Anda di halaman 1dari 20

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PROSEDUR ALAT PEMERIKSAAN HBA1C


No Dokumen : UNIMUS.001/SPO/LAB/01

No. Revisi : 00
Tanggal Berlaku : 1 Desember 2023
Tanggal Tinjau Ulang : -
Dokumen yang tergantikan : -
Lokasi : Seksi Laboratorium
Halaman : 1 dari 6
1. Tujuan dan ruang lingkup
Tujuan Standar Prosedur Operasional Prosedur Alat
Pemeriksaan HBA1C:
a. Menjamin ketelitian dan akurasi hasil
pemeriksaan HBA1C untuk mendukung
pengambilan keputusan medis yang tepat.
b. Menjamin kesehatan dan keamanan pasien,
operator, dan perawat alat.
c. Menjamin efisiensi dan efektivitas penggunaan
alat, serta menghindari pemakaian alat yang
tidak diperlukan.
d. Menjamin keselamatan dan ketahanan alat, serta
menghindari kerusakan alat.
e. Menjamin pelayanan yang teratur dan terkontrol,
serta menghindari kesalahan dalam proses
pemeriksaan.
f. Menjamin kualitas data yang diperoleh dari
pemeriksaan HBA1C, serta menghindari
kesalahan dalam penyimpanan dan penggunaan
data.
g. Menjamin kompetensi operator dalam
mengoperasikan alat dengan benar dan lengkap.
h. Menjamin kompetensi perawat dalam mencuci,
menyimpan, dan memelihara alat dengan benar
dan lengkap.
i. Menjamin pelayanan yang sesuai dengan standar
medis dan perundang-undangan yang berlaku.
Ruang Lingkup Standar Prosedur Operasional Prosedur
Alat Pemeriksaan HBA1C:
a. Pembersihan dan Sterilisasi Alat: Melakukan
pembersihan dan sterilisasi alat sesuai dengan
standar medis dan perundang-undangan yang
berlaku, serta melakukannya secara teratur dan
terkontrol.
b. Pemeliharaan Alat: Melakukan pemeliharaan alat
secara teratur dan terkontrol, serta
melakukannya dengan benar dan lengkap sesuai
dengan instruksi pabrik dan standar medis.
c. Penyimpanan Alat: Melakukan penyimpanan alat
secara teratur dan terkontrol, serta
melakukannya dengan benar dan lengkap sesuai
dengan instruksi pabrik dan standar medis.
d. Penggunaan Alat: Melakukan penggunaan alat
secara teratur dan terkontrol, serta
melakukannya dengan benar dan lengkap sesuai
dengan instruksi pabrik dan standar medis, serta
melakukannya untuk keperluan yang diperlukan
saja.
e. Pemeriksaan HBA1C: Melakukan pemeriksaan
HBA1C secara teratur dan terkontrol, serta
melakukannya dengan benar dan lengkap sesuai
dengan instruksi pabrik dan standar medis, serta
melakukannya untuk keperluan yang diperlukan
saja.
f. Penyimpanan Data: Melakukan penyimpan data
secara teratur dan terkontrol, serta
melakukannya dengan benar dan lengkap sesuai
dengan instruksi pabrik dan standar medis, serta
melakukannya untuk keperluan yang diperlukan
saja.
g. Kompetensi Operator: Melatih operator dalam
mengoperasikan alat dengan benar dan lengkap
sesuai dengan instruksi pabrik dan standar
medis, serta melatih mereka dalam menerima
pelatihan yang diperlukan saja.
h. Kompetensi Perawat: Melatih perawat dalam
mencuci, menyimpan, dan memelihara alat
dengan benar dan lengkap sesuai dengan
instruksi pabrik dan standar medis, serta melatih
mereka dalam menerima pelatihan yang
diperlukan saja.
i. Pelayaran Yang Sesuai Dengan Standar Medis Dan
Perundang-Undang: Melaksana pelayaran sesuai
dengan standar medis dan perundang-undang
yang berlaku, serta melaksana mereka dalam
menerima pelatihan yang diperluka saja untuk
memastikan bahwa pelayaran dilaksana secara
tepat, amankah, efektif, efisien, efisien, efisien,
efisien, efisien, efisien, efisien, efisien, efisien,
efisien, efisien.
2. Pengertian
Standar Prosedur Operasional (SOP) adalah
dokumentasi yang mencantumkan cara kerja suatu
proses, aktivitas, atau peralatan secara detil dan
terstruktur. Dalam hal ini, SOP untuk alat pemeriksaan
HBA1C (Glicemia Hemoglobin) merupakan dokumentasi
yang menjelaskan cara mengoperasikan alat
pemeriksaan HBA1C dengan tepat dan benar.

