusutan
garis lurus. Pada tahun kedua terdapat
penambahan aktiva pembangunan wahana
outbound di Telaga Sarangan diasumsikan
sebesar Rp 1.100.000.000,- (satu milyar
seratus juta rupiah). Serta pada tahun ketiga
terdapat penambahan aktiva air mancur menari
yang diasumsikan sebesar Rp 700.000.000,-.
3) Aktiva Tetap BUMD, yaitu penambahan aktiva
berupa aktiva tetap yang berwujud barang
maupun peralatan. Aktiva tetap berwujud
barang dapat berupa kendaraan, meubelair,
alat mesin, komputer, peralatan lainnya. Aktiva
Tetap dan Inventaris BUMD pada tahun
pertama diasumsikan sebesar Rp
160.000.000,- (seratus enam puluh juta
rupiah) untuk membeli inventaris mobil dengan
umur ekonomis 10 (sepuluh tahun) dan
penyusutan sebesar 5% (lima) persen per
tahun. Selanjutnya, pada tahun yang sama
yaitu tahun pertama diasumsikan ada
penambahan aktiva selain mobil sebesar Rp
120.000.000 (seratus dua puluh juta ribu
rupiah) dengan umur ekonomis 10 (sepuluh
tahun) dan depresiasi sebesar 5 persen per
313
tahun. Asumsi tahun keempat terdapat
penambahan pembelian kendaraan seharga Rp
370.000.000 (tiga ratus tujuh puluh juta
rupiah) dengan depresiasi sebesar 5% dan
pembelian peralatan BUMD seharga Rp
150.000.000 (seratus lima puluh juta rupiah)
dengan depresiasi sebesar 5%.
4) Aktiva Tetap Pengembangan Wisata yaitu
penambahan aktiva berupa aktiva tetap
berwujud barang maupun peralatan. Aktiva
tetap berwujud barang dapat berupa pembelian
dan penambahan peralatan yang mendukung
atraksi wisata dan peralatan lainnya. Aktiva
tetap Pengembangan Wisata ini diasumsikan
pada tahun ketiga terdapat penambahan aktiva
tetap berupa pembelian peralatan KSL sebesar
Rp 252.000.000.
d. Modal disetor ditetapkan sebesar Rp
6.000.000.000,- (enam milyar rupiah) pada saat
pendirian. Tahun kedua dilakukan kembali
penyertaan modal daerah kepada BUMD sebesar
Rp 6.000.000.000,- (enam milyar rupiah). Hingga
tahun kelima terus dilakukan penyertaan modal
daerah kepada BUMD dengan nominal yang sama
yakni sebesar Rp 6.000.000.000,- (enam milyar
rupiah). Berdasar proyeksi neraca tahunan terlihat
adanya kenaikan aktiva dan ekuitas. Kenaikan total
aktiva pada tahun pertama menunjukkan angka
sebesar Rp 102.253.428.000,- (seratus dua milyar
314
dua ratus lima puluh tiga juta empat ratus dua
puluh delapan ribu rupiah) hingga tahun terakhir
yakni tahun kesepuluh menjadi sebesar Rp
1.280.768.433.000,- (satu triliun dua ratus
delapan puluh milyar tujuh ratus enam puluh
delapan juta empat ratus tiga puluh tiga ribu
rupiah). Berikut ini tabel proyeksi perkembangan
aktiva dan ekuitas BUMD Pariwisata Kabupaten
Magetan.
Tabel 5.10
Perkembangan Aktiva dan Modal Pada Kondisi Moderat
(dalam ribu rupiah)
Tahun
1 2 3 4 5
Tahun
6 7 8 9 10
Modal - - - - -
Disetor
315
terlihat pada lampiran 2 menunjukkan adanya
kenaikan aktiva yang cukup signifikan namun ekuitas
modal dasar diasumsikan tetap setiap tahun dan
modal disetor hanya dari tahun pertama hingga
berhenti di tahun kelima. Kondisi tersebut dapat dilihat
pada grafik berikut ini.
Gambar 5.7
Perkembangan Aktiva dan Ekuitas Pada Kondisi
Moderat
Tabel 5.11
Perkembangan Laba Rugi BUMD Pariwisata Magetan
Pada Kondisi Moderat (dalam ribu rupiah)
317
Setelah 3 5 46 11 01
Pajak
Gambar 5.8
Perkembangan Laba Rugi BUMD Pariwisata Magetan
Pada Kondisi Moderat (dalam ribu rupiah)
318
2. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah (jumlah dan
waktu disertakannya)
319
pemanfaatan tanah dan/atau bangunan serta kekayaan
lainnya milik Pemda dengan membentuk usaha bersama dan
saling menguntungkan. Tujuan penyertaan modal Pemda
adalah untuk meningkatkan sumber PAD, pertumbuhan
ekonomi, pendapatan masyarakat dan penyerapan tenaga
kerja.1 Dalam pelaksanaan penyertaan modal Pemerintah
Daerah didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi perusahaan
yang transparan dan akuntabel guna mencapai tujuan
tersebut.2
5
Berdasarkan peraturan perundang-undangan
dinyatakan bahwa setiap penyertaan modal atau
penambahan penyertaan modal kepada perusahaan daerah
harus diatur dalam perda tersendiri tentang penyertaan atau
penambahan modal. Penyertaan modal Pemerintah Daerah
dapat dilaksanakan apabila jumlah yang akan disertakan
dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam
Peraturan Daerah tentang penyertaan modal daerah.
