Anda di halaman 1dari 6

BIOSCIENTIAE

Volume 6, Nomor 2, Juli 2009, Halaman 49 - 53


http:/fmipa.unlam.ac.id/bioscientiae
Diversitas Bekicot di Kota Banjarbaru Kalimatan Selatan

Muhamat

Program Studi Biologi Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat,


Jl A. Yani Km. 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan 70714

E-mail: muhamat_unlam@yahoo.co.id

ABSTRACT

This study aims to quantify the dominance and diversity of snails in gardens
around the Banjarbaru. Preliminary data snail populations used for further
research related to the impact of snails as agricultural pests and public health. This
research used the free collection. Species which was obtained by 4 namely
Achatina fulica, Ampidromus adami, Hemiplecta humpreysiana, and Parmarion
martesi.The highest diversity index found on the sugar garden and the dominant
species A. fulica.
Keywords: Parmarion, Amphidormus, Hemiplecta distincta

PENDAHULUAN 1952; Maassen, 1997&2001 dalam


Gastropoda adalah salah satu Liew, 2009). Namun
kelas dari moluska yang terdapat di keanekeragaman bekicot 3 abad
Indonesia yang memiliki terakhir berkurang karenaperubahan
keanekaragaman tinggi baik jenis lingkungan yang mengakibatkan
maupun habitatnya. Gastropoda yang banyak bekicot yang mengalami
banyak ditemukan di darat adalah kepunahan (Lideard, et al, 2004)
bekicot. Secara geografis bekicot Kehidupan manusia sangat
dapat ditemukan mulai dari dataran dekat dengan bekicot. Beberapa
rendah sampai dataran tinggi. peranan bekicot di masyarakat yaitu
Menurut penelitian yang dilakukan di sebagai hama, pakan ternak, vektor
gunung Kinabalu, bekicot ditemukan penyakit, dan obat. Sebagai hama
pada ketinggian 4000m (Liew, 2009). total kerugian yang diakibatkan oleh
Keanekaragaman bekicot di Indonesia bekicot di bidang pertanian di
sangat tinggi. Pulau Jawa terdapat Amerika serikat dan Australia sangat
171 spesies bekicot. Sedangkan di besar (Cowie et al, 2009; Davids et
Asia tenggara terdapat beratus-ratus al, 2006). Sedangkan di Indonesia
spesies bekicot (Jutting 1948, 1950, belum ada perincian mengenai
BIOSCIENTIAE. 2009

kerugian yang diakibatkan oleh hama tersebut diamati secara seksama


bekicot. (Boonngam, et a.l 2008).
Peranan bekicot di bidang Bekicot yang terkumpul
kesehatan adalah ada beberapa dimasukkan ke dalam kantong untuk
bekicot sebagai vektor penyakit. dibawa ke laboratorium. Bekicot
Bekicot yang menjadi vektor penyakit diidentifikasi menggunakan (Muller,
seperti Achatina fulica, Parmarion sp 1995) kemudian dilakukan
sebagai vektor Angiostrongylus. penghitungan jumlah individu. Data
Laevicaulis alte sebagai inang yang diperoleh kemudian dianalisis
perantara penyakit cacing pada hewan indek dominansi Simpson dan indeks
ternak (Neuhauss et al, 2007; Cowie diversitas Shannon-Wienner. Data
et al, 2009; Haveez, 2003). Begitu tambahan berupa tanaman kebun
besarnya peranan bekicot dalam yang dominan.
kehidupan manusia, maka perlu
HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan penelitian pendahuluan
keanekaragaman bekicot di
Kebun tempat pengambilan
lingkungan pemukiman penduduk di
sampel pada penelitian ini sebanyak
kota Banjarbaru
18 tempat dengan tanaman yang
dominan bervariasi. Jumlah bekicot
METODE
yang diperoleh 1321 ekor yang
Penelitian bekicot ini
terbagi dalam 4 spesies bekicot, yaitu:
menggunakan metode koleksi bebas
Achatina fulica, Amphidromus adami,
(Heryanto, 2008). Metode ini
Hemiplecta humphreysiana, dan
dilakukan dengan cara menelusuri
Parmarion martesi berturut-turut
dan mengumpulkan bekicot kebun-
1259, 20, 39, dan 3 ekor. A. fulica sp
kebun tempat pengambilan sampel.
diperoleh pada setiap kebun
Luas plot pengambilan sampel adalah
pengambilan sampel dengan jumlah
10 x 10m. Cara pengambilan sampel
relatif banyak. A. adami diperoleh di
berdasarkan habitat bekicot yaitu:
3 kebun yaitu kebun bunga sebanyak
pada bagian daun dan cabang-cabang
10 individu, kebun nanas sebanyak 5
pohon, serasah-serasah daun dan
individu, dan kebun kelapa sebanyak
dahan serta batu-batuan, pada bagian
5 individu. H. humphreysiana

50
BIOSCIENTIAE. 2009

diperoleh di kebun singkong, nenas, ekor. Lokasi Kebun yang paling


bunga, tomat, mete, dan tebu dengan banyak diperoleh sampel bekicot
jumlah relatif sedikit. P. adalah kebun bunga, pisang, dan
martesi salah satu jenis bekicot singkong, masing masing 23%, 23%
telanjang diperoleh pada satu kebun dan 21%. (tabel 1)
yaitu kebun pisang dengan jumlah 3
Tabel 1. Lokasi pengambilan sampel, jumlah individu spesies yang diperoleh,
indeks simpson dan indeks diversitas bekicot

Bekicot
No tanaman Achatina Amphidromus Hemiplecta Parmarion
Jumlah D HS
fulica adamsi humphreysiana martesi
1 Bunga 281 10 13 0 304 0.143 0.320
2 Jagung 35 0 0 0 35 0.000 0.000
Jamu-
3 20 0.000 0.000
jamuan 20 0 0 0
4 Jati 25 0 0 0 25 0.000 0.000
5 Jeruk 76 0 0 0 76 0.000 0.000
6 Kacang 40 0 0 0 40 0.000 0.000
7 Kelapa 50 5 0 0 55 0.165 0.451
8 Mete 14 0 5 0 19 0.388 0.576
9 Nangka 9 0 0 0 9 0.000 0.000
10 Nenas 25 5 4 0 34 0.424 0.760
11 Pinus 26 0 0 0 26 0.000 0.000
12 Pisang 297 0 0 3 300 0.020 0.067
13 Salak 10 0 0 0 10 0.000 0.000
14 Sawi 13 0 0 0 13 0.000 0.000
15 Singkong 270 0 7 0 277 0.049 0.167
16 Tebu 16 0 7 0 23 0.423 0.615
17 Tomat 17 0 3 0 20 0.255 0.588
Berdasarkan perhitungan indeks Bekicot dan bekicot telanjang
simpson diperoleh banyak kebun yang diperoleh dalam penelitian ini
yang didominansi oleh 1 spesies sebanyak 4 spesies. A. fulica
bekicot yaitu A. fulica. Indeks merupakan spesies yang dominan.
diversitas tertinggi juga diperoleh Dominansi populasi A. fulica tidak
pada kebun nenas dan tebu yaitu. saja dalam penelitian ini, tetapi juga
0,760 dan 0,615. Indeks diversitas ini penelitian yang dilakukan oleh
termasuk masih rendah karena di Emberton and Pearce (1997) di
bawah nilai 1. Tanzania Afrika. A. fulica merupakan

51
BIOSCIENTIAE. 2009

salah satu spesies yang mudah yang membusuk (Hollingsworth et al,


beradaptasi baik terhadap tempat 2007). Meskipun ada yang memakan
maupun jenis pakan. Herbivor A. pucuk daun tanaman bunga.
fulica dapat makan sebanyak lebih Kelimpahan bekicot
dari 134 jenis tanaman pertanian bercangkang disuatu tempat tidak
(Mead, 1961). hanya dipengaruhi oleh sumber pakan
A. adamsi adalah spesies tetapi juga kandungan kalsium di
bekicot yang banyak ditemukan tempat tersebut. Selain itu faktor
dipohon bagian atas terutama kimia fisik lingkungan yang yang
beristirahat di permukaan daun bagian lainnya secara tidak langsung
bawah. Spesies ini umumnya mempengaruhi populasi bekicot
mengkonsumsi lumut dan jamur yang seperti pH (Schilthuize et al, 2003).
tumbuh dibalik daun atau dibatang Keempat spesies ini mempunyai
pohon (Lok and Tan, 2008). Hal ini peranan di dalam bidang pertanian
yang menyebabkan populasinya tidak dan kesehatan. Di bidang pertanian
banyak. ke empatnya merupakan hama, tetapi
H. humphreysiana adalah salah hanya ada satu yang berdampak luas
satu spesies bekicot yang hidup pada sebagai hama karena hampir disetiap
serasah daun atau tumbuhan yang tempat pengambilan sampel
mati. Sumber makanan berupa ditemukan spesies ini, yaitu A. fulica.
tanaman segar, jamur, organisme Beberapa penelitian sudah dilakukan
yang membusuk (Panha, 1987). di dalam menghitung kerugian yang
Penelitian ini juga mendapatkan diakibatkan oleh A. fulica cukup
1 spesies bekicot telanjang, yaitu: P. besar, tetapi belum ada data penelitian
matesi . Berdasarkan penghitungan yang terjadi di Kalimantan khususnya
indeks dominansi bekicot di wilayah Banjarbaru.
Banjarbaru sudah mulai jarang
DAFTAR PUSTAKA
ditemukan. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena ada perubahan Boonngam, P., P. Dumrongrojwattana
and S. Matchacheep. 2008.The
lingkungan sehingga spesies ini sulit Diversity of Land Snail Fauna in
beradaptasi. Sumber makanan bekicot Chonburi Province, Eastern
Thailand. Kasetsart J. (Nat. Sci.)
telanjang adalah bahan-bahan organik 42:256 - 263

52
BIOSCIENTIAE. 2009

Cowie, RH.,RT. Dillon, Jr., DG. Biology Nature In Singapore 1:


Robinson, and JW. Smith. 2009. 225–230
Alien non-marine snails and slugs Lydeard, C., Cowie, R. H., Ponder,
of priority quarantine importance W. F., Bogan, A. E., Bouchet,. P.,
in the United States: A preliminary Clark, S. A, Cummings, K. S.,
risk assessment Amer. Malac. Bull. Frest, T. J., Gargominy, O.,
27: 113-132 Herbert, D. G., Hershler, R., Perez,
Davis, P., M. Widmer and T. Craven, K. E., Roth, B., Seddon, M.,
2006. Pest snails and slugs of Strong E. E. & Thompson. F. G.
Western Australia. Departement 2004. The global decline of
of Agriculture Wertern Australia nonmarine mollusks. Bioscience,
Hafeez, MD. 2003. Helminth 54:321-330.
Parasites of Public Health Mead A. R. 1961The Giant African
Importance – Trematodes Journal Snail. The University of Chicago
of Parasitic Diseases 27(2):69-75 Press. Chicago. 257 pp.
Heryanto, 2008. Ekologi Keong Darat Muller, H.J., 1995. Bestimmung
di taman nasional Gunung Wirbellsoler Tiere. Gustav Fischer
Ceremai. Jurnal Biologi Indonesia Verlag Jenna. Stuttgart
4(5):359-370 Neuhauss E., M. Fitarelli, J.
Hollingsworth, R.G., Rachel Kaneta, Romanzini, C. Graeff-Teixeira.
James J. Sullivan, Henry S. 2007. Low susceptibility of
Bishop, Yvonne Qvarnstrom, Achatina fulica from Brazil to
Alexandre J. da Silva, and David infection with Angiostrongylus
G. Robinson. 2007. Distribution of costaricensis and A. Cantonensis.
Parmarion cf. martensi Mem Inst Oswaldo Cruz, Rio de
(Pulmonata: Helicarionidae), a Janeiro.102(1): 49-52
New Semi-Slug Pest on Hawai‘i Panha, S., 1987. The breeding data of
Island, and Its Potential as a Vector Thai edible land snail Hemiplecta
for Human Angiostrongyliasis distincta (Pfeiffer) (Pulmonata:
Pacific Science 61:4:457–467 Ariophantidae).Venus 46 (1): 25-
Kenneth C. Emberton, Timothy A. 34.
Pearce. 1997. High diversity and Schilthuizen, M., HN Chai, and T. E.
regional endemism in land snails Kimsin. 2003. Abundance And
of eastern Tanzania Biodiversity Diversity Of Land-Snails
and Conservation 6:1123–1136. (Mollusca: Gastropoda) On
Liew TS., Menno Schilthuizen And Limestone Hills In Borneo. The
Jaap Jan Vermeulen. 2009. Raffles Bulletin Of Zoology 51(1):
Systematic revision of the genus 35-42
Everettia Godwin-Austen, 1891 Bandeng (Chanos chanos Forskal)
(Mollusca: Gastropoda: Dyakiidae) yang Dipelihara dalam Jaring
in Sabah, northern Borneo. Apung di Laut. Skipsi, Jurusan
Zoological Journal of the Linnean Budidaya Perairan. Fakultas
Society 157:515–550 Perikanan IPB. Bogor.
Lok, A. F. S. L. and S. K. Tan. 2008. Wulangi, K. 1993. Prinsip-Prinsip
A Review Of The Singapore Status Fisiologi Hewan. Proyek
Of The Green Tree Snail, Pembinaan Tenaga Kependidikan
Amphidromus Atricallosus Pendidikan Tinggi. Jakarta.
Perakensis Fulton, 1901 And Its

53
BIOSCIENTIAE. 2009

54

Anda mungkin juga menyukai