Anda di halaman 1dari 69

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Maksud dan Tujuan

C. Definisi Inkubator Bisnis

D. Model Inkubator Bisnis

BAB II PENDIRIAN INKUBATOR BISNIS

A. Tahapan Pendirian Inkubator Bisnis

1. Dasar Hukum

2. Tahapan Pembentukan Inkubator Bisnis

a. Tahapan Pertama (Studi Kelayakan dan Persiapan)

b. Tahapan Kedua (Benchmarking dan Identifikasi Sarana Prasarana)

c. Tahapan Ketiga ( Implementasi dan Penyusunan Strategi)

B. Tata Cara Pengelolaan Inkubator Bisnis

1. Organisasi Pengelola Inkubator Bisnis

a. Pengelolaan Sumber Daya Manusia Inkubator Bisnis

b. Pengelolaan Layanan/ Kegiatan

c. Pengelolaan Tenant

d. Pengelolaan fasilitas inkubator bisnis

e. Pengelolaan sumber daya pendanaan

f. Pengelolaan administrasi dan dokumentasi inkubator bisnis

2. Tata kelola inkubator bisnis industri

3. Evaluasi Kinerja Inkubator Bisnis

BAB III PENYELENGARAAN INKUBATOR BISNIS


A. Inkubator Bisnis yang terstruktur dan Komprehensif

1. Proses dan Tahapan Inkubasi Bisnis

a. Pra- Inkubasi

b. Inkubasi

c. Pasca-Inkubasi

2. Layanan inkubator bisnis

a. Jasa layanan Internal

b. Jasa Layanan Eksternal

3. Evaluasi Kinerja Tenant

B. Inkubator Bisnis Melalui Paket Pelatihan Yang Terintegrasi

1. Persiapan Pelatihan Terintegrasi

a. Training Need Analysis

b. Penyusunan Kurikulum Pelatihan

c. Kerjasama antara Penyelenggara Inkubator Bisnis dengan Stakeholder di Daerah

2. Pelaksanaan Inkubator Bisnis Melalui Pelatihan Terintegrasi

a. Seleksi dan rekrutmen peserta

b. Pelaksanaan pelatihan

c. Pelaksanaan pendampingan KUB

d. Kegiatan penunjang lainnya

3. Evaluasi

a. Evaluasi peserta

b. Evaluasi Narasumber

2) Evaluasi Program Pelatihan Terintegrasi

V. lampiran -lampiran

FORMAT PERENCANAAN BISNIS INKUBATOR BISNIS POLITEKNIK / SMK / BDI


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi ekonomi di awal millennium ketiga ini berdampak pada semakin
maraknya kegiatan perekonomian antar negara dan antar kawasan. Hal itu dapat menjadi salah
satu tolak ukur bahwa kekuatan suatu negara sangat tergantung dari kekuatan ekonomi negara
tersebut. Indonesia sebagai negara terbesar di kawasan Asia Tenggara dengan potensi
kekayaan alam dan jumlah penduduk yang besar adalah salah satu negara yang diramal akan
menjadi kekuatan ekonomi baru dunia.

Kemajuan ekonomi nasional dewasa ini cukup mengembirakan. Akan tetapi bila
dibandingkan dengan negara-negara berkembang di kawasan Asia bahkan di Asia Tenggara
masih tergolong sedang-sedang.. Kondisi ideal dalam suatu negara dengan pertumbuhan
ekonomi tinggi adalah minimal 2,5 % dari populasi penduduknya merupakan wirausahawan.
Kondisi sekarang di Indonesia, jumlah wirausahawan masih belum lebih dari 2 % dari
populasi penduduk masih tertinggal dari negara tetanga sperti Singapura sebanyak 7%,
Malaysia 5%, dan Thailand 3% (sumber: http://finance.detik.com/read/2015/03/10: di-asean-persentase-jumlah-
pengusaha-di-ri-kalah-dari-malaysia-dan-thailand). Jika tidak segera menggenjot pertumbuhan
wirausaha baru, maka dipredikasi Indonesia hanya akan menjadi pasar dari produk-produk
luar.

Penumbuhan wirausaha baru industri (IKM) adalah salah satu fokus utama dalam
meningkatkan laju pertumbuhan industri. Akan tetapi banyak hambatan dan tantangan untuk
menumbuhkan wirausaha baru tersebut. Dalam tahap perkembangan bisnis, yang paling
banyak menghadapi risiko kegagalan yaitu bisnis pada tahap pemula (start up). Oleh karena
itu, di negara-negara maju seperti Amerika dan negara-negara Eropa, mereka membentuk
system atau infrastruktur agar resiko dapat diperkecil, dengan membuat lembaga yang
namanya “Incubator”, yaitu suatu fasilitas dan aktivitas yang diberikan kepada pengusaha
pemula yang biasa disebut penyewa (tenant) dalam bentuk fisik, misalnya tempat memulai
mengembangkan usaha, fasilitas produksi, pelayanan pelatihan, akses kepada teknologi,
tenaga kerja, modal dan pasar. Di sini pengusaha saling berinteraksi sehingga dapat saling
tolong menolong, berbagi pengalaman, dan sebagainya, yang menyebabkan inkubator
menjadi tempat kondusif untuk tumbuhnya usaha baru.

Peranan Inkubator Bisnis menjadi sangat penting dan strategis untuk melahirkan
IKM - IKM inovatif, karena melalui inkubator calon-calon wirausaha baru berbasis ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat kita kembangkan. Pengembangan Inkubator Bisnis telah
dirintis Indonesia sejak tahun 1993. Sempat berkembang sebanyak 56 inkubator di Perguruan
Tinggi Negeri/Swasta dan juga oleh sektor perusahaan swasta namun perkembangannya
belum menggembirakan. Dari pengalaman pengembangan Inkubator di luar negeri, ternyata
di Indonesia secara konsepsi dan kebijakan masih terdapat banyak hal yang perlu
dilengkapi dan disepakati, salah satunya terkait dengan payung hukum.

Tahun 2013 Pemerintah melalui Perpres No. 27 Tahun 2013 memberi payung hukum
penyelenggaraan kegiatan inkubator bisnis. Perpres tersebut menyebutkan bahwa untuk
meningkatakan daya saing nasional perlu ditumbuhkan wirausaha baru dan inkubator
wirausaha merupakan wahana ditunjukkan untuk menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan
dan jejaring usaha.

UU no. 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian juga menyebutkan bahwa pembinaan


sumber daya industri juga mencakup pembinaan wirausaha industri. Disebutkan pada bahwa
pembinaan wirausaha baru untuk menciptakan wirausaha yang berkarakter dan bermental
kewirausahaan serta berkomptensi di bidang usahanya. Pembinaan wirausaha industri
dilakukan melalui pelatihan, kemitraan dan inkubator wirausaha atau inkubator industri.

Kebijakan pemerintah mengembangkan pengembangan perekonomian berorientasi


global dengan membangun keunggulan kompetetif, dengan membuka akses yang luas
terhadap kesempatan berusaha. Untuk tahap awal hasil yang hendak dicapai dari
pembangunan ini adalah industri kecil berperan maksimal dalam perkembangan dunia usaha
industri, sehingga industri kecil dapat tumbuh dan berkembang serta memberikan kontribusi
peningkatan daya saing ekonomi bangsa dan Negara. Hal ini dapat dilihat dari beberapa
kebijakan pemerintah dibidang industri, antara lain :
1. Hilirisasi Pembangunan industri diarahkan pada industri berbasis sumber daya alam
yaitu pertanian/peternakan, kelautan dan pertambangan yang mampu memberikan
nilai tambah yang tinggi dan mampu bersaing dalam pasar lokal, regional dan global.

2. Pengembangan IKM dan industri mikro perlu ditingkatkan dan dibina menjadi usaha
yang sesuai dengan standard dan pemenuhan yang dipersyaratkan, sehingga membuka
lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

3. Menggalakan IKM yang sehat bagi pelaku industri serta meningkatkan pertumbuhan
IKM melalui penyiapan infrastruktur dan bantuan teknis.

Melalui kebijakan tersebut, maka program insentif inkubasi bisnis industri perlu
dijalankan agar dapat menumbuhkan tenant untuk menjadi perusahaan industri pemula serta
meningkatkan IKM menjadi usaha yang terstandar.

B. Maksud dan Tujuan

Kegiatan fasilitasi program inkubator bisnis di lingkungan Pusdiklat Industri


Kementerian Perindustrian bertujuan untuk:

1. Memfasilitasi pengembangan industri


2. Menciptakan sinergi antara lembaga pendidikan, pemerintah, dan dunia industri
untuk mendorong transfer teknologi, inovasi, hilirisasi produk dan meningkatkan
daya saing produk industri.
3. Mempercepat perkembangan wirausaha industri baru
4. Meningkatkan jumlah wirausaha industri baru yang berdaya saing sehingga
mampu mempercepat pertumbuhan sektor industri.
5. Meningkatkan jumlah wirausaha industri baru yang mampu menciptakan
lapangan kerja di masayarakat.
6. Menciptakan budaya kewirausahaan di masayarakat.

C. Definisi Inkubator Bisnis

Inkubator Bisnis pertama kali diperkenalkan di New York dimana sebuah gedung
yang sebelumnya digunakan untuk melakukan inkubasi terhadap ayam kemudian dirubah
penggunaannya untuk menginkubasi perusahaan pemula. Konsep inkubator bisnis kemudian
diadopsi oleh sejumlah negara dan meluas ke berbagai negara sebagai sebuah media untuk
melakukan pendekatan bisnis yang berkelanjutan dengan harapan menjadi potensial bisnis
yang tinggi.

Pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2013 Tentang


Pengembangan Inkubator Wirausaha, mendefinisikan Inkubator Wirausaha adalah suatu
lembaga intermediasi yang melakukan proses inkubasi terhadap Peserta Inkubasi (Tenant).
Peserta inkubasi atau tenant akan memperoleh pembinaan, pendampingan, dan pengembangan
yang diberikan oleh inkubator wirausaha. Penegasan dari definisi diatas tertuang dalam
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM No. 11 /Per/M.KUKM/ XII /2013:

(a). Inkubasi adalah proses pembinaan bagi Usaha Kecil dan atau pengembangan produk baru
yang dilakukan oleh Inkubator Bisnis dalam hal penyediaan sarana dan prasarana usaha,
pengembangan usaha dan dukungan manajemen serta teknologi.

(b). Inkubator adalah lembaga yang bergerak dalam bidang penyediaan fasilitas dan
pengembangan usaha, baik manajemen maupun teknologi bagi Usaha Kecil dan Menengah
untuk meningkatkan dan mengembangkan kegiatan usahanya dan atau pengembangan produk
baru agar dapat berkembang menjadi wirausaha yang tangguh dan atau produk baru yang
berdaya saing dalam jangka waktu tertentu.

Menurut Harley (2010:4) Inkubator Bisnis dapat diartikan sebuah organisasi yang
membantu menumbuhkan dan mengembangkan perusahaan yang baru yang diajukan oleh
peserta/tenant dengan memberikan berbagai macam layanan komperhensif dan terpadu, yaitu:

a. Inkubator space, dapat berupa kantor, manufaktur, laboratorium, atau penjualan


yang tersedia secara fleksibel, terjangkau dan bersifat sementara.
b. Common Space, fasilitas yang diberikan kepada tenant seperti ruang pertemuan, lobi
resepsi, dan kantin.
c. Common Services, seperti dukungan kesekretariatan dan penggunaan peralatan kantor
secara bersama-sama.
d. Hands-on Counseling, bantuan konseling secara intens dan akses bantuan khusus.
e. Bantuan dalam mencari dan memperoleh pembiayaan bisnis atau bahkan menyediakan
beberapa tingkat pembiayaan untuk klien.

Inkubasi Bisnis merupakan tuntutan dari the new economy global, yang terjadi
karena adanya perubahan yang cepat dan signifikan di bidang teknologi, telekomunikasi,
dan digitalisasi, adanya deregulasi dan globalisasi. Perubahan tersebut memaksa adanya
perubahan pada setiap pelakunya mulai dari skala negara, perusahaan/organisasi, dan
individu.

Inkubasi Bisnis adalah proses pembinaan bagi usaha kecil dan atau pengembangan
produk baru yang dilakukan oleh inkubator bisnis dalam hal penyediaan sarana dan prasarana
usaha, pengembangan usaha dan dukungan manajemen serta teknologi. Sedangkan inkubator
bisnis adalah lembaga yang bergerak dalam bidang penyediaan fasilitas dan pengembangan
usaha, baik manajemen maupun teknologi bagi usaha kecil dan menengah untuk
meningkatkan dan mengembangkan kegiatan usahanya dan atau pengembangan produk baru
agar dapat berkembang menjadi wirausaha yang tangguh dan atau produk baru yang berdaya
saing dalam jangka waktu tertentu.

Konsep inkubasi bisnis lahir diantara masa ekonomi kapitalisme klasik dan
neoklasikal. Kapitalisme klasik menurut Adam Smith (1776) merupakan sistem ekonomi
dengan karakteristik kepemilikan atas sumberdaya secara individual untuk menciptakan laba
bagi dirinya sendiri. Teori ini memiliki cenderungan individualistik tanpa memperhatikan
relasi dan integrasi. Sedangkan neoklasik memandang bahwa pasar terdiri dari banyak
pembeli dan penjual yang saling berintegrasi sehingga menciptakan rumusan penawaran
sama dengan permintaan atau “equilibrium”. Teori ini memandang individu sebagai bagian
dari sistem ekonomi pasar yang senantiasa harus melakukan pengembangan dan perubahan
guna memenuhi penawaran atau permintaan.

Pada era the new economy yaitu suatu era ekonomi yang terdiri dari banyak fenomena
yang saling berinteraksi dan ber-relasi dalam mewujudkan tujuan, maka salah satu wujud dari
inkubasi bisnis adalah SOHO (Small Office Home Office). Merupakan sebuah konsep bisnis
kontemporer yang lahir karena adanya perkembangan di bidang teknologi, telekomunikasi,
dan digitalisasi, yang dapat memberikan kemudahan bagi para pengambil keputusan dari
mana saja. Selain itu kehadiran dan keberadaan inkubator bisnis dalam new economy mampu
membantu menciptakan mekanisme pasar yang persuasif dan kondusif, karena berbisnis
melalui proses inkubasi yang pada gilirannya menjadikan persaingan sebagai sebuah
kemutlakan.
Pola penciptaan new entrepreneur dan pembinaan industri kecil dan menengah
melalui inkubasi bisnis dilakukan dengan cara pembinaan di bawah satu atap (in- wall) dan
secara pembinaan di luar atap (out-wall). Selanjutnya, kedua pola tersebut disebut sebagai
model penciptaan dan pembinaan inkubasi bisnis. Model yang pertama bersifat klasikal, yaitu
kegiatan pelatihan, pemagangan, sampai dengan perintisan usaha produktif dilakukan di
dalam satu unit gedung. Setiap peserta/anggota (tenant) melakukan aktivitasnya di dalam
ruangan masing- masing yang telah disediakan inkubator. Sementara, pada model inkubasi
yang kedua, kegiatan/aktivitas usaha ekonomi produktif tidak dilakukan dalam satu atap,
melainkan secara terpencar di luar pusat manajemen inkubator. Hal tersebut dimungkinkan
karena pada model kedua ini wujud dan kegiatan usaha sudah berjalan, inkubator
bisnis berfungsi sebagai konsultan, pendamping, dan pembina kegiatan usaha. Sehingga, pada
model yang kedua ini lebih cenderung menyerupai jaringan kerja (business networking).