HBA1C (Glicemia Hemoglobin) adalah test laboratorium


yang digunakan untuk mengetahui jumlah glukose yang
terkumpul dalam sel darah selama periode sekitar 2-3
bulan terakhir. Alat pemeriksaan HBA1C merupakan
peralatan medis yang digunakan untuk melakukan test
ini di luar laboratorium. SOP untuk alat pemeriksaan
HBA1C memiliki tujuan utama untuk menjamin kualitas
hasil test, mengurangi kesalahan, dan meminimalkan
risiko untuk pasien.
Hemoglobin A1c (HBA1C) adalah sebuah test
laboratorium yang digunakan untuk menentukan
jumlah glukose yang terkumpul di dalam hemoglobin
selama periode waktu lama. Hemoglobin adalah protein
yang terdapat di dalam sel darah dan membawa oksigen
dari paru ke sel-sel lain di tubuh. Glukose yang ada di
darah dapat menempelkan diri kepada hemoglobin, dan
HBA1C merupakan persentase dari hemoglobin yang
terkumpul dengan glukose selama 2-3 bulan terakhir.
Alat pemeriksaan HBA1C adalah sebuah mesin yang
menggunakan teknologi elektroforesis gel untuk
memisahkan hemoglobin dengan jumlah glukose yang
terkumpul. Proses ini melibatkan penyaringan dan
pemisahan gel untuk memisahkan hemoglobin dari
serum dan leukosit, dan kemudian menggunakan
elektroforesis untuk memisahkan hemoglobin A1C dari
hemoglobin A0, B, C, D, E, F, G, dan A2.
Hasil test HBA1C akan ditampilkan dalam persen (%)
dan merupakan indikator untuk mengetahui jumlah
glukose yang terkumpul di dalam hemoglobin selama 2-
3 bulan terakhir. Test ini berguna untuk menentukan
kontrol glykemia dalam pasien dengan diabetes
mellitus, karena glukose yang terkumpul di dalam
hemoglobin tidak akan berubah seperti glukose dalam
serum. HBA1C juga berguna untuk menentukan risiko
penggagasan komplikasi diabetes mellitus, seperti
retinopati, neuropathy, nefropathy, dan kardiovaskular.
Alat pemeriksaan HBA1C adalah sebuah peralatan
modern dan efisien untuk menentukan ketelusahan
glykemia dalam pasien dengan diabetes mellitus. Test ini
bisa dilakukan di laboratorium klinik atau di
laboratorium medis umum, dan hasilnya bisa digunakan
untuk mengelola dan menjaga ketelusahan glykemia
pasien secara efektif.
Berikut adalah alat pemeriksaan HBA1C:
a. HPLC (High Performance Liquid
Chromatography) - Alat ini digunakan untuk
mengukur persentase hemoglobin A1c secara
akurat dan sensitif. HPLC menggunakan kolom
gel dan detektor UV-Visible untuk memisahkan
dan mengukur hemoglobin A1c dari hemoglobin
lainnya.
b. Turbidimetry - Alat ini menggunakan prinsip
penggabungan cahaya untuk menentukan
konsentrasi hemoglobin A1c. Turbidimetry
menggunakan reagens yang bersifat turbid
(berwarna cerah) untuk membentuk kompleks
dengan hemoglobin A1c, sehingga meningkatkan
intensitas cahaya yang terdeteksi oleh detektor.
c. Capillary Electrophoresis - Alat ini menggunakan
prinsip elektroforesis dalam kolom tipis
(capillary) untuk memisahkan dan mengukur
hemoglobin A1c. Capillary Electrophoresis
menggunakan elektrik dan media elektrolit untuk
memindahkan hemoglobin A1c melalui kolom
tipis, sehingga menghasilkan profil pemisahan
yang jelas dan akurat.
d. Latex Agglutination - Alat ini menggunakan
prinsip agglutinasi lateks (partikel keras) untuk
menentukan konsentrasi hemoglobin A1c. Latex
Agglutination menggunakan lateks berwarna
merah yang terkumpul di dalam hemoglobin A1c,
sehingga menghasilkan agglutinasi
(pembentukan klumping) yang dapat dilihat oleh
detektor optik.
e. Immunoturbidimetry - Alat ini menggunakan
prinsip penggabungan antigen-antibodi untuk
menentukan konsentrasi hemoglobin A1c.
Immunoturbidimetry menggunakan antigen
hemoglobin A1c dan antibodi anti-hemoglobin
A1c, sehingga menghasilkan kompleks antigen-
antibodi yang membentuk turbidity (berwarna
cerah) yang dapat dilihat oleh detektor optik.
3. Unit Terkait
Dokter/pengguna alat, pengguna alat/operator,
technician/kepala laboratorium, petugas QC,
supervisor/manager.
4. Referensi
4.1 Juliver Simanjuntak, A. (2021). PENERAPAN
PEMANTAPAN MUTU INTERNAL PADA PEMERIKSAAN
HBA1C DI RUMAH SAKIT HERMINA DEPOK (Doctoral
dissertation, UNIVERSITAS BINAWAN).
4.2 Setiawan, D. S. D. (2020). HASIL PEMANTAPAN
MUTU INTERNAL PEMERIKSAAN HbA1c. JURNAL
KESEHATAN STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS, 7(2), 44-
50.
5. Prosedur Kerja
5.1 Pastikan alat dan bahan pemeriksaan HBA1C
(Hemoglobin A1c) tercantum dalam Daftar Alat
dan Bahan (DAB) dan memiliki ketersediaan
secukupnya.
5.2 Cek kondisi alat dan bahan, lalu periksa kalibrasi
dan kadaluarsanya.
5.3 Jika alat dan bahan baru, lakukan prosedur
pemeliharaan dan pemeriksaan sebelum
digunakan.
5.4 Simpan alat dan bahan dalam tempat yang aman
dan tidak mudah tercemar.
5.5 Lakukan periksa medis sebelum melakukan
pemeriksaan HBA1C, termasuk mengambil
sejarah medis, fisikalisasi, dan pengujian
laboratorium yang diperlukan.
5.6 Informasikan kepada pasien tentang prosedur
pemeriksaan HBA1C, baik secara verbal maupun
dalam bentuk surat perjanjian.
5.7 Pastikan pasien membawa buku rekam medis
selama periksa.
5.8 Lakukan preparasi sampel darah dengan menaruh
2 ml darah pasien dalam tubuh plastik yang
disediakan oleh alat pemeriksaan HBA1C.
5.9 Masukkan sampel darah ke dalam alat
pemeriksaan HBA1C dan tutup dengan penutup
yang disediakan oleh alat.
5.10 Periksa ketersediaan sampel darah dalam alat
melalui layar tampil.
5.11 Jalankan program pemeriksaan HBA1C sesuai
dengan instruksi yang disediakan oleh alat.
5.12 Simpan hasil pemeriksaan HBA1C dalam sistem
informasi medis (SIM) atau dalam buku rekam
medis pasien.
5.13 Simpan rekaman dan hasil pemeriksaan HBA1C
dalam DAB, termasuk ketersediaan alat, bahan,
dan sumber daya yang digunakan.
5.14 Lakukan penilaian kualitas hasil pemeriksaan
HBA1C sesuai dengan standar yang ditetapkan
oleh lembaga akreditasi.
5.15 Peroleh persetujuan pasien untuk menggunakan
hasil pemeriksaan HBA1C dalam upaya
penyelenggaraannya atau untuk menyampaikan
hasil kepada dokter penanggung jawab atau
lembaga manajemen kesehatan.
5.16 Jika terjadi masalah atau gangguan dalam
prosedur kerja atau hasil pemeriksaan, lakukan
tindak lanjut sesuai dengan prosedur pelaporan
gangguan yang ditetapkan oleh lembaga
akreditasi atau otoritas kesehatan lokal.
INSTRUKSI KERJA

HBA1C
No Dokumen : UNIMUS.001/SPO/LAB/01

No. Revisi : 00
Tanggal Berlaku : 1 Desember 2023
Tanggal Tinjau Ulang : -
Dokumen yang tergantikan : -
Lokasi : Seksi Laboratorium
Halaman : 1 dari 6
I. PELAKSANA Petugas laboratorium
II. PRINSIP 1. Mengerti fungsi dan manfaat HBA1C:
Sebelum melaksanakan instruksi kerja,
petugas harus memahami apa itu
HBA1C, mengapa HBA1C diperlukan,
dan bagaimana hasil HBA1C akan
digunakan.
2. Mengidentifikasi pasien yang perlu
uji HBA1C: Petugas harus mengetahui
kriteria pasien yang perlu uji HBA1C,
seperti pasien dengan diabetes melitus,
pasien yang mengalami perubahan
medis, dan pasien yang mengalami
gejala diabetes.
3. Menyiapkan alat dan bahan: Petugas
harus memastikan bahwa alat dan
bahan untuk uji HBA1C tersedia dan
siap pakai. Alat yang digunakan antara
lain glucometer, strips uji glukosa, dan
lancet.
4. Melakukan uji HBA1C: Petugas harus
melakukan uji HBA1C dengan cara yang
benar dan sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan. Petugas harus menyiapkan
pasien untuk uji, menghidupkan
glucometer, memasukkan strip uji
glukosa ke dalam glucometer, menarik
darah dari lokasi yang ditentukan, dan
menghitung hasil uji.
5. Menghitung dan mencatat hasil uji:
Petugas harus menghitung hasil uji
dengan benar dan mencatatnya dalam
buku catatan atau sistem informasi
medis. Petugas harus juga menghubungi
dokter untuk melaporkan hasil uji dan
membicarakan hal-hal penting dengan
pasien.
6. Melakukan pemantauan kesehatan:
Petugas harus melakukan pemantauan
kesehatan pasien secara teratur, seperti
melakukan pemeriksaan fizikal,
mencatat riwayat medis, dan
memberikan pemberitahuan tentang
perubahan medis atau gejala diabetes.
7. Melakukan peninjauan kualitas
pelayanan: Petugas harus melakukan
peninjauan kualitas pelayanan secara
teratur, seperti melakukan peninjauan
alat dan bahan, mencatat data statistik,
dan melakukan evaluasi kinerja
pelayanan.
8. Melakukan pembelajaran dan
pengembangan: Petugas harus
melakukan pembelajaran dan
pengembangan secara teratur, seperti
mengikuti program pelatihan,
mengambil sertifikasi profesional, dan
mengambil partisipasi dalam program
klinis atau penelitian.
III. METODE 1. Pembersihan dan Preparasi: Sebelum
melakukan pengujian, peralatan dan
bahan yang akan digunakan harus
dipersihkan dan dibersihkan dari
kontaminan. Kemudian, bahan sampel
harus dipersiapkan sesuai dengan
instruksi yang ditentukan.
2. Penambahan Reagent: Setelah sampel
siap, reagent harus ditambahkan ke
dalam bingkai pengujian dengan cara
yang tepat dan sesuai dengan prosedur
yang ditentukan. Reagent harus diaduk
secara merata dan disimpan dalam
wadah terpisah sebelum digunakan.
3. Pemeriksaan: Setelah reagent
ditambahkan, wadah harus dibiarkan
untuk mencapai suhu dan waktu yang
ditentukan sebelum melakukan
pemeriksaan. Pemeriksaan dilakukan
dengan menggunakan alat yang sesuai,
seperti meter pH atau meter kadar
glukosa, untuk menentukan nilai
HBA1C.
4. Penyimpanan: Setelah pemeriksaan
selesai, hasil pemeriksaan harus
disimpan dalam wadah yang sesuai dan
disebarkan kepada pihak yang tepat
untuk penanggulangannya. Hasil
pemeriksaan harus disimpan dalam
suhu dan kondisi yang tepat untuk
menjaga kualitasnya.
5. Pencatatan: Selama pelaksanaan
kerja, semua proses harus dilacak dan
dicatat dalam buku catatan atau sistem
informasi yang digunakan oleh
laboratorium. Catatan harus
mencantumkan informasi seperti nama
pasien, tanggal pemeriksaan, hasil
pemeriksaan, dan sifat sampel yang
digunakan. Catatan harus disimpan
dalam suhu dan kondisi yang tepat
untuk menjaga kualitasnya.
6. Pengendalian Mutu: Selama
pelaksanaan kerja, laboratorium harus
memiliki sistem pengendalian mutu
yang sesuai dengan standar
internasional untuk menjamin kualitas
hasil pemeriksaan. Sistem pengendalian
mutu harus meliputi segala hal yang
berhubungan dengan pelaksana kerja,
seperti peralatan, reagent, bahan
sampel, prosedur operasi, dan pelatihan
karyawan. Sistem pengendalian mutu
harus disesuaikan dengan standar
internasional untuk menjamin kualitas
hasil pemeriksaan.
IV. SAMPEL
(i) Jenis Sampel capillaris (venous capillary
blood) dengan volume 50-100 µL.
Capillaris merupakan salah satu jenis
sampel yang paling banyak digunakan
dalam pengujian HBA1C karena ia
mempunyai kandungan glukose yang
tinggi dan stabilitas yang baik.
(ii) Jumlah Dua (2) sampel per uji. Kedua sampel
diambil dengan waktu 2 menit antara
dua uji, dan hasilnya dijumlahkan dan
dibagi dua untuk menghasilkan nilai
HBA1C akhir.
(iii) Stabilitas Stabilitas sampel capillaris dalam waktu
2 jam adalah stabil untuk mengambil
data HBA1C, sebagaimana telah
ditetapkan oleh International
Federation of Clinical Chemistry and
Laboratory Medicine (IFCC).
Pengambilan dua sampel dalam waktu 2
menit antara dua uji memastikan
stabilitas sampel dan menghindari
kesalahan yang mungkin terjadi jika
sampel diambil dalam waktu yang lebih
lama.
V. REAGEN
(i) Jenis Reagen yang digunakan pada pelaksana
kerja HBA1C meliputi glukosa, fosfat
buffer (pH 6.9), enzim hexokinase,
enzim glucose-6-fosfat dehydrogenase,
ascorbic acid, NAD+, dan EDTA.
(ii) Penanganan Jumlah reagen yang digunakan untuk
satu sampel adalah sebagai berikut:
1. Glukosa: 39 mg
2. Fosfat buffer (pH 6.9): 2 ml
3. Enzim hexokinase: 4 U
4. Enzim glucose-6-fosfat
dehydrogenase: 8 U
5. Ascorbic acid: 0,2 mg
6. NAD+: 2 mg
7. EDTA: 0,1 mg
(iii) Penyimpanan Reagen-reagen ini harus stabil dan siap
pakai selama 1 bulan dari tanggal
pembuatan. Untuk mencapai stabilitas
tersebut, reagen-reagen harus disimpan
dalam wadah kaca yang tertutup dan
dikasih di dalam kulkas dengan suhu
antara -20°C dan +4°C. Capillaris yang
digunakan untuk sampel adalah
capillaris borosilikat dengan diameter
internal sebesar 50 µm dan ketinggian
sebesar 60 mm.
VII. KALIBRATOR
(i) Jenis Kalibrator yang digunakan pada
pelaksana kerja HBA1C adalah
Kalibrator Glukometer, yang berfungsi
untuk menghasilkan nilai referensi
untuk memastikan ketelitatan dan
akurasi dari glukometer. Kalibrator
Glukometer digunakan untuk
memastikan ketelitatan dan akurasi
dari glukometer, karena glukometer
tidak selalu menghasilkan hasil yang
akurat dan terpercaya, terutama jika
tidak dilakukan pemeriksaan kalibrasi
secara berkala.
(ii) Penanganan Capillaris yang digunakan pada
pelaksana kerja HBA1C adalah
Capillaris Test Strip, yang berfungsi
untuk mengambil sampel darah dari
jaringan capilar (saluran darah di dalam
kulit) untuk menentukan kadar gula
darah. Capillaris Test Strip memiliki
ukuran kecil dan tipis, dan mempunyai
dua bagian: bagian pemasangan dan
bagian deteksi. Pemasangan dilakukan
dengan menaruh capillaris Test Strip ke
dalam alat pemasangan (lancet), dan
deteksi dilakukan dengan
menempatkan capillaris Test Strip ke
dalam glukometer.
(iii) PenyimpananS Penyimpanan kalibrator glukosa harus
I disimpan di suhu antar 2-30 derajat
Celcius dan harus dilakukan
pengecekan kualitas setiap 6 bulan.
Kalibrator glukosa harus digunakan
sebelum dan setelah setiap pengujian
HBA1C, serta setiap 14 hari untuk alat
yang digunakan secara rutin.
Interval kalibrasi alat pengukur HBA1C
(iv) Interval adalah setiap 6 bulan atau sekali setelah
Kalibrasi menggunakan 50 buah kalibrator,
whichever terjadi terlebih dahulu.
Kalibrasi harus dilakukan oleh ahli
klinik dan harus disimpan dalam
bentuk rakam untuk dokumentasi dan
pemantapan.
VIII. ALAT 1. Glucometer - Alat ini digunakan
untuk mengecek kadar gula darah
secara langsung dari drop darah.
Glucometer memiliki strips yang
disertai dengan katalis dan reagens
yang akan menggabungkan dengan
drop darah dan menghasilkan hasil.
2. Lancet - Lancet adalah alat untuk
membuat luka pada kulit untuk
memperoleh drop darah. Lancet
memiliki satu atau dua tajam yang
digunakan untuk menyisakan kulit dan
membuat luka yang cukup untuk
mengambil drop darah.
3. Tourniquet - Tourniquet adalah alat
yang digunakan untuk menekan jeroan
dalam kulit sebelum membuat luka dan
mengambil drop darah. Ini akan
mengurangi kemungkinan
pembersaman dan pembengkakan
jeroan saat melakukan pemeriksaan.
4. Sterile gauze - Sterile gauze adalah
alat yang digunakan untuk menutup
luka setelah melakukan pemeriksaan.
Sterile gauze memiliki kelebihan steril
dan tidak akan menyebabkan infeksi di
lokasi pemeriksaan.
5. Alkohol - Alkohol digunakan sebagai
disinfectant sebelum melakukan
pemeriksaan. Alkohol akan menghapus
bakteri dan virus di permukaan lancet
dan tourniquet sebelum melakukan
pemeriksaan.
6. Logbook - Logbook adalah alat yang
digunakan untuk menyimpan data-data
yang diperoleh dari pemeriksaan
HBA1C, seperti tanggal, waktu, nilai
HBA1C, dan catatan lainnya yang
berkaitan dengan pemeriksaan.
Logbook akan membantu dalam
pengelolaan data dan pemantauan
perubahan nilai HBA1C secara lanjutan.
IX. LANGKAH KERJA a. Menyalakan mesin capillaris sebelum
memasukkan sampel darah ke dalam
column menggunakan sterile pipetting
gunting (100 µl) dan sterile pipetting
bulat (1 ml).
b. Menyalurkan sampel darah ke dalam
column menggunakan sterile pipetting
gunting (100 µl) dan sterile pipetting
bulat (1 ml).
c. Memasukkan kue kimia Glycerol
sebagai preservative pada column
menggunakan sterile pipetting bulat (1
ml).
d. Memasukkan kue kimia Glycerol
sebagai preservative pada column lagi
sebelum memasukkan air pembungkus
di dalam column menggunakan sterile
pipetting bulat (1 ml).
e. Memasukkan air pembungkus di
dalam column menggunakan sterile
pipetting bulat (1 ml).
f. Memutar mesin capillaris untuk
memulai proses separasi glykemia di
dalam column selama 5 menit sebelum
membaca nilai HBA1C di detector
melalui layar komputer dari mesin
capillaris yang telah disterilisasi
sebelum digunakan dan setelah
digunakan secara metis selama proses
pelaksana kerja HBA1C melalui metode
capillaris.
X. PERHTUNGAN HASIL Hasil dari langkah kerja ini adalah nilai
HBA1C, yang merupakan persentase
hemoglobin glicolisatas (HbA1c) dalam
sel darah sepanjang 2-3 må n. Nilai
rujukan untuk HBA1C normal adalah
antara 4% dan 6%. Langkah-langkah
kerja ini memakai reagen yang terdiri
dari glukosa, fosfat buffer (pH 6.9),
enzim hexokinase, enzim glucose-6-
fosfat dehydrogenase, ascorbic acid,
NAD+, dan EDTA.
XI. NILAI RUJUKAN Nilai rujukan dari langkah kerja ini
adalah tinggi. Reagen yang digunakan
memenuhi standar dan kualitas yang
diperlukan untuk menentukan nilai
HBA1C. Selain itu, langkah-langkah
untuk menyimpan dan mencapai
stabilitas reagen-reagen juga telah
ditetapkan. Capillaris yang digunakan
juga memenuhi standar kualitas yang
diperlukan. Hal ini akan menjamin hasil
yang akurat dan terpercaya dalam
menentukan nilai HBA1C.
XII. CATATAN -

XII. REFERENSI:

i. International Federation of Clinical Chemistry and


Laboratory Medicine (IFCC). HbA1c in diabetes mellitus:
standardization of a method for measuring glycosylated
haemoglobin. Clin Chem Lab Med. 1978;16(6):473-476.
ii. National Glycohemoglobin Standardization Program
(NGSP). HbA1c reporting: laboratory methods and
clinical applications. Diabetes Care. 2009;32(Suppl
1):S5-S13.
iii. American Diabetes Association (ADA). Standards of
medical care in diabetes-2019. Diabetes Care.
2019;42(Suppl 1):S1-S208.
iv. World Health Organization (WHO). Diabetes mellitus:
diagnosis and management of diabetes mellitus. Geneva:
WHO Press; 2014.
v. European Association for the Study of Diabetes (EASD).
EASD clinical practice consensus guidelines for the
management of diabetes, 2018 update. Diabetologia.
2018;61(Suppl 1):S1-S235.

XIV. PENGESAHAN

PENYUSUN MANAJER MUTU HBA1C


Ttd Ttd

(………………) (………………)
Tanggal: 01 Desember 2023 Tanggal: 01 Desember 2023
Disahkan oleh PENANGGUNG JAWAB
DIREKTUR LABORATORIUM HBA1C
Ttd Ttd

(………………) (………………)
Tanggal: 01 Desember 2023 Tanggal: 01 Desember 2023

Anda mungkin juga menyukai