Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN OBSERVASI

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Pembelajaran Seni di SD


Dosen Pengampu: Yulianti Fitriani, S.Pd., M.Sn.

Oleh :

4-C PGSD

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


KAMPUS SERANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Seni sebagai salah satu unsur budaya manusia keberadaannnya telah mengalami
perkembangan dalam kurun waktu yang sangat panjang. Dimulai dari yang seni yang
sederhana di zaman prasejarah hingga mencapai bentuk yang lebih kompleks di zaman
modern sekarang ini. Istilah seni dalam bahasa indonesia berasal dari bahasa Sansakerta
yang berati permintaan atau pencarian. Kata Art (Inggris) bermakna kemahiran, art (s)
dapat diartikan sebagai kegiatan atau hasil penrnyataan perasaan keindahan manusia
(Sofyan salam, 2001).
Saat ini seni memiliki segala bentuk yang memiliki nili keindahan adalah
pengertian yang dipahami oleh masyarakat pada umumnya. Pengertian umum tersebut
diantaranya seperti yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, seni dirtikan
sebagai keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya,
keindahannya dan sebagainya) (Depdikbud, 1989:816).
Pendidikan seni merupakan saran untuk pengembangan kreativitas anak.
Pelaksanaan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan
pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk
mendidika anak menjadi kreatif. Seni merupakan aktivitas permainan, melalui permainan
kita dapat mendidik anak-anak dan membina kreativitasnya sedini mungkin. Dengan
demikian dapat dikatakan seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan, khususnya di
sekolah dasar. Pendidikan secara umum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
setiap anak (peserta didik) menemukan pemenuhan dirinya (personal fulfillment) dalam
hidup untuk mentransmisikan warisan budaya, memperluas kesadaran sosial dan sebagai
jalan untuk menambah pengetahuan. Program seni di sekolah dasar memfasilitasi anak-
anak memenuhi dirinya melalui pengalaman seni berdasarkan sesuatu yang dekat dengan
kehidupan dan dunianya (dunia anak-anak). Melalui pendidikan seni anak-anak
melakukan studi tentang warisan artistik, memberikan pengetahuan seni sebagai bentuk
yang signifikan dari pencapaian prestasi manusia.
Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan formal yang sangat menentukan
karakter siswa kedepannya. Di level inilah awal mula anak mendapatkan ilmu
pengetahuan dan juga nilai-nilai yang nantinya berguna kedepannya. Orang tua dan guru
bahu-membahu mengarahkan anak agar mampu menjadi pribadi yang cerdas secara
akademik, spiritual dan juga emosionalnya. Pembentukan ini dilakukan secara bertahap
dan disesuaikan dengan dengan porsi daya tangkap anak-anak pada masa itu. Sehingga
kami melakukan pelevelan pembelajaran sini sesuai dengan usia perkembangan anak
yang tentunya menunjang untuk kelanjutan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka laporan observasi ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pelevelan seni dalam pembelajaran seni di SD Negeri 2 Serang
kelas 1 dan kelas 6?
2. Bagaimana pengaruh pelevelan seni terhadap pembalajaran seni di SD Negeri 2
Serang kelas 1 dan kelas 6?

C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses pelevelan seni dalam pembelajaran seni di SD Negeri 2
Serang kelas 1 dan kelas 6
2. Untuk mengetahui pengaruh pelevelan seni terhadap pembalajaran seni di SD Negeri
2 Serang kelas 1 dan kelas 6
BAB II
ISI

A. Waktu dan Tempat


Hari / Tanggal : Jumat, 2 Desember 2016
Waktu : 07.30 WIB - selesai
Tempat : Kelas 1-E dan Kelas 6-D SD Negeri 2 Serang

B. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Seni di Kelas 1-E SDN 2 Serang


Identitas
Nama Sekolah : SDN 2 Serang
Kelas Observasi : kelas 1 E
Wali Kelas : Fajriyana, M. Pd
Jumlah Siswa : 27 siswa

