Anda di halaman 1dari 10

Manajemen IKM, September 2023 (170-179) Vol. 18 No.

2
ISSN 2085-8418; EISSN 2622-9250 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/

Strategi Pengembangan Pada Produk Inovasi Biskuneo


(Studi Kasus: Tenant Badan Riset Inovasi Nasional)

Development Strategy for Biskuneo Product Innovation (Case Study: Tenant Of The National
Research and Innovation Agency)

Eka Novah Yuanto1*, Sapta Raharja2#, dan Mimin Aminah3#

Program Magister Pengembangan IKM, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor


1

Jl. Raya Pajajaran, Kampus IPB Baranangsiang, Bogor 16144


2 Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Jl. Kamper Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680


3 Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Jl. Kamper Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680

ABSTRAK

Biskuneo adalah salah satu produk inovasi hasil dari penelitian Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN)
dalam upaya menemukan strategi komersialisasi yang tepat dan berdasarkan permintaan dari pasar untuk
mendukung kebutuhan industri. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi strategi pengembangan pada produk inovasi Biskuneo (2) menyusun
penerapan model bisnis canvas produk inovasi Biskuneo terhadap pengembangan bisnisnya. Metode
model bisnis kanvas digunakan untuk memetakan kondisi produk Biskuneo, diikuti analisis deskriptif dan
kuantitatif yang terdiri dari matriks internal factor evaluation (IFE), matriks external factor evaluation (EFE),
matriks internal-external (IE), matriks strengths, weaknesses, opportunities, and threats (SWOT). Hasil
perhitungan IFE adalah 2,339 dan hasil perhitungan EFE adalah 2,580 yang dipetakan dalam matriks IE di
sel V, menunjukkan bahwa Biskuneo berada pada posisi tumbuh dan berkembang. Penentuan strategi
pada matriks SWOT berada pada kuadran I (strategi SO) yaitu produk memiliki peluang dan kekuatan
besar sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Dengan rekomendasi strateginya adalah strategi
agresif/progresif.

Kata kunci: Biskuneo, model kanvas, SWOT analisis

ABSTRACT

Biskuneo is one of the innovative products resulting from research by the National Innovation
Research Agency (BRIN) to find the right commercialization strategy based on market demand to support
industry needs. The aims of this study were (1) to identify internal and external factors that influence the
development strategy of Biskuneo innovation products and (2) to compile the application of the Biskuneo
innovation product canvas business model to business development. The canvas business model method
is used to map the condition of Biskuneo products, followed by a descriptive and quantitative analysis
consisting of an internal factor evaluation matrix (IFE), an external factor evaluation matrix (EFE), an
internal-external matrix (IE), a matrix of strengths, weaknesses, opportunities, and threats (SWOT). The
IFE calculation result is 2.339 and the EFE calculation result is 2.580 which is mapped in the IE matrix in
cell V, indicating that Biskuneo is in a position to grow and develop. Strategy determination in the SWOT
matrix is in quadrant I (SO strategy), namely the product has great opportunities and strengths so that it
can take advantage of existing opportunities. The recommended strategy is an aggressive/progressive
strategy.

Key words: Biskuneo, canvas model, SWOT analysis

________________
*) Korespondensi:
Perumahan Pinang Griya Permai Jl. Bougenville Blok B17 No D849, Pinang, Tangerang, Banten; email: nova.eka27@gmail.com
Strategi Pengembangan Produk Inovasi Biskuneo 171

