Anda di halaman 1dari 8

PENGELOLAAN SAMPAH

“Memahami Aspek Manajemen dan Peraturan Perundangan Dalam Pengelolaan


Sampah”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6

NUR FAJRIATI KHAIRUNNISA P21335122057


SALIM SUDHARMA P21335122070
SUNNY TRIASTUTI P21335122075
ZAKI FIRJATULLAH P21335122081

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA 2 PRODI D IV


SANITASI
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN 2023
A. Pengertian dan Konsep Menajemen
Manajemen adalah proses yang berorientasi pada tujuan: Suatu organisasi memiliki
serangkaian tujuan dasar yang merupakan alasan dasar keberadaannya. Manajemen menyatukan
upaya individu yang berbeda dalam organisasi untuk mencapai tujuan ini.
Proses berarti fungsi atau kegiatan utama yang dilakukan manajemen untuk menyelesaikan
sesuatu. Fungsi-fungsi ini adalah perencanaan, pengorganisasian, kepegawaian, pengarahan dan
pengendalian. Beberapa definisi umum manajemen yang diberikan oleh penulis dan pemikir
terkenal adalah:
1. Menurut Harold Koontz dan Heinz Weihrich, Manajemen adalah proses merancang dan
memelihara lingkungan di mana individu, yang bekerja bersama dalam kelompok, secara efisien
mencapai tujuan yang dipilih.
2. Menurut Robert L. Trewelly dan M. Gene Newport, Manajemen didefinisikan sebagai
proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengendalian operasi organisasi untuk
mencapai koordinasi sumber daya manusia dan material yang penting dalam pencapaian tujuan
yang efektif dan efisien.
3. Menurut Kreitner, “Manajemen adalah proses bekerja dengan dan melalui orang lain untuk
secara efektif mencapai tujuan organisasi dengan secara efisien menggunakan sumber daya yang
terbatas dalam lingkungan yang berubah.

B. Aspek-Aspek Manajeman dalam Pengelolaan Sampah


Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Sistem pengelolaan
sampah diatur dalam UU No.18 tahun 2008. Tujuan pengelolaan sampah adalah meningkatkan
kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Sistem pengelolaan sampah terdiri atas aspek teknis dan non teknis. Kedua aspek tersebut saling
berkesinambungan dan perlu dijalankan secara selaras untuk terciptanya sistem pengelolaan
sampah yang baik. Dalam pengelolaan sampah perkotaan, terdapat 5 subsistem yaitu Aspek
Operasional, Aspek Hukum dan peraturan, Aspek Pembiayaan, Aspek Kelembagaan, dan Aspek
Peran Serta Masyarakat.

1. Aspek Operasional
Aspek operasional pengelolaan sampah yaitu tindakan terhadap sampah mulai dari pewadahan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan hingga pembuangan. Tindakan terhadap sampah
dilakukan secara terpadu dengan adanya pemilahan sejak dari sumber yang didasarkan pada SNI
19- 3964-1994. Pewadahan dan pengumpulan sampah dihitung dengan perhitungkan dengan ratio
jumlah sampah yang ditampung dan waktu pengankutan. Pengangkutan sampah dapat
dioptimalkan dengan menghitung jumlah trip maksimal yang bisa dilakukan dengan sarana
prasarana yang ada. Peningkatan kualitas aspek operasional juga dipengaruhi oleh kinerja
pengelola dan pekerja yang memiliki sumber daya di bidang tersebut.