Kamis, 08 Desember 2016, kami kelas 4C PGSD UPI Kampus Serang melakukan
observasi pembelajaran seni di SDN 2 Serang. SD ini dipilih untuk sampel rancangan
pelevelan pembelajaran seni yang telah kami buat sebelumnya. Kami melakukan
observasi di kelas rendah dan kelas tinggi. Untuk kelas rendahnya kami melakukan
observasi di kelas 1 E yang mempunyai jumlah siswa 27 orang dan wali kelasnya adalah
Ibu Fajriyana, M. PD.
Pukul 07.30 kami dipersilahkan untuk memasuki kelas dan memulai
pembelajaran. kami disambut oleh siswa dengan cukup antusias, semua siswa maju ke
depan kelas dan bersalaman dengan kami semua, mereka terlihat ceria dan bersemangat.
Setelah siswa duduk kembali kami memulai pembelajaran dengan perkenalan.
Sebelum menginjak ke pembalajaran, untuk menarik perhatian dan
memfokuskan siswa, guru mengajak melakukan tepuk beruang, guru meminta beberapa
siswa untuk maju memperagakan tepuk beruang, ada tiga orang siswa yang maju.
Mereka sangat aktif memlakukan tepuk beruang. Setelah siswa tertarik dengan
pembelajaran, guru memulai pembelajaran dengan seni musik, yaitu menyanyikan lagu
“kalau kau senang hati” bersama-sama dengan disertai gerakan yang dibimbing oleh
guru. Gerakan yang dilakukan oleh anak ketika bernyanyi tidak sama semua, tapi dibagi
menjadi barisan pertama tepuk tangan, barisan kedua injak bumi dan berisan ketiga
pukul meja. Pada mulanya siswa kesulitan untuk bernyanyi sambil melakukan gerakan,
tetapi setelah mencoba berkali-kali, siswa dapat bernyanyi sambil bergerak sesuai
intruksi dari guru. Setelah lagu “kalau kau suka hati”, lag selanjutnya yang dinyanyikan
oleh siswa adalah “ampar-ampar pisang”.
Kira-kira pukul 07.52 pembelajaran seni musik berakhir dan pindah ke
pembelajaran seni tari. Siswa melakukan tarian kupu-kupu dengan gerakan sederhana.
Awalnya guru bertanya “apakah siswa di sini suka menari? Siswa menjawab dengan
antusias jika meresa sangat suka menari. Guru mulai mencontohkan gerakan tarian kupu-
kupu dengan gerakan yang sederhana, lalu siswa diminta ke depan untuk melakukan
gerakan tarian kupu-kupu tersebut. Semua siswa maju dan guru merapihkan barisan
siswa, dua guru berada di depan untuk memberikan contoh tarian kupu-kupu dan satu
guru di belakang untuk mengkondisikan siswa dan mengikuti tarian.
Pola tarian yang dilakukan sangat sederhana, yaitu mengepakan tangan seperti
kupu-kupu sambil melangkah ke kanan dan ke kiri, menggerakan kepala ke kanan dan ke
kiri, menggoyangkan badan lalu berputar. Siswa bersama-sama melakukan tarian ini
sebanyak dua kali. Setelah selesai melakukan tarian kupu-kupu siswa duduk kembali di
bangkunya masing-masing. Karena siswa masih bersemangat untuk nari, jadi siswa tidak
kondusif dan gaduh, sehingga guru melakukan tepuk diam berkali-kali. Setelah keadaan
mulai kondusif kembali, guru melanjutkan pembelajaran ke seni rupa.
Di pembelajaran seni rupa, siswa membahas tentang kolase. Guru memulai
pembelajaran seni rupa dengan melakukan tanya jawab mengenai gambar kolase. Guru
memberi contoh gambar kolase sederhana yang ada di kelas. Karya siswa yang di pajang
hampir memenui ruang kelas. Guru menunjukan gambar kupu-kupu, kacang-kacangan
(kacang hijau dan kacang kedelai) lalu guru menjelaskan tentang gambar kolase dan
menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan.
Guru membagi siswa ke dalam 6 kelompok. Tekniknya satu barisan dibagi
menjadi 2 kelompok, jadi siswa yang berada di depan tinggal memutar kursi ke belakang
dan bergabung bersama kelompoknya. Setelah siswa duduk berkelompok, guru
menjelaskan kembali tugas yang harus dikerjakan siswa, yaitu menempelkan kacang-
kacangan ke gambar secara berkelompok.
Siswa tidak memegang lem langsung, karena dikhawatirkan mengotori tangan
siswa dan untuk mengefisienkan waktu. Siswa mulai bekerja dengan kelompok,
dibimbing oleh guru dan beberapa observer lainnya. Tidak semua siswa bisa menempel,
ada beberapa siswa yang masing belum rapih dalam menempel, selain itu waktu yang
kita miliki tidak cukup panjang untuk pembelajaran kolase.
Setelah belajar kolase, seorang guru memainkan gitar dan meminta siswa untuk
menebak lagu yang dimainkan. Guru dan siswa bernyanyi bersama. Semua siswa maju
dan berbaris, kemudian bernyanyi bersama-sama lagu “disini senang”, saat bernyanyi
bersama diiringi gitar, siswa terlihat ceira dan yag sebelumnya diampun menjadi
antusias. Setelah selesai bernyanyi, siswa duduk ke kursinya masing-masing. Guru
menyimpulkan pelajaran dan menutup pembelajaran lalu foto bersama.

