DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum
c. Pengelolaan Tenant
a. Pra- Inkubasi
b. Inkubasi
c. Pasca-Inkubasi
b. Pelaksanaan pelatihan
3. Evaluasi
a. Evaluasi peserta
b. Evaluasi Narasumber
V. lampiran -lampiran
Kemajuan ekonomi nasional dewasa ini cukup mengembirakan. Akan tetapi bila
dibandingkan dengan negara-negara berkembang di kawasan Asia bahkan di Asia Tenggara
masih tergolong sedang-sedang.. Kondisi ideal dalam suatu negara dengan pertumbuhan
ekonomi tinggi adalah minimal 2,5 % dari populasi penduduknya merupakan wirausahawan.
Kondisi sekarang di Indonesia, jumlah wirausahawan masih belum lebih dari 2 % dari
populasi penduduk masih tertinggal dari negara tetanga sperti Singapura sebanyak 7%,
Malaysia 5%, dan Thailand 3% (sumber: http://finance.detik.com/read/2015/03/10: di-asean-persentase-jumlah-
pengusaha-di-ri-kalah-dari-malaysia-dan-thailand). Jika tidak segera menggenjot pertumbuhan
wirausaha baru, maka dipredikasi Indonesia hanya akan menjadi pasar dari produk-produk
luar.
Penumbuhan wirausaha baru industri (IKM) adalah salah satu fokus utama dalam
meningkatkan laju pertumbuhan industri. Akan tetapi banyak hambatan dan tantangan untuk
menumbuhkan wirausaha baru tersebut. Dalam tahap perkembangan bisnis, yang paling
banyak menghadapi risiko kegagalan yaitu bisnis pada tahap pemula (start up). Oleh karena
itu, di negara-negara maju seperti Amerika dan negara-negara Eropa, mereka membentuk
system atau infrastruktur agar resiko dapat diperkecil, dengan membuat lembaga yang
namanya “Incubator”, yaitu suatu fasilitas dan aktivitas yang diberikan kepada pengusaha
pemula yang biasa disebut penyewa (tenant) dalam bentuk fisik, misalnya tempat memulai
mengembangkan usaha, fasilitas produksi, pelayanan pelatihan, akses kepada teknologi,
tenaga kerja, modal dan pasar. Di sini pengusaha saling berinteraksi sehingga dapat saling
tolong menolong, berbagi pengalaman, dan sebagainya, yang menyebabkan inkubator
menjadi tempat kondusif untuk tumbuhnya usaha baru.
Peranan Inkubator Bisnis menjadi sangat penting dan strategis untuk melahirkan
IKM - IKM inovatif, karena melalui inkubator calon-calon wirausaha baru berbasis ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat kita kembangkan. Pengembangan Inkubator Bisnis telah
dirintis Indonesia sejak tahun 1993. Sempat berkembang sebanyak 56 inkubator di Perguruan
Tinggi Negeri/Swasta dan juga oleh sektor perusahaan swasta namun perkembangannya
belum menggembirakan. Dari pengalaman pengembangan Inkubator di luar negeri, ternyata
di Indonesia secara konsepsi dan kebijakan masih terdapat banyak hal yang perlu
dilengkapi dan disepakati, salah satunya terkait dengan payung hukum.
Tahun 2013 Pemerintah melalui Perpres No. 27 Tahun 2013 memberi payung hukum
penyelenggaraan kegiatan inkubator bisnis. Perpres tersebut menyebutkan bahwa untuk
meningkatakan daya saing nasional perlu ditumbuhkan wirausaha baru dan inkubator
wirausaha merupakan wahana ditunjukkan untuk menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan
dan jejaring usaha.
2. Pengembangan IKM dan industri mikro perlu ditingkatkan dan dibina menjadi usaha
yang sesuai dengan standard dan pemenuhan yang dipersyaratkan, sehingga membuka
lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
3. Menggalakan IKM yang sehat bagi pelaku industri serta meningkatkan pertumbuhan
IKM melalui penyiapan infrastruktur dan bantuan teknis.
Melalui kebijakan tersebut, maka program insentif inkubasi bisnis industri perlu
dijalankan agar dapat menumbuhkan tenant untuk menjadi perusahaan industri pemula serta
meningkatkan IKM menjadi usaha yang terstandar.
Inkubator Bisnis pertama kali diperkenalkan di New York dimana sebuah gedung
yang sebelumnya digunakan untuk melakukan inkubasi terhadap ayam kemudian dirubah
penggunaannya untuk menginkubasi perusahaan pemula. Konsep inkubator bisnis kemudian
diadopsi oleh sejumlah negara dan meluas ke berbagai negara sebagai sebuah media untuk
melakukan pendekatan bisnis yang berkelanjutan dengan harapan menjadi potensial bisnis
yang tinggi.
(a). Inkubasi adalah proses pembinaan bagi Usaha Kecil dan atau pengembangan produk baru
yang dilakukan oleh Inkubator Bisnis dalam hal penyediaan sarana dan prasarana usaha,
pengembangan usaha dan dukungan manajemen serta teknologi.
(b). Inkubator adalah lembaga yang bergerak dalam bidang penyediaan fasilitas dan
pengembangan usaha, baik manajemen maupun teknologi bagi Usaha Kecil dan Menengah
untuk meningkatkan dan mengembangkan kegiatan usahanya dan atau pengembangan produk
baru agar dapat berkembang menjadi wirausaha yang tangguh dan atau produk baru yang
berdaya saing dalam jangka waktu tertentu.