2. Aspek Pembiayaan
Aspek pembiayaan pengelolaan sampah kota secara ideal dihitung berdasarkan biaya investasi,
biaya operasi dan pemeliharaan, biaya manajemen, biaya untuk pengembangan, serta biaya
penyuluhan dan pembinaan masyarakat (Damanhuri, 2011). Aspek pembiayaan merupakan aspek
penting dalam pengelolaan sampah. Sumber pembiayaan pengelolaan sampah berasal dari APBD
dan dana retribusi. Melalui studi di Kabupaten Gowa, tidak seluruh pihak membayar retribusi
pengelolaan sampah dengan baik. Dari total 100 responden yang terbagi kedalam tiga kelompok
yaitu masyarakat, pemerintah dan swasta, 51% pihak membayar retribusi dengan baik untuk
pengelolaan sampah (Tato, 2015). Biaya transportasi pengangkutan sampah di kota- kota besar
Indonesia memiliki presentase tertinggi dalam aspek pembiayaan yaitu sekitar 35,5%-76,3%.
Biaya ini lebih besar dibandingkan dengan biaya pewadahan dan biaya pengolahan yang sebesar
0,01% - 0,84%.

3. Aspek Kelembagaan
Aspek kelembagaan berisi pihak-pihak yang turut campur dalam pengelolaan sampah. Dalam
pengelolaan sampah, kelembagaan memiliki peran sebagai pengatur, pengawas, pembina,
pengontrol, pendambing, dan pihak penanganan sampah. Lembaga formal atau pemerintah, di
Indonesia merupakan Dinas Lingkungan Hidup (DLH), menjalankan peran pengtur, pengawas dan
pembinaan. Pihak-pihak informal seperti pendaur ulang, organisasi masyarakat, pemulung
memiliki peran yang dapat membantu berjalannya masing-masing aspek pengelolaan. Dalam
pengelolaan sampah terdesentralisasi, tingkat keefektifan pengelolaan sampah dipengaruhi oleh
hubungan baik antara sector informal dan formal.
4. Aspek Hukum
Aspek hukum merupakan tumpuan pelaksanaan pengelolaan sampah. Peraturan mengenai
pengelolaan sampah di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008. Tata-cara
pengelolaan sampah perkotaan bertumpu pada SNI 19-3964- 1994. Sistem pembayaran dan
besarnya retribusi pengelolaan sampah disesuaikan pada peraturan daerah masing-masing yang
mengatur. Aspek hukum harus meliputi seluruh kegiatan yang mencakup pengelolaan mulai
operasional hingga sanksi pelanggaran. Dalam studi kasus di Sao Paolo, Brazil, kurangnya
pengetahuan pengelola sampah terhadap undang-undang yang berlaku menimbulkan kesalahan
penanganan terhadap sampah, pada kasus ini adalah sampah medis. Instrumen pemerintah yang
ada disosialisasikan kepada para tenaga medis baik baru maupun lama. Pelatihan juga diperlukan
agar pengelola tidak salah dalam menginterpretasikan maksud dari instrument.

5. Aspek Peran serta Masyarakat


Peran serta masyarakat dan sistem pengelolaan formal membentuk keseimbangan perilaku dalam
sistem pengelolaan persampahan dan tidak mencampur-adukkan peran serta masyarakat kedalam
peran institusi formal dalam aspek pengelolaan. Pada studi di Xiamen, China, peran serta
masyarakat dalam pengelolaan sampah ditentukan oleh beberapa factor kunci. Penyampaian
informasi yang baik kepada masyarakat memberikan respon positif terhadap tingkat partisipasi.
Faktor lain yang berpengaruh adalah motivasi sosial, pelayanan operasional, fasilitas penyampaian
yang efektif dan kelembagaan.

C. Undang-Undang Pengelolaan sampah


Pengelolaan sampah diatur dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2008. Undang-Undang
Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah disahkan pada tanggal 7 Mei 2008 di Jakarta
oleh Presiden Doktor Haji Susilo Bambang Yudhoyono. UU 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69 setelah
diundangkan pada tanggal 7 Mei 2008.
Pokok kebijakan dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
mengatur tentang penyelenggaraan pengelolaan sampah secara terpadu dan komprehensif,
pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan wewenang Pemerintah dan
pemerintahan daerah untuk melaksanakan pelayanan publik. Pengaturan hukum pengelolaan
sampah dalam UU 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah ini berdasarkan asas tanggung
jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas
keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi.
C.1 Latar Belakang
Pertimbangan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah adalah:
•bahwa pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan
bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang semakin beragam;
•bahwa pengelolaan sampah selama ini belum sesuai dengan metode dan teknik pengelolaan
sampah yang berwawasan lingkungan sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan
masyarakat dan lingkungan;
•bahwa sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan
secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi,
sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat;
•bahwa dalam pengelolaan sampah diperlukan kepastian hukum, kejelasan tanggung jawab dan
kewenangan Pemerintah, pemerintahan daerah, serta peran masyarakat dan dunia usaha sehingga
pengelolaan sampah dapat berjalan secara proporsional, efektif, dan efisien;
•bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan
huruf d perlu membentuk Undang-Undang tentang Pengelolaan Sampah;

