Anda di halaman 1dari 30

Nama : Fatuh Rohman

NIM : 301021009

1.Apasaja Parasit Penyebab Infeksi/Infestasi Pada Manusia?(Klasifikasinya Juga)


Th e parasites covered in this chapter are categorized into two major groups: parasitic
protozoa and parasitic helminths :.
2.Bagaimana Cara cacing Menginfeksi Tubuh Host Pada Scenario?

3.Bagaimana Siklus Hidup Dari Parasite Cacing? (Nurma)


A. CESTODA (Cacing Pita / Tapeworm)

Struktur tubuh secara umum:


• Scolex : kepala yang memiliki alat untuk melekat pada inang
• Neck : leher
• Strobila : tubuh yang tersusun atas beberapa segmen yang disebut proglottid
• Proglottid : setiap segmen pada strobila yang memiliki system reproduksi yang matang
secara
Seksual
1. Diphyllobothrium latum (the Fish or Broad Tapeworm)

2. Taenia saginata (Beef Tapeworm) & Taenia solium (Pork Tapeworm)-


3. Echinococcus granulosus

4. Hymenolepis nana (the Dwarf Tapeworm) & Hymenolepis diminuta (Rat Tapeworm)
5. Dipylidium caninum (the Double-pored Dog Tapeworm)
B. TREMATODA 1. Fasciola hepatica (the Sheep liver fluke) & Fasciola gigantica

B. TREMATODA

1. Fasciola hepatica (the Sheep liver fluke) & Fasciola gigantica

2. Fasciolopsis buski
3. Schistosoma sp.

B. INTESTINAL NEMATODES (di usus)


1. SOIL-TRANSMITTED HELMINTHS (transfernya melalui fecal oral)

● Ascaris lumbricoides

● Trichuris trichiura

● Necator americanus

● Ancylostoma duodenale (cacing tambang)

● Strongyloides stercoralis

2. NON SOIL-TRANSMITTED

• Enterobius vermicularis

A. Ascaris lumbricoides (The Round Worm)

Cacing dewasa hidup di usus halus → bertelur→ telur keluar dengan feses → berada di
tanah 2-3 minggu → menjadi telur infected → tertelan → menetas dalam bentuk larva di
usus halus → ikut sirkulasi darah ke jantung → paru-paru →tertelan → cacing dewasa di
usus halus.
B. Trichuris trichura (The Whip Worm/Cambuk)
Dewasa di area cecal → telur keluar bersama feses → berada di tanah selama 14 hari →
menjadi telur infected → tertelan → dewasa di area cecal
C. HOOKWORM (Cacing Tambang)

Telur keluar bersama feses →turun 5-10 cm menembus tanah dan membentuk larva
Rhabditiform di tanah → naik ke permukaan tanah membentuk larva filariform →
menembus kulit menyebabkan ground itch → dewasa di usus halus.
D. Strongyloides stercoralis

• Autoinfeksi : cacing dewasa betina →bertelur → meletakkan telurnya di mukosa usus


→ menetas → bermigrasi ke lumen sampai menjadi larva Rhabditiform → autoinfeksi
menjadi larva filariform →dewasa
• Larva Rhabditiform → menetas menjadi cacing jantan betina → kawin → bertelur →
mati → telur akan menjadi larva Rhabditiform → larva filafiform → masuk ke dalam
tubuh

E. Enterobius vermicularis (CACING KREMI)


4.Bagaimana Mekanisme Parasite Untuk Menghindar Dari Respon Imun Hostpes?(Najwa)
- Large size of the parasites
- Complicated life cycles
- Antigenic complexicity.

Beberapa cacing (schistosomes) menyamarkan permukaan luarnya dengan


memperoleh molekul inang yang mengurangi antigenisitasnya; membran intrinsik
Perubahan juga membuat cacing ini tahan terhadap serangan kekebalan tubuh.
Nematoda filarial memperoleh albumin serum pada kutikula mereka, yang dapat
bertindak sebagai penyamaran. Banyak cacing melepaskan zat yang menekan fungsi
limfosit, menonaktifkan makrofag, atau mencerna antibodi. Cestode larva tampaknya
memperpanjang kelangsungan hidup mereka dengan memproduksi faktor
antikomplemen yang melindungi lapisan luarnya dari serangan litik.