Penyertaan modal oleh Pemerintah Daerah bersumber dari
APBD tahun anggaran berjalan pada saat penyertaan atau
penambahan penyertaan modal tersebut dilakukan.6
7 Pasal 3 ayat (7) dan ayat (8) UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
322
peraturan perundang-undangan.
323
penyertaan modal harus dilakukan penafsiran harga barang
milik Daerah, untuk mendapatkan nilai riil pada saat barang
milik Daerah tersebut dijadikan penyertaan modal Daerah. 8
Penyertaan modal Daerah dalam rangka pendirian BUMD
ditujukan untuk memenuhi modal dasar dan modal disetor. 9
Sedangkan Penyertaan Modal Daerah dalam rangka
penambahan modal BUMD dilakukan untuk:10
a. Pengembangan usaha;
b. Penguatan struktur permodalan; dan
c. Penugasan Pemerintah Daerah.
Tabel 5.12
Rencana Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
No Waktu Jumlah
1 Tahun 1 6.000.000.000,00
2 Tahun 2 6.000.000.000,00
3 Tahun 3 6.000.000.000,00
4 Tahun 4 6.000.000.000,00
5 Tahun 5 6.000.000.000,00
Total 30.000.000.000,00
3. Intangible Asset
325
Apa yang ditawarkan di industri pariwisata adalah sesuatu
yang tidak berbentuk dan tidak dapat dibawa untuk
ditunjukkan kepada orang lain. Sarana dan prasarana yang
digunakan untuk memberikan kenyamanan yang ditawarkan
dapat dikatakan sebagai sesuatu yang berwujud. Kombinasi
keduanya menjadi unik dan menjadi tidak mudah diukur
meskipun standarisasi pelayanan telah ditetapkan.
326
destination facilities and services; c) accessibilities of the
destinations; d) image of the destinations; and e) price to the
consumers..”.12 Artinya produk merupakan suatu paket yang
berisi komponen yang terlihat dan tidak terlihat, berdasarkan
aktivitas dan destinasi. Produk terdiri dari 5 komponen yaitu:
atraksi destinasi, fasilitas dan layanan; aksesibilitas, image
dan harga.
Laba
(Rugi)
Sebelum 6.101.9 6.739.5 7.573.5 7.870.6 9.070.7
Pajak 59 08 52 52 64
(dalam
Laba
(Rugi)
Sebelum 10.759. 12.982. 15.529. 19.086. 24.361.
Pajak 618 178 780 587 858
(dalam
ribuan
rupiah)
Laba
(Rugi)
Setelah 4.271.3 4.717.6 5.301.4 5.509.4 6.349.5
Pajak 71 55 86 56 34
(dalam
ribuan
rupiah)
Laba
(Rugi)
Setelah 7.531.7 9.087.5 10.870. 13.360. 17.053.
Pajak 33 25 846 611 301
(dalam
ribuan
rupiah)
329
Rata- 726.339 827.238 948.380 1.095.6 1.280.7
Rata .688 .195 .218 00.796 68.433
Total
Aset
(dalam
ribuan
rupiah)
330
Adapun penentuan peringkat serta predikat rasio Return
on Equity (ROE) ditentukan sebagai berikut:
Laba
(Rugi)
331
Setelah 4.271.3 4.717.6 5.301.4 5.509.4 6.349.5
Pajak 71 55 86 56 34
(dalam
ribuan
rupiah)
Laba
(Rugi)
Setelah 7.531.7 9.087.5 10.870. 13.360. 17.053.
Pajak 33 25 846 611 301
(dalam
ribuan
rupiah)
332
7. Kemampuan Keuangan Daerah berdasarkan APBD dan
LRA 3 (tiga) tahun terakhir
a. Penyertaan Modal
333
tertentu dalam jangka waktu tertentu sebagai akibat
langsung dari penyertaan modal daerah;
g) peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai akibat
dari penyertaan modal daerah.
Tabel 5.13
Tahun 2018-2022
2018 Rp 7.377.000.000,00
2019 Rp 5.591.000.000,00
2020 Rp 0,00
2021 Rp 0,00
2022 Rp 5.000.000.000,00
Sumber: Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, 2018-
2022 diolah.
b. Surplus/Defisit
336
Dalam rentang waktu 5 (lima) tahun terakhir, APBD
Kabupaten Magetan lebih cenderung mengalami surplus
dibandingkan defisit.
Tabel 5.14
Surplus/(Defisit) APBD Kabupaten Magetan
(2018-2022)
2018 Rp 112.666.112.163,11
2019 Rp (48.084.423.390,18)
2020 Rp 11.441.010.766,04
2021 Rp 123.059.231.938,50
2022 Rp (125.813.611.322,28)
c. SiLPA
Tabel 5.15
2018 Rp 292.007.313.253,11
2019 Rp 238.705.288.862,93
2020 Rp 244.958.986.527,76
2021 Rp 363.065.328.466,26
2022 Rp 221.342.414.643,98
338
Daerah Kabupaten Magetan Nomor 1 Tahun 2019 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten
Magetan Tahun 2018 - 2023 meski secara eksplisit belum
merumuskan bahwa BUMD dapat menjadi strategi dan
kebijakan pencapaian tujuan RPJMD. Namun tertuang dalam
misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih yang
tertuang dalam dokumen RPJMD Kabupaten Magetan 2018-
2023 yakni misi kedua dirumuskan sebagai berikut:
Misi Kedua “Meningkatkan perekonomian daerah
melalui keberpihakan dan pemberdayaan koperasi dan
usaha mikro sebagai pilar ekonomi kerakyatan serta
pemberdayaan masyarakat desa sebagai basis sekaligus
ujung tombak pembangunan daerah”.