Menurut Harley (2010:4) Inkubator Bisnis dapat diartikan sebuah organisasi yang
membantu menumbuhkan dan mengembangkan perusahaan yang baru yang diajukan oleh
peserta/tenant dengan memberikan berbagai macam layanan komperhensif dan terpadu, yaitu:
Inkubasi Bisnis merupakan tuntutan dari the new economy global, yang terjadi
karena adanya perubahan yang cepat dan signifikan di bidang teknologi, telekomunikasi,
dan digitalisasi, adanya deregulasi dan globalisasi. Perubahan tersebut memaksa adanya
perubahan pada setiap pelakunya mulai dari skala negara, perusahaan/organisasi, dan
individu.
Inkubasi Bisnis adalah proses pembinaan bagi usaha kecil dan atau pengembangan
produk baru yang dilakukan oleh inkubator bisnis dalam hal penyediaan sarana dan prasarana
usaha, pengembangan usaha dan dukungan manajemen serta teknologi. Sedangkan inkubator
bisnis adalah lembaga yang bergerak dalam bidang penyediaan fasilitas dan pengembangan
usaha, baik manajemen maupun teknologi bagi usaha kecil dan menengah untuk
meningkatkan dan mengembangkan kegiatan usahanya dan atau pengembangan produk baru
agar dapat berkembang menjadi wirausaha yang tangguh dan atau produk baru yang berdaya
saing dalam jangka waktu tertentu.
Konsep inkubasi bisnis lahir diantara masa ekonomi kapitalisme klasik dan
neoklasikal. Kapitalisme klasik menurut Adam Smith (1776) merupakan sistem ekonomi
dengan karakteristik kepemilikan atas sumberdaya secara individual untuk menciptakan laba
bagi dirinya sendiri. Teori ini memiliki cenderungan individualistik tanpa memperhatikan
relasi dan integrasi. Sedangkan neoklasik memandang bahwa pasar terdiri dari banyak
pembeli dan penjual yang saling berintegrasi sehingga menciptakan rumusan penawaran
sama dengan permintaan atau “equilibrium”. Teori ini memandang individu sebagai bagian
dari sistem ekonomi pasar yang senantiasa harus melakukan pengembangan dan perubahan
guna memenuhi penawaran atau permintaan.
Pada era the new economy yaitu suatu era ekonomi yang terdiri dari banyak fenomena
yang saling berinteraksi dan ber-relasi dalam mewujudkan tujuan, maka salah satu wujud dari
inkubasi bisnis adalah SOHO (Small Office Home Office). Merupakan sebuah konsep bisnis
kontemporer yang lahir karena adanya perkembangan di bidang teknologi, telekomunikasi,
dan digitalisasi, yang dapat memberikan kemudahan bagi para pengambil keputusan dari
mana saja. Selain itu kehadiran dan keberadaan inkubator bisnis dalam new economy mampu
membantu menciptakan mekanisme pasar yang persuasif dan kondusif, karena berbisnis
melalui proses inkubasi yang pada gilirannya menjadikan persaingan sebagai sebuah
kemutlakan.
Pola penciptaan new entrepreneur dan pembinaan industri kecil dan menengah
melalui inkubasi bisnis dilakukan dengan cara pembinaan di bawah satu atap (in- wall) dan
secara pembinaan di luar atap (out-wall). Selanjutnya, kedua pola tersebut disebut sebagai
model penciptaan dan pembinaan inkubasi bisnis. Model yang pertama bersifat klasikal, yaitu
kegiatan pelatihan, pemagangan, sampai dengan perintisan usaha produktif dilakukan di
dalam satu unit gedung. Setiap peserta/anggota (tenant) melakukan aktivitasnya di dalam
ruangan masing- masing yang telah disediakan inkubator. Sementara, pada model inkubasi
yang kedua, kegiatan/aktivitas usaha ekonomi produktif tidak dilakukan dalam satu atap,
melainkan secara terpencar di luar pusat manajemen inkubator. Hal tersebut dimungkinkan
karena pada model kedua ini wujud dan kegiatan usaha sudah berjalan, inkubator
bisnis berfungsi sebagai konsultan, pendamping, dan pembina kegiatan usaha. Sehingga, pada
model yang kedua ini lebih cenderung menyerupai jaringan kerja (business networking).
Menurut pasal 3 Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2013 Sasaran yang dituju dari
pembentukan suatu inkubator wirausaha antara lain:
Industrial inkubator adalah inkubator yang didukung pemerintah dan lembaga non-
profit. Tujuannya penciptaan lapangan kerja biasanya untuk mengatasi tingkat
penggangguran;
Univeristy-related incubator adalah inkubator yang bertujuan untuk melakukan
komersialisasi science, teknologi dan HAKI dari hasil penelitian. Inkubator perguruan
tinggi menawarkan perusahaan pemula untuk memperoleh layanan laboratorium,
komputer, perpustakaan dan jasa kepakaran perguruan tinggi. Inkubator ini
didukung langsung oleh perguruan tinggi dan bekerjasama dengan pihak-pihak lain
yang memiliki perhatian. Konsep Inkubator Bisnis yang dikembangkan di perguruan
tinggi merupakan wahana bagi komersialisasi riset dan penciptaan lapangan kerja
baru, yang pada akhirnya tercipta rantai susulan lapangan kerja (job creation), yang
diharapkan terciptanya suatu proses usaha yang mepunyai nilai tambah, mampu
menciptakan lapangan kerja dan jalinan kerjasama yang erat antara universitas-
industri- masyarakat-pemerintah. Rangkaian proses ini akan mampu mengubah
penemuan-penemuan baru menjadi inovasi, sehingga terjadi proses penciptaan nilai
(value creation) yang akan memberikan dampak positif pada munculnya
komersialisasi teknologi yang mampu mendorong penciptaan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat (social wealth creation and social wealth improvement).