HASIL WAWANCARA
Narasumber : Fajriyana, M. Pd (wali kelas 1E)
Pewawancara : Lela Fitriani

Hasil wawancara:
Menurut ibu Fajri di SDN 2 Serang menggunakan Kurikulum 2013, sehingga
pemelajaran seni digabung dengan mata pelajaran lain, diintegrasikan dalam sebuah
tema. Pembelajaran seni ada dalam mata pelajaran SBdP (Seni Budaya dan Prakarya).
Pembelajaran seni mengikuti perogram sekolah yang berlandaskan kurtilas.
Ibu Fajri mengatakan “seharusnya mata pelajaran seni terpisah dengan mata pelajaran
lain, karena waktunya terbatas dan siswa kurang memahami materi seni”. Harapan itu
Fajri juga mata pelajaran seni harusnya utuh dan dipisah waktu dengan mata pelajaran
lain. Menurut ibu Fajri, kelas 1 belum mengikuti ekstrakurikuler seni maupun
ekstrakurikuler lainnya. Kegiatan ekskul baru boleh diikuti ketika siswa menginjak kelas
3, 4, 5 dan 5. Selain itu, di SD ini tidak ada ekskul seni secara khusus, padahal peralatan
seni yang sekolah miliki memadai. Beberapa siswa mengikuti kursus di tempat lain di
luar sekolah. Ibu Fajri juga berharap agar diadakan ekskul seni, agar peralatannya bisa
digunakan dengan maksimal.
Untuk pembelajaran yang telah dilakukan, ibu Fajri menuturkan bahwa simulasi
mengajar yang dilakukan mahasiswa sudah bagus. Namun, menurut beliau guru belum
dapat membawa siswa, dalam artian saat proses perpindahan dari satu seni ke seni lain
kurang “gereget” atau kurang rame. Sebenarnya mengajarnya sudah bagus, guru sudah
dapat menyampaikan materi. Menurut beliau, karena ini tema, harusnya tidak terlihat
jarak atau pemisah seni musik, tari dan rupa. Permasalahannya hanya diawal
pembelajaran dan saat berpindah dari seni satu ke yang lain belum maksimal. Salah satu
contohnya dalam belajar siswa diberi cerita dan pertanyaan. Misalnya saat menggunakan
tema kupu-kupu guru bisa bertanya “ayo siapa yang bisa terbang?” “kenapa tidak bisa
terbang?” “bagaimana sayap kupu-kupu” dan lain-lain.
Bu Fajri mengatakan bahwa materi seni yang diajarkan sudah sesuai, seperti seni
musik, bernyanyi sambil melakukan gerakan yang mengeluarkan suara (tepuk tangan,
injak bumin dan tepuk meja), begitupun saat seni tari dan seni rupa kolase, tidak ada
masalah. Bagi beliau materi yang disampaikan sudah sesuai dengan usia dan
perkembangan siswa kelas 1 SD.

