Anda di halaman 1dari 3

Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara

menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman semak
Camellia sinensis dengan air panas. Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi 4
kelompok: teh hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih. Kafein termasuk kelompok
senyawa yang dikenal sebagai alkaloid. Alkaloid adalah salah satu senyawa bahan alam yang
mempunyai struktur dasar bernitrogen, biasanya mempunyai rasa yang pahit, berstruktur
kompleks, dan mempunyai aktifitas fisiologi tertentu. Umumnya mempunyai nama
berakhiran "in", seperti nikotin, kokain, morfin, dll.
Daun teh juga mengandung tannin. Tanin merupakan suatu asam dan larut dalam pelarut
organic seperti diklorometana, seperti halnya beberapa senyawa berwarna yang lain. Untuk
meyakinkan bahwa senyawa asam ini terdapat dalam fasa air, dan kafein berada dalam bentuk
basanya, maka natrium karbonat atau basa lainnya ditambahkan ke dalam medium
pengekstrak.
Ekstraksi adalah metode pemisahan yang melibatkan proses pemindahan satu atau lebih
senyawa dari satu fasa ke fasa lain dan didasarkan pada prinsip kelarutan. Jenis ekstraksi ada
tiga yaitu, ekstraksi cair-cair, ekstraksi padat-cair, dan ekstraksi asam-basa. Dalam percobaan
ini kan dilakukan ekstraksi padat-cair, dimana zat yang akan diekstraksi terdapat dalam fasa
padat, yaitu kafein yang berada di dalam teh.
Kafein adalah senyawa yang termasuk dalam golongan alkaloid, yaitu senywa yang
mengandung atom nitrogen dalam strukturnya dan banyak ditemukan dalam tanaman. Kafein
dapat diekstraksi dari air dengan diklorometana, yang merupakan pelarut organik yang tak
larut dalam air. Karena kelarutan kafein dalam diklorometana lebih baik daripada dalam air,
maka kafein larut dengan mudah dalam diklorometana.
Kafein memiliki berat molekul 194.19 dengan rumus kimia C ₈H ₁₀N ₄O ₂ dan pH 6.9
(larutan kafein 1% dalam air), bersifat basa lemah, berbentuk serbuk putih yaitu kristal-kristal
panjang, rasanya pahit, Bila tidak mengandung air, kafein meleleh pada suhu 234°C-239 °C.
Kafein mudah larut dalam air panas dan diklorometana, tetapi sedikit larut dalam air dingin
dan alkohol. Kafein bersifat basa lemah dan hanya dapat membentuk garam dengan basa
kuat.
Kafein dapat diisolasi dari teh dengan pelarut air dan diklorometana karena kelarutan
kafein dalam kedua pelarut itu besar. Air sebagai pelarut mempunyai banyak keuntungan,
selain murah juga mudah didapat dan selama isolasi tidak merusak kafein walaupun pada
suhu tinggi. Kelemahan dari penggunaan air sebagai pengekstrak adalah waktu isolasi yang
lama, pemecahan kafein dari garam- garam tanaman sukar, hal ini mengakibatkan kafein
yang dapat diekstrak sedikit sekali.
Pada praktikum kali ini percobaan yang akan dilakukan adalah tentang ekstraksi kafein
dari bahan alam yaitu daun teh dan pemurnian dengan menggunakan teknik kristalisasi.
Dalam ekstraksi kafein yang digunakan adalah teh, karena teh mengandung kafein paling
banyak dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya seperti kopi dan coklat. Komponen
utama daun teh ialah selulosa terutama dalam sel tanaman, selulosa merupakan polimer dari
glukosa, tidak larut dalam air, tapi tidak mengganggu proses isolasi. Kafein terdapat 5%
dalam daun teh. Kafein larut dalam air, dan merupakan zat utama yang diekstraksi dalam
larutan teh. Untuk memisahkan kafein dari teh digunakan metode ekstraksi padat-cair.
Metode ekstraksi padat-cair berarti mengekstraksi suatu zat dari fasa padat (teh celup)
kemudian mengubahnya menjadi fasa cair (larutan kafein-diklorometana). Efesiensi ekstraksi
padat-cair ditentukan oleh besarnya ukuran partikel zat padat yang mengandung zat organik.
Pertama, untuk mendapatkan kafein dari teh dilakukan penyeduhan atau penambahan air
mendidih. Digunakan air panas karena zat akan lebih mudah larut dalam pelarut air panas
daripada pelarut air dingin, sehingga semakin banyak ekstrak teh yang diperoleh. Teh
ditambahkan air panas beberapa kali agar semakin banyak ekstrak yang diperoleh.
Ekstrak teh yang diperoleh tidak hanya mengandung kafein tapi juga ada senyawa-
senyawa lain yang ikut larut terutama senyawa tannin. Tanin adalah senyawa fenolik yang
larut dalam air. Di dalam air, tanin membentuk koloid dan memiliki rasa asam.
Kafein yang mengandung tanin dapat dipisahkan dengan menambahkan natrium
karbonat dan diklorometana. Karena tannin merupakan senyawa fenolik yang bersifat cukup
asam, maka senyawa ini dapat diubah dulu menjadi garam menggunakan natrium karbonat
yang bersifat basa, Sehingga tannin berubah menjadi anion fenolik yang larut dalam air tapi
tidak larut dalam diklorometana.
Saat penambahan diklorometana ke dalam ekstrak teh, corong pisah dikocok perlahan
dengan sesekali membuka kran corong pisah untuk mengeluarkan uap yang dihasikan oleh
senyawa volatile yang terdapat dalam ekstrak teh. Pada saat pengocokan terjadi reaksi yang
menghasilkan gas, sehingga dengan dibukanya kran corong pisah , CO₂ yang berasal dari
natrium karbonat dapat keluar dan terbentuk kesetimbangan tekanan didalam dan diluar
corong.
Pengocokan pada corong pisah ini bertujuan untuk memperbanyak peluang kontak
antara kafein dengan diklorometana agar semakin banyak kafein yang larut dalam
diklorometana, tapi pengocokan jangan terlalu kuat karena akan mengakibatkan pembentukan
emulsi antara diklorometana dengan air oleh garam tanin yang bersifat surfaktan anion.
Setelah proses ini selesai akan didapat larutan air-garam dan kafein-diklorometana.
Untuk memisahkan keduanya ditambahkan kalsium klorida anhidrat kemudian
didekantasi atau disaring menggunakan kertas saring biasa. Tujuan penambahan CaCI2
anhidrat adalah untuk pengikatan fasa air yang ikut serta pada saat pemisahan fasa
diklorometana dan fasa air dengan menggunakan corong pisah. Fasa air bisa ikut serta karena
dua hal. Pertama adalah karena ketidaksengajaan memasukan fasa air atau emulsi. Kedua
adalah karena air sedikit larut dalam pelarut senyawa organik seperti diklorometana yang
digunakan pada percobaan ini. Jadi kalsium klorida anhidrat ini akan menyerap air yang
masih terkandung di dalam larutan kafein-diklorometana sehingga setelah dilakukan
penyaringan, filtrat yang diperoleh adalah murni larutan kafein-diklorometana.
Dan untuk memisahkan kafein dengan diklorometana dilakukan distilasi. Distilasi yang
dilakukan adalah distilasi sederhana, karena perbedaan titik didih yang jauh antara kafein
dengan diklorometana. Dari percobaan diperoleh kristal kafein sebanyak 66,6 mg. Dari kristal
kafein ini diproleh titik leleh kafein yaitu (239,8)℃ sedangkan menurut referensi (234-
239)℃. Perbedaan ttik leleh hasil percobaan dengan referensi yang tidak terlalu besar
menandakan bahwa kristal yang diperoleh adalah kafein.

Anda mungkin juga menyukai