 Pengaruh lokasi
Letaknya secara anatomis tidak terpajan dengan sistem imun, misalnya parasite
intraseluler seperti T. cruzi, lesmania, T. spiralis, plasmodium, E. histolitika ataua
yang hidup di lumen saluran cerna seperti cacing

 Parasit mengubah antigen


Merubah antigen mantel permukaannya melalui proses yang disebut variasi
antigenik.
 Perubahan tergantung fase perkembangan: memproduksi antigen yang
berbeda dari fase infektif, misalnya fase sporozoit parasite malaria secara
antigenic berbeda dari merozoit yang berperan dalam infeksi kronis
 Variasi antigen parasite terus menerus: T. brusei dan T. rodesiensis punya
variasi terprogram dalam ekspresi gen yang menyandi gen antigen
permukaan utama

 Supresi sistem imun pejamu


 Parasite seperti larva T. spiralis, skistosoma, dapat merusak sel limfoid
atau jaringan secara langsung
 Jika antigen yang dilepas dalam jumlah yang besar akan mengurangi efek
respon imun pejamu >> defek aktivasi sel T >> produksi sitokin
imunosupresif oleh makrofag

 Resistensi
Antigen dilepas dari parasite sebelum/setelah berikatan dengan antibody >>
resisten

 Hidup dalam sel pejamu


Hidup di dalam sel pejamu dengan mengembangkan kista yang resisten terhadap
efektor imun. Cacing-cacing yang hidup dalam lumen saluran cerna dan
terlindngidari efektor CMI (Cell Mediated Immunity = membunuh sel terinfeksi)

Sumber: Imunologi Dasar FKUI Ed.12

5. Bagaimana Respon Imun Innate dan adaptive Tubuh Ketika Terjadi Infeksi Parasite?(Nico)
Beberapa infeksi parasit dapat dihilangkan sepenuhnya oleh respons imun inang
(kekebalan lengkap) sementara hanya sedikit yang sulit dihilangkan. Pada beberapa
infeksi, pertahanan kekebalan inang cukup untuk melawan infeksi lebih lanjut tetapi
tidak cukup untuk hancurkan parasit. Kekebalan berlangsung sampai infeksi asli tetap
aktif dan mencegah infeksi lebih lanjut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekebalan bawaan:
- Usia dari host: usia anak-anak dan lansia sangat mudah terinfeksi oleh bakteri
- Jenis kelamin: Penyakit tertentu lebih sering terjadi pada pria seperti amoebiasis
di mana sebagai wanita lebih rentan mengalami anemia akibat infeksi cacing
tambang
- Status nutrisi: Kekebalan yang dimediasi humoral dan seluler diturunkan dan
aktivitas neutrofil berkurang dalam kekurangan gizi
- Genetuk dari individu: Orang dengan hemoglobin S (penyakit sel sabit),
hemoglobin janin dan hemoglobin thalassemia resisten terhadap malaria
falciparum di mana sebagai sel darah merah negatif golongan darah Duffy (RBC)
resisten terhadap malaria vivax.

Components of innate immunity:


- Anatomic barriers (skin and mucosa): Kulit adalah penghalang penting bagi
parasit yang masuk melalui rute kulit seperti Schistosomes, hookworm, dan
Strongyloides
- Physiologic barriers: Ini termasuk suhu, pH, dan berbagai molekul larut seperti
lisozim, interferon dan komplemen. Keasaman lambung bertindak sebagai
penghalang fisiologis untuk Giardia dan Dracunculus.
- Phagocytosis:Phagocytes like macrophages and microphages (neutrophils,
basophils and eosinophils) act as first line of defense against the parasites.
- Complements: Mereka memainkan peran penting untuk membunuh parasit
ekstraseluler dengan membentuk kompleks serangan membran; yang mengarah
pada pembentukan lubang di membran parasite.
- Natural killer cells: Natural killer cells (NKs) are another important mediator of
innate immunity. They play a central role in killing few of the helminthic
parasites. (Wakelin, 1996)

Respon Imun Tubuh Adaptif Ketika Terkena Parasite?(Duta)


Ini adalah resistensi yang diperoleh oleh seseorang selama hidup setelah terpapar
agen. Ini dimediasi oleh antibodi yang diproduksi oleh limfosit B (respons imun
humoral) atau oleh sel T (respons imun yang dimediasi sel).
Cell mediated immune response
- Ketika parasit masuk, antigen parasit diproses oleh sel-sel penyaji antigen,
(misalnya, makrofag) yang menyajikan peptida antigenik ke sel-sel T hekper. Sel-
sel penyaji antigen juga mengeluarkan interleukin-1 (IL-1) yang mengaktifkan sel
T helper yang beristirahat. Sel T helper yang diaktifkan berdiferensiasi menjadi
sel Th-1 dan Th-2.
- T helper cell-1 secrete interleukin-2 (IL-2) and interferon gamma (IFN-g)
 Interleukin-2 mengaktifkan sel T sitotoksik dan NK, yang sitotoksik ke sel
parasit target. Mereka menghasilkan perforin dan granazyme yang membentuk
pori-pori dan melisiskan sel-sel target.
 IFN- g mengaktifkan makrofag istirahat yang pada gilirannya menjadi lebih
fagositosis dan melepaskan radikal bebas seperti oksigen reaktif menengah
(ROI) dan oksida nitrat (NO) yang membunuh parasit intraseluler.
- Sel TH2 melepaskan IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-10 yang terlibat dalam aktivasi sel B
untuk menghasilkan antibodi [imunoglobin E (IgE) oleh IL-4]. IL-5 juga
bertindak sebagai kemoattraktan untuk eosinofil. Eosinofilia adalah temuan umum
dalam berbagai infeksi cacing.
Humoral immune response
Respon Th-2 mengaktifkan sel B untuk menghasilkan antibodi yang pada gilirannya
memiliki berbagai peran melawan infeksi parasit. Mereka adalah:
- Neutralization dari toksin parasite (dimediasi oleh IgA dan IgG)
- Mencegah perlekatan pada mukosa saluran pencernaan (GIT) (dimediasi oleh
sekretori IgA).
- Agglutinating antigen parasit dengan sehingga mencegah invasi (dimediasi oleh
IgM)
- Aktivasi system komplemen (oleh IgM dan IgG): Komplemen berikatan dengan
bagian Fc dari antibodi yang dilapisi dengan sel parasit. Aktivasi komplemen
menyebabkan kerusakan membran dan lisis sel.
- Antibody dependent cell-mediated cytotoxicity (ADCC) ADCC penting untuk
membunuh cacing. NK berikatan dengan bagian Fc dari antibodi IgG yang dilapisi
cacing. Aktivasi NK mengarah pada pelepasan perforin dan granazim yang pada
gilirannya menyebabkan kerusakan membran dan lisis sel.
- Degranulasi sel mast: Antibodi IgE dilapisi pada sel mast ketika terikat pada
antigen parasit, sel mast menjadi aktif dan melepaskan sejumlah mediator seperti
serotonin dan histamin
- Antibodi juga dapat memblokir enzim yang dilepaskan oleh cacing, sehingga
mengganggu kemampuannya untuk menembus jaringan atau memberi makan.
(Wakelin, 1996)
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2258092/ (versi lengkap)

6. Bagaima Factor Yang Menjadi Penyebab Infeksi Cacing?(Mad)


- Personal hygiene meliputi mencuci tangan, memotong dan membersihkan kuku,
penggunaan alas kaki yang mendukung ke arah infeksi cacingan pada penelitian
ini faktor memotong dan membersihkan kukulah yang paling mendukung ke arah
kejadian infeksi cacingan. Bahwa penularan infeksi cacingan bisa saja melalui
kuku jari tangan yang panjang yang kemungkinan terselip telur cacing dan bisa
tertelan ketika makan.
- Sanitasi lingkungan meliputi sanitasi sumber air, pembuangan kotoran manusia,
dan sanitasi makanan yang mendukung ke arah infeksi cacingan pada penelitian
ini faktor sanitasi makanan yang mendukung ke arah kejadian infeksi cacingan.
Bahwa perilaku makan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat menyebabkan
penularan infeksi cacingan misalnya, dengan mengkonsumsi makanan secara
mentah atau setengah matang berupa ikan, daging, sayuran. Serta penyajian
makanan harus bebas dari kontaminasi. (Andaruni et al., 2012)