For-profit property development incubators adalah inkubator yang menyediakan
perkantoran, tempat produksi, dan fasilitas jasa secara bersama-sama. Beberapa
fasilitas kantor yang mendukung image perusahaan digunakan bersama dan inkubator
manarik biaya sewa dari pengunaan fasilitas tersebut;
For-profit investment incubator adalah incubator menyerupai perusahaan modal
ventura dan business angel, yang menempati kantor yang sama dengan tenant
(perusahaan) yang dibiayainya. Inkubator ini memiliki perhatian yang lebih terhadap
portofolio tenant.
Corporate Venture incubator adalah inkubator ini merupakan model inkubator yang
paling sukses dan tercepat perkembangannya. Perusahaan yang sudah mapan
mendirikan inkubator untuk mengambil alih perusahaan kecil dan memberikan
suntikan dana dan keahlian bahkan pasar.
Dukungan pemerintah pusat/daerah, swasta dan perguruan tinggi (triple hellix) sangat
diperlukan terutama dalam infrastruktur pendukung seperti peralatan termasuk dukungan
tenaga ahli. Selanjutnya inkubator bisa membina dan mengembangkan tenant melalui proses
inkubasi mulai dari pra-inkubasi, inkubasi dan pasca inkubasi dengan penekanan
sebagaimana alur di atas. Output yang diinginkan adalah menjadikan tenant sebagai usaha
baru/perusahaan yang inovatif dan beretika dan kuat serta membentuk kelompok usaha yang
terintegrasi. Lebih jauh lagi bisa menjadi basis ekonomi yang kuat, mendukung usaha lokal
dan pariwisata serta mampu mendorong pertumbuhan ekonomi sektor pedesaan.
c. Model lnkubator Agroindustri
Untuk proses selanjutnya mulai dari pra-inkubasi, inkubasi dan pasca inkubasi tidak
jauh berbeda dengan model sebelumnya. Pada pengembangan usaha agribisnis, maka output
yang diinginkan lebih ditujukan pada : peningkatan kemampuan SDM, peningkatan
kemampuan teknologi, meningkatkan posisi tawar, menjamin kestabilan harga dan suplay
bahan baku. Tenant yang telah di inkubasi tentunya diharapkan bisa menjaga kelangsungan
bisnisnya dengan stabil dalam menditeksi gejolak pasar. Tentunya usaha agrobisnis yang
berkembang dapat menjadi basis ekonomi yang luas, mendukung usaha lokal dan
memperkuat sektor ekonomi pedesaan.
Brand establishment terkait dengan pemberian merk dan penguatan brand image
pada produk yang dihasilkan tenant. Merek yang terpercaya merupakan jaminan atas
konsistensi kinerja suatu produk yang dicari konsumen ketika membeli produk atau merek
tertentu. Merek juga merupakan janji kepada konsumen bila menyebut menyebut namanya,
timbul harapan bahwa merek tersebut akan memberikan kualitas terbaik, kenyamanan, status
dan pertimbangan lain ketika konsumen melakukan pembelian.
Services atau pelayanan ditujukan pada : (a) Self Esteem (memberi nilai pada diri
sendiri); (b) Exceed Expectations (melampaui harapan konsumen); (c) Recover (merebut
kembali); (d) Vision (Visi); (e) Improve (melakukan peningkatan perbaikan); (f) Care
(memberi perhatian); (g) Empower (pemberdayaan); (h) Untuk melaksanakan tugas sebagai
frontliner tentunya didasari pada pelayanan yang mengacu pada kepuasan pelanggan
(customer satisfaction) yang dilayani.
Tahap pertama berupa kegiatan menyiapkan ide, komitmen, dan studi kelayakan
berupa Business Canvas Model dan Kajian Akademis Pendirian Inkubator Bisnis
Tahap kedua Analisa terkait kesiapan sarana dan prasarana pendukung program
Inkubator bisnis. Pada tahap ini juga pendiri inkubator merumuskan strategi dalam
membangun inkubator bisnis industri sekaliagus strategy yang akan digunakan untuk
mengevaluasi kegiatan dalam bentuk Buku Panduan Kegiatan
Tahap Ketiga terakhir adalah implementasi dan melakukan pengembangan dan
perbaikan terus menerus.