C.2 Dasar Hukum


Dasar hukum Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah adalah
Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 33 ayat (3) dan ayat (4) Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

C.3 Penjelasan Umum Undang-Undang Pengelolaan Sampah


Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi
mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola konsumsi masyarakat
memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang semakin beragam, antara lain,
sampah kemasan yang berbahaya dan/atau sulit diurai oleh proses alam.
Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak
berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola
sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan,
diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. Padahal, timbunan sampah dengan
volume yang besar di lokasi tempat pemrosesan akhir sampah berpotensi melepas gas metan (CH4)
yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan
kontribusi terhadap pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat terurai melalui proses alam
diperlukan jangka waktu yang lama dan diperlukan penanganan dengan biaya yang besar.
Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan
dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang sampah
sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk
energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah dilakukan dengan
pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi
menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu pada fase produk sudah digunakan sehingga menjadi
sampah, yang kemudian dikembalikan ke media lingkungan secara aman. Pengelolaan sampah
dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah.
Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang,
sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan,
pengolahan, dan pemrosesan akhir.
Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan
hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Amanat
Undang-Undang Dasar tersebut memberikan konsekuensi bahwa pemerintah wajib memberikan
pelayanan publik dalam pengelolaan sampah. Hal itu membawa konsekuensi hukum bahwa
pemerintah merupakan pihak yang berwenang dan bertanggung jawab di bidang pengelolaan
sampah meskipun secara operasional pengelolaannya dapat bermitra dengan badan usaha. Selain
itu organisasi persampahan, dan kelompok masyarakat yang bergerak di bidang persampahan
dapat juga diikut sertakan dalam kegiatan pengelolaan sampah.
Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah secara terpadu dan komprehensif,
pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan wewenang Pemerintah dan
pemerintahan daerah untuk melaksanakan pelayanan publik, diperlukan payung hukum dalam
bentuk undang-undang. Pengaturan hukum pengelolaan sampah dalam Undang-Undang ini
berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran,
asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi.
Berdasarkan pemikiran sebagaimana diuraikan di atas, pembentukan Undang-Undang ini
diperlukan dalam rangka:
• kepastian hukum bagi rakyat untuk mendapatkan pelayanan pengelolaan sampah yang
baik dan berwawasan lingkungan;
• ketegasan mengenai larangan memasukkan dan/atau mengimpor sampah ke dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
• ketertiban dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah;
• kejelasan tugas, wewenang, dan tanggung jawab Pemerintah dan pemerintahan daerah
dalam pengelolaan sampah; dan
• kejelasan antara pengertian sampah yang diatur dalam Undang-Undang ini dan pengertian
limbah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
D. Peraturan Pemerintah Tentang Pengelolaan Sampah
Berbeda dengan jenis sampah rumah tangga dan sampah sejenis Sampah rumah tangga yang
pengelolaannya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, pengaturan
Pengelolaan Sampah Spesifik jauh lebih kompleks dan beragam. Pasal 2 ayat (4) Undang- Undang
Nomor 18 Tahun 2OO8 tentang Pengelolaan Sampah menyebutkan bahwa Sampah Spesifik terdiri
atas: Sampah yang Mengandung 83, Sampah yang Mengandung Limbah 83, Sampah yang Timbul
Akibat Bencana, Puing Bongkaran Bangunan, Sampah yang Secara Teknologi Belum Dapat
Diolah, dan/atau Sampah yang Timbul Secara Tidak Periodik.