PENDAHULUAN berkelanjutan. Berbagai cara dilakukan untuk bisa


mendorong pertumbuhan perusahaan rintisan.
Upaya pemerintah untuk mendorong Salah satu caranya adalah dengan membentuk
peningkatan ekonomi dilakukan dari berbagai inkubator bisnis sebagai wadah untuk menumbuh
aspek. Salah satunya adalah aspek peningkatan kembangkan perusahaan rintisan baru.
produktivitas dari sisi hulu, yang antara lain Dietrich et al. (2010) inkubator bisnis diarti-
dikontribusikan melalui pengembangan ilmu kan sebagai organisasi yang membantu menum-
pengetahuan dan teknologi. Konsep penerapan buhkan dan mengembangkan perusahaan yang
ilmu pengetahuan dan teknologi diwujudkan baru yang diajukan oleh tenant dengan memberi-
pemerintah melalui upaya hilirisasi maupun kan berbagai macam layanan komperhensif dan
komersialisasi. Hasil invensi teknologi yang telah terpadu, yaitu: (1) incubator space, dapat berupa
dihasilkan baik dari lembaga penelitian, pengem- kantor, manufaktur, laboratorium atau penjualan
bangan, pengkajian, dan penerapan maupun hasil secara fleksibel, terjangkau dan bersifat sementara;
invensi yang berasal dari akar rumput di (2) common space, fasilitas yang diberikan kepada
masyarakat. Tanpa komersialisasi, invensi yang tenant seperti ruang pertemuan, lobi resepsi, dan
dihasilkan tidak akan memberikan kontribusi kantin; (3) common service, seperti dukungan
terhadap perekonomian bangsa. Oleh sebab itu, kesekretariatan dan pengguna peralatan kantor
proses komersialisasi perlu mendapat perhatian secara bersama-sama; (4) hands-on counseling,
khusus demi meningkatkan iklim ekosistem bantuan konseling secara intens dan akses bantuan
inovasi yang positif. khusus; (5) bantuan dalam mencari dan memper-
Menurut data Global Competitiveness Index oleh pembiayaan bisnis atau bahkan menyediakan
pada tahun 2023, Indonesia masih menempati beberapa tingkat pembiayaan untuk klien.
urutan ke-34 dari 64 negara. Bila dilihat lebih rinci, Hasbullah et al. (2014) menjelaskan bahwa
pilar ekosistem inovasi termasuk aspek yang ma- inkubator bisnis telah berperan dalam meningkat-
sih dinilai rendah. Pemerintah terus mendorong kan kinerja bisnis rintisan bidang pangan, dimana
proses komersialisasi invensi-invensi yang telah bisnis rintisan tersebut terdapat peningkatan
dihasilkan pada tahapan riset. Proses komersiali- jumlah omzet, peningkatan jumlah tenaga kerja,
sasi sendiri dapat ditempuh dengan berbagai cara. peningkatan jumlah legalitas usaha, peningkatan
Salah satunya dengan mendorong terciptanya akses ke sumber modal dalam satu tahun. Pada
perusahaan perusahaan rintisan baru yang tahun 2017 pemerintah telah mengeluarkan
berfungsi sebagai kendaraan untuk mengantar Peraturan Presiden (Perpres) No. 106 tahun 2017
hasil invensi dari lingkungan riset ke pasar yang (BPK, 2017) tentang Kawasan Sains dan Teknologi
sesungguhnya. (Science Techno Park). Kawasan sains dan teknologi
Tumbuhnya perusahaan rintisan/startup di merupakan wahana yang mendorong pertumbuh-
Indonesia mengalami pasang surut yang dinamis. an ekonomi secara berkelanjutan melalui
Artinya dibalik pertumbuhan beberapa perusaha- pengembangan, penerapan ilmu pengetahuan dan
an rintisan yang tampak signifikan ada juga teknologi, dan pertumbuhan perusahaan rintisan.
kegagalan yang menimpa para pelaku perusahaan Sebagai implemetasi dari perpres tersebut, di
rintisan. Menurut Timmons (1990) Telah diperkira- beberapa daerah di Indonesia telah dibentuk
kan bahwa 40% dari bisnis rintisan gagal ditahun Kawasan Sains dan Teknologi, baik atas peran
pertamanya dan 90% gagal selama 10 tahun. Pemerintah, Perguruan Tinggi, maupun Swasta.
Tantangan sangat berat bagi pemilik Beberapa di antaranya adalah Solo Techno Park di
perusahaan rintisan pada tahap siklus awal ini kota Surakarta, Bandung Techno Park di Kota
karena kurangnya dana. Menurut Pena (2004) Bandung, Pekalongan Techno Park di Kota
human capital dari pemilik perusahaan rintisan Pekalongan, Puspiptek Sains dan Techno Park ada
mempengaruhi kelangsungan hidup bisnis. di Kota Tangerang Selatan.
Kejadian ini berhubungan secara spesifik dengan Inkubator bisnis yang telah ada sejak 2001
teori-teori seperti Model Siklus Hidup Bisnis yang yang berada di dalam Kawasan Sains dan
dikembangkan oleh Churchill dan Lewis (1983) Teknologi Puspiptek Serpong telah melakukan
atau Greiner’s Growth Model (Morris et al., 2008). pendampingan terhadap produk produk hasi riset,
Pertumbuhan perusahaan rintisan/startup di maupun perusahaan rintisan dari peruguruan
Indonesia harus didukung dengan infrastruktur tinggi di sekitar kawasan Puspiptek.
digital yang mumpuni agar pertumbuhannya

YUANTO ET AL Manajemen IKM


172 Strategi Pengembangan Produk Inovasi Biskuneo

Salah satu tenant yang sedang didampingi produk, lembaga kesehatan seperti RS Sari Asih,
inkubator bisnis di Puspiptek adalah PT XYZ yang prodia dan juga pendamping produk inkubator
memiliki produk Biskuneo. Biskuneo adalah salah bisnis. Pengisian kuesioner juga dilakukan melalui
satu produk inovasi pangan darurat bencana. Satu Google Form kepada 20 orang. Responden pada
bungkus Biskuneo (500 gram) bernilai 260 kal analisis matriks IFE, EFE, IE, SWOT, berjumlah
dengan kandungan vitamin dan mineral yang lima orang yang terdiri dari satu orang peneliti
dapat memenuhi 80% angka kecukupan gizi produk, dua orang dokter dari RS Sari Asih, satu
(AKG). Sebagai perusahaan rintisan PT XYZ perlu orang dokter prodia dan satu orang dari inkubator
membuat strategi untuk mengembangkan hal-hal bisnis BRIN.
baru atau dengan cara-cara baru untuk Narasumber pada penelitian ini dipilih
memasarkan produknya, dengan modal utamanya dengan sengaja (purposive sampling), yaitu memilih
adalah SDM, ide, kretifitas, dan inovasi. PT XYZ pakar yang kompeten dan terlibat langsung dalam
dalam menjalankan proses bisnisnya masih kurang pengawasan/penerapan/pembinaan/penelitian
efektif terutama dari sisi penjualan oleh karena itu produk Biskuneo. Penetapan narasumber sebagai
diperlukan strategi pengembangan. Harapannya seorang pakar berdasarkan pada (1) reputasi,
PT XYZ dapat meningkatkan penjualan, nilai kedudukan dan kredibilitasnya menurut topik
perusahaan serta pendapatan. Kondisi inilah yang kajian; (2) bersedia diwawancara secara men-
mengharuskan PT XYZ mengikuti program dalam; dan/atau (3) memiliki pengalaman minimal
inkubasi bisnis di kawasan Puspiptek agar mampu 10 tahun di bidang yang ditekuni.
bersaing dengan perusahaan rintisan lainnya. Data dalam penelitian ini terdiri dari data
Center Of Strategy & Evaluation Services (CSES, 2002) primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari
melakukan studi bahwa kelangsungan hidup identifikasi dan jawaban individual responden
perusahaan yang mengikuti program inkubasi terkait penelitian. Data sekunder merupakan data
jauh lebih tinggi 80% hingga 90% masih ada setelah yang diperoleh dari informasi lain, seperti
lima tahun dari pada yang tidak ikut serta dalam dokumen produk Biskuneo, jurnal ilmiah, dan data
program inkubasi. hasil penelitian sejenis. Pengolahan data akan
Tujuan utama dari penelitian ini adalah dilakukan dengan program MS Office Excel untuk
merumuskan strategi pengembangan usaha PT analisis matriks IFE, EFE, dan IE. Pengembangan
XYZ dan tujuan spesifik penelitian adalah: model bisnis menggunakan BMC.
1. Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal
yang mempengaruhi pengembangan usaha PT HASIL DAN PEMBAHASAN
XYZ.
2. Menyusun penerapan model bisnis kanvas di Analisa PESTEL menurut Abdullah (2009)
usaha PT XYZ terhadap pengembangan strategi mendeskripsikan analisa PESTEL sebagai alat yang
bisnis. berguna untuk mengerti ‘gambaran besar’ dari
sebuah lingkungan tempat sebuah per-usahaan
METODE PENELITIAN beroperasi. Analisa PESTEL juga dapat digunakan
untuk mencari tahu kesempatan dan ancaman
Penelitian dilakukan melalui obesrvasi dan yang ada di lingkungan tersebut. Dengan begitu,
wawancara. Yaitu mengunjungi secara langsung perusahaan dapat mengambil kesempatan yang
laboratorium di Kawasan Puspiptek Serpong ada serta mengurangi ancaman yang ada. Analisa
Gedung 720. Pengambilan data dilakukan selama PESTEL memiliki kerangka yang mudah
tiga bulan, yaitu mulai dari Juni 2023 sampai dimengerti sehingga mudah digunakan untuk
Agustus 2023. Metode yang digunakan dalam menganalisa suatu masalah, ini merupakan
penelitian ini adalah memetakan kondisi produk kelebihan yang dimiliki oleh analisa PESTEL.
Biskuneo dengan analisis Political, Economic, Selain itu, analisa PESTEL juga mencakup berbagai
Sociocultural, Technology, Legal, and Environmental fungsi keahlian.
(PESTEL) dan melakukan analisis deskriptif Dalam buku ‘What is the PESTLE Analysis’
kuantitatif atas matriks internal factor evaluation oleh Paul Newton (2014), disebutkan bahwa semua
(IFE), external factor evaluation (EFE) internal- organisasi atau perusahaan harus mengidentifikasi
external (IE), strenghts, weaknesses, opportunities, and faktor-faktor eksternal yang ada dalam lingkung-
threats (SWOT) dan Business Model Canvas (BMC). annya dan kemungkinan dapat mempengaruhi
Identifikasi kondisi produk Biskuneo kegiatan operasional perusahaan. Dalam proses-
dilakukan melalui wawancara kepada peneliti nya, identifikasi faktor-faktor ini harus dilakukan