7. Mengapa Pada Pasien Di Atas Mengalami Badan Lemas,Nyeri Otot ,Mual Dan Rasa Tidak
Nyaman Diperut?
Manifestasi klinis:
No. Cacing Manifestasi Klinis
1. Ascaris Gejala akibat migrasi larva A.
lumbricoides lumbricoides
(cacing gelang) Selama fase migrasi, larva A.
lumbricoides di paru penderita ->
membuat perdarahan kecil di dinding
alveolus dan timbul gangguan batuk
dan demam.
Pada foto thorak penderita Ascariasis
akan tampak infiltrat yaitu tanda terjadi
pneumonia dan eosinophilia di daerah
perifer yang disebut sebagai sindrom
Loeffler. Gambaran tersebut akan
menghilang dalam waktu 3 minggu
Gejala akibat cacing dewasa
Di dalam saluran pencernaan, gejala
utamanya berasal dari dalam usus atau
migrasi ke dalam lumen usus yang lain
atau perforasi ke dalam peritoneum.
Cacing dewasa yang tinggal dilipatan
mukosa usus halus -> iritasi dengan
gejala mual, muntah, dan sakit perut.
Perforasi cacing dewasa
Pada dewasa ke dalam peritoneum
menuju ke umbilikus
Pada anak sedangkan pada dewasa
mengarah ke inguinal
Obstruksi diberbagai tempat termasuk
didaerah apendiks (terjadi apendisitis),
di ampula vateri (terjadi pancreatitis
haemoragis), dan di duktus
choleduchus terjadi cholesistitis.
Pada anak-anak akan menyebabkan
gangguan gizi akibat malabsorpsi yang
disebabkan oleh cacing dewasa
A. lumbricoides perhari (menyerap : 2,8
gram karbohidrat dan 0,7 gram protein)
pada anak-anak dapat memperlihatkan
gejala berupa perut buncit, pucat, lesu,
dan rambut yang jarang
alergi yang berhubungan dengan
pelepasan antigen oleh A. lumbricoides
dalam darah dan kemudian merangsang
sistem imunologis tubuh sebagai
defence mechanism dengan gejala
berupa asma bronkial, urtikaria,
hipereosinofilia, dan sindrom Loeffler
2. Strongyloides Paling sering :
stercoralis (cacing
benang) gangguan sistem pencernaan seperti
diare, nyeri perut, mual, muntah, dan
penurunan berat badan
ke berbagai organ seperti paru, hati,
jantung, ginjal, dan sistem saraf pusat
jarang ditemukan di persendian tetapi
persendian bisa mengalami arthritis
reaktif dan menimbulkan gejala
menyerupai arthritis
Infestasi dapat berlangsung selama
beberapa tahun tanpa gejala, namun
ketika daya tahan tubuh host terganggu
karena terjadi bersamaan dengan
penyakit lain atau karena terapi
imunosupresif, termasuk golongan
steroid, maka strongyloidasis dapat
reinfestasi
Gejala :
Gatal ringan dan ruam pada kulit,
biasanya pada kaki serta menyebar
hingga bokong dan pinggul
Mual dan muntah
Sakit perut
Diare
Tidak nafsu makan
Demam
Batuk
Bengek (mengi)
Pada kasus kronis :
Rasa tidak nyaman di perut
Gatal dan ruam pada kulit yang
berulang
Diare berdarah yang terkadang diselingi
dengan konstipasi
3. Trichuris infeksi berat dapat terjadi gejala :
trichiura(cacing sakit perut diare (kadang-kadang
cambuk) disertai bercak darah demam ringan
sakit kepala berat badan menurun)
Pada anak-anak sering terjadi prolapsus
recti (keluarnya mukosa rectum dari
anus)
terjadi karena : cacing mengeluarkan
racun yang bersifat melemaskan otot
rectum cacing yang merupakan benda
asing pada rectum sehingga
menyebabkan otot-otot rectum berusaha
mengeluarkan cacing dengan cara
meningkatkan gerakan peristaltic
Infeksi ringan sampai sedanng -> tidak
menyebabkan gejala klinis yang khas
Pada infeksi berat dan menahun ->
disentri (dapat menyerupai amebiasis),
prolapsus rckti, apendesitis, anemia
berat, mual dan muntah
Perkembangan larva Trichuris di dalam
usus -> tidak memberikan gejala klinik
yang bcrarti Sebagian masa
perkembangannya -> larva memasuki
mukosa intestinurn tenue
Proses yang bcrperan dalam
menimbulkan gejala -> trauma oleh
cacing dan dampak toksik
Trauma pada dinding usus terjadi
karena cacing ini membenamkan
kepalanya pada dinding usus
Cacing ini biasanya menetap pada
sekum
Pada infcksi yang ringan kcrusakan
dinding mucosa usus hanya sedikit
4. Ancylostoma Berat ringannya gejala tergantung
duodenale dan pada :
Necator jumlah cacing stadium cacing tambang
americanus(cacing infeksi pertama atau infeksi ulang
tambang) lamanya infeksi keadaan gizi penderita
adanya penyakit lain umur penderita
Manifestasi klinis pada infeksi hook
worm bisa ditimbulkan oleh :
Larva Ground itch / Dew itch
rasa gatal yang timbul saat larva hook
worm masuk menembus kulit, semakin
banyak larva yang menembus kulit
semakin hebat gejala yang timbul.
menembus kulit menyebabkan
dermatitis dengan eritemia, edema,
vesikel, dan gatal.
Infeksi pertama memberikan gejala
yang lebih berat daripada infeksi
ulangan. Larva dari cacing tambang
hewan (Ancylostoma
brazilliense, Ancylostoma
ceylanicum, dan Ancylostoma
caninum) juga bisa menginfeksi
manusia dan menimbulkan creeping
eruption (cutaneus larva migrans).
Dalam kulit manusia larva bisa hidup
beberapa hari sampai beberapa bulan.
Larva ini mengembara dalam kulit
manusia tetapi tidak pernah mencapai
stadium dewasa.
Cacing tambang dewasa Terjadi gejala
anemia
cacing dewasa menghisap darah
manusia
tempat perlekatan cacing juga terjadi
perdarahan
Anemia yang terjadi akibat infeksi
cacing tambang adalah anemia
mikrositik hipokromik
Pada infeksi lanjut
menyebabkan defisiensi gizi, karena
adanya anemia, gangguan absorbsi,
digesti akibat atrofi vili usus akibat luka
gigitan, dan diare akibat iritasi gigitan
cacing. Pada pemeriksaan darah
biasanya didapatkan eosinofilia yaitu
meningkatnya jumlah sel eosinophil.
Infeksi cacing ini dapat menimbulkan
kekebalan. Jika tidak ada defisiensi
gizi, infeksi ulangan akan memberikan
kekebalan sehingga jumlah cacing
tambang akan berkurang sampai hilang
dari intestinum / usus halus
5. Enterobius 1.Gejala klinis yang menonjol :
vermicularis iritasi di sekitar anus perineum dan
(cacing kremi) vagina oleh cacing etina gravid yang
bermigrasi ke daerah anus dan vagina -
> menyebabkan pruritus local, Karena
cacing bermigrasi ke daerah anus dan
menyebabkan pruritus ani, maka
penderita menggaruk daerah sekitar
anus sehingga timbul luka garuk di
sekitar anus
sering terjadi pada waktu malam hari
hingga penderita terganggu tidurnya
dan menjadi kemah, Cacing dewasa
muda dapat bergerak ke usus halus
bagian proksimal sampai ke lambung
esofagus dan hidung sehingga
menyebabkan gangguan daerah tersebut
Cacing betina garavia mengembara dan
dapat bersarang di vagina dan tuba
fallopi sehingga menyebabkan radang
di saluran telur. Cacing sering
ditemukan di apendiks tetapi jarang
menyebabkan apendisitis

2. Gejala lain yang akan dialami oleh


penderita selain rasa gatal di sekitar
anus :
Anak menjadi rewel (karena rasa gatal
dan tidur malamnya terganggu)
Kurang tidur (di karenakan rasa gatal
yang timbul)
Nafsu makan berkurang, berat badan
menurun
Rasa gatal atau iritasi vagina (pada anak
perempuan, jika cacing dewasa masuk
kedalam vagina)
Kulit di sekitar anus menjadi lecet atau
infeksi (akibat penggarukan)
6. Trichinella spiralis Gejala trikinosis tergantung pada
beratnya infeksi yang disebabkan oleh
cacing dewasa dan stadium larva. Pada
saat cacing dewasa mengadakan invasi
ke mukosa usus, timbul gejala usus
seperti sakit perut, diare, mual serta
muntah. Masa tunas ± 1-2 hari sesuda
infeksi. Larva tersebar di otot ± 7-8 hari
sesudah infeksi.
Pada saat itu timbul nyeri otot (mialgia)
dan radang otot (miositis) yang disertai
demam, eosinofiliadan hipereosinofilia
7. Wuchereria Akibat terbentuknya nodule yang
bancrofti menimbulkan varises akan
mengakibatkan reaksi granulomatosus,
reaksi peradangan, selanjutnya akan
mengakibatkan limfangitis dan
limfadenitis. Terjadinya nodule secara
terus-menerus mengakibatkan infeksi
kronis yang menimbulkan fibrimatous
dan lebih parah lagi karena timbulnya
cicatrix pada pembuluh limfa sehingga
timbul obstruksi yang meyebabkan
terjadinya stasis aliran limfe dan aliran
darah. Pada keadaan kronis jika
penderita tetap tinggal di daerah
endemis dapat terjadi reinfeksi
berulang-ulang yang akan berakibat
lebih parah sehingga terjadi
Elephantiasis (penyakit kaki gajah),
yang letaknya yang khas yaitu di
extremitas inferior / genitalia externa.

8.Bagaimana Tatalaksana Terhadap Parasite?(Venus)


9. Jelaskan Interpretasi Ttv Pemeriksaan Fisik dan penunjang Pada Scenario
 Pemeriksaan tinja (tinja), juga disebut tes ova dan parasit (O&P) Tes ini
digunakan untuk menemukan parasit yang menyebabkan diare, tinja longgar atau
berair, kram, perut kembung (gas)
dan penyakit perut lainnya. CDC merekomendasikan agar tiga atau lebih sampel tinja,
yang dikumpulkan pada hari yang terpisah, diperiksa. Tes ini mencari ovum (telur)
atau parasit. Penyedia layanan kesehatan Anda mungkin menginstruksikan Anda
untuk memasukkan spesimen tinja Anda ke dalam wadah khusus dengan cairan
pengawet. Spesimen yang tidak dikumpulkan dalam cairan pengawet harus
didinginkan, tetapi tidak dibekukan, sampai dikirim ke laboratorium atau kantor
penyedia layanan kesehatan. Penyedia layanan kesehatan Anda dapat meminta agar
laboratorium menggunakan noda khusus atau tes khusus dilakukan untuk mencari
parasit yang tidak disaring secara rutin.
 Endoskopi/Kolonoskopi Endoskopi
digunakan untuk menemukan parasit penyebab diare, tinja yang longgar atau berair,
kram, perut kembung (gas) dan penyakit perut lainnya. Tes ini digunakan ketika
pemeriksaan tinja tidak mengungkapkan penyebab diare Anda. Tes ini adalah
prosedur di mana tabung dimasukkan ke dalam mulut (endoskopi) atau rektum
(kolonoskopi) sehingga dokter, biasanya ahli gastroenterologi, dapat memeriksa usus.
Tes ini mencari parasit atau kelainan lain yang mungkin menyebabkan tanda dan
gejala Anda.
 Tes darah
Beberapa, tetapi tidak semua, infeksi parasit dapat dideteksi dengan menguji darah Anda. Tes
darah mencari infeksi parasit tertentu; Tidak ada tes darah yang akan mencari semua infeksi
parasit. Ada dua jenis umum tes darah yang mungkin dipesan dokter Anda:
o Serologi Tes ini digunakan untuk mencari antibodi atau antigen parasit yang
diproduksi ketika tubuh terinfeksi parasit dan sistem kekebalan tubuh berusaha
melawan penyerang. Tes ini dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan Anda
mengambil sampel darah dan mengirimkannya ke laboratorium.
o Apusan darah Tes ini digunakan untuk mencari parasit yang ditemukan dalam
darah. Dengan melihat apusan darah di bawah mikroskop, penyakit parasit
seperti filariasis, malaria, atau babesiosis, dapat didiagnosis. Tes ini dilakukan
dengan menempatkan setetes darah pada slide mikroskop. Slide kemudian
diwarnai dan diperiksa di bawah mikroskop.
 Sinar-X, pemindaian Magnetic Resonance Imaging (MRI), Pemindaian
Tomografi Aksial Terkomputerisasi (CAT) Tes ini digunakan untuk mencari
beberapa penyakit parasit yang dapat menyebabkan lesi pada organ.
10.Jelaskan Karakterisitik Umum Dari Helmint ?
merupakan hewan multiselular, bilateral simetris, dan memiliki tiga lapisan germinal. Parasit
cacing yang penting bagi manusia dibagi menjadi tiga kelompok utama dengan kekhususan
kategori yang berbeda
11.Bagaimana Hubungan Antara Trias Epidemiologi Dengan Kasus Diatas?

12.Jelaskan Upaya Pecegahan?


a. Promosi kesehatan
 Cuci tangan memakai sabun
 Menggunakan air bersih
 Menjaga kebersihan dan keamanan makanan
 Menggunakan jamban sehat
 Mengupayakan kondisi lingkungan yang sehat

b. Surveilans cacingan
 Penemuan kasus cacingan
 Survei faktor resiko
 Survei pravelensi cacingan

Sumber: Kemenkes RI. 2017. Perarutan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15
Tahun 2017 Tentang Penanggulangan Cacingan

Anda mungkin juga menyukai