Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

“ STATIC ROUTING ”

OLEH :
ANDREW DWI SAPUTRA (42621007)
2A TMJ

D4 TEKNIK MULTIMEDIA DAN JARINGAN


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG 2022/2023
STATIC ROUTING
A. Tujuan

1. Mahasiswa memahami konsep static routing.


2. Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja static routing.
3. Mahasiswa dapat memahami isi tabel routing.
4. Mahasiswa mampu melakukan konfigurasi static routing.

B. Teori Dasar

Router bertugas untuk menyampaikan paket data dari satu jaringan ke jaringan lainnya,
dengan menggunakan tabel routing untuk memilih jalur terbaik mana yang akan dilalui oleh
paket data dalam jaringan tersebut untuk mencapai tujuan.
Pada routing static, router akan meneruskan paket dengan menggunakan informasi rute
yang telah administrator masukkan secara manual dari tabel routing. Pada static routing
admin harus mengatur secara manual jalur yang akan dilalui antara dua router dan pengaturan
tersebut bersifat tetap. Apabila ada perubahan pengaturan pada router, admin harus
mengkonfigurasi ulang perangkat tersebut, berbeda dengan routing dinamis yang dapat
bekerja secara otomatis. Namun static routing lebih sedikit menggunakan bandwidth
dibandingkan dengan routing dinamis. Selain itu tidak memerlukan CPU cycles untuk
menghitung dan menganalisa pembaruan jalur.
Penggunaan static routing tidak cocok untuk skala jaringan yang besar, karena apabila
terdapat perubahan jaringan maka static routing tidak dapat menyesuaikan dan harus diatur
kembali secara manual. Sehingga static routing hanya cocok untuk lingkup jaringan komputer
yang kecil.
1. Pengertian Tabel Routing

Router merekomendasikan tentang jalur yang digunakan untuk melewatkan


paket berdasarkan informasi yang terdapat pada tabel routing. Informasi yang terdapat
pada tabel routing dapat diperoleh secara static routing melalui perantara
administrator dengan cara mengisi tabel routing secara manual ataupun secara
dynamic routing menggunakan protokol routing, dimana setiap router yang
berhubungan akan saling bertukar informasi routing agar dapat mengetahui alamat
tujuan dan memelihara tabel routing.

Ada 4 kategori entry dalam tabel routing, yaitu:


 Directly Connected Network; Entry ini akan muncul pada saat interface router
diaktifkan dan dikonfigurasi IP address. Beberapa jenis router status default dari
interfacenya adalah disable (non aktif) sehingga perlu diaktifkan oleh
administrator jaringan.
 Static Routes; Entry ini diisi manual oleh administrator jaringan, sehingga jika
terjadi perubahan jaringan, maka entry ini juga harus dirubah secara manual pula
 Dynamic Routes; Entry muncul karena hasil pertukaran informasi routing dari
beberapa router. Pertukaran informasi routing akan menggunakan routing
protocol. Entry ini tidak diisikan manual oleh administrator jaringan. Dalam hal
ini administrator hanya perlu mengaktifkan routing protocol dan network yang
akan dirouting.
 Default Routes; Entry ini digunakan untuk menentukan kemana sebuah paket
akan dikirimkan jika alamat tujuan dari paket tersebut tidak terdapat pada tabel
routing. Entry default routes bisa dikonfigurasikan secara manual (static) ataupun
didapat dari pertukaran informasi dari routing protocol (dynamic).
Tabel Routing pada umumnya berisi informasi tentang:

 Alamat network tujuan

 Interface Router yang terdekat dengan network tujuan

 Metric, yaitu sebuah nilai yang menunjukkan jarak untuk mencapai network
tujuan. Semakin kecil nilai metric maka semakin baik jalur/rute yang dilewati.
Terdapat beberapa parameter metric, seperti: hop count, bandwidth, delay, load,
dan realibility.

2. Mengkonfigurasi Static Routing


Untuk menambahkan static routing pada router Cisco, harus masuk ke mode
global configuration. Adapun format perintah static routing:

ip route [network] [subnetmask] [next hop address]

Penjelasan:

ip route : perintah untuk membuat static routing

network : alamat network jaringan yang hendak ditambahkan


subnetmask : netmask yang digunakan pada network tujuan
next_hop_address: alamat IP dari hop router selanjutnya, yang akan
menerima paket lalu meneruskannya ke jaringan yang
dituju
Berikut ini contoh penggunaan static routing yang diatur pada Router A:

Pada contoh diatas merupakan jalur dari jaringan ke sebuah “stub network”
yaitu sebuah jaringan yang dibelakangnya tidak ada jaringan lain sehingga untuk
mengakses jaringan ini hanya dapat melalui satu rute. Seringkali, static route
digunakan sebagai jalan satu-satunya untuk keluar masuk stub network.
Contoh selanjutnya adalah penggunaan static route yang diatur pada Router B
dengan menggunakan default route:
Sebuah "default route" adalah rute default yang digunakan router dalam
meneruskan paket ketika rute dari sumber/source ke tujuan tidak dikenali atau ketika
tidak terdapat informasi yang cukup dalam tabel routing ke network tujuan maka
paket akan dilewatkan ke default route.
Adapun format perintah static routing:

ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 [next hop address]

C. Peralatan

1. Perangkat PC dengan software Packet Tracer

2. Kabel Rollover (console)

3. Kabel UTP Straight

4. Kabel Serial DTE-DCE

5. Switch

6. Router

D. Prosedur Praktikum

a) Percobaan 1

1. Buat topologi jaringan berikut ini dengan Software Cisco Paket Tracer dan
konfigurasi menggunakan static routing.
2. Lakukan konfigurasi pada PC dengan pengaturan alamat IP sebagai berikut:

Host PC0 Host PC1

IP Address 192.168.1.2 192.168.2.2


Netmask 255.255.255.0 255.255.255.0
Gateway 192.168.1.1 192.168.2.1

3. Lakukan konfigurasi pada Router dengan pengaturan sebagai berikut:


Router0 Router1

FastEthernet IP address: 192.168.1.1 IP address: 192.168.2.1

Fa0/0 Netmask: 255.255.255.0 Netmask: 255.255.255.0


IP address: 192.168.3.1
Serial IP address: 192.168.3.2
Se0/0/0 Netmask: 255.255.255.0
Netmask: 255.255.255.0
Clock Rate: 64000
Hostname Router_Pusat Router_Cabang
secret telkom telkom
4. Tambahkan pengaturan static routing pada Router

 Pengaturan IP route pada Router0

Router_Pusat(config)#ip route 192.168.2.0 255.255.255.0

192.168.3.2

 Pengaturan IP route pada Router1

Router_Cabang(config)#ip route 192.168.1.0 255.255.255.0

192.168.3.1

5. Lakukan verifikasi dari konfigurasi router dengan menggunakan perintah:

 show running-config
 show interface
 show ip interface brief

 show ip route
6. Lakukan tes ping dan traceroute dari Router0 - PC1 dan Router1 - PC0.

7. Lakukan tes ping dan tracert dari PC0 – PC1 dan sebaliknya.
b) Percobaan 2
1. Buatlah topologi jaringan berikut dengan Software Cisco Paket Tracer dan
konfigurasi menggunakan static routing.

2. Lakukan konfigurasi pada Router dengan parameter sebagai berikut:

Router Bone Router Pinrang Router Wajo Router Soppeng

172.16.0.1 172.16.0.13 172.16.0.9 172.16.0.5


S0/2/0 255.255.255.252
255.255.255.252 255.255.255.252 255.255.255.252

192.168.0.1 192.168.3.1 192.168.2.1 192.168.1.1


Fa0/0
255.255.255.0 255.255.255.0 255.255.255.0 255.255.255.0

Hostname Bone Pinrang Wajo Soppeng

Password Bone Pinrang Wajo Soppeng

Koneksi Router Makassar IP address Netmask

Bone 172.16.0.2 255.255.255.252

Pinrang 172.16.0.14 255.255.255.252

Wajo 172.16.0.10 255.255.255.252

Soppeng 172.16.0.6 255.255.255.252


3. Lakukan konfigurasi pada PC dengan parameter IP address dan netmask seperti pada
tabel berikut dan lengkapi isian kolom gateway-nya.

Host 1 Host 2 Host 3 Host 4


(Bone) (Soppeng) (Wajo) (Pinrang)

IP address 192.168.0.2 192.168.1.2 192.168.2.2 192.168.3.2

Netmask 255.255.255.0 255.255.255.0 255.255.255.0 255.255.255.0


192.168.0.1 192.168.1.1 192.168.2.1 192.168.3.1
Gateway
4. Lengkapi tabel konfigurasi static routing berikut pada router utama Makassar
(gunakan IP next hop) dan atur static routing tersebut langsung pada router.
Router
Bone Pinrang Wajo Soppeng
Makassar
192.168.0.0 192.168.3.0 192.168.2.0 192.168.1.0
ip route
255.255.255.0 255.255.255.0 255.255.255.0 255.255.255.0
172.16.0.1 172.16.0.13 172.16.0.9 172.16.0.5
5. Atur static routing pada tiap router cabang Bone, Soppeng, Wajo, Pinrang (gunakan
default route) dan atur static routing tersebut pada masing-masing router.

Router Bone Router Pinrang Router Wajo Router Soppeng


0.0.0.0 0.0.0 0.0.0.0 0.0.0 0.0.0.0 0.0.0 0.0.0.0 0.0.0
ip route
172.16.0.2 172.16.0.14 172.16.0.10 172.16.0.6

6. Lakukan perintah ping dari PC host ke PC Host antar jaringan cabang lalu catat
hasilnya di buku laporan.
7. Jalankan perintah dibawah ini:

 show running-config
 show interfaces
 show ip interface brief
 show ip route

 Bone
 Soppeng
 Wajo
 Pinrang
 Makassar
E. KESIMPULAN
Konsep dasar dari routing adalah bahwa router meneruskan IP paket berdasarkan pada IP address
tujuan yang ada dalam header IP paket. Dia mencocokkan IP address tujuan dengan routing table
dengan harapan menemukan kecocokan entri–suatu entri yang menyatakan kepada router kemana paket
selanjutnya harus diteruskan. Jika tidak ada kecocokan entri yang ada dalam routing table, dan tidak
ada default route, maka router tersebut akan membuang paket tersebut. Untuk itu adalah sangat penting
untuk mempunyai isian routing table yang tepat dan benar.
Berdasarkan hasil praktikum dan analisa diatas dapat ditarik beberapa poin sebagain berikut:

1. Perangkat baik end-device ataupun network-devicee dengan alamat IP yang berbeda


jaringan dapat saling terhubung. alamat IP dengan jaringan yang berbeda tersebut
dapat terhubung dengan menggunakan teknologi static routing yang dibuat
menggunakan perangkat router.
2. Static route berfungsi sempura jika routing table berisi suatu route untuk setiap
jaringan di dalam internetwork yang telah di konfigurasi.

3. Host pada jaringan perlu di konfigurasi yang mengarah ke default route dan gateway
untuk mencocokan dengan IP Address dari Interface local router.

4. Berhasilnya suatu routing static tergantung pada isian routing table

5. Routing static digunakan untuk pengelola jarinan mengkonfigurasi informasi tentang


jaringan yang dituju secara manual.

6. Untuk mengkonfigurasi static routing, setiap router harus dimasukkan network ID


yang tidak sejaringan dan alamat IP router terdekat/tetangga (next hop) yang dilewati
oleh network yang berbeda tersebut. Dengan konfigurasi static routing tersebut,
mengharuskan administrator untuk mengetahui semua network ID dan alamat IP tiap
router.

7. Static router memiliki kelemahan yaitu apabila jaringan terlalu besar maka akan
menyulitkan administrator untuk melakukan konfigurasi manual di setiap router
dengan mengetahui IP yang tidak sejaringan dan alamat IP router terdekat yang
dilalui. Hal tersebut juga menyusahkan administrator apabila terjadi perubahan
alamat IP karena harus diatur manual kembali.

8. Dalam melakukan entri data static route, administrator diharap lebih hati-hati dan
teliti, karena dalam pengentrian data dengan static route rentan terjadi kesalahan

Anda mungkin juga menyukai