Anda di halaman 1dari 32

1

1.1. Analisis Keruntuhan Bendungan (Dam Break)


Dengan menggunakan hasil pengukuran Topografi/Batimeteri Bendungan serta Wilayah
Hilir Bendungan dan kajian yang detail tentang kondisi bendungan, akan dilakukan analisis
Keruntuhan Bendungan. Analisis ini akan dilakukan dengan bantuan software.

Keruntuhan bendungan akan dianalisis pada dua keadaan, yaitu:

1. Pada elevasi puncak bendungan yang disebabkan oleh Overtopping pada kondisi
banjir PMF, dan
2. Akibat Piping, pada kondisi banjir PMF dan Sunnyday dengan beberapa skenario
a. Pada elevasi puncak bendungan
b. Pada elevasi ambang pelimpah
c. Pada elevasi dasar bendungan.

Program aplikasi dam break pada dasarnya digunakan untuk membuat hidrograf aliran
keluar dari bendungan dan menghitung penelusuran banjir yang terjadi secara hidrolis di
sepanjang lembah hilir bendungan.

Analisis penelusuran banjir akibat keruntuhan bendungan dimaksudkan untuk


mendapatkan persamaan empiris yang menggambarkan kedalaman daerah genangan
puncak banjir dan waktu tiba (travel time) gelombang banjir sepanjang sungai ke arah hilir
akibat keruntuhan bendungan. Analisis penelusuran banjir akibat keruntuhan bendungan
dalam studi ini menerapkan menggunakan program bantu analisa dambreak untuk
membuat hidrograf aliran keluar dari bendungan dan penelusuran banjir secara hidrolis di
sepanjang hilir dari bendungan.

Hasil running program tersebut dikembangkan untuk mendapatkan suatu persamaan


empiris yang menghubungkan antara variabel waktu tiba gelombang banjir (Tb), juga
waktu tiba puncak banjir (Tp) serta kedalaman puncak banjir (Hp), terhadap variabel jarak
ke arah hilir dari bendungan.

1.1.1. Software Dam Break Analysis


Hasil analisis software dam break lebih mampu mensimulasikan keruntuhan
bedungan dengan berbagai kondisi dan parameter, mampu menyelesaikan
pemodelan dimana terjadi perubahan dari aliran subkritis ke superkritis. Berikut
perbandingan beberapa software dam break analysis yang sering digunakan

1
Tabel 1.1 Perbandungan Kemampuan Software Dam Break Analysis
Model HEC-RAS ZhongXing DHI MIKE Delft BOSS
6.3 HY21 21 HD FM SOBEK RiverCAD-
Feature DAMBRK
Only
Channel
Channel
Channel Overland
Channel Channel (HEC-RAS
Available 2D Flow 2D Super to
Overland Overland and HEC-2
sub-critical
in
Flow
AutoCAD)
One One
Dimentional Dimentional
(Channel) Two- Two- (Channel) One-
Dimention
Two- Diemntional Diemntional Two- Dimentional
Dimentional Dimentional
(Overland) (Overland)
Cross Cross
Structured Structured
Section Section Cross
(2D) (2D)
Grid Type (1D) (1D) Section
Unstructured Unstructured
2D Flow Structured (1D)
(2D) (2D)
Area (2D)

Kemampuan dari program ini antara lain dapat mensimulasikan keruntuhan


bendungan, menghitung hidrograf aliran yang keluar (outflow hydrograph) dan
mensimulasikan Gerakan gelombang banjir akibat keruntuhan bendungan (dam
break flood) lewat sungai dan lembah di hilir bendungan.
Pada daerah genangan banjir yang potensial dapat digambarkan dengan
menggunakan hasil hitungan dengan program ini juga dapat digunakan untuk
menetapkan waktu tempuh (travel time) dari berbagai bagian dari gelombang banjir
ke lokasi di hilir bendungan, dan mengevaluasi pengaruh hal-hal yang tidak menentu
(uncertainties) dalam parameter keruntuhan bendungan.

1.1.2. Parameter Dam Break Analysis


Parameter keruntuhan bendungan terdiri dari posisi rekahan, ukuran rekahan, bentuk
rekahan dan waktu rekahan. Parameter tersebut merupakan parameter yang paling
tidak pasti dalam melakukan analisis. Parameter keruntuhan menjadi sangat krusial
dalam menentukan potensi resiko bencana yang akan terjadi karena parameter
tersebut akan berpengaruh terhadap nilai outflow dari bendungan dan waktu
peringatan yang tersedia untuk melakukan proses evakuasi yang nantinya akan
disusun dalam rencana manajemen resiko bencana keruntuhan bendungan.
Dikarenakan ketidak pastian terhadap parameter diatas para peneliti
menyederhanakan model keruntuhan bendungan dengan pendekatan bentuk
trapesium. Berdasarkan penyederhanaan model tersebut, parameter keruntuntukan
dapat diuraikan menjadi lebar rata-rata rekahan, sudut kemiringan rekahan (bentuk
trapesium), dan waktu total rekahan. Penyederhanaan model keruntuhan dapat
dilihat pada Gambar 3.10 berikut ini.

Gambar 1.1 Deskripsi parameter Keruntuhan


(sumber: Using HEC-RAS for Dam Break Studies. Brunner.2014)
Pedoman dalam bentuk rentang kemungkinan nilai lebar rekahan, kemiringan
rekahan, dan waktu pengembangan yang telah dipublikasikan di beberapa lembaga
pemerintah dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini.

Tabel 1.2 Rentang Kemungkinan Nilai Karakter Keruntuhan Bendungan


Lebar Rata-Rata Waktu
Tipe Bendungan H:1V Lembaga
Rekahan Keruntuhan
(0,5 – 3,0) HD 0 - 1,0 0,5 - 4,0 USACE 1990

(1,0 – 5,0) HD 0 - 1,0 0,1 - 1,0 FERC


Earthen/Rockfill
(2,0 - 5,0) HD 0 - 1,0 0,1 - 1,0 NWS
(0,5 - 5,0) HD* 0 - 1,0 0,1 - 4,0* USACE 2007

Multiple Monoliths Vertikal 0,1 - 0,5 USACE 1980

Biasanya ≤ 0,5 L Vertikal 0,1 - 0,3 FERC


Concrete Gravity
Biasanya ≤ 0,5 L Vertikal 0,1 - 0,2 NWS

Multiple Monoliths Vertikal 0,1 - 0,5 USACE 2007


Lebar Seluruhnya Kemiringan ≤ 0,1 USACE 1998
dinding lembah

Lebar Seluruhnya 0 - Kemiringan ≤ 0,1 FERC


dinding lembah
Concrete Arch
(0,8 L) - L 0 - Kemiringan ≤ 0,1 NWS
dinding lembah

(0,8 L) - L 0 - Kemiringan ≤ 0,1 USACE 2007


dinding lembah

(0,8 L) - L 1,0 - 2,0 0,1 - 0,3 FERC


Slag/Refuse
(0,8 L) - L ≤ 0,1 NWS

Keterangan: Bendungan dengan volume yang besar, dan panjang puncak bendungan. HD=
Tinggi bendungan; L=Panjang puncak bendungan

(sumber: Using HEC-RAS for Dam Break Studies. Brunner.2014)

Persamaan untuk mencari parameter-parameter keruntuhan bendungan telah


dikembangkan oleh banyak peneliti. Rangkuman persamaan parameter keruntuhan
bendungan telah diringkas oleh Wu (2011) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.3
berikut ini
5

Tabel 1.3 Rangkuman Persamaan Parameter Keruntuhan Bendungan


Peneliti Debit Puncak (Qp) Waktu Keruntuhan (tf) Rata-rata Lebar Keruntuhan Volume Timbunan Material (Ver)
(Bavg)
Kirkpatrick (1977) Qp = 1,268 (hw + 0,3)2,5 - - -
1,85
SCS (1981) Qp = 16,6 (hw ) - - -
Hagen (1982) Qp = 0,54 (hdS)0,5 - - -
0,475
Singh dan Snorrason Qp = 1,77S atau - - -
(1984) Qp = 13,4 (hd)1,89
MacDonald and Qp = 1,154 (Vwhw)0,41 tf = 0,0179(Ver)0,364 - Ver = 0,0261 (Vwhw)0,769 (tanah)
Langride-Monopolis Ver = 0,00348 (Vwhw)0,852 (bukan
(1984) tanah)
Costa (1985) Qp = 0,981 (hd S)0,42 - - -
0,53
Evan Qp = 0,72 (Vw) - - -
USBR (1988) Qp = 19,1 (hw)1,85 tf = 0,011Bavg Bavg = 3hw -
Von Thun and Gilette - tf = Bavg / (4hw) (erosion Bavg = 2,5hw + Cb -
(1990) resistant)
tf = Bavg / (4hw + 61) (highly
erodible)
Froechlich (1995a) Qp = 0,607 - - -
(Vw)0,295(hw)1,24
-
Froechlich (1995b) tf = 0,00254 (Vw)0,53 (hb)-0,9 Bavg = 0,1803 Ko (Vw)0,32(hb)0,19 -

Walder and O’Connor Qp = f (Vw, relative - - -


(1997) erodibility)
Xu dan Zhang (2009) -

Pierce et al. (2010) Qp = 0,0176(Vh)0,606 atau - - -


Qp = 0,0381V0,475h1,09
Sumber: Wu (2011)

5
Berdasarkan persamaan yang telah dikembangkan oleh beberapa peneliti, terdapat beberapa
parameter dalam melakukan analisis keruntuhan bendungan, diantaranya adalah debit puncak
(Qp), waktu keruntuhan (tf), rata-rata lebar keruntuhan (Qavg) dan volume timbunan material (Ver).
Setiap bendungan memiliki dimensi dan kapasitas tampung yang berbeda-beda sehingga dari
setiap parameter tersebut akan mempertimbangkan beberapa variabel yaitu tinggi bendungan
(hd), volume tampungan (S), volume air di belakang tampungan (V), lebar bendungan (B), tinggi
air dibelakang bendungan (h), faktor sebagai fungsi dari volume tampungan (Cb), tinggi
keruntuhan (hb), tinggi air diatas keruntuhan (hw), volume air yang melewati bagian tas
keruntuhan (Vw), koefisien kemiringan lereng (z) dan koefisien keruntuhan (Ko) dimana nilai
koefisien keruntuhan berbeda pada setiap skenario keruntuhan, yaitu ¼ untuk overtopping dan
1,0 untuk piping

1.1.3. Contoh Pemodelan Dam Break Analysis Menggunakan HEC-RAS


Pemodelan keruntuhan bendungan berdasarkan parameter diatas perlu bantuan software HEC-
RAS untuk mengetahui seberapa besar luas genangan banjir yang diakibatkan oleh keruntuhan
bendungan tersebut. HEC-RAS merupakan software yang dapat digunakan dalam melakukan
analisis atau pemodelan aliran di saluran terbuka (open channel). HEC-RAS dibuat oleh
Hydrologic Engineering Center (HEC) yang merupakan salah satu divisi di dalam Institute for
Water Resources (IWR), dibawah US Army Corps of Engineers (USACE), berfokus pada River
Analysis System (RAS). HEC-RAS memiliki beberapa versi, dalam versi terbaru (6.2 dan 6.3)
mampu melakukan pemodelan 1 dimensi, 2 dimensi, dan gabungan 1 dimensi – 2 dimensi. Selain
itu terdapat fitur RAS Mapper Editing Tools, dimana fitur ini terkoneksi secara langsung dengan
file geometric data. Hal ini sangat mempermudah dalam melakukan digitasi sungai dari data GIS
berupa data Digital Elevation Model (DEM). Sebagai bentuk perkenalan dari software HEC-RAS
berikut gambar layer utama HEC-RAS dan RAS Mapper. Untuk tahap pemodelan keruntuhan
bendungan akan di jelaskan pada metodologi penelitian di bab selanjutnya.

Gambar 1.2 Layar Utama HEC-RAS


Gambar 1.3 Tampilan Layar RAS-Mapper

1.1.4. Contoh Pemodelan Dam Break Analysis Menggunakan HEC-RAS


Data daerah genangan waduk dan wilayah hilir bendungan didapatkan dari data geospasial yang
diolah dalam fitur RAS mapper pada HEC-RAS. Dalam langkah ini dilakukan penentuan area
tampungan waduk (storage area) sesuai dengan elevasi puncak waduk, alur sungai (river) dan
penentuan area yang berpotensi terdampak banjir dengan 2D Flow Area.

Langkah awal yang dilakukan adalah dengan membuat project file terlebih dahulu, kemudian
masuk pada fitur RAS mapper melalui icon yang berada pada toolbar di halaman utama HEC-
RAS. Pada jendela RAS mapper ini berfungsi dalam mengolah data geospasial menjadi data
geometri. Data geospasial yang digunakan adalah data DEMNAS dengan tingkat ketelitian 8,3
m. Pekerjaan yang dilakukan pada RAS mapper akan langsung terkoneksi dengan jendela
geometric data yang terdapat di HEC-RAS. Berikut penjelasan pengolahan data geospasial pada
jendela RAS mapper.

1. Klik icon RAS mapper pada halaman utama HEC-RAS, kemudian akan muncul jendela RAS
mapper dan pilih tools pada menubar RAS mapper dan pilih set projection for project,
selanjutnya akan muncul jendela RAS mapper option dan input data projection pada kolom
ESRI Projection File. penelitian ini berlokasi di Kabupaten Purworejo maka akan digunakan
projection WGS 1984 (World Geodetic System) dan UTM (Universal Tranverse Mercator)
Gambar 1.4 Jendela set projection for project
2. Selanjutnya klik kanan pada menu layer terrains dan pilih create a new ras terrain, kemudian
akan muncul jendela New Terrain Layer klik icon dan pilih file DEMNAS lokasi penelitian
selanjutnya klik open dan create, tunggu hingga proses create selesai dan peta DEMNAS akan
keluar di halaman utama RAS mapper.

Gambar1.5 Tampilan Jendela New Terrain Layer


Gambar 1.6 Tampilan DEMNAS di Halaman Utama RAS Mapper

3. Langkah selanjutnya adalah klik kanan pada menu layer Map Layers dan pilih Add Web
Imagery Layer untuk memasukkan peta satelit wilayah yang akan di tinjau. Pada penelitian
ini akan menggunakan peta Google Satelite. Peta Google Satelite yang dipilih overlay dengan
peta DEMNAS yang sudah di input sebelumnya, untuk mengatur transparansi peta Google
Satelite dengan cara double klick pada layer Google Satelite maka akan muncul jendela
Google Satelite dan selanjutnya atur transparansi pada jendela tersebut

Gambar 5.7 Tampilan Map Layer

4. Input peta tutupan lahan yang sudah di download dari webgis KLHK dengan cara klik tools
pada menubar RASmapper dan pilih New Landcover maka akan muncul jendela Manning’s n
Value Layer, klik icon dan input file tutupan lahan dan masukkan nilai manning sesuai
dengan tutupan lahannya pada kolom output file, selanjutnya klik creat dan tunggu sampai
prosesnya selesai.

Gambar 1.7 Tampilan Jendela Manning’s Value Layer

Gambar 1.8 Tampilan Landcover di Halaman Utama RAS Mapper

Setelah dilakukan pengolahan data geospasial selanjutnya adalah mengolah data geometri untuk
simulasi keruntuhan bedungan dengan cara klik kanan pada menu layer Geometries dan pilih Add
New Geometry, maka akan muncul jendela New Geomtery Data dan masukkan nama file
geometri yang akan dibuat, setelah Layer Geometries dibuat, selanjutnya akan dilakukan
pemodelan semua komponen yang diperlukan dalam simulasi ini dengan cara klik kanan pada
menu layer geometries dan pilih Edit Gemoterie. Pada simulasi ini terdapat 2 tipe genangan yang
akan digunakan yaitu genangan area waduk bendungan yang dimodelkan dengan storage area
berdasarkan hubungan antara elevasi dengan volume genangan. Sedangankan area genangan
banjir dimodelkan sebagai genangan 2D Flow Area. Agar lebih jelas langkah pemodelan kedua
genangan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Area genangan waduk.
Dalam melakukan pemodelan waduk, langkah pertama adalah dengan menentukan area
genangan waduk, penentuan area genangan ini berdasarkan pada dokumen perencanaan.
Langkah selanjutnya adalah dilakukan pemodelan area waduk dengan penggambaran
menggunakan layer storage area melalui tools yang terdapat di RAS mapper. Tampilan
pemodelan genangan waduk dapat dilihat pada Gambar 1.9 berikut ini.

Gambar 1.9 Pemodelan Storage Area di RAS mapper

Pembuataan area genangan waduk dilakukan berdasarkan tinggi kontur pada daerah hulu
bendungan, berdasarkan data teknis bendungan. setelah dilakukan penggambaran maka akan
muncul perintah untuk memberi nama area genangan yang telah dibuat. Langkah
selanjutnya adalah masuk pada jendela geometric data untuk memasukkan data elavasi dan
volume genangan waduk melalui tools storage area editor. Tampilan storage area editor
dapat dilihat pada Gambar 1.10 berikut ini.
Gambar 1.10 Tampilan Storage Area Editor

Untuk memasukkan data elevasi dan volume, terlebih dahulu klik pada pilihan elevation
versus volume curve. Kemudian untuk memunculkan grafik data masukkan dengan cara klik
plot vol-elevation. Setelah semua data yang dimasukkan dinilai sudah benar maka klik OK
dan data akan tersimpan secara otomatis pada file geometric data.
2. Area genangan banjir.
Area genanngan banjir dimodelkan menggunakan tools 2D Flow Area pada layer perimeter.
Penentuan area genangan dilakukan berdasarkan asumsi luas genangan yang akan terjadi
berdasarkan kondisi topografi wilayah hilir bendungan. Kemudian dilakukan penggambaran
alur sungai dengan menggunakan layer Break Lines berdasarkan citra satelit Google Earth,
layer Break Lines ini digunakan sebagai pendetailan area badan sungai Tampilan 2D Flow
Area dapat dilihat pada Gambar 5.6 berikut ini.

Gambar 5.11 Tampilan 2D Flow Area


Setelah selesai melakukan penggambaran area genangan dan alur sungai, selanjutnya adalah
melakukan edit 2D Area Properties dengan cara klik kanan pada layer perimeters. Data
masukkan pada jendela ini adalah nilai n manning dan computation point spacing. Nilai n
manning secara otomatis akan menggunakan nilai yang sudah di input pada peta Landuse
yang sudah dijelaskan diatas.

Selanjutnya pada kolom computation points masukkan data ukuran sel pada arah x dan y,
semakin kecil nilai sel tersebut maka akan semakin detail analisis yang dilakukan oleh
sistem. Pada simulasi ini, ditentukan nilai 100 untuk masing-masing arah x dan y kemudian
klik Generate Computation Points. Tampilan jendela edit 2D Area Properties dapat dilihat
pada Gambar 1.12 dan Gambar 1.13 berikut ini.

Gambar 1.12 Tampilan Jendela edit 2D Area Properties

Gambar 1.13 Tampilan 2D Flow Area di Halam Utama RAS Mapper


Setelah semua komponen area genangan dibuat kemudian klik kanan pada menu layer
Geometries dan pilih stop edit kemudian akan muncul jendela save edit dan pilih yes. Langkah
selanjutnya adalah kembali ke halaman utama HEC-RAS dan pilih Edit pada menubar HEC-
RAS kemudian pilih Gemoteric Data maka akan muncul jendela Geometric Data, pada tahap ini
akan dilakukan pemodelan bendungan dan input parameter keruntuhan, berikut penjelasan
tahapan tersebut.
1. Pada halam utama Geometric Data pilih File pada menubar gemotric data dan klik open
maka akan muncul file geometries yang sudah diolah di RAS mapper sebelumnya.

Gambar 1.14 Tampilan Jendela Open Geometry File

Gambar 1.15 Tampilan File Geometries di Jendela Geometric Data

2. Setelah file geometries berhasil dibuka selanjutnya klik icon SA/2D Area Connection,
toolbar ini berfungsi untuk menghubungkan antara storage area dan 2D Flow Area yang
sudah dibuat sebelumnya. Setelah klik icon tersebut maka akan muncul kursor pena dan
gambarkan garis diantara storage area dan 2D Flow Area kemudian double klik maka akan
muncul jendela connection dan masukkan nama penghubung antara kedua area genangan
tersebut. Selanjutnya klik kiri pada garis connection yang telah dibuat lalu pilih edit

connection maka akan muncul jendela Connection Data Editor dan klik icon
weir/embankment untuk memodelkan connection antara storage area dan 2D Flow Area.
Selanjutnya akan muncul jendela Storage Area Connection Weir Data dan input data
dimeensi dari bangunan penghubung yang akan disimulasikan.

Gambar 1.16 Tampilan Connection Data Editor

3. Langkah selanjutnya adalah memodelkan keruntuhan bendungan dengan cara klik Breach
(plan data), maka akan muncul jendela Storage Area Connection Breach Data dan input
semua data parameter keruntuhan bendungan pada kolom yang sudah disediakan kemudian
klik Ok.
Gambar 1.17 Tampilan Jendela Storage Area Connection Breach Data

Setelah pemodelan pada jendela Geometric Data selesai langkah selanjutnya adalah dengan
memasukkan data parameter hidrologi, pada kasus ini akan digunakan analisis unsteady flow
parameter hidrologi yang akan digunakan adalah debit banjir PMF pada bendungan, berikut
penjelasan tahap tersebut.
1. Pada halaman utama HEC-RAS klik edit dan pilih steady flow data. Maka akan muncul
jendela unsteady flow data, selanjutnya klik add SA/2D flow area dan pilih storage area yang
sudah dibuat sebelumnya. Klik pada kolom Boundary Condition dan pilih Lateral Inflow
Hydr untuk memasukkan debit banjir PMF.

Gambar 1.18 Tampilan Jendela Boundary Condition Unsteady Flow


2. Selanjutnya pilih sheet initial condition untuk memasukkan kondisi exisiting saat terjadi
keruntuhan. Pada kolom storage area, simulasi ini akan ditentukan elevasi muka air normal,
setelah semua parameter hidrologi di input selanjutnya klik ok untuk mengakhiri.

Gambar 1.19 Tampilan Jendela Initial Condition Unsteady Flow

Setelah parameter hidrologi dimasukkan, selanjutnya adalah proses running. Pada menubar
halaman utama HEC-RAS klik run dan pilih unsteady flow analysis, kemudian di kolom program
to run checklist semua item yang ada kecuali pada bagian sediment karena pada analisis ini tidak
memasukkan parameter sediment pada bendungan. Pada kolom Simulation Time Window
masukkan starting dan ending date and time. Lalu pada kolom computation settings atur waktu
pada kolom computation interval dengan waktu 10 second dan mapping output interval dengan
waktu 1 minute. Setelah semua parameter dimasukkan klik compute untuk memulai unsteady
flow analysis.
Gambar 1.20 Tampilan Jendela HEC-RAS Finished Computationeafy Flow Analysis

Gambar 1.21 Tampilan Jendela HEC-RAS Finished Computation


Selanjutnya, untuk melihat hasil running unsteady flow yang sudah dilakukan, kembali ke jendela
RAS mapper. pada menu layer checklist pada layer result maka akan muncul peta genangan hasil
analisis yang sudah dilakukan.

Gambar 1.22 Tampilan Genangan Hasil Analisis Pada Jendela RAS Mapper
Setelah hasil simulasi dapat dilihat, selanjutnya adalah melakukan export genangan dalam bentuk
peta dengan format raster agar dapat digunakan untuk analisis selanjutnya. Untuk melakukan
export peta dapat dilakukan dengan cara, klik Tools pada menubar RAS mapper dan pilih manage
result maps. Kemudian pilih result yang akan di export. Pada layer result terdapat 3 item yaitu
Depth (kedalaman genangan), velocity (kecepatan aliran) dan WSE (elevasi muka air), pilih salah
satu item untuk di export dalam bentuk peta raster. Selanjutnya klik edit map pada item yang
sudah ditentukan. Kemudian akan muncul jendela edit map parameter. Terdapat 3 kolom yaitu
map type untuk menentukan jenis peta yang akan di export, unsteady profile untuk menentukan
parameter peta, pilih maximum agar output peta berupa genangan maksimum, kemudian pada
kolom map output mode pilih raster based on terrain agar genangan yang dihasilkan sesuai
dengan peta terrain yang sudah di input sebelumnya. Kemudian klik save map maka peta akan
tersimpan pada folder awal file HEC-RAS disimpan.
Gambar 1.23 Tampilan Manage Result Maps dan Result Map Parameter

1.1.5. Penggambaran Peta Genangan Banjir

Sebagai peta dasar untuk pemetaan genangan banjir adalah menggunakan peta RBI digital
Bakosurtanal skala 1 : 25.000. Langkah kerja dalam kegiatan pemetaan genangan banjir di hilir
bendungan antara lain dengan urutan-urutan sebagai berikut :
1) Penyiapan peta dasar digital skala 1 : 25.000 dengan kontur interval 12,5 meter.
2) Interpolasi peta kontur dari kontur interval 12,5 meter menjadi peta kontur setiap 0,5 meter.
3) Plotting daerah genangan banjir dengan bantuan peta kontur setiap 1 meter dan dari hasil
analisis keruntuhan bendungan.
4) Pengecekan lapangan antara lain untuk penelusuran banjir akibat keruntuhan bendungan
akan dilakukan hingga jarak tertentu ke daerah hilir sampai batas aman dengan kondisi
sebagai berikut :

• Di daerah hilir sudah tidak berpenghuni lagi


• Diperkirakan daerah hilir tidak akan dikembangkan
• Banjir yang terjadi telah tertampung pada waduk dihilir
• Banjir telah masuk kelaut atau ke sungai besar
• Banjir tertahan oleh tanggul atau tertampung dalam palung sungai
Pembuatan peta genangan yang disebabkan oleh banjir besar yang berasal dari keruntuhan
bendungan akan dibuat mengikuti KAK yang telah diberikan serta mengikuti prosedur yang
diberikan dalam Pedoman Penyiapan Rencana Tindak Darurat.
Pada peta genangan akan diberikan keterangan mengenai daerah yang akan tergenang sebagai
akibat terjadinya keruntuhan bendungan, waktu pencapaian banjir ke daerah hilir, pada titik-titik
tertentu terutama pada desa- pemukiman yang termasuk daerah genangan, yang dimaksudkan
untuk kepentingan peringatan atau pemberitahuan kepada penduduk sebelah hilir untuk
dimulainya kegiatan pengungsian.
Peta genangan akan disajikan dalam skala 1 : 25000, daerah genangan yang disebabkan oleh
keluaran air dari waduk akan digambarkan dalam warna bayangan, termasuk keterangan pada
peta genangan mengenai daerah berpenduduk, jalan, termasuk jalan pengungsian, dan lain
sebagainya, dengan tanda yang umum dipergunakan dalam pemetaan. Keterangan dalam peta
akan meliputi :
- Jarak dari bendungan.
- Waktu datangnya banjir.
- Waktu yang diperlukan untuk penuhnya badan sungai.
- Waktu yang diperlukan pencapaian elevasi puncak (tertinggi).
- Pencapaian elevasi puncak banjir.
- Elevasi puncak penuhnya badan sungai.
- Elevasi air sungai pada waktu keadaan normal.
Berikut Flowchart Dam Break Analysis
Mulai

Pengumpulan Data

Data Simulasi Keruntuhan Bendungan


1.Data Teknis Bendungan
2.Data Hidrologi
3.Data Geometri dan Topografi Bendungan
4.Data GIS Wilayah Hilir Bendungan
5.Parameter Keruntuhan Bendungan
6.

Simulasi keruntuhan bendungan


menggunakan HEC-RAS

Input Data Geometri Waduk,


Bendungan dan Daerah Hilir
Bendungan

Pemodelan keruntuhan
bendungan sesuai dengan
parameter keruntuhan

Input data unsteady flow


pada waduk

Running unsteady flow

Tidak
Stabil

Ya
Pemetaan genangan banjir

Gambar 1.24 Flowchart Dam Break Analysis


1.2. Tahap Survei Sosial Ekonomi dan Fasilitas
Survei sosial kemasyarakatan, dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder sosial
kemasyarakatan di daerah genangan banjir dari instansi-instansi yang berwenang di tingkat desa,
kecamatan dan kabupaten.
Survei sosial kemasyarakatan akan meliputi identifikasi :
• Desa-desa terkena banjir akibat keruntuhan bendungan.
• Jumlah penduduk yang terkena resiko.
• Lokasi/desa yang tidak terkena banjir yang dapat dipakai sebagai tempat pengungsian.
• Data untuk menyusun struktur organisasi Satuan Pemantau Bendungan.
• Data untuk menyiapkan petunjuk komunikasi, memberitahukan keadaan darurat kepada
pejabat/pelaksana terkait dengan tanggung jawab organisasi yang bersangkutan.
• Data tentang tenaga listrik yang tersedia atau alat pengganti
• Peralatan atau bahan material jika diperlukan dalam mengatasi keadaan darurat nanti.
1.2.1. Penentuan Klasifikasi Bahaya di hilir Bendungan

Sistem Klasifikasi Bahaya terdiri dari lima kelas dan berdasarkan kepada jumlah penduduk yang
bermukim di bagian hilir bendungan yang akan terkena bahaya, bila bendungannya gagal atau
yang disebut Penduduk yang Terkena Resiko (PenRes). Sistem Klasifikasi diuraikan lebih lanjut
di bawah ini :
Tingkatan Klasifikasi Bahaya, sebagai :
a) Bahaya Rendah
b) Bahaya Sedang
c) Bahaya Agak Tinggi
d) Bahaya Tinggi
e) Bahaya Tinggi Sekali
PenRes berdasarkan kepada jumlah penduduk secara kumulatif yang berada dalam keadaan
bahaya zona bagian hilir bendungan dan diperoleh dari studi genangan serta dari matrik yang
terurai pada tabel di bawah ini. Bahaya mengalami suatu penurunan, sesuai dengan jarak ke
bagian hilir dari bendungan, yaitu kalau waktu peringatan potensial meningkat, dan puncak banjir
menurun, maka jumlah penduduk yang terkena bahaya akan berkurang. Pengaruh dari jarak
terhadap Nilai Klasifikasi Bahaya, hal ini menyatakan adanya mekanisme peringatan.

Matrik mengenai jumlah komulatif keluarga yang terkena bahaya disebabkan oleh kegagalan
bendungan dan klasifikasi bahaya.
Jumlah keluarga Jarak Bagian hilir dari bendungan (km)
Komulatif
0-5 0-10 0-20 0-30 0-40

0 1 1 1 1 1

1-201 3 2 2 1 1

201-5000 4 4 3 3 2

5001-20000 5 4 4 3 3

20001-250000 5 5 4 4 4

>250000 5 5 5 5 5

Jumlah komulatif keluarga dipilih sebagai suatu indikator. Untuk menghitung dengan mudah di
lapangan, diperkirakan satu keluarga mendiami satu rumah. Penduduk yang terkena resiko dapat
diperoleh dengan mengkalikan jumlah rumah di daerah genangan dengan besarnya satu keluarga
rata-rata (sekarang ini 5 orang).

Sistem klasifikasi akan digunakan sebagai alat bantu dalam menentukan prioritas rehabilitasi dan
peningkatan suatu bendungan. Makin tinggi nilai, makin tinggi bahaya di bagian hilir, jadi adalah
penting untuk memelihara keamanan dan menyelesaikan pekerjaan yang diperlukan.

1.2.2. Analasis Klasifikasi Bahaya di hilir Bendungan dengan InaSAFE dan OpenStreetMap

InaSAFE (Indonesian Scenario Assessment for Emergencies) merupakan sebuah perangkat lunak
yang dapat memudahkan bagi para penggiat kebencanaan untuk mengetahui seberapa besar
dampak yang ditimbulkan dari suatu bencana. Dengan ada InaSAFE, dapat diketahui besaran
dampak dari sebuah bencana mulai dari jumlah penduduk terdampak hingga kebutuhan minimum
yang diperlukan apabila suatu bencana terjadi.

Menurut literatur yang dibuat oleh BNPB, Australia-Indonesia Facility for Disaster Reduction
(AIFDR-DFAT) dan Humanitarian OpenStreetMap (HOT) kinerja InaSAFE dipengaruhi oleh
data input dan output berupa ancaman (hazard), keterpaparan (exposure), dan hasil dari proses
InaSAFE (impact). Agar lebih jelas berikut penjelasan data input dan output InaSAFE.
1. Ancaman (hazard)
Merupakan data yang mendeskripsikan tingkatan dan besarnya suatu kejadian alam seperti
tsunami, gempa, banjir dan letusan gunung berapi yang dapat menyebabkan potensi
kerusakan dan kerugian yang dapat mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan manusia. Secara umum data ancamana yang digunakan dalam analisis
menggunakan InaSAFE menggambarkan scenario tunggal. Skenario tersebut memiliki
maksud bahwa ancaman tersebut:
a. Berada pada lokasi tertentu,
b. memiliki intensitas kejadian yang terukur,
c. memiliki waktu yang terukur, dan
d. memiliki jangka waktu tertentu.

Gambar 1.25 Peta Ancaman Keruntuhan Bendungan

2. Keterpaparan (exposure)
Data keterpaparan merupakan data yang menggambarkan hal-hal yang berada dalam risiko
bencana. Keterpaparan dapat berupa buatan manusia seperti rumah, jalan, bangunan publik,
jembatan. Selain itu dapat berupa kenampakan alam seperti populasi, sawah dan danau.
Elemen keterpaparan dapat dibagi kedalam beberapa kategori termasuk elemen-elemen fisik
seperti rumah dan jaringan fisik, elemen ekonomi seperti lahan perkebunan, pertanian dan
akses ke perkantoran, elemen social seperti jumlah populasi dan kelompok masyarakat
rentan, serta elemen lingkungan seperti udara, tumbuhan, air dan hewan.
Gambar 1.26 Peta Keterpaparan OpenStreetMap
(sumber: OpenStreetMap Indonesia,2021)
3. Hasil (impact)
Hasil analisis InaSAFE berupa efek yang ditimbulkan dari penggabungan ancaman dan
keterpaparan. Impact memperlihatkan rumah, infrastruktur, fasilitas umum, dan jumlah
penduduk terkena risiko yang terdampak oleh suatu bencana. Dengan kata lain data yang
masuk ke InaSAFE berupa hazard dan exposure sehingga menghasilkan output berupa
impact.

Gambar 1.28 Hasil Program InaSAFE


Gambar 1.29Layar Utama QGIS InaSAFE

OpenStreetMap (OSM) merupakan data geospasial yang dihimpun secara crowdsourcing.


Data OSM dapat diakses secara bebas oleh pengguna dan dapat membangun database serta
menyunting, menggandakan dan meretribusi data yang ada. Beberapa keunggulan atau
keuntungan dari data OSM adalah sebagai berikut.
1. OSM tidak memungut biaya apa pun untuk mengakses data yang ada, bahkan di lokasi
tertentu OSM menyediakan data vector dengan resolusi yang tinggi.
2. Sumber data dapat diunduh dan digunakan diberbagai produk kartografis.
3. OSM mengizinkan pengguna untuk berkontribusi untuk menambahkan berbagai jenis
tipe fitur sehingga OSM memiliki fitur yang lebih banyak dan bernilai sosial.
4. Data OSM sangat fleksibel dan dapat diperbarui saat ada perubahan di lapangan.
Sedangkan kelemahan yang dimiliki OSM adalah sebagai berikut.
1. Tidak memiliki pengecekan kualitas data secara sistematis sehingga pengguna
menggunakan data dengan hati-hati terutama saat menggunakan informasi OSM untuk
hal yang sangat penting.
2. OSM memiliki kedetailan, presisi dan akurasi yang berbeda-beda tanpa ada acara
sederhana untuk mengetahui perbedaannya di setiap tempat.
3. OSM bergantung pada subjek atau contributor. Setiap contributor harus membuat
keputusan pribadi mengenai tipe dari fitur dipetakan di OSM
4. Guna mengakses kumpulan data OSM dibutuhkan kemampuan Teknik yang lebih
daripada sekedar mengakses tampilan peta OSM
Data OSM dapat diakses dan diunduh melalui alamat www.openstreetmap.org dan
export.hotosm.org. Berikut tampilan laman website OSM.
Gambar 1.30 OpenStreetMap
(sumber: OpenStreetMap Indonesia,2021)
Beikut Flowchart Analisis Sosial Ekonomi

Mulai

Pengumpulan Data

Data Simulasi Dampak Keruntuhan Bendungan


1. Data wilayah adminstrasi desa
2. Data kependudukan
3. Data bangunan dan infrastruktur
4. Data tata guna lahan
5. Data sosial ekonomi

Simulasi dampak keruntuhan


bendungan menggunakan InaSAFE

Input peta genangan banjir


hasil analisis HEC-RAS

Input data bangunan dan


infrastruktur

Input data kepadatan


penduduk

Input data tataguna lahan

Running InaSAFE

Tidak
Stabil

Ya
Pemetaan dampak keruntuhan

Gambar 1.31 Flowchart Analisis Sosial Ekonomi


1.2.3. Analasis Kerugian Ekonomi

Klasifikasi tingkat bahaya hilir yang didasarkan pada kerugian ekonomi, biasanya tidak
diperlukan karena kerugian ekonomi kebanyakan sudah tercakup dalam mempertimbangkan
PenRes. Jarang terdapat dalam situasi dimana PenRes adalah nol. Tetapi kerugian ekonomi yang
besar atau berlebihan dapat dipakai untuk meningkatkan klasifikasi dari tingkat bahaya sedang
menjadi klasifikasi bahaya tinggi berdasarkan pada kerugian ekonomi.
Secara garis besar untuk menentukan kerugian ekonomi dapat digambarkan dalam bagan alir
berikut :

Identifikasi Lokasi Genangan


Atas Unit Kelurahan/Desa

Identifikasi :
Penggunaan Lahan, Infrastruktur,
Fasilitas Sosial, Demografi Sosial

Basic Price Analisis Kerugian Material

Analisis Kerugian Dampak


Fungsional Fungsional

Rekapitulasi Kerugian

Analisa Biaya Pemulihan


Gambar 1.32 Flowchart pelaksanaan pekerjaan analisis kerugian ekonomi

Kerugian yang dihitung dalam analisis kerugian keruntuhan bendungan adalah sebagai berikut.
1. Tempat tinggal penduduk, yang terdiri dari rumah permanen, rumah semi permanen, dan
non permanen atau sederhana. Sedangkan asumsi kualitas serta kelengkapannya terdiri dari:
a. rumah permanen didefinisikan sebagai rumah yang dibangun dari pasangan batu merah,
berpondasi batu kali, disertai dengan lantai keramik atau plester serta beratapkan
genting rangka kayu atau seng dan rata-rata mempunyai kolom beton yang memadai.
Dengan luas bangunan rata-rata 100 m2.
b. rumah semi permanen diasumsikan terbuat dari dinding papan atau setengah pasangan
batu dan setengah dari anyaman bamboo/kayu, berpondasi batu kalo, beratapkan
genting rangka bambu, berlantaikan plesteran dan sebagian tanah. Luas rata-rata
bangunan adalah 50 m2.
c. untuk rumah non permanen atau rumah sederhana kerugian yang diperhitungkan adalah
luas bangunan 35 m2. Rumah sederhana diasumskan terbuat dari dinding anyaman
bambu dengan pilar kayu serta beratapkan genting rangka bamboo atau beratap sirap.
2. Peternakan meliputi sapi, kerbau, ayam buras, itik, ayam petelor/pedaging, kambing dan
domba.
3. Gedung sekolah termasuk bangku, meja, lemari buku, dan buku-buku paket serta alat
peraga.
4. Puskesmas, puskesmas pembantu, poliklinik beserta alat-alat Kesehatan.
5. Tempat ibadah beserta kelengkapannya seperti sound system, karpet.
6. Kantor meliputi kantor desa, kantor bank dan lain-lain besera kelengkapannya.
7. Fasilitas umum lainnya seperti jalan, jembatan dan pasar daerah dihitung berdasarkan
kualitas konstruksinya.
8. Pertanian di wilayah terdampak umumnya berupa budidaya padi sawah, jagung, kedelai,
kacang hijau dan cabai.

3.10.1. Asumsi Tingkat Kerusakan/Kerugian

Mengingat kedalam banjir dan durasinya di setiap lokasi terdampak tidak sama demikian juga
jenis dan kualitas materill rumah/ bangunan/ barang yang terdampak oleh banjjir keruntuhan
bendungan juga berbeda, maka berikut dibawah ini disusun asumsi tingkat kerusakan atau
kerugian yang ditimbulkan oleh banjir keruntuhan bendungan dengan berbagai klasifikasi, seperti
berikut ini.
A. Klasifikasi tingkat kerusakan jalan
1. Jalan aspalt/beton, dengan ketinggian banjir lebih dari 1 m diasumsikan akan mengalami
kerusakan sebesar 10% dari harga satuan kerugian, yang mana kerusakannya diasumsikan
hanya terjadi pada sebagian permukaan dan perlunya pembersihan pasca banjir.
2. Jalan makadam, dengan ketinggian banjir lebih dari 1 m diasumsikan akan mengalami
tingkat kerusakan 30%, yang diakibatkan oleh kerusakan sebagian kecil permukaan dan
perlunya dilakukan pemadatan ulang terhadap tubuh jalan pasca banjir.
3. Jalan tanah, dengan ketinggian banjir lebih dari 1 m, diasumsikan akan mengalami tingkat
kerusakan sebesar 50%, dimana kerusakan tersebut diakibatkan oleh perlunya penimbunan
dan pemadatan ulang.
B. Klasifikasi tingkat kerusakan bangunan dan infrastruktur
Klasifikasi tingkat kerusakan bangunan dan infrastruktur dibagi berdasarkan
a. Fungsi bangunan
b. Kedalaman dan kecepatan genangan banjir
c. Presentase kerusakan/kerugian
d. Asumsi tingkat kerusakan
3.10.2. Perhitungan Kerugian Ekonomi

Perhitungan terhadap kerugian yang harus ditanggung di setiap wilayah terdampak mengikuti
kriteria sebagai berikut :
Kerugian Banjir = Vol RSK ꓫ Tingkat RSK ꓫ Harga RSK

Dengan:

Vol RSK = Jumlah atau volume materiil yang rusak

Tingkat RSK = Tingkat kerusakan materiil sesuai dengan asumsi

Harga RSK = Harga satuan materiil

1.3. .Perumusan Rencana Tindak Darurat


1. Hasil analisis dengan berbagai alternatif limpasan air dari waduk yang akan melebihi DAS
di hilir masing-masing bendungan dan hasil program analisis jebol bendungan akan
digunakan untuk penentuan peta genangan banjir yang terdiri dari komponen-komponen
sebagai berikut:
i. Pengantar Kondisi Darurat
ii. Memberikan arahan dalam pengenalan kondisi darurat, mengenai dampak dan
kegiatan penghindaran yang harus dilakukan
2. Beberapa hal yang harus diperiksa adalah sebagai berikut:
i. Membuat rute di waduk menggunakan limpasan banjir alternatif yang berpotensi
menyebabkan banjir di daerah aliran sungai di hilir bendungan, sehingga dapat
merumuskan pengenalan langkah-langkah darurat;
ii. Hasil analisis jebol bendungan yang telah selesai akan digunakan sebagai dasar
untuk pengenalan Tindakan Darurat;
iii. Untuk menilai kesiapan masing-masing bendungan terhadap kebocoran, gempa,
overtopping dan lain-lain dengan mengacu pada petunjuk dan arahan dari
Direktur/Direktur.
3. Tanggung Jawab, Peringatan dan Komunikasi
Konsultan harus menyiapkan Warning Flow Chart lengkap dengan Nama, Lembaga,
alamat, nomor kantor dan rumah, dll. dari petugas terkait.

4. Bahan, Peralatan dan Listrik


Konsultan harus mengevaluasi ketersediaan listrik (termasuk cadangan) untuk operasi
setiap bendungan beserta bahan-bahan seperti karung goni, bronjong, kayu termasuk
jumlah dan lokasi serta ketersediaan transportasi.
Gambar 1.33 Flowchart Perumusan Rencana Tindak Darurat
1.4. Tahap Konsultasi/Sosialisasi
Sebagai tahap akhir dari kegiatan ini adalah dilakukan sosialisasi kepada pejebat pemerintah
setempat dan atau tokoh masyarakat, khususnya penduduk terkena risiko (PenRis) dan kepada
Stake Holders lainnya.
Sosialisasi akan dilaksanakan dalam rangka tatap muka dengan pejabat pemerintah daerah
masyarakat untuk meminta usulan dari masyarakat dan melengkapi data yang masih diperlukan.
Penyelenggaraan sosialisasi akan dilaksanakan dengan mengundang juga instansi terkait, dalam
hal ini Konsultan juga akan berkonsultasi dengan Pemberi Kerja/Direksi Pekerjaan dalam
menentukan para peserta yang akan diundang.
a) Maksud dan tujuan dan sasaran sosialisasi
Maksud sosialisasi adalah untuk mensosialisasikan panduan RTD kepada pihak-pihak
yang terkait.
Tujuan sosialisasi adalah supaya panduan RTD ini dapat dipahami & menjadi acuan
oleh masyarakat apabila terjadi keruntuhan bendungan.
Sasaran sosialisasi adalah pemahaman pihak-pihak terkait terhadap panduan RTD.
b) Pelaksanaan Sosialisasi
Sosialisasi dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Pekerjaan persiapan, meliputi:
• Penyiapan makalah/materi sosialisasi, termasuk penggandaan
• Penyiapan ruangan dan sarananya (meja, kursi, multi media, OHP, Sound system,
spanduk)
• Penentuan tempat, jam dan tanggal penyelenggaraan
• Penyebaran undangan
• Monitoring undangan yang dapat/tidak dapat hadir untuk dicarikan alternatif
undangan yang lain.
2. Penyelenggaraan sosialisasi
• Paparan konsep panduan RTD kepada pihak-pihak terkait
• Sesi tanya jawab
3. Resume hasil diseminasi/sosialisasi
• Penyusunan ringkasan hasil sosialisasi
• Mengolah masukan-masukan untuk penyempurnaan konsep panduan RTD
4. Hasil dari sosialisasi.
• Hasil dari diseminasi adalah telah tersosalisasinya panduan RTD serta mendapatkan
masukan-masukan untuk penyempurnaan, dan siap untuk disahkan oleh kepala
daerah setempat.

Anda mungkin juga menyukai