Periode inkubasi harus ditetapkan, agar tenant dapat mengetahui batas waktu
proses inkubasi. Dari pengalaman di negara-negara yang telah menjalankan program
inkubator lama waktu kerjasama adalah 2-3 tahun. Penetapan kriteria waktu juga biasa
dilakukan dengan mempertimbangkan, misalnya berdasarkan keuntungan usaha atau
kematangan organisasi bisnis;
Publikasi Inkubator
Publikasi dilakukan untuk mengundang pelaku usaha dan calon pelaku usaha yang
sesuai dengan target inkubator bisnis industri, membangun kerjasama antar lembaga
terkait;
Jejaring kerjasama
Inkubator bisnis industri harus memberikan pelayanan pada tingkat lokal sebagai awal
pembentukan kerjasama untuk membangun hubungan dan tukar menukar informasi
dan pengetahuan. Jejaring kerjasama mencakup berbabgai lembaga yang dapat
memberikan dukungan terhadap pengembangan pelaku usaha baru meliputi perguruan
tinggi, pemerintah , lembaga keuangan, KADIN, dan lain-lain;
Inkubator bisnis industri di Indonesia telah banyak berdiri tetapi jejaring antar
inkubator bisnis di Indonesia belum terlaksana. Jejaring antar Inkubator bisnis
industri ini penting sebagai wadah/ sarana tukar menukar pengetahuan dan
pengalaman untuk meningkatkan kinerja inkubator bisnis industri menjadi lebih baik;
Sebagai langkah awal persiapan, harus ditentukan siapa yang akan menjadi
penanggungjawab program yang akan mengkoordinasikan pengembangan inkubator bisnis
industri ini. Seminar, Inseminasi, atau FGD dapat dilakukan untuk memberikan gambaran
yang jelas tentang konsep inkubator yang akan dijalankan, dimana perlu diinformasikan
secara jelas kepada pihak terkait tentang karakteristik dan tujuan, peluang dan tantangan,
serta tanggungjawab dan kewajiban dari pelaku utama pengembangan inkubator bisnis
industri (dalam hal ini pemerintah yang diwakili oleh Pusdiklat Industri, Politeknik, lembaga
keuangan, organisasi profesi, KADIN, dan beberapa lembaga lain yang digolongkan kedalam
stake holder). Ouputnya adalah tersusunya sebuah konsep layanan inkubator bisnis dalam
bentuk Busienss Canvas Model sebagai acuan model berpikir dalam pendirian inkubator
bisnis. Berikut adalah format Business Canvas Model.
Nama Inkubator:
Selanjutnya perlu dilakukan studi kelayakan yang akan menguji parameter utama
tentang urgensi atau perlunya pengembangan unit inkubatr bisnis. Survey perlu dilakukan
untuk melihat kebutuhan, kebiasaan local, dan kekuatan yang dimiliki untuk menentukan
desain bisnis inkubator pada masing-masing institusi. Pada tahapan ini juga dikaji tentang
perencanaan pemenuhan sarana prasarana dan strategi pembiayaan kegiatan.
Pada tahap ini bisa melalui sebuah workshop disusun roadmap inkubator bisnis serta
standar operasional dan prosedur yang berlaku di unit inkubator bisnis. Pada tahap ini juga
para stakeholder yang akan terlibat diikat dalam suatu perjanjian kerjasama sebagai bukti
komitmen dalam mendukung program inkubator bisnis. Output pada tahap ini adalah
tersusunnya rencana kegiatan inkubator bisnis atau business plan yang sudah komprehensif
yang bisa dijadikan kerangka acuan kerja. Tersusunnya daftar kebutuhan sarana dan prasarana
yang harus disiapkan berserta serta rencana anggaran dan biaya kegiatan inkubator bisnis
minimal selama 1 tahun.
Tahun 2014)
Tim Pengelola bekerja dengan supervisi dari Tim Monev yang sebaiknya berasal dari
para stakeholder yang sedari awal pendirian inkubator bisnis sudah turut berperan. Dengan
adanya tim monev kinerja diharapkan inkubator bisnis bisa memberilan pelayanan yang
prima. Berikut akan dijelaskan mengenai struktur organisasi serta tata cara pengelolaan
inkubator bisnis.
Namun untuk pengelolaan yang lebih baik, struktur organisasi dalaam Inkubator
bisnisitu sendiri adalah sebagai berikut:
5. Narasumber tidak tetap/ Melakukan kegiatan pembinaan tenant (problem solving, motivasi, dan
Praktisi dari Industri tatap muka) secara insidental sesuai kebutuhan tenant.
Khusus untuk tim pengelola sebaiknya harus pernah mengikuti pelatihan pengelolaan
inkubator bisnis. Sedangkan untuk narasumber sebaiknya berasal dari kalangan tenaga ahli,
praktisi industri, dan pelaku industri yang sudah sukses.
b. Pengelolaan Layanan/ Kegiatan
Sasaran yang ingin dicapai dengan pembentukan inkubator bisnis industri ini adalah
untuk meciptakan lingkungan yang mendukung pembentukan dan pengembangan start-up
atau usaha pemula. Setelah diterima di inkubator, tenant haruslah mendapatkan nilai tambah
dari jenis dan kualitas layanan yang disediakan oleh inkubator.
4) Permodalan start-up
Pembiayaan bagi strat-up dianggap sebagai layanan yang paling diinginkan dari
berbagai layanan yang disediakan oleh inkubator. Biayanya inkubator membuka akses
pembiayaan dengan membangun kontak dengan investor potensial yang bersedia membiayai
strat-up atau IKM yang telah berjalan, namun membutuhkan dana tambahan untuk
mengembnagkan usahanya. Lebih jauh lagi, inkubator dapat menyediakan akses untuk
memperoleh bantuan pembiayaan yang lebih besar melalui program bantuan pemerintah
regional atau nasional.
Untuk mempermudah bantuan permodalan untuk start-up, sebaiknya setiap inkubator
mempunyai lembaga bantuan permodalan sendiri yang bisa berupa suatu badan usaha seperti
koperasi atau organisasi non profit yang berbadan hukum. Hal tersebut bertujuan agar bisa
mempermudah penyaluran dana hibah, dana bergulir, PKBL dari BUMN, atau pinjaman KUR
dari bank pemerintah. Dengan adanya lembaga permodalan sendiri bantuan permodalan bisa
diberikan secara adil kepada semua tenant.
c. Pengelolaan Tenant
Tenant merupakan pengguna jasa utama dari inkubator bisnis. Pengelolaan tenant
dimaksudkan agar anatar tenant dan inkubator bisnis bisa saling berkolaborasi sehingga
tujuan dari program bisa tercapai. Pengelolaan tenant mencakup beberapa hal yaitu:
Prasyarat calon tenant adalah syarat pertama yang harus dipenuhi calon tenant untuk
mendaftar program inkubasi bisnis. Prasyarat calon tenant tergantung dari karakteristik
inkubator bisnis tetapi pada umumnya prasyarat utamanya antara lain: usia tenant, latar
belakang pendidikan, dan proposal ide usaha yang akan diinkubasi.
Kriteria penilaian dibuat untuk menilai kelayakan dari calon tenant untuk mengikuti
program inkuabtor bisnis. Kriteria penilaian disesuaikan dengan karakteristik inkubator bisnis
serta kebijakan pengelola. Sebaiknnya kriteria penilaian dibuat tidak terlalu suliit tetapi tidak
juga terlalu mudah. Kriteria penilaian ini harus sudah diinformasikan kepada calon tenant
ketika sosialisasi. Pada umumnya tiap inkubator memiliki kriteria yang berbeda tetapi pada
umumnya memuat beberapa hal antara lain: potensi ide bisnis untuk dikembangkan, potensi
pasar, potensi SDM calon tenant untuk mewujudkan ide tersebut, analisis resiko dari
ide,ketersediaan sumber daya, dan keunggulan dari ide bisnis.
Pengelolaan fasilitas yang tidak efisien akan menyebabkan pemborosan biaya yang pada
akhirnya akan mengacaukan rencana program dari inkubator sendiri. Tanggung jawab utama
dari pengelolaan fasilitas ini adalah mengelola ruangan dan perlengkapannya, peralatan pada
workshop, laboratorium atau teaching factory, serta strategi pembiayaannya, dan pengelolaan
limbah. Pengelolaan fasilitas ini juga harus bisa memperkirakan kebutuhan akan pemeliharaan
dan penggantian peralatan jika dibutuhkan. Oleh sebab itu penting untuk lakukan
pemerikasaan secara berkala, pembelian peralatan hingga mengatur sistem keamanannya.
Gambar 2.7 Pengelolaan fasilitas inkubator bisnis
Sebuah inkubator bisnis terutama inwall minimal bisa menyediakan ruangan (kantor,
workshop) bagi tenantnya agar mereka dapat berkonsentrasi dengan lebih baik dalam
pengembangan usahanya. Infrastruktur yang dapat disediakan oleh inkubator antara lain : bisa
diklasifikasikan menjadi fasilitas umum, fasilitas pribadi tenant dan fasilitas khusus.
1)Fasilitas Umum
Fasilitas umum adalah fasilitas yang bisa dipergunkan secara bersama oleh semua
tenant dan pengelola inkubator bisnis. Fasilitas umum antara lain:
2) Fasilitas khusus
Fasilitas khusus adalah segala fasilitas yang disiapkan oleh pengelola inkubator bisnis untuk
masing-masing tenant. Hal tersebut sesuai dengan kewajiban pengelola inkubator bisnis untuk
menyediakan fasilitas kerja standar yang bisa dipergunakan tenant selama mengembangkan
bisnis dan produknya di area inkubator bisnis. fasilitas kerja standar antara lain:
Ruang atau area kerja pribadi tenant yang berfungsi sebagai kantor sementara
Peralatan kantor standar seperti meja, kursi, laci barang, dan komputer,
Peralatan kerja khusus yang diminta oleh tenant bersangkutan misalnya alat produksi
khusus.
Sifat dari semua fasilitas khusus ini harus berupa hak pakai dan harus dijaga oleh
tenant bersangkutan. Untuk mengatur penggunaan brang sebaiknya dibuat suatu perjanjian
pemakaian fasilitas anatara tenant dan pengelola inkubator. Inkubator dapat menentukan
pembiayaan atas penggunaan fasilitas tersebut oleh tenant. Pembiayaan bisa dibebankan
kepada tenant atau menjadi satu paket dengan penyediaan layanan yang diberikan oleh
inkubator, tergantung kepada kebijakan dari pengelola. Namun yang penting, pengelolaan
fasilitas ini harus diikuti dengan dibuatnya buku manual agar tenant paham akan hak dan
kewajiban mereka dalam pemanfaatan fasilitas ini. Jika diperlukan, setiap tenant ikut
menandatangani buku manual ini sebagai jaminan atas pemahaman mereka akan apa yang
tertulis di dalamnya. Buku manual tersebut minimal berisikan :
1) Pengelolaan administrasi
Dokumenstandar yang diperlukan minimal meliputi:
Pada bagian awal bab ini telah disebutkan bahwa unit inkubator bisnis juga harus
menyusun bisnis plan yang bertujuan untuk memberikan arah pengelolaan dan pengembangan
inkubator tersebut. Pengukuran dan evaluasi kinerja inkubator juga dapat memanfaatkan
bisnis plan tersebut sebagai tolok ukurnya. Dari perencanaan yang disusun dalam bisnis plan,
akan dapat diukur ketercapaiannya, sehingga dapat pikirkan bagaimana pengembangan
selanjutnya.
Pada intinya manajemen pengelola harus mampu menunjukkan kinerja yang
professional sehingga mampu membawa inkubator menjadi inkubator yang maju, mandiri,
serta mampu menghasilkan para pengusha baru yang handal.
BAB III PENYELENGARAAN INKUBATOR BISNIS
Program inkubasi bisnis yang dilakukan oleh satuan kerja unit pendidikan dibawah
Pusdiklat Industri menyesuaikan dengan bidang spesialisasinya sesuai dengan Perturan
Meneteri Perindustrian. Model inkubator bisnis yang dipilih sebaiknya disesuaikan dengan
fokus bidang industri yang digarap tanpa meninggalkan konsep utama dari inkubator industri.
Secara lebih detail konsep inkubator bisnis diatas diimplementasikan kedalam suatu proses
yang bisa digambarkan sebagai berikut:
Gamabr 3.2 Flow chart proses inkubasi yang terstruktur dan komprehensif
“The Cycles of Business” dapat langsung dihubungkan dengan jenis intervensi yang
dapat kita lakukan dalam membantu pengembangan tenant (IKM), seperti berikut ini:
a. Pra- Inkubasi
Merupakan tahapan awal proses inkubasi bisnis. Proses ini diawali dengan seleksi ide
bisnis dari para calon tenant dan outputnya adalah buisness plan tenant terpilih. Sebelum
proses ini dimulai pengelola kriteria calon tenant yang akan diloloskan ke tahap selanjutnya.
Pada akhir kegiatan Pra inkubasi dilakukan penandatanganan perjanjian kerja antara
tenant dan pengelola inkuabtor bisnis. Ouput akhir dari tahapan ini adalah tenant yang siap
untuk bekerja untuk mewujudkan ide bisnis dibawah bimbingan inkubator bisnis.
b. Inkubasi
Pada tahap ini, ide tadi telah dirumuskan dalam suatu perencanaan yang matang, dan
telah ada tim yang bertanggung jawab unutk mengelolanya. Inkubator dapat membantu dalam
hal menetapkan rencana menyediakan sumberdaya yang dibutuhkan untuk memulai kegiatan
produksi, bimbingan teknis dari narasumber internal dan eksternal serta menjajaki investor.
Pada proses ini juga dilakukan uji coba produksi, uji pasar, dan pengelolaan usaha
dengan didampingi oleh pengelola inkubator bisnis. Pada tahap ini, tenant belum
menghasilkan profit sehingga akan ada ketergantungan terhadap support yang diberikan oleh
pemerintah atau pihak industri yang tertarik dengan produk dari ide tersebut.
Adapun kewajiban pengelola inkubator bisnis harus menyediakan layanan yang
diberikan kepada para tenant selama tahap inkubasi meliputi lingkup 7 S, yaitu:
1) Space, yaitu penyediaan ruang untuk kegiatan usaha tenant;
2) Shared office fasilities, yaitu penyediaan sarana perkantoran yang bisa dipakai
bersama.
3) Service, yaitu melakukan bimbingan dan konsultasi manajemen: marketing,
finance, production, technology, dan sebagainya;
4) Support, yaitu memberikan bantuan dukungan penelitian dan pengembangan
usaha dan akses penggunaan teknologi;
5) Skill Development, yaitu meningkatkan kemampuan SDM tenant melalui
pelatihan, penyusunan rencana usaha, pelatihan manajemen dan sebagainya;
6) Seed capital, yaitu fasilitasi/penyediaan dana awal usaha serta upaya
memperoleh akses permodalan kepada lembaga-lembaga keuangan; dan
7) Sinergy, yaitu penciptaan jaringan usaha baik lokal maupun internasional
Tahap inkubasi bisa dikategorikan sebagai titik kritis tenant. Peran inkubator bisnis
sangat penting dan diperlukan pada titik ini. Permasalahan tenant seperti kegagalan uji coba
produksi, kegagalan uji coba pasar, serta ketidaksesuaian antara harapan dan hasil yang
diperoleh sering membuat tenant putus asa dan akhirnya memilih keluar dari program. Peran
pengelola inkuabtor bisnis adalah harus bisa mendampingi tenant dengan memberikan saran
dan motivasi. Pada tahap ini pengelola inkubator bisnis juga berkewajiban utuk membuat
evalausi kinerja tenant secara berkala sebagai salah satu upaya screening awal terhadap
permasalahan-permasalahan tenant.
c. Pasca-Inkubasi
Ini adalah tahapan dimana sebagian IKM yang sudah menghasilkan profit,
membutuhkan layanan yang lebih specific sehingga tidak akan terlalu banyak intervensi yang
akan dilakukan oleh incubator. Adapun kriteria keberhasilan tenant adalah sebagai berikut :
1. Secara manajerial tenant telah mampu menjalankan usahanya tanpa pendampingan
dari Inkubator Bisnis;
2. Sehat secara finansial (tanpa dukungan subsidi);
3. Mampu menghasilkan produk dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan
permintaan pasar secara berkesinambungan;
4. Skala usaha semakin meningkat;
5. Unit bisnis semakin berkembang;
6. Mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru;
7. Tenant mampu memberikan konstribusi pendanaan bagi Inkubator Bisnis;
8. Pada tahap Roll Out tenant;
a. Mencapai Break Even Point (BEP) dan dapat bersaing;
b. Tumbuh sesuai dengan Business Plan;
c. Siap mandiri secara komersial;
d. Mencapai peningkatan volume usaha, nilai tambah dan produktivitas usaha;
e. Mampu mengembangkan networking;
Pada tahap pasca inkubasi tenant yang sudah keluar dari proses inkuabsi in wall
sebaiknya tetap dirangkul dan dibina. Secara rutin tenant tersebut diundang dalam suatu acara
seperti workshop bertema kewirusahaan, pameran, business gathering, dan lainnya agar selalu
bisa terhubung dengan pihak inkuabtor bisnis. Harapannya ke depan setelah tenant tersebut
usahanya semakin berkembang bis menjadimentorbagi tenant generasi selanjutnya.
Agar inkubator dapat memantau kepuasan pelanggan, dalam hal ini tenant, maka perlu
dilakukan evaluasi serta melakukan survey kepuasan pelanggan dengan menyediakan
kuesioner yang harus diisi oleh tenant. Untuk itu perlu diberikan penekanan kepada tenant
bahwa pengisian kuesioner dimaksud adalah untuk meningkatkan layanan yang disediakan
bagi mereka. Tenant perlu diyakinkan bahwa pengumpulan data tersebut adalah untuk
kepentingan mereka juga. Hasil analisis data dapat dipublikasikan secara internal.
Selain dengan memanfaatkan kuesioner, masukan dari tenant juga dapat diperoleh
melalui diskusi informal. Pengelola inkubator harus dapat memanfaatkan kesempatan
perbincangan informal ini untuk mendapatkan masukan yang cepat dan pendapat yang lebih
jujur atas layanan yang disediakan.
Jasa layanan yang diberikan inkubator bisnis bisa dijabarkan sebagai berikut:
Penjelasan gambar!!!!!!!!
1. Persiapan Pelatihan Terintegrasi
Kegiatan inkubasi yang terintegerasi dengan pelatihan mengadopsi pola inkuabsi out
wall dan prosesnya sedikit berbeda dengan pola inkubasi yang diterapkan secara umum.
Dikarenakan proses yang tidak dilakukan sepenuhnya di area inkubator bisnis dan tidak bisa
dalam pengawasan penuh pengelola maka ada beberapa hal yang harus dipersiapkan terlebih
dahulu untuk menjamin program bisa berjalan dengan baik. Hal yang perlu disiapkan antara
lain: analisa kebutuhan diklat atau training need analysis (TNA), dukungan kerjasama dengan
pemegang kebijakan industri daerah, penyusunan kurikulum, dan penyiapan sarana dan
prasarana.
b. Pelaksanaan pelatihan
Pelaksanaan diklat harus diesuaikan dengan standar operasional dan pelayanan diklat
sesuai dengan aturan-aturan kediklatan. Diklat yang dilaksanakan harus dilaksnakan berbasis
kompetensi untuk menjamin output menguasai kompetensi yang dilatih. Pelatihan terintegrasi
bisa dilakukan di suatu tempat khusus atau bisa dilakukan di sentra atau KUB industri
tersebut sesuai dengan kesiapan sarana dan prasarana penunjang diklat.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyelenggraan diklat adalah:
Ketersediaan fasilitas diklat (ruang belajar, ruang praktek, peralatan parketk, dan
peralatan belajar mengajar (proyektor, papan tulis, paper clip, dan lainnya)
Ketersediaan fasilitas pendukung ( asrama, ruang rekreasi, toilet, dan lainnya)
Ketersediaan bahan diklat (materi diklat, buku panduan diklat, alat tulis kantor,
perlengkapan belajar peserta dan bahan praktek peserta)
Untuk pelatihan teknis produksi sebaiknya dilakukan langsung di lokasi sentra supaya
bisa lebih efektif. Ketersediaan alat produksi dan bahan baku praktek sangat penting dalam
diklat ini sehingga peserta bisa mempraktekkan langsung apa yang diajarkan.
Pelatihan terkait kewirausahaan bisa dilakukan di luar sentra dan bisa dilakukan
sekaligus bersama-sama KUB Industri binaan yang lainnya. Pembauran peserta dari berbagai
sentra juga diperlukan untuk membangun jejaring kerja antar sentra atau KUB Industri.
3. Evaluasi
Tahap akhir dari kegiatan merupakan evaluasi terhadap pencapaian hasil pelatihan
terintegrasi. Tahapan dalam proses evalausi adalah dengan menetapkan kriteria-kriteria yang
akan dievaluasi, kemudian menetapkan tata cara monitoring dan evaluasi. Evaluasi dilakuakn
terhadap peserta, evaluasi terhadap narasumber, dan evaluasi kepada penyelenggara diklat.
a. Evaluasi peserta
Evaluasi pada peserta dilakukan sepanjang program peatihan terintegrasi berlangsung.
Karena pelatihan yang dilakukan berbasis komptensi maka seharusnya para peserta diakhir
diklat harus menguasai komptensi yang diajarkan. Untuk memastikan hal tersebut perlu
dilakukan uji kompetensi evaluasi di setiap akhir pelatihan. Ujian disesuaikan dengan
kurikulum diklat dan harus dilakukan oleh penyelenggara. Pengajar tidak diperkenankan ikut
dalam proses penilaian kompetensi.
Disamping penguasaan komptensi, penilaian sikap juga diperlukan untuk melihat
keseriusan serta komitmen peserta dalam mengikuti program. Penilaian sikap dilakukan oleh
pengajar disepanjang proses pelatihan. Penilaian sikap peserta dilakukan dengan melihat
beberapa kriteria sebagai berikut:
Kedisiplinan
Keaktifan atau Prakarsa
Kerjasama
b. Evaluasi Narasumber
Evaluasi narasumber dilakukan oleh dua pihak yaitu: peserta dan penyelenggara.
Evaluasi narasumber oleh peserta dilakukan oleh peserta di setiap akhir penyampaian materi
pelatihan. Evaluasi bisa dilakukan dengan kuisioner yang diisi oleh peserta. Hal yang perlu
dimuat dalam kusioner antara lain:
KERJASAMA
INSTITUSI PENYELENGGARA
ALAMAT
PENANGGUNG JAWAB
NAMA
ALAMAT E MAIL
TAHUN KEGIATAN
RINGKASAN EKSEKUTIF
Ringkasan Eksekutif merupakan ringkasan yang menjadi titik perhatian pada business
plan. Ringkasan eksekutif dapat ditulis setelah semua dokumen business plan selesai dibuat,
berisi hasil penting dari perencanaan bisnis , tujuan dari perencanaan bisnis, jenis kegiatan dari
Inkubator Bisnis dan bisnis utama dari penyelenggaraan Inkubator Bisnis pada institusi tersebut.
Pengelolaan Inkubator Bisnis , penjelasan singkat tentang produk yang dihasilkan ( Infrastuktur dan
pelayanan yang dilakukan ) dan pemasarannya. serta target keuangan dan modal yang diperlukan.
Tujuan ringkasan eksekutif adalah untuk memberikan gambaran business plan yang dibuat
kepada investor untuk mengembangkannya.
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diisi dengan latar belakang mengapa inkubator bisnis harus didirikan dilohat dari potensi
pasar, sumber daya manusia, ketersediaan sumber daya pendukung, teknologi, dan lainnya.
C. MANFAAT
Diisi dengan manfaat pedirian inkubator bisnis setelah didirikan dengan bahasa yang
singkat, jelas, tidak rancu, dan bisa diukur.
D. DASAR HUKUM
Diisi dengan dasar hukum pelaksanaan inkubator bisnis
2. Misi
Menjelaskan tujuan tertentu atau spesifik dari Inkubator Bisnis. Penjelasan tentang alasan
yang mendasari pelaksanaan aktivitas Inkubator Bisnis. Hal ini akan menjadi pedoman arah
pengembangan Inkubator Bisni.
3. Sasaran Strategis
Menjelaskan tentang sasaran strategis secara kualitas dan kuantitas serta pengelolaan
keuangan. Dijelaskan juga implementasi yang relevan dan proses monitoring dan evaluasi kegiatan
Inkubator Bisnis. Indikator yang dapat digunakan S.M.A.R.T. . (Specific, measurable, available at
acceptable costs, relevant to the objective, and time-bound). Mempersiapkan tujuan jangka panjang,
jangka menengah dan tujuan jangka pendek.
BAB II KAJIAN PEMBENTUKAN INKUBATOR BISNIS
A. ANALISA DATA POTENSI DAERAH
Diisi dengan data potensi tempat inkubator bisnis didirikan dilihat dari (potensi sumber daya
manusia, potensi industri, sosial budaya, sumber daya pendukung lainnya).
B. ANALISA SWOT
Analisa SWOT terkait lembaga inkubator bisnis yang akan dibentuk. Analisis SWOT untuk
mengetahui strategi apa yang harus diterapkan, sehubungan dengan rencana jangka panjang.
2. Pengelolaan Dana
Memberikan gambaran tentang bagaimana pengelolaan dana untuk Penyusunan rencana
bisnis inkubator dan biaya operasional serta investasi akan digunakan:
4. Kegiatan lainnya
Total:
1. Biaya Pegawai
Total:
1. Investasi Gedung
1.2 Lainnya
2. Investasi Infrastruktur
2.3 Lainnya
Total:
3. Persyaratan Modal
Memberikan gambaran tentang bagaimana pembentukan bisnis inkubator dan
biaya operasional serta biaya investasi:
Perolehan Dana untuk Biaya Pembentukan Total Biaya ( Rp)
Inkubator Bisnis
Total:
Total:
Lampiran mengenai lembar komitmen/kerjasama sponsor untuk pendanaan dan fasilitas lainya.
BAB III ORGANISASI DAN PROSEDUR KERJA INKUBATOR BISNIS
A. ORGANISASI
1. Status Hukum
Bagaimana status legalitas status hukum Inkubator Bisnis di unit kerja anda ?
2. Kepemilikan
Bagaimana status kepemilikan Inkubator Bisnis di unit kerja anda?
3. Struktur Organisasi
( maksimal 3 halaman )
b. Sistem Remunerasi
Jika ada deskripsikan mengenai, sistem remunerasi untuk pegawai ( BPJS, bonus, insentif
dll)
2. Insfrastruktur Fisik
Penjelasan tentang infrastruktur fisik yang tersedia dan definisi perabotan, peralatan
Informasi Teknologi (IT) yang dibutuhkan serta nilainya.
3. Perawatan Fasilitas
Perawatan fasilitas adalah kewajiban siapa dan dibebankan kepada siapa pembiayaannya.
BAB VI KESIMPULAN
Kesimpulan mengenai rencana keuangan, apakah bermanfaat dilihat dari investasi dan
lainnya.
V. lampiran -lampiran
Lampiran 1 : Diagram Business Canvas Model