Pesan dari Ibu Fajri:


Sebagai calon guru harus banyak belajar dan jangan bosen mencari ilmu tentang
keguruan maupun cara mengajar yang baik.

C. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Seni di Kelas 6-D SDN 2 Serang


Identitas
Nama Sekolah : SDN 2 Serang
Kelas Observasi : Kelas 6-D
Wali Kelas :
Jumlah Siswa : siswa

Dalam kegiatan pembelajaran seni di SD Negeri 2 Serang yang dilaksanakan


pada hari jumat, 2 desember 2016 oleh perwakilan kelas 4-C UPI Kampus Serang.
Pembelajaran dilaksanakan pada pukul 07.30 – 09.30 WIB. Siswa-siswi kelas 6-D
menyambut baik kedatangan guru dengan baik dan sopan. Sebelum pembelajaran
dimulai kelas masih ramai dengan anak-anak yang masih bercanda dan bermain dengan
teman-temannya. Pembelajaran dimulai tidak lama setelah perkenalan dilakukan.
Pembelajaran dimulai dengan pemanasan dengan menari bersama-sama. Setelah
pemanasan, pembelajaranpun diawali dengan seni musik mengenai teknik dasar
memainkan pianika. Guru mengenalkan tangga nada diatonis “do-re-mi-fa-sol-la-si-do”
kepada siswa, serta memainkannya dengan pianika.
Dalam pembelajaran seni musik, keadaan kelas bertambah ramai ketika siswa
meniup pianika dengan bebas, tanpa mendengarkan instruksi dari guru. Fokus anak
terbagi saat itu, anak-anak seharusnya fokus mendengarkan penjelasan guru namun yang
terjadi sebaliknya, sebagian siswa malah asyik memainkan alat musiknya dengan semau
mereka, sehingga menghasilkan berbagai macam nada yang tidak beraturan. Hal ini
dikarenakan guru yang belum mahir dalam mengkondisikan kelas, bagian belakang dan
sisi kanan-kiri tidak bisa dikontrol sehingga siswa-siswa tersebut terlihat kebingungan,
walaupun begitu terlihat ada rasa ingin tahu pada raut wajah siswa.
Barisan meja ke-1 yang terdiri dari 4 orang perempuan dan 4 orang laki-laki
terlihat fokus tetapi masih terlihat kebingungan. Barisan ke-2 merupakam barisan yang
terlihat paling serius dalam pembelajaran seni musik. Hal ini dibuktikan mereka 2 kali
menjadi juara ketika perbarisan harus memainkan nada. Di barisan ini terdapat 4 siswa
laki-laki dan 4 siswa perempuan. Barisan ke-3 ini barisan yang kurang fokus dari semua
barisan. Disebabkan karena semuanya laki-laki sehingga satu sama lain lebih banyak
bercanda dan bermain. Barisan ke-4 yaitu barisan yang paling malu-malu dan kalem,
karena di barisan ini terdiri dari 3 siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan.
Ada tiga siswa yang tampil ke depan kelas untuk memainkan lagu ibu kita kartini,
yaitu 2 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Mereka dapat memainkannya dengan
cukup baik meskipun masih ada not-not yang salah dan tertinggal. Saat tiga siswa
tersebut maju ke depan kelas, kelas menjadi tidak kondusif dikarenakan siswa yang lain
asyik mengobrol sehingga tidak mendengarkan dan tidak menyaksikan temannya di
depan kelas. Kurang adanya apresiasi yang diberikan oleh guru pada saat pembelajaran
seni musik, dan pembelajaran terkesan terlalu terburu-buru, seharusnya guru
menjelaskan secara jelas mengenai 1 baris not pada 1 baris lagu terlebih dahulu sebelum
ke baris selanjutnya agar siswa memainkan pianika dengan baik dan siswa lebih lama
mengingatnya. Di sisi lain siswa merasa senang saat pembelajaran karena guru
memberikan bintang pada setiap kelompok terbaik dan siswa yang maju ke depan,
