Anda di halaman 1dari 5

The Art of Anggayuniars

HARVEST DREAM
2020

————
Angga Yuniar Santosa
Harvest Dream on Pandemic
ink, acrylic on canvas
150cm x 150cm_2020
Harvesting dream in pandemic

Mimpi selalu memberikan kejutan-kejutan tak terduga.


Membuka pola pikir dan rasa keingintahuan yang baru.
‘Alam bawah sadar di alam mimpi mengontrol penuh, dari
pemenuhan harapan, ketakutan, rasa ingin tahu, sangat
polos.’ (Sigmund Freud, 1914)

Saya memanen mimpi hampir di setiap harinya. Kemudian,


saya menjurnalkan potongan-potongan mimpi tersebut dan
mengambil beberapa bagian yang menurut saya paling
mewakili dari mimpi setiap malamnya. Nah, dari satu
mimpi ke mimpi yang lainnya entah kenapa sering kali
mengalami sebuah kemiripan yaitu dalam hal “Perjuangan
terhadap suatu pencapaian atau keberhasilan terhadap
sesuatu”.

————
Angga Yuniar Santosa
“Theatrical of Dream”
Digital ink, 2020
Dalam masa pandemi, saya harus tetap menghasilkan
sebuah karya baru. Meskipun, ketika melihat ‘storage’
karya yang di sana sudah mulai menumpuk. Adalah suatu
kondisi yang saya anggap ini ternyata sebuah manifestasi
kekaryaan yang luar biasa. Lalu ketika dukungan apresiasi
karya dari luar harus terhenti karena kondisi pandemi yang
terus menggerus nasib perekonomian bangsa ini, saya pun
sebagai seniman saya harus tetap berjuang keras di bidang
kami yaitu dengan tetap berada di rumah untuk
menghasilkan karya yang hebat. Tentunya ini cara kami
agar juga menghentikan penyebaran virus.

Dalam proses penciptaan karya, saya


menemukan elemen kekaryaan pelengkap
ketika saya harus menemani anak saya
bermain. Aktifitas menyuapi makan, biasanya
adalah kegiatan domestik yang membutuhkan
usaha keras saat melakukannya. Apalagi saat
anak mulai sambil memecah pikiran untuk
berlarian kesana-kemari, sangat susah mengatur
pola makan dia. Sedangkan posisi saya adalah
sedang membuat karya. Sempat kaget, ketika
melihatnya tanpa sengaja menumpahkan cat
gesso ke lantai dan kena kipas angin tanpa
sepengetahuan saya dan ibunya.

Akhirnya saya pun timbul ide dengan cara menyuapi dia


sambil dia bermain-main warna di atas papan kayu
kekaryaan saya. Dan di situ kolaborasi saya dengan anak
laki-laki saya menjadi sangat berhasil dan saling
menguntungkan. Di mana dia bebas bermain, saya pun
berhasil untuk membuat dia “anteng” dan mau membuka
mulutnya untuk makan. Di situ saya tergelitik untuk
menuangkan cat-cat dari atas dan ia respon dengan goresan
kuas yang acak. Akhirnya membuat karya itu justru semakin
menarik dari sisi warna, bentuk yang artistik hingga cerita
drama yang terpecahkan pada waktu proses pembuatannya.
Hasilnya adalah saya menuai karya yang melimpah. Saya
rasa ini akan menjadi karya yang luar biasa.

————
Source file from iG: @anggayuniars

Lalu, saya membuka karya-karya saya yang kemarin dan


menjadikannya bahan untuk ia bermain warna. Karena
keseriusan saya dalam berkarya sebelumnya, saya merasa
kurang dalam menciptakan sisi kepolosan dalam diri saya
sudah mulai terkikis. Kini disempurnakan oleh anak saya.
Bukanlah orang tua jika tidak memberikan ‘previlege’
kepada anak sendiri.

Goresan kuas cat serta coretan-coretan bulpen maupun


pensil anak saya sangat menggelitik batin saya. Padahal
Tidak semua seniman membiarkan kanvasnya diganggu oleh
siapapun, mereka sangatlah sensitif dengan hal ini.
Ternyata sangatlah seru ketika saya merespon coretan-
coretan tersebut, saya memperoleh kesegaran terhadap
karya-karya saya.

Saya mencapai ‘beyond’ di atas realitas mimpi saya yang


semakin ‘surreal’ dengan latar belakang semakin abstrak.
Justru saya menemukan kebebasan dalam merespon karya,
di mana dulu sering menemui kebuntuan. Lalu, kini
menjadi sebuah lonjakan pemikiran yang luar biasa ketika
saya mendapati moment kebersamaan dengan anak saya.
Ini adalah ‘Work From Home’ yang sebenarnya.

Saya anggap ini adalah sebuah panen kekaryaan yang luar


biasa. Sebuah titik awal saya mendapatkan kesempurnaan
mimpi dalam menciptakan sebuah karya. Semoga panen ini
juga beriringan dengan kondisi kesehatan dan keuangan
yang mulai membaik.

————
Angga Yuniar Santosa
Picnic on The War Zone
ink, acrylic on canvas
70cm x 100cm 2019
(repainted in 2020)

Anda mungkin juga menyukai