Sampah Spesifik merupakan timbulan Sampah yang perlu penanganan secara spesifik, baik karena
karakteristiknya, volumenya, frekuensi timbulnya ataupun karena faktor lainnya yang memerlukan
cara penanganan yang tidak normatif berurutan, tetapi memerlukan suatu metodologi yang hanya
sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. OIeh karena itu, penyelenggaraan pengelolaannya tidak
dapat dilakukan secara seragam yang berlaku untuk semua jenis Sampah Spesifik, melainkan perlu
dilakukan pengenalan yang mendalam dari setiap jenis Sampah Spesifik dan demikian pula perlu
pendekatan tersendiri dalam pengelolaannya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Pengelolaan
Sampah Spesifik jug, didasarkan pada dua pendekatan utama yaitu: pengurangan yang mencakup
pembatasan, pendauran ulang dan pemanfaatan kembali, serta penanganan yang meliputi kegiatan
pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir. Namun karena
adanya perbedaan dari masingmasing jenis Sampah Spesifik yang cukup signifikan, maka
penyelenggaraan pengelolaan jenis Sampah Spesifik tersebut diatur dalam
pasal dan ayat yang berlainan. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
tersebut, dalam setiap pengelolaan jenis Sampah Spesifik, diupayakan acianya tahap pengurangan
ataupun pembatasan, kecuali untuk jenis Sampah yang Timbul Akibat Bencana. Demrkian pula
untuk tahap pemanfaatan kcmbali dalam rangka mengurangi beban lingkungan dan efisiensi
penda5,6lgunaan sumber daya alamjuga didorong agar dilakukan, namun untuk jenis Sampah yang
Mengandung 83 dan/atau Sampah yang Mengandung Limbah 83 perlu dilakukan secara tersendiri
sesuai dengan ketentuan peraturan pel'undang-undangan.

E. Peraturan Daerah Tentang Pengelolaan Sampah


Peraturan Daerah merupakan salah satu jenis Peraturan Perundang-undangan dan merupakan
bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila. Pada saat ini Peraturan Daerah
mempunyai kedudukan yang sangat strategis karena diberikan landasan konstitusional yang jelas
sebagaimana diatur dalam Pasal 18 Ayat (6) UUD RI Tahun 1945.
Peraturan Daerah dan peraturan-peraturan lain berhak ditetapkan oleh Pemerintah Daerah untuk
melaksanakan otonomi daerah dan tugas pembantuan sesuai dengan ketentuan Pasal 18 ayat (6)
UUD R1 Tahun 1945.
Kementerian Dalam Negeri sebagai kementerian penyelenggara urusan pemerintahan dalam
negeri, menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Tentang Pedoman Pengelolaan Sampah,
yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 yang memberikan wewenang
kepada Pemerintah Daerah untuk menetapkan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Sampah.
Pasal 44 Ayat (2) perintah yang bersifat tegas untuk menetapkan Peraturan Daerah tentang
pengelolaan sampah, dengan minimal muatan yang diatur sebagai berikut:
• Pengurangan dan penanganan;
• Lembaga pengelola;
• Hak dan kewajiban;
• Perizinan
• Insentif dan desinsentif;
• Kerjasama dan kemitraan;
• Rotribusi;
• Pembiayaan dan kompensasi;
• Peran masyarakat;
• Mekanisme pengaduan dan penyelesaian sengketa;
• Pengawasan dan pengendalian
• Larangan dan sanksi.
Untuk wilayah Ibukota Jakarta pengelolaan sampah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 03
Tahun 2013. Peraturan ini terdiri dari 25 Bab dan 139 Pasal, dalam peraturan ini dijelaskan bahwa
sampah merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi banyak kota di seluruh dunia termasuk
kota Jakarta. Semakin bertambah jumlah penduduk dan aktivitasnya, maka volume sampah terus
meningkat. Perubahan pola konsumsi masyarakat semakin beragam pula sampah yang dihasilkan.
Akibatnya, untuk mengatasi sampah diperlukan biaya yang tidak sedikit dan lahan yang
semakin luas. Di samping itu, tentu saja sampah membahayakan kesehatan dan lingkungan jika
tidak dikelola dengan baik. Pengelolaan sampah dimaksudkan agar sampah tidak membahayakan
kesehatan manusia dan tidak mencemari lingkungan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk
memperoleh manfaat bagi kesejahteraan. Hal ini didasari oleh pandangan sebagian warga
masyarakat bahwa sampah merupakan sumber daya yang masih bisa dimanfaatkan dan bahkan
memiliki nilai ekonomi. Pandangan tersebut muncul seiring dengan semakin langkanya sumber
daya alam dan semakin rusaknya lingkungan.
Pengelolaan sampah mutlak dilakukan mengingat dampak buruk yang ditimbulkan bagi kesehatan
dan lingkungan. Sampah tempat berkembang biak organisme penyebab dan pembawa penyakit.
Sampah juga mencemari lingkungan dan mengganggu keseimbangan lingkungan. Oleh karena itu,
pemerintah di berbagai belahan dunia berupaya menangani sampah walaupun dengan biaya yang
tidak sedikit. Pengelolaan sampah di Provinsi DKI Jakarta belum dilaksanakan secara terpadu
sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 1988 tentang Kebersihan Dalam
Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Sampah dari berbagai sumber baik dari rumah tangga,
pasar, industri, dan lain-lain, langsung diangkut menuju Tempat Penampungan Sementara (TPS)
tanpa melalui proses pemilahan dan penanganan terlebih dahulu. Dari TPS, sampah diangkut
menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) untuk kemudian ditimbun. Pengelolaan sampah
tersebut menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, tidak
berwawasan lingkungan karena menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan
lingkungan.
Mengingat dampak negatif yang ditimbulkan sampah bagi kesehatan dan lingkungan, maka
sampah harus dikelola dengan baik melalui pengelolaan secara komprehensif dan terpadu dari hulu
ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, kesehatan masyarakat, dan aman bagi
lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat terhadap kebersihan lingkungan dalam
rangka mewujudkan kota Jakarta yang bersih terhindar dari timbulan sampah. Untuk itu,
Pemerintah Daerah bersama-sama masyarakat melakukan pemilahan dan penanganan sampah
sehingga timbulan sampah berkurang sebelum dibuang ke TPST dan/atau TPA. Perubahan
pengelolaan sampah tersebut membawa konsekuensi hukum kepada Pemerintah Daerah yang
diberikan tugas dan wewenang oleh Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah untuk memenuhi hak masyarakat dan memfasilitasi kewajiban masyarakat dalam
melaksanakan pengurangan dan penanganan sampah dengan cara 3R, yaitu reduce (mengurangi
volume), reuse (menggunakan kembali), dan recycle (mendaur ulang). Di dalam pengelolaan
sampah tidak saja diperlukan aspek peran serta aktif masyarakat, melainkan aspek peraturan
sebagai dasar hukum, aspek teknis operasional, aspek organisasi dan manajemen, serta aspek
pembiayaan. Kelima aspek tersebut dalam satu sistem pengelolaan sampah secara komprehensif
dan terpadu, maka diperlukan kepastian hukum, kejelasan tanggung jawab dan kewenangan
Pemerintah Daerah, hak dan kewajiban masyarakat dan pelaku usaha sehingga pengelolaan
sampah dapat berjalan secara proporsional, efektif, dan efisien. Untuk itu, diperlukan Peraturan
Daerah tentang Pengelolaan Sampah.
Daftar Pustaka
Yulia Hendra. 2016. Perbandingan Sistem Pengelolaan Sampah di Indonesia dan Korea selatan

E-Journal Dipo Gita. 2019. Tinjauan Pemilahan Sampah

UU No. 18 Tahun 2018

Peraturan daerah DKI Jakarta No. 3 tahun 2013

Anda mungkin juga menyukai