Anda di halaman 1dari 7

Selasa, 30 Desember 2014

Contoh Kritik Seni Lukis dengan Pendekatan Semiotika

“Mimpi Belaka”
Karya Muhammad Galang Irnanda (Galang Koko)
70x60 cm
Mix media pada kanvas
2014

Lukisan berjudul “ Mimpi Belaka” ini merupakan karya seniman muda


Muhammad Galang Irnanda, atau sering disapa dengan nama Galang Koko. Karya
ini dibuat pada tahun 2014 dengan ukuran 70x60 cm, menggunakan mix media yang
terdiri atas cat minyak dan gambar cetak pada kanvas. Lukisan tersebut
menampilkan subject matter seorang manusia. Unsur warna pada subject matter
mengunakan warna ungu muda dan tua. Pada background, terdapat warna putih,
merah tua, merah muda, jingga, biru tua, biru muda, hijau kekuningan, coklat tua,
coklat muda, kuning, dan hitam.
Karya lukisan “Mimpi Belaka” ini merupakan salah satu karya yang
dipamerkan dalam pameran bertajuk “Pekan Wisper Kreatif” yang diselenggarakan
di gedung Wisma Perdamaian, Semarang. Terdapat unsur seni rupa yang lain pada
lukisan tersebut yaitu berupa garis dan tekstur. Jenis garis yang terdapat pada
subject matter adalah garis lengkung atau tak beraturan pada subjek manusia, garis
tipis putus-putus dan garis-garis semu yang tercipta akibat dari pertemuan antara
dua warna atau lebih pada backgraound. Sedangkan tekstur yang digunakan dalam
lukisan ini adalah tekstur kasar/tak rata pada background dan tekstur halus pada
subject matter. Lukisan ini mempunyai keseimbangan asimetris, dan juga terdapat
irama yang dinamis.
Dari segi teknik pembuatan, lukisan ini digarap dengan teknik kolase
(menempel) dan sapuan kuas pada kanvas. Maksudnya, seniman mengambil
gambar print out (gambar cetak) yang dipotong mengikuti pola gambar lalu
ditempelkan pada kanvas. Kemudian pada tepi gambar diberi warna sehingga tidak
terlihat gambar cetak yang tertempel pada kanvas. Background dibuat dengan teknik
sapuan kuas secara ekspresif dengan permainan warna analogus yang dicampur
dengan warna putih sehingga menghasilkan warna-warna yang soft. Warna pada
background dibuat dengan sapuan warna yang tebal denga sedikit
minyak/pengencer sehingga tercipta tekstur yang kasar.
Teknik tersebut bukan merupakan sesuatu hal yang baru. Banyak pelukis-
pelukis di Semarang yang menggunakan teknik tersebut. Selama ini Galang Koko
selalu melakukan eksplorasi media dan teknik. Karya terdahulu Galang Koko selalu
menggunakan media cat akrilik pada kanvas dan kayu dengan gaya ekspresif.
Merasa tidak cocok dengan media tersebut Galang Koko mencoba untuk
menggunakan media cat minyak dengan tenik sapuan kuas yang halus dan
menghasilkan karya yang realistik dan surrealistik. Tak cukup puas dengan hal itu
dia melakukan eksplorasi media dengan teknik mix media, yaitu mencampurkan
beberapa media untuk melukis. Banyak karya Galang koko yang menggunakan
teknik mix media dan teknik kolase antara cat minyak dan berbagai macam media
yang ada di sekitarnya misalnya berupa kayu, seng, ranting pohon, peralatan rumah
tangga, sampah daur ulang ,yang nantinya akan di tempelkan pada kanvas. Hal ini
dilakukan galang koko sebagai upaya untuk pencarian jati dirinya dalam berkarya
seni lukis mengingat dirinya adalah seorang seniman muda.
Subject matter dalam lukisan ini yaitu seorang laki-laki yang terlihat dari
belakang ,hanya memakai celana pendek dan berambut panjang. Dengan posisi
dalam keadaan duduk dengan kepala yang menunduk. Terlihat seseorang yang
sedang merenung, gelisah, dan bingung. Seperti sedang memikirkan atau
menginginkan suatu hal. Perwujudan sosok seorang laki-laki berambut panjang ini
merupakan sosok diri Galang Koko sendiri. Dalam lukisan ini Galang Koko ingin
memperlihatkan seorang pemalas yang mempunyai banyak harapan. Ia ingin
merespons keadaan disekitarnya, bahwa banyak orang yang mempunyai mimpi
untuk mekalukan/memperoleh suatu hal, tapi tidak ada suatu tindakan yang ia
lakukan. Sehingga hal itu hanya menjadi sebatas mimpi dan omong kosong belaka.
Ini merupakan ungkapan perasaan yang dia alami sendiri. Yang menyebabkan
muncul suatu perasaan bingung dan gelisah. Perasaan itu diungkapkan pada
subject matter yang diberi warna ungu muda dan ungu tua. Warna ungu
mengandung makna kegelisahan, murung dan menyerah.
Harapan/mimpi dalam lukisan direpresentasikan dengan background dengan
corak abstrak. Karena pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak,
namun diyakini bahkan terkadang dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud.
Namun ada kalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Harapan
adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan
didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan di waktu yang akan datang.
Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata
dengan cara berdoa atau berusaha. Terdapat warna putih doniman yang keluar dari
kepala sosok manusia tersebut, melambangkan sebuah harapan yang datang dari
pikiran seseorang. Dalam lukisan ini terdapat juga tulisan-tulisan yang berisikan
harapan-harapan yang diinginkannya. Berkenaan dengan itu semua sehingga
muncullah sebuah judul “Mimpi Belaka”. Kata “mimpi” disini merupakan pengganti
dari kata “harapan”. Mimpi tidak hanya terjadi saat orang sedang tidur saja, tapi
mimpi mempunyai beberapa macam jenis yang salah satunya adalah mimpi sebagai
harapan. Dan kata “Belaka” mempunyai makna ”hanya atau sebatas”.
Lukisan yang berjudul “Mimpi Belaka” ini mempunyai nilai estetik yang cukup
tinggi. Dilihat dari peletakan subject matter di bagian bawah dan menyisakan ruang
kosong yang cukup banyak, dan diisi dengan pemberian warna-warna soft.
Sehingga mengarahkan mata apresiator/pengamat kepada subject matter atau
sosok manusia, sebagai point of interest. Judul yang diambil sangat relevan dengan
kontens lukisan tersebut. Lukisan ini mengandung pesan sosial yang sangat baik,
yaitu jika kita memiliki sebuah mimpi atau harapan hendaknya diraih dengan suatu
tindakan yang pasti, agar harapan itu dapat tercapai. Bukan hanya berharap namun
tidak ada tindakan apapun. Dalam lukisan ini terdapat juga kekurangan yaitu
penulisan harapan-harapan yang kurang jelas untuk dibaca. Dan perwujudan
seseorang yang mempunyai harapan tanpa tindakan belum dapat ditangkap oleh
apresiator/ pengamat. Apresiator akan lebih menafsirkan sosok tersebut sedang
meratapi nasib akan suatu musibah yang ditimpanya. Dilihat dari teknik dan media
yang digunakan karya lukis ini bergaya kontemporer. Dapat ditengarahi bahwa
lukisan ini merupakan lukisan yang cukup bagus karena mengandung pesan yang
baik untuk disampaikan kepada masyarakat namun kurang komunikatif dalam
penyampaian pesannya.
Air Mineral Air Sungai

Air Laut Air Pam

Anda mungkin juga menyukai