Misi yang bertujuan salah satunya adalah untuk
memperkuat perekonomian daerah yang berkualitas dengan
indikator tujuan pertumbuhan ekonomi dan indeks gini dengan
sasaran meningkatnya kegiatan investasi, meningkatnya
kegiatan industri pariwisata dan meningkatnya kegiatan
sektor pertanian. Sasaran meningkatnya kegiatan industri
pariwisata dengan indikator nilai PDRB sektor pariwisata (nilai
PDRB sektor penyediaan akomodasi makan minum)
dilakukanlah strategi (1) untuk mengembangkan destinasi
pariwisata unggulan daerah yang didukung oleh tripel agro
(agrowisata, agroindustri dan agrobisnis). Arah kebijakan
untuk mendukung strategi tersebut adalah (a) meningkatkan
kualitas dan kuantitas destinasi wisata serta mengembangkan
wisata religi, (b) mengembangkan agrowisata buah, sayur dan
bunga, (c) mengembangkan agrowisata peternakan dan
perikanan, (d) mengembangkan agroindustri pengolahan
339
makanan produk lokal. Sasaran meningkatnya kegiatan sektor
pertanian dengan menggunakan indikator nilai PDRB sektor
pertanian dilakukan strategi untuk meningkatkan produksi
pertanian melalui beberapa arah kebijakan seperti (a)
peningkatan kualitas dan kuantitas sarana produksi pertanian,
(b) peningkatan keberdayaan petani melalui peningkatan SDM
dan mendorong terbentuknya korporasi petani, (c)
peningkatan penanganan pasca panen untuk meningkatkan
nilai tambah produksi pertanian; dan (d) penetapan kawasan
LP2B untuk mencegah alih fungsi lahan pertanian yang subur
menjadi lahan non pertanian serta menjamin ketersediaan
lahan pertanian.
Selama ini sektor pariwisata berkontribusi pada
penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Magetan atas
dasar penetapan Peraturan Daerah Kabupaten Magetan Nomor
2 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Usaha sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Magetan Nomor 1 Tahun 2020 tentang Perubahan
Ketiga atas Peraturan Daerah Kabupaten Magetan Nomor 2
Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Usaha. Objek retribusi
tempat rekreasi dan olah raga diantaranya adalah Telaga
Sarangan, Telaga Wahyu, dan Kebun Refugia
Plaosan/Magetan.
Regulasi Pemerintah Daerah Kabupaten Magetan yang
mengatur terkait pariwisata adalah Peraturan Daerah
Kabupaten Magetan Nomor 7 Tahun 2013 tentang
Kepariwisataan. Bidang kepariwisataan di Kabupaten Magetan
mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan
daerah sebagai upaya memajukan kesejahteraan masyarakat
340
dan penyelenggaraan pemerintahan untuk memantapkan
otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab.
Dalam rangka kepariwisataan di Kabupaten Magetan harus
dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan
pembangunan, pemberdayaan, dan pengembangan ekonomi
dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,
kemandirian daerah, pemerataan, keadilan dan peran serta
masyarakat dengan memperhatikan potensi yang ada.
Penyelenggaraan kepariwisataan berdasarkan asas a)
manfaat, b) kekeluargaan, c) adil dan merata, d)
keseimbangan, e) kemandirian, f) kelestarian, g) partisipatif,
h) berkelanjutan, i) demokratis, j) kesetaraan, dan k)
kesatuan. Pasal 3 dijelaskan bahwa Kepariwisataan berfungsi
memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap
wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta
meningkatkan pendapatan asli daerah untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat. Tujuannya adalah a) meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, b) meningkatkan kesejahteraan
rakyat, c) menghapus kemiskinan, d) mengatasi
pengangguran, e) melestarikan alam, lingkungan dan sumber
daya, f) memajukan kebudayaan, g) mengangkat citra
bangsa, h) memupuk rasa cinta tanah air, i) memperkukuh
jati diri dan kesatuan bangsa, dan j) mempererat
persahabatan antarbangsa.
Dalam pembangunan daya tarik wisata baik daya tarik
wisata alam, budaya dan buatan dilaksanakan berdasarkan
prinsip menjunjung tinggi nilai agama dan budaya, serta
keseimbangan antara upaya pengembangan manajemen
atraksi untuk menciptakan daya tarik wisata yang berkualitas,
341
berdaya saing, serta mengembangkan upaya konservasi untuk
menjaga kelestarian dan keberlanjutan sumber dayanya.