Menurut pasal 3 Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2013 Sasaran yang dituju dari
pembentukan suatu inkubator wirausaha antara lain:

1. penumbuhan wirausaha baru dan penguatan kapasitas wirausaha pemula (start-up)


yang berdaya saing tinggi;

2. penciptaan dan penumbuhan usaha baru yangmempunyai nilai ekonomi dan


berdaya saing tinggi;

3. peningkatan nilai tambah pengelolaan potensi ekonomi melalui pemanfaatan ilmu


pengetahuan dan teknologi;

4. peningkatan aksesibilitas wirausahawan atau calon wirausahawan untuk mengikuti


program Inkubasi;

5. peningkatan kemampuan dan keahlian pengelola Inkubator Wirausaha untuk


memperkuat kompetensi Inkubator Wirausaha; dan

6. pengembangan jejaring untuk memperkuat akses sumber daya manusia,


kelembagaan, permodalan,pasar, informasi, dan teknologi.

Secara sistemik, inkubasi bisnis merupakan suatu wahana transformasi pembentukan


sumberdaya manusia yang tidak atau kurang kreatif dan produktif menjadi sumberdaya
manusia yang memiliki motivasi wirausaha secara kreatif, inovatif, produktif dan kooperatif
sebagai langkah awal dari penciptaan wirausaha yang memiliki keunggulan kompetitif dan
komparatif serta memiliki visi dan misi kedepan yang jelas. Inkubasi bisnis memiliki
cakupan komunitas yang saling berintegrasi dalam operasi dan aktivitas, yaitu: wirausahawan,
perguruan tinggi, lembaga pembiayaan, konsultan bisnis, penasihat hukum bisnis, swasta,
BUMN/BUMD, pemerintah melalui instansi-instansi teknis terkait, dan lembaga swadaya
masyarakat.

D. Model Inkubator Bisnis


Dari sisi istilah lembaga yang melakukan proses inkubasi ternyata ditemukan nama
yang berbeda diantaranya : Inkubator Bisnis, Science Park, Technology Inovation Centre
dan lainnya. Namun pada prinsipnya aktivitas yang dilakukan memiliki proses yang serupa
yaitu proses inkubasi bisnis. Model inkubator bisnis bisa dijelaskan menjadi 5 hal yaitu:

1. Model pengelolaan Inkubator bisnis


2. Model rintisan pengembangan inkubator bisnis
3. Model pendampingan dan penguatan inkubator
4. Model pembiayaan tenant inkubator bisnis
5. Model pelatihan inkubator bisnis

1. Model Pengelolaan Inkubator Bisnis


Inkubator Bisnis dapat dibagi menjadi 5 tipe berdasarkan tata cara pengelolaannya
yaitu:

 Industrial inkubator adalah inkubator yang didukung pemerintah dan lembaga non-
profit. Tujuannya penciptaan lapangan kerja biasanya untuk mengatasi tingkat
penggangguran;
 Univeristy-related incubator adalah inkubator yang bertujuan untuk melakukan
komersialisasi science, teknologi dan HAKI dari hasil penelitian. Inkubator perguruan
tinggi menawarkan perusahaan pemula untuk memperoleh layanan laboratorium,
komputer, perpustakaan dan jasa kepakaran perguruan tinggi. Inkubator ini
didukung langsung oleh perguruan tinggi dan bekerjasama dengan pihak-pihak lain
yang memiliki perhatian. Konsep Inkubator Bisnis yang dikembangkan di perguruan
tinggi merupakan wahana bagi komersialisasi riset dan penciptaan lapangan kerja
baru, yang pada akhirnya tercipta rantai susulan lapangan kerja (job creation), yang
diharapkan terciptanya suatu proses usaha yang mepunyai nilai tambah, mampu
menciptakan lapangan kerja dan jalinan kerjasama yang erat antara universitas-
industri- masyarakat-pemerintah. Rangkaian proses ini akan mampu mengubah
penemuan-penemuan baru menjadi inovasi, sehingga terjadi proses penciptaan nilai
(value creation) yang akan memberikan dampak positif pada munculnya
komersialisasi teknologi yang mampu mendorong penciptaan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat (social wealth creation and social wealth improvement).
 For-profit property development incubators adalah inkubator yang menyediakan
perkantoran, tempat produksi, dan fasilitas jasa secara bersama-sama. Beberapa
fasilitas kantor yang mendukung image perusahaan digunakan bersama dan inkubator
manarik biaya sewa dari pengunaan fasilitas tersebut;
 For-profit investment incubator adalah incubator menyerupai perusahaan modal
ventura dan business angel, yang menempati kantor yang sama dengan tenant
(perusahaan) yang dibiayainya. Inkubator ini memiliki perhatian yang lebih terhadap
portofolio tenant.
 Corporate Venture incubator adalah inkubator ini merupakan model inkubator yang
paling sukses dan tercepat perkembangannya. Perusahaan yang sudah mapan
mendirikan inkubator untuk mengambil alih perusahaan kecil dan memberikan
suntikan dana dan keahlian bahkan pasar.

2. Model Rintisan Pengembangan Inkubator Bisnis


Ada beberapa model rintisan incubator berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan
oleh Kementerian UMKM yang dapat dijadikan rujukan dalam pengembangan inkubator
bisnis di Indonesia yaitu :

a. Model Inkubator Manufacturing

b. Model Inkubator Industri Kreatif

c. Model Inkubator Agro Industri

a. Model Inkubator Manufacturing


Bagi pengembangan Inkubator Manufacturing terdapat 12 sektor usaha yang dapat
dipilih untuk difasilitasi atau bisa memilih hanya beberapa sektor saja sesuai dengan
dukungan SDM pengelola dan infrastruktur pendukung yang dimiliki dan dikuasai.
Selanjutnya inkubator bisa membina dan mengembangkan tenant melalui proses inkubasi
mulai dari pra-inkubasi, inkubasi dan pasca inkubasi. Untuk sektor manufacturing pada phase
inkubasi diperlukan perhatian penuh terutama dalam fasilitasi penerapan teknologi. Demikian
juga pada phase pasca inkubasi untuk menjembatani tenant mencari patner usaha sekaligus
memfasilitasi tenant dalam penetapan royalti dan profit shere. Output yang diinginkan
adalah menjadikan tenant sebagai usaha baru yang inovatif dan beretika dan mampu
mendorong peningkatan perkembangan usaha manufaktur lainnnya. sebagaimana model
berikut :

Gambar 1.1 Model Inkubator Manufacturing

b. Model Inkubator Industri Kreatif


Sektor industri kreatif menjadi perhatian besar pemerintah untuk didorong
pertumbuhannya, karena mampu mendatangkan devisa dan sekaligus mendorong kreativitas
dan pertumbuhan ekonomi masyarakat, terdapat 14 sektor yang bisa dikembangkan dan
difasilitasi sebagaimana model berikut :

Gambar 1.2 Model Inkubator Industri Kreatif

Dukungan pemerintah pusat/daerah, swasta dan perguruan tinggi (triple hellix) sangat
diperlukan terutama dalam infrastruktur pendukung seperti peralatan termasuk dukungan
tenaga ahli. Selanjutnya inkubator bisa membina dan mengembangkan tenant melalui proses
inkubasi mulai dari pra-inkubasi, inkubasi dan pasca inkubasi dengan penekanan
sebagaimana alur di atas. Output yang diinginkan adalah menjadikan tenant sebagai usaha
baru/perusahaan yang inovatif dan beretika dan kuat serta membentuk kelompok usaha yang
terintegrasi. Lebih jauh lagi bisa menjadi basis ekonomi yang kuat, mendukung usaha lokal
dan pariwisata serta mampu mendorong pertumbuhan ekonomi sektor pedesaan.
c. Model lnkubator Agroindustri

Gambar 1.3 Model Inkubator Bisnis Agroindustrim

(diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia)

Dalam pengembangan Inkubator Agroindustri peran stakeholder sangat diperlukan


sebagaimana diperlihatkan pada gambar di atas. Terdapat 3 sektor utama yang dapat dipilih
oleh lembaga inkubator untuk difasilitasi atau bisa memilih salah satu diantaranya sesuai
dengan dukungan SDM dan infrastruktur pendukung yang dimiliki dan dikuasai.

Untuk proses selanjutnya mulai dari pra-inkubasi, inkubasi dan pasca inkubasi tidak
jauh berbeda dengan model sebelumnya. Pada pengembangan usaha agribisnis, maka output
yang diinginkan lebih ditujukan pada : peningkatan kemampuan SDM, peningkatan
kemampuan teknologi, meningkatkan posisi tawar, menjamin kestabilan harga dan suplay
bahan baku. Tenant yang telah di inkubasi tentunya diharapkan bisa menjaga kelangsungan
bisnisnya dengan stabil dalam menditeksi gejolak pasar. Tentunya usaha agrobisnis yang
berkembang dapat menjadi basis ekonomi yang luas, mendukung usaha lokal dan
memperkuat sektor ekonomi pedesaan.

3. Model Pendampingan dan Penguatan lnkubator

Ke tiga model di atas dilengkapi dengan model pendampingan dan penguatan


inkubator, pola pembiayaan tenant inkubator dan model pelatihan inkubator yang diharapkan
bisa menjadi pedoman dasar untuk dikembangkan atau dielaborasi sesuai dengan kapasitas
pengelola masing-masing inkubator.

Gambar 1.4 Model Pendampingan dan Penguatan Inkubator Bisnis

(diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia)

Model pendampingan dan penguatan inkubator yang digambarkan di atas


menjelaskan beberapa penguatan yang mesti dilakukan inkubator terhadap tenant antara lain
: QC (quality control), Brand Establishment, Services dan Funding. Materi peningkatan
quality control terhadap produk yang dihasilkan tenant terutama dalam hal : (a)
pengendalian biaya (Cost Control), bertujuan agar produk yang dihasilkan memberikan
harga yang bersaing (Competitive price); (b) pengendalian produksi (Production Control)
bertujuan agar proses produksi (proses pelaksanaan ban berjalan) bisa lancar, cepat dan
jumlahnya sesuai dengan rencana pencapaian target; (c) pengendalian standar spesifikasi
produk meliputi aspek kesesuaian, keindahan, kenyamanan; (d) pengendalian waktu
penyerahan produk (delivery control) terkait dengan pengaturan untuk menghasilkan jumlah
produk yang tepat waktu pengiriman dan tepat waktu diterima.

Brand establishment terkait dengan pemberian merk dan penguatan brand image
pada produk yang dihasilkan tenant. Merek yang terpercaya merupakan jaminan atas
konsistensi kinerja suatu produk yang dicari konsumen ketika membeli produk atau merek
tertentu. Merek juga merupakan janji kepada konsumen bila menyebut menyebut namanya,
timbul harapan bahwa merek tersebut akan memberikan kualitas terbaik, kenyamanan, status
dan pertimbangan lain ketika konsumen melakukan pembelian.

Services atau pelayanan ditujukan pada : (a) Self Esteem (memberi nilai pada diri
sendiri); (b) Exceed Expectations (melampaui harapan konsumen); (c) Recover (merebut
kembali); (d) Vision (Visi); (e) Improve (melakukan peningkatan perbaikan); (f) Care
(memberi perhatian); (g) Empower (pemberdayaan); (h) Untuk melaksanakan tugas sebagai
frontliner tentunya didasari pada pelayanan yang mengacu pada kepuasan pelanggan
(customer satisfaction) yang dilayani.

Funding atau pendanaan terkait dengan penguatan bagaimana tenant mampu


membuat suatu kelayakan terhadap usaha yang dilakukan agar dapat memperoleh akses
pendanaan yang lebih cepat baik itu pada lembaga keuangan maupun investor agar tenant
mampu mengakses pendanaan internal maupun eksternal.

4. Model Pembiayaan Tenant Inkubator


Pembiayaan tenant inkubator merupakan hal yang perlu diperhatikan dan dirancang
dengan mengingat terkait dengan kepentingan banyak pihak. Model pendanaan yang
digambarkan di atas melibatkan inkubator, tenant, LPDB dan perbankan. Model diatas
menjelaskan bahwa pembiayaan tenant inkubator dapat diupayakan melalui skema tersebut
dimana :

a. Sumber pendanaan tenant biasa diupayakan dari : lembaga keuangan (perbankan


dan non bank). LPDB, CSR, PKBL, dan hibah;

b. Dapat dibentuk koperasi konsorsium dengan anggota (kopeasi inkubator, koperasi


perbankan, koperasi dinas, koperasi BUMD);

c. Tenant dapat mengajukan kredit kepada koperasi;


d. Inkubator : memberikan rekomendasi teknis kepada lembaga keuangan;

e. Pemerintah dimintakan untuk berperan sebagai regulator, dan fasilitator.

Gambar 1.5 Model Pembiayaan Inkubator Bisnis

5. Model Pelatihan Inkubator

Model ini disusun dengan mempertimbangkan pelatihan yang dibutuhkan inkubator


bisnis, perlu adanya mobilisasi trainer terkait dengan penyediaan trainer yang
berkompeten. Trainer tersebut akan diberikan materi atau pembekalan berdasarkan kebutuhan
tenant baik untuk outwall maupun inwall.
Model 1.6 Model Pelatihan Inkubator
BAB II PENDIRIAN INKUBATOR BISNIS
A. Tahapan Pendirian Inkubator Bisnis
1. Dasar Hukum

Pendirian dan penyelenggaraan Inkubator Bisnis mengacu pada beberapa Undang-


Undang peraturan-peraturan pemerintah yaitu:

1. Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian yaitu pada Bab IV


Pembangunan Sumber Daya Manusia Industri Pasal 17
2. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2013 Tentang Pengembangan Inkubator
Wirausaha
3. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM No. 11 /Per/M.KUKM/ XII /2013
Tentang Norma, Standar, Prosedur Dan Kriteria Penyelenggaraan Inkubator Wirausaha

2. Tahapan Pembentukan Inkubator Bisnis


Sebagaimana memulai suatu kegiatan, membentuk suatu unit inkubator bisnis industri
juga melalui beberapa tahapan. Mengutip dari literatur (sumber), pendirian inkubator secara
bisa digambarakan sebagai berikut:

Gambar 2. 1: Proses Persiapan inkubator bisnis


Secara lebih sederhana proses diatas bisa dibagi menjadi 3 tahapan yaitu:

 Tahap pertama berupa kegiatan menyiapkan ide, komitmen, dan studi kelayakan
berupa Business Canvas Model dan Kajian Akademis Pendirian Inkubator Bisnis
 Tahap kedua Analisa terkait kesiapan sarana dan prasarana pendukung program
Inkubator bisnis. Pada tahap ini juga pendiri inkubator merumuskan strategi dalam
membangun inkubator bisnis industri sekaliagus strategy yang akan digunakan untuk
mengevaluasi kegiatan dalam bentuk Buku Panduan Kegiatan
 Tahap Ketiga terakhir adalah implementasi dan melakukan pengembangan dan
perbaikan terus menerus.

Ketiga tahapan secara sederhana dapat digambarkan dalam gambar berikut :

Gambar 2.2 Tahapan pembentukan inkubator bisnis


a. Tahapan Pertama (Studi Kelayakan dan Persiapan)
Pihak yang menginisiasi pendirian inkubator dalam hal ini satuan kerja melalukan
pertemuan dengan industri, asosiasi, komunitas, dan institusi-institusi pendidikan yang akan
terlibat nantinya untuk menyatukan visi dalam mengembangkan suatu inkubator wirausaha
industri. Pada tahap ini input terkait potensi industri, potensi sumber daya manusia,
perkembangan teknologi, pasar dan hal terkait lainnya dijadukan acuan untuk meyusun
sebuah studi kelayakan pendirian inkubator bisnis.
Untuk mempersiapkan pendirian sebuah inkubator bisnis industri secara umum perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut ini :

 Membentuk tim kerja pendirian inkubator bisnis industri


Tim ini dibentuk sebagai penanggung jawab untuk memproses segala sesuatu yang
dibutuhkan dalam proses pendirian inkubator pada tahap awal;
 Penetapan tujuan Inkubator bisnis industri
Menetapkan tujuan secara jelas dibutuhkan untuk memberikan arah bagi inkubator
dalam menjalankan aktivitasnya.
 Penetapan sumber-sumber pendanaan
Sumber pendanaan menjadi faktor yang sangat menentukan untuk keberlangsungan
proses inkubasi yang akan dilakukan. Inkubator bisnis industri dapat didirikan dengan
didukung lembaga pendidikan, pemerintah, lembaga perbankan, dan lembaga-
lembaga lainya yang menyediakan pendanaan untuk pelaku usaha baru (Star Up
Entreprise). Penyandang dana harus memiliki tujuan yang sama dengan pendirian
inkubator bisnis industri;
 Penetapan jasa layanan yang dapat diberikan
Inkubator bisnis industri berperan untuk memberikan pengetahuan yang mendasar
tentang pengelolaan usaha. Bentuk-bentuk layanan inkubator bisnis industri ditetapkan
berdasarkan kebutuhan yang diperlukan, seperti : perencanaan pengembangan bisnis,
perencanaan keuangan, perpajakan dan lain-lain. Jasa layanan tersebut harus
diperkenalkan kepada para tenant inkubator agar dapat pahami terutama bagi tenant-
tenant baru;

 Penetapan kriteria waktu kerjasama inkubasi bisnis

Periode inkubasi harus ditetapkan, agar tenant dapat mengetahui batas waktu
proses inkubasi. Dari pengalaman di negara-negara yang telah menjalankan program
inkubator lama waktu kerjasama adalah 2-3 tahun. Penetapan kriteria waktu juga biasa
dilakukan dengan mempertimbangkan, misalnya berdasarkan keuntungan usaha atau
kematangan organisasi bisnis;

 Pembentukan manajemen Inkubator bisnis industri

Manajemen inkubator harus merupakan sekelompok pengelola yang mampu


melakukan evaluasi kelayakan dan mengembangkan suatu usaha menjadi lebih efektif
dan efisien baik dari sisi teknologi, pemasaran dan manajemen pengelolaan. Selain itu,
dapat memahami perilaku entrepreneur serta dapat bekerja bersama entrepreneur;

 Publikasi Inkubator

Publikasi dilakukan untuk mengundang pelaku usaha dan calon pelaku usaha yang
sesuai dengan target inkubator bisnis industri, membangun kerjasama antar lembaga
terkait;

 Jejaring kerjasama

Inkubator bisnis industri harus memberikan pelayanan pada tingkat lokal sebagai awal
pembentukan kerjasama untuk membangun hubungan dan tukar menukar informasi
dan pengetahuan. Jejaring kerjasama mencakup berbabgai lembaga yang dapat
memberikan dukungan terhadap pengembangan pelaku usaha baru meliputi perguruan
tinggi, pemerintah , lembaga keuangan, KADIN, dan lain-lain;

 Jejaring Inkubator bisnis industri

Inkubator bisnis industri di Indonesia telah banyak berdiri tetapi jejaring antar
inkubator bisnis di Indonesia belum terlaksana. Jejaring antar Inkubator bisnis
industri ini penting sebagai wadah/ sarana tukar menukar pengetahuan dan
pengalaman untuk meningkatkan kinerja inkubator bisnis industri menjadi lebih baik;

Sebagai langkah awal persiapan, harus ditentukan siapa yang akan menjadi
penanggungjawab program yang akan mengkoordinasikan pengembangan inkubator bisnis
industri ini. Seminar, Inseminasi, atau FGD dapat dilakukan untuk memberikan gambaran
yang jelas tentang konsep inkubator yang akan dijalankan, dimana perlu diinformasikan
secara jelas kepada pihak terkait tentang karakteristik dan tujuan, peluang dan tantangan,
serta tanggungjawab dan kewajiban dari pelaku utama pengembangan inkubator bisnis
industri (dalam hal ini pemerintah yang diwakili oleh Pusdiklat Industri, Politeknik, lembaga
keuangan, organisasi profesi, KADIN, dan beberapa lembaga lain yang digolongkan kedalam
stake holder). Ouputnya adalah tersusunya sebuah konsep layanan inkubator bisnis dalam
bentuk Busienss Canvas Model sebagai acuan model berpikir dalam pendirian inkubator
bisnis. Berikut adalah format Business Canvas Model.

Nama Inkubator:

Key Partner Key Activites Value Propositions Customer Market


Relationship Segment

Key Resources Channel

Cost Structure Revenue Stream

Gambar 2.3 usiness Canvas Model

Penjelasan terkait komponen Business Canvas Model:


 Value Prepotitions
Diisi dengan keunggulan layanan yang dari inkubator bisnis. Setiap inkubator bisnis
harus mampu memberi keunggulan pelayanan kepada pengguna jasa dalam hal ini
tenant dan para stakeholder.
 Market Segment
Diisi dengan sasaran pengguna jasa layanan inkubator bisnis. Tiap inkubator bisnis
mesti mampu mendefinisikan segment pengguna layanan dari beberapa klasifikasi
misalnya: rentang usia calon tenant, jenis produk yang akan dilayani, latar belakang
pendidikan calon tenant, dan lainnya.
 Customer Relationship
Diisi dengan fasilitas serta kemudahan-kemudahan yang diberikan ke tenant agar
menjaga hubungan timbal balik antara inkubator bisnis dengan tenant.
 Channel
Diisi dengan cara menghubungkan inkubator bisnis dengan segment pengguna jasa
yang dituju dalam hal ini calon tenant
 Key Activites
Diisi dengan rankaian kegiatan-kegiatan/program-program utama yang akan
dijalankan oleh inkubator bisnis dalam rangka mencapai value preposition.
 Key Resources
Diisi dengan sumber daya yang harus disediakan oleh inkubator bisnis agar mampu
value preposition.
 Key Partners
Diisi dengan pihak-pihak yang akan sangat medukung keberlangsungan aktivitas
inkubator bisnis serta mampu menyediakan sumber daya bagi inkubator bisnis
sehingga mampu mencapai value preposition misalnya: lembaga keuangan, capital
ventura, instansi pemerintah, lembaga litbang dan lainnya.
 Cost Structure
Diisi dengan penjabaran biaya-biaya yang akan keluar sebagai akibat dari pelaksanaan
aktivitas inkubator bisnis.
 Revenue Stream
Diisi dengan penjabaran pemasukan yang mungkin bisa diperoleh oleh inkubator
bisnis. Khusus untuk lembaga inkubator yang non profit pada bagian ini lebih
ditekankan pada sumber pemasukan untuk menutup biaya-biaya yang tertera pada cost
structure.
Pada bagian lampiran akan diberikan contoh pengisian business canvas model untuk
inkubator bisnis.
Langkah selanjutnya adalah menjabarkan semua ide dan masukan menjadi sebuah
kajian akademis sebagai panduan pengembangan inkubtor bisnis. Kajian akademis ini wajib
memuat sedikitnya hal-hal sebagai berikut:
 Latar belakang pendirian inkubator
 Tujuan dan manfaat
 Visi dan misi inkubator bisnis
 Kajian akademis inkubator ( penjelasan model inkubator yang dipilih, data potensi
industri sesuai spesialisasi, potensi sdm industri, analisa SWOT, penjelasan business
canvas model secara terperinci, rencana bentuk organisasi pengelola, jejaring kerja)
 Rencana/tahapan pengembangan inkubator bisnis ( timeline kegiatan)
b. Tahapan Kedua (Benchmarking dan Identifikasi Sarana Prasarana)
Pada tahapan ini dilakukan identifikasi kebutuhan sarana dan prasarana untuk
pengembangan inkubator bisnis. Sebagai pembanding tim atau pokja pengembangan
inkubator bisnis bisa melakukan benchmarking ke beberapa unit inkubator binis yang telah
beroperasi yang memiliki karakteristik sama dengan model inkubator bisnis yang akan
dikembangkan.

Selanjutnya perlu dilakukan studi kelayakan yang akan menguji parameter utama
tentang urgensi atau perlunya pengembangan unit inkubatr bisnis. Survey perlu dilakukan
untuk melihat kebutuhan, kebiasaan local, dan kekuatan yang dimiliki untuk menentukan
desain bisnis inkubator pada masing-masing institusi. Pada tahapan ini juga dikaji tentang
perencanaan pemenuhan sarana prasarana dan strategi pembiayaan kegiatan.

Pada tahap ini bisa melalui sebuah workshop disusun roadmap inkubator bisnis serta
standar operasional dan prosedur yang berlaku di unit inkubator bisnis. Pada tahap ini juga
para stakeholder yang akan terlibat diikat dalam suatu perjanjian kerjasama sebagai bukti
komitmen dalam mendukung program inkubator bisnis. Output pada tahap ini adalah
tersusunnya rencana kegiatan inkubator bisnis atau business plan yang sudah komprehensif
yang bisa dijadikan kerangka acuan kerja. Tersusunnya daftar kebutuhan sarana dan prasarana
yang harus disiapkan berserta serta rencana anggaran dan biaya kegiatan inkubator bisnis
minimal selama 1 tahun.

c. Tahapan Ketiga ( Implementasi dan Penyusunan Strategi)


Pada tahapan ini hal pertama yang dilakukan adalah melakukan penunjukan tim
pengelola dan tim pengawas inkubator bisnis. Kedua tim tersebut bertugas untuk
mengimplementasikan hal yang sudah disususn pada tahap 2.

Tim pengelola wajib menyusun beberapa hal yaitu:


 Kalender kegiatan mencakup jadwal sosialisasi, seleksi tenant, pendampingan tenant,
dan jadwal kegiatan lainnya selama 1 tahun
 Menentukan metode seleksi dan evaluasi tenant
 Membuat media penyampaian informasi inkubator bisnis
 Membuat buku profil inkubator bisnis yang berisi profil dari inkubator bisnis serta
profil tenant yang dibina
Pada tahap ini inkubator bisnis sudah bisa dijalankan dengan oleh tim pengelola
dengan pengawasan tim monev. Tugas dari tim monev adalah memberikan saran dan masukan
untuk peningkatan layanan secara berkesinambungan.
Yang harus selalu diingat oleh pengelola inkubator adalah prinsip pengelolaan
inkubator wirausaha antara lain:
 Komitmen Yang tinggi pada kegiatan utama: optimalisasi sumber daya pada
keberhasilan tenant menjadi usaha yang sukses, berdaya saing tinggi, efisien,
profitable.
 Pengoperasian Inkubator Wirausaha yang berkelanjutan dengan dukungan
kemampuan pendanaan.
 Tata Kelola (governance) diarahkan pada optimalisasi pada layanan atau bantuan
pada tenant dan meminimumkan prosedur birokrasi (berbudaya bisnis)
 Pengembangan Jejaring yang didukung komitmen dari para pemangku kepentingan
terkait dengan pengoperasian Inkubator Wirausaha
 Recruitment Manajer inkubator yang berkompetensi dan profesional
 Seleksi Tenant yang memiliki prospek usaha dan sikap positip dalam
kewirausahaan.
 Penyelenggaraan Peningkatan kompetensi manajer secara periodik
(sumber: Makalah dengan Judul “Pengembangan InkubatorWirausaha Dalam Perspektif
PERPRES No 27 Tahun 2013” oleh Aisril Fitri Syamas (Ketua Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia)
dalam acara Pelatihan Pengelola Inkubator Bisnis Pusdiklat Industri Kemeterian Perindustrian

Tahun 2014)

B. Tata Cara Pengelolaan Inkubator Bisnis


Pada prinsipnya kegiatan pengelolaan inkubator bisnis mencakup dua hal pokok yaitu:
Pengelolaan layanan inkubator bisnis dan pengembangan kewirausahaan serta satu fungsi
pendukung yaitu kerumahtanggaan Inkubator Bisnis. Untuk Inkubator bisnis yang berada
dalam lingkungan satuan kerja unit pendidikan di bawah Pusdiklat Industri, fungsi
kerumahtanggan sudah dilaksanakan oleh bagian tata usaha pada masin-masing satuan kerja.
Untuk itu fokus dari unit inkubator adalah pada dua hal utama yaitu: pengelolaan layanan
inkubasi dan pengembangan kewirausahaan tenant.

Tim Pengelola bekerja dengan supervisi dari Tim Monev yang sebaiknya berasal dari
para stakeholder yang sedari awal pendirian inkubator bisnis sudah turut berperan. Dengan
adanya tim monev kinerja diharapkan inkubator bisnis bisa memberilan pelayanan yang
prima. Berikut akan dijelaskan mengenai struktur organisasi serta tata cara pengelolaan
inkubator bisnis.

1. Organisasi Pengelola Inkubator Bisnis


Bentuk organisasi dari tim pengelola inkubator bisnis bisa menyesuaikan sesuai
dengan kebutuhan. Pada prinsipnya pengelola inkubator minimal 3 orang yang terdiri dari
Ketua dan 2 anggota yang masing-masing membidangi layanan inkubator bisnis dan layanan
pengembangan usaha.

Namun untuk pengelolaan yang lebih baik, struktur organisasi dalaam Inkubator
bisnisitu sendiri adalah sebagai berikut:

Gambar 2.4 Struktur organisasi pengelola inkubator bisnis secara umum

2. Tata kelola inkubator bisnis industri


Pengelolaan inkubator yang baik akan sangat menentukan keberhasilan program
inkubasi bisnis. Unsur tata kelola inkubator bisnis harus mencakup beberapa aspek yaitu:

 Pengelolaan sumber daya manusia inkubator bisnis


 Pengelolaan layanan/kegiatan
 Pengelolaan tenant
 Pengelolaan fasilitas inkubator bisnis
 Pengelolaan sumber daya pendanaan
 Pengelolaan administrasi dan dokumentasi inkubator bisnis

Yang bisa dijabarkan sebagai berikut:


a. Pengelolaan Sumber Daya Manusia Inkubator Bisnis
Pengelolaan sumber daya manusia inkubator bisnis adalah terkait dengan pengelolaan
tugas dan wewenang dari tim pengelola , tim monev , narasumber serta prasyarat yang harus
dipenuhi sebelum menjadi pengelola inkutor bisnis. Walaupun bentuk organisasi dari tiap unit
inkubator bisnis bisa berbeda tetapi secara umum tugas dan wewenang dasar dari tim
pengelola , tim monev, konsultan/ pendamping tenant, narasumber bisa dijabarkan sebagai
berikut:

No. Jabatan Uraian Tugas


1. Ketua tim Pengelola 1. Mengkordinir pelaksanaan program inkuabsi bisnis secara
Inkubator keseluruhan
2. Merencanakan pengembangan program inkubasi
3. Mengawasi pelaksanaan program inkubasi secara keseluruhan
4. Mengevaluasi pelaksanaan program inkubasi
5. Membangun jejaring kerja dengan lembaga inkubator lain,
lembaga pendanaan, industri, komunitas, lembaga pendidikan,
serta pihak-pihak lainnya.
2. Anggota tim pengelola 1. Melaksanakan kegiatan administrasi kegiatan inkubasi
2. Melaksanakan kegiatan evaluasi tenant dengan berkordinasi
dengan anggota tim pendamping
3. Melaksanakan kegiatan sosialisasi promosi program inkubator
4. Meyiapkan dan mengelola pemakaian sarana dan prasarana
inkubator
5. Mendokumentasikan pelaksanaan program inkubasi
6. Membuat laporan administrasi pelaksanaan program inkubasi
7. Melaksanakan fungsi kehumasan inkubator bisnis
8. Melaksanakan pendampingan tenant pada kesehariannya
9. Mengevaluasi kinerja tenant binaannya secara periodik
10. Memastikan tenant melaksanakan saran dan masukan dari
narasumber.
11. Mencatat tiap permasalahan yang dialami tenant dan memberi
saran apabila memungkinkan.
12. Berkordinasi dengan narasumber tetap atau narasumber tidak
tetap
4. Narasumber tetap Melakukan kegiatan pembinaan tenant (problem solving, motivasi, dan
tatap muka) secara rutin tiap perodenya bisa minggu atau bulan.

5. Narasumber tidak tetap/ Melakukan kegiatan pembinaan tenant (problem solving, motivasi, dan
Praktisi dari Industri tatap muka) secara insidental sesuai kebutuhan tenant.

6. Tim Monev Inkubator 1. Memantau pelaksanaan kegiatan inkubasi bisnis


Bisnis 2. Memberi saran dan masukan kepada pengelola inkubator bisnis
3. Melakukan evaluasi kinerja tim pengelola inkubator bisnissecara
periodik
SDM inkubator bisnis harus terpilih agar kompeten dan memilki komitmen yang
tinggi terhadap area tugasnya. SDM yang terlibat harus memiliki kriteria sebagai berikut:
 Mampu membuat program kerja transparan dan akuntabel
 Mengenal seluk beluk inkubator bisnis
 Memiliki jiwa pelayanan yang tinggi
 Bersedia dievaluasi secara berkala
 Terbuka dengan saran dan kritikan
 Mempunyai jiwa socialpreneur dan entreprenuer

Khusus untuk tim pengelola sebaiknya harus pernah mengikuti pelatihan pengelolaan
inkubator bisnis. Sedangkan untuk narasumber sebaiknya berasal dari kalangan tenaga ahli,
praktisi industri, dan pelaku industri yang sudah sukses.
b. Pengelolaan Layanan/ Kegiatan
Sasaran yang ingin dicapai dengan pembentukan inkubator bisnis industri ini adalah
untuk meciptakan lingkungan yang mendukung pembentukan dan pengembangan start-up
atau usaha pemula. Setelah diterima di inkubator, tenant haruslah mendapatkan nilai tambah
dari jenis dan kualitas layanan yang disediakan oleh inkubator.

Gambar 2.5 Pengelolaan layanan


Inkubator bisnis

Keberadaan layanan yang komprehensif dan berkualitas


merupakan aspek kritis yang dibutuhkan oleh start-up atau usaha pemula yang sering kali
berhadapan dengan permasalahan kurangnya dana dan kemampuan dalam menghasilkan
uang. Tugas utama dari pengelola inkubator adalah untuk berhadapan langsung dengan
kebutuhan tenant terhadap pengembangan usaha yang berkelanjutan. Layanan utama dari
inkubator bisnis anatara lain:

1) Layanan dasar kewirausahaan


Layanan ini berhubungan dengan pembinaan dasar bisnis dan jasa informasi bagi
calon wirausaha atau start-up. Topic utamanya adalah membantu tenant untuk
mengembangkan kemampuan dasar seorang wirausaha seperti menyusun bisnis plan,
mengembangan bisnis plan, manajemen usaha dasar dan aspek konseptual lainnya. Layanan
ini dapat diberikan bimbingan individu per tenant atau dalam bentuk workshop atau seminar.
Biasanya layanan bisa ini langsung diberikan oleh tenaga ahli internal. Layanan ini sebaiknya
diberikan secara rutin misalnya tiap minggu diisi satu sesi yang lamanya 2-4 jam pelajaran.

2) Layanan Pengembangan Usaha


Layanan ini berhubungan dengan pengembangan usaha yang lebih specific, seperti
perencanaan keuangan, pengembangan produk , dan pemasaran. Layanan ini sebagian
diberikan oelah tenaga ahli internal, namun juga dapat disediakan tenaga ahli dari luar.
Biasanya diberikan dalam bentuk pelatihan berkelompok

3) One on one advice


Layanan ini berhubungan dengan bimbingan khusus dan mebutuhkan jasa profesional.
Misalnya berkaitan dengan aspek legal usaha, pembukuan atau pengetahuan khusus tentang
sektor tertentu dalam rangka melakukan acquisisi pendanaan. Layanan ini biasanya
membutuhkan tenaga ahli dari luar

4) Permodalan start-up
Pembiayaan bagi strat-up dianggap sebagai layanan yang paling diinginkan dari
berbagai layanan yang disediakan oleh inkubator. Biayanya inkubator membuka akses
pembiayaan dengan membangun kontak dengan investor potensial yang bersedia membiayai
strat-up atau IKM yang telah berjalan, namun membutuhkan dana tambahan untuk
mengembnagkan usahanya. Lebih jauh lagi, inkubator dapat menyediakan akses untuk
memperoleh bantuan pembiayaan yang lebih besar melalui program bantuan pemerintah
regional atau nasional.
Untuk mempermudah bantuan permodalan untuk start-up, sebaiknya setiap inkubator
mempunyai lembaga bantuan permodalan sendiri yang bisa berupa suatu badan usaha seperti
koperasi atau organisasi non profit yang berbadan hukum. Hal tersebut bertujuan agar bisa
mempermudah penyaluran dana hibah, dana bergulir, PKBL dari BUMN, atau pinjaman KUR
dari bank pemerintah. Dengan adanya lembaga permodalan sendiri bantuan permodalan bisa
diberikan secara adil kepada semua tenant.

5) Kerjasama dan membangun Jejaring


Terakhir, layanan/fasilitas yang juga dibutuhkan oleh tenant adalah kemampuan
inkubator untuk menyediakan kontak usaha yang beragam. Hal tersebut memberikan peluang
bagi tenant untuk menjalin kerjasama dan jejaring yang akan menguntungkan bagi
perkembangan usaha mereka. Dimensi lain dalam layanan jejaring ini adalah kesempatan
untuk menjalain hubungan dengan organisasi usaha seperti KADIN atau BUMN, perusahaan-
perusahaan industri, lembaga keuangan, dan lembaga penanaman modal yang akan
memberikan berbagai kemudahan dalam melakukan proses pengembangan usaha, pemasaran,
dan permodalan.

6) Pameran, business gathering , product promotion, dan product launching


Inkubator bisnis juga berkewajiban memberikan fasilitas promosi kepada tenant dalam
bentuk pameran atau sejenisnya. Jika memungkinkan kegiatan pameran sebaiknya bisa rutin
dilakukan baik dilakukan sendiiri maupun bisa bekerjasama dengan pihak lainnya.

7) Pengembangan layanan inkubator bisnis


Pada setiap tahapan kemajuan, kebutuhan tenant juga akan berubah. Oleh sebab itu,
inkubator harus selalu meng-update data kebutuhan tenant secara berkala. Inkubator bisnis
wajib menyelenggarakan pertemuan bulanan dengan tenant untuk meyerap kebutuhan dari
tenant. Beberapa pertanyaan/hal di bawah ini dapat dijadikan acuan dalam
mengukur/menentukan layanan yang dibutuhkan :

Siapa?  Melakukan identifikasi tenant yang mebutuhkan layanan / pelatihan


 Untuk pelatihan kelompok, perkirakan perbedaan pengetahuan dan
pengalaman usaha yang mereka miliki sesuai dengan tahapan
perkembangannya
 Temukan instruktur atau konsultan yang sesuai dengan kebutuhan
pelatihan, baik intenal maupun eksternal

Apa?  Melakukan identifikasi tentang topic yang sesuai


 Isi atau materi pelatihan harus berhubungan dengan permasalahan
nyat yang dihadapi oleh tenant
Kapan?  Tawarkan sesi pelatihan / layanan yang sesuai dengan jadwal tenant
 Harus flexible
 Tawarkan palatihan / layanan sesegera mungkin setelah analisis
kebutuhan dilakukan
 Amati dan cek apakah sesi pelatihan kurang praktis jika dilakukan
pada jam kerja
Dimana?  Laksanakan pelatihan ditempat dan lingkungan yang cocok
 Jika layanan yang diberikan terpaksa dilakukan di luar lingkungan
inkubator, pastikan temapatnya dapat dijangkau dan ditemukan
dengan mudah
Bagaimana ?  Pertimbangkan untuk melaksanakan pendekatan pelatihan yang
selalu berbeda (misalnya pelatihan kelompok, tatap muka dan
konsultasi personal, mentoring, e-learning, dll)
 Tawarkan juga dukungan layanan tambahan diluar pelatihan yang
telah dijadwalkan
 Atur kegiatan pelatihan sedemikian rupa sehingga tenant tidak
dibebani dengan masa persiapan pelatihan yang terlalu lama
 Buat sistem informasi internal yang baik sehingga tenant dapat
memperoleh informasi pelatihan / layanan yang akan datang dengan
mudah, misalnya manfaatkan internet untuk pengumuman dan
registrasi online
 Perhatikan apakan pelatihan dalam jangka waktu yang singkat
namuan berulang lebih bermanfaat dibandingkan jadwal pelatihan
yang panjang dan terus menerus

c. Pengelolaan Tenant
Tenant merupakan pengguna jasa utama dari inkubator bisnis. Pengelolaan tenant
dimaksudkan agar anatar tenant dan inkubator bisnis bisa saling berkolaborasi sehingga
tujuan dari program bisa tercapai. Pengelolaan tenant mencakup beberapa hal yaitu:

 Tata cara rekrutmen tenant


 Pemenuhan hak dan kewajiban tenant
 Tata tertib tenant selama mengikuti program inkubator bisnis

Ketiga hal tersebut bisa dijelakan berikut.

1) Tata cara rekrutmen tenant


Pengelola inkubator bisnis sebelum memulai rekrutmen harus membuat kriteria atau
prasyarat awal calon tenant, kriteria penilaian, serta metode seleksi tenant. Ketiga hal tersebut
akan menentukan kelayakan tenant untuk dibina secara intensif pada lembaga inkuabtor
bisnis.

Prasyarat calon tenant adalah syarat pertama yang harus dipenuhi calon tenant untuk
mendaftar program inkubasi bisnis. Prasyarat calon tenant tergantung dari karakteristik
inkubator bisnis tetapi pada umumnya prasyarat utamanya antara lain: usia tenant, latar
belakang pendidikan, dan proposal ide usaha yang akan diinkubasi.

Kriteria penilaian dibuat untuk menilai kelayakan dari calon tenant untuk mengikuti
program inkuabtor bisnis. Kriteria penilaian disesuaikan dengan karakteristik inkubator bisnis
serta kebijakan pengelola. Sebaiknnya kriteria penilaian dibuat tidak terlalu suliit tetapi tidak
juga terlalu mudah. Kriteria penilaian ini harus sudah diinformasikan kepada calon tenant
ketika sosialisasi. Pada umumnya tiap inkubator memiliki kriteria yang berbeda tetapi pada
umumnya memuat beberapa hal antara lain: potensi ide bisnis untuk dikembangkan, potensi
pasar, potensi SDM calon tenant untuk mewujudkan ide tersebut, analisis resiko dari
ide,ketersediaan sumber daya, dan keunggulan dari ide bisnis.

Metode seleksi mencakup tahapan-tahapan seleksi tenant yang digunakan. Setiap


inkubator bisnis memilki cara seleksi yang berbeda disesuaikan dengan model inkubator
bisnis. Pada umumnya seleksi tenant dibagi menjadi 2 tahapan yaitu: pre seleksi melalui
proposal bisnis dan seleksi melalui presentasi dihadapan pengelola inkuabtor bisnis atau
wawancara.

2) Pemenuhan hak dan kewajiban tenant


Ketika calon tenant lolos seleksi maka otomatis mereka akan dibawah binaan
inkubator bisnis dalam kurun waktu tertentu. Selama periode tersebut antara tenant dan
pengelola harus membina hubungan agar bisa saling berkolaborasi. Hak,dan kewajiban tenant
serta fasilitas yang diberikan inkuabtor bisnis selama mengikuti program inkubasi harus
diijabarkan secara jelas dan disosialisasikan pada saat masa orientasi. Untuk memperjelasnya
pihak pengelola wajib membuat buku panduan untuk tenant.
Selama mengikuti program, pihak pengelola berkewajiban melayani tenant dengan
profesional dan tanpa diskriminasi. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan pihak
pengelola wajib membuat kontrak atau perjanjian dengan tenant dengan isi semua hak dan
kewajiban tenant.

3) Tata tertib tenant selama mengikuti program


Pihak pengelola wajib membuat aturan dan tata tertib di area inkubasi. Aturan dan tata
tertib harus dibuat dengan bahasa yang mudah dimengerti dan tidak bias. Tata tertib harus
mengikat dan mampu menjadi norma yang berlaku di area inkubator bisnis. Tata tertib yang
disusun harus tidak bertenangan dengan hukum formal yang berlaku dan norma-norma
masyarakat, tidak mengandung hal yang diskriminatif terkait SARA dan jenis kelamin serta
mencantumkan sanksi yang jelas bagi pelanggarnya

d. Pengelolaan fasilitas inkubator bisnis


Pengelolaan fasilitas adalah tugas dari pengelolaa inkubator berkenaan dengan siklus
kegiatan inkabatur secara menyeluruh. Pengelolaan ini memerlukan perhatian yang sangat
besar dan intens. Pengelolaan fasilitas ini berkenaan dengan koordinasi atas semua tahap
kegiatan yang dilakukan mulai dari perencanaan, rekayasa, pengadministrasian sampai kepada
operasional inkubator. Operasional ini meliputi penggunaan gedung, peralatan serta prasana
lainnya.
Pengelolaan Fasilitas ini memerlukan pendekatan strategis dan tinjauan kedepan yang
bagus karena melibatkan dua kriteria penting yaitu ‘kebutuhan’ dan ‘pendanaan’. Oleh sebab
itu diperlukan transparansi dalam pembiayaannya, bagaimana terlihat pada gambar berikut:

Gambar 2.6 Prinsip pengelolaan fasilitas inkubator bisnis

Pengelolaan fasilitas yang tidak efisien akan menyebabkan pemborosan biaya yang pada
akhirnya akan mengacaukan rencana program dari inkubator sendiri. Tanggung jawab utama
dari pengelolaan fasilitas ini adalah mengelola ruangan dan perlengkapannya, peralatan pada
workshop, laboratorium atau teaching factory, serta strategi pembiayaannya, dan pengelolaan
limbah. Pengelolaan fasilitas ini juga harus bisa memperkirakan kebutuhan akan pemeliharaan
dan penggantian peralatan jika dibutuhkan. Oleh sebab itu penting untuk lakukan
pemerikasaan secara berkala, pembelian peralatan hingga mengatur sistem keamanannya.
Gambar 2.7 Pengelolaan fasilitas inkubator bisnis

Sebuah inkubator bisnis terutama inwall minimal bisa menyediakan ruangan (kantor,
workshop) bagi tenantnya agar mereka dapat berkonsentrasi dengan lebih baik dalam
pengembangan usahanya. Infrastruktur yang dapat disediakan oleh inkubator antara lain : bisa
diklasifikasikan menjadi fasilitas umum, fasilitas pribadi tenant dan fasilitas khusus.

1)Fasilitas Umum
Fasilitas umum adalah fasilitas yang bisa dipergunkan secara bersama oleh semua
tenant dan pengelola inkubator bisnis. Fasilitas umum antara lain:

 Ruang rapat / seminar


 Jaringan Internet
 Jaringan LAN
 Jaringan listrik
 Jasa pengiriman surat
 Mesin fotocopy
 Resepsionis
 Dapur (Peralatan masak sederhana, mesin pembuat kopi, dispenser dll)
 Sanitasi (toilet, pengelolaan sampah dll)

2) Fasilitas khusus
Fasilitas khusus adalah segala fasilitas yang disiapkan oleh pengelola inkubator bisnis untuk
masing-masing tenant. Hal tersebut sesuai dengan kewajiban pengelola inkubator bisnis untuk
menyediakan fasilitas kerja standar yang bisa dipergunakan tenant selama mengembangkan
bisnis dan produknya di area inkubator bisnis. fasilitas kerja standar antara lain:
 Ruang atau area kerja pribadi tenant yang berfungsi sebagai kantor sementara
 Peralatan kantor standar seperti meja, kursi, laci barang, dan komputer,
 Peralatan kerja khusus yang diminta oleh tenant bersangkutan misalnya alat produksi
khusus.
Sifat dari semua fasilitas khusus ini harus berupa hak pakai dan harus dijaga oleh
tenant bersangkutan. Untuk mengatur penggunaan brang sebaiknya dibuat suatu perjanjian
pemakaian fasilitas anatara tenant dan pengelola inkubator. Inkubator dapat menentukan
pembiayaan atas penggunaan fasilitas tersebut oleh tenant. Pembiayaan bisa dibebankan
kepada tenant atau menjadi satu paket dengan penyediaan layanan yang diberikan oleh
inkubator, tergantung kepada kebijakan dari pengelola. Namun yang penting, pengelolaan
fasilitas ini harus diikuti dengan dibuatnya buku manual agar tenant paham akan hak dan
kewajiban mereka dalam pemanfaatan fasilitas ini. Jika diperlukan, setiap tenant ikut
menandatangani buku manual ini sebagai jaminan atas pemahaman mereka akan apa yang
tertulis di dalamnya. Buku manual tersebut minimal berisikan :

 Informasi kontak yang dapat dihubungi


 Jam kerja kantor / pemakaian workshop, laboratorium, teaching factory
 Gambaran umum fasilitas dan kondisinya
 Akses ke gedung
 Aturan pengunaan kunci
 Tata cara penggunaan ruang rapat / seminar
 Tata cara penerimaan tamu
 Tata cara pemanfaatan jasa pengiriman surat
 Peraturan tentang jadwal cleaning service dan pengambilan sampah
 Prosedur pindah
 Peraturan sistem keamanan
 Kontak jika terjadi keadaan darurat
 Peraturan mengenai K3, termasuk jika terjadi kebakaran
 Asuransi
 Aktifias yang tidak diperbolehkan

3)Fasilitas pribadi tenant


Fasilitas pribadi tenant adalah segala properti milik tenant yang dimiliki dan dibawa
oleh tenant ke area inkubator. Properti yang dibawa dari luar sebaiknya diinventarisir oleh
tenant bersangkutan dan dilaporkan kepada pengelola untuk mencegah barang-barang pribadi
tenant tertukar dengan tenant lain atau dengan perlengkapan pengelola inkubator.
Perlengkapan pribadi yang dibawa oleh tenant sebaiknya dibatasi hanya untuk perlengkapan
kerja.
e. Pengelolaan sumber daya pendanaan
Sumber pendanaan inkubator bisnis di lingkungan satkerdibawahPusdiklat Industri
berasal dari anggaran tiap satker, yang meliputi anggaran pengelolaan inkubator bisnis dan uji
coba produk/produksi.

Untuk pendanaan selanjutnya, inkubator bisnis dapat menjembatani kekurangan modal


tenant dengan menjalin hubungan calon investor potensial sesuaidengan fokus /spesialisasi
produk dari tenant serta perbankan dan lembaga keuangan lainnya melalui pembinaan usaha
kecil.

f. Pengelolaan administrasi dan dokumentasi inkubator bisnis


Salah satu tugas pengelola adalah mengadministrasikan dan mendokumentasikan
semua kegiatan yang berlangsung. Sebagai unit inkubator bisnis yang menggunakan dana
APBN inkubator bisnis yang berada di di lingkungan satker dibawah Pusdiklat Industri harus
mampu membuat administrasi kegiatan yang akuntabel, sesuai dengan standar peraturan
pemerintah yang berlaku dan harus mampu menerapkan prinsip transparansi.

1) Pengelolaan administrasi
Dokumenstandar yang diperlukan minimal meliputi:

 Tata Cara Rekruitmen


 Kontrak kerja
 Laporan keuangan
 Monitoring evaluasi

2) Penyusunan dokumentasi kegiatan


Pendokumentasian kegiatan juga harus dilakukan secara rutin oleh pengelola
inkubator bisnis. Dokumentasi kegiatan bisa diklasifikasikan menjadi dokumentasi inkubator
bisnis serta dokumentasi tenant. Dokumentasi inkubator bisnis adalah dokumentasi yang
dibuat oleh pengelola inkubator bisnis terhadapa semua kegiatan yang dilakukan di area
inkubator bisnis dan semua kegiatan yang dilakukan atas nama inkubator bisnis. Dokumentasi
bisa berupa laporan kegiatan, foto kegiatan, video kegiatan, pers rilis, dan kliping berita dari
media cetak.

Dokumentasi tenant adalah semua dokumentasi yang disusun oleh tenant


bersangkutan sesuai dengan yang sudah dilakukan di area inkubator bisnis. Dokumentasi oleh
tenant antara laian : laporan kinerja secara periodik ( misal: mingguan, bulanan, triwulanan,
atau semesteran) dan laporan kegiatan khusus ( laporan kegiatan diluar area inkuabtor bisnis
yang diikuti oleh tenant dan status tenant tersebut mewakili inkubator bisnis). Dokumentasi
oleh tenant bisa dijadikan sebagai salah satu bahan evaluasi kinerja tenant oleh pengelola
inkubator bisnis.

3. Evaluasi Kinerja Inkubator Bisnis


Pengukuran dan evaluasi kinerja merupakan hal yang perlu dilakukan hampir disemua
kegiatan yang diselenggarakan oleh inkubator. Namun pada bagian ini lebih difokuskan
kepada pengukuran dan evaluasi terhadap inkubator itu sendiri. Aktifitas evaluasi ini akan
mengumpulkan informasi atas output dan kinerja dari inkubator bisnis, tidak hanya untuk
mengidentifikasi faktor keberhasilan namun juga kelemahan dan peluang untuk melakukan
peningkatan, yang pada akhirnya dapat mengembangkan program inkubator yang dinamis,
berkelanjutan dan mampu mengadaptasi bisnis model yang sejalan dengan kebutuhan tenant.
Pengelola inkubator bisnis harus memiliki kriteria penilaian kinerja yang jelas.
Kriteria penilaian harus meneuhi kriteria SMART yaitu :

Specific, indikator keberhasilan harus spesifik sehingga tidak akan


menimbulkan penafsiran yang ganda.
Measurable, indikator harus bisa diukur agar bisa dilihat sejauh mana
pencapaiannya.
Attainable, indikator harus bisa diterima oleh semua pihak dalam organisasi,
harus rasional, serta sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
Realistic, indikator harus sesuai dengan batasan-batasan dalam tubuh
organisasi dalam hal ini inkubator itu sendiri.
Timely, indikator yang ditetapkan harus diperkirakan terlebih dahulu apakah
bisa dicapai dalam jangka waktu yang telah ditargetkan sebelumnya.
Setelah inkubator mengembangkan strategi dan kegiatannya, maka harus dipersiapkan
juga sitem monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara terjadwal. Hal ini perlu dilakukan
agar dapat segera mengidentifikasi bagian mana yang memerlukan peningkatan
(improvement). Oleh sebab itu data kuantitatif maupun kualitatif harus dikumpulkan serta
dibuatkan indikator pengukurannya.
Gambar 2.8 Evaluasi dan pengembangan inkubator bisnis secara terus menerus

Biasanya metode yang sering digunakan adalah dengan mempergunakan kuesioner


atau melakukan wawancara. Masing-masing metode memiliki keuatan dan kelemahannya.
Penggunaan kuesioner akan menghemat waktu dan tenaga namun dipermasalahan akan
muncul jika respoden malas untuk mengisinya karena merasa tidak terlalu terkait dengan
permasalahan yang ditanyakan. Sementara metode wawancara membutuhkan waktu yang
lebih lama, namun dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang data yang ingin
dikumpulkan.

Pada bagian awal bab ini telah disebutkan bahwa unit inkubator bisnis juga harus
menyusun bisnis plan yang bertujuan untuk memberikan arah pengelolaan dan pengembangan
inkubator tersebut. Pengukuran dan evaluasi kinerja inkubator juga dapat memanfaatkan
bisnis plan tersebut sebagai tolok ukurnya. Dari perencanaan yang disusun dalam bisnis plan,
akan dapat diukur ketercapaiannya, sehingga dapat pikirkan bagaimana pengembangan
selanjutnya.
Pada intinya manajemen pengelola harus mampu menunjukkan kinerja yang
professional sehingga mampu membawa inkubator menjadi inkubator yang maju, mandiri,
serta mampu menghasilkan para pengusha baru yang handal.
BAB III PENYELENGARAAN INKUBATOR BISNIS

A. Inkubator Bisnis yang terstruktur dan Komprehensif


Inkubator di lingkungan satuan kerja dibawah Pusdiklat Industri diperuntukkan bagi
Industri Kecil (start-up) yang membangun dan/atau mengembangkan usaha/bisnis,
dilaksanakan secara komprehensif mulai dari pra inkubasi – inkubasi – pasca inkubasi,
sebagaimana gambar dibawah ini ; (penambhan narasi)
Gambar 3.1 Tahapan inkubator bisnis

Program inkubasi bisnis yang dilakukan oleh satuan kerja unit pendidikan dibawah
Pusdiklat Industri menyesuaikan dengan bidang spesialisasinya sesuai dengan Perturan
Meneteri Perindustrian. Model inkubator bisnis yang dipilih sebaiknya disesuaikan dengan
fokus bidang industri yang digarap tanpa meninggalkan konsep utama dari inkubator industri.
Secara lebih detail konsep inkubator bisnis diatas diimplementasikan kedalam suatu proses
yang bisa digambarkan sebagai berikut:
Gamabr 3.2 Flow chart proses inkubasi yang terstruktur dan komprehensif

1. Proses dan Tahapan Inkubasi Bisnis


Proses atau tahapan program inkubasi secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga
tahapan utama sesuai dengan “startup cycle of business” yang bisa digambarkan sebagai
berikut :

Pra Inkubasi Inkubasi Pasca Inkubasi

Gambar 3.3 Tahapan inkubasi dan cycle of business

“The Cycles of Business” dapat langsung dihubungkan dengan jenis intervensi yang
dapat kita lakukan dalam membantu pengembangan tenant (IKM), seperti berikut ini:

a. Pra- Inkubasi
Merupakan tahapan awal proses inkubasi bisnis. Proses ini diawali dengan seleksi ide
bisnis dari para calon tenant dan outputnya adalah buisness plan tenant terpilih. Sebelum
proses ini dimulai pengelola kriteria calon tenant yang akan diloloskan ke tahap selanjutnya.

1) Seleksi proposal bisnis


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh calon tenant pada tahap ini yaitu:
 Para calon tenant harus mampu meyakinkan pengelola inkubator bisnis bahwa ide
bisnis yang diajukan mempunyai prospek kedepannya, maka dari itu ide mereka harus
bisa menuangkan ide bisnis tersebut ke dalam proposal bisnis yang minimal memuat :
latar belakang ide bisnis, review ide bisnis, analisa potensi pasar, analisa sumber daya
bahan dan pendukung, analisa SWOT, business canvas model, serta menampilkan data
dukung atau prototype. Bagi calon tenant yang sudah bisa menampilkan prototype
dapat diberikan nilai tambahan.
 Keseimbangan kompetensi dalam tim kerja. Para tenant harus bisa membentuk tim
kerja dengan komptensi yang merata terutama dalam bidang produksi, pengembangan
produk, dan pemasaran karena hal tersebut menjadi salah satu pertimbangan yang
penting.
 Perencanaan pengembangan produk. Para tenant harus mampu membuat rencana kerja
pengembanan produk/bisnis mereka selama berada dalam program inkubasi. Kejelasan
rencana kerja dan manajemen proyek tim merupakan hal yang sangat penting karena
akan mempermudah kepada pihak pengelola untuk melakukan pembinaan serta
mengidentifikasi kebutuhan tenant.

2) Orientasi, Pematangan tim dan proposal bisnis


Setelah lolos seleksi para tenant akan masuk pada proses orientasi dan pematangan tim
serta business plan. Pengelola bisa menyusun sebuah kegiatan berupa workshop dengan
durasi 3-5 hari dengan materi pengenalan lingkungan area inkubator bisnis, aturan dan tata
tertib yang berlaku di area inkubator bisnis, pengakraban antar tenant, team building, serta
materi tata cara penyusunan business plan untuk memperbaiki proposal bisnis yang telah
mereka susun sebelumnya.

Pada akhir kegiatan Pra inkubasi dilakukan penandatanganan perjanjian kerja antara
tenant dan pengelola inkuabtor bisnis. Ouput akhir dari tahapan ini adalah tenant yang siap
untuk bekerja untuk mewujudkan ide bisnis dibawah bimbingan inkubator bisnis.

b. Inkubasi
Pada tahap ini, ide tadi telah dirumuskan dalam suatu perencanaan yang matang, dan
telah ada tim yang bertanggung jawab unutk mengelolanya. Inkubator dapat membantu dalam
hal menetapkan rencana menyediakan sumberdaya yang dibutuhkan untuk memulai kegiatan
produksi, bimbingan teknis dari narasumber internal dan eksternal serta menjajaki investor.
Pada proses ini juga dilakukan uji coba produksi, uji pasar, dan pengelolaan usaha
dengan didampingi oleh pengelola inkubator bisnis. Pada tahap ini, tenant belum
menghasilkan profit sehingga akan ada ketergantungan terhadap support yang diberikan oleh
pemerintah atau pihak industri yang tertarik dengan produk dari ide tersebut.
Adapun kewajiban pengelola inkubator bisnis harus menyediakan layanan yang
diberikan kepada para tenant selama tahap inkubasi meliputi lingkup 7 S, yaitu:
1) Space, yaitu penyediaan ruang untuk kegiatan usaha tenant;
2) Shared office fasilities, yaitu penyediaan sarana perkantoran yang bisa dipakai
bersama.
3) Service, yaitu melakukan bimbingan dan konsultasi manajemen: marketing,
finance, production, technology, dan sebagainya;
4) Support, yaitu memberikan bantuan dukungan penelitian dan pengembangan
usaha dan akses penggunaan teknologi;
5) Skill Development, yaitu meningkatkan kemampuan SDM tenant melalui
pelatihan, penyusunan rencana usaha, pelatihan manajemen dan sebagainya;
6) Seed capital, yaitu fasilitasi/penyediaan dana awal usaha serta upaya
memperoleh akses permodalan kepada lembaga-lembaga keuangan; dan
7) Sinergy, yaitu penciptaan jaringan usaha baik lokal maupun internasional

(Kementerian KUKM 2012).

Tahap inkubasi bisa dikategorikan sebagai titik kritis tenant. Peran inkubator bisnis
sangat penting dan diperlukan pada titik ini. Permasalahan tenant seperti kegagalan uji coba
produksi, kegagalan uji coba pasar, serta ketidaksesuaian antara harapan dan hasil yang
diperoleh sering membuat tenant putus asa dan akhirnya memilih keluar dari program. Peran
pengelola inkuabtor bisnis adalah harus bisa mendampingi tenant dengan memberikan saran
dan motivasi. Pada tahap ini pengelola inkubator bisnis juga berkewajiban utuk membuat
evalausi kinerja tenant secara berkala sebagai salah satu upaya screening awal terhadap
permasalahan-permasalahan tenant.

c. Pasca-Inkubasi
Ini adalah tahapan dimana sebagian IKM yang sudah menghasilkan profit,
membutuhkan layanan yang lebih specific sehingga tidak akan terlalu banyak intervensi yang
akan dilakukan oleh incubator. Adapun kriteria keberhasilan tenant adalah sebagai berikut :
1. Secara manajerial tenant telah mampu menjalankan usahanya tanpa pendampingan
dari Inkubator Bisnis;
2. Sehat secara finansial (tanpa dukungan subsidi);
3. Mampu menghasilkan produk dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan
permintaan pasar secara berkesinambungan;
4. Skala usaha semakin meningkat;
5. Unit bisnis semakin berkembang;
6. Mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru;
7. Tenant mampu memberikan konstribusi pendanaan bagi Inkubator Bisnis;
8. Pada tahap Roll Out tenant;
a. Mencapai Break Even Point (BEP) dan dapat bersaing;
b. Tumbuh sesuai dengan Business Plan;
c. Siap mandiri secara komersial;
d. Mencapai peningkatan volume usaha, nilai tambah dan produktivitas usaha;
e. Mampu mengembangkan networking;
Pada tahap pasca inkubasi tenant yang sudah keluar dari proses inkuabsi in wall
sebaiknya tetap dirangkul dan dibina. Secara rutin tenant tersebut diundang dalam suatu acara
seperti workshop bertema kewirusahaan, pameran, business gathering, dan lainnya agar selalu
bisa terhubung dengan pihak inkuabtor bisnis. Harapannya ke depan setelah tenant tersebut
usahanya semakin berkembang bis menjadimentorbagi tenant generasi selanjutnya.

2. Layanan inkubator bisnis


Pada dasarnya konsep inkubator adalah untuk memberikan paket layanan terpadu bagi
start-up atau pengusaha pemula mulai dari ruang kantor, peralatan produksi, mentoring,
pelatihan dan layanan lainnya. Secara umum, jasa layanan yang sediakan oleh inkubator
secara internal dapat diakses dengan gratis oleh tenant, atau bisa didapatkan dengan biaya
yang sangat murah. Biasanya juga dapat ditetapkan jumlah jam konsultasi yang dapat diakses
secara gratis.
Inkubator harus bisa mengatur sedemikian rupa pembiayaan yang dibutuhkan untuk
setiap layanan yang diberikan termasuk penetapan biaya yang harus diberikan jika jasa
layanan diberikan kepada ex-tenant atau non-tenant (dapat dikalkulasikan berdasarkan rata-
rata waktu konsultasi yang dibutuhkan). Graduate tenant biasanya dapat diberi potongan
harga atau bahkan gratis, tergantung pada kebijakan yang ditetapkan oleh pengelola inkubator.
Untuk jasa layanan yang melibatkan pihak eksternal, biasanya dapat langsung
dibebankan kepada masing-masing perusahaan (tenant). Oleh sebab itu, pengelola inkubator
harus selalu aktif dalam menegosiasikan harga layanan dengan pihak ketiga, sehingga dapat
memberikan kesempatan yang lebih baik kepada tenantnya. Apalagi jika berkenaan dengan
start-up tenant yang hanya memiliki modal yang minim untuk memulai usaha mereka.
Tidak semua layanan tersebut dapat disediakan secara ‘in-house’ mengingat
keterbatasan sumber daya inkubator itu sendiri. Oleh sebab itu, pengelola inkubator harus
mampu menentukan apa saja yang termasuk ke dalam paket layanan internal, yang dapat
disebut dengan kebutuhan dasar tenant, dan apa saja layanan yang memerlukan bantuan pihak
ketiga (eksternal), yang dapat disebut dengan sebagai kebutuhan khusus tenant. Sebagaimana
terlihat pada gambar berikut :
Gambar 3.4 Layanan inkubator bisnis kepada tenant

Agar inkubator dapat memantau kepuasan pelanggan, dalam hal ini tenant, maka perlu
dilakukan evaluasi serta melakukan survey kepuasan pelanggan dengan menyediakan
kuesioner yang harus diisi oleh tenant. Untuk itu perlu diberikan penekanan kepada tenant
bahwa pengisian kuesioner dimaksud adalah untuk meningkatkan layanan yang disediakan
bagi mereka. Tenant perlu diyakinkan bahwa pengumpulan data tersebut adalah untuk
kepentingan mereka juga. Hasil analisis data dapat dipublikasikan secara internal.
Selain dengan memanfaatkan kuesioner, masukan dari tenant juga dapat diperoleh
melalui diskusi informal. Pengelola inkubator harus dapat memanfaatkan kesempatan
perbincangan informal ini untuk mendapatkan masukan yang cepat dan pendapat yang lebih
jujur atas layanan yang disediakan.
Jasa layanan yang diberikan inkubator bisnis bisa dijabarkan sebagai berikut:

a. Jasa layanan Internal


Hal pertama yang harus diperhatikan adalah kompetensi yang dimiliki oleh sumber
daya manusia yang ada pada inkubator. Jika kapasitas dari pengelola dan staff belum atau
tidak memenuhi kebutuhan tenant, barulah dicarikan bantuan dari tenaga ahli eksternal.
Biasanya hal ini sering terjadi pada tahap awal pendirian inkubator, dimana pengelola dan
staff masih banyak belajar dalam menghadapi dan memberikan layanan kepada tenant.
Namun seiring dengan waktu dan pengalaman yang didapatkan, pengelola dan staff inkubator
akan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memberikan layanan kepada tenant.
Dengan demikian bantuan pihak eksternal dapat diminimalkan, sehingga pekerjaan dan
pengeluaran inkubator juga akan lebih efisein.
Berikut adalah beberapa layanan internal yang dapat disediakan oleh inkubator:

Jasa Layanan Pra-Inkubasi


 Dukungan persiapan pembentukan usaha
 Sosialisasi kewirausahaan, misalnya kompetisi bisnis plan, kuliah umum kewirausahaan
dll
 Bimbingan pengembangan ide usaha, pelatihan kemampuan kewirausahaan seperti
CEFE dan AMT
Perencanaan Usaha
 Bimbingan penyusunan atau pengembangan bisnis plan
 Bimbingan perencanaan dan pengelolaan keuangan, proyeksi keuangan, bimbingan
penyusunan pembukuan, strategi investasi, strategi pengelolaan hutang dll
Pembiayaan dan Fund Raising
 Menyediakan informasi tentang berbagai sumber pembiayaan
 Menyiapkan tenant untuk siap menghadapi investor
 Mengembangkan jejaring dengan lembaga pembiayaan lokal seperti bank, lembaga
keuangan lainya
 Menyediakan bantuan keuangan internal berskala kecil dengan skema investasi tertentu
 Membantu tenant untuk menyusunpaket keuangan yang tepat
Layanan Pemasaran
 Bimbingan dalam melaksanakan aktifitas pemasaran yang baik
 Membantu melakukan penelitian/ survey pasar dengan biaya rendah, mengidentifikasi
calon konsumen dan target pasar, peluang pasar dan kompetitor
 Layanan Public Relation, seperti memberikan ruang promosi pada brosur, menerbitkan
cerita tentang keberhasilan usaha pada koran lokal, dll
 Membantu menciptakan kredibilitas tenant , meningkatan profil usaha
Jejaring
 Menyediakan kontak bagi tenant agar mendapatkan akses yang lebih mudah untuk
memperoleh pengetahuan tambahan, ide usaha dan partner usaha serta mengintegrasikan
inkubator kedalam jejaring inkubator bisnis baik nasional maupun internasional
 Menggalakkan berbagai bentuk kerjasama, menghubungkan tenant dengan partner usaha
yang sesuai, pengembangan rantai pasok dan mengelompokkan sektor-sektor tertentu
agar lebih mudah membangun jejaring kerjasama
 Menggalakan jejaring antar tenant, start-up, penyedia jasa layanan lainnya dll
Mentoring
 Menghubungkan tenant dengan orang yang telah memiliki pengalaman usaha yang
bagus dengan menjadikannya sebagai ‘role model’, sumber pengetahuan dan penasehat.
(hal ini dapat dilakukan tanpa mendatangkan orang dimaksud akan tetapi dengan
menyampaikan cerita suksesnya kepada para tenant)
 Mengidentifikasi dan merekrut mentor yang sesuai misalnya, bankers, akuntan,
konsultan, profesor, pelaku usaha yang bukan kompetitor, tamatan inkubator dll)
 Melakukan monitoring da mendokumentasikannya
Bimbingan Teknis
 Memberikan bimbingan terkait teknologi yang dibutuhkan oleh tenant
 Memfasilitasi ‘trasfer technology’
 Membantu dalam melakukan komersialisasi terhadap produk hasil penelitian atau
teknologi baru
Pasca Inkubasi
 Tetap memberikan bimbingan setelah tenant ‘graduate’ dan pindah ke lokasi yang lebih
memungkinkan bagi perkembangan usahanya
 Membantu proses pindah/keluar nya tenant dengan mebantu mencarikan lokasi yang
cocok, mengangkut peralatan dll
 Menyediakan layanan virtual, paket layanan online, dan informasi melalui web site
 Tetap melakukan mentoring baik secara aktif maupun pasif sesuai dengan
perkembangan ex-tenant
Layanan bagi Non-tenant
 Menyediakan jasa layanan bagi IKM atau start-up yang tidak tertampung dalam
inkubator, baik karena lokasi yang jauh maupun karena keterbatasan tempat
 Menyelenggarakan pelatihan, workshop, event membangun networking di inkubator
dengan mengikutsertakan IKM atau start-up yang bukan tenant inkubator
b. Jasa Layanan Eksternal
Mengingat tidak semua layanan yang dibutuhkan tenant dapat disediakan secara
internal oleh inkubator, maka inkubator harus memiliki akses untuk mendapatkan bantuan
eksternal. Layanan seperti ini biasanya diberikan oleh tenaga ahli sesuai bidangnya seperti
akuntan, paten HKI, atau lembaga survey pasar yang profesional.
Tugas pengelola inkubator adalah untuk mengidentifikasi dan mendapatkan penyedia
jasa yang bagus dan berkualitas, kemudian membuat daftar atas kumpulan penyedia jasa yang
meliputi sema topik yang relevan dengan kebutuhan tenant. Pengelola inkubator harus bisa
memberikan rujukan langsung kepada tenant atas layan eksternal yang direkomendasikan.
Sangatlah penting untuk selalu meng-update data penyedia jasa dan bentuk layanan yang
tersedia, serta memilih penyedia jasa yang terbaik bagi para tenant.
Tenaga ahli eksternal dapat diundang untuk memberikan seminar atau workshop, dan
dapat juga ditunjuk menjadi konsultan tenant tertentu. Untuk itu perlu dipersiapkan kontrak
kerja yang jelas dengan penyedia jasa eksternal tersebut, yang menjelaskan dengan baik
kewajiban dan hak masing-masing pihak yang terlibat.

3. Evaluasi Kinerja Tenant


Jika kebijakan tentang penerimaan tenant dapat tentukan dengan lebih jelas, proses
penyelesaian masa keikutsertaan tenant lebih kompleks. Inkubator didesain untuk
memberikan dukungan pengembangan usaha pada jangka waktu yang singkat. Oleh sebab itu
tenant yang telah berhasil mencapai tujuan nya dapat diarah kan untuk meyelesaikan masa
keikutsertaan tenant di inkubator. Pengelola inkubator harus dapat menyampaikan dengan
jelas daftar alasan yang akan mengarahkan tenant ke masa penyelesaian keikutsertaan
program inkubasi. Beberapa diantaranya adalah :
 Menyelesaikan jangka waktu maksimal yang diperbolehan untuk bergabung dan
menikmati fasilitas dari inkubator
 Presentase pencapaian terhadap target yang sudah disusun dalam rencana
pengembangan produk/bisnis yang sudah disusun ketika masih pada tahap pra
inkubasi
 Pencapaian atas indikator kinerja tertentu seperti jumlah penjualan, jumlah karyawan
dll.
 Pertumbuhan yang lambat dan kegagalan dalam mencapai tujuan usaha
 Mengubah arah kebijakan usaha dari yang dijelaskan dalam bisnis plan
 Perkembangan yang cepat dari usaha yang dilakukan
Satu hal yang perlu diingat oleh pengelola inkubator bisnis bahwa apa yang tertera
pada proposal bisnis tenant dengan yang akan tercapai tidak harus persis sama bahkan
seringkali akan berubah total. Hal tersebut bukan masalah asalkan tenant masih bisa bertahan
dengan melakukan perubahan pada bisnisnya. Satu hal yang harus selalu dijadikan acuan
adalah output dari program inkubator bisnis industri yang paling utama yaitu menjadikan
seseorang atau suatu tim menjadi wirausaha industri yang profesional, mandiri, dan berdaya
saing.
Strategi dan kebijakan inkubator tentang penyelesaian masa keikutsertaan seharusnya
mampu mendorong tenant untuk menyelesaikan masa keikutsertaan mereka dengan hasil yang
bagus. Namun, masalah sering timbul jika tenant tidak mau keluar karena merasa aman dan
nyaman. Pendekatan yang dapat dilakukan agar tenant tidak lagi merasa nyaman pada saat
tenant seharusnya sudah mengakhiri masa bergabung dengan inkubator adalah dengan
menerapkan pembayaran yang cukup tinggi untuk semua fasilitas yang ingin dinikmati oleh
tenant. Hal ini akan membuat mereka mulai melirik kemungkinan untuk keluar dari inkubator
dan melakukan proses produksinya di tempat lain. Namun, setelah mereka keluar, tenant
perlu diikutkan dalam program pasca inkubasi. Dalam program ini, pengelola inkubator akan
memberikan fasilitas pembinaan terhadap tenant dengan selalu memonitor proses produksi
tenant atau dengan memberikan bimbingan teknis langsung ke lokasi. Dengan demikian
hubungan baik antara inkubator dengan ‘graduate tenant’ dapat terjalin dengan baik, sehingga
‘graduate tenant dapat juga dijadikan mentor untuk generasi selanjutnya.

B. Inkubator Bisnis Melalui Paket Pelatihan Yang Terintegrasi


Program inkubasi bisnis tidak harus selalu bersifat in wall di area inkubator bisnis.
program inkubator bisnis juga bisa dilakukan melalui pembinaan di luar area inkubator bisnis
melalui program inkubasi bisnis yang terintegerasi dengan pelatihan. Program ini sangat
cocok diperuntukkan bagi kelompok masyarakat atau kelompok usaha bersama (KUB).
Program ini pada intinya memfasilitasi penyelenggaraan pelatihan, akses terhadap sumber
permodalan, manajemen usaha, akses pasar, serta dilengkapi dengan pengadaan peralatan atau
barang praktek yang selanjutnya dapat digunakan oleh peserta dalam menjalankan usahanya.
Pendekatan yang dipakai dalam program ini bisa digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.5 Flow Chart proses inkubator


bisnis yang terintegrasi pelatihan

Penjelasan gambar!!!!!!!!
1. Persiapan Pelatihan Terintegrasi
Kegiatan inkubasi yang terintegerasi dengan pelatihan mengadopsi pola inkuabsi out
wall dan prosesnya sedikit berbeda dengan pola inkubasi yang diterapkan secara umum.
Dikarenakan proses yang tidak dilakukan sepenuhnya di area inkubator bisnis dan tidak bisa
dalam pengawasan penuh pengelola maka ada beberapa hal yang harus dipersiapkan terlebih
dahulu untuk menjamin program bisa berjalan dengan baik. Hal yang perlu disiapkan antara
lain: analisa kebutuhan diklat atau training need analysis (TNA), dukungan kerjasama dengan
pemegang kebijakan industri daerah, penyusunan kurikulum, dan penyiapan sarana dan
prasarana.

a. Training Need Analysis


Program inkubasi yang terintegerasi dengan diklat harus bersumber dari kebutuhan
akan pelatihan. Analisa kebutuhan pelatihan harus dilakukan secara mendalam dengan
menyasar kelompok usah yang bidang usahanya homogen misalnya: sentra tenun ikat, sentra
anyaman, sentra industri kulit, dan lain sebagainya. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi
bias data yang dikarenakan kebutuhan yang bisa saja sangat berbeda.
Hal pertama yang dilakukan dalam melaksanakan analisa kebutuhan diklat adalah
menentukan dimana program pelatihan terintegerasi dilaksanakan dan siapa calon peserta dari
program tersebut. Beberapa hal yang dijadikan pertimbangan dalam menentukan sasaran
program adalah: potensi industri daerah, potensi pasar, adanya kegiatan produksi walaupun
dalam skala kecil, potensi SDM yang cukup besar, serta kondisi sentra yang
perkembangannya masih stagnan.
Analisa kebutuhan diklat harus menyasar tiga aspek penting yaitu: aspek teknis
produksi, pengelolaan usaha, dan pengembangan usaha. Ketiga aspek ini dijabarkan kedalam
perangkat asessment. Proses asessment bisa dilakukan dengan metode wawancara atau
dengan pengisian kuisioner. Kunci dari validitas perangkat asessment terletak pada
pertanyaan-pertanyaan kunci yang digunakan serta besar dan sebaran responden.
Hasil wawancara atau kusioner direkap dan dibuat analisa untuk melihat antara gap
antara harapan dan kondisi riil yang dialami pelaku industri. dari hasil tersebut baru bisa
dipetakan kebutuhan pelatihan pada sentra atau KUB tersebut. Satuan kerja penyelenggara
pelatihan sebaiknya juga membantu sentra untuk membuat business canvas model terhadap
sentra tersbut sebagai alat bantu dalam menyusun program pembinaan.
b. Penyusunan Kurikulum Pelatihan
Berdasarkan analisa kebutuhan diklat maka langkah berikutnya adalah menyusun
kurikulum pelatihan. Kurikulum yang disusun tidak stastis tetapi fleksibel menyesuaikan
dengan kebutuhan sentra industri dan tersusun dalam satu paket. Kurikulum yang disusun
terdiri dari kurikulum pelatihan teknis, kurikulum kewirausahaan, dan kurikulum
pendampingan.

1) Penyiapan Kurikulum Teknis Produksi


Kurikulum ini disusun untuk penguatan kemampuan teknis dari sentra industri (KUB
Industri) yang disesuaikan dengan produk yang dibuat. Kurikulum ini harus mampu
mengatasi permasalahan teknis sentra seperti tata cara produksi yang efektif dan efisien,
manajemen mutu produk, teknologi produksi, dan manajemen logistik.

Sebelum melakukan penyusunan kurikulum, tim inkubator bisnis disamping


melakukan TNA sebaiknya melakukan studi analisa perancangan kerja untuk melihat
kelemahan dari tata cara kerja sentra. Studi perancangan kerja bisa dilakukan untuk melihat
beberapa hal yaitu: waktu siklus produksi, waktu kerja per worksation, workflow, dan peta
kerja. Setelah merekam data-data tersebut, maka dilakukan perbandingan terhadap hasil
pencapaian sentra. Dari data tersebut dibuat analisa dengan menggunakan fishbone chart
untuk menentukan hal-hal teknis apa saja yang merupakan masalah teknis sentra. Setelah
menemukan masalah teknis tersebut baru bisa diinventarisir materi pelatihan yang perlu
diberikan.Proses tersebut bisa digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.6 Flow Chart penyusunan kurikulum teknis

2) Penyiapan Kurikulum Kewirausahaan


Berdasarkan hasil TNA terutama pada bagian teknis pengeolaan usaha dan
pengembangan usaha maka dibuat analisa terhadap materi kewirausahaan yang sesuai dengan
kebutuhan sentra (KUB industri). Pelatihan teknis kewirausahaan mengacu pada kurikulum
Program Pelatihan Wirausaha Industri Berbasis Kompetensi yang disusun oleh Pusdiklt
Industri Kementerian Perindustrian dengan penyesuaian-penyesuaian materi sesui dengan
kondisi di lapangan.

3) Rencana Pendampingan Sentra (KUB Industri)


Berbeda dengan kurikulum teknis produksi dan kewirausahaan, rencana
pendampingan disusun berdasarkan analisa dari ouput pelatihan teknis produksi dan
kewirausahaan. Kegiatan pendampingan merupakan kegiatan penguatan sentra atau KUB
Industri melalui pendalaman materi berdasarakan hasil evalausi psca diklat-diklat tersebut. Di
setiap akhir pelatihan tim pengelola inkubtor bisnis wajib melakukan evaluasi terhadap
tingkat pemahaman peserta diklat terhadap materi yang disajikan dan memantau penerapan
hasil diklat tersebut secara periodik.

Rencana pendampingan disusun berdasarkan hasil evalausi dengan mempertimbangan


tingkat kepentingan bagi sentra. Agar bisa efektif pendampingan harus dilakukan dengan
berkolaborasi dengan dinas perindustrian daerah. Apabila memungkinkan, program
pendampingan bisa juga melibatkan alumni Diklat Shindansi (Konsultan Diagnosis IKM)
sebagai pendamping sentra atau KUB industri.

c. Kerjasama antara Penyelenggara Inkubator Bisnis dengan Stakeholder di Daerah


Seperti yang sudah disampikan sebelumnya, program pelatihan terintegrasi sangat
membutuhkan dukungan dari stakehoklder daerah. Hal tersebut bisa terwujud apabila antara
satuan kerja dengan dinas perindsutrian setempat bisa membuat suatu perjanjian kerjasama
pembinaan sentra yang terintegrasi. Kerjasama harus dibuat secara jelas dan memuat hal-hal
sebagai beriku:
 Nama dan penjelasan kedudukan para pihak
 Ruang lingkup kerjasama
 Sentra atau KUB Industri yang dibina (disertai nama dan alamat KUB Industri)
 Rincian kegiatan
 Hak dan kewajiban paar pihak
 Sumber pendanaan
 Jangka waktu kerjasama
 Penyelesaian apabila ada perselisihan
Sinergi antara kedua pihak sangat diperlukan bahkan sebaiknya kerjasama bisa
disepakati sebelum kegiatan TNA dilakukan agar mempermudah dalam merencanakan setiap
aspek pelatihan terintegrasi tersebut.

2. Pelaksanaan Inkubator Bisnis Melalui Pelatihan Terintegrasi


Tahap pelaksanaan dari program mencakup beberapa aspek antara lain: seleksi peserta,
penyelenggaraan pelatihan, pendampingan, serta kegiatan pendukung lainnya. Seperti konsep
inkubator bisnis pada umumnya, peran inkubator bisnis adalah sebagai pihak yang
memberikan pembinaan, pendampingan, dan pengembangan yang diberikan untuk tenant
dalam hal ini sentra industri atau KUB Industri.

a. Seleksi dan rekrutmen peserta


Peserta pelatihan merupakan anggota sentra atau KUB industri yang sudah ditentukan
sebelumnya dan sudah dianalisa kebutuhan pelatihannya. Peserta yang dilatih tetap dilakukan
untuk melihat kemampuan dasarnya denagn tujuan mempermudah transfer ilmu dalam proses
diklat. Seleksi dilakukan dengan mempertimbangkan latar belakang pendidikan, umur,
keterlibatan dalam KUB industri, serta komitmen dari peserta. Proses seleksi dilakukan
dengan pengisian form dan wawancara langsung kepada calon peserta.
Kegiatan seleksi diakhiri dengan proses penandatanganan pernyataan tertulis yang
diatandatangani peserta sebagai komitmen dalam mengikuti program pelatihan terintegrasi.
Pada proses ini Tim inkuabator bisnis wajib menjelaskan semua kewajiban serta hak-hak
peserta.

b. Pelaksanaan pelatihan
Pelaksanaan diklat harus diesuaikan dengan standar operasional dan pelayanan diklat
sesuai dengan aturan-aturan kediklatan. Diklat yang dilaksanakan harus dilaksnakan berbasis
kompetensi untuk menjamin output menguasai kompetensi yang dilatih. Pelatihan terintegrasi
bisa dilakukan di suatu tempat khusus atau bisa dilakukan di sentra atau KUB industri
tersebut sesuai dengan kesiapan sarana dan prasarana penunjang diklat.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyelenggraan diklat adalah:
 Ketersediaan fasilitas diklat (ruang belajar, ruang praktek, peralatan parketk, dan
peralatan belajar mengajar (proyektor, papan tulis, paper clip, dan lainnya)
 Ketersediaan fasilitas pendukung ( asrama, ruang rekreasi, toilet, dan lainnya)
 Ketersediaan bahan diklat (materi diklat, buku panduan diklat, alat tulis kantor,
perlengkapan belajar peserta dan bahan praktek peserta)
Untuk pelatihan teknis produksi sebaiknya dilakukan langsung di lokasi sentra supaya
bisa lebih efektif. Ketersediaan alat produksi dan bahan baku praktek sangat penting dalam
diklat ini sehingga peserta bisa mempraktekkan langsung apa yang diajarkan.
Pelatihan terkait kewirausahaan bisa dilakukan di luar sentra dan bisa dilakukan
sekaligus bersama-sama KUB Industri binaan yang lainnya. Pembauran peserta dari berbagai
sentra juga diperlukan untuk membangun jejaring kerja antar sentra atau KUB Industri.

1) Pelatihan di luar sentra


Pelatihan di luar sentra maksudnya adalah pelatihan yang dilakukan di lingkungan
satuan kerja penyelenggara pelatihan atau di suatu tempat khusus yang disiapkan
penyelenggara pelatihan. Fasilitas standar yang harus disiapkan oleh penyelenggara adalah
seluruh akomodasi peserta dan pengajar (konsumsi dan penginapan peserta dan pengajar),
batuan biaya perjalanan peserta dari sentra ke tempat pelatihan, serta seluruh perlengkapan
peserta seperti atk dan seminar kit. Apabila memungkinkan bisa juga diberikan uang harian
kepada peserta sesuai dengan ketentuan dan ketersediaan anggaran satuan kerja.

2) Pelatihan di lokasi sentra atau KUB Industri


Pada dasarnya pelatihan di lokasi sentra sama dengan yang dilakukan di luar sentra.
Standar operasional dan pelayanan sama tetapi kan tetapi fasilitas belajarnya menggunakan
fasilitas yang tersedia di sentra tersebut. Apabila ada peralatan atau kelengkapan yang kurang
maka penyelenggara harus mengadakannya sehingga tidak menggangu pelaksnaan diklat.

c. Pelaksanaan pendampingan KUB


Pendampingan KUB Indsutri atau sentra dilakukan pasca pelatihan dengan tujuan
memastikan bahwa KUB Industri binaan yang sudah diberi pelatihan menerapkan apa yang
diperoleh padasaat diklat. Pendampingan bisa berfungsi ganda yaitu sebagai evaluator pasca
diklat sekaligus TNA untuk diklat selanjutnya.
Proses pendampingan dilakukan dengan berkunjung langsung di sentra dengan
didampingi pembina industri di daerah atau bisa juga dilakukan lewat korespondensi dengan
sentra industri dan pembina industri daerah. Pendamping industri wajib membuat form
pendampingan sebagai berita acara atau laporan pendampingan form tersbut memuat konten
evaluasi pasca diklat, indentifiaksi permasalahan sentra, serta identifikasi kebutuhan sentra.
Setiap permasalahan sentra tidak harus diselesaikan dengan pelatihan. Oleh karean itu,
pendamping sentra sebaiknya memiliki kompetensi kewirausahaan sekaligus meguasai dasar
sistem industri agar mampu memberikan solusi-solusi praktis kepada sentra. Pendamping
berfungsi sebagai konsultan yang mendampingi sentra seecara intensif.

d. Kegiatan penunjang lainnya


Sesuai dengan standar layanan inkubator bisnis, satuan kerja penyelenggara pelatihan
juga harus menyediakan kegiatan penunjang terutama dalam hal akses pengembangan usaha
untuk sentra-sentra atau KUB Industri binaan. Akses pengembangan usaha antara lain yaitu:

 Pemgembangan akses pasar melalui kegiatan promosi produk, publikasi sentra,


workshop/seminar pemasaran, pameran dan eksebisi
 Pengembangan akses permodalan melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga yang
menyediakan permodalan seperti instansi pemerintah, bank, BUMN, serta lembaga
permodalan lainnya
 Pengembangan jejaring kerja sentra melalui pertemuan antar sentra binaan dna
pertemuan antara sentra-sentra binaan dengan para distributor, eksportir, asosiasi, serta
lembaga inkuabator bisnis lain.

3. Evaluasi
Tahap akhir dari kegiatan merupakan evaluasi terhadap pencapaian hasil pelatihan
terintegrasi. Tahapan dalam proses evalausi adalah dengan menetapkan kriteria-kriteria yang
akan dievaluasi, kemudian menetapkan tata cara monitoring dan evaluasi. Evaluasi dilakuakn
terhadap peserta, evaluasi terhadap narasumber, dan evaluasi kepada penyelenggara diklat.

a. Evaluasi peserta
Evaluasi pada peserta dilakukan sepanjang program peatihan terintegrasi berlangsung.
Karena pelatihan yang dilakukan berbasis komptensi maka seharusnya para peserta diakhir
diklat harus menguasai komptensi yang diajarkan. Untuk memastikan hal tersebut perlu
dilakukan uji kompetensi evaluasi di setiap akhir pelatihan. Ujian disesuaikan dengan
kurikulum diklat dan harus dilakukan oleh penyelenggara. Pengajar tidak diperkenankan ikut
dalam proses penilaian kompetensi.
Disamping penguasaan komptensi, penilaian sikap juga diperlukan untuk melihat
keseriusan serta komitmen peserta dalam mengikuti program. Penilaian sikap dilakukan oleh
pengajar disepanjang proses pelatihan. Penilaian sikap peserta dilakukan dengan melihat
beberapa kriteria sebagai berikut:
 Kedisiplinan
 Keaktifan atau Prakarsa
 Kerjasama

b. Evaluasi Narasumber
Evaluasi narasumber dilakukan oleh dua pihak yaitu: peserta dan penyelenggara.
Evaluasi narasumber oleh peserta dilakukan oleh peserta di setiap akhir penyampaian materi
pelatihan. Evaluasi bisa dilakukan dengan kuisioner yang diisi oleh peserta. Hal yang perlu
dimuat dalam kusioner antara lain:

 Kesesuaian materi yang disampaikan


 Tata cara penyampaian (tata bahasa, metode mengajar, dan kesiapan bahan ajar)
 Tata cara menjawab pertanyaan peserta

c. Evaluasi Penyelenggara Pelatihan


Penyelenggara pelatihan juga harus dievaluasi. Ada dua evaluasi yang untuk
penyelenggara pelatihan yaitu evaluasi penyelenggaraan pelatihan serta evaluasi keberhasilan
program pelatihan terintegrasi yan penjelasannya adalah sebgai berikut:

1) Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan


Evalausi penyelnggaraan pelatihan dilkukan oleh peserta diklat melalui sebuah
kuisioner yang disiapkan oleh penyelenggara pelatihan. Isi dari kuisioner adalah untuk
memotret sisi penyelenggaraan pelatihan dari beberapa sisi yaitu sebagai berikut:

 Kesiapan panitia dalam melaksanaan kegiatan


 Kualitas pelayanan panitia terhadap peserta
 Ketersediaan fasilitas diklat dan fasilitas pendukung lainnya
 Saran pengembangan

2) Evaluasi Program Pelatihan Terintegrasi


Evaluasi program adalah untuk melihat tingkat pencapaian target program pelatihan
berdasarkan kriteria-kriteria yang sudah ditetapkan. Sesuai dengan tujuan awalnya yaitu
menyelenggarakan kegiatan inkubasi bisnis industri yang pada penyelenggaraannya
terintegrasi dengan pelatihan maka kriteria target pencpaian kegiatan ini bisa mengadopsi dari
target pencapaian inkubator bisnis. Kriteria yang harus dijadikan tolak ukur oleh
penyelenggara adalah:
 Mampu meningkatkan kapasitas produksi sentra atau KUB industri
 Mampu meningkatkan ragam atau jenis produk sentra
 Mampu meningkatkan penjualan produk
 Mampu meningkatkan volume usaha sentra atau KUB industri
LAMPIRAN

FORMAT PERENCANAAN BISNIS INKUBATOR BISNIS POLITEKNIK /


SMK / BDI

KERJASAMA
INSTITUSI PENYELENGGARA
ALAMAT

PENANGGUNG JAWAB
NAMA
ALAMAT E MAIL

TAHUN KEGIATAN
RINGKASAN EKSEKUTIF
Ringkasan Eksekutif merupakan ringkasan yang menjadi titik perhatian pada business
plan. Ringkasan eksekutif dapat ditulis setelah semua dokumen business plan selesai dibuat,
berisi hasil penting dari perencanaan bisnis , tujuan dari perencanaan bisnis, jenis kegiatan dari
Inkubator Bisnis dan bisnis utama dari penyelenggaraan Inkubator Bisnis pada institusi tersebut.
Pengelolaan Inkubator Bisnis , penjelasan singkat tentang produk yang dihasilkan ( Infrastuktur dan
pelayanan yang dilakukan ) dan pemasarannya. serta target keuangan dan modal yang diperlukan.
Tujuan ringkasan eksekutif adalah untuk memberikan gambaran business plan yang dibuat
kepada investor untuk mengembangkannya.
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diisi dengan latar belakang mengapa inkubator bisnis harus didirikan dilohat dari potensi
pasar, sumber daya manusia, ketersediaan sumber daya pendukung, teknologi, dan lainnya.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Diisi dengan maksud dan tujuan pedirian inkubator bisnis harus didirikan dengan bahasa
yang singkat, jelas, tidak rancu, dan bisa diukur.

C. MANFAAT
Diisi dengan manfaat pedirian inkubator bisnis setelah didirikan dengan bahasa yang
singkat, jelas, tidak rancu, dan bisa diukur.

D. DASAR HUKUM
Diisi dengan dasar hukum pelaksanaan inkubator bisnis

E. VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS


1. Visi
Menjelaskan ide spesifik untuk pengembangan ke depan Inkubator Bisnis dengan sebuah
pernyataan singkat jelas dan mencantumkan kurun waktu target penncapaian

2. Misi
Menjelaskan tujuan tertentu atau spesifik dari Inkubator Bisnis. Penjelasan tentang alasan
yang mendasari pelaksanaan aktivitas Inkubator Bisnis. Hal ini akan menjadi pedoman arah
pengembangan Inkubator Bisni.

3. Sasaran Strategis
Menjelaskan tentang sasaran strategis secara kualitas dan kuantitas serta pengelolaan
keuangan. Dijelaskan juga implementasi yang relevan dan proses monitoring dan evaluasi kegiatan
Inkubator Bisnis. Indikator yang dapat digunakan S.M.A.R.T. . (Specific, measurable, available at
acceptable costs, relevant to the objective, and time-bound). Mempersiapkan tujuan jangka panjang,
jangka menengah dan tujuan jangka pendek.
BAB II KAJIAN PEMBENTUKAN INKUBATOR BISNIS
A. ANALISA DATA POTENSI DAERAH
Diisi dengan data potensi tempat inkubator bisnis didirikan dilihat dari (potensi sumber daya
manusia, potensi industri, sosial budaya, sumber daya pendukung lainnya).

B. ANALISA SWOT
Analisa SWOT terkait lembaga inkubator bisnis yang akan dibentuk. Analisis SWOT untuk
mengetahui strategi apa yang harus diterapkan, sehubungan dengan rencana jangka panjang.

C. PEMAPARAN BUSINESS CANVAS MODEL INKUBATOR BISNIS


Pemaparan Business Canvas Model terkait lembaga inkubator bisnis yang akan dibentuk
Sesuai dengan BAB II Buku Pedoman.

D. MODEL INKUBATOR BISNIS


Model inkubator bisnis yang digunakan

E. JEJARING KERJA INKUBATOR BISNIS


Diisi dengan mitra kerja dari instansi, perusahaan, asosiasi, dan inkubator bisnis

F. KERANGKA KERJA KEUANGAN


Penting : bahwa Anda memberikan gambaran tentang asumsi perkembangan keuangan
Inkubator Bisnis. Ini adalah bagian dari rencana keuangan Anda.

1. Asumsi – asumsi Keuangan


Asumsi keuangan mengenai kebutuhan modal, biaya operasional dan asumsi pemasukan
(capital budgeting dan analisis investasi)

2. Pengelolaan Dana
Memberikan gambaran tentang bagaimana pengelolaan dana untuk Penyusunan rencana
bisnis inkubator dan biaya operasional serta investasi akan digunakan:

Biaya Pembentukan Inkubator Bisnis Total Biaya ( Rp)

1. Notaris , Surat Ijin Usaha

2. Biaya Pengembangan Ekternal

3. Biaya Belanja Pegawai Sebelum memulai


Kegiatan Inkubator Bisnis

4. Kegiatan lainnya

Total:

Biaya Operasional Inkubator Bisnis Total Biaya ( Rp)


Tahun ke 1 Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke
2 3 4 5

1. Biaya Pegawai

2. Pengelolaan Gedung, seperti utilitas,


pemeliharaan dan perbaikan alat , dll

3. Pelayanan untuk tenan, seperti


konsultasi badan hokum dan biaya
konsultasi

4. Biaya Lainnya, seperti kendaraan,


peralatan, iklan promosi, biaya
perjalanan, telekomunikasi, asuransi dll

Total:

Investasi Total Biaya ( Rp)

Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke Tahun ke


1 2 3 4 5

1. Investasi Gedung

1.1 Pemeliharaan Gedung

1.2 Lainnya

2. Investasi Infrastruktur

2.1 Pengelolaan Infrastruktur

2.2 Peralatan Khusus

2.3 Lainnya

Total:

3. Persyaratan Modal
Memberikan gambaran tentang bagaimana pembentukan bisnis inkubator dan
biaya operasional serta biaya investasi:
Perolehan Dana untuk Biaya Pembentukan Total Biaya ( Rp)
Inkubator Bisnis

1. Subsidi – dari instansi pemerintahan lokal dan


nasional

2. Subsidi – dari bank dunia, Uni Eropa dan


Perbankan internasional lainnya

3. Subsidi dari bank dan sektor swasta lainnya

4. Bantuan dari Bank dan Institusi Bantuan dari


Universitas dan Departemen Pengembangan
dan Penelitian Keuangan lainnya

5. Biaya sewa dan pendapatan inkubator lainnya

6. Sumber pendanaan lainnya

Total:

PEMBIAYAAN OPERASIONAL DAN Amount (currency units)


INVESTASI

1. year 2. year 3. year 4. year 5. year

1. Subsidi – dari instansi pemerintahan lokal dan


nasional

2. Subsidi – dari bank dunia, Uni Eropa dan


Perbankan internasional lainnya

3. Subsidi dari bank dan sektor swasta lainnya

4. Bantuan dari Bank dan Institusi Bantuan dari


Universitas dan Departemen Pengembangan
dan Penelitian Keuangan lainnya

5. Biaya sewa dan pendapatan inkubator lainnya

6. Sumber pendanaan lainnya

Total:

Lampiran mengenai lembar komitmen/kerjasama sponsor untuk pendanaan dan fasilitas lainya.
BAB III ORGANISASI DAN PROSEDUR KERJA INKUBATOR BISNIS
A. ORGANISASI
1. Status Hukum
Bagaimana status legalitas status hukum Inkubator Bisnis di unit kerja anda ?

2. Kepemilikan
Bagaimana status kepemilikan Inkubator Bisnis di unit kerja anda?

3. Struktur Organisasi
( maksimal 3 halaman )

a. Nama Inkubator Bisnis dan Dewan Penasihat


Mencantumkan nama, peran dan kompetensi penyelenggaraan Inkubator Bisnis serta Dewan
Penasihat

b. Staf Pelaksana Inkubator Bisnis


Memberikan informasi pada staf Inkubator Bisnis (untuk melampirkan Daftar Riwayat
Hidup mereka), deskripsi pekerjaan yang disesuaikan dengan struktur organisasi

c. Diagram Struktur Organisasi


Diagram struktur organisasi, menggambarkan garis dan komando antar personal.

4. Biaya Belanja Pegawai


Asumsi biaya belanja pegawai, dalam bentuk honorarium dll

a. Kebutuhan Belanja Pegawai


Desain kebutuhan belanja pegawai , tambahan personil dalam jangka waktu periode
tertentu ( misalnya untuk 1-5 tahun )

b. Sistem Remunerasi
Jika ada deskripsikan mengenai, sistem remunerasi untuk pegawai ( BPJS, bonus, insentif
dll)

B. PROSEDUR KERJA INKUBATOR BISNIS


1. Standar operasional dan prosedur inkubator bisnis
Penjelasan mengenai standar operasional dan prosedur ( maksimal 4 halaman) Bisa
dilengkapi dengan diagram proses bisnis atau flowchart.

a. SOP Pengelolaan tenant


Diisi dengan pengelolaan tenant ( seleksi tenant, administrasi tenant, evaluasi tenant, keluar
dan masuknya tenant)

b. SOP layanan internal Inkubator bisnis


Penjelasan mengenai layanan internal inkubator bisnis termasuk pengadiminisatrasian
kegiatan.

c. SOP layanan eksternal Inkubator bisnis


Penjelasan mengenai layanan eksternal inkubator bisnis pengadiminisatrasian kegiatan.
d. SOP Monitoring dan evaluasi (Monev) Inkubator Bisnis
Diisi dengan penjelasan tata cara monev dan bagaimana penerapan kegiatann hasil
monitoring dan evaluasi tersebut.

2. Tata tertib, aturan, dan ketentuan Inkubator bisnis


Penjelasan mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di area inkubator bisnis
(maksimal 4 halaman)

a. Ketentuan terkait layanan inkubator bisnis


Ketentuan terkait layanan inkubator bisnis kepada Tenant (termasuk hak dan kewajiban
tenant).

b. Ketentuan penggunaan fasilitas


Penjelasan terkait aturan penggunaan gedung saat jam operasional dan di luar jam
opearsional. Jam kerja operasional serta fasilitas yang dapat dipakai, misalkan : 6 hari kerja pukul
07.00 sd 19.00 . Kebijakan Harga Untuk Penyewaan Ruangan Lainnya. Berapa biaya sewa tempat
untuk co working space/office share dan fasilitas lainya?

c. Penjaminan Keamanan Fasilitas Inkubator Bisnis


Jaminan keamanan akan menjadi tanggung jawab siapa

BAB IV FASILITAS DAN LAYANAN INKUBATOR BISNIS


A. FASILITAS INKUBATOR BISNIS
Deskripsi mengenai fasilitas yang diberikan oleh Inkubator Bisnis , dalam hal ini adalah sarana fisik.
(maksimal 4 halaman untuk seluruh bagian 3.2)

1. Ruangan, Tata Letak Desain Ruangan


Menjelaskan infrastruktur ruangan/ bangunan, tata letak / desain ruangan, ukuran sesuai
dengan penggunaan, unit dan rencana biaya. Desain maupun gambar ruangan dari Inkubator Bisnis
dijelaskan dalam lampiran.

2. Insfrastruktur Fisik
Penjelasan tentang infrastruktur fisik yang tersedia dan definisi perabotan, peralatan
Informasi Teknologi (IT) yang dibutuhkan serta nilainya.

3. Perawatan Fasilitas
Perawatan fasilitas adalah kewajiban siapa dan dibebankan kepada siapa pembiayaannya.

4. Asuransi / Jaminan Fasilitas


Jaminan fasilitas jika ada kerusakan, tanggung jawab siapa?

B. LAYANAN INKUBATOR BISNIS


Pelayanan – pelayanan yang Diberikan (maksimum 3 halaman)

1. Ruang Lingkup Pelayanan


Menjelaskan semua layanan yang ditawarkan oleh Inkubator, kapasitas dan biaya.
Menjelaskan layanan umum, konsultasi dan pelayanan jasa bagi start-up, akses pembiayaan dan
saran / masukan yang bersifat khusus, layanan purna perawatan. Penting bahwa Anda juga
mengatasi pengaturan jaringan internal dan eksternal.
2. Kebijakan Pembiayaan untuk Bentuk Pelayanan Lainnya
Kebijakan biaya untuk berbagai macam layanan lainnya. Contoh : paket co working space,
paket pelatihan, paket layanan konsultasi, dll

BAB V ROADMAP INKUBATOR BISNIS


A. STRATEGI PENGEMBANGAN INKUBATOR BISNIS
1. Roadmap Inkubator Bisnis
Diisi dengan rencana pengembangan inkubator bisnis paling tidak selama lima tahun

2. Key Performance Indicator Inkubator Bisnis


Diisi dengan kriteria-kriteria pencapaian keberhasilan inkubator bisnis

B. IMPLEMENTASI PROGRAM INKUBATOR BISNIS


Diisi dengan penjabaran kegiatan-kegiatan inkubator bisnis. Menggambarkan langkah awal
dalam menerapkan bisnis plan

1. Daftar kegiatan Inkubator bisnis


Diisi dengan daftar kegiatan tahun per tahun slema lima tahun dan diisi dengan target ouput
dari kegiatan tersebut

2. Jadwal kegiatan inkubator bisnis


Diisi dengan jadwal kegiatan tahun per tahun slema lima tahun.

BAB VI KESIMPULAN
Kesimpulan mengenai rencana keuangan, apakah bermanfaat dilihat dari investasi dan
lainnya.

V. lampiran -lampiran
Lampiran 1 : Diagram Business Canvas Model

Lampiran 2 : Rencana Keuangan


Rencana keuangan (capital budgeting dan analisis investasi)

Lampiran 3: Daftar identifikasi Sarana dan Prasarana

Lampiran 4: Surat Perjanjian Kerjasama dari Stake Holder


(disarankan harus ada)

Lampiran 5: Surat Perjanjian Kerjasama dari sponsor (financial support)


(jika ada)

Lampiran 6: Brosur Promosi Inkubator Bisnis

Lampiran 7 : Format aplikasi tenant


(format aplikasi program inkubasi calon tenant)
Lampiran 8: Form Administrasi Tenant
(form biodata tenant, form seleksi tenant, Form evaluasi tenant,
Lampiran 9: Form Kontrak Kerja Inkubator Bisnis dengan Tenant

Lampiran 10: Format laporan kinerja tenant

Lampiran 11: Daftar riwayat hidup pengelola inkubator bisnis

Anda mungkin juga menyukai