Vol. 18 No. 2 September 2023


Strategi Pengembangan Produk Inovasi Biskuneo 173

melalui berbagai disiplin ilmu. Dengan begitu, Analisis Kompetisi


diharapkan bahwa perusahaan akan mendapatkan Analisis kompetisi adalah proses mengiden-
gambaran besar dari seluruh faktor eksternal tifikasi pesaing dan menganalisis strategi bisnis
tersebut untuk melakukan riset dan analisa lebih untuk menentukan kekuatan dan kelemahan
lanjut mengenai dampaknya. relatif terhadap bisnis atau penawaran. Dengan
kata sederhana, analisis pesaing (juga disebut
Tabel 1. Analisis PESTEL analisis kompetitif) adalah proses:
Dimensi Kondisi Saat Ini & Tren Dampak - Mengidentifikasi siapa pesaing kita, termasuk
Perubahan Kedepan Terhadap Bisnis
pesaing saat ini dan calon pesaing.
Teknologi Penerapan teknologi Penguasaan
pada biskuit fungsional Teknologi yang - Menganalisis strategi bisnis. Strategi bisnis
Biskuneo sepenuhnya dimiliki sendiri mencakup strategi perusahaan dan kompetitif
dilakukan oleh tim riset oleh BRIN dan jangka panjang dan pendek.
BRIN dan terus melaku- proses produksi
- Identifikasi peluang dan ancaman: Motif
kan pengembangan sangat mendu-
produk sesuai dengan kung terhadap analisis pesaing adalah untuk menganalisis
perubahan kondisi yang pengembangan kekuatan dan kelemahan pesaing, mem-
ada dan sudah siap bsinsi bandingkannya dengan strategi sendiri, dan
produksi
mengidentifikasi peluang dan ancaman.
Pasar Di masa endemi, ben- Potensi pasar yang
cana alam yang selalu besar dan men- Kompetitor yang dipilih dalam analisis
mengintai serta kebu- dukung penjualan kompetisi ini adalah tiga produk merek biskuit
tuhan akan makanan produk Biskuneo yang sudah beredar di masyarakat, adalah :
yang bergizi siap saji
- Biskuit Roma Kelapa 300 gr, merupakan
maka pasar akan tebuka
terhadap Biskuneo makanan ringan yang sehat dan bergizi vitamin
Ekonomi Nilai tukar rupiah untukBahan baku dari B1, B2, B6, B12 dan E, mengandung antioksidan
pengadaan bahan baku dalam negeri dan BHA dari minyak nabati. Produk dibawah
dan pertumbuhan pertumbuhan eko-
perusahaan besar bidang makanan PT Mayora
ekonomi nomi Indonesia
yang diprediksi
Tbk yang dijual pada harga Rp6.000.
akan mulai - Biskuat Original 140 gr, Biskuit enak dan
membaik menyehatkan, mengandung Enermaxx yang
Sosial Perilaku masyarakat Biskuit Biskuneo terdiri dari sembilan vitamin (A, B1, B2, B3, B5,
Budaya tentang kepraktisan merupakan cami-
produk, tentang lan sehat, higienis
B6, B12, D & E) dan enam mineral (Kalsium,
kehigienisan, dan dan praktis se- Magnesium< besi, Fosfor, Zinc & Iodine).
camilan sehat hingga produk Produk dibawah PT Mondelez Indonesia
sesuai dengan bagian dari Mondelez International yang dijual
sosial budaya
yang terjadi di
pada harga Rp8.500.
masyarakat - Belvita Milk & Sereal 80 gr, Biskuit sarapan per-
Politik/ Policy TKDN, Proteksi Dengan adanya tama di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan
Hukum perlindungan produk kebijakan peme- sarapan bernutrisi, lezat dan praktis. Mengan-
dalam negeri, Izin edar rintah dan izin
dung 5 vitamin yaitu A, B1, B2, B3, D dan 3
BPOM edar yang telah
didapat, Biskuneo mineral yaitu kalsium, besi dan zinc. Produk
mendapat du- dibawah PT Mondelez Indonesia bagian dari
kungan dalam Mondelez International yang dijual pada harga
komersialisasinya.
Rp8.000.
Produk biskuit fungsional Biskuneo merupa-
kan produk hasil pengembangan yang
teknologinya dimiliki oleh BRIN siap Analisis Pelanggan
diproduksi secara massal dengan pasar yang Analisis pelanggan (customer analysis)
terbuka lebar didukung oleh bahan baku lokal,
merupakan bagian dari studi kelayakan bisnis,
Kesimpulan pertumbuhan ekonomi yang diprediksi akan
membaik serta keinginan konsumen akan dimana fokus terhadap target atau sasaran
camilan yang sehat dan produk didukung oleh pelanggan yang akan dituju terhadap bisnis yang
pemerintah dan telah mendapatklan izin edar yang dilakukan. Hal ini untuk meminimalkan
BPOM maka biskuit Biskuneo mempunyai
potensi kesalahan target konsumen pada saat
peluang pasar.
bisnis sudah berjalan. Beberapa dimensi konsumen
yang digunakan sebagai parameter analisis
pelanggan ini, antara lain harapan kebutuhan,

YUANTO ET AL Manajemen IKM


174 Strategi Pengembangan Produk Inovasi Biskuneo

channel, perilaku pelanggan dalam melakukan eksternal yang mempengaruhi keberhasilan dan
pembelian produk, latar belakang konsumen hambatan usaha pengembangan produk Biskuneo.
membeli produk, serta profil konsumen. Tabel 2, Hasil analisis faktor internal dan eksternal tersaji
menunjukkan hasil analisa pelanggan dari Produk pada Tabel 3.
Biskuneo. Berdasarkan Tabel 3, kekuatan pengem-
bangan Biskuneo terletak pada mengandung
Tabel 2. Tabel analisis pelanggan Biskuneo imunomodular alami, protein, vitamin, dan
Dimensi Kondisi saat ini mineral untuk meningkatkan kekebalan tubuh
Peluang Bisnis
Konsumen & Tren kedepan
dengan skor yang sangat dominan (skor 0,251) dan
Gain Belum Membuat biskuit
(Harapan tersedianya fungsional siap saji rendah Produk merupakan biskuit fungsional, didukung
Kebutuhan) biskuit yang kalori, memenuhi hasil riset BRIN (skor 0,251). Adapun kelemahan
dapat kebutuhan seporsi nasi yang dimiliki, yaitu varian rasa pada produk
meningkatkan dan mengandung protein,
belum sesuai dengan yang diinginkan (skor 0,143)
daya tahan vitamin dan mineral yang
tubuh untuk mampu meningkatkan dalam pengembangan produk ini. Kelemahan lain
menghindari imunitas tubuh baik di yang cukup signifikan adalah kemasan masih
dari penyakit. masa normal, endemi dan belum praktis (kemudahan membuka) dan biskuit
bencana alam.
dengan fitur baru, butuh edukasi kepada
CHANNEL Penjualan B2G serta membeli produk
(bagaimana produk di di marketplace, retail, dan Masyarakat, skor berturut-turut 0,153 dan 0,053.
Mendapatkan marketplace, supermarket. Secara umum, total skor yang didapatkan
barang) retail, dan dari analisis matriks IFE berada di atas 2, yaitu
supermarket
2,339 yang berarti kondisi produk inovasi
PERILAKU Penjualan B2G serta membeli produk
(Kebiasan produk di di marketplace, retail, dan Biskuneo dapat dikatakan cukup kuat dan relatif
pembeli) marketplace, supermarket. mampu menggunakan kekuatan yang ada untuk
retail, dan mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki.
supermarket
Faktor eksternal pengembangan produk
INTEREST Masyarakat Membuat camilan sehat,
(Latar yang kaya gizi dan praktis Biskuneo dianalisis sebagaimana faktor internal
belakang & menginginkan dengan menggunakan matriks EFE. Berdasarkan
keinginan) camilan sehat, Tabel 4, kebutuhan perusahaan melakukan CSR
kaya gizi dan
menjadikan produk ini layak untuk diberikan ke
praktis.
PROFIL Usia > 5 tahun, Masyarakat terdampak masyrakat dan akses pasar dengan sekema business
(Profil Masyarakat bencana alam dan to government (B2G) dan business to business (B2B)
konsumen) terdampak masyarakat perkotaan merupakan peluang langkah pengembangan
bencana alam dengan kehidupan yang
produk inovasi Biskuneo kedepan. Disamping itu,
dinamis,
Dengan kondisi di masa endemic masyarakat tax deduction produksi dalam negeri menjadi daya
menginginkan biskuit yang sehat, kaya gizi dukung pengembangan produk inovasi Biskuneo
dengan pembelian dilakukan di marketplace, untuk ikut mengisi potensi pasar. Oleh karena itu,
Kesimpulan retail maupun supermarket.
menjadi hal yang dapat dimaklumi jika kedua
Dari analisis pelanggan didapat bahwa
Biskuneo mempunyai peluang untuk diterima faktor eksternal menjadi faktor signifikan dalam
oleh pasar. pengembangan produk inovasi dengan skor
masing-masing 0,308 dan 0,317.
Tantangan terbesar yang harus dihadapi
Perumusan Strategi Pengembangan
dalam mengembangkan Biskuneo berdasarkan
Perumusan strategi pengembangan kopi penelitian di Tabel 4, yaitu competitor bisnisnya
Excelsa Jombang dilakukan melalui beberapa sudah berjalan lebih lama (skor 0,115). Skor analisis
tahap. Pertama, identifikasi faktor internal dan faktor eksternal sebesar 2,580 menunjukkan
eksternal yang memengaruhi pengembangan; peluang yang dapat digunakan untuk menjawab
kedua, penyusunan strategi pengembangan; dan tantangan atau ancaman yang muncul dari
ketiga, penentuan prioritas strategi pengem- pengembangan produk inovasi Biskuneo.
bangan yang dilaksanakan. Strategi pengembangan produk inovasi
Faktor-faktor internal dan eksternal yang Biskuneo dilakukan dengan analisis SWOT, di
memengaruhi pengembangan dilakukan dengan mana strategi ini dirumuskan berdasarkan analisis
analisis matriks IFE dan EFE. Kedua matriks ini faktor internal dan faktor eksternal yang telah
digunakan untuk analisis kondisi internal dan dilakukan sebelumnya. Tabel 5 menunjukkan

Vol. 18 No. 2 September 2023


Strategi Pengembangan Produk Inovasi Biskuneo 175

alternatif strategi yang merupakan kombinasi dari distributor makanan untuk menambah distributor
strategi SO, WO, ST, dan WT. line; (4) pembentukan tim marketing dan sales
yang berpengalaman dibidang serupa untuk dapat
Tabel 3. Matriks IFE strategi pengembangan Biskuneo memastikan brand awareness produk ini diterima di
Bobot Rating Skor
Faktor Strategis Internal pasar.
(a) (b) (axb)
Kekuatan (Strengths)
1 Produk sudah memiliki TRL >7 0,066 3,00 0,197 Tabel 4. Matriks EFE strategi pengembangan Biskuneo
2 Produk sudah memiliki izin edar 0,054 4,00 0,216 Bobot Rating Skor
Faktor Strategis Eksternal
(a) (b) (axb)
BPOM RI MD 235609046022
pangan olahan dan paten No. Peluang (Opportunity)
IDP000030042 1 Akses Pasar dengan skema B2G 0.071 4.00 0.282
3 Produk merupakan biskuit 0,063 4,00 0,251 dan B2B
2 Tax deduction produksi dalam 0.103 3.00 0.308
fungsional, didukung hasil riset
negeri
BRIN
3 Konsumsi dalam negeri 0.080 3.00 0.240
4 Produk memenuhi TKDN lebih 0,066 3,00 0,197
meningkat pada bidang
dari 50%
Kesehatan
5 Mengandung imunomodular 0,063 4,00 0,251
4 Belum banyak produk pesaing 0.087 3.00 0.260
alami, protein, vitamin, dan
dengan manfaat yang sama
mineral untuk meningkatkan
5 Kondisi darurat bencana yang 0.080 3.00 0.240
kekebalan tubuh
sering terjadi di Indonesia
6 Produk tifak memiliki efek 0,063 3,00 0,189
membuka peluang untuk
samping
pangan fungsional untuk
7 Produksi dilakukan mitra 0,064 3,00 0,193
meningkatkan ketahan tubuh
produksi terkemuka PT. XYZ
6 kebutuhan perusahaan 0.106 3.00 0.317
8 Fasilitas produksi memenuhi 0,070 3,00 0,211
standar (higienis, AMDAL, melakukan CSR menjadikan
GMP) produk ini layak untuk
diberikan ke masyarakat
Kelemahan (Weaknesses)
1 Merupakan biskuit dengan fitur 0.053 1.00 0.053 Ancaman (Threats)
baru, butuh edukasi kepada 1 Perubahan regulasi secara 0.071 1.00 0.071
masyarakat. mendadak
2 Varian rasa pada produk belum 0.072 2.00 0.143 2 Harga bahan baku yang 0.064 1.00 0.064
fluktuatif
sesuai dengan yang diinginkan.
3 User sudah memiliki preferensi 0.054 2.00 0.109
3 Kemasan masih belum praktis 0.070 2.00 0.140
dan loyalitas kepada brand
(kemudahan membuka)
tertentu
4 Harga pokok produksi masih 0.045 1.00 0.045
4 Keraguan konsumen terhadap 0.054 1.00 0.054
tinggi, sehingga harga jual
produk baru
produk tidak kompetitif sebesar
5 Kompetitor bisnisnya sudah 0.058 2.00 0.115
Rp7.920 per bungkus
berjalan lebih lama
5 Mitra produksi dan pemasaran 0.044 1.00 0.044
tidak bersifat ekslusif (PT Total (Faktor Strategis Eksternal) 2,580
Makindo)
6 Belum mempunyai branding 0.041 1.00 0.041 Strategi kelemahan dan peluang (WO) juga
yang kuat sebagai biskuit
terdiri dari empat alternatif, yaitu (1) Membangun
dengan imunomodulator.
7 Kapasitas volume produksi 0.035 1.00 0.035 brand awareness melalui sosial media, content dan
masih 50.000 kemasan / bulan video marketing, influencer, event marketing,
8 Belum mempunyai tim promosi 0.034 1.00 0.034 sponsorship, dan merchandise; (2) Diversifikasi
dan pemasaran produk
varian rasa, kemasan dan bentuk dan harga; (3)
9 Mitra komersialisasi tidak 0.034 1.00 0.034
menjalankan fungsi sebagi Menjalin kerja sama dengan mitra pemasaran.
marketing Strategi kekuatan dan ancaman (ST) terdiri
10 Stakeholder rantai produk tidak 0.028 1.00 0.028 dari lima alternatif, yaitu (1) melakukan pengem-
efisien
bangan produk dengan menyesuaikan pada
Total (Faktor Strategis Internal) 2,339
regulasi; (2) melakukan efisiensi usaha dan
berinovasi pada strategi pemasaran sehingga
Strategi kekuatan dan peluang (SO) terdiri
bahan baku tidak berpengaruh siginifikan pada
dari empat alternatif, yaitu (1) meningkatkan
harga penjualan produk; (3) mengganti bahan
penjualan biskuitneo; (2), bekerjasama dengan
baku dengan tanpa mengurangi kualitas produk.
kementerian, pemerintah daerah dalam upaya
(4) melakukan strategi promosi dan marketing
meningkatkan daya tahan tubuh dimasa endemi,
secara efektif dan massif, strategi kelemahan dan
darurat bencana dan penanggulangan gizi buruk
ancaman (WT) memiliki dua alternatif, yaitu
dimasyarakat; (3) melakukan kerjasama dengan
melakukan benchmarking terhadap produk

YUANTO ET AL Manajemen IKM


176 Strategi Pengembangan Produk Inovasi Biskuneo

kompetitor dan menghindari harga yang tidak Berdasarkan analisis faktor internal dan
kompetitif, serta melakukan riset tentang biskuit eksternal dengan IFE dan EFE matriks, tahap
mengenai manfaat kepada masyarakat berikutnya adalah menyusun faktor-faktor
Setelah skor masing-masing faktor telah tersebut ke dalam matriks SWOT. Menurut
diketahui, langkah selanjutnya adalah melakukan Rangkuti (2004) Melalui analisis SWOT dapat
penjumlahan antara total skor faktor kekuatan disusun empat sel alternatif strategi, yaitu strategi
dengan faktor kelemahan yang selanjutnya sebagai Strengths-Opportunities (SO), yaitu memanfaatkan
nilai titik x, serta total skor faktor peluang dengan kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan
ancaman yang selanjutnya menjadi titik y dan peluang, strategi Weaknesses-Opportunities (WO),
dituangkan dalam matriks IE (Gambar 1). Nilai yaitu meminimumkan kelemahan dengan
titik (x) dan (y) = (2,339) dan (2,580). memanfaatkan peluang, strategi Strengths-Threats
(ST), yaitu menggunakan kekuatan untuk
4 3 2,339 2 1 mengatasi ancaman dan strategi Weaknesses-Threats
(WT), yaitu meminimumkan kelemahan dan
I II III
menghindari ancaman. Alternatif strategi matriks
GROWTH GROWTH RETRENCHMENT SWOT disajikan pada Gambar 2. Berdasarkan hasil
dari analisis faktor internal dan eksternal pada
3 matriks SWOT, posisi produk berada pada
IV V
kuadran I (Strategi SO) menjelaskan bahwa produk
VI
2,580 STABILITY GROWTH /
RETRENCHMENT memiliki peluang dan kekuatan besar sehingga
STABILITY
dapat memanfaatkan peluang yang ada, dengan
2 rekomendasi strateginya adalah strategi agresif/
progresif. Beberapa strategi yang diambil adalah:
VII VIII IX a. Meningkatkan penjualan biskuit fungsional
GROWTH GROWTH RETRENCHMENT
Biskuneo.
1 b. Bekerja sama dengan Kementerian, Pemerintah
Gambar 1. Matriks IE Biskuneo Daerah dalam upaya meningkatkan daya tahan
tubuh di masa endemic, darurat bencana dan
Setelah membuat matriks IE, langkah penanggulangan gizi buruk di masyarakat dan
selanjutnya adalah membuat matriks SWOT kegiatan sosial lainnya,
(Gambar 2) dengan cara melakukan pengurangan c. Melakukan kerjasama dengan perusahaan
antara total skor faktor kekuatan dengan faktor distributor makanan untuk menambah
kelemahan yang selanjutnya sebagai nilai titik x, distribution line.
serta total skor faktor peluang dengan ancaman d. Melakukan persiapan dan pembentukan tim
yang selanjutnya menjadi titik y, sehingga nilai marketing dan sales yang berpengalaman di
titik (x) dan (y) adalah (1,073) dan (1,753) bidang serupa

Penerapan Business Model Canvas (BMC)

Tahap lanjutan dalam penyusunan strategi


pengembangan produk inovasi Biskuneo adalah
penerapan kanvas model bisnis. Menurut
Osterwalder (2010), sebuah model bisnis gambaran
logis mengenai bagaimana sebuah organisasi
menciptakan, menghantarkan dan menangkap
sebuah nilai. Kanvas ini membagi model bisnis
menjadi 9 buah komponen utama, kemudian
dipisahkan lagi menjadi komponen kanan (sisi
kreatif) dan kiri (sisi logik). Persis seperti otak
manusia. Kesembilan komponen yang ada tersebut
adalah (diurut dari kanan ke kiri): Customer
Segment, Customer Relationship, Customer Channel,
Gambar 2. Diagram kuadran analisis SWOT Biskuneo
Revenue Structure, Value Proposition, Key Activities,
Key Resource, Cost Structure, dan Key Partners.

Vol. 18 No. 2 September 2023


Strategi Pengembangan Produk Inovasi Biskuneo 177

PELUANG (Opportunity) ANCAMAN (Threats)


1. Produk sudah memiliki TRL > 7 1. Merupakan biskuit dengan fitur
Faktor Eksternal 2. Produk sudah memiliki izin edar baru, butuh edukasi kepada
BPOM RI MD 235609046022 Pangan masyarakat.
Olahan 2. Varian rasa pada produk belum
3. Produk merupakan biskuit fungsional, sesuai dengan yang diinginkan.
didukung hasil riset BRIN 3. Kemasan masih belum praktis
4. Produk memenuhi TKDN lebih dari (kemudahan membuka)
50% 4. Harga pokok produksi masih tinggi,
5. Mengandung imunomodulator alami, sehingga harga jual produk tidak
protein, vitamin, dan mineral untuk kompetitif sebesar Rp7.920 per
meningkatkan kekebalan tubuh bungkus
6. Produk tidak memiliki efek samping 5. Mitra produksi tidak bersifat
7. Produksi dilakukan di mitra produksi ekslusif (PT Makindo)
terkemuka PT Makindo Perdana 6. Belum mempunyai branding yang
8. Fasilitas produksi memenuhi standar kuat sebagai biskuit dengan
(Higienis, AMDAL, GMP) imunomodulator.
7. Kapasitas volume masih 50.000
kemasan/bulan
8. Belum mempunyai tim promosi dan
Faktor Internal pemasaran produk
9. Belum terbentuknya distribution line
yang baik untuk pemasaran produk
KEKUATAN (Strengths) Strategi S-O Strategi S-T
1. Akses pasar dengan skema B2G dan 1. Meningkatkan penjualan biskuit 1. Melakukan pengembangan produk
B2B fungsional Biskuneo (S1, S2, S5, S6, S9; dengan menyesuaikan pada
2. Tax deduction produksi dalam negeri O1, O2, O3, O4, O5, O6) regulasi (S1; T1)
3. Konsumsi dalam negeri meningkat 2. Bekerja sama dengan Kementerian, 2. Melakukan efisiensi usaha dan
pada bidang Kesehatan Pemerintah Daerah dalam upaya berinovasi pada marketing strategi
4. Belum banyak produk pesaing dengan meningkatkan daya tahan tubuh di sehingga harga bahan baku tidak
manfaat yang sama. masa pandemi, darurat bencana dan berpengaruh signifikan pada harga
5. Kondisi darurat bencana yang sering penanggulangan gizi buruk di jual produk (S2, S4, S5, S6; T2)
terjadi di indonesia membuka peluang masyarakat dan kegiatan sosial lainnya 3. Menerapkan sistem berlangganan
untuk pangan fungsional untuk (S5, S6; O1, O2, O3, O7, O8) atau paket dalam pengadaan bahan
meningkatkan ketahanan tubuh 3. Melakukan Kerjasama dengan baku (S2, S4, S5, S6; T2)
penyintas. perusahaan distributor makanan untuk 4. Mengganti bahan baku dengan
6. Kebutuhan perusahaan melakukan menambah distribution line (S1, S2, S7, tanpa mengurangi kualitas produk
CSR menjadikan produk ini layak S8; O1) (S2, S4, S5, S6; T2)
untuk diberikan ke masyarakat. 4. Pembentukan tim marketing dan sales 5. Melakukan strategi promosi dan
yang berpengalaman di bidang serupa marketing secara efektif dan massif
untuk dapat memastikan brand (S2, S3, S4, S5, S6; T3, T4, T5)
awareness produk ini diterima di
market (S3, S4, S5, O5; O6, O7, O8)
KELEMAHAN (Weaknesses) Strategi W-O Strategi W-T
1. Perubahan regulasi secara mendadak 1. Membangun brand awareness melalui 1. Melakukan benchmarking terhadap
2. Harga bahan baku yang fluktuatif social media, content dan video harga produk kompetitor dan
3. User sudah memiliki preferensi dan marketing, influencer, event marketing, menghindari harga produk yang
loyalitas kepada brand tertentu sponsorship, dan merchandise (W1, W6; tidak kompetitif/stretegi penetapan
4. Keraguan konsumen terhadap produk O1, O2, O5, O7, O8) harga (W4; T2, T3, T4, T5)
baru 2. Diversifikasi varian rasa, kemasan dan 2. Melakukan riset pasar tentang
5. Kompetitor bisnisnya sudah berjalan bentuk dan harga (W2, W3, W4; O1, O2, biskuit mengenai manfaat, varian
lebih lama O5, O6, O7, O8) rasa, harga jual, dan kemasan
3. Menjalin kerja sama dengan mitra kepada masyarakat (W1, W2, W3,
pemasaran (W5; O1 O8) W4, W6; T3, T4, T5)

Gambar 2. Matriks SWOT strategi pengembangan Biskuneo

YUANTO ET AL Manajemen IKM


178 Strategi Pengembangan Produk Inovasi Biskuneo

Business Model Canvas (BMC) produk - Aman dikonsumsi bagi penanganan darurat
Biskuneo disusun berdasar Product Value bencana
Proposition (PVP). PVP memiliki point penting 3. Chanel Distribusi (Distribution Channel)
utama berupa keunikan produk Biskuneo yang - Web BRIN
membedakan dari produk sejenis sehingga layak Mitra:
untuk dibeli oleh konsumen. Keunikan utama - Toko sehat
produk Biskuneo dari produk sejenis, yaitu - Ritel modern untuk makanan sehat
penggunaan bahan atau ingredient fungsional - Apotek
berupa vitamin dan mineral yang memiliki fungsi - Marketplace
khusus bagi tubuh. Pada analisis model bisnis, - Lembaga penyalur bantuan
selain aspek produk juga dilakukan analisis 4. Hubungan Pelanggan (Customer Relationship)
tentang konsumen dan keuangan. BMC produk - Layanan konsultasi gizi
Biskuneo dijelaskan sebagai berikut: - Layanan peduli konsumen
1. Segmen Pelanggan (Customer Segments) 5. Aliran Pendapatan (Revenue Stream)
- Masyarakat korban bencana/kondisi - Penjualan Produk
darurat, termasuk kondisi darurat 6. Sumber Daya Utama (Key Resources)
kesehatan seperti endemic - Peralatan produksi dan operasional
- Masyarakat yang aware dan membutuhkan - Tenaga ahli riset dan pengembangan bahan
pangan fungsional baku
- Masyarakat umum yang membutuhkan - Merek dan Paten terdaftar
peningkatan imun - Sertifikasi ijin produk
- Korban bencana - Supplier bahan baku
- Lembaga penyalur bantuan 7. Aktifitas Utama (Key Activities)
- Pecinta Biskuit - Produksi
2. Nilai Proposisi Produk (Product Value - Pemasaran dan Promosi
Propositions) - Distribusi
- Biskuit fungsional dengan kandungan - Pengembangan produk
vitamin dan mineral - Penjualan Produk
- Dapat meningkatkan daya tahan dan sistem
imun tubuh
Designed for : Designed by : Date : Version :

Biskuneo BRIN 14/07/2023 1,0

Key Partners Key Activities Value Propositions Customers Customers


• Biskuit fungsional dengan
Relationships Segments
Pengembangan bahan baku dan • Produksi
• Pemasaran dan ❑ Masyarakat korban
produk: BRIN kandungan vitamin dan
bencana / kondisi
Promosi • Layanan konsultasi
Produksi: PT Makindo Perdana • Distribusi mineral darurat, termasuk
gizi
• kondisi darurat
CSR BUMN Pengembangan • Dapat meningkatkan • Layanan peduli
produk kesehatan seperti
Pemerintah: Kemenkes, BNPB konsumen
• Penjualan Produk daya tahan dan system pandemic
Channel Pemasaran: ❑ Masyarakat yang
imun tubuh
aware dan
• Toko sehat
• Aman dikonsumsi bagi membutuhkan
• Ritel modern →
pangan fungsional
makanan sehat Key Resources penanganan darurat Channels ❑ Masyarakat umum
• Marketplace
bencana dan darurat yang membutuhkan
• Lembaga penyalur Web Transformer BRIN peningkatan imun
bantuan kesehatan
• Apotek • Peralatan produksi dan Mitra: Early adapter
operasional • Toko sehat • Korban bencana
• Tenaga ahli riset dan • Ritel modern → • Lembaga penyalur
pengembangan bahan baku makanan sehat bantuan
• Merek dan Paten terdaftar • Apotek • Pecinta Biskuit
• Sertifikasi ijin produk • Marketplace
• Supplier bahan baku • Lembaga
penyalur
bantuan
Cost Structure Revenue Stream

• Biaya produksi, distribusi dan pemasaran


Penjualan Produk
• Biaya Riset

Gambar 3. Business Model Canvas Biskuneo

Vol. 18 No. 2 September 2023


Strategi Pengembangan Produk Inovasi Biskuneo 179

8. Kemitraan (Partnership) DAFTAR PUSTAKA


- Pengembangan bahan baku dan produk:
BRIN [BPK] Badan Pemeriksa Keuangan. 2013. Peraturan
- Produksi: PT Makindo Perdana Presiden (PERPRES) no 27 tahun 2013 ten-
- CSR BUMN tang pengembangan inkubator wirausaha.
- Pemerintah: Kemenkes, BNPB Jakarta(ID): BPK.
Mitra Pemasaran: [BPK] Badan Pemeriksa Keuangan. 2017. Peraturan
- Toko sehat Presiden (PERPRES) no 106 tahun 2017
- Ritel modern untuk makanan sehat tentang Kawasan Sains dan Teknologi.
- Marketplace Jakarta(ID): BPK.
- Lembaga penyalur bantuan [CSES] Centre for Strategy & Evaluation Services.
- Apotek 2002. Final Report: Benchmarking of Busi-
9. Struktur Biaya (Cost Structure) ness Incubators [internet]. [Diunduh pada
- Biaya produksi, distribusi dan pemasaran 2019 Desember 30].Tersedia pada http://ec.
- Biaya Riset europa.eu/DocsRoom/documents/2769/atta
chments/1/translations/en/renditions/pdf.
KESIMPULAN Abdullah, Fathi S.M. 2009. PESTEL Framework
and Porter’s Five Forces Model [internet].
Berdasarkan penelitian terhadap pengem- [Diunduh pada 2020 Januari 20]. Tersedia
bangan produk inovasi Biskuneo, dapat pada https://www.scribd.com/doc/161710-
disimpulkan hal berikut: 96/PESTEL-Framework-and-Porter-s-
1. Analisis PESTEL, pengembangan usaha FiveForces-Model.
Biskuneo tidak luput dari dukungan beberapa Churchill, N., V. Lewis. 1983. The five stages of
stakeholder, meskipun kondisi politik di small business growth. Harvard Business
Indonesia beberapa tahun ini cukup panas, Review. 61(3).
tidak memengaruhi pengembangan produk Dietrich, F., B. Harley, J. Langbein. 2010. Develop-
Biskuneo dalam mendapatkan sertifikat BPOM ment Guidelines for Technology Business
dan izin edar. Lebih lanjut, faktor sosial, yang Incubator. Germany (DE): Inwent.
saat ini dibutuhkan masyarakat Indonesia yang Hasbullah, R., M. Surahman, A. Yani, D.P. Almada,
didominasi oleh kaum millennial (103 juta N.F. Elisa. 2014. Model pendampingan
orang) Perilaku tentang kepraktisan produk, UMKM pangan melalui Inkubator Bisnis
tentang kehigienisan, dan camilan sehat. Perguruan Tinggi. Jurnal Ilmu Pertanian
2. Pengembangan usaha Biskuneo dipengaruhi Indonesia, 19(1): 43.
beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor Morris, M.H., D.F. Kuratko, J.G. Covin. 2008.
internal yang menjadi kekuatan utama adalah Corporate Entrepreneurship and Innova-
Mengandung imunomodular alami, protein, tion. 5th Ed. USA: Thomson South West.
vitamin, dan mineral untuk meningkatkan Newton, P. 2014. What is the PESTLE Analysis.
kekebalan tubuh. Produk merupakan biskuit [internet]. [Di unduh pada 2020 januari 20]
fungsional, didukung hasil riset BRIN, serta tersedia pada https://bookboon.
kelemahan Varian rasa pada produk belum com/en/what-is-the-pestle-analysis-ebook.
sesuai dengan yang diinginkan. Faktor ekternal Osterwalder, A., Y. Pigneur. 2010. Business model
yang menjadi peluang utama adalah kebutuhan generation: a handbook for visioneries,
perusahaan melakukan CSR menjadikan game changers, and challengers. New Jersey
produk ini layak untuk diberikan ke (US): John Wiley & Sons. Inc
masyarakat. Pena, I. 2004. Business Incubation Centers and
3. Penerapan Business model canvas (BMC) produk New Firm Growth in the Basque Country.
Biskuneo pemetaan pada matriks IE Small Business Economics, 22(4): 223-236.
menempatkan usaha berada pada sel V, yang Rangkuti, F. 2004. Analisis SWOT Teknik
berarti tumbuh dan kembangkan. Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Timmons, J.A. 1990. New Venture Creation: Entre-
preneurship in the 1990s. Homewood (IL):
Irwin.

YUANTO ET AL Manajemen IKM

Anda mungkin juga menyukai