Objek wisata dengan daya tarik wisata alam terdiri dari Telaga
Sarangan, Telaga Wahyu, Air Terjun Tirtasari, Air Terjun
Pundak Kiwo, Waduk Gonggang Poncol, Cemoro Sewu, Puncak
Lawu/Argo Dumilah, Sumber Clelek Driyorejo dan Perkebunan
Jeruk Pamelo. Dalam ketentuan Pasal 9, pembangunan
kepariwisataan daerah meliputi industri pariwisata, destinasi
pariwisata, pemasaran dan kelembagaan kepariwisataan.
Pasal 10 - Pasal 13, Pembangunan industri pariwisata antara
lain meliputi pembangunan struktur industri pariwisata, daya
saing produk pariwisata, kemitraan usaha pariwisata,
kredibilitas bisnis, serta tanggung jawab terhadap lingkungan
alam dan sosial budaya. Pembangunan destinasi pariwisata
meliputi pemberdayaan masyarakat, pembangunan daya tarik
wisata, pembangunan prasarana, penyediaan fasilitas umum,
serta pembangunan fasilitas pariwisata secara terpadu dan
berkesinambungan. Pembangunan pemasaran meliputi
pemasaran pariwisata bersama, terpadu, dan
berkesinambungan dengan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan serta pemasaran yang bertanggung jawab dalam
membangun citra Daerah sebagai destinasi pariwisata yang
berdaya saing. Pembangunan kelembagaan kepariwisataan
meliputi, pengembangan organisasi Pemerintah Daerah,
swasta, dan masyarakat, pengembangan sumber daya
manusia, regulasi, serta mekanisme operasional di bidang
kepariwisataan.
Tertuang dalam Pasal 15 ayat (2) dan ayat (3) bahwa
usaha daya tarik wisata merupakan usaha perseorangan atau
342
berbentuk badan usaha. Badan usaha dapat berbentuk badan
usaha Indonesia berbadan hukum atau tidak berbadan hukum
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 19
ayat (3), Usaha kawasan pariwisata dapat diselenggarakan
oleh badan usaha Indonesia berbadan hukum.
Selain itu, rencana pembentukan/pendirian BUMD
Pariwisata Kabupaten Magetan yang bertujuan untuk
pengembangan dan pengelolaan pariwisata didukung
Peraturan Daerah Kabupaten Magetan Nomor 8 Tahun 2016
tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Kabupaten Magetan Tahun 2015-2025, bahwasannya
dijelaskan dalam Pasal 4 misi pembangunan kepariwisataan
daerah meliputi (a) meningkatkan kuantitas dan kualitas
pemasaran yang sinergis untuk meningkatkan
kunjungan wisata, (b) meningkatkan daya saing industri
kepariwisataan, (c) meningkatkan kualitas dan peran
serta sumber daya manusia dalam pengelolaan
kepariwisataan dengan penguatan kelembagaan
pariwisata, dan (d) memperkuat regulasi kepariwisataan
yang berorientasi pada kelestarian lingkungan, nilai budaya,
dan kesejahteraan masyarakat. Tujuan pembangunan
kepariwisataan daerah adalah mewujudkan kepariwisataan
daerah yang memiliki daya saing melalui peningkatan kualitas
destinasi, industri, pemasaran, lingkungan, kelembagaan, dan
sumberdaya manusia. Pembangunan kepariwisataan daerah
yang memiliki sasaran sebagai berikut:
a. meningkatnya kualitas produk pariwisata;
b. meningkatnya kualitas sarana prasarana di destinasi
pariwisata;
343
c. meningkatnya jumlah wisatawan;
d. meningkatnya jumlah investasi pada destinasi pariwisata;
e. meningkatnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia
dan kelembagaan di bidang kepariwisataan; dan
f. meningkatnya kualitas lingkungan pariwisata.
Atas dasar peraturan di atas, untuk mendukung dan
mengoptimalkan sektor pariwisata di Kabupaten Magetan
utamanya Telaga Sarangan, Telaga Wahyu, Kebun Refugia,
Kampung Susu Lawu dan rencana Smart Farm diperlukan
lembaga pengelola yang fokus untuk mengelola dan
mengoptimalkan potensi pariwisata yang ada di Kabupaten
Magetan guna meningkatnya kualitas produk, sarana
prasarana, meningkatnya jumlah wisatawan dengan harapan
sektor pariwisata ini memberikan dampak pada sektor usaha
lain seperti pertanian dan/atau perkebunan, peternakan dan
aset daerah lain yang berada di kawasan wisata sehingga
harapan untuk meningkatnya Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Magetan dapat tercapai selanjutnya akan
mempengaruhi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat
secara luas.
371
Kabupaten Magetan dengan bisnis utama sektor pariwisata
adalah divisi yang menjalankan usaha sebagai pengelola dan
pengembang objek wisata seperti Telaga Sarangan, Telaga
Wahyu, Kebun Bunga Refugia, dan Kampung Susu Lawu.
Rencana pengelolaan dan pengembangan usaha ini
menggunakan pola layanan dengan memanfaatkan teknologi
yang lebih modern seperti penjualan e-ticketing. Selain itu,
dalam rangka pengembangan promosi dan pemasaran melalui
system computer online yang terhubung secara elektronik
melalui akun website atau media sosial yang gencar di era 4.0
seperti Tik Tok, Instagram, Facebook, dsb. Pemanfaatan
platform e-commerce untuk penjualan tiket dilakukan secara
non tunai seperti tiket.com, traveloka dan lain-lain serta
pemanfaatan kartu untuk pembelian tiket menggunakan kartu
bekerjasama dengan bank umum. Hal ini dilakukan untuk
menambah daya tarik masyarakat baik lokal maupun
masyarakat luar dengan tetap mempertahankan pola-pola
pelayanan objek-objek wisata yang sudah berjalan selama ini.
Untuk melihat destinasi wisata yang ada di Kabupaten
Magetan dapat pula diakses wisatawan melalui digital
tourism/aplikasi smart city sehingga melalui teknologi
informasi digital saat ini lebih mudah diakses beberapa
destinasi wisata di Kabupaten Magetan.
Laki-Laki Perempuan
373
3. Pengangguran 8.651 8.201 16.852
Terbuka
Sumber : Kabupaten Magetan Dalam Angka 2023, diolah.
Gambar 5.9
Banyaknya Angkatan Kerja Pekerja dan Pengangguran
Menurut Pendidikan di Kabupaten Magetan Tahun 2022
Gambar 5.10
Struktur Organisasi BUMD Pariwisata Kabupaten Magetan
b. Kebutuhan Karyawan
Jumlah karyawan yang dibutuhkan untuk pendirian
BUMD Pariwisata Kabupaten Magetan adalah sebanyak 12
(dua belas) orang dengan klasifikasi pendidikan sebagai
376
berikut:
a) Dewan Pengawas;
b) Direksi yang terdiri dari Direktur Utama, Direktur
Umum dan Direktur Bisnis dengan pendidikan minimal
S1, telah bersertifikasi dan berpengalaman di
bidangnya sekurang-kurangnya 3 tahun;
c) Manajer Administrasi dan keuangan dengan pendidikan
S1 atau D3 berpengalaman di bidang administrasi dan
keuangan minimal 2 tahun;
d) Kepala Departemen Umum dan kepegawaian dengan
pendidikan minimal S1 atau D3 dengan syarat
berpengalaman sesuai bidangnya;
e) Kepala Departemen perencanaan dan keuangan dengan
pendidikan minimal S1 atau D3;
f) Manajer Pengembangan usaha dengan pendidikan
minimal S1 atau D3 dengan syarat telah
berpengalaman di bidangnya;
g) Divisi pengembangan usaha dengan pendidikan
minimal S1 atau D3;
h) Manajer Pariwisata dengan pendidikan minimal S1 atau
D3 dengan syarat telah berpengalaman di bidangnya;
i) Divisi Pengembangan fasilitas daya tarik wisata dengan
pendidikan minimal S1 atau D3; dan
j) Divisi pemasaran wisata dengan pendidikan minimal S1
atau D3.
d. Deskripsi Pekerjaan
1) Dewan Pengawas
Fungsi Jabatan:
Melaksanakan fungsi pengawasan yang dilakukan
dalam bentuk kegiatan pengawasan, meliputi:
pemantauan, evaluasi, reviu dan audit.
Tugas Pokok:
a) Melakukan pengawasan terhadap BUMD Pariwisata
Kabupaten Magetan; dan
b) Mengawasi dan memberikan nasihat kepada Direksi
dalam menjalankan pengurusan BUMD.
2) Direktur Utama:
Fungsi Jabatan:
378
Memimpin kegiatan usaha perusahaan dalam melayani
masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat
terkait bidang usaha BUMD yang telah ditetapkan
dengan mendayagunakan seluruh potensi yang ada di
internal dan eksternal perusahaan.
Tugas Pokok:
a) Memimpin seluruh kegiatan Perusahaan;
b) Menandatangani anggaran perusahaan, perubahan-
perubahan anggaran dan program pelaksanaan
untuk diajukan kepada Bupati dan Walikota melalui
Dewan Pengawas 3 (tiga) bulan sebelum tahun
buku mulai berlaku.
3) Direktur Umum:
Fungsi Jabatan:
Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan-
kegiatan di Bagian Sumber Daya Manusia & Umum,
Keuangan dan Pelayanan Masyarakat untuk mencapai
tujuan perusahaan.
Tugas Pokok:
a) Memimpin kegiatan perencanaan dan operasional
Sumber Daya Manusia dan Umum, Keuangan, dan
Pelayanan Masyarakat sehingga berjalan dengan
lancar.
b) Mengadakan kerja sama yang erat dengan Direktur
Bisnis dalam menyusun perencanaan, menetapkan
serta mengawasi pelaksanaan rencana strategis
untuk pengembangan bisnis yang dikelola BUMD.
379
4) Direktur Bisnis:
Fungsi Jabatan:
Mengkoordinasikan dan memimpin penyusunan
perencanaan atau strategis bisnis untuk mengarahkan
bisnis BUMD lebih maju dan berkembang.
Tugas Pokok:
a) Memimpin kegiatan perencanaan serta
melaksanakan pengawasan dalam pelaksanaan
rencana bisnis agar berjalan dengan lancar.
b) Mengadakan kerja sama yang erat dengan Direktur
Umum dalam menyusun perencanaan, menetapkan
serta mengawasi pelaksanaan rencana strategis
untuk pengembangan bisnis yang dikelola BUMD.
Fungsi Jabatan:
a) Penyiapan bahan penyusunan rencana, program,
kegiatan dan anggaran, evaluasi, dan pelaporan.
b) Pengelolaan keuangan dan perbendaharaan.
c) Pelaksanaan verifikasi, akuntansi, dan pelaporan
keuangan serta aset perusahaan.
d) Mendistribusikan dan memberi petunjuk
pelaksanaan tugas kepada bawahan (staff) untuk
memastikan pelaksanaan tugas dapat berjalan
lancar.
e) Memantau, mengawasi serta mengevaluasi
pelaksanaan tugas dan kegiatan bawahan (staff).
380
Tugas Pokok:
Melaksanakan penyiapan koordinasi dan penyusunan
rencana, program, kegiatan dan anggaran, keuangan,
perbendaharaan, verifikasi, akuntansi, evaluasi serta
pelaporan.
Fungsi Jabatan:
a) Menyusun rencana pengembangan usaha di bidang-
bidang usaha sesuai unit usaha yang dikelola
BUMD.
b) Menyusun konsep pengembangan usaha termasuk
analisis keberhasilan atau potensi pengembangan
usaha tersebut.
c) Mendistribusikan dan memberi petunjuk
pelaksanaan tugas kepada bawahan (staff) untuk
memastikan pelaksanaan tugas dapat berjalan
lancar.
d) Memantau, mengawasi serta mengevaluasi
pelaksanaan tugas dan kegiatan bawahan (staf).
Tugas Pokok:
Melaksanakan penyiapan koordinasi dan penyusunan
rencana, program, kegiatan dan anggaran, keuangan,
perbendaharaan, verifikasi, akuntansi, evaluasi serta
pelaporan.
7) Manajer Pariwisata:
Fungsi Jabatan:
381
a) Memimpin dan mengawasi pelaksanaan pengelolaan
bidang pariwisata yang menjadi ranah BUMD.
b) Merancang dan merencanakan pengembangan
potensi pariwisata yang masih bisa dikembangkan.
c) Mendistribusikan dan memberi petunjuk
pelaksanaan tugas kepada bawahan (staff) untuk
memastikan pelaksanaan tugas dapat berjalan
lancar.
d) Memantau, mengawasi serta mengevaluasi
pelaksanaan tugas dan kegiatan bawahan (staff).
Tugas Pokok:
Melaksanakan penyiapan koordinasi dan penyusunan
rencana, program, kegiatan dan anggaran, .berkaitan
dengan pengelolaan pariwisata dan penggalian potensi
wisata baru.
Fungsi Jabatan:
a) Menyusun rencana kegiatan dan anggaran Sub
Bagian Umum dan Kepegawaian.
b) Melaksanakan urusan tata usaha dan kearsipan.
c) Menyiapkan bahan dan melaksanakan pengadaan,
penyaluran, penghapusan dan pemindahtanganan
barang.
d) Melakukan penyiapan bahan penatausahaan dan
inventarisasi barang.
e) Menyiapkan bahan dan menyusun rencana
kebutuhan dan pengembangan pegawai
382
Tugas Pokok:
Menyelenggarakan urusan surat menyurat, kearsipan,
inventarisasi barang, rumah tangga, perlengkapan,
perjalanan dinas kerjasama, hukum, hubungan
masyarakat, keprotokolan, arsip, dan dokumentasi
serta pengelolaan administrasi kepegawaian dan
ketatalaksanaan.
Fungsi Jabatan:
a) Menyusun rencana kegiatan dan anggaran Sub
Bagian perencanaan dan keuangan.
b) Melaksanakan urusan Sub Bagian perencanaan dan
keuangan.
c) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Divisi Administrasi dan Perencanaan.
Tugas Pokok:
Menyelenggarakan urusan perencanaan, pembukuan
dan keuangan terkait pelaksanaan tugas bidang
administrasi dan perencanaan.
Fungsi Jabatan:
a) Memonitor perkembangan bisnis serta kompetisi
bisnis yang diminati pasar saat ini.
383
b) Menganalisis prospek untuk membuat merancang
strategi pengembangan usaha.
c) Menentukan target bisnis baru secara jelas sebelum
menyesuaikannya dengan usaha yang akan
dikembangkan.
d) Melaksanakan pengembangan usaha melalui
kerjasama atau kemitraan dengan pihak lain.
e) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Divisi Pengembangan Usaha.
Tugas Pokok:
Menyelenggarakan urusan pengembangan usaha
meliputi monitoring perkembangan bisnis yang diminati
pasar, melihat prospek pengembangan usaha,
menyusun strategi hingga penentuan target bisnis atas
usaha baru yang akan dikembangkan.
Fungsi Jabatan:
a) Penyiapan bahan perumusan dan penyusunan
kebijakan di bidang pengembangan objek dan daya
tarik wisata’
b) Penyelenggaraan pembinaan, bimbingan teknis di
bidang pengembangan daya tarik wisata dengan
memberdayakan masyarakat di sekitar objek wisata
agar mendapatkan manfaat ekonomi.
c) Perumusan kebijakan teknis pengembangan daya
384
tarik wisata.
d) Melakukan riset dan pengamatan mengenai
atraksi/wahana wisata yang diminati pasar.
e) Melaksanakan kerjasama pengembangan pariwisata
dengan stakeholder.
Tugas Pokok:
Menyelenggarakan urusan pengembangan daya tarik
wisata meliputi rencana, strategi, dan kebijakan teknis
serta menilai prospeknya di masa depan.
Fungsi Jabatan:
a) Melaksanakan kebijakan teknis, program dan
kegiatan bidang pemasaran wisata.
b) Pelaksanaan promosi potensi wisata.
c) Perumusan segmen pasar dan strategi pemasaran
wisata.
d) Menyusun strategi, komunikasi dan pengembangan
pemasaran pariwisata.
e) Menghimpun, menganalisis profil dan target pasar
pariwisata.
f) Melaksanakan kerjasama pemasaran wisata dengan
stakeholder terkait, baik itu media online,
elektronik, cetak maupun media ruang.
Tugas Pokok:
a) Menghimpun, mengkoordinasikan dan merumuskan
kebijakan teknis serta melaksanakan kegiatan
385
pemasaran wisata.
b) Mempersiapkan perumusan kebijakan teknis,
fasilitas, koordinasi, pemantauan dan evaluasi
pengembangan strategi pemasaran pariwisata,
komunikasi pemasaran pariwisata dan pasar
pariwisata.
3. Pola Recruitment
386
1. sehat jasmani dan rohani;
2. memiliki keahlian, integritas, kepemimpinan, pengalaman,
jujur, perilaku yang baik, dan dedikasi yang tinggi untuk
memajukan dan mengembangan perusahaan;
3. memahami penyelenggaraan pemerintahan Daerah;
4. memahami manajemen perusahaan;
5. memiliki pengetahuan yang memadai di bidang usaha
perusahaan;
6. berijazah paling rendah S-1 (strata satu);
7. pengalaman kerja minimal 5 (lima) tahun di bidang
manajerial perusahaan berbadan hukum dan pernah
memimpin tim;
8. berusia paling rendah 35 (tiga puluh lima) tahun dan
paling tinggi 55 (lima puluh lima) tahun pada saat
mendaftar pertama kali;
9. tidak pernah menjadi anggota Direksi, anggota Dewan
Pengawas, atau anggota Komisaris yang dinyatakan
bersalah menyebabkan badan usaha yang dipimpin
dinyatakan pailit;
10. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana
yang merugikan keuangan negara atau keuangan daerah;
11. tidak sedang menjalani sanksi pidana; dan
12. tidak sedang menjadi pengurus partai politik, calon Kepala
Daerah atau calon wakil Kepala Daerah, dan/atau calon
anggota legislatif.
Adapun rekrutmen pegawai BUMD selain direktur juga
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017
tentang Badan Usaha Milik Daerah, termaktub dalam Pasal 74
bahwa pegawai BUMD merupakan pekerja BUMD yang
387
pengangkatan, pemberhentian, kedudukan, hak, dan
kewajibannya ditetapkan berdasarkan perjanjian kerja sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai ketenagakerjaan. Rekrutmen dilakukan
secara terbuka sesuai kebutuhan pegawai dan deskripsi
pekerjaan serta kualifikasi melalui beberapa prosedur/tahapan
seperti tahap registrasi online dan seleksi administrasi, tes
kemampuan dasar, tes kemampuan bidang, dan wawancara.
G. Analisa Lainnya
1. SK Tim
2. Kondisi BUMD yang ada (Laporan Keuangan, Kinerja BUMD,
penyertaan modal)
3. Mitigasi risiko
Sebagaimana halnya industri yang bergerak di bidang
jasa, industri pariwisata juga memiliki kerentanan yang tinggi
terhadap risiko. Dalam industri pariwisata, risiko
diklasifikasikan dalam tiga jenis yaitu risiko, krisis dan
bencana. Perbedaan terletak pada tingkat keparahan
dampaknya dan proses terjadinya peristiwa. Apabila
pengelolaan risiko tidak dapat dituntaskan maka risiko akan
bertransformasi menjadi krisis dan seterusnya akan berubah
389
menjadi bencana. Pada gilirannya, bencana akan
mengakibatkan kerugian bisnis dan penurunan reputasi
destinasi wisata, bahkan reputasi industri sebuah daerah
maupun negara secara keseluruhan. Karena itu, manajemen
risiko untuk pariwisata berperan penting dalam mencegah
bencana dan mengurangi dampak berbagai risiko yang
mungkin muncul.
Industri pariwisata adalah industri yang bersifat pada
karya yang sangat menekankan kualitas pelayanan, Dengan
demikian risiko bisa terjadi pada setiap tahapan pelayanan,
dapat menimpa siapa saja, dihadapi oleh semua jenis aset
baik aset berwujud (tangible assets) maupun aset tidak
berwujud (intangible assets). Pengembangan dan
implementasi strategi manajemen risiko pariwisata agar
menjawab secara komprehensif resiko potensial telah menjadi
bagian tak terpisahkan didalam pengelolaan pariwisata di
destinasi. Strategi ini sebaiknya dikaitkan dengan rencana
manajemen penanganan bencana di komunitas dan termasuk
rencana aksi dimana operator wisata dan organisasi saling
bersinergi dengan tugas-tugas yang dikerjakan oleh badan
manajemen penanggulangan bencana. Manajemen risiko
adalah proses dan struktur yang diarahkan untuk memberikan
keyakinan yang memadai dalam pencapaian tujuan.
Manajemen risiko bagi perusahaan menyediakan sesuai dan
minimal untuk:
a. keamanan tamu dan karyawan;
b. sistem keamanan untuk berkomunikasi dengan semua
orang yang berada di dalam area dan destinasi;
c. keamanan gedung, fasilitas dan peralatan dari akibat
390
bencana;
d. menyiapkan personil terlatih kepada badan manajemen
penanggulangan bencana selama kejadian dan langkah
pemulihan yang diperlukan;
e. menyediakan sumber daya untuk mendukung keperluan
selama kejadian dan langkah pemulihan; dan
f. prosedur untuk menormalkan keadaan dan menjalankan
kegiatan sehari-hari setelah operasi penanganan bencana
selesai.
391
Gambar 5.11
Proses Manajemen Risiko
b. Penilaian Risiko
Rangkaian aktivitas dalam tahap penilaian risiko meliputi:
1) Identifikasi Risiko
2) memahami tujuan, keluaran/output dan hasil/outcome
proses bisnis berdasarkan rencana strategis, rencana
kerja, atau dokumen perencanaan lainnya menurut
SAKIP.
3) memahami proses bisnis beserta rangkaian aktivitas
terkait dalam rangka menghasilkan keluaran/output.
Pemahaman terhadap proses bisnis dapat bersumber
dari pedoman, petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis
dan Standar Operasional Prosedur (SOP).
4) mengidentifikasi pernyataan risiko, yakni potensi
kelemahan, penyimpangan atau kegagalan dalam
proses bisnis yang dapat berdampak negatif terhadap
pencapaian tujuan.
5) mengidentifikasi penyebab, yakni akar masalah (root
cause) dari potensi kelemahan, penyimpangan atau
kegagalan dalam proses bisnis. Penyebab risiko dapat
bersumber dari 5M yakni Man, Money, Machine,
Methode dan Material.
393
6) mengidentifikasi sumber risiko, yakni asal dari potensi
kelemahan, penyimpangan atau kegagalan dalam
proses bisnis. Sumber risiko dapat berasal dari internal
atau eksternal.
7) mengidentifikasi dampak, yakni akibat langsung dari
terjadinya risiko. Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu)
akibat langsung, dipilih yang dampaknya paling besar
terhadap pencapaian tujuan. Dalam melakukan
identifikasi risiko ini dapat menggunakan tahapan (a)
menggunakan berbagai metode, misal tukar pendapat
(brainstorming), diskusi yang difasilitasi, analisis akar
masalah dengan menggunakan diagram tulang ikan,
(b) memanfaatkan hasil pengawasan internal dan/atau
eksternal untuk mengenali risiko-risiko terkait proses
bisnis pada satua unit kerja.
c. Analisis Risiko
1) mengidentifikasi kegiatan pengendalian yang telah ada
pada unit kerja, baik yang sifatnya kemungkinan risiko
maupun dampak risiko.
2) membuat perkiraan kemungkinan risiko, yakni dengan
mengukur potensi terjadinya risiko setelah
mempertimbangkan efektivitas kegiatan pengendalian
yang telah ada.
3) membuat perkiraan dampak risiko, yakni dengan
mengukur potensi dampak yang relevan setelah
mempertimbangkan efektivitas kegiatan pengendalian
394
yang telah ada.
4) menentukan nilai besaran risiko dan tingkat risiko
dengan mengkombinasikan kemungkinan terjadinya
risiko dan dampak risiko.
5) membuat peta risiko yang menggambarkan peristiwa
risiko beserta besaran dan tingkatannya.
d. Evaluasi Risiko
1) menyusun prioritas risiko berdasarkan nilai besaran
risikonya, dimana besaran yang tertinggi mendapat
prioritas utama. Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu)
risiko yang memiliki besaran yang sama, prioritas risiko
ditentukan berdasarkan urutan dampak yang tertinggi
sampai dengan yang terendah.
2) menentukan risiko-risiko utama/kunci, yakni risiko
yang berada di luar area penerimaan risiko (risiko
sedang, tinggi atau sangat tinggi) sehingga
memerlukan upaya penanganan lebih lanjut.
e. Penanganan Risiko
Dalam tahap penanganan risiko meliputi beberapa aktivitas
yamni:
1) Memilih opsi penanganan risiko yang tepat diantara
pilihan-pilihan seperti menerima risiko, mengurangi
tingkat kemungkinan, mengurangi tingkat dampak,
mengalihkan risiko dan menghilangkan risiko.
2) Merumuskan kegiatan pengendalian tambahan, yakni
rencana aksi dalam rangka meningkatkan efektivitas
kegiatan pengendalian selaras dengan risiko yang
dihadapi. Kegiatan pengendalian tambahan dengan
395
mempertimbangakn aspek biaya dan manfaat bagi unit
kerja.
3) Menetapkan nilai besaran risiko harapan, yakni target
nilai besaran risiko jika seluruh kegiatan pengendalian
yang telah ada tetap berjalan dengan efektif dan
seluruh kegiatan pengendalian tambahan telah
dilaksanakan sesuai target.
4) Melaksanakan kegiatan pengendalian tambahan sesuai
jadwal dan target yang telah ditetapkan.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-Saran
403