Anda di halaman 1dari 1

Hal-hal yang pernah dilakukan dan disesali

Hal yang pernah saya lakukan dan saya sesali hingga saat ini adalah pada saat saya menempuh
Pendidikan S-1, saya tidak memanfaatkan kesempatan tersebut dengan belajar cabang seni yang lain
selain musik padahal saat itu saya sedang kuliah di perguruan tinggi seni, yang merupakan
laboratoriumnya kesenian. Saya menyelesaikan Pendidikan S1 saya pada Sekolah Tinggi Seni
Indonesia Padangpanjang jurusan musik dengan mayor gitar klasik. Fokus saya saat itu sebagai
mahasiswa musik sebagaimana umumnya mahasiswa jurusan musik adalah menjadi pemain musik
yang hebat, padahal secara statistic, hal itu sudah tidak dimungkinkan lagi, mengingat saya mulai
belajar musik pada saat kuliah. Seharusnya saat itu saya sudah mulai mempertimbangkan peluang-
peluang lain yang lebih realistis, contohnya menjadi guru seperti yang sekarang saya jalani. Jika saya
tahu saya akan jadi guru pastilah saya akan belajar sebanyak mungkin cabang seni pada saat itu,
tidak fokus pada mata kuliah instrument mayor saja. Saat ini sebagai guru, saya juga harus dapat
mengajarkan cabang seni tari, teater dan rupa sehingga sampai saat ini saya masih harus mencari-
cari informasi (belajar lagi) saat akan mengajar. Jika saya mendapat kesempatan untuk belajar lagi,
saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu dan akan membekali diri saya dengan semua
pengetahuan yang dibutuhkan dalam pekerjaan saya sebagai guru.

Pada tahun 2021 saya juga pernah melakukan kesalahan karena terlalu bersemangat. Pada saat
penerimaan Siswa baru di sekolah saya, ada seorang siswa yang memiliki bakat menari yang baik,
sehingga saya memproyeksikan dia sebagai peserta FLS2N yang mewakili SMAN 1 Lhoknga dalam
cabang tari kreasi, dan diapun bersedia. Akhirnya saya meminta seorang guru tari untuk melatihnya,
selama dua bulan berlatih penuh karena saat itu sekolah masih belajar daring sehingga ada banyak
waktu luang untuk latihan di sekolah. Saya baru menyadari kesalahan yang saya lakukan pada saat
pendaftaran, ternyata NISN siswa tersebut ditolak oleh sistem karena dia belum tercatat sebagai
Siswa SMAN 1 Lhoknga pada Aplikasi DAPODIK. Akhirnya saya kembali membaca buku petunjuk
teknis FLS2N dan ternyata saya benar-benar telah melakukan kesalahan. Setelah berdiskusi dengan
Kepala Sekolah dan Waka Kesiswaan kami memutuskan untuk mengikutkan siswa tersebut pada
FLS2N tahun 2022. Saya bertugas menyampaikan hal tersebut kepada siswa yang bersangkutan,
alhamdulillah dia bisa menerima. Dari pengalaman ini saya mendapatkan pelajaran yang berharga
yaitu untuk tidak menyepelekan pekerjaan meskipun pekerjaan tersebut sudah sering dilakukan dan
tetap harus dilakukan secara teliti. Pengalaman tersebut mengajarkan saya untuk selalu hati-hati
dalam bekerja, bahkan detail sekecil apapun harus dipertimbangkan dengan baik dan cermat, agar
saya tidak mengulangi kesalahan yang lain lagi.

Anda mungkin juga menyukai