sehingga siswa lain termotivasi untuk maju ke depan.
Berbeda halnya dengan materi selanjutnya, kelas lebih bisa dikendalikan dengan
baik karena guru dapat mengalihkan perhatian dan memfokuskan perhatian siswa melalui
tepuk semangat. Siswa terlihat begitu ekspresif, mereka cenderung terlihat begitu senang,
tertawa bercanda bersama teman-temannya, ketika guru memerintahkan untuk membuat
3 gerakan tari. Namun tidak terlepas dari keseriusan siswa saat berdiskusi. Guru
membagi siswa kedalam 4 kelompok, dimana pembagian kelompok berdasakan
perbarisan tempat duduk. Setiap kelompok diminta maju ke depan kelas untuk
menampilkan tarian ciptaannya secara bersama-sama dengan diiringi musik yang telah
disediakan guru. Semua siswa menciptakan tariannya dengan berbagai macam gerakan
yang unik tanpa rasa malu. Tak disangka kelompok 4 yang pada saat seni musik pendiam
sekarang menciptakan tarian dengan baik dan bisa menyesuaikan dengan musik yang
disediakan guru, sehingga mereka mendapat bintang.
Sedangkan pada materi selanjutnya, siswa kelas 6 terlihat fokus pada apa yang
guru tampilkan. Guru menampilkan gerakan pantomim yang membuat siswa tertarik.
Guru meminta siswa untuk menebak dan menirukan ekspresi dari gerakan pantomim di
depan kelas. Dua orang siswa maju menebak gerakan yang telah guru contohkan dengan
penuh percaya diri. Pada saat itu, suasana pada pembelajaran terlihat kondusif
dikarenakan siswa fokus pada temannya yang maju ke depan.
Tidak hanya saat menebak dan menirukan gerakan saja, namun pada saat siswa
diminta untuk menggambar wajah mereka sendiripun siswa kelas 6D terlihat sangat
serius dalam mengerjakan pekerjaan mereka, yaitu pada saat membuat ekspresi siswa
masing-masing sesuai dengan perasaan mereka pada saat pembelajaran seni berlangsung.
Suasana kelas cukup tenang saat siswa menggambar ekspresi mereka masing-
masing, yang dilatar belakangi oleh musik tradisional kicir-kicir yang memenuhi ruang
kelas 6D. Namun suasana kelas menjadi ramai ketika satu persatu siswa selesai
mengerjakan gambar mereka. Rencananya siswa bersama-sama akan bernyanyi sambil
diiringi gitar di akhir pembelajaran, namun rencana gagal disebabkan gitar yang
dimainkan beberapa siswa senarnya putus.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Materi yang diberikan sekolah sesuai. Yang harus diperhatikan yaitu dalam
pelaksanaan pembelajaran guru harus dapat mengelola kelas dan mengajak siswa untuk
mengikuti kegiatan belajar dengan baik. Harus diperhatikan pula dalam pembelajaran
dengan tema jangan ada pembatas dalam menghubungkan seni rupa, tari, drama dan
musik.
Observasi di SD Negeri 2 Serang cukup bagus dalam penyampaian materi yang
diberikan guru kepada siswa, siswa merasa senang karena mereka belajar seni tidak
hanya menggambar saja seperti apa yang mereka lakukan di setiap pembelajaran seni.
Sekarang mereka dapat merasakan 4 bidang seni langsung dalam 1 pembelajaran. Namun
ada hal yang masih harus diperbaiki yaitu pada metode yang digunakan guru dalam
menyampaikan materi. Tidak hanya itu, dalam penyampaian materinya pun masih
terpisah-pisah. Seharusnya pembelajaran disampaikan secara terpadu dengan tidak
terpisah-pisah. Dan kurangnya guru dalam memusatkan perhatian siswa yang
menyebabkan suasana kelas tidak kondusif pada saat pembelajaran berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai