Anda di halaman 1dari 262

i

MODUL
PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

PAKET KEAHLIAN
TEKNIK PERBAIKAN BODI OTOMOTIF
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER
DAN PENGEMBANGAN SOAL

KELOMPOK KOMPETENSI H

PROFESIONAL :
PERBAIKAN KACA KENDARAAN
Penulis :
Sugeng Riyadi, S.Pd.,
Penyunting:
Suwarto Jati Kusumo, S.Pd., M.Eng,

PEDAGOGIK :
PENILAIAN DAN EVALUASI PEMBELAJARAN
Penulis :
Drs. Djanji Purwanto, M.Pd.:

Penyunting
Drs. Suryanto, M.Pd.

Desain grafis dan Ilustrasi :


Tim Desain Grafis

Copyright@2017
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang
Otomotif dan Elektronika
Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial
tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikandan Kebudayaan
Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Kata Sambutan

Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai kunci
keberhasilan belajar siswa. Guru profesional adalah guru yang kompeten mem-
bangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendi-
dikan yang berkualitas dan berkarakter prima. Hal tersebut menjadikan guru
sebagai komponen yang menjadi fokus perhatian Pemerintah maupun peme-
rintah daerah dalam peningkatan mutu pendidikan terutama menyangkut kompe-
tensi guru. Pengembangan profesionalitas guru melalui Program Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan merupakan upaya Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependikan dalam
upaya peningkatan kompetensi guru. Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan
kompetensi guru telah dilakukan melalui Uji Kompetensi Guru (UKG) untuk
kompetensi pedagogik dan profesional pada akhir tahun 2015. Peta profil hasil
UKG menunjukkan kekuatan dan kelemahan kompetensi guru dalam pengu-
asaan pengetahuan pedagogik dan profesional. Peta kompetensi guru tersebut
dikelompokkan menjadi 10 (sepuluh) kelompok kompetensi. Tindak lanjut
pelaksanaan UKG diwujudkan dalam bentuk pelatihan guru paska UKG pada
tahun 2016 dan akan dilanjutkan pada tahun 2017 ini dengan Program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kompetensi guru sebagai agen perubahan dan sumber belajar
utama bagi peserta didik. Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
bagi Guru dilaksanakan melalui tiga moda, yaitu: 1) Moda Tatap Muka, 2) Moda
Daring Murni (online), dan 3) Moda Daring Kombinasi (kombinasi antara tatap
muka dengan daring).

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan


(PPPPTK), Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Kelautan Perikanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LP3TK
KPTK) dan Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah
(LP2KS) merupakan Unit Pelaksanana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan yang bertanggung jawab dalam mengem-
bangkan perangkat dan melaksanakan peningkatan kompetensi guru sesuai

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | iii


bidangnya. Adapun perangkat pembelajaran yang dikembangkan tersebut
adalah modul Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru
moda tatap muka dan moda daring untuk semua mata pelajaran dan kelompok
kompetensi. Dengan modul ini diharapkan program Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan memberikan sumbangan yang sangat besar dalam peningkatan
kualitas kompetensi guru.
Mari kita sukseskan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ini
untuk mewujudkan Guru Mulia Karena Karya.

Jakarta, April 2017


Direktur Jenderal dan Tenaga
Kependidikan,

Sumarna Supranata, Ph.D.


NIP 195908011985031002

iv | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Kata Pengantar

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
limpahan rahmat dan karunianya sehingga Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Otomotif dan
Elektronika (PPPPTK BOE) Malang dapat menyelesaikan revisi modul ini dengan
baik. Revisi modul ini merupakan penyempurnaan dari modul Guru Pembelajar
yang telah disusun pada tahun 2016. Fokus revisi terletak pada pengintegrasian
Penguatan Pendidikan Karakter dan pengembangan soal.

Modul ini disusun sebagai bahan ajar program Peningkatan Keprofesian


Berkelanjutan yang diselenggarakan baik oleh PPPPTK/LPPKS/LPPPTK
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan maupun oleh instansi terkait lainnya.

Peningkatan Keprofesian Berkelanjutan merupakan upaya yang ditempuh untuk


meningkatkan profesionalisme guru melalui peningkatan kompetensi khususnya
kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Melalui modul ini diharapkan
kempetensi guru dapat ditingkatkan baik melalui kegiatan Peningkatan
Keprofesian Berkelanjutan moda Tatap Muka, Daring (Dalam Jaringan), maupun
Daring Kombinasi.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


semua pihak yang telah membantu sehingga modul ini dapat diselesaikan dan
kami mohon masukan, saran, dan kritik dari para pembaca demi penyempurnaan
modul ini dimasa mendatang. Selanjutnya kepada para pembaca kami ucapkan
selamat belajar, semoga mendapatkan hasil yang maksimal. Amin.

Malang, Juli

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | v


MODUL
PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

PAKET KEAHLIAN
TEKNIK PERBAIKAN BODI OTOMOTIF
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER
DAN PENGEMBANGAN SOAL

KELOMPOK KOMPETENSI H

PROFESIONAL :
PERBAIKAN KACA KENDARAAN

Penulis :
Sugeng Riyadi, S.Pd.,
Penyunting:
Suwarto Jati Kusumo, S.Pd., M.Eng,

Desain grafis dan Ilustrasi :


Tim Desain Grafis

Copyright@2017
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang
Otomotif dan Elektronika
Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial
tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikandan Kebudayaan
Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Daftar Isi

Kata Sambutan.................................................................................................. iii


Kata Pengantar .................................................................................................. v
Daftar Isi ............................................................................................................ ix
Daftar Gambar ................................................................................................... xi
Daftar Tabel ..................................................................................................... xvi
Daftar Lampiran .............................................................................................. xvi
Pendahuluan ...................................................................................................... 1
A. Latar belakang ............................................................................................ 1
B. Tujuan Pembelajaran.................................................................................. 2
C. Peta Kompetensi ........................................................................................ 3
D. Ruang Lingkup ........................................................................................... 8
E. Saran Cara Penggunaan Modul.................................................................. 9
Kegiatan Pembelajaran I Mengenal Kaca Kendaraan Bermotor .................. 17
A. Tujuan ...................................................................................................... 17
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ............................................................ 17
C. Uraian Materi ............................................................................................ 17
D. Aktifitas Pembelajaran .............................................................................. 25
E. Latihan/Tugas. .......................................................................................... 25
F. Rangkuman .............................................................................................. 28
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ................................................................ 28
Kegiatan Pembelajaran II Perbaikan, Pelepasan Dan Pemasangan Kaca
Kendaran Bermotor ......................................................................................... 31
A. Tujuan ...................................................................................................... 31
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ............................................................ 31
C. Uraian Materi ............................................................................................ 31
D. Aktifitas Pembelajaran. ............................................................................. 67
E. Latihan/Tugas ........................................................................................... 68
F. Rangkuman .............................................................................................. 71
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ................................................................ 72
Kegiatan Pembelajaran III Melepas Dan Memasang Kaca Depan Kendaraan.73
A. Tujuan ...................................................................................................... 73

` Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | ix


B. Indikator Pencapaian Kompetensi ............................................................ 73
C. Uraian Materi ............................................................................................ 73
D. Aktifitas Pembelajaran ............................................................................ 109
E. Latihan/Tugas ......................................................................................... 109
F. Rangkuman. ........................................................................................... 112
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .............................................................. 114
Penutup .......................................................................................................... 115
A. Kesimpulan ............................................................................................. 115
B. Tindak Lanjut .......................................................................................... 118
Glosarium ....................................................................................................... 119
Daftar Pustaka................................................................................................ 121
Lampiran ........................................................................................................ 123

x | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Daftar Gambar

Gambar0 1 Alur Model Pembelajaran Tatap Muka .............................................. 9


Gambar0 2. Alur Pembelajaran Tatap Muka Penuh ........................................... 10
Gambar0 3 Alur Pembelajaran Tatap Muka model In-On-In .............................. 12
Gambar 1. 1 Mobil Tanpa Kaca. ........................................................................ 18
Gambar 1. 2 Mobil Dengan Kaca. ...................................................................... 18
Gambar 1. 3 Pecahan kaca tempered. .............................................................. 19
Gambar 1. 4 Pecahan Kaca Laminasi................................................................ 19
Gambar 1. 5 Proses Pembuatan Kaca. ........................................................... 20
Gambar 1. 6 Kaca Laminasi. ............................................................................. 21
Gambar 1. 7 Penampang Kaca Laminating. ...................................................... 23
Gambar 1. 8 Bagian-Bagian Kaca Mobil. ........................................................... 24
Gambar 1. 9 Contoh Pemakaian Kaca Laminasi................................................ 24
Gambar 1. 10 Contoh Pemakaian Kaca Tempered. ........................................... 25
Gambar 2. 1 Star Break. .................................................................................... 32
Gambar 2. 2 Combination Break....................................................................... 33
Gambar 2. 3 Bullseye. ....................................................................................... 33
Gambar 2. 4 Daisy. ............................................................................................ 34
Gambar 2. 5 Crack. ........................................................................................... 34
Gambar 2. 6 Windshield Removal. .................................................................... 37
Gambar 2. 7 Bulls-eye, Star Chip Gass Repair Kit. ............................................ 37
Gambar 2. 8 Carbide Glass Drill Bit. .................................................................. 37
Gambar 2. 9 Bridge & Injector............................................................................ 38
Gambar 2. 10 UV Lamp. .................................................................................... 38
Gambar 2. 11 Sheets / Razor Blade. ................................................................. 38
Gambar 2. 12 Suction Cup. ............................................................................... 39
Gambar 2. 13 Pump Glass. ............................................................................... 39
Gambar 2. 14 Mini Drill. ..................................................................................... 39
Gambar 2. 15 Glue Urethane Autoglass. ........................................................... 40
Gambar 2. 16 Trim Glue Remover Glass Knife. ................................................. 40
Gambar 2. 17 Manual Expanding Caulking Gun. ............................................... 40
Gambar 2. 18 Cek Data. .................................................................................... 41

` Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | xi


Gambar 2. 19 Periksa Kerusakan Tepi. ............................................................. 41
Gambar 2. 20 Kerusakan Di Daerah Pengemudi. .............................................. 42
Gambar 2. 21 Mengukur Panjang Retak. ........................................................... 42
Gambar 2. 22 Memastikan Kerusakan Kaca. ..................................................... 42
Gambar 2. 23 Mengkaji Kerusakan Kaca. .......................................................... 43
Gambar 2. 24 Penggunaan Injektor Kit. ............................................................. 43
Gambar 2. 25 Pengeringan Dengan UV............................................................. 44
Gambar 2. 26 Membersihkan Pecahan Kaca. .................................................... 44
Gambar 2. 27 Membersihkan Kaca Dengan Kain Kering. .................................. 45
Gambar 2. 28 Menyesuaikan Jarum Injektor Dengan Retakan. ......................... 45
Gambar 2. 29 Menekan Lubang Retakan. ......................................................... 46
Gambar 2. 30 Menempatkan Resin Pada Injektor. ............................................. 46
Gambar 2. 31 Menempatkan Bridge & Injector Kit Pada Kaca. .......................... 46
Gambar 2. 32 Menempatka Resi Pada Awal Retakan. ...................................... 47
Gambar 2. 33 Memindahkan Bridge Ke Retakan Lain. ...................................... 47
Gambar 2. 34 Mengisi Lubang Dengan Resin.................................................... 47
Gambar 2. 35 Mengeringkan Dengan UV Selama 120 Menit. ............................ 48
Gambar 2. 36 Mengikis Kelebihan Resin ........................................................... 48
Gambar 2. 37 kerusakan Jenis Bulls Eye........................................................... 49
Gambar 2. 38 Memeriksa Kerusakan Dengan Kaca Pembesar. ........................ 49
Gambar 2. 39 Membersihkan Kerusakan Kaca. ................................................. 49
Gambar 2. 40 Membersihkan Dari Debu ............................................................ 50
Gambar 2. 41 Memastikan Bridge Berpusat Pada Dudukan. ............................. 50
Gambar 2. 42 Memusatkan Injektor Pada Lubang. ............................................ 50
Gambar 2. 43 Sekrup Disetel Rata Dengan Kaca. ............................................. 51
Gambar 2. 44 Lepas Injekstor Dari Tabung. ...................................................... 51
Gambar 2. 45 Pasang Jarum Suntik yang Diisi Dengan Resin. ................... 51
Gambar 2. 46 Pastikan Resin Dibagian Bawah Injektor. .................................... 52
Gambar 2. 47 injector Dalam Posisi Vakum. ...................................................... 52
Gambar 2. 48 Mengencangkan Plunger Injektor. ............................................... 52
Gambar 2. 49 Siklus Pertama Dimulai. .............................................................. 53
Gambar 2. 50 Melepas Bridge. ........................................................................ 53
Gambar 2. 51 Teteskan Resin Tepat Di Bawah Lubang. ................................... 53
Gambar 2. 52 Metakkan Tab Curing Di Tempatnya. .......................................... 54

xii | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Gambar 2. 53 Mempatkan Lampu UV................................................................ 54


Gambar 2. 54 Mengikis Resin Flush. ................................................................. 55
Gambar 2. 55 Terapkan Obat Poles ................................................................ 55
Gambar 2. 56 Finishing...................................................................................... 55
Gambar 2. 57 Membersihkan area yang rusak .................................................. 56
Gambar 2. 58 Pasang Adhesive Seal.............................................................. 56
Gambar 2. 59 Melepas Bagian Belakang dari Adhesif Seal ......................... 57
Gambar 2. 60 Melepas Bagian Belakang dari Pedestal ..................................... 57
Gambar 2. 61 Memasang Pedestal pada Adhesive ........................................... 58
Gambar 2. 62 Tempatkan UV Resin ke dalam Pedestal .................................... 58
Gambar 2. 63 Pasang Regulator pada Padestal ................................................ 59
Gambar 2. 64 Hubungkan Selang pada Katup Injector. ..................................... 59
Gambar 2. 65 Setel Lengan Katup. .................................................................... 60
Gambar 2. 66 Plunger Barel Injector. ............................................................. 60
Gambar 2. 67 Tangkai Plunger Ijector. .............................................................. 60
Gambar 2. 68 Tahan plunger pada posisi vakum. ......................................... 61
Gambar 2. 69 Isi Injector Barrel Dengan Udara ................................................. 61
Gambar 2. 70 Posisi Plunger. ............................................................................ 62
Gambar 2. 71 Pemeriksaan Pengisisan Resin ................................................... 62
Gambar 2. 72 Tempatkan Setetes Resin di Pit ............................................... 63
Gambar 2. 73 Strip Mylar ................................................................................... 63
Gambar 2. 74 Pembersih Sisa Resin. ................................................................ 63
Gambar 2. 75 Lampu Ultraviolet. ....................................................................... 64
Gambar 2. 76 Pengeringan Dengan UV. ........................................................... 64
Gambar 2. 77 Membersihkan Kelebihan Resin .................................................. 65
Gambar 2. 78 Mengebor (Drilling). .................................................................. 65
Gambar 2. 79 Injektor dan Setscrew. ................................................................. 66
Gambar 2. 80 Sekrup Injektor. ........................................................................... 66
Gambar 2. 81 Mengisi Injector. .......................................................................... 67
Gambar 2. 82 Bridge & Injector Kit. ................................................................... 67
Gambar 3. 1 Adhesive. ...................................................................................... 74
Gambar 3. 2 Adhesive Gun. ............................................................................. 74
Gambar 3. 3 Adhesive High Themperatur. ......................................................... 74
Gambar 3. 4 Adhesive High Themperatur Gun. ................................................. 74

` Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | xiii


Gambar 3. 5 Posisi Adhesive Pada Kaca........................................................... 78
Gambar 3. 6 Memotong Adhesive Pada Kaca. .................................................. 79
Gambar 3. 7 Posisi pisau Pada Karet Kaca. ...................................................... 79
Gambar 3. 8 Angkat Kaca dengan Suction Cup. ................................................ 80
Gambar 3. 9 Memotong Adhesive dengan Kawat Seling ................................... 80
Gambar 3. 10 membersihkan Karet Sisa. .......................................................... 81
Gambar 3. 11 Karet Sisa Yang Diijinkan ............................................................ 81
Gambar 3. 12 Vender Covers ............................................................................ 82
Gambar 3. 13 Memasang Pita. .......................................................................... 82
Gambar 3. 14 Pengamanan Komponen. ............................................................ 83
Gambar 3. 15 Korosi. ......................................................................................... 84
Gambar 3. 16 Bingkai Kaca. .............................................................................. 84
Gambar 3. 17 Membersihkan Bingkai Kaca. ...................................................... 85
Gambar 3. 18 penyangga Jarak. ........................................................................ 85
Gambar 3. 19 Pemasangan Penyangga jarak.................................................... 86
Gambar 3. 20 Pemasangan Spacer. .................................................................. 86
Gambar 3. 21 Profil Cartridge Gun..................................................................... 86
Gambar 3. 22 Aplikasi Cartridge Gun ................................................................ 87
Gambar 3. 23 Ukuran Bead Urethane. ............................................................... 87
Gambar 3. 24 Profil Bead Urethane yang Benar (Segi Tiga). ............................. 88
Gambar 3. 25 Profil Bead Urethane yang Salah (Persegi). ................................ 88
Gambar 3. 26 Profil Bead Urethane yang Salah (Bulat). .................................... 88
Gambar 3. 27 Jalur Bead Urethane pada Kaca.................................................. 89
Gambar 3. 28 Urutan Jalur Bead Urethane. ....................................................... 90
Gambar 3. 29 Drainase. ..................................................................................... 90
Gambar 3. 30 Pita Perekat................................................................................. 91
Gambar 3. 31 Pemasangan Kaca. ..................................................................... 91
Gambar 3. 32 Tanda Pemasanan Kaca. ............................................................ 91
Gambar 3. 33 Pengukuran Jarak Pemasanagn Kaca. ....................................... 92
Gambar 3. 34 Assesories Interior....................................................................... 94
Gambar 3. 35 Melepas Wiper. ........................................................................... 95
Gambar 3. 36 Melepas Assesoris Eksterior. ...................................................... 95
Gambar 3. 37 Mencongkel Karet Kaca dari Dalam. ........................................... 95
Gambar 3. 38 Melepas Kaca Depan. ................................................................. 96

xiv | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Gambar 3. 39 Mengangkat Kaca Depan. ........................................................... 96


Gambar 3. 40 Membersihkan Kotoran Pada Bingkai Kaca. ............................... 97
Gambar 3. 41 Strip Calk. ................................................................................... 97
Gambar 3. 42 Pemasangan Strip Calk. .............................................................. 97
Gambar 3. 43 Karet Kaca. ................................................................................. 98
Gambar 3. 44 pemasangan Karet Kaca. ............................................................ 98
Gambar 3. 45 Penepatan karet Kaca. ................................................................ 98
Gambar 3. 46 Pemasangan Tali Pada Karet Kaca............................................. 99
Gambar 3. 47 Penempatan Tali sepanjang Kaca. .............................................. 99
Gambar 3. 48 Sisa Tali Pada Bingkai Kaca. .................................................... 100
Gambar 3. 49 Sisa Tali yang Akan ditarik Untuk Memasang Kaca. ................. 100
Gambar 3. 50 Menarik Tali. ............................................................................. 100
Gambar 3. 51 tarik tali sampai Kaca Terpasang. ............................................. 101
Gambar 3. 52 Kompnen Kaca Belakang. ......................................................... 102
Gambar 3. 53 Kabut pada Kaca....................................................................... 102
Gambar 3. 54 heater core ................................................................................ 103
Gambar 3. 55 konduktor linear......................................................................... 104
Gambar 3. 56 Simbol Defogger. ...................................................................... 104
Gambar 3. 57 Terminal Defogger. ................................................................... 104
Gambar 3. 58 Hubungan terminal Defogger. ................................................... 105
Gambar 3. 59 Membersihkan terminal Defogger.............................................. 105
Gambar 3. 60 Menyolder Terminal Defogger. .................................................. 106
Gambar 3. 61 Bersihkan Grid Defogger. .......................................................... 106
Gambar 3. 62 Grid Line Yang Putus ................................................................ 106
Gambar 3. 63 Mengontrol Grid Line ................................................................. 107
Gambar 3. 64 Mengeringkan Grid Defogger. ................................................... 107
Gambar 3. 65 Grid Defogger............................................................................ 108
Gambar 3. 66 Bagian Kaca Kendaraan. .......................................................... 108

` Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | xv


Daftar Tabel

Tabel0 1. Daftar Lembar Kerja Modul ................................................................ 15


Tabel 3. 1 KekuatanTarik Jenis-Jenis Perekat ................................................... 76
Tabel 3. 2 Hubungan Temperatur, Kelembaban dan Kadar Air .......................... 77
Tabel 3. 3 Tahap-Tahap Aplikasi Adhesive ........................................................ 93
Tabel 3. 4 Bentuk Dan Ukuran Bead Adhesive .................................................. 94

Daftar Lampiran

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :


34/M-IND/PER/4/2007 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL
INDONESIA (SNI) KACA PENGAMAN UNTUK KENDARAAN BERMOTOR
SECARA WAJIB……………………………………………………………….…...109

xvi | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Pendahuluan

A. Latar belakang

Modul Diklat PKB Guru Paket Keahlian Teknik Perbaikan Bodi Grade 8 ini
dirancang untuk memenuhi kebutuhan guru dalam hal peningkatan kompetensi
tentang perbaikan bodi kendaraan tingkat 8. Modul ini membahas tentang
beberapa hal antara lain :
1. Pemahaman kaca kendaraan,
2. Prosedur perbaikan kaca kendaraan sesuai dengan SOP, dan
3. Prosedur melepas dan memasang kaca kendaraan sesuai dengan SOP.

Modul ini disiapkan sebagai panduan pelatihan sekaligus merupakan bahan


informasi dalam pembelajaran. Di dalamnya selain informasi mengenai
pengetahuan dasar, juga memuat beberapa lembaran tugas dan beberapa
lembar tes untuk mengukur apakah proses pendidikan dan pelatihan telah dapat
mengubah sikap/perilaku siswa menjadi seseorang yang memiliki kompetensi
sesuai standar.

Pembelajaran dengan modul ini dapat dilakukan secara klasikal dengan atau
tanpa instruktur, bahkan individual karena menggunakan pendekatan kurikulum
2013.

Guru perlu meningkatkan kompetensi profesionalismenya terkait dengan disiplin


ilmu teknik perbaikabn bodi, khususnya pada topic perbaikan kaca kendaraan.
Penguasaan fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan para guru harus terus
dimantapkan, ditingkatkan, dan dikembangkan. Pemantapan tersebut tidak
hanya terkait pengetahuan konseptual dan prosedural tetapi juga pemantapan
kemampuan guru dalam menggunakan pengetahuannya masalah dunia nyata
atau kehidupan sehari-hari dengan tidak meninggalkan penguatan pendidikan
karakter (PPK). Hal itu tertuang dalam Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kompetensi Guru pada Kompetensi Profesional Matematika pada pasal
1 ayat (1) menyatakan bahwa setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 1


Pendahuluan

akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional. Lebih lanjut,
dalam salah satu butir Nawacita Presiden Joko Widodo adalah memperkuat
pendidikan karakter bangsa dengan melakukan Gerakan Nasional Revolusi
Mental (GNRM) yang akan diterapkan di seluruh sendi kehidupan berbangsa dan
bernegara, termasuk di dalam dunia pendidikan. Dalam rangka mendukung
kebijakan gerakan PPK, modul ini mengintegrasikan lima nilai utama karakter
bangsa, yaitu: religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. Kelima
nilai utama tersebut terintegrasi pada kegiatan-kegitan pembelajaran yang ada
pada modul. Adapun sub nilai religius antara lain: cinta damai, toleransi,
menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri,
kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan,
persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan,
melindungi yang kecil dan tersisih. Sedangkan sub nilai nasionalis meliputi:
apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela
berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat
hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama. Sub nilai
mandiri antara lain: etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang,
profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat. Sub
nilai gotong royong antara lain: menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas
keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, solidaritas, empati,
anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan. Terakhir, sub nilai
integritas meliputi: kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti
korupsi, keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai martabat
individu (terutama penyandang disabilitas).

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat :


1. Memahami tentang kaca kendaraan meliputi sejarah, bahan baku,
konstruksi dan proses pembuatan kaca kendaraan dan dasar hukum
pemakaian pada kendaraan bermotor
2. Memahami tentang klasifikasi kerusakan kaca kendaraan, prosedur
perbaikan kaca pada kendaraan bermotor sesuai dengan SOP, mampu

2 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

melaksanakan perbaikan kerusakan kaca kendaraan bermotor sesuai


dengan SOP.
3. Memahami prosedur melepas dan memasang kaca depan kendaraan sesuai
SOP dan mampu melaksanakan pelepasan dan pemasangan kaca
kendaraan bermotor sesuai dengan SOP.

C. Peta Kompetensi

Kelompok
Standar Kompetensi Indikator Pencapaian Kompetensi
Kom
Guru (SKG) (IPK)
petensi
A Melakukan  Menganalisis pemanasan,
pengelasan pada Penyambungan dan pemotongan
perbaikan panel panel pada perbaikan panel panel bodi
bodi sesuai dengan buku manual.
 Melakukan pengelasan gas oxy-
acetylene (karbid) dan las titik
secara prosedural.
 Melakukan pengelasan las CO2
(MIG) dan las elektroda secara
manual secara prosedural.
 Melakukan cara pemanasan termal
secara prosedural.
 Melakukan pemotongan termal
secara prosedural.
B Melaksanakan  Menganalisis kondisi pengecatan,
pengecatan, perbaikan kerusakan komponen
perbaikan kerusakan bodi dan mengkalkulasi biaya
komponen bodi dan perbaikan sesuai tingkat kerusakan
mengkalkulasi biaya  Mendiagnosis kondisi kendaraan
perbaikan sesuai dan aksesorisnya sesuai buku
tingkat kerusakan manual
pada perbaikan panel  Melakukan pemeriksaan kerusakan
panel bodi komponen kendaraan untuk

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 3


Pendahuluan

Kelompok
Standar Kompetensi Indikator Pencapaian Kompetensi
Kom
Guru (SKG) (IPK)
petensi
penentuan tindakan perbaikan
 Melakukan prosedur perbaikan dan
penggantian secara tertulis
 Melakukan penghitungan
pembiayaan perbaikan sesuai
tingkat kerusakan

C 1. Melakukan  Mendiagnosa panel / komponen


Pengetokan panel bodi yang akan diperbaiki
bodi, metal finish berdasarkan buku manual
dan perataan  Melakukan pengetokan panel
permukaan bodi dengan cara hot dan cold shrinking
dengan dempul  Melakukan metal finish pada panel
hingga siap dilakukan perataan
dengan dempul
 Melakukan perataan panel dengan
bodi filler/dempul

2. Melakukan  Menganalisis pembentukan panel


Pembentukan bodi dan perataan kembali dengan
panel bodi dan dempul pada perbaikan panel panel
perataan kembali bodi
dengan dempul  Melakukan pembentukan panel bodi
hingga sesuai bentuk panel yang
standart
 Melakukanpenambalan panel dan
perataan
D 1. Melakukan  Analisis penggunaan peralatan
pengelasan panel pengelasan yang sesuai dengan
bodi, pembuatan kondisi plat panel bodi
pola dan pelepasan  Melakukan pengelasan panel bodi

4 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Kelompok
Standar Kompetensi Indikator Pencapaian Kompetensi
Kom
Guru (SKG) (IPK)
petensi
panel pintu atau sesuai bentuk aslinya
fender  Melakukan pembuatan pola sesuai
bentuk panel yang akan diganti
 Melakukan pelepasan panel pintu
atau fender sesuai buku manual

2. Melakukan  Menganalisis perbaikan panel pintu


Perbaikan panel atau fender dan pemasangan
pintu atau fender perangkat tambahan pada perbaikan
dan pemasangan panel panel bodi
perangkat  Melakukan perbaikan panel pintu
tambahan atau fender sesuai bentuk
spesifikasinya
 Melakukanpemasangan panel pintu
atau fender sesuai buku manual
 Melakukan pemasangan perangkat
tambahan
E 1. Memasang  Menganalisis metode dan
masking sebagai penggunaan masking sebagai
pelindung cat pelinding cat bagian bodi yang tidak
bagian bodi yang rusak pada pengecatan bodi
tidak rusak pada  Memasang masking sebagai
pengecatan bodi pelindung cat bagian bodi yang tidak
rusak secara prosedur
 Menganalisis pengecatan dasar
 Menganalisispemilihan warna cat
 Menganalisis pencampuran warna
 Menganalisispengeringan dan
finishing untuk siap divernies
 Melakukan pembersihan
korosi/kerak hingga siap pengecatan

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 5


Pendahuluan

Kelompok
Standar Kompetensi Indikator Pencapaian Kompetensi
Kom
Guru (SKG) (IPK)
petensi
dasar
 Melakukan pengecatan primer dan
2. Melakukan sealer hingga siap untuk pengecatan
pengecatan dasar, warna
pemilihan warna  Melakukan persiapan permukaan
cat, pengecatan yang telah diberi primer dan surface
warna, untuk penyelesaian akhir
pengeringan dan pengecatan
finishing untuk siap  Melakukanpengujian penyesuaian
divernies warna dengan kartu warna hingga
sesuai warna aslinya
 Melakukan persiapan cat dan spray
gun untuk penyemprotan
 Melakukan pengecatan ulang
kendaraan
 Melakukan pengeringan dan
finishing hingga siap divernies
F 1. Melaksanakan  Menganalisis penggunaan vernies
pengecatan akhir untuk penyelesaian akhir
dengan vernies pengecatan
 Melaksanakan persiapan bahan
vernie suntuk dengan
menggunakan spray
 Melaksanakan penyelesaian akhir
pengecatan dengan menggunakan
bahan vernies

2. Melakukan  Menganalisis perbaikan kecil pada


perbaikan kecil cat dan poles cat dengan manual
pada cat dan poles dan mesin
cat dengan manual  Melakukan perbaikan cacat pada

6 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Kelompok
Standar Kompetensi Indikator Pencapaian Kompetensi
Kom
Guru (SKG) (IPK)
petensi
dan mesin permukaan cat
 Melakukan pengkilapan secara
manual dan menggunakan mesin
G 1. Melakukan  Menganalisis pemasangan
pemasangan pelindung moulding, transfer dan
pelindung decal
moulding, transfer  Melakukan pelepasan pelindung
dan decal moulding, transfer dan decal
 Melakukan perbaikan pelindung
moulding, transfer dan decal

2. Melakukan  Menganalisis Pemasangan sealer


pemasangan dan bahan peredam sesuai dengan
sealer dan bahan bahan ajar
peredam  Merencanakan bahan dan peralatan
perapat serta peredam sesuai
fungsinya
 Melakukan pemasangan perapat
dan peredam sesuai fungsinya
 Melakukan pengujian sambungan
dan peredam

H Melakukan perbaikan  Merancang perbaikan kaca


kaca kendaraan kendaraan pada perbaikan kaca
asesoris dan kelistrikan bodi
 Melakukan perbaikan luka kecil dan
goresan pada kaca yang belapis
 Melakukan perbaikan kaca
depan/belakang yang berlapis karet
 Melakukan perbaikan kaca bodi

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 7


Pendahuluan

Kelompok
Standar Kompetensi Indikator Pencapaian Kompetensi
Kom
Guru (SKG) (IPK)
petensi
yang tetap dan yang dapat
digerakkan
I Melakukan  Manganalisis jenis kaca film
pemasangan kaca  Mempersiapkan permukaan kaca
film pada perbaikan sebelum pemasangan kaca film
kaca  Memasang kaca film sesuai bentuk
kaca
J Melakukan  Menganalisis pembongkaran dan
pembongkaran dan pemasangan kelistrikan bodi pada
pemasangan perbaikan kelistrikan bodi
kelistrikan bodi pada  Melakukan pembongkaran
perbaikan kelistrikan kelistrikan bodi
bodi  Melakukan pemasangan kelistrikan
bodi
 Melakukan pemasangan asesoris
kendaraan

D. Ruang Lingkup

1. Pemahaman kaca kendaraan :


a. Sejarah kaca kendaraan.
b. Bahan baku pembuatan kaca kendaraan.
c. Konstruksi kaca kendaraan.
d. Proses pembuatan kaca kendaraan.
e. Peraturan pemakaian kaca pengaman pada kendaraan bermotor.
2. Prosedur perbaikan kaca pada kendaraan bermotor sesuai dengan SOP.
a. Klasifikasi kerusakan kaca kendaraan.
b. Prosedur perbaiakan kaca kendaran sesuai dengan SOP.
c. Perbaikan kaca kendaraan sesuai dengan SOP.
3. Melepas dan memasang kaca kendaan sesuai dengan SOP.
a. Perekat kaca kendaraan.

8 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

b. Melepas kaca depan kendaraan yang terpasang menggunakan adhesive


sesuai dengan SOP.
c. Memasang kaca depan kendaraan yang terpasang menggunakan adhesive
sesuai dengan SOP.
d. Pelepasan kaca depan kendaraan yang terpasang menggunakan karet kaca
sesuai dengan SO.
e. Pemasangan kaca depan kendaraan yang terpasang menggunakan karet
kaca sesuai dengan SOP.
f. Kaca belakang dan defogger.

E. Saran Cara Penggunaan Modul

Secara umum, cara penggunaan modul pada setiap Kegiatan Pembelajaran


disesuaikan dengan skenario setiap penyajian mata diklat. Modul ini dapat
digunakan dalam kegiatan pembelajaran guru, baik untuk moda tatap muka
dengan model tatap muka penuh maupun model tatap muka In-On-In. Alur model
pembelajaran secara umum dapat dilihat pada bagan dibawah.

Gambar0 1 Alur Model Pembelajaran Tatap Muka

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 9


Pendahuluan

1. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka Penuh

Kegiatan pembelajaran diklat tatap muka penuh adalah kegiatan fasilitasi


peningkatan kompetensi guru melalui model tatap muka penuh yang
dilaksanakan oleh unit pelaksana teknis dilingkungan Ditjen. GTK maupun
lembaga diklat lainnya. Kegiatan tatap muka penuh ini dilaksanan secara
terstruktur pada suatu waktu yang di pandu oleh fasilitator.

Tatap muka penuh dilaksanakan menggunakan alur pembelajaran yang dapat


dilihat pada alur dibawah.

Gambar0 2. Alur Pembelajaran Tatap Muka Penuh

Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model tatap muka penuh dapat
dijelaskan sebagai berikut,

a. Pendahuluan

Pada kegiatan pendahuluan fasilitator memberi kesempatan kepada peserta


diklat untuk mempelajari :
 latar belakang yang memuat gambaran materi
 tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi

10 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

 kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul.


 ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran
 langkah-langkah penggunaan modul

b. Mengkaji Materi

Pada kegiatan mengkaji materi modul kelompok kompetensi H fasilitator


memberi kesempatan kepada guru sebagai peserta untuk mempelajari
materi yang diuraikan secara singkat sesuai dengan indikator pencapaian
hasil belajar. Guru sebagai peserta dapat mempelajari materi secara
individual maupun berkelompok dan dapat mengkonfirmasi permasalahan
kepada fasilitator.

c. Melakukan aktivitas pembelajaran

Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan


rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan dipandu oleh
fasilitator. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini akan
menggunakan pendekatan yang akan secara langsung berinteraksi di kelas
pelatihan bersama fasilitator dan peserta lainnya, baik itu dengan
menggunakan diskusi tentang materi, malaksanakan praktik, dan latihan
kasus.
Lembar kerja pada pembelajaran tatap muka penuh adalah bagaimana
menerapkan pemahaman materi-materi yang berada pada kajian materi.
Pada aktivitas pembelajaran materi ini juga peserta secara aktif menggali
informasi, mengumpulkan dan mengolah data sampai pada peserta dapat
membuat kesimpulan kegiatan pembelajaran.

d. Presentasi dan Konfirmasi

Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi hasil kegiatan sedangkan


fasilitator melakukan konfirmasi terhadap materi dan dibahas bersama.

e. Refleksi

Pada bagian ini peserta dan penyaji me-review atau melakukan refleksi
materi berdasarkan seluruh kegiatan pembelajaran, kemudian didampingi

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 11


Pendahuluan

oleh panitia menginformasikan tes akhir yang akan dilakukan oleh seluruh
peserta yang dinyatakan layak tes akhir.

2. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka In-On-In

Kegiatan diklat tatap muka dengan model In-On-In adalan kegiatan fasilitasi
peningkatan kompetensi guru yang menggunakan tiga kegiatan utama, yaitu In
Service Learning 1 (In-1), on the job learning (On), dan In Service Learning 2 (In-
2). Secara umum, kegiatan pembelajaran diklat tatap muka In-On-In tergambar
pada alur berikut ini.

Gambar0 3 Alur Pembelajaran Tatap Muka model In-On-In

Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model In-On-In dapat dijelaskan


sebagai berikut,

12 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

a. Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan disampaikan bertepatan pada saat pelaksanaan
In service learning 1 fasilitator memberi kesempatan kepada peserta diklat
untuk mempelajari :
 latar belakang yang memuat gambaran materi
 tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi
 kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul.
 ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran
 langkah-langkah penggunaan modul
b. In Service Learning 1 (IN-1)
 Mengkaji Materi
Pada kegiatan mengkaji materi modul kelompok kompetensi H, fasilitator
memberi kesempatan kepada guru sebagai peserta untuk mempelajari
materi yang diuraikan secara singkat sesuai dengan indikator pencapaian
hasil belajar. Guru sebagai peserta dapat mempelajari materi secara
individual maupun berkelompok dan dapat mengkonfirmasi permasalahan
kepada fasilitator.
 Melakukan aktivitas pembelajaran
Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan dipandu oleh
fasilitator. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini akan
menggunakan pendekatan/metode yang secara langsung berinteraksi di
kelas pelatihan, baik itu dengan menggunakan metode berfikir reflektif,
diskusi, brainstorming, simulasi, maupun studi kasus yang kesemuanya
dapat melalui Lembar Kerja yang telah disusun sesuai dengan kegiatan
pada IN1.
Pada aktivitas pembelajaran materi ini peserta secara aktif menggali
informasi, mengumpulkan dan mempersiapkan rencana pembelajaran pada
on the job learning.
c. On the Job Learning (ON)
 Mengkaji Materi
Pada kegiatan mengkaji materi modul kelompok kompetensi H, guru sebagai
peserta akan mempelajari materi yang telah diuraikan pada in service

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 13


Pendahuluan

learning 1 (IN1). Guru sebagai peserta dapat membuka dan mempelajari


kembali materi sebagai bahan dalam mengerjaka tugas-tugas yang
ditagihkan kepada peserta.
 Melakukan aktivitas pembelajaran
Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah
maupun di kelompok kerja berbasis pada rencana yang telah disusun pada
IN1 dan sesuai dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul.
Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini akan menggunakan
pendekatan/metode praktik, eksperimen, sosialisasi, implementasi, peer
discussion yang secara langsung di dilakukan di sekolah maupun kelompok
kerja melalui tagihan berupa Lembar Kerja yang telah disusun sesuai
dengan kegiatan pada ON.
Pada aktivitas pembelajaran materi pada ON, peserta secara aktif menggali
informasi, mengumpulkan dan mengolah data dengan melakukan pekerjaan
dan menyelesaikan tagihan pada on the job learning.
d. In Service Learning 2 (IN-2)
Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi produk-produk tagihan
ON yang akan di konfirmasi oleh fasilitator dan dibahas bersama.
e. Refleksi
Pada bagian ini peserta dan penyaji me-review atau melakukan refleksi
materi berdasarkan seluruh kegiatan pembelajaran, kemudian
didampingi oleh panitia menginformasikan tes akhir yang akan dilakukan
oleh seluruh peserta yang dinyatakan layak tes akhir.

3. Lembar Kerja

Modul pembinaan karir guru kelompok komptetansi H teridiri dari


beberapa kegiatan pembelajaran yang didalamnya terdapat aktivitas-
aktivitas pembelajaran sebagai pendalaman dan penguatan pemahaman
materi yang dipelajari.
Modul ini mempersiapkan lembar kerja yang nantinya akan dikerjakan
oleh peserta, lembar kerja tersebut dapat terlihat pada table berikut.

14 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Tabel0 1. Daftar Lembar Kerja Modul

No Kode Nama LK Keterangan


LK

1. LK.01. Menjawab sosl latihan KP I TM, ON

2. LK.02. Tugas membuat soal “HOT” KP I TM, ON

3. LK.03. Mengerjakan soal latihan KP II TM, IN1

4. LK.04. Tugas membuat soal “HOT” KP II TM, IN1

5. LK.05. Tugas proyek perbaikan kaca kendaraan TM, IN2

6. LK.06. Mengerjakan soal latihan KP III TM, ON

7. LK.07. Tugas membuat soal “HOT” KP III TM, IN1

8. LK.08. Tugas proyek pelepasan dan pemasangan TM, IN2


kaca depan kendaraan

Keterangan.
TM : Digunakan pada Tatap Muka Penuh
IN1 : Digunakan pada In service learning 1
ON : Digunakan pada on the job learning

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 15


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Kegiatan Pembelajaran I
Mengenal Kaca Kendaraan Bermotor

A. Tujuan

Setelah belajar materi kegiatan belajar I ini peserta diharapkan mampu


memahami tentang kaca kendaraan, khususnya mengenai sejarah, bahan baku,
konstruksi dan proses pembuatan kaca kendaraan dan dasar hukum pemakaian
pada kendaraan bermotor.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Menjelaskan sejarah kaca kendaraan.


2. Menjelaskan bahan baku pembuatan kaca kendaraan.
3. Menjelaskan konstruksi kaca kendaraan.
4. Menjelaskan proses pembuatan kaca kendaraan.
5. Dasar hukum pemakaian kaca pengaman pada kendaraan bermotor.

C. Uraian Materi

1. Sejarah kaca kendaraan.

Kaca memiliki sejarah panjang dan pertama kali dibuat lebih dari 7.000 tahun
yang lalu di Mesir, pada awal 3.000 SM. Kaca ditemukan dalam keadaan alami
sebagai produk sampingan dari aktivitas gunung berapi.
Kaca terdiri dari berbagai oksida yang dipadukan dan bereaksi bersama-sama
pada saat pemanasan untuk membentuk gelas. Bahan-bahan tersebut adalah
silika (SiO2), natrium oksida (Na2O), dan kalsium oksida (CaO). Di mana bahan-
bahan baku berasal dari pasir, soda abu (Na2CO 3), dan batu kapur (CaCO3).

Sebuah mobil tanpa kaca depan mungkin terdengar menggelikan untuk saat ini,
kaca depan pertama kali dianggap sebagai barang mewah untuk mobil Anda dan

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 17


Kegiatan Pembelajaran I

bukan suatu keharusan. Butuh waktu beberapa tahun sebelum industri otomotif
menyadari pentingnya kaca depan pada kendaraan.

Gambar 1. 1 Mobil Tanpa Kaca.

Awal kaca mobil mulai tahun 1903 ketika Edouard Benedictus, seorang ahli kimia
Perancis, menemukan kaca tahan pecah, ketika ia sengaja menjatuhkan botol
kaca diisi dengan film collodion kering.

Gambar 1. 2 Mobil Dengan Kaca.

Pada tahun 1904 pertama kali kaca depan dipakai ke dunia otomotif. Sebagian
besar kaca depan pertama itu hanya sepotong horizontal. Tidak sampai tahun
1915 bahwa Olds mobile memproduksi mobil pertama yang menyatakan bahwa
bagian atas dan kaca depan sebagai perlengkapan standar. Pada tahun 1930,
kaca tempered memasuki dunia otomotif. Dibuat dengan pemanasan dan proses
pendinginan yang cepat, kaca tempered dapat dibuat lebih tipis namun kuat.
Jika mobil mengalami kecelakaan, kaca tempered hancur menjadi kepingan
kecil-kecil, sehingga tidak membahayakan penumpang

18 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Jenis kaca ini sangat populer baik pada pertengahan abad ini, tapi itu akhirnya
digantikan oleh kaca depan yang terbuat dari kaca-dilaminasi yang terdiri dari
lapisan plastik yang dikelilingi oleh dua lembar kaca. Di banyak negara, kaca
depan mobil diwajibkan untuk terbuat dari kaca laminasi. Kaca laminasi bisa
dibengkokkan di bawah tekanan dan cenderung dapat hancur dengan sendirinya
menjadi bagian yang aman / tidak tajam dibandingkan kaca jenis lain. Hal ini
untuk mengurangi resiko cedera pada penumpang mobil itu.

Gambar 1. 3 Pecahan kaca tempered.

Gambar 1. 4 Pecahan Kaca Laminasi.

2. Proses pembuatan kaca.


a. Bahan baku secara hati-hati ditimbang dalam jumlah yang tepat dan
dicampur dengan sedikit air untuk mencegah pemisahan bahan. Cullet
(limbah kaca pecah) juga digunakan sebagai bahan baku.
b. Setelah batch (kolam) dibuat, diumpankan ke tangki besar untuk peleburan
menggunakan float, untuk kaca depan kendaraan dibuat menggunakan

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 19


Kegiatan Pembelajaran I

proses kaca mengapung. Dalam metode ini, bahan baku dipanaskan ke


keadaan cair dan dimasukkan ke dalam bak timah cair. Kaca mengapung
di atas sirip, karena sirip yang datar sempurna, kaca juga menjadi datar.
Dari ruang float, kaca lewat pada rol melalui oven (the "anil Lehr"). Setelah
keluar Lehr dan didinginkan sampai suhu kamar, kaca dipotong dengan
bentuk yang tepat. Batch dipanaskan ke keadaan cair, dan kemudian
dimasukkan ke dalam tangki yang disebut ruang float, yang yang berisi
timah cair. Dalam ruang float, kaca tidak tenggelam ke dalam kaleng tetapi
mengapung di atasnya, bergerak melalui tangki seolah-olah pada ban
berjalan. permukaan datar sempurna menyebabkan kaca cair juga menjadi
datar, sedangkan suhu tinggi membersihkan kaca dari kotoran. penurunan
suhu di pintu keluar dari ruangan memungkinkan kaca mengeras untuk
pindah ruang tungku ke berikutnya.
c. Setelah keluar dari ruang float, melewati rol dan diberi bahan tambah ke
dalam tungku khusus yang disebut Lehr. Jika ada pelapis surya yang
diinginkan, bahan tambah diberikan sebelum kaca memasuki Lehr. Dalam
tungku ini, kaca didinginkan secara bertahap sampai sekitar 395 derajat
Fahrenheit (200 derajat Celsius), setelah kaca keluar Lehr, didinginkan ke
kamar suhu. Sampai kaca menjadi sangat keras dan kuat dan siap untuk
dipotong.

Gambar 1. 5 Proses Pembuatan Kaca.

d. Kaca dipotong menjadi dimensi yang diinginkan dengan menggunakan


diamond. Diamond digunakan karena lebih keras daripada kaca. Beri tanda
garis potong ke dalam gelas, yang kemudian patahkan atau menghentak

20 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

garis tersebut. Langkah ini biasanya otomatis dan dipantau oleh kamera
dan sistem pengukuran optoelektronik. Selanjutnya, potongan harus
dibengkokkan sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Lembar kaca
ditempatkan dalam bentuk atau cetakan dari logam atau bahan tahan api.
Kaca-diisi cetakan kemudian dipanaskan dalam tungku ke titik di mana
kaca dengan bentuk cetakan.
e. Setelah dibentuk, kaca harus dikeraskan dalam langkah pemanasan yang
disebut temper. Pertama, kaca dengan cepat dipanaskan sampai sekitar
1.565 derajat Fahrenheit (850 derajat Celsius), dan kemudian disemprot
dengan jet udara dingin. Disebut pendinginan, proses ini dengan
menempatkan permukaan luar ke dalam kompresi dan menjadi tegangan.
Hal ini memungkinkan kaca depan, ketika pecah, menjadi potongan-
potongan kecil tanpa tepi tajam. Ukuran potongan juga dapat diubah
dengan memodifikasi prosedur tempering sehingga kaca depan pecah
menjadi potongan-potongan yang lebih besar, yang memungkinkan visi
yang baik sampai kaca depan kendaraan dapat diganti.

Gambar 1. 6 Kaca Laminasi.

Setelah kaca keras dan dibersihkan, kemudian masuk ke proses


laminating. Dalam proses ini, dua lembar kaca terikat bersama-sama
dengan lapisan plastik (lapisan plastik masuk ke dalam dua lembar kaca).
Laminasi ini berlangsung di autoclave, oven khusus yang menggunakan
panas dan tekanan untuk membentuk bahan yang kuat yang tahan
terhadap robek. Plastik Interlayer sering berwarna untuk bertindak
sebagai filter ultraviolet. Ketika kaca pecah, pecahan kaca tetap terikat

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 21


Kegiatan Pembelajaran I

lapisan plastik internal dan lembaran yang rusak tetap transparan.


Dengan demikian, visibilitas tetap baik. Tidak seperti kaca pengaman
tradisional, kaca laminasi dapat diproses lebih lanjut (dipotong, dibor, dan
dikerjakan seperti yang diperlukan). Sebuah kaca laminasi yang khusus
sangat tipis: tebal setiap lapisan kaca adalah sekitar 0,03 inci (0,76 mm),
sedangkan tebal plastik interlayer adalah sekitar 0,098 inci (2,5 milimeter).
Sebuah kaca depan terdiri dari dua lapisan kaca yang menjepit lapisan
plastik. Meskipun sangat tipis sekitar 0,25 inci kaca laminasi tersebut
sangat kuat dari kaca normal.
f. Setelah laminating, kaca depan siap untuk dirakit dengan cetakan plastik
sehingga dapat diinstal pada mobil. Dikenal sebagai enkapsulasi kaca,
proses perakitan ini biasanya dilakukan pada produksi kaca. Pertama,
bagian dari kaca depan diatur dalam posisi yang telah ditentukan dalam
rongga cetakan. Selanjutnya, plastik cair disuntikkan ke dalam cetakan,
ketika dingin, terbentuk bingkai plastik di sekitar kaca. Kaca depan
perakitan ini kemudian dikirim ke produsen mobil untuk dipasang di mobil.
Instalasi dilakukan dengan menggunakan perekat polyurethane untuk
merekatkan kaca depan dan body mobil.

3. Kategori kaca kendaraan.


Kaca kendaraan merupakan komponen dari bodi yang sangat penting, karena
akan memberikan kenyamanan kepada penumpang. Kita bayangkan kalau naik
kendaraan tanpa jendela, atau kita bayangkan kalau ada jendela, tetapi tidak
ada kacanya.
Seperti telah dijelaskan diatas, pada dasarnya ada dua tipe atau jenis kaca
pada kendaraan, yaitu :
a. Laminated safety glass, yaitu kaca yang digunakan pada kaca depan
(windshield) kendaraan.
b. Solid tempered plate glass, yaitu kaca yang digunakan pada
seluruh kaca samping dan kaca belakang dari kendaraan.
Pada laminated safety glass tersusun dari bahan kaca yang didalamnya
terdapat lapisan plastik yang sangat kuat. Lapisan plastik ini terletak diantara
dua lapisan kaca depan kendaraan. Apabila kaca depan terkena benturan
benda lain atau terjadi tabrakan sehingga menyebabkan pecah, maka lapisan

22 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

plastik diantara kaca tersebut akan mempertahankan kaca tidak berhamburan


kemana-mana.
Sedangkan pada jenis kaca solid tempered plate glass, adalah kaca yang
diperkeras dan seandainya pecah menjadi pecahan-pecahan kecil tidak akan
berakibat fatal terhadap penumpang. Proses untuk menghasilkan kaca tempered
adalah dengan memanaskan kaca hingga suhu tertentu (± 650ºC - 750ºC) dan
kemudian didinginkan secara tiba- tiba dengan semprotan udara. Kaca
tempered memiliki beberapa sifat yaitu: kuat terhadap benturan, karena telah
melalui proses tempering maka kaca lebih kuat dari pada kaca biasa, mampu
menahan benturan ±1.500 kg dan tahan terhadap perubahan suhu udara,
perubahan suhu sampai ± 200º C serta kaca tempered tidak bisa dipotong.
Adapun untuk penggunaannya di mobil, kaca laminated hanya digunakan
pada kaca depan, dan akan tidak baik jika digunakan pada semua kaca mobil
karena bila sewaktu-waktu mobil terbalik dan atau terbakar, penumpang tidak
bisa keluar dari mobil.

Gambar 1. 7 Penampang Kaca Laminating.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 23


Kegiatan Pembelajaran I

Gambar 1. 8 Bagian-Bagian Kaca Mobil.

4. Undang-undang pemakaian kaca pada kendaraan di Indonesia.


Peraturan mentri perindustrian Republik Indonesia nomor 34/M-IND/PER/4/2007
tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Kaca Pengaman Untuk
Kendaraan Bermotor Secara Wajib.
Pasal 1.
Ayat 1 : Pemberlakuan secara wajib Standar Nasional Indonesia (SNI) terhadap
dua jenis kaca pengaman untuk kendaraan bermotor yang
selanjutnya disebut kaca pengaman, meliputi :
1. Kaca Pengaman Diperkeras (Tempered Safety Glass) untuk
kendaraan bermotor SNI 15-0048-2005 HS:7007.11.10.00
2. Kaca Pengaman Berlapis (Laminated Safety Glass) untuk
kendaraan bermotor SNI 15-1326-2005 HS:7007.21.10.00
Ayat 2 : Apabila SNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) direvisi, SNI yag
berlaku secara wajib adalah hasil revisinya

Gambar 1. 9 Contoh Pemakaian Kaca Laminasi.

24 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Gambar 1. 10 Contoh Pemakaian Kaca Tempered.

D. Aktifitas Pembelajaran

Peserta diklat membaca dengan seksama uraian materi, jika ada yang kurang
jelas peserta dapat bertanya/mendiskusikan dengan fasilitator.
Peserta mengerjakan tugas dan latihan untuk mengetahui tingkat pemahaman
materi yang dibahas.
Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kemudian melaksanakan tugas yang
ada.

E. Latihan/Tugas.

I. Tugas LK 01. Jawablah soal-soal latihan dibawah ini.


Soal pilihan ganda
1. Bahan yang digunakan untuk mengisi retakan kaca kendaraan
adalah….
a. Resin
b. Adesif
c. Cersium
d. Sealer
2. Jenis kaca yang digunakan untu jendela samping bodi
kendaraan adalah….
a. Solid tempered plate glass.
b. Llaminated safety glass.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 25


Kegiatan Pembelajaran I

c. Glue urethane auto glass.


d. Ttrim auto Glass.
3. Jenis kaca yang digunakan untu kaca belakang bodi kendaraan
adalah….
a. Solid tempered plate glass
b. Laminated safety glass
c. Glue urethane auto glass.
d. Trim auto Glas.
4. Windshield pada kendaraan sangat cocok dipasang pada
bagian….
a. Kaca depan
b. Kaca spion
c. Kaca belakang
d. Kaca samping
5. Pada gambar dibawah tampak cara melepas kaca kendaraan
yang terpasang dengan….

a. Adesif
b. Karet kaca
c. Molding
d. Cersium

II. Tugas LK 02. Pengembangan Soal


a. Buatlah tiga soal latihan pilihan ganda yang “HOT”. (Higher Order
Thinking Skill)

26 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

b. Panduan membuat soal dengan konsep “HOT” dapat dilihat pada materi
pedagogik modul penilaian dan evaluasi pembelajaran kelompok
kompetensi H.
c. Masing-masing soal ditulis di kartu soal.

KISI-KISI PENULISAN SOAL


Satuan Pendidikan :
Mata Pelajaran :
No. Kompetensi Kelas Materi Indikator Bentuk Soal
Dasar
1.
2.
3.
4.

4, Contoh soal.

KARTU SOAL
Jenjang : SMK
Mata Pelajaran : Perbaikan Kaca Kendaraan
Kelas/ Smt : XI/1
Kompetensi : Mendisripsikan jenis kaca kendaraan
Level :2
Materi : Mengenal Kaca Kendaraan Bermotor
Bentuk Soal : Pilihan Ganda

Windshield pada kendaraan menggunakan laminated safety glass


karena jenis kaca ini dapat menjamin keamanan pemumpang
kendaraan jika terjadi tabrakan yaitu…
a. Jika pecah tidak berhambuaran tetap menyatu.
b. Jika pecah langsung hancur menjadi bagian kecil-kecil.
c. Tidak bisa pecah, karena terdapat lapisan laminasi.
d. Sangat kuat tidak bisa pecah.
Kunci jawaban A

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 27


Kegiatan Pembelajaran I

5. Penjelasan :
Soal di atas termasuk level 2, yaitu menuntut peserta didik memiliki
kemampuan aplikatif (Applying). Untuk dapat menyelesaikan soal ini
dengan benar diperlukan pengetahuan dan pemahaman terhadap materi
jenis- jenis kaca kendaraan dan dapat mengaplikasikan gagasan-gagasan
dan konsep-konsep kaca kendaraan dengan menganalisis informasi.

F. Rangkuman

Kaca terdiri dari berbagai oksida yang dipadukan dan bereaksi bersama-sama
pada saat pemanasan untuk membentuk gelas. Bahan-bahan tersebut adalah
silika (SiO2), natrium oksida (Na2O), dan kalsium oksida (CaO). Di mana bahan-
bahan baku berasal dari pasir, soda abu (Na2 CO3), dan batu kapur (CaCO3).

Awal kaca mobil mulai tahun 1903 ketika Edouard Benedictus, seorang ahli kimia
Perancis, menemukan kaca tahan pecah, ketika ia sengaja menjatuhkan botol
kaca diisi dengan film collodion kering.
Ada dua kategori dasar kaca otomotif, yaitu : kaca dilaminasi dan kaca tempered.
Kaca laminasi adalah kaca pengaman terutama digunakan untuk kaca depan.

Kaca tempered adalah kaca yang telah dipanaskan dan didinginkan dengan
cepat untuk meningkatkan kekuatannya, sehingga pecahan kaca tempered
menjadi potongan-potongan kecil sehingga tidak berbahaya bagi penumpang.

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Guru setelah menyelesaikan latihan dalam modul ini diharapkan mempelajari


kembali bagian-bagian yang belum dikuasai dari modul ini untuk dipahami secara
mendalam sebagai bekal dalam melaksanakan tugas keprofesian guru dan untuk
bekal dalam mencapai hasil pelaksanaan uji kompetensi guru dengan ketuntasan
minimal materi 80%.
Setelah mentuntaskan modul ini maka selanjutnya guru berkewajiban mengikuti
uji kompetensi. Dalam hal uji kompetensi, jika hasil tidak dapat mencapai batas

28 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

nilai minimal ketuntasan yang ditetapkan, maka peserta uji kompetensi wajib
mengikuti diklat sesuai dengan grade perolehan nilai yang dicapai.

Kunci jawaban soal pilihan ganda.


1. Resin
2. Solid tempered plate glass.
3. Solid tempered plate glass
4. Kaca depan
5. Adesif

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 29


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Kegiatan Pembelajaran II
Perbaikan, Pelepasan Dan Pemasangan Kaca
Kendaran Bermotor

A. Tujuan

Setelah belajar materi kegiatan belajar II ini peserta diharapkan mampu


memahami tentang klasifikasi kerusakan kaca kendaraan, prosedur perbaikan
kaca pada kendaraan bermotor sesuai dengan SOP, dan prosedur pelepasan
dan pemasangan kaca kendaraan bermotor sesuai dengan SOP.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Menjelaskan klasifikasi kerusakan kaca kendaraan.


2. Menjelaskan prosedur perbaikan kaca kendaran sesuai dengan SOP.
3. Menjelaskan prosedur melepas dan memasang kaca kendaan sesuai
dengan SOP.

C. Uraian Materi

Kaca depan kendaraan bermotor yang permukaannya kotor karena debu,


kadang kurang diperhatikan, dan akan mengkristal. Selain itu sisa gas buang
dari knalpot atau hasil polusi lain yang mengandung minyak, turut melekat di
kaca. Berbagai kandungan ini mempercepat proses kaca depan menjadi buram.

Terpaan air hujan pada permukaan kaca tak langsung jatuh, sebab kotoran
yang melekat telah membentuk lapisan lunak dan telah bersenyawa dengan
lapisan kaca. Air tak mudah tersapu oleh karet wiper dan melekat di kaca.
Apalagi kalau malam hari, cahaya lampu dari depan menjadi berpendar sehingga
sangat membahayakan bagi pengemudi. Oleh karena itu perlu dilakukan
perawatan sebagai berikut:

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 31


Kegiatan Pembelajaran II

1. Langkah pertama periksa kondisi karet penghapus kaca dari


kemungkinan getas dan retak.
2. Menyiapkan air cadangan dan lap khusus agar bisa membersihkan kaca
belakang untuk mobil yang tidak punya penghapus khusus. Sebelum
memulai penggosokan, kaca dibersihkan dengan air dan lap hingga
benar-benar bebas dari debu. Lalu mulailah menggosok dengan cara
memutar dan tidak statis satu arah.
3. Jangan membersihkan kaca (dengan atau tanpa shampo atau sabun).
langsung di bawah sinar matahari. Beberapa shampo yang
mengandung zat kimia ini akan cepat menyerap di bawah pancaran
sinar matahari, dan masuk ke dalam pori kaca.
4. Lakukan pemolesan dengan alat khusus (cairan pembersih) untuk kaca
yang tergores akibat kristal debu atau gesekan karet wiper.
5. Setiap menambah air di tabung wiper, campurkan cairan shampo
khusus kaca dan usahakan air dan shampo dalam tabung diganti tiap
bulan.

a. Jenis-jenis kerusakan pada kaca depan kendaraan.


Ada beberapa tipe kerusakan kaca depan kendaraan, yaitu :
1) Star Break :
Kerusakan akibat adanya tekanan pada area tertentu.

Gambar 2. 1 Star Break.

32 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

2) Combination Break :
Kerusakan dengan beberapa karakteristik, yaitu, membintang dalam
(Bullseye), crack pendek atau panjang yang berasal dari akibat hantaman
kerikil tajam.

Gambar 2. 2 Combination Break.

3) Bullseye :
Kerusakan yang ditandai dengan kerucut, dipisahkan oleh lapisan luar
dari kaca yang menghasilkan lingkaran gelap. Kerusakan yang paling
umum terjadi disebabkan oleh hantaman kerikil.

Gambar 2. 3 Bullseye.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 33


Kegiatan Pembelajaran II

4) Daisy :
Ini adalah kerusakan non-simetris dan terdiri dari satu atau lebih kerucut
dengan celah-celah radial memiliki penampilan seperti bunga.

Gambar 2. 4 Daisy.

5) Crack :
Celah ini sulit untuk diperbaiki membutuhkan peralatan dan pelatihan
khusus. Tidak dianjurkan untuk memperbaiki retakan yang sudah lama.
Retak kecil, dua atau lebih dapat diperbaiki dengan pengeboran lubang
kecil sepanjang retak

Gambar 2. 5 Crack.

b. Pengertian perbaikan kaca depan kendaraan.

Apa yang dimaksud dengan perbaikan kaca depan kendaraan?


Perbaikan kaca adalah proses sederhana yaitu dengan menyuntikan resin cair ke
daerah kaca depan yang rusak dan memungkinkan untuk memperbaiki, sehingga
memulihkan integritas kaca dan mencegah kerusakan lebih lanjut terjadi.
Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa kaca depan terbuat dari dua bagian
yang terpisah yaitu kaca dengan lapisan laminasi. Laminasi ini adalah lapisan

34 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

tipis PVP lembut dan bening. Laminasi adalah fitur keamanan yang diperlukan
dalam proses manufaktur, yang dirancang untuk mencegah kaca pecah dari
dalam bahkan dari celah, serta mencegah puing-puing kaca melukai pengemudi.

c. Keterbatasan perbaikan.
Baik lokasi dan kondisi kerusakan adalah pertimbangan penting dalam
keputusan untuk memperbaiki .Penggantian dianjurkan jika terjadi salah satu dari
keadaan berikut dibawah ini, yaitu tidak memperbaiki :
1) Kerusakan yang menembus bagian dalam dan lapisan luar dari kaca
laminasi.
2) Kerusakan dengan tiga atau lebih retak panjang berasal dari dampak titik
tunggal.
3) Kerusakan di bagian dalam lite ( layer) dari kaca laminasi.
4) Kerusakan terkontaminasi dengan kotoran yang tidak dapat dihapus
dengan membersihkan.
5) Kerusakan atau perubahan warna pada plastik interlayer.
6) Kerusakan kaca depan di mana fitur negatif yang dipengaruhi oleh
kerusakan dan / atau proses perbaikan.
7) Dalam proses perbaikan teknisi harus berkonsultasi dan mengikuti
rekomendasi pabrikan kendaraan sebelum melakukan perbaikan.
8) Kerusakan dengan ukuran lubang lebih besar dari 3 /8 inci ( 9 mm ).
9) Ujung retak yang bersinggungan lebih dari satu sisi.
10) Stres retak.

d. Proses yang akan diikuti oleh teknisi.

CATATAN :
Semua langkah yang diberikan dalam pasal ini harus dilakukan sesuai dengan
petunjuk yang disarankan produsen kecuali instruksi yang bertentangan dengan
standar.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 35


Kegiatan Pembelajaran II

Dalam rangka untuk memastikan perbaikan terbaik, teknisi akan melakukan hal
berikut :
 Periksa kerusakan baik dari dalam maupun luar kaca untuk menentukan
apakah kerusakan dapat diperbaiki.
 Hilangkan kelembaban, kotoran, benda asing, kaca longgar, dan
kontaminasi dari daerah yang rusak.
 Jika suhu kaca di luar kisaran yang direkomendasikan, perlu dilakukan
pendinginan atau menghangatkan kaca yang sesuai.
 Akses kerusakan melalui probing atau pengeboran.
 Lindungi resin dari curing prematur.
 Hilangkan udara, baik dengan vakum, dan isi celah yang kosong dengan
resin.
e. Perbaikan retak.
 Mengisi retak dengan resin yang sesuai.
 Tempatkan setitik resin di atas retakan.
 Selesai perbaikan retak untuk meratakan dengan kaca.
 Periksa perbaikan retak.

f. Pemeriksaan kualitas perbaikan oleh teknisi.


1) Perbaikan tersebut harus diperiksa secara visual dari posisi pengemudi
di dalam kendaraan.
2) Perbaikan harus tidak menghamburkan cahaya yang signifikan, kotoran,
kontaminan jalan, kantong udara, dan cacat optik lainnya yang dapat
mempengaruhi pandangan yang tepat dari kendaraan.
3) Perbaikan seharusnya tidak mengganggu kerja dari wiper kaca depan.

g. Peralatan yang diperlukan.


1) Windshield Removal.
Berfungsi : Melepas kaca (pemasangan dengan lem).

36 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Gambar 2. 6 Windshield Removal.

2) Bulls-eye, Star Chip Glass Repair Kit.


Berfungsi : Memperbaiki kerusakan jenis Bullseye.

Gambar 2. 7 Bulls-eye, Star Chip Gass Repair Kit.

3) Carbide GLASS DRILL BIT.


Berfungsi : Melubangi kaca.

Gambar 2. 8 Carbide Glass Drill Bit.

4) Bridge & Injector .

Berfungsi : Sebagai dudukan injector resin.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 37


Kegiatan Pembelajaran II

Gambar 2. 9 Bridge & Injector.


5) UV Lamp.
Berfungsi : digunakan untuk segala perbaikan sistem kaca yang
menggunakan resin uv.

Gambar 2. 10 UV Lamp.
6) Sheets / Razor Blade.
Berfungsi : Digunakan untuk membersihkan dampak area (pit) setelah
perbaikan dilakukan.

Gambar 2. 11 Sheets / Razor Blade.

38 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

7) Suction Cup.
Berfungsi : Untuk pegangan yang aman.

Gambar 2. 12 Suction Cup.


8) Pump Glass.
Berfungsi : Untuk menginjeksikan resin pada retakan kaca.

Gambar 2. 13 Pump Glass.


9) Mini Drill.
Berfungsi : Mesin bor

Gambar 2. 14 Mini Drill.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 39


Kegiatan Pembelajaran II

10) Glue Urethane Autoglass.


Berfungsi : Lem perekat kaca berbasis urethane.

Gambar 2. 15 Glue Urethane Autoglass.

11) Trim Glue Remover Glass Knife


Berfungsi : Memotong lem pada proses pelepasan kaca kendaraan

Gambar 2. 16 Trim Glue Remover Glass Knife.

12) Manual Expanding Caulking Gun.


Berfungsi : Memasang auto sealent.

Gambar 2. 17 Manual Expanding Caulking Gun.

40 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

h. Memperbaiki kerusakan kaca sesuai dengan jenis kerusakannya :


1) Menentukan apakah perbaikan atau penggantian yang diperlukan terhadap
kaca depan yang rusak. Karena perbaikan kaca adalah pekerjaan khusus,
diperlukan pengetahuan dan ketrampilan untuk mengevaluasi risiko dalam
memperbaiki kaca depan.
Beberapa tindakan yang diperlukan sebelum memutuskan memperbaiki
atau mengganti kaca depan yang rusak.
a) Periksa apakah ada kontrak dengan perusahaan asuransi perihal
perbaikan. Biaya perbaikan atau penggantian sangat bervariasi
tergantung pada lokasi , asuransi, dan jenis kaca

Gambar 2. 18 Cek Data.

b) Periksa kerusakan pada tepi kaca depan. Retak atau chip di tepi
struktur kaca depan menjadi perhatian utama, meskipun setelah kaca
mengalami perbaikan.

Gambar 2. 19 Periksa Kerusakan Tepi.

c) Jika kerusakan terjadi pada area pandangan pengemudi, hal ini dapat
mengganggu selama mengemudi. Daerah yang paling berbahaya

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 41


Kegiatan Pembelajaran II

adalah 12 inchi2 (30 cm2) berpusat di depan kemudi. Penggantian


dianjurkan jika daerah ini rusak. Pola kerusakan dapat membuat blind
spot bagi pengemudi, mengaburkan garis pandang dari kedua mata
pengemudi.

Gambar 2. 20 Kerusakan Di Daerah Pengemudi.

d) Mengukur panjang retak. Jika panjang retak kurang dari 6 inci (15 cm)
maka kaca dapat diperbaiki.

Gambar 2. 21 Mengukur Panjang Retak.

e) Jika ada dua atau lebih retak, maka dipastikan penggantian kaca
depan yang baru.

Gambar 2. 22 Memastikan Kerusakan Kaca.

42 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

2) Mengkaji retak dan penyok.


Kerusakan dari dampak, bisa atau tidak bisa untuk diperbaiki. Hal ini
tergantung pada bentuk dan ukuran.

Gambar 2. 23 Mengkaji Kerusakan Kaca.


a) "Bullseye" area retak harus berdiameter lingkaran kurang dari 1 inci
(2,5 cm).
b) " Star break," titik dampak sebaran retakan, dalam radius lingkaran 3
inci2 (7,5 cm2).
c) Bentuk lain titik dampak sebaran retakan, dalam radius lingkaran
dalam 2 inci2 (5 cm2).
d) Periksa kedalaman kerusakan. Jika retakan meluas melewati lapisan
plastik dalam atau lapisan interior, ganti kaca depan dengan yang
baru.

3) Prosedur perbaikan kaca depan jenis kerusakan sesuai dengan SOP:


a) Jenis kerusakan “Crack”
Prosedur perbaikan sesuai dengan SOP :
 Gunakan bridge & injector kit , karena lebih stabil dari pada
menggunakan jarum suntik.

Gambar 2. 24 Penggunaan Injektor Kit.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 43


Kegiatan Pembelajaran II

 Gunakan sinar matahari atau lampu UV. Anda akan mengisi celah
dengan resin yang perlu dikeringkan dengan sinar ultraviolet. Jika
hari tidak cerah, gunakan lampu UV untuk mengeringkan.

Gambar 2. 25 Pengeringan Dengan UV.

 Keluarkan pecahan kaca. Gunakan logam tipis untuk


mengeluarkan pecahan kaca kecil dari retakan.

Gambar 2. 26 Membersihkan Pecahan Kaca.

 Pakailah sarung tangan saat menangani pecahan kaca.

 Bersihkan dan keringkan kaca depan. Kaca depan harus benar-


benar kering sebelum dikerjakan. Jika ada debu di celah-celah
retakan bersihkan dengan blower debu, atau aseton (cairan
ringan). Jika kaca basah, keringkan dengan dryer.

44 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Gambar 2. 27 Membersihkan Kaca Dengan Kain Kering.

 Mengatur Bridge & Injector Kit. Lakukan pemeriksaan berikut :


 Identifikasi jarum suntik atau barel di mana kita menempatkan
resin, dan tutupnya.
 Cari dial atau baut yang digunakan untuk mengatur tekanan.
 Periksa petunjuk untuk cara mengoperasikannya.

Gambar 2. 28 Menyesuaikan Jarum Injektor Dengan Retakan.

 Tekan lubang jika perlu. Ini adalah langkah dengan risiko terbesar
menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Untuk menekan lubang,
tempatkan bullseye tapper. Tekan dengan lembut sampai lubang
kecil muncul.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 45


Kegiatan Pembelajaran II

Gambar 2. 29 Menekan Lubang Retakan.

 Tempatkan resin ke dalam Bridge & Injector Kit. Dalam


kebanyakan kasus, Anda hanya perlu beberapa tetes resin.

Gambar 2. 30 Menempatkan Resin Pada Injektor.

 Tempatan Bridge & Injector Kit untuk memperbaiki retak. Lumasi


vakum cap, sehingg dapat meluncur di kaca. Atur posis vakum cap
sehingga ujung Bridge & Injector Kit di atas lubang di ujung retak.
Kencangkan sampai menekan lembut terhadap kaca.

Gambar 2. 31 Menempatkan Bridge & Injector Kit Pada Kaca.

46 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

 Tempatkan resin pada awal retak. Pindahkan Bridge & Injector Kit
antara 2-3 inci (5-7,5 cm) sepanjang retak. kemudian membiarkan
resin masuk ke dalam celah. Geser bolak-balik diatas retak dan
pastikan resin masuk ke dalam.

Gambar 2. 32 Menempatka Resi Pada Awal Retakan.

 Pindahkan Bridge & Injector Kit ke retakan yang lain, setelah anda
yakin resin masuk kedalam retakan.

Gambar 2. 33 Memindahkan Bridge Ke Retakan Lain.

 Isi lubang dan penyok dengan resin yang lebih tebal. Atur posisi
ujung Bridge & Injector Kit atas chip, dan gunakan sistem vakum /
tekanan sampai resin mengisi penyok sepenuhnya.

Gambar 2. 34 Mengisi Lubang Dengan Resin

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 47


Kegiatan Pembelajaran II

 Mengeringkan resin. Keringkan resin di bawah sinar matahari


penuh atau di bawah sinar ultraviolet. Ini bisa berlangsung selama
30 sampai 120 menit, tergantung pada merek dan kekuatan sinar
ultraviolet.

Gambar 2. 35 Mengeringkan Dengan UV Selama 120 Menit.

 Mengikis kelebihan resin sepanjang permukaan kaca dengan


menggunakan silet sampai kaca depan halus. Jika kaca depan
buram atau retak masih cukup terlihat, maka ulangi lagi dengan
resin refinishing khusus. Lap bersih dengan pembersih kaca
setelah Anda selesai.

Gambar 2. 36 Mengikis Kelebihan Resin

b) Bull.s Eye.
Prosedur perbaikan dengan SOP :
 Periksa kerusakan.

48 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Gambar 2. 37 kerusakan Jenis Bulls Eye.

 Periksa kerusakan dengan cermin perbesar sampai 3x.

Gambar 2. 38 Memeriksa Kerusakan Dengan Kaca Pembesar.

 Bersihkan titik dampak atau lubang dengan baja pengorek.

Gambar 2. 39 Membersihkan Kerusakan Kaca.

 Meniup partikel debu bebas untuk memastikan lubang bersih.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 49


Kegiatan Pembelajaran II

Gambar 2. 40 Membersihkan Dari Debu

 Pastikan bahwa bridge berpusat pada dudukan. Atur sekrup dan


barel sehingga injector terpasang fixe pada
kaca tanpa gangguan.

Gambar 2. 41 Memastikan Bridge Berpusat Pada Dudukan.

 Dorong tuas untuk mengunci jepit bawah bridge di tempat.


Pusatkan laras injector atas lubang.

Gambar 2. 42 Memusatkan Injektor Pada Lubang.

50 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

 Sekrup bawah disetel sampai rata menyentuh kaca.

Gambar 2. 43 Sekrup Disetel Rata Dengan Kaca.

 Sekrup ke bawah laras injector sampai menyentuh kaca. Lepas


plunger injekstor dari tabung.

Gambar 2. 44 Lepas Injekstor Dari Tabung.

 Pasang injector dengan jarum suntik dan isi dengan resin.

Gambar 2. 45 Pasang Jarum Suntik yang Diisi Dengan


Resin.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 51


Kegiatan Pembelajaran II

 Pastikan resin pada bagian bawah laras injektor.

Gambar 2. 46 Pastikan Resin Dibagian Bawah Injektor.

 Masukkan plunger injector dalam posisi vakum. Tarik kembali


kenop, putar 1/4 putaran searah jarum jam, dan kunci di tempat.
Pastikan bahwa piston ditarik.

Gambar 2. 47 injector Dalam Posisi Vakum.

 Sekrupkan plunger injector sampai berhenti.

Gambar 2. 48 Mengencangkan Plunger Injektor.

52 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

 Mulailah siklus pertama tekanan anda. Tahan barel, tarik kembali


plunger dengan sisi lain, putar 1/4 putaran searah jarum jam.

Gambar 2. 49 Siklus Pertama Dimulai.

 Balik tuas pengunci untuk melepas vakum cup. Angkat perlahan


vakum cup dari kaca. Jangan tarik bridge karena dapat merusak
vakum cup dan / atau kaca depan.

Gambar 2. 50 Melepas Bridge.

 Teteskan resin tepat di bawah lubang dan pastikan tidak ada


gelembung udara.

Gambar 2. 51 Teteskan Resin Tepat Di Bawah Lubang.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 53


Kegiatan Pembelajaran II

 Letakkan tab curing di tempatnya. Jangan mendorong pada tab


karena hal ini dapat memaksa resin keluar dari pit. Tujuannya
adalah untuk membuat kubah resin diatas lubang yang akan
dikerok dengan flush.

Gambar 2. 52 Metakkan Tab Curing Di Tempatnya.

 Tempatkan lampu UV selama jeda dan biarkan selama 5 menit.

Gambar 2. 53 Mempatkan Lampu UV.

 Pegang pada sudut 90˚ dan kikis resin flush. Gunakan tekanan
yang kuat, dan cepat. Jangan berhenti di atas area lubang karena
hal ini dapat merusak resin pengisi lubang.

54 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Gambar 2. 54 Mengikis Resin Flush.

 Terapkan setetes pada lubang dengan obat poles. gunakan kain,


handuk atau gabus untuk memoles lubang.

Gambar 2. 55 Terapkan Obat Poles

 Perbaikan selesai dengan hasil rata dan tidak ada udara yang
tersisa dalam tambalan.

Gambar 2. 56 Finishing.
c) Daisy.
Prosedur perbaikan SOP:
 Bersihkan area yang rusak.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 55


Kegiatan Pembelajaran II

Gunakan ujung penitik Bersihkan daerah sekitar retakan dengan


kain kering. Gunakan pembersih kaca jika tersedia. Bila
menggunakan pembersih kaca, semprot pembersih pada kain,
tidak ke daerah yang rusak.

Gambar 2. 57 Membersihkan area yang rusak

 Pasang Adhesive Seal.


Kupas satu sisi Adhesive Seal. posisi lubang pada Adhesive Seal
tepat pada lubang kaca (bagian kaca yang ruak). Pastikan
Adhesive Seal melekat kuat pad kaca.

Gambar 2. 58 Pasang Adhesive Seal.

 Lepas bagian belakang dari Adhesif Seal

56 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Gambar 2. 59 Melepas Bagian Belakang dari Adhesif Seal

 Lepas bagian belakang dari Pedestal dengan mengupas bagian


bawah alas.

Gambar 2. 60 Melepas Bagian Belakang dari Pedestal

 Pasang Pedestal pada adhesive.


Pastikan tab cocok. Tekan sedikit alas pada Adhesif seal dengan
jari-jari di sekitar alas dan tenekan ke bawah untuk memastikan
rekatanya baik.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 57


Kegiatan Pembelajaran II

Gambar 2. 61 Memasang Pedestal pada Adhesive

 Tempatkan UV Resin ke dalam Pedestal.


Dengan menuangkan botol resin ke dalam corong alas dan pencet
botol secara perlahan sampai resin mencapai tingkat seperti pada
gambar dibawah.

Gambar 2. 62 Tempatkan UV Resin ke dalam Pedestal

58 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

 Pasang regulator pada Padestal dengan cara menekan sambil


memutar.

Gambar 2. 63 Pasang Regulator pada Padestal

 Hubungkan selang pada katup injector.

Gambar 2. 64 Hubungkan Selang pada Katup Injector.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 59


Kegiatan Pembelajaran II

 Posisikan plunger dan setel lengan katup. Putar lengan katup ke


kiri

Gambar 2. 65 Setel Lengan Katup.

 Lepaskan pegas pengunci plunger dan tekan tangkai plunger


kedalam barel injector.

Gambar 2. 66 Plunger Barel Injector.

 Tangkai plunger sudah terpasang, posisikan lengan katup pada


posisi kanan atas,

Gambar 2. 67 Tangkai Plunger Ijector.

60 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

 Tahan plunger pada posisi vakum

Gambar 2. 68 Tahan plunger pada posisi vakum.

 Isi Injector Barrel dengan udara. pindahkan tuas katup ke kiri dan
kemudian segera ubah posisi tuas katup ke posisi tegak. Udara
yang masuk ke laras injector menghentikan kevakuman.

Gambar 2. 69 Isi Injector Barrel Dengan Udara

 Pindahkan plunger untuk posisi tekanan.


Pastikan bahwa tuas katup dalam posisi tegak. Pegang injektor
dengan satu tangan, putar plunger, lepaskan klip pegas dari
notch lebih rendah. Tekan plunger dan takik ke atas dengan klip
pegas. lepaskan plunger dan biarkan sampai 10 menit

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 61


Kegiatan Pembelajaran II

Gambar 2. 70 Posisi Plunger.

 Lihat hasil perbaikan dari dalam Kendaraan.


Catatan:
 Jika luka benar-benar penuh dengan resin,
tanpa kantong udara, lakukan ke langkah berikutnya
 Jika luka sebagian diisi ada kantong udara, ulangi langkah dari
awal.

Gambar 2. 71 Pemeriksaan Pengisisan Resin

 Lepaskan semua peralatan pada kaca depan.


 Pengeringan dengan UV Prep.
Tempatkan setetes resin di Pit

62 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Gambar 2. 72 Tempatkan Setetes Resin di Pit

 Tempatkan strip mylar atau plastik diatas area yang diperbaiki.

Gambar 2. 73 Strip Mylar

 Ambil silet dan gerakan ke atas, memuluskan milar tersebut.


Gerakan ke atas akan memastikan bahwa resin mengisi lubang
sampai prosedur pengeringan selesai.

Gambar 2. 74 Pembersih Sisa Resin.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 63


Kegiatan Pembelajaran II

 Pengeringan dengan Lampu UV.


Tempatkan lampu ultraviolet atas area yang diperbaiki dan
nyalakan lampu selama 5 menit. Resin UV akan mengering
(mengeras).

Gambar 2. 75 Lampu Ultraviolet.

 Pengeringan dengan matahari. Jika lampu UV curing tidak


digunakan, tempatkan kendaraan di bawah sinar matahari untuk
mengeringkan resin. Waktu pengeringan akan bervariasi
tergantung pada intensitas matahari.

Gambar 2. 76 Pengeringan Dengan UV.

 Selesai.
Lepas mylar dari are yang diperbaiki. Dengan pisau cukur (razor
blade), membersihkan kelebihan resin dari kaca depan dengan
satu arah saja.

64 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Gambar 2. 77 Membersihkan Kelebihan Resin

d) Star Break or Small Crack


Prosedur perbaikan SOP.

 Mengebor (Drilling).
Tujuan dari pengeboran adalah untuk menciptakan sebuah jalan di
dalam celah untuk menyuntikkan resin.

Gambar 2. 78 Mengebor (Drilling).

 Sebelum kita tempatkan Bridge & Injector Kit di atas kaca,


pastikan injektor dan setscrew lebih tinggi dari vakum cup.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 65


Kegiatan Pembelajaran II

Gambar 2. 79 Injektor dan Setscrew.

 Berikutnya kita dapat melihat lubang tengah daerah yang rusak


melalui pusat injektor. Sekrup injektor diputar searah jarum jam
supaya injektor mendekati lubang, setelah kontak dengan kaca,
putar injektor 3/4 berlawanan arah jarum jam. Lakukan hal yang
sama pada sekrup injector yang lain.

Gambar 2. 80 Sekrup Injektor.

 Mengisi Injector.
Dibutuhkan resin antara 6 sampai 8 tetes tergantung besarnya
retakan.

66 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Gambar 2. 81 Mengisi Injector.

 Kita perlu membantu aliran resin ke ujung luar setiap retak.


Dengan memberikan tekanan langsung pada kaki Bridge &
Injector Kit selama 3 atau 4 detik. Tekanan ini membuka celah,
dan kita akan melihat resin mengalir ke luar, mengisinya.

Gambar 2. 82 Bridge & Injector Kit.


 Pemeriksaan.
Periksa perbaikan dengan melonggarkan injektor sedikit, dan
berputar dari chip atau retak. Semua retakan harus diisi dengan
resin.

D. Aktifitas Pembelajaran.

Peserta diklat membaca dengan seksama uraian materi, jika ada yang kurang
jelas peserta dapat bertanya/mendiskusikan dengan fasilitator.
Peserta mengerjakan tugas dan latihan untuk mengetahui tingkat pemahaman
materi yang dibahas.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 67


Kegiatan Pembelajaran II

Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kemudian melaksanakan tugas yang


ada.

E. Latihan/Tugas

I. Tugas LK 03. Kerjakan soal-soal latihan KP II berikut ini.

Soal pilihan ganda.


1. Kerusakan kaca pada kendaran dapat dikenali jenisnya dengan
melihat lukanya. Pada gambar dibawah dapat digolongkan
kerusakan jenis….

a. Star Break
b. Crack
c. Bullseye
d. Combination Break
2. Gambar dibawah adalah sebuah alat untuk memperbaiki kaca
kendaraan yang rusak, alat tersebut sesuai untu jenis
kerusakan....

a. Bullseye
b. Star Break
c. Crack
d. Combination Break

68 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

3. Jika kita menggosok (memoles ) kaca mobil, maka gerakan yang


benar adalah…
a. Memutar searah
b. Lurus searah
c. Zigzak
d. Lurus bolak-balik
4. Bahan yang digunakan untuk mengisi retakan kaca kendaraan
adalah….
a. Resin
b. Adesif
c. Cersium
d. sealer
5. Ada beberapa komponen yang terdapat pada kaca depan, salah
satunya adalah ....
a. Molding
b. Adhesive
c. Sealent
d. Cavity

II. Tugas LK 04.Buatlah Soal dengan konsep “HOT” KP II.


a) Buatlah tiga soal latihan pilihan ganda yang “HOT”. (Higher Order
Thinking Skill)
b) Panduan membuat soal dengan konsep “HOT” dapat dilihat pada ,materi
pedagogik modul penilaian dan evaluasi pembelajaran kelompok
kompetensi H.
c) Masing-masing soal ditulis di kartu soal.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 69


Kegiatan Pembelajaran II

KISI-KISI PENULISAN SOAL


Satuan Pendidikan :
Mata Pelajaran :
No. Kompetensi Kelas Materi Indikator Bentuk Soal
Dasar
1.
2.
3.
4.

Contoh sosl.

KARTU SOAL
Jenjang : SMK
Mata Pelajaran : Perbaikan Kaca Kendaraan
Kelas/ Smt : XI/1
Kompetensi : Klasifikasi kerusakan kaca kendaraan
Level :2
Materi : Perbaikan, Pelepasan dan Pemasangan Kaca
Kendaran Bermotor.
Bentuk Soal : Pilihan Ganda

Hal yang terpenting dalam pemeriksaan kualitas perbaikan kaca


kendaraan adalah :
a. Perbaikan tersebut harus diperiksa secara visual dari
dalam kendaraan.
b. Perbaikan yang paling baik tidak meninggalkan bekas.
c. Perbaikan harus menghamburkan cahaya yang
signifikan.
d. Hilangkan udara, baik dengan vakum, dan isi dikosongan
dengan resin
Kunci jawaban A

70 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Penjelasan :
Soal di atas termasuk level 2, yaitu menuntut peserta didik memiliki
kemampuan aplikatif (Applying). Untuk dapat menyelesaikan soal ini dengan
benar diperlukan pengetahuan dan pemahaman terhadap materi perbaikan,
pelepasan dan pemasangan kaca kendaran bermotor.dan dapat
mengaplikasikan gagasan-gagasan dan konsep-konsep perbaikan kaca
kendaraan dengan menganalisis informasi.

III. Tugas LK 05. Tugas proyek perbaikan kaca kendaraan.


Lakukan perbaikan salah satu jenis kerusakan kaca sesuai dengan peralatan
yang tersedian dan sesuai dengan prosedur / SOP yang telah
dijelaskan.pada KP II:

F. Rangkuman

Kaca depan kendaraan bermotor yang permukaannya kotor karena debu,


kadang kurang diperhatikan, dan akan mengkristal. Selain itu sisa gas buang
dari knalpot atau hasil polusi lain yang mengandung minyak, turut melekat di
kaca. Berbagai kandungan ini mempercepat proses kaca depan menjadi buram.
Terpaan air hujan pada permukaan kaca tak langsung jatuh, sebab kotoran
yang melekat telah membentuk lapisan lunak dan telah bersenyawa dengan
lapisan kaca. Air tak mudah tersapu dan melekat di kaca. Apalagi kalau malam
hari, cahaya lampu dari depan jadi berpendar sehingga sangat membahayakan.

Perbaikan kaca adalah proses sederhana yaitu dengan menyuntikan resin cair ke
daerah kaca depan yang rusak dan memungkinkan untuk memperbaiki, sehingga
memulihkan integritas kaca dan mencegah kerusakan lebih lanjut terjadi.
Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa kaca depan terbuat dari dua bagian
yang terpisah yaitu kaca dengan lapisan laminasi. Laminasi ini adalah lapisan
tipis PVP lembut dan bening. Laminasi adalah fitur keamanan yang diperlukan
dalam proses manufaktur, yang dirancang untuk mencegah kaca pecah dari
dalam bahkan dari celah, serta mencegah puing-puing kaca melukai pengemudi.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 71


Kegiatan Pembelajaran II

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Guru setelah menyelesaikan latihan dalam modul ini diharapkan mempelajari


kembali bagian-bagian yang belum dikuasai dari modul ini untuk dipahami secara
mendalam sebagai bekal dalam melaksanakan tugas keprofesian guru dan untuk
bekal dalam mencapai hasil pelaksanaan uji kompetensi guru dengan ketuntasan
minimal materi 80%.

Setelah mentuntaskan modul ini maka selanjutnya guru berkewajiban mengikuti


uji kompetensi. Dalam hal uji kompetensi, jika hasil tidak dapat mencapai batas
nilai minimal ketuntasan yang ditetapkan, maka peserta uji kompetensi wajib
mengikuti diklat sesuai dengan grade perolehan nilai yang dicapai.

Kunci jawaban
1. Star Break
2. Bullseye
3. Memutar searah
4. Resin
5. Molding

72 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Kegiatan Pembelajaran III


Melepas Dan Memasang Kaca Depan Kendaraan.

A. Tujuan

Setelah belajar materi kegiatan belajar III ini peserta diharapkan mampu
memahami dan melakkukan melepas dan memasang kaca depan kendaraan
bermotor.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Menjelaskan perekat kaca kendaraan.
2. Menjelaskan melepas kaca depan kendaraan sesuai dengan SOP.
3. Menjelaskan memasang kaca depan kendaraan sesuai dengan SOP.
4. Melakukan pelepasan kaca depan kendaraan sesuai dengan SOP.
5. Melakukan pemasangan kaca depan kendaraan sesuai dengan SOP.
6. Menjelaskan defogger (anti embun kaca).

C. Uraian Materi

1. Adhesive (perekat).
Adhesive adalah lem perekat yang dapat berbentuk cair ataupun pasta. Setelah
menjadi kering, adhesive ini akan berubah mengeras menjadi seperti material
karet. Penggunaan adhesive pada kendaraan sangat banyak, pada sambungan
rivet, kaca kendaraan ataupun baut dan mur yang jarang dibongkar pasang
maka baut dan mur diberi adhesive. Untuk beberapa bagian tertentu, proses
menggunakan adhesive akan lebih cepat dan dapat menurunkan biaya
produksi. Selain itu dengan menggunakan adhesive maka komponen akan
terlindung dari kebocoran air yang akan masuk ke dalam kendaraan yang
dapat menyebabkan korosi.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 73


Kegiatan Pembelajaran III

Gambar 3. 1 Adhesive.

Gambar 3. 2 Adhesive Gun.

Gambar 3. 3 Adhesive High Themperatur.

Gambar 3. 4 Adhesive High Themperatur Gun.

74 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Ketika kita akan memasang kaca depan (mengganti), maka kita harus tahu pasti
perekat pada bingkai kaca yang tertinggal, apakah butyl, silicon atau poliuretan.
Namun, jika bahan sisa pada bingkai kaca adalah butil atau silikon, maka harus
benar-benar dibersihkan. Karena perekat kaca poliuretan tidak dapat menyatu
dengan butyls atau silikon. Jika dibiarkan di permukaan, bahan-bahan ini bisa
mengganggu daya rekatnya.

Bagaimana bisa menentukan jika itu adalah perekat polyurethane atau bukan ?
Tekan dengan kuku ke dalam sisa bahan perekat yang tersisa .
 Jika itu adalah poliuretan, maka tidak akan bisa tertekan (tidak ada lekukan
ke dalam bahan).
 Jika itu adalah butil atau silikon, maka bisa ditekan (ada lekukan ke dalam
bahan). di dalamnya dan tidak kembali ke bentuk aslinya.
Jika masih belum dikenali:
Kita potong panjang material sisa dan menariknya.
 Jika itu adalah poliuretan, kita perlu tenaga yang besar untuk menariknya
dan memutuskanya.
 Jika itu adalah silikon, maka kita dengan mudah untuk meregangkan, tanpa
memerlukan banyak tenaga.
 Jika itu adalah butil, maka kita akan sangat mudah menarik dan
memutuskannya.

Polyurethane adalah sebagai solusi untuk beberapa tantangan dalam memasang


kaca mobil, menyeimbangkan standar keselamatan dan permintaan pelanggan.
Selain keamanan, perekat polyurethane juga membantu mengurangi kebisingan,
meningkatkan kestabilan kendaraan dan kinerja, dan memberikan parapat yang
kedap air di sekitar kaca.

Dalam rangka memenuhi standar keamanan kritis dan memenuhi kriteria desain
kendaraan, produsen membutuhkan sistem perekat yang tidak hanya di bawah
kondisi ekstrim dari tabrakan mobil, juga tetap cukup fleksibel sehingga kaca
tidak mudah pecah di bawah tekanan, kontraksi dan gerakan kendaraan lain
selama kendraan bergerak. Urethan juga sangat tahan lama terhadap degradasi
UV.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 75


Kegiatan Pembelajaran III

Jenis Perekat Kekuatan tarik

Butyl 12-18 psi

Silicon 110-125 psi

Urethane >500 psi

Tabel 3. 1 KekuatanTarik Jenis-Jenis Perekat

Bagaimana Urethane bekerja (mengering).


Untuk memahami Urethane bekerja (mengering), mekanik harus memahami
dasar kimia polyurethane dan bagaimana kondisi lingkungan mempengaruhi
proses pengeringan.

Sementara banyak produk perekat uretan yang berbeda ada, tetapi semua
sama dalam struktur kimianya menggabungkan kelompok Iso-Cynate. Kelompok
ini terdiri dari Nitrogen, Karbon dan Oksigen. Dalam proses pengeringan,
kelompok Iso-Cynate ini bersenyawa satu sama lain untuk membentuk padat,
seperti karet (urethane bead).

Kesalahpahaman yang umum dalam masyarakat umum adalah bahwa suhu


merupakan faktor utama yang mempengaruhi proses pengeringan. Yang benar
adalah bahwa suhu tidak mempengaruhi laju reaksi, tetapi kelembaban di udara
memainkan peran yang lebih besar karena merupakan salah satu dari reaktan.
Jika kelembaban (H2O) tidak ada, kelompok iso-cyanate tidak akan bereaksi.
Inilah sebabnya mengapa urethane tidak mengering dalam kemasan di mana
kelembaban tidak ada.

Kelembaban Kadar air


Temperatur
relatif (%) (grams/m³)

100% 6.00

75% 4.50
95°F (35°C)
50% 3.00

25% 1.50

76 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

100% 3.00

75% 2.25
75°F (24°C)
50% 1.50

25% 0.75

100% 1.50

75% 1.13
55°F (13°C)
50% 0.75

25% 0.38

100% 0.75

75% 0.56
35°F (1.5°C)
50% 0.38

25% 0.19

Tabel 3. 2 Hubungan Temperatur, Kelembaban dan Kadar Air

Grafik di atas menggambarkan betapa kelembaban udara berlaku pada


temperatur yang berbeda dan tingkat kelembaban relatif.
Perhatikan bahwa pada 75 ° F (24 ° C) dan kelembaban relatif 25%, udara
menampung 0,75 gram air per meter kubik. Saat udara pada 35 ° F (1,5 ° C) dan
25% Kelembaban Relatif, udara hanya menampung 0,19 gram air per meter
kubik. Namun, pada 35 ° F (1,5 ° C) dan kelembaban relatif 100%, ini melompat
kembali ke 0,75 gram air.
Proses pengeringan urethane juga dipengaruhi oleh suhu udara untuk tingkat
agak lebih rendah. Pengeringan merupakan reaksi endotermik. Ini berarti bahwa
energi yang diserap selama proses reaksi.

2. Melepas dan memasang kaca depan.


Windshield (kaca depan kendaraan) terbuat dari kaca yang aman dan terdiri dari
dua lapisan yang didalamnya terdapat lapisan plastik yang sangat kuat atau
sering disebut dengan laminated safety glass. Windshield terpasang pada

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 77


Kegiatan Pembelajaran III

bodi kendaraan depan menerima beban yang disebabkan oleh angin sebagai
akibat dari aerodinamika kendaraan.
Semakin cepat laju kendaraan, maka beban yang diterima windshield juga
semakin besar. Untuk kendaraan yang telah dirancang untuk kecepatan tinggi,
desain dari kaca kendaraan dibuat landai, sehingga hambatan yang diterima
kendaraan secara keseluruhan juga dapat dikurangi. Sebagai konsekuensinya
volume ruang dalam kendaraan juga berkurang.
Ada beberapa komponen yang terdapat pada kaca depan, yaitu windshield
glass, molding, spacer,retainers, baut-baut dan ada juga yang dilengkapi dengan
weatherstrip.
a. Cara melepas dan memasang kaca depan yang terpasang dengan perekat.
Pada saat melepas kaca depan perlu diketahui metode penempelan kaca
depan pada bodi kendaraan menggunakan karet atau perekat. Kalau
menggunakan perekat, maka harus dipotong dengan pisau atau kawat
seling. Sedangkan kalau menggunakan karet, bisa melepas kaca dari
bagian dalam menggunakan kayu dibuat menyerupai obeng minus.
1) Prosedur pelepasan kaca depan dari bodi.
a) Menggunakan pisau kaca.
 Lepaskan panel menutup kepala.
 Lepaskan moulding kaca.
 Beri tape (isolasi kertas) pada sisi lingkar kaca untuk
perlindungan.

Gambar 3. 5 Posisi Adhesive Pada Kaca.


Keterangan :
1. Windshield.
2. Glue bead.
3. Body aperture.

78 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

4. Fabric adhesive tape.


 Berikan (oleskan) air sabun secukupnya ke lapisan
perekat (urethane).
 Masukkan pisau kaca ke dalam lapisan perekat.

Gambar 3. 6 Memotong Adhesive Pada Kaca.

 Sementara memegang gagang pisau dan tepi di sudut


kanan kaca, jalankan pisau secara paralel di
sepanjang tepi kaca untuk memotong lapisan perekat
(urethane).

Gambar 3. 7 Posisi pisau Pada Karet Kaca.


Keterangan :
1. Body aperture
2. Glue bead
3. Knife
4. Windshield
ANGKAT KELUAR KACA DEPAN MENGGUNAKAN ALAT KHUSUS
(suction cup 513010), lELEPAS MASKING PITA PEREKAT DI
SEKITAR.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 79


Kegiatan Pembelajaran III

Gambar 3. 8 Angkat Kaca dengan Suction Cup.

b) Menggunakan kawat seling.


 Lepaskan panel menutup kepala.
 Lepaskan moulding atap dan moulding depan atas.
 Beri tape (isolasi kertas) pada sisi lingkar kaca untuk
perlindungan.
 Buat lubang di lapisan perekat (urethane) menggunakan bor
atau pisau.
 Masukan kawat seling melalui lubang.
 Tarik kawat dari luar dan dari dalam bergantian untuk
memotong lapisan perekat (urethane).

Gambar 3. 9 Memotong Adhesive dengan Kawat


Seling

PERINGATAN :
 Jangan erat-erat menarik kawat seling ditepi kaca.
 Hati-hati untuk tidak merusak bagian-bagian interior dan
eksterior.

80 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

 Ketika pemotongan di daerah yang dekat dengan panel


instrumen, tempatkan pelindung di atasnya.
2) Kemudian bersihkan sisa karet kaca yang masih menempel di bodi.
Dengan menggunakan alat pembersih dan pisau, bersihkan seluruh
perekat pada bodi dan kaca ketebalan sisa karet maksimal 0.5 – 2 mm.

Gambar 3. 10 membersihkan Karet Sisa.

Gambar 3. 11 Karet Sisa Yang Diijinkan


Keterangan :
1. Adhesive.
2. 0.5 - 2 mm.
3. Dam rubber
4. Glass

3) Cara pemasangan kaca depan.


a) Persiapan.
 Sebelum mulai bekerja bersihkan dan periksa kaca yang akan
dipasang. Periksa kesesuaian dan kualitas kaca terutama goresan
kecil pada kaca atau cacat yang tidak terdeteksi pada saat

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 81


Kegiatan Pembelajaran III

pengiriman dan tidak ditemukan sampai kaca baru akan dipasang


pada kendaraan. Pra-inspeksi dan pembersihan kaca membantu
untuk menghindari dua kesalahan dalam hal ini.

 Dianjurkan untuk menggunakan Vender Covers serta Seat Covers


untuk menutupi kursi sebelum bekerja pada kendaraan.
Memeriksa daerah cat yang rentan terhadap goresan. Jangan
pernah meninggalkan alat atau peralatan pada permukaan yang
dicat, kursi atau dashboard.

Gambar 3. 12 Vender Covers

 Menutupi permukaan yang berdekatan dengan perekat sebelum


pemasangan urethane .

Gambar 3. 13 Memasang Pita.

 Periksa informasi khusus untuk trim dan aksesoris sebelum mulai


membongkar kendaraan. Gasket harus pasang pada kaca baru
setelah persiapan atau setelah pelepasan trims. Selalu memakai

82 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

sarung tangan karet selama pemasangan untuk menghindari


meninggalkan sidik jari.
 Ketika melepas kaca, wiper dan peralatan lainnya dari kendaraan,
disimpan di tempat yang aman untuk menghilangkan resiko
kerusakan.

Gambar 3. 14 Pengamanan Komponen.

 Periksa informasi kendaraan untuk trim dan aksesoris.


 Memastikan ketersediaan semua suku cadang dan aksesoris yang
diperlukan.
 Hati-hati melepas semua trims dan aksesoris yang dipasang dan
menyimpannya di tempat yang aman.
 Periksa untuk karat dan korosi.
Ketika selama pembersihan sisa uretan periksa juga bingkai kaca
dari karat dan korosi, seorang mekanik sering melihat tanda-tanda
karat dan korosi (keropos), terutama pada kendaraan yang lebih
tua di mana karat terjadi bawah kaca, atau di kendaraan yang
mana kaca depannya telah diganti sebelumnya.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 83


Kegiatan Pembelajaran III

Gambar 3. 15 Korosi.

Karat serius dapat membahayakan kesempurnaan penggantian


kaca jika tidak diperbaiki dengan benar. Ini akan menghambat
ikatan antara uretan dengan bingkai kaca karena melemahnya
logam itu sendiri. Karat harus dibuang dengan benar setiap kali
ditemukan untuk menjamin keamanan bagi pengguna kendaraan.

Gambar 3. 16 Bingkai Kaca.

 Menggunakan kain lap kering dan bersih oleskan Aktivator PRO


pada seluruh bagian bingkai kaca. Oleskan dalam satu arah saja.
Biarkan selama setidaknya 3 menit.

84 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Gambar 3. 17 Membersihkan Bingkai Kaca.

b) Pemasangan.
 Pasang penyangga jarak (Buffers Spacer):ada dua jenis buffer
spacer yang berbeda. Ini berfungsi untuk menjaga ketepatan
posisi pemasangan kaca.
 Spacer persegi untuk soper tinggi kaca.
 Spacer setengah lingkaran untuk jarak untuk bead urethane
(A) 3,8 mm.

Gambar 3. 18 penyangga Jarak.

 Tempel spacer persegi (1) pada jarak (A) terhadap lubang saluran
air (2), posisi specer persegi bisa di sebelah kiri / kanan. (A) 5 mm

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 85


Kegiatan Pembelajaran III

Gambar 3. 19 Pemasangan Penyangga jarak.


 Pasang spacer persegi (1) ke pusat rongga (2).

Gambar 3. 20 Pemasangan Spacer.


 Potong nozzle dengan dimensi ukuran :
(A) 7 mm.
(B) 10 mm.
Catatan:
Gunakan Cartridge Gun (dioperasikan secara pneumatik atau
elektrik, dan periksa tanggal kadaluarsanya.

Gambar 3. 21 Profil Cartridge Gun


 Jika perlu, uji coba dahulu bagaimana bentuk dari bead sebelum
urethane diaplikasikan pada bongkai kaca.

86 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Cartridge harus pada posisi tegak lurus terhadap bingkai kaca


depan.
Catatan:
Kurang lebih . 1 1/4 Cartridge urethane yang diperlukan untuk satu
kaca depan.

Gambar 3. 22 Aplikasi Cartridge Gun

 Bentuk bead urethane :


(A) 7 mm., (B) 10 mm.
Peringatan!
Buatlah bead urethane secepat mungkin (dan seragam) dan
pasang kaca depan. Waktu pembentukan bead urethane
maksimum 10 menit. Jaga jarak (X) terhadap tepi kaca, mengacu
pada pengukuran (A) ke (C).

Gambar 3. 23 Ukuran Bead Urethane.

Bentuk bead urethane sangat penting untuk menjamin bahwa tidak


ada gelembung udara yang terperangkap antara perekat
(urethane) dan kaca atau bingkai kaca ketika kaca dipasang.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 87


Kegiatan Pembelajaran III

Bentuk segitiga merupakan satu-satunya bentuk yang sangat


cocok dalam hal ini.

Gambar 3. 24 Profil Bead Urethane yang Benar (Segi Tiga).

puncak segitiga adalah titik pertama kontak. Saat kaca diturunkan


maka bagian atas segitiga didorong ke dalam bead urethane. Hal
ini mencegah udara terjebak pada bead urethane .

Gambar 3. 25 Profil Bead Urethane yang Salah (Persegi).


Lain halnya jika berbentuk persegi bisa menimbulkan lekukan
pada setiap kontak antara bead urethane dengan kaca atau
bingkai kaca. Hal ini dapat menciptakan kantong udara yang dapat
mengakibatkan kebocoran atau kegagalan perekat dalam
tabakran.

Gambar 3. 26 Profil Bead Urethane yang Salah (Bulat).

Masalah yang sama terjadi pada bentuk bead urethane bulat


setiap kontak akan menciptakan kantong udara.
 Aplikasi perekat (Urethane) dan prosedur sambungan jalur
urethane.

88 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Kebocoran paling sering terjadi pada sambungan jalur bead


urethane bertemu. Sambungan (pertemuan) yang tidak tertutup
dengan benar dapat mengakibatkan kebocoran air atau udara.
Metode terbaik untuk mengurangi kebocoran dan udara adalah
dengan merencanakan lokasi sambungan bead urethane. Kita
harus berusaha untuk meletakkan bead urethane tanpa putus di
bagian atas kaca dan bawah sisi kaca bagian penumpang untuk
mencegah kebocoran air dan udara dan untuk menyerap dampak
penyebaran airbag pada saat terjadi tabrakan.
 Aplikasi bead urethane pada kaca.
o Mulai menerapkan urethane di bagian bawah di tengah
sisi pengemudi.
o Lanjutkan sepanjang bagian bawah kaca, kemudian naik
dibagian atas kaca, dan sepanjang diatas pengemudi.
o Lanjutkan menerapkan perekat (urethane) turun sampai
bagian bawah kaca sampai bertemu bead urethane pada
saat awal pemberian bead urethane. Tumpang tindih
perekat (urethane) sekitar 1 ".

Gambar 3. 27 Jalur Bead Urethane pada Kaca.


 Aplikasi bead urethane pada bingkai kaca.
o Mulailah menerapkan (urethane) di bagian bawah kaca
depan di tengah sisi pengemudi pada bingkai kaca
tersebut. Terapkan perekat di bagian bawah kaca sampai
berhenti sekitar 3 inchi dari sudut di sisi penumpang dari
kendaraan.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 89


Kegiatan Pembelajaran III

o Pada bagian yang lain terapkan perekat di bagian bawah


kaca depan di tengah sisi pengemudi pada rangka
tersebut.
o Pada sisi pengemudi terapkan perekat (urethane)
sepanjang bingkai kaca atas, sampai daerah penumpang,
turun ke pillar, dan sepanjang bagian bawah bingkai kaca,
tumpang tindih bead kurang lebih 1 inchi

Gambar 3. 28 Urutan Jalur Bead Urethane.

 Menjaga jarak bead urethane (A) untuk gasket sisi atas, (B)
sisi samping dan (C) sisi bawah di sepanjang tepi kaca.
Peringatan!
Pastikan bahwa saluran drainase air tidak tertutup dengan
urethane. (A) 1 mm, (B) 2 mm, (C) 4 mm.

Gambar 3. 29 Drainase.
Catatan:
Tempatkan pita perekat plastik (1) harus bebas minyak dan
debu. Melampirkan dua buah pita perekat plastik (1) untuk
atap pada jarak (A) 250 mm
Panjang pita perekat plastic : 400 mm

90 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Lebar pita perekat plastic : 50 mm

Gambar 3. 30 Pita Perekat.


 Menggunakan alat khusus Suction Cup , pertama kaca posisi di
atas, diselaraskan merata di atu sisi, kemudian di bagian bawah
dan tekan. Tekan kaca atas sampai menekan urethane dan
seragam. Kaca aman di posisi ini ditahan dengan dua pita perekat
plastik, kemudian menyelaraskan tanda pada molding (B) dengan
takik pad kaca (A) dan kemudian tekan secara merata.

Gambar 3. 31 Pemasangan Kaca.

Gambar 3. 32 Tanda Pemasanan Kaca.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 91


Kegiatan Pembelajaran III

.
 Saat memasang kaca (4), periksa apakah posisi kaca lebih rendah
terhadap panel atap dari luar (1). Ini adalah satu-satunya cara
untuk memastikan posisi bibir seal (2) dan atap (pencegahan
suara angin). Periksa posisi pemasangan kaca (4) di tengah-
tengah lebar kaca dengan alat khusus 51 3 210; clearance (A)
diperbolehkan.
Dimensi :
Jendela standar = sebutan "N": (A) = 0 - 1,5 mm.
Jendela Anti-pencuri = sebutan "S": (A) = 0 - 0,6 mm

Gambar 3. 33 Pengukuran Jarak Pemasanagn Kaca.

 Kaca depan plastik dapat ditemukan pada kendaraan seperti :


 Kendaraan/alat dalam gedung.
 Kendaraan tujuan khusus (BGS, Polisi).
 Konstruksi kendaraan ringan.
Bahannya adalah PMMA (Polimetilmetakrilat) dan PC
(Polycarbonate). diproses secara manufaktur, banyak lembaran
polikarbonat yang dilapisi dengan bahan tahan gores. Tidak
seperti kaca standar, kaca depan plastik memiliki
koefisien ekspansi termal lebih tinggi, sehingga terjadi gerakan
yang lebih besar (ekspansi) jika terjadi perubahan temperatur.
Selain itu, kaca depan plastik tidak memiliki lapisan perlindungan

92 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

terhadap UV. Untuk alasan ini, prosedur berikut harus diikuti ketika
memasang kaca depan plastik.

Tahap Bersihkan daerah Membersihkan


1 ikatan dengan Scotch lapisan tahan gores
Brite atau Pad
Abrasif
Tahap Menghilangkan debu Permukaan yang
2 (Catatan : tanpa bersih dari debu.
menggunakan minyak
gunakan udara
bertekanan atau lap
dengan handuk kertas
yang bersih).
Tahap Aplikasikan Aktivator Permukaan bersih
3 PRO, diamkan dan siap.
selama 3 menit.
Tahap Aplikasikan Primer- Menciptakan
4 206 G+P.,diamkan permukaan yang
selama 10 minutes. cocok untuk
pengeleman.
Tahap Aplikasikan Sikaflex- Pengeleman
5 222 UV. Ketebalan
lapisan menurut tabel
di bawah ini.

Tabel 3. 3 Tahap-Tahap Aplikasi Adhesive

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 93


Kegiatan Pembelajaran III

Panjang Segitiga Bead Dimensi Perekat


Windshield yang diperlukan Bead

L [m] H [mm] B [mm] D [mm] B [mm]

0.5 8 6 3 8

1.0 8 8 4 8

1.5 12 10 6 10

2.0 16 12 8 12

Tabel 3. 4 Bentuk Dan Ukuran Bead Adhesive

b. Cara melepas dan memasang kaca depan yang terpasang dengan karet
kaca.
1) Cara melepas kaca depan.
 Lepas semua asesoris dalam dan kaca cermin dalam di
dekat kaca depan.

Gambar 3. 34 Assesories Interior.

94 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

 Lepas lengan wiper dari porosnya.

Gambar 3. 35 Melepas Wiper.

 Lepas semua asesoris stainlees dari mobil (jika ada).

Gambar 3. 36 Melepas Assesoris Eksterior.

 Menggunakan obeng atau alat lain yang cocok, ungkit


(congkel) karet kaca depan dari bingkai kaca bagian dalam
kaca depan.

Gambar 3. 37 Mencongkel Karet Kaca dari Dalam.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 95


Kegiatan Pembelajaran III

 Lakukan dari dalam mobil menggunakan tangan Anda,


dorong kaca depan dari frame (kaca depan pembukaan),
untuk melonggarkannya kemudian tarik-dorong kaca
depan keluar dari mobil. biasanya karet kaca tetap
melekat kaca depan .

Gambar 3. 38 Melepas Kaca Depan.

Gambar 3. 39 Mengangkat Kaca Depan.

2) Cara memasang kaca depan.


 Menggunakan pisau dempul, bersihkan puing-puing sealer
yang ada di sepanjang bingkai jendela. Jika perlu kita
gunakan kain dan pembersih lem, supaya karet kaca baru
dapat menutup dengan baik.

96 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Gambar 3. 40 Membersihkan Kotoran Pada Bingkai Kaca.


 Pastikan kita melakukan pekerjaan yang berkualitas dalam
hal membersihkan bingkai kaca (perhatikan pada setiap
sudut karena kebocoran sering terjadi), mengambil Strip calk
tempelkan pada bekas lasan. Pasang Strip calk sepanjang
jalur bingkai.

Gambar 3. 41 Strip Calk.


 Ketika memasang Strip Calk, atur seal kaca depan di bawah
sinar matahari untuk menghangatkan sehingga lebih mudah
kita bekerja.

Gambar 3. 42 Pemasangan Strip Calk.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 97


Kegiatan Pembelajaran III

 Ketika kita siap untuk memulai memasang, lipat karet


kaca di tengah. sirip saluran di atas dan saluran yang lain
di bagian bawah.

Gambar 3. 43 Karet Kaca.


 Mulailah pada salah satu sudut bawah, pertahankan
karet kaca berpusat dan geser ke semua jalur, dari bagian
bawah dan dari sisi atas. Pertahankan karet kaca
berpusat. Karet kaca mungkin mulai kencang pada saat
semua karet sudah terpasang pada kaca.

Gambar 3. 44 pemasangan Karet Kaca.

Gambar 3. 45 Penepatan karet Kaca.

98 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

 Pasang tali yang sudah di basahi air sabun pada saluran


luar keret kaca, di mulai dari bagian bawah sampai
bertemu lagi, gunakan tali dari bahan kapas, karena tidak
rusak cat atau karet kaca, kuat, lembut dan bersifat tidak
abrasif, seperti tali dari bahan yang sama lainnya. setelah
kita pasang kaca depan ke bingkai kaca. Kita akan
menarik tali dari dalam mobil.

Gambar 3. 46 Pemasangan Tali Pada Karet Kaca.

Gambar 3. 47 Penempatan Tali sepanjang Kaca.

 Setelah sekeliling karet kaca dipasangi tali, maka


panjang tali sampai ujung bagian bawah tengah kaca
depan masih tersisa kurang lebih 10 cm .

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 99


Kegiatan Pembelajaran III

Gambar 3. 48 Sisa Tali Pada Bingkai Kaca.

 Dengan bantuan seorang dari luar, tahan kaca depan


sambil menempatkan ke alur kaca pada bodi dan tekan
kaca ke dalam. Titik tengah kaca depan tepat dengan titik
tengah pembuka kaca depan.

Gambar 3. 49 Sisa Tali yang Akan ditarik Untuk Memasang


Kaca.
 Kemudian pasangkan kaca depan dengan menarik ujung
tambang dibagian tengah kaca dari bagian dalam bodi
hingga karet kaca terkait ke alur kaca pada bodi
kendaraan sepenuhnya.

Gambar 3. 50 Menarik Tali.

100 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Gambar 3. 51 tarik tali sampai Kaca Terpasang.

3. Kaca Belakang
Bentuk dari kaca belakang kendaraan mobil yang satu dengan lainnya memiliki
berbagai perbedaan, baik dalam hal ukuran dan permukaannya. Ada yang datar,
ada yang melengkung, ada yang lebar, ada yang kecil. Ada yang terdiri dari 2
bagian, tetapi ada yang hanya satu bagian seperti pada kaca depan.
Cara pemasangannya juga beraneka macam, seperti halnya dengan windshield
(kaca depan). Ada yang menggunakan lem khusus, ada juga yang
menggunakan karet. Begitu juga cara melepas dan memasang kaca belakang
juga hampir sama dengan cara yang dilakukan pada windshield.
Hanya saja, untuk beberapa kendaraan tertentu, ketika melepas atau memasang
kaca belakang tidak bisa dikerjakan pada sisi bagian dalam kendaraan, karena
konstruksi bodi misalnya. Oleh karena itu diperlukan alat bantu untuk
memegang kaca dari bagian luar, yaitu dengan vacuum cup. Selain itu pada
saat melepas dan memasang kaca belakang, beberapa kendaraan dilengkapi
dengan defogger (elemen pemanas untuk menghilangkan kabut kaca belakang
yang akan mengganggu pandangan pengemudi terhadap benda/ kendaraan di
belakangnya). Komponen ini dipasang menempel pada kaca yang dihubungkan
dengan kabel di bagian tepi dari kaca belakang kendaraan. Jadi sebelum kaca
dilepas, kabel ini terlebih dahulu harus dilepaskan,

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 101


Kegiatan Pembelajaran III

Gambar 3. 52 Kompnen Kaca Belakang.

4. Defogger / defroster.
Defogger atau defroster adalah sistem untuk membersihkan kondensasi atau
pengembunan dari kaca depan, kaca belakang dan jendela samping dari
kendaraan bermotor. Ada dua sistem defogger yaitu defogger primer dan
defogger sekunder.

Gambar 3. 53 Kabut pada Kaca.


a) Sistem defogger primer.
 Sistem defogger primer yang pertama, adalah panas yang
dihasilakan oleh mesin kendaraan melalui air pendingin
disalurkan ke heater core (semacam radiator) yang berada di
ruang penumpang, kemudian udara ditiupkan melalui kisi-kisi
heater core dan kemudian disalurkan dan didistribusikan ke

102 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

permukaan kaca bagian dalam dengan blower. Sehingga tidak


terjadi pengembunan di sekitar kaca karena udara disekitar
kaca menjadi lebih hangat.

Gambar 3. 54 heater core

 Metode defogger primer yang kedua adalah dengan


mengeringkan udara atau mengurangi kelemban udara. Metode
ini secara otomatis akan terjadi jika kita menhidupkan AC
kendaraan. Metode ini adalah yang lebih efektif dan lebih cepat,
untuk meghilangkan embun pada permukaan kaca bagian
dalam.

b) Defogger sekunder, seperti yang digunakan pada kaca belakang


kendaraan terdiri dari serangkaian paralel konduktor linear pada kaca.
Ketika arus listrik dialirkan, konduktor ini akan memanas dan akan
menguap kondensasi pada kaca. Konduktor ini terdiri dari bahan
perak-keramik dicetak dan dipanaskan pada permukaan kaca bagian
dalam.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 103


Kegiatan Pembelajaran III

Gambar 3. 55 konduktor linear


Pengemudi dapat mengaktifkan sistem defrogger melalui sebuah
saklar. Biasanya ada tanda pada dashboard kendaraan, untuk
memberi tau jika sistem defrogger aktif.

Gambar 3. 56 Simbol Defogger.

c) Perbaikan defogger.
Jika jaringan defroster tidak bekerja.
1) Lepaskan kabel negatif.baterai.
Lepaskan konektor defogger kaca belakang.

Gambar 3. 57 Terminal Defogger.

104 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

2) Periksa apakah :
 Sekering dalam kondisi baik.
 Arus yang melewati Grid Defogger terlalu besar (10 sampai 20
amper) atau sekering terlalu kecil.
 Periksa hubungan antar terminal grid apakah putus.

Gambar 3. 58 Hubungan terminal Defogger.

3) Perbaikan.
 Jika terminal Grid Defogger putus, gunakan pasta-jenis rosin
fluks pada ujung kawat dan terminal secukupnya menggunakan
kuas. Lapisi ujung besi solder dengan timah cair. Gunakan
panas yang cukup untuk mencairkan timah. Jangan terlalu
panas ketika menyolder pada ujung kabel.

Gambar 3. 59 Membersihkan terminal Defogger

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 105


Kegiatan Pembelajaran III

Gambar 3. 60 Menyolder Terminal Defogger.

 Periksa Grid Defogger kaca belakang. Gunakan kain wol


untuk membersihkan Grid Defogger yang akan diperbaiki.
Bersihkan Grid Defogger menggunakan kain yang dibasahi
dengan alkohol.

Gambar 3. 61 Bersihkan Grid Defogger.

 Tempelkan grid line decal (plaster). untuk mengontrol lebar


daerah perbaikan. Terapkan bahan untuk memperbaiki grid
menggunakan kayu kecil atau spatula.

Gambar 3. 62 Grid Line Yang Putus

106 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Gambar 3. 63 Mengontrol Grid Line

 Perhatikan : Bahan untuk memperbaiki Grid Defogger


dikeringkan dengan panas. Untuk menghindari
kerusakan panas ke trim interior, lindungi trim didekat
daerah perbaikan dimana panas akan diterapkan. Hati-
hati melepas pita decal.

Gambar 3. 64 Mengeringkan Grid Defogger.

 Pemeriksa perbaikan Grid Defogger. Jika perbaikan


muncul perubahan warna, gunakan lapisan tincture iodin
menggunakan pipa cleaner atau sikat kawat. Allo
yodium akan kering selama sekitar 30 detik. Hati-hati
menyeka yodium berlebih dengan kain bebas serat.
Tes grid defogger untuk memverifikasi bahwa perbaikan
itu berhasil.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 107


Kegiatan Pembelajaran III

Gambar 3. 65 Grid Defogger


5. Kaca Samping.
Kaca samping kendaraan memiliki beberapa jenis, ada yang bisa dibuka, namun
ada juga yang bersifat tetap, atau terpasang tetap. Kaca samping yang terdapat
pada bagian pintu biasanya dapat dibuka. Sedangkan kaca yang terpasang pada
bodi kendaraan yang lain, bisa dipasang tetap, atau juga ada yang bisa dibuka.
Kaca kendaraan yang bersifat tetap misalnya pada quarter window, yaitu
kaca diatas quarter panel. Konstruksi pada bagian ini adalah, kaca,
pembatas serta sekrup. Sedangkan kaca yang dapat bergerak misalnya pada
pintu kendaraan. Berikut ini konstruksi dari kaca kendaraan pada bagian pintu
depan.

Gambar 3. 66 Bagian Kaca Kendaraan.

108 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

D. Aktifitas Pembelajaran

Peserta diklat membaca dengan seksama uraian materi, jika ada yang kurang
jelas peserta dapat bertanya/mendiskusikan dengan fasilitator.
Peserta mengerjakan tugas dan latihan untuk mengetahui tingkat pemahaman
materi yang dibahas.
Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kemudian melaksanakan tugas yang
ada.

E. Latihan/Tugas

I. Tugas LK 06. Kerjakan sosl-soal latihan KP III dibawah ini.


Soal pilihan ganda
1. Berikut adalah perbedaan cara melepas kaca yang dipasang
menggunakan perekat dengan yang dipasang menggunakan
karet.
a. Jika menggunakan perekat, dipotong dengan pisau.
Sedangkan kalau menggunakan karet, bisa melepas kaca
dari bagian dalam.
b. Jika menggunakan perekat, dipotong dengan pisau.
Sedangkan kalau menggunakan karet, bisa melepas kaca
dari bagian luar
c. Jika menggunakan perekat, dicungkil dari dalam.
Sedangkan kalau menggunakan karet, bisa melepas kaca
dari bagian dalam.
d. Menggunakan perekat,atau menggunakan karet, lepas kaca
dari bagian luar semua.
2. Berikut adalah hal yang penting dalamp pemeriksaan kualitas
perbaikan kaca kendaraan.
a. Perbaikan tersebut harus diperiksa secara visual dari dalam
kendaraan.
b. Perbaikan yang paling baik tidak meninggalkan bekas.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 109


Kegiatan Pembelajaran III

c. Perbaikan harus menghamburkan cahaya yang signifikan.


d. Hilangkan udara, baik dengan vakum, dan isi dikosongan
dengan resin.
3. Yang perlu dilakukan pada perawatan kaca kendaraan adalah ….
a. Bersihkan kaca dengan air saja jika berada di bawah
sinar matahari.
b. Lakukan pemolesan dengan alat khusus setiap tiga bulan.
c. Bersihkan kaca dengan shampo atau sabun jika berada di
bawah sinar matahari.
d. Jika kaca tergores amplas kaca dengan amplas halus dan
dibasahi dengan air dan sabun
4. Pada gambar dibawah tampak cara memasang kaca kendaraan
yang terpasang dengan….

a. Karet kaca
b. Adesif
c. Molding
d. Cersium
5. Gambar dibawah adalah sebuah alat untuk memperbaiki kaca
kendaraan yang rusak, alat tersebut sesuai untu jenis
kerusakan....

a. Bullseye.

110 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

b. Star Break.
c. Crack.
d. Combination Break.

II. Tugas LK 07. Buatlah soal-soal.dengan konsep “HOT” pada materi KP III.
a. Buatlah tiga soal latihan pilihan ganda yang “HOT”. (Higher Order
Thinking Skill)
b. Panduan membuat soal dengan konsep “HOT” dapat dilihat pada materi
pedagogik modul penilaian dan evaluasi pembelajaran kelompok
kompetensi H.
c. Masing-masing soal ditulis di kartu soal.

KISI-KISI PENULISAN SOAL


Satuan Pendidikan :
Mata Pelajaran :
No. Kompetensi Kelas Materi Indikator Bentuk Soal
Dasar
1.
2.
3.
4.

Contoh soal.

KARTU SOAL
Jenjang : SMK
Mata Pelajaran : Perbaikan Kaca Kendaraan
Kelas/ Smt : XI/1
Kompetensi : Menjelaskan perekat kaca kendaraan
Level :2
Materi : Melepas dan Memasang Kaca Depan Kendaraan.
Bentuk Soal : Pilihan Ganda

Berikut adalah perbedaan cara melepas kaca yang dipasang

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 111


Kegiatan Pembelajaran III

menggunakan perekat dengan yang dipasang menggunakan karet.


a. Jika menggunakan perekat, dipotong dengan pisau.
Sedangkan kalau menggunakan karet, bisa melepas kaca
dari bagian dalam.
b. Jika menggunakan perekat, dipotong dengan pisau.
Sedangkan kalau menggunakan karet, bisa melepas kaca
dari bagian luar
c. Jika menggunakan perekat, dicungkil dari dalam.
Sedangkan kalau menggunakan karet, bisa melepas kaca
dari bagian dalam.
d. Menggunakan perekat,atau menggunakan karet, lepas
kaca dari bagian luar semua.
Kunci A

Penjelasan :
Soal di atas termasuk level 2, yaitu menuntut peserta didik memiliki
kemampuan aplikatif (Applying). Untuk dapat menyelesaikan soal ini dengan
benar diperlukan pengetahuan dan pemahaman terhadap materi melepas
dan memasang kaca depan kendaraan.dan dapat mengaplikasikan gagasan-
gagasan dan konsep-konsep perekat kaca kendaraan dengan menganalisis
informasi.

III. Tugas LK 08. Tugas proyek pelepasan dan pemasangan kaca


kendaraan.
Lakukan pelepasan dan pemasangan kaca depan baik yang menggunakan
lem maupun yang menggunakan karet kaca sesuai dengan prosedur /
SOP yang telah dijelaskan.:

F. Rangkuman.

Adhesive adalah lem perekat yang dapat berbentuk cair ataupun pasta. Setelah
menjadi kering, adhesive ini akan berubah mengeras menjadi seperti material

112 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

karet. Ketika kita akan memasang kaca depan (mengganti), maka kita harus tahu
pasti perekat pada bingkai kaca yang tertinggal, apakah butyl, silicon atau
poliuretan. jika bahan sisa pada bingkai kaca adalah butil atau silikon, maka
harus benar-benar dibersihkan. Karena perekat kaca poliuretan tidak dapat
menyatu dengan butyls atau silikon. Jika dibiarkan di permukaan, bahan-bahan
ini bisa mengganggu daya rekatnya. Polyurethane adalah sebagai solusi untuk
beberapa tantangan dalam memasang kaca mobil, menyeimbangkan standar
keselamatan dan permintaan pelanggan. Selain keamanan, perekat polyurethane
juga membantu mengurangi kebisingan, meningkatkan kestabilan kendaraan dan
kinerja, dan memberikan parapat yang kedap air di sekitar kaca.
Untuk memahami Urethane bekerja (mengering), mekanik harus memahami
dasar kimia polyurethane dan bagaimana kondisi lingkungan mempengaruhi
proses pengeringan. Kesalah pahaman yang umum dalam masyarakat adalah
bahwa suhu merupakan faktor utama yang mempengaruhi proses pengeringan.
Yang benar adalah bahwa suhu tidak mempengaruhi laju reaksi, tetapi
kelembaban di udara memainkan peran yang lebih besar karena merupakan
salah satu dari reaktan. Jika kelembaban (H2O) tidak ada, kelompok iso-cyanate
tidak akan bereaksi. Inilah sebabnya mengapa urethane tidak mengering dalam
kemasan di mana kelembaban tidak ada.
Windshield terpasang pada bodi kendaraan depan menerima beban yang
disebabkan oleh angin sebagai akibat dari aerodinamika kendaraan. Semakin
cepat laju kendaraan, maka beban yang diterima windshield juga semakin besar.
Untuk kendaraan yang telah dirancang untuk kecepatan tinggi, desain dari
kaca kendaraan dibuat landai, sehingga hambatan yang diterima kendaraan
secara keseluruhan juga dapat dikurangi. Sebagai konsekuensinya volume
ruang dalam kendaraan juga berkurang. Ada beberapa komponen yang
terdapat pada kaca depan, yaitu windshield glass, molding, spacer,retainers,
baut-baut dan ada juga yang dilengkapi dengan weatherstrip. Defogger atau
defroster adalah sistem untuk membersihkan kondensasi atau pengembunan
dari kaca depan, kaca belakang dan jendela samping dari kendaraan bermotor.
Ada dua sistem defogger yaitu defogger primer dan defogger sekunder. Sistem
defogger primer dan defogger sekunder.
Kaca samping kendaraan memiliki beberapa jenis, ada yang bisa dibuka, namun
ada juga yang bersifat tetap, atau terpasang tetap. Kaca samping yang terdapat

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 113


Kegiatan Pembelajaran III

pada bagian pintu biasanya dapat dibuka. Sedangkan kaca yang terpasang pada
bodi kendaraan yang lain, bisa dipasang tetap, atau juga ada yang bisa dibuka.
Kaca kendaraan yang bersifat tetap misalnya pada quarter window, yaitu
kaca diatas quarter panel. Konstruksi pada bagian ini adalah, kaca,
pembatas serta sekrup. Sedangkan kaca yang dapat bergerak misalnya pada
pintu kendaraan. Berikut ini konstruksi dari kaca kendaraan pada bagian pintu
depan.

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Guru setelah menyelesaikan latihan dalam modul ini diharapkan mempelajari


kembali bagian-bagian yang belum dikuasai dari modul ini untuk dipahami secara
mendalam sebagai bekal dalam melaksanakan tugas keprofesian guru dan untuk
bekal dalam mencapai hasil pelaksanaan uji kompetensi guru dengan ketuntasan
minimal materi 80%.
Setelah mentuntaskan modul ini maka selanjutnya guru berkewajiban mengikuti
uji kompetensi. Dalam hal uji kompetensi, jika hasil tidak dapat mencapai batas
nilai minimal ketuntasan yang ditetapkan, maka peserta uji kompetensi wajib
mengikuti diklat sesuai dengan grade perolehan nilai yang dicapai.

114 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Penutup

A. Kesimpulan

Kaca terdiri dari berbagai oksida yang dipadukan dan bereaksi bersama-sama
pada saat pemanasan untuk membentuk gelas. Bahan-bahan tersebut adalah
silika (SiO2), natrium oksida (Na2O), dan kalsium oksida (CaO). Di mana bahan-
bahan baku berasal dari pasir, soda abu (Na2CO3), dan batu kapur (CaCO3).
Awal kaca mobil mulai tahun 1903 ketika Edouard Benedictus, seorang ahli kimia
Perancis, menemukan kaca tahan pecah, ketika ia sengaja menjatuhkan botol
kaca diisi dengan film collodion kering.
Kaca kendaraan merupakan komponen dari bodi yang sangat penting, karena
akan memberikan kenyamanan kepada penumpang. Kita bayangkan kalau naik
kendaraan tanpa jendela, atau kita bayangkan kalau ada jendela, tetapi tidak
ada kacanya.
Pada dasarnya ada dua tipe atau jenis kaca pada kendaraan, yaitu :
1. Laminated safety glass, yaitu kaca yang digunakan pada kaca depan
(windshield) kendaraan.
2. Solid tempered plate glass, yaitu kaca yang digunakan pada
seluruh kaca samping dan kaca belakang dari kendaraan.
Kaca depan kendaraan bermotor yang permukaannya kotor karena debu,
kadang kurang diperhatikan, dan akan mengkristal. Selain itu sisa gas buang
dari knalpot atau hasil polusi lain yang mengandung minyak, turut melekat di
kaca. Berbagai kandungan ini mempercepat proses kaca depan menjadi buram.
Terpaan air hujan pada permukaan kaca tak langsung jatuh, sebab kotoran
yang melekat telah membentuk lapisan lunak dan telah bersenyawa dengan
lapisan kaca. Air tak mudah tersapu dan melekat di kaca. Apalagi kalau malam
hari, cahaya lampu dari depan jadi berpendar sehingga sangat membahayakan.
Perbaikan kaca adalah proses sederhana yaitu dengan menyuntikan resin cair ke
daerah kaca depan yang rusak dan memungkinkan untuk memperbaiki, sehingga
memulihkan integritas kaca dan mencegah kerusakan lebih lanjut terjadi.
Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa kaca depan terbuat dari dua bagian
yang terpisah yaitu kaca dengan lapisan laminasi. Laminasi ini adalah lapisan

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 115


Penutup

tipis PVP lembut dan bening. Laminasi adalah fitur keamanan yang diperlukan
dalam proses manufaktur, yang dirancang untuk mencegah kaca pecah dari
dalam bahkan dari celah, serta mencegah puing-puing kaca melukai pengemudi.
Yang perlu dilakukan perawatan pad kaca adalah sebagai berikut:
1. Langkah pertama periksa kondisi karet penghapus kaca dari
kemungkinan getas dan retak.
2. Menyiapkan air cadangan dan lap khusus agar bisa membersihkan kaca
belakang untuk mobil yang tidak punya penghapus khusus. Sebelum
memulai penggosokan, kaca dibersihkan dengan air dan lap hingga
benar-benar bebas dari debu. Lalu mulailah menggosok dengan cara
memutar dan tidak statis satu arah.
3. Jangan membersihkan kaca (dengan atau tanpa shampo atau sabun).
langsung di bawah sinar matahari. Beberapa shampo yang
mengandung zat kimia ini akan cepat menyerap di bawah pancaran
sinar matahari, dan masuk ke dalam pori kaca.
4. Lakukan pemolesan dengan alat khusus (cairan pembersih) untuk
kaca yang tergores akibat kristal debu atau gesekan karet wiper.
5. Setiap menambah air di tabung wiper, campurkan cairan shampo
khusus kaca dan usahakan air dan shampo dalam tabung diganti tiap
bulan.
Langkah untuk melaksanakan perbaikan kaca adalah sebagai berikut :
1. Lakukan pengeboran pada retakan (dengan diameter kurang dari 5
cm) terlebih dahulu.
2. Setelah resin masuk ke rongga kaca yang telah dibor, keringkan
dengan menggunakan ultraviolet.
3. Selanjutnya, retakkan kembali disuntik dengan resin yang lebih kental
agar rongga retakkan makin padat terisi resin.
4. Lakukan pengeringan kembali dengan ultraviolet.
5. Setelah kering, permukaan sekitar kaca yang retak diolesi Cerium (bahan
poles kaca).
6. Lakukan pemolesan dengan menggunakan sender kecil.
7. Setelah rata, kaca dibersihkan.

116 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Adhesive adalah lem perekat yang dapat berbentuk cair ataupun pasta. Setelah
menjadi kering, adhesive ini akan berubah mengeras menjadi seperti material
karet. Ketika kita akan memasang kaca depan (mengganti), maka kita harus tahu
pasti perekat pada bingkai kaca yang tertinggal, apakah butyl, silicon atau
poliuretan. jika bahan sisa pada bingkai kaca adalah butil atau silikon, maka
harus benar-benar dibersihkan. Karena perekat kaca poliuretan tidak dapat
menyatu dengan butyls atau silikon. Jika dibiarkan di permukaan, bahan-bahan
ini bisa mengganggu daya rekatnya. Polyurethane adalah sebagai solusi untuk
beberapa tantangan dalam memasang kaca mobil, menyeimbangkan standar
keselamatan dan permintaan pelanggan. Selain keamanan, perekat polyurethane
juga membantu mengurangi kebisingan, meningkatkan kestabilan kendaraan dan
kinerja, dan memberikan parapat yang kedap air di sekitar kaca.

Untuk memahami Urethane bekerja (mengering), mekanik harus memahami


dasar kimia polyurethane dan bagaimana kondisi lingkungan mempengaruhi
proses pengeringan. Kesalah pahaman yang umum dalam masyarakat adalah
bahwa suhu merupakan faktor utama yang mempengaruhi proses pengeringan.
Yang benar adalah bahwa suhu tidak mempengaruhi laju reaksi, tetapi
kelembaban di udara memainkan peran yang lebih besar karena merupakan
salah satu dari reaktan. Jika kelembaban (H2O) tidak ada, kelompok iso-cyanate
tidak akan bereaksi. Inilah sebabnya mengapa urethane tidak mengering dalam
kemasan di mana kelembaban tidak ada.
Windshield terpasang pada bodi kendaraan depan menerima beban yang
disebabkan oleh angin sebagai akibat dari aerodinamika kendaraan. Semakin
cepat laju kendaraan, maka beban yang diterima windshield juga semakin besar.
Untuk kendaraan yang telah dirancang untuk kecepatan tinggi, desain dari
kaca kendaraan dibuat landai, sehingga hambatan yang diterima kendaraan
secara keseluruhan juga dapat dikurangi. Sebagai konsekuensinya volume
ruang dalam kendaraan juga berkurang. Ada beberapa komponen yang
terdapat pada kaca depan, yaitu windshield glass, molding, spacer,retainers,
baut-baut dan ada juga yang dilengkapi dengan weatherstrip. Defogger atau
defroster adalah sistem untuk membersihkan kondensasi atau pengembunan
dari kaca depan, kaca belakang dan jendela samping dari kendaraan bermotor.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 117


Penutup

Ada dua sistem defogger yaitu defogger primer dan defogger sekunder. Sistem
defogger primer dan defogger sekunder.
Kaca samping kendaraan memiliki beberapa jenis, ada yang bisa dibuka, namun
ada juga yang bersifat tetap, atau terpasang tetap. Kaca samping yang terdapat
pada bagian pintu biasanya dapat dibuka. Sedangkan kaca yang terpasang pada
bodi kendaraan yang lain, bisa dipasang tetap, atau juga ada yang bisa dibuka.
Kaca kendaraan yang bersifat tetap misalnya pada quarter window, yaitu
kaca diatas quarter panel. Konstruksi pada bagian ini adalah, kaca,
pembatas serta sekrup. Sedangkan kaca yang dapat bergerak misalnya pada
pintu kendaraan. Berikut ini konstruksi dari kaca kendaraan pada bagian pintu
depan.

B. Tindak Lanjut

Guru setelah menyelesaikan latihan dalam modul ini diharapkan mempelajari


kembali bagian-bagian yang belum dikuasai dari modul ini untuk dipahami secara
mendalam sebagai bekal dalam melaksanakan tugas keprofesian guru dan untuk
bekal dalam mencapai hasil pelaksanaan uji kompetensi guru dengan ketuntasan
minimal materi 80%.
Setelah mentuntaskan modul ini maka selanjutnya guru berkewajiban mengikuti
uji kompetensi. Dalam hal uji kompetensi, jika hasil tidak dapat mencapai batas
nilai minimal ketuntasan yang ditetapkan, maka peserta uji kompetensi wajib
mengikuti diklat sesuai dengan grade perolehan nilai yang dicapai.

118 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Glosarium

Optoelektronika adalah cabang ilmu yang mengkaji peralatan elektronik yang


berhubungan dengan cahaya dan dianggap juga sebagai sub-bidang dari
fotonika.
Tempering adalah suatu teknik perlakuan panas.
Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi
suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (1210C, 15 lbs)
selama kurang lebih 15 menit.
Blind spot adalah titik buta dimana kita tidak bisa mengetahui keberdaan
kendaraan disekitar kita.
Reaksi endoterm adalah reaksi perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem.
Kondensasi atau pengembunan adalah perubahan wujud benda ke wujud dart
gas (atau uap) menjadi cairan.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 119


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Daftar Pustaka

http://multimedia.3m.com/mws/media/460678O/tds-08695-08563-3mtm-auto-
glass-urethane-adhesive-medium.pdf

http://www.nwrassn.org/documents/ROLAGS3-07.pdf

http://www.walmart.com/ip/Rain-X-Windshield-Repair-Kit/34163599

http://ultrabond.com/content/safetyreport.pdf

https://www.danchuk.com/images/Downloads\Tech
Articles\Tech_Article_16.1_windshield_seal_replace.pdf

ftp://oskin.ru/pub/chrysler-dodge/manuals/Service
Manuals/20082009_RT_Town&Country_Caravan_Voyager/heated glass.pdf

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :


34/M-IND/PER/4/2007 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL
INDONESIA (SNI) KACA PENGAMAN UNTUK KENDARAAN BERMOTOR
SECARA WAJIB.

Sika Technicians' Handbook Version 1 / 2010

Gunadi, 2008, Teknik Bodi Otomotif Jilid 3, Jakarta, Direktorat Pembinaan SMK,
Direktorat Jendral manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 121


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Lampiran

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 123


Lampiran

124 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


Teknik Perbaikan Bodi Otomotif KK H

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 125


Lampiran

126 | Modul Pengembangan Kepprofesian Berkelanjutan


MODUL
PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

PAKET KEAHLIAN
TEKNIK PERBAIKAN BODI OTOMOTIF
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER
DAN PENGEMBANGAN SOAL

KELOMPOK KOMPETENSI H

PEDAGOGIK:
PENILAIAN DAN EVALUASI PEMBELAJARAN

Penulis:
Drs. Djandji Purwanto, M.Pd

Penyunting:
Drs Suryanto, M.Pd.

Desain Grafis dan Ilustrasi:


Tim Desain Grafis

Copyright © 2017
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang
Otomotif dan Elektronika
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang Mengcopy Sebagian atau Keseluruhan Isi Buku Ini untuk Kepentingan
Komersial Tanpa Izin Tertulis Dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan
Pedagogik KK H

Daftar Isi

Hal
Daftar Isi ............................................................................................................ iii
Daftar Gambar .................................................................................................... v
Daftar Tabel ........................................................................................................ v
Pendahuluan ...................................................................................................... 1
A. Latar belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan Pembelajaran......................................................................... 1
C. Peta Kompetensi ............................................................................... 2
D. Ruang Lingkup .................................................................................. 3
E. Cara Penggunaan Modul ................................................................... 3
Kegiatan Pembelajaran 1 Prinsip, Aspek Penilaian, Dan Evaluasi
Pembelajaran ................................................................................................... 11
A. Tujuan ............................................................................................. 11
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ................................................... 11
C. Uraian Materi ................................................................................... 11
D. Aktivitas Pembelajaran .................................................................... 23
E. Latihan/Tugas .................................................................................. 24
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ....................................................... 26
Kegiatan Pembelajaran 2 Menentukan Prosedur, Instrumen Penilaian, Dan
Evaluasi Pembelajaran .................................................................................... 29
A. Tujuan ............................................................................................. 29
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ................................................... 29
C. Uraian Materi ................................................................................... 29
D. Aktivitas Pembelajaran ................................................................. 64
E. Latihan/Tugas ...................................................................................... 66
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ....................................................... 67
Kegiatan Pembelajaran 3 Mengadministrasikan Penilaian Proses Dan Hasil
Belajar .............................................................................................................. 69
A. Tujuan ............................................................................................. 69
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ................................................... 69
C. Uraian Materi ................................................................................... 69
D. Aktivitas pembelajaran..................................................................... 72

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | iii


E. Latihan / Tugas ................................................................................ 74
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ....................................................... 74
Kegiatan Pembelajaran 4 Analisis Dan Evaluasi Penilaian Hasil Belajar .... 77
A. Tujuan ............................................................................................. 77
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ................................................... 77
C. Uraian Materi ................................................................................... 77
D. Aktivitas Pembelajaran .................................................................... 95
E. Latihan / Tugas ................................................................................ 96
F. Umpan balik dan Tindak Lanjut ....................................................... 96
Kunci Jawaban Latihan/Tugas ........................................................................ 99
Pengembangan Soal...................................................................................... 101
Evaluasi .......................................................................................................... 105
Penutup .......................................................................................................... 109
A. Kesimpulan .................................................................................... 109
B. Balikan dan Tindak Lanjut.............................................................. 110
Daftar Pustaka................................................................................................ 111

iv | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

Daftar Gambar

Hal

Gambar 1. 1 Alur Model Pembelajaran Tatap Muka ........................................... 4


Gambar 1. 2 Alur Pembelajaran Tatap Muka Penuh .......................................... 4
Gambar 1. 3 Alur Pembelajaran Tatap Muka Model In-On-In ............................. 6
Gambar 1. 4 Skema Penilaian Sikap ............................................................... 47
Gambar 1. 5 Skema Penilaian Pengetahuan ................................................... 51
Gambar 1. 6 Skema penilaian keterampilan .................................................... 57

Daftar Tabel

Hal

Tabel 1. 1 Daftar Lembar Kerja Modul ............................................................... 9


Tabel 1. 2 Skala Penilaian ............................................................................... 16
Tabel 1. 3 Teknik dan Instrumen Penilaian Sikap ............................................ 17
Tabel 1. 4 Teknik dan Instrumen Penilaian Pengetahuan ................................ 18
Tabel 1. 5 Teknik dan Instrumen Penilaian Keterampilan ................................ 19
Tabel 1. 6 Nilai Ketuntasan Pengetahuan dan Keterampilan ........................... 22
Tabel 1. 7 Kategori hasil penilaian aspek pengetahuan dan keterampilan ....... 45
Tabel 1. 8 Contoh Jurnal Sikap ........................................................................ 48
Tabel 1. 9 Contoh Catatan Perkembangan Sikap ............................................ 77
Tabel 1. 10 Interpretasi Sikap Spritual ............................................................. 79
Tabel 1. 11 Interpretasi Sikap Sosial................................................................ 79
Tabel 1. 12 Format Penelaahan Butir Soal Bentuk .......................................... 83

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | v


Pedagogik KK H

Pendahuluan

A. Latar belakang

Penilaian dan Evaluasi hasil belajar dikembangkan untuk dijadikan sebagai


acuan dalam memberikan gambaran hasil belajar yang dicapai oleh peserta
didik. Hal ini dimaksudkan agar hasil belajar yang diperoleh peserta didik dapat
ditingkatkan secara sistematis sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh
sekolah.

Ada beberapa komponen pengembangan penilaian dan Evaluasi hasil belajar,


yaitu prinsip-prinsip dan asfek-asfek penilaian dan evaluasi hasil belajar,
prosedur dan instrumen penilaian dan evaluasi hasil belajar,
mengadministrasikan penilaian dan dan proses pembelajaran, dan analisis dan
evalusi penilaian hasil belajar.

Proses pengembangan Penilaian dan evaluasi pembelajaran pada


pembelajaran merupakan tanggung jawab setiap guru mata pelajaran. Proses
pengembangan penilaian dan evaluasi pembelajarani mengacu pada kurikulum
yang diacu, yaitu tuntutan pada kompetensi inti, kompetensi dasar, indicator
pencapaian kompetensi (IPK), materi pembelajaran, kisi-kisi soal, dan
instrumen penilaian. Karena itulah pemahaman tentang penilaian dan evaluasi
pembelajaran pada tingkat institusional dan mata pelajaran, serta kemampuan
untuk mengembangkan penilaian dan evaluasi pembelajaran pada tingkat
instruksional, merupakan kemampuan yang mutlak harus dikuasai oleh setiap
guru.

B. Tujuan Pembelajaran

Tujuan disusunnya modul ini adalah untuk memberikan pemahaman yang


lengkap dan jelas tentang Penilaian dan Evaluasi pembelajaran di Sekolah
Menengah Kejuruan secara teori dan aplikasinya dalam rangka menunjang
peningkatan kompetensi guru pasca Uji Kompetensi Guru 2015.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 1


Pendahuluan

C. Peta Kompetensi

Peta kompetensi Modul Penilaian dan Evaluasi pembelajaran meliputi:


1. Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi pembelajaran.
2. Memahami asfek-asfek penilaian dan evaluasi pembelajaran.
3. Memahami prosedur penilaian dan evaluasi pembelajaran.
4. Menyusun dan mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi
pembelajaran.
5. Mengimplementasikan administrasi penilaian dan proses pembelajaran.
6. Melakukan analisis penilaian dan evaluasi hasil belajar.

POSISI MODUL

KODE UNIT
NAMA UNIT KOMPETENSI
KOMPETENSI
PED0A00000-00 Perkembangan Peserta Didik
Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran yang
PED0B00000-00
mendidik
PED0C00000-00 Pengembangan Kurikulum
PED0D00000-00 Pembelajaran Yang Mendidik
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
PED0E00000-00
dalam Pembelajaran
PED0F00000-00 Pengembangan potensi peserta didik
PED0G00000-00 Komunikasi efektif
PED0H00000-00 Penilaian dan evaluasi pembelajaran
Pemanfaataan hasil penilaian dan evaluasi
PED0I00000-00
pembelajaran
Tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
PED0J00000-00 pembelajaran.

2 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Modul Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran adalah sebagai


berikut
1. Prinsip-prinsip Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran.
2. Asfek-asfek penilaian dan Evaluasi Pembelajaran.
3. Prosedur penilaian dan evaluasi pembelajaran.
4. Instrumen penilaian dan evaluasi pembelajaran.
5. Administrasi penilaian dan proses pembelajaran.
6. Analisis dan evaluasi penilaian hasil belajar.

E. Cara Penggunaan Modul

Secara umum, cara penggunaan modul pada setiap Kegiatan Pembelajaran


disesuaikan dengan skenario setiap penyajian mata diklat. Modul ini
dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran guru, baik untuk moda tatap
muka dengan model tatap muka penuh maupun model tatap muka In-On-In.
Alur model pembelajaran secara umum dapat dilihat pada bagan berikut.

Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka Penuh

Kegiatan pembelajaran diklat tatap muka penuh adalah kegiatan


fasilitasi peningkatan kompetensi guru melalui model tatap muka penuh yang
dilaksanakan oleh unit pelaksana teknis dilingkungan Direktorat Jenderal GTK
maupun lembaga diklat lainnya. Kegiatan tatap muka penuh ini dilaksanan
secara terstruktur pada suatu waktu yang dipandu oleh fasilitator. Tatap muka
penuh dilaksanakan menggunakan alur pembelajaran yang dapat dilihat
pada alur berikut.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 3


Pendahuluan

Gambar 1. 1 Alur Pembelajaran Tatap Muka Penuh

Gambar 1. 2 Alur Model Pembelajaran Tatap Muka

4 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model tatap muka penuh dapat
dijelaskan sebagai berikut.
a. Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan fasilitator memberi kesempatan
kepada peserta diklat untuk mempelajari:
1) latar belakang yang memuat gambaran materi
2) tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi
3) kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul
4) ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran
5) langkah-langkah penggunaan modul

b. Mengkaji Materi
Pada kegiatan mengkaji materi modul Penilaian dan Evaluasi
Pembelajaran Kelompok Kompetensi H, fasilitator memberi kesempatan
kepada guru sebagai peserta untuk mempelajari materi yang diuraikan
secara singkat sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar. Guru
sebagai peserta dapat mempelajari materi secara individual maupun
berkelompok dan dapat mengkonfirmasi permasalahan kepada
fasilitator.

c. Melakukan aktivitas pembelajaran


Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan dipandu
oleh fasilitator. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini akan
menggunakan pendekatan yang akan secara langsung berinteraksi di kelas
pelatihan bersama fasilitator dan peserta lainnya, baik itu dengan
menggunakan diskusi tentang materi, malaksanakan praktik, dan latihan
kasus.
Lembar kerja pada pembelajaran tatap muka penuh adalah
bagaimana menerapkan pemahaman materi-materi yang berada pada
kajian materi.
Pada aktivitas pembelajaran materi ini juga peserta secara aktif menggali
informasi, mengumpulkan dan mengolah data sampai pada peserta dapat

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 5


Pendahuluan

membuat kesimpulan kegiatan pembelajaran.

d. Presentasi dan Konfirmasi


Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi hasil kegiatan sedangkan
fasilitator melakukan konfirmasi terhadap materi dan dibahas bersama.
Pada bagian ini juga peserta dan penyaji me-review materi berdasarkan
seluruh kegiatan pembelajaran

e. Persiapan Tes Akhir


Pada bagian ini fasilitator didampingi oleh panitia menginformasikan tes
akhir yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang dinyatakan layak tes
akhir.

2. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka In-On-In

Kegiatan diklat tatap muka dengan model In-On-In adalan kegiatan fasilitasi
peningkatan kompetensi guru yang menggunakan tiga kegiatan utama, yaitu In
Service Learning 1 (In-1), On the Job Learning (On), dan In Service Learning 2
(In-2). Secara umum, kegiatan pembelajaran diklat tatap muka In-On-In
tergambar pada alur berikut ini.

Gambar 1. 3 Alur Pembelajaran Tatap Muka Model In-On-In

Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model In-On-In dapat dijelaskan


sebagai berikut.

6 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

a. Pendahuluan

Pada kegiatan pendahuluan disampaikan bertepatan pada saat


pelaksanaan In Service Learning 1 fasilitator memberi kesempatan kepada
peserta diklat untuk mempelajari:
1) latar belakang yang memuat gambaran materi;

2) tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi;

3) kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul;

4) ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran; dan


5) langkah-langkah penggunaan modul.

b. In Service Learning 1 (In-1)

1) Mengkaji materi
Pada kegiatan mengkaji materi modul kelompok kompetensi E
Penilaian Proses dan Hasil Belajar, fasilitator memberi kesempatan
kepada guru sebagai peserta untuk mempelajari materi yang diuraikan
secara singkat sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar. Guru
sebagai peserta dapat mempelajari materi secara individual maupun
berkelompok dan dapat mengkonfirmasi permasalahan kepada
fasilitator.

2) Melakukan aktivitas pembelajaran


Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan
dipandu oleh fasilitator. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas
pembelajaran ini akan menggunakan pendekatan/metode yang
secara langsung berinteraksi di kelas pelatihan, baik itu dengan
menggunakan metode berfikir reflektif, diskusi, brainstorming,
simulasi, maupun studi kasus yang kesemuanya dapat melalui
Lembar Kerja yang telah disusun sesuai dengan kegiatan pada In-1.
Pada aktivitas pembelajaran materi ini peserta secara aktif menggali
informasi, mengumpulkan dan mempersiapkan rencana pembelajaran
pada on the job learning.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 7


Pendahuluan

c. On the Job Learning (On)

1) Mengkaji materi
Pada kegiatan mengkaji materi modul kelompok kompetensi E
Penilaian Proses dan Hasil Belajar, guru sebagai peserta akan
mempelajari materi yang telah diuraikan pada in service learning 1 (In-
1). Guru sebagai peserta dapat membuka dan mempelajari kembali
materi sebagai bahan dalam mengerjaka tugas-tugas yang ditagihkan
kepada peserta.
2) Melakukan aktivitas pembelajaran
Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah
maupun di kelompok kerja berbasis pada rencana yang telah disusun
pada In-1 dan sesuai dengan rambu-rambu atau instruksi yang
tertera pada modul. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas
pembelajaran ini akan menggunakan pendekatan/metode praktik,
eksperimen, sosialisasi, implementasi, peer discussion yang secara
langsung di dilakukan di sekolah maupun kelompok kerja melalui
tagihan berupa Lembar Kerja yang telah disusun sesuai dengan
kegiatan pada On.
Pada aktivitas pembelajaran materi pada On, peserta secara aktif
menggali informasi, mengumpulkan dan mengolah data dengan
melakukan pekerjaan dan menyelesaikan tagihan pada on the job
learning.

d. In Service Learning 2 (In-2)


Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi produk-produk tagihan On
yang akan di konfirmasi oleh fasilitator dan dibahas bersama. pada bagian
ini juga peserta dan penyaji me-review materi berdasarkan seluruh
kegiatan pembelajaran.

e. Persiapan Tes Akhir


Pada bagian ini fasilitator didampingi oleh panitia menginformasikan tes
akhir yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang dinyatakan layak tes

8 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

akhir.

3. Lembar Kerja

Modul pembinaan karier guru kelompok kompetensi modul Penilaian Proses


dan Hasil Belajar Kelompok Kompetensi E terdiri dari beberapa kegiatan
pembelajaran yang didalamnya terdapat aktivitas-aktivitas pembelajaran
sebagai pendalaman dan penguatan pemahaman materi yang dipelajari.

Modul ini mempersiapkan lembar kerja yang nantinya akan dikerjakan oleh
peserta, lembar kerja tersebut dapat terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. 1 Daftar Lembar Kerja Modul

No Kode LK Nama LK Keterangan


LK.01. Prinsip, Asfek, dan penilaian TM, IN1
pembelajaran
2. LK.02.a Prosedur penilaian pembelajaran TM, ON
3. LK.02.b Instrumen penilaian Pembelajaran TM, IN1

4. LK.03. Laporan capaian kompetensi (Rapor) TM, IN1


5. LK.04. Analisis butir soal pilihan ganda TM, ON

Keterangan.

TM : Digunakan pada Tatap Muka Penuh


IN1 : Digunakan pada In Service Learning 1
ON : Digunakan pada On the Job Learning

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 9


Pedagogik KK H

Kegiatan Pembelajaran 1
Prinsip, Aspek Penilaian, Dan Evaluasi
Pembelajaran

A. Tujuan

Setelah mengerjakan modul dan mempelajari latihan, peserta mampu


memahami prinsip, aspek penilaian dan evaluasi pembelajaran

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

Setelah mempelajari modul peserta diharapkan dapat:


1. Menjelaskan prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
sesuai dengan karakteristik materi mata pelajaran yang diampu.
2. Memanfaatkan prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar dalam pembelajaran sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
yang diampu.
3. Mengidentifikasi aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk
dinilai dan dievaluasi( sikap, pengetahuan dan ketrampilan) sesuai dengan
karakteristik kompetensi dasar pada setiap paket keahlian.
4. Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk
dinilai dan dievaluasi( sikap, pengetahuan dan ketrampilan) sesuai dengan
karakteristik kompetensi dasar pada setiap paket keahlian.

C. Uraian Materi

Materi yang berkaitan dengan prinsip prinsip penilaian dan evaluasi


pembelajaran terurai dalam dua sub materi, yaitu: (1) Konsep penilaian dan
Evaluasi pembelajaran, (2). Teknik penilaian dan evaluasi pembelajaran.

Sub materi 1 : KONSEP PENILAIAN DAN EVALUASI PEMBELAJARAN

a. Pengertian Penilaian

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 11


Kegiatan Pembelajaran 1

Penilaian adalah proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka atau


deskripsi verbal), analisis, dan interpretasi untuk mengambil keputusan.
Sedangkan penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.

Untuk itu, diperlukan data sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar
pengambilan keputusan. Dalam hal ini, keputusan berhubungan dengan sudah
atau belum berhasilnya peserta didik dalam mencapai suatu kompetensi. Jadi,
penilaian merupakan salah satu pilar dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 yang
bebasis karakter relevan diimplementasikan di Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang berbasis kompetensi.

Penilaian merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah


perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui
sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik,
pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik.
Penilaian dilaksanakan melalui berbagai bentuk antara lain: penilaian unjuk
kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test),
penilaian proyek, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik
(portfolio), dan penilaian diri.

Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal diadakan dalam suasana
yang menyenangkan, sehingga memungkinkan peserta didik menunjukkan apa
yang dipahami dan mampu dikerjakannya. Hasil belajar seorang peserta didik
tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan peserta didik lainnya, tetapi
dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya. Dengan
demikian peserta didik tidak merasa dihakimi oleh guru tetapi dibantu untuk
mencapai apa yang diharapkan.

b. Prinsip-prinsip Penilaian
Dalam melaksanakan penilaian mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai
berikut:

12 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

1) Memandang penilaian dan kegiatan pembelajaran secara terpadu.


2) Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat penilaian
sebagai cermin diri.
3) Melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pembelajaran
untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta
didik.
4) Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik.
5) Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi
dalam pengamatan kegiatan belajar peserta didik.
6) Menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi. Penilaian dapat
dilakukan dengan cara tertulis, lisan, produk portofolio, unjuk kerja, proyek,
dan pengamatan tingkah laku.
7) Melakukan penilaian secara berkesinambungan untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil, dalam bentuk: ulangan harian, ulangan
tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
Ulangan harian dapat dilakukan bila sudah menyelesaikan satu atau
beberapa indikator atau satu kompetensi dasar (KD), ulangan tengah
semester dilakukan bila telah menyelesaikan beberapa KD atau satu
stándar kompetensi (SK), ulangan akhir semester dilakukan setelah
menyelesaikan semua KD atau SK semester bersangkutan, sedangkan
ulangan kenaikan kelas dilakukan pada akhir semester genap dengan
menilai semua SK semester ganjil dan genap, dengan penekanan pada
semester genap.
8) Penilaian kompetensi pada uji kompetensi melibatkan pihak sekolah dan
Institusi Pasangan/Asosiasi Profesi, dan pihak lain terutama DU/DI.
Idealnya, lembaga yang menyelenggarakan uji kompetensi ini independen;
yakni lembaga yang tidak dapat diintervensi oleh unsur atau lembaga lain.
9) Agar penilaian objektif, pendidik harus berupaya secara optimal untuk (1)
memanfaatkan berbagai bukti hasil kerja peserta didik dari sejumlah
penilaian, (2) membuat keputusan yang adil tentang penguasaan
kompetensi peserta didik dengan mempertimbangkan hasil kerja (karya)

c. Kegunaan Penilaian

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 13


Kegiatan Pembelajaran 1

Kegunaan penilaian antara lain sebagai berikut:


1) Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan
kelemahan dirinya dalam proses pencapaian kompetensi.
2) Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami
peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial.
3) Untuk umpan balik bagi pendidik/guru dalam memperbaiki metode,
pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan.
4) Memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang
efektivitas pendidikan.
5) Memberi umpan balik bagi pengambil kebijakan (Dinas Pendidikan Daerah)
dalam meningkatkan kualitas penilaian yang digunakan.

d. Fungsi Penilaian

Penilaian memiliki fungsi untuk:


1) Menggambarkan sejauhmana peserta didik telah menguasai suatu
kompetensi.
2) Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu
memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik
untuk perencanaan program belajar, pengembangan kepribadian, maupun
untuk penjurusan (sebagai bimbingan).
3) Menemukan kesulitan belajar, kemungkinan prestasi yang bisa
dikembangkan peserta didik, dan sebagai alat diagnosis yang membantu
pendidik/guru menentukan apakah seseorang perlu mengikuti remedial
atau pengayaan.
4) Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang
sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
5) Pengendali bagi pendidik/guru dan sekolah tentang kemajuan
perkembangan peserta didik.

e. Jenis-jenis penilaian

14 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik memiliki tujuan untuk mengetahui


tingkat penguasaan kompetensi, menetapkan ketuntasan penguasaan
kompetensi, menetapkan program perbaikan atau pengayaan
berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi, dan memperbaiki proses
pembelajaran.
2) Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilaksanakan dalam bentuk
penilaian otentik. Penilaian otentik merupakan pendekatan utama dalam
penilaian hasil belajar oleh pendidik. Penilaian otentikadalah bentuk
penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap,
menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari
pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya,
meliputi:
a) Sikap bisa dengan teknik obeservasi, jurnal, penilaian diri,
penilaian teman sejawat.
b) Pengetahuan bisa dengan teknik tes tulis maupun lisan, tanya
jawab
c) Keterampilan bisa dengan teknik tes tulis maupun praktik, porto
folio dan kerja proyek.
3) Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan acuan kriteria.
Acuan kriteria merupakan penilaian kemajuan peserta didik
dibandingkan dengan kriteria capaian kompetensi yang ditetapkan. Bagi
yang belum berhasil mencapai kriteria, diberi kesempatan mengikuti
pembelajaran remedial yang dilakukan setelah suatu kegiatan penilaian
baik secara individual, kelompok, maupun kelas. Bagi peserta didik yang
berhasil dapat diberikan program pengayaan sesuai dengan waktu yang
tersedia baik secara individual maupun kelompok. Program pengayaan
merupakan pendalaman atau perluasan dari kompetensi yang dipelajari.
Acuan Kriteria menggunakan modus untuk sikap, rerata untuk
pengetahuan, dan capaian optimum untuk keterampilan.
4) Penilaian hasil belajar oleh pendidik untuk ranah sikap, ranah
pengetahuan, dan ranah keterampilan menggunakan skala penilaian.
Skala penilaian untuk ranah sikap menggunakan rentang predikat
Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K). Sedangkan
skala penilaian untuk ranah pengetahuan dan ranah keterampilan

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 15


Kegiatan Pembelajaran 1

menggunakan rentang angka dan huruf 100 (A) - <= 55 (D) dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 1. 2 Skala Penilaian

No. Angka Huruf


1 86 - 100 SB
2 70 - 85 B
3 < 70 K

5) Lingkup dan sasaran penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup


ranah sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan.
a) Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada ranah sikap
spiritual dan sikap sosial meliputi tingkatan sikap: menerima,
menanggapi, menghargai, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai
spiritual dan nilai-nilai sosial.
b) Sasaran penilaian hasil belajar oleh pendidik pada ranah
pengetahuan kemampuan berpikir mulai dari mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta
serta dimensi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan
metakognitif.
c) Sasaran penilaian hasil belajar oleh pendidik pada ranah
keterampilan abstrak yaitu kemampuan mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi/ mencoba, menalar dan
mengomunikasikan. Sedangkan pada ranah keterampilan kongkret
adalah persepsi, kesiapan, meniru, membiasakan gerakan, mahir,
menjadi gerakan alami, menjadi tindakan orisinal.
6) Teknik Penilaian Ranah Sikap
Penilaian ranah sikap bertujuan membentuk sikap dan karakter peserta
didik yang dilaksanakan selama kegiatan proses pembelajaran
berlangsung. Penilaian ranah sikap dilakukan melalui pengamatan,
menggunakan lembar pengamatan atau ceklis pengamatan yang
memuat aspek sikap yang diamati. Rincian aspek sikap yang diamati
merujuk pada KD dari KI-1 dan KI-2.

16 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

Penilaian sikap dilakukan sebagai upaya mengembangkan sikap sosial


dan sikap spiritual dalam rangka pengembangan nilai karakter bangsa.
Oleh karena itu, pengembangan rubrik penilaian sikap pada seluruh
mata pelajaran di satuan.

Pendidikan fokus pada bagian dari upaya pencapaian ranah sikap


(spiritual dan sosial). Setiap satuan pendidikan menyepakati dan
menetapkan aspek dan rubrik penilaian sikap yang akan digunakan oleh
semua pendidik. Satuan pendidikan dalam mengembangkan aspek dan
rubrik penilaian sikap hendaknya memperhatikan sikap yang dituntut
berdasarkan KD dari KI-1 dan KI-2. Bila dimungkinkan pada tingkat
daerah (kabupaten atau kota) dikembangkan aspek dan rubrik penilaian
sikap yang digunakan oleh seluruh satuan pendidikan.

Setiap pendidik memetakan aspek sikap yang dikembangkan/ditekankan


pada kegiatan pembelajarannya sesuai dengan relevansi dan
karakteristik, baik yang tersurat maupun yang tersirat pada rumusan KI-
3 dan KI-4, serta menggunakan rubrik penilaian sikap yang disepakati
pada satuan Pendidikan

Untuk peserta didik yang bermasalah (belum menunjukkan sikap yang


diinginkan), terlebih dahulu dilakukan pembinaan selama proses
pembelajaran oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Frekuensi
perubahan sikap yang ditunjukkan oleh peserta didik selama kurun
waktu inilah yang disebut dengan modus. Nilai akhir yang dilaporkan
oleh pendidik kepada satuan pendidikan adalah nilai modus yang
diperoleh/nilai yang terbanyak muncul (Permendikbud Nomor 104 Tahun
2014 Pasal 6 ayat (3)).
Tabel 1. 3 Teknik dan Instrumen Penilaian Sikap

Teknik Penilaian Bentuk Instrumen Keterangan

Daftar cek Dilakukan selama


Observasi
Skala penilaian sikap proses pembelajaran.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 17


Kegiatan Pembelajaran 1

Daftar cek Dilakukan pada akhir


Penilaian diri
Skala penilaian sikap semester.

Dilakukan pada akhir


Penilaian antar Daftar cek semester, setiap
peserta didik Skala penilaian sikap peserta didik dinilai oleh
3 peserta didik lainnya.

Catatan pendidik Berupa catatan guru


tentang sikap dan tentang sikap dan
perilaku positif atau perilaku positif atau
Jurnal
negatif, selama dan di negatif peserta didik
luar proses yang tidak berkaitan
pembelajaran mapel. dengan mata pelajaran.

7) Teknik Penilaian Ranah Pengetahuan


Penguasaan siswa pada ranah pengetahuan dapat diukur melalui tes
tulis, observasi dan penugasan, dikembangkan berdasarkan kompetensi
yang harus dicapai oleh peserta didik. Pendidik dapat memilih salah satu
teknik dan bentuk penilaian ranah pengetahuan yang paling sesuai
dengan karakteristik kompetensi dasar yang dinilai.
Nilai akhir pengetahuan diambil dari nilai rerata perolehan nilai ranah
pengetahuan (Permendikbud no 104 tahun 2014 pasal 6 ayat 4).
Tabel 1. 4 Teknik dan Instrumen Penilaian Pengetahuan

Teknik
Bentuk Instrumen
Penilaian

 Memilih jawaban (pilihan ganda, dua pilihan benar-


salah, ya-tidak), menjodohkan, sebab-akibat.
Tes tulis
 Mensuplai jawaban (isian atau melengkapi, jawaban
singkat atau pendek, uraian).

 Daftar cek observasi guru terhadap diskusi, tanya


Observasi
jawab dan percakapan.

18 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

 Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah


Penugasan dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau
kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

8) Teknik Penilaian Ranah Keterampilan


Penilaian keterampilan meliputi keterampilan abstrak dan keterampilan
konkret. Keterampilan abstrak cenderung pada keterampilan seperti
mengamati, menanya, mengolah, menalar, dan mengomunikasikan
yang lebih dominan pada kemampuan mental (berpikir). Sedangkan
untuk keterampilan kongkret cenderung pada kemampuan fisik seperti
menggunakan alat, mencoba, membuat, memodifikasi, dan mencipta
dengan bantuan alat.
Tabel 1. 5 Teknik dan Instrumen Penilaian Keterampilan

Teknik Bentuk
Rubrik Keterangan
Penilaian Instrumen

Penilaian unjuk
 Daftar cek kerja/
(cek list), kinerja/praktik
 Skala disebut juga
Penilaian penilaian tugas
(Rating yang dilakukan
Scale). dengan cara
Unjuk
Penilaian mengamati
kerja/
kinerja yang kegiatan peserta
kinerja/
menggunak didik dalam
praktik
an skala melakukan kerja.
penilaian Penilaian Tugas
memungkin adalah penilaian
kan penilai atas proses dan
memberi hasil pengerjaan
nilai tengah tugas yang
dilakukan individu

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 19


Kegiatan Pembelajaran 1

Teknik Bentuk
Rubrik Keterangan
Penilaian Instrumen
/ kelompok.

 Penilaian Penilaian projek


projek dapat digunakan
dilakukan untuk
mulai dari mengetahui
perencanaa pemahaman,
n, mengaplikasi,
pelaksanaa menyelidiki dan
n, sampai menginformasika
Projek pelaporan. n suatu hal

 Untuk secara jelas.

menilai Penilaian projek


setiap dilakukan mulai
tahap perlu dari
disiapkan perencanaan,
kriteria pelaksanaan,
penilaian sampai
atau rubrik. pelaporan.

 Daftar cek Ukuran = 1 Penilaian produk


atau skala Ukuran dan waktu = menilai
penilaian 2 kemampuan
(rubrik) peserta didik
Ukuran, waktu, dan
Produk membuat produk-
toleransi = 3
produk, teknologi,
Ukuran, waktu,
dan seni.
toleransi, dan fungsi
=4

 Daftar cek Isi portofolio = 1 Penilaian


atau skala Isi portofolio dan portofolio pada
Portofolio
penilaian konten = 2 dasarnya menilai
karya-karya

20 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

Teknik Bentuk
Rubrik Keterangan
Penilaian Instrumen
(rubrik) Isi portofolio, konten, peserta didik
dan sistematika = 3 secara individu
Isi portofolio, konten, pada satu
sistematika, dan periode untuk
simpulan = 4 suatu mata
pelajaran.

 Tes tulis, Isi tulisan = 1 Penilaian tulis


daftar cek Isi tulisan dan juga digunakan
atau skala sistematika = 2 untuk menilai
penilaian ranah
Isi tulisan,
(rubrik) keterampilan,
sistematika, dan
Tulis seperti menulis
kalimat pokok = 3
karangan,
Isi tulisan,
menulis laporan,
sistematika, kalimat
dan menulis
pokok, dan simpulan
surat, laporan
=4
keuangan, dsb.

Hasil penilaian setiap KD keterampilan dilaporkan dalam bentuk nilai


optimum (nilai tertinggi) dari indikator pencapaian kompetensi (IPK)
dengan catatan tidak ada IPK yang mendapat nilai di bawah batas
ketuntasan (70). Sedangkan Nilai akhir untuk ranah keterampilan yang
dilaporkan pendidik kepada satuan pendidikan diambil dari rerata nilai
optimal ranah keterampilan (Panduan Penilaian Pendidikan Menengah
Kejuruan 2017).
9) Ketuntasan
Masing-masing ranah (sikap, pengetahuan, dan keterampilan)
digunakan penyekoran dan pemberian predikat yang berbeda. Nilai
ketuntasan ranah sikap dituangkan dalam bentuk predikat, yakni
predikat Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K). Nilai
ketuntasan sikap dengan predikat baik (B)

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 21


Kegiatan Pembelajaran 1

Nilai ketuntasan ranah pengetahuan dan ranah keterampilan


dituangkan dalam bentuk angka dan huruf, yakni 0 – 100 untuk angka
yang ekuivalen dengan huruf A sampai dengan D sebagaimana tertera
pada tabel berikut.

Tabel 1. 6 Nilai Ketuntasan Pengetahuan dan Keterampilan

Nilai Ketuntasan
Pengetahuan dan Keterampilan
Rentang Angka Huruf

86 - 100 SB

71 - 85 B

<70 K

Nilai ketuntasan ranah sikap pada skala Baik (B), sedangkan untuk
ranah pengetahuan dan keterampilan pada skala ≥70 (B). Hal yang
perlu diperhatikan oleh pendidikan adalah batas ketuntasan.
10) Remedial dan Pengayaan
Peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar (<70) wajib
mengikuti kegiatan remedial pada semester berjalan hingga mencapai
ketuntasan belajar. Sedangkan bagi peserta didik yang telah mencapai
ketuntasan belajar dan memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata yang
telah ditetapkan dapat diberikan pengayaan dan pendalaman materi
11) Pelaporan Pencapaian Kompetensi
a) Skor dan Nilai
Kurikulum 2013 menggunakan skala skor penilaian 0 – 100 dalam
menyekor pekerjaan peserta didik untuk setiap kegiatan penilaian
(ulangan harian, ujian tengah semester, ujian akhir semester, tugas-
tugas, ujian sekolah).
b) Bentuk Laporan
Pelaporan hasil belajar oleh pendidik diberikan dalam bentuk
laporan hasil semua bentuk penilaian. Pelaporan hasil belajar
merupakan hasil pengolahan oleh pendidik dengan menggunakan

22 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

kriteria. Pelaporan hasil belajar oleh pendidik digunakan oleh satuan


pendidikan untuk mengisi rapor dan menentukan promosi peserta
didik.
Peserta didik dinyatakan tidak naik kelas apabila hasil belajar dari
paling sedikit 3 (tiga) mata pelajaran pada ranah pengetahuan,
keterampilan, dan/atau sikap belum tuntas.
c) Nilai untuk Rapor
Hasil belajar yang dicantumkan dalam Rapor berupa:
 untuk ranah sikap menggunakan skor modus dengan predikat
Kurang (K), Cukup (C), Baik (B), atau Sangat Baik (SB);
 untuk ranah pengetahuan dan keterampilan menggunakan skor
rerata 0 - 100 dengan predikat K - A.

D. Aktivitas Pembelajaran

Aktivitas pembelajaran pada kegiatan pembelajaran Prinsif, Asfek, da Evaluasi


Pembelajaran terdiri atas dua bagian: yaitu diskusi materi dan aktivitas
mengerjakan lembar kerja. Anda dipersilahkan melakukan aktivitas
pembelajaran tersebut secara mandiri dan kerjasama dengan disiplin dan
penuh tanggung jawab yang tinggi.
1. Diskusi Materi
Pada saat mempelajari materi, baca uraian materi sampai tuntas dengan
teliti, kritis, dan rasa ingin tahu yang tinggi dan buatlah rangkuman dengan
kreatif dalam bentuk peta pikiran (mindmap) secara mandiri kemudian
diskusikan dalam kelompok. Baca juga buku Panduan Penilaian untuk
Sekolah Menengah Kejuruan tahun 2016 yang dikeluarkan oleh Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan , Kemendikbud. Selanjutnya
perwakilan kelompok bekerjasama mempresentasikan hasil diskusi kelompok
dan anggota kelompok lain menghargai, memperhatikan dan menanggapinya
secara aktif.
2. Lembar Kerja
Setelah mengkaji materi Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran, Anda dapat
mencoba melakukan kegiatan yang dalam modul ini disajikan dalam lembar
kerja. Pastikan Anda sudah menguasai seluruh materi dalam modul.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 23


Kegiatan Pembelajaran 1

Aktivitas dapat dilakukan secara mandiri atau dapat bekerjasama dalam


kelompok masing-masing serta menyelesaikan aktivitas secara disiplin
sesuai dengan waktu yang ditentukan

Aktivitas: Mengidentifikasi Kegiatan Pembelajaran 1


LK.01. Prinsif, Asfek, dan Penilaian Pembelajaran
Lakukan:
Mengidentifkasi Permen Dikbud Nomor 23 Tahun 2016, Cermati dengan
Panduan Penilaian Hasil Belajar SMK (April, 2017), berikan kajian dan hasil
dipresentasikan !

E. Latihan/Tugas

Petunjuk pengerjaan soal


1. Bacalah secara cermat terlebih dahulu soal-soal berikut dalam
mengerjakan
2. Silanglah pada pilihan jawaban yang anda anggap paling tepat dari 4 item
pilihan jawaban (A, B, C, D) dari soal di bawah.
3. Bila hendak mengganti pilihan jawaban yang anda sudah tersilang
meragukan, maka lingkarilah jawaban tersebut dan silanglah dengan
pilihan jawaban yang baru, contoh sebagai berikut: A , B , C , D.
4. Waktu: 20 menit

SOAL
1. P Pada penilaian dan evaluasi pembelajaran terdapat istilah pengukuran,
hal tersebut adalah ….
A. membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria

24 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

B. membandingkan hasil pengamatan dengan data


C. membandingkan hasil pengamatan dengan obyek
D. membandingkan hasil pengamatan dengan subyek

2. Makna penilaian dalam penilaian dan evaluasi mengandung makna ….


A. proses pengumpulan populasi
B. proses pengumpulan sampling
C. proses pengumpulan bukti
D. proses pengumpulan sumber data
3. Makna evaluasi dalam rangkaian penilaian dan evaluasi pembelajaran
adalah.
A. pengambilan keputusan berdasarkan hasil data
B. pengumpulan keputusan berdasarkan hasil penilaian
C. pengumpulan keputusan berdasarkan hasil pengukuran
D. pengumpulan keputusan berdasarkan hasil sampling
4. Penilaian hasil belajar membantu peserta didik untuk mengetahui ….
A. kelemahan belajar
B. capaian mata pelajaran
C. capaian kurikulum
D. ketuntasan materi
5. Penilaian hasil belajar oleh peserta didik bertujuan untuk ….
A. mengetahui tingkat kreatifitas
B. mengetahui tingkat kecerdasan
C. mengetahui tingkat kerajinan
D. mengetahui tingkat kompetensi
6. Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan acuan ….
A. patokan
B. kriteria
C. norma
D. skala
7. Tingkat penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup ranah ….
A. sikap, pengetahuan, dan sosial
B. sikap, pengetahuan, dan spiritual

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 25


Kegiatan Pembelajaran 1

C. sikap, pengetahuan, dan moral


D. sikap, pengetahuan, dan keterampilan
8. Teknik penilaian pengetahuan meliputi ….
A. tes tertulis, observasi, dan jurnal
B. tes tertulis, observasi, dan penugasan
C. tes tertulis, observasi, dan penilaian diri
D. tes tertulis, observasi, dan teman sejawat
9. Keterampilan meliputi keterampilan kongkrit dan abstrak, berikut ini
yang termasuk keterampilan kongkrit adalah ….
A. menanya
B. menalar
C. mencoba
D. mengolah
10 Peserta didik di wajibkan mengikuti remedial pada ranah pengetahuan
dan keterampilan ketuntasan belajar adalah ….
A. > 70
B < 70
C. ≤ 80
D. >80

F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Skor maksimal dari hasil mengerjakan latihan/tugas adalah 100. Nilailah diri
Anda dengan jujur dan profesional. Jika Anda memperkirakan bahwa
pencapaian Anda masih kurang dari 80% sebaiknya Anda ulangi kembali
mempelajari bab ini dengan pantang menyerah, disiplin dan kerja keras.
Berdiskusi dan bekerjasamalah dengan teman atau sejawat Anda dengan
menumbuhkan sikap saling menghargai, tidak memaksakan kehendak, berpikir
terbuka dan tetap kritis secara profesional bila ada bagian-bagian yang belum
Anda kuasai. Bagi Anda yang memperkirakan bahwa skor Anda minimal sudah
mencapai 80%, berarti Anda telah menguasai materi Prinsif,Asfek, dan
Penilaian Pembelajaran dengan baik. Silahkan Anda lanjutkan mempelajari
materi selanjutnya. Selain itu, kemampuan Anda akan semakin kuat dengan

26 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

dukungan informasi yang bisa Anda dapatkan dari internet. Tetaplah menjadi
menjadi guru yang belajar sepanjang hayat, pantang menyerah dan
disiplin dalam belajar.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 27


Pedagogik KK H

Kegiatan Pembelajaran 2
Menentukan Prosedur, Instrumen Penilaian, Dan
Evaluasi Pembelajaran

A. Tujuan

Setelah mengerjakan modul dan mempelajari latihan, peserta mampu


memahami prosedur, instrumen penilaian dan evaluasi pembelajaran

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Prosedur penilaian dan evaluasi dijelaskan sesuai dengan aspek-aspek


penilaian proses dan hasil belajar yang ditetapkan.
2. Prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
diimplementasikan dalam perancangan penilaian dan evaluasi sesuai
dengan aspek-aspek penilaian dan proses hasil belajar.
3. Instrumen penilaian dikembangkan sesuai dengan dimensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan.

C. Uraian Materi

Materi yang berkaitan dengan penentuan tujuan pembelajaran terurai dalam


dua sub materi, yaitu: (1) Prosedur penilaian dan evaluasi dijelaskan sesuai
dengan aspek-aspek penilaian, (2) Prosedur penilaian dan evaluasi proses dan
hasil belajar diimplementasikan dalam perancangan penilaian dan evaluasi

1. Pengertian Prosedur Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran

a. Pengertian Prosedur Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran

Prosedur dalam mengadakan evaluasi dapat dibagi atas beberapa langkah


atau step. Mengenai pembagian langkah-langkah evaluasi ini ada
beberapa pendapat. Yulien Stanley mengatakan bahwa : “Langkah-langkah

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 29


Kegiatan Pembelajaran 3

evaluasi itu terdiri dari: (1) menetapkan tujuan program, (2) memilih alat
yang layak, (3) pelaksanan pengukuran, (4) memberikan skor, (5)
menganalisa, (6) menginterpretasikan skor, (7) membuat catatan yang
baik, dan (8) menggunakan hasil-hasil pengukuran” (Yulien Stanley, 1964,
hal. 299).

Menurut Mochtar Buchari M. Ed, “Langkah-langkah pokok dalam evaluasi


terdiri dari
(1) perencanaan,
(2) pengumpulan data,
(3) verifikasi data,
(4) analisa data, dan
(5) interpretasi data
Dalam modul ini penulis akan mempergunakan sistematik dari Mochtar
Buchari M. Ed, yang membagi prosedure evaluasi atas lima langkah pokok.
1) Perencanaan Evaluasi
Perencanaan untuk suatu rangkaian kegiatan penilaian terutama hasil
belajar yang akan dilaksanakan dalam suatu program pelatihan dapat
dibagi dalam dua bagian pokok yaitu:
- Perencanaan umum, yaitu suatu perencanaan yang menyangkut
segenap rencana kegiatan evaluasi hasil belajar dalam suatu jenis
pelatihan tertentu.
- Perencanaan khusus, yaitu langkah-langkah perencanaan yang
khusus dilakukan oleh setiap pengajar setiap kali ia akan
mengadakan evaluasi hasil belajar.
Di bawah ini akan kami uraikan lebih lanjut tentang kedua jenis
perencanaan yang telah disebutkan di atas.

a) Perencanaan Umum

Di dalam sistem pengaturan pemberian pelajaran di sekolah-sekolah


dewasa ini, khususnya di sekolah menengah digunakan sistem guru
vak. Dalam sistem tersebut seorang guru tidak mengajar satu kelas
(guru kelas) untuk seluruh pelajaran di kelas itu. Seorang guru hanya
berkewajiban hanya mengajarkan satu atau beberapa mata pelajaran

30 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

untuk beberapa kelas tertentu. Atau dengan kata lain, seseorang atau
sekelompok murid tidak menerima pelajaran hanya dari sejumlah guru
yang masing-masing memegang satu mata pelajaran atau lebih,
namun bisa bertatap muka dengan beberapa guru. Dengan demikian
pencapaian tujuan pelatihan untuk seseorang atau sekelompok murid
bukan merupakan tanggung jawab seorang guru saja, melainkan
tanggung jawab sejumlah guru yang bersama-sama ikut mendidik
murid-murid tersebut.
Oleh karena evaluasi hasil belajar disuatu sekolah akan dilakukan oleh
sejumlah tenaga pengajar di sekolah tersebut, maka supaya tidak
terjadi kesimpang-siuran dalam pelaksanaan evaluasi antara guru
yang satu dengan guru yang lainnya, perlu adanya suatu pedoman
bersama yang dapat dijadikan pegangan oleh para guru dalam
mengadakan evaluasi hasil belajar untuk vaknya masing-masing.
Pedoman bersama tersebut hendaknya disusun dalam suatu program
bersama tentang kegiatan evaluasi yang dilaksanakan di sekolah
tersebut. Program semacam ini disebut program evaluasi.
Program evaluasi harus bersifat singkat dan cukup jelas bagi setiap
orang yang mempergunakannya. Program evaluasi sekali-kali tidaklah
boleh menyerupai suatu texbook tentang evaluasi.
Program evaluasi untuk suatu sekolah hendaknya memuat hal-hal
sebagai berikut:
- Perincian terhadap tujuan evaluasi dalam lembaga pelatihan
tersebut dan tujuan evaluasi setiap mata pelajaran.
- Perincian mengenai aspek pertumbuhan yang harus diperhatikan
dalam setiap tindakan evaluasi.
- Metode evaluasi yang dapat dipergunakan.
- Masalah alat evaluasi yang dapat dipergunakan.
- Kriterium dan skala yang dapat dipergunakan.
- Jadwal evaluasi.
Kalau setiap ketentuan yang dicantumkan diatas tadi diuraikan secara
singkat dalam satu bab maka model program evaluasi itu dapat berupa
satu buku kecil (booklet) yang tidak terlampau tebal dan merupakan
pegangan (manual) yang cukup berguna bagi para pengajar di

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 31


Kegiatan Pembelajaran 3

sekolah tersebut. Program evaluasi hendaknya ditentukan bersama-


sama oleh seluruh anggota korp pengajar di sekolah. Program evaluasi
tidak boleh menimbulkan perasaan pada para pengajar bahwa
segenap kebebasan dan inisiatif mereka terampas sama sekali. Jadi
bagaimanapun juga susunan suatu program evaluasi di suatu sekolah
setiap pengajar masih mempunyai kebebasan dan kewajiban untuk
mempersiapkan setiap tindakan evaluasi yang akan dilakukannya.
(Mochtar Buchari M. Ed. 1972).

b) Perencanaan khusus

Di atas telah disebutkan, bahwa program evaluasi merupakan


pedoman umum bagi setiap guru dalam melaksanakan kegiatan
evaluasi di sekolah tersebut. Di samping berpedoman pada program
evaluasi, setiap guru hendaknya membuat persiapan-persiapan
khusus setiap kali ia akan mengadakan kegiatan evaluasi.
Program evaluasi dan persiapan khusus dua hal yang tidak dapat
dipisah-pisahkan. Kedua hal tersebut saling lengkap-melengkapi.
Banyak sedikitnya hal-hal yang perlu dilakukan dalam persiapan
khusus ini tergantung kepada terperinci tidaknya ketentuan-ketentuan
yang dicantumkan dalam program evaluasi. Misalnya apabila di dalam
program evaluasi telah dicantumkan tentang tujuan-tujuan evaluasi
secara terperinci maka dalam persiapan khusus tentu hal itu tidak perlu
dilakukan lagi. Sebaliknya apabila dalam program evaluasi tersebut
baru dicantumkan tujuan umumnya saja, tujuan yang secara terperinci
harus dilakukan oleh guru dala persiapan khusus.
Persiapan-persiapan khusus untuk suatu tindakan evaluasi dapat kita
bagi-bagi dalam beberapa step yaitu: (1) merumuskan tujuan, (2)
menetapkan aspek-aspek yang dinilai, (3) menetapkan metode, (4)
menyiapkan alat-alat, (5) membuat kriteria, dan (6) menentukan
frekuensi pengukuran.
Di bawah ini diuraikan lebih lanjut tentang keenam step tersebut.

Pertama yang harus dilakukan dalam langkah perencanaan ini ialah


merumuskan tujuan evaluasi yang hendak dilaksanakan dalam suatu

32 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

proses pelatihan yang didasarkan atas tujuan yang hendak dicapai


dalam program pelatihan tersebut.

Merumuskan tujuan
Dalam setiap mempersiapkan suatu tindakan evaluasi, pertama-tama
yang harus dilakukan ialah merumuskan tujuan evaluasi yang hendak
dicapai dalam tindakan evaluasi tersebut. Setiap guru yang akan
melakukan tindakan evaluasi yang terlebih dahulu perlu
mempertanyakan: “ Apakah tujuan evaluasi yang akan saya lakukan
ini?”. Terhadap pertanyaan tersebut, hendaknya diberikan jawaban
secara terperinci. Artinya tidak cukup kalau jawaban itu masih bersifat
umum. Misalnya seorang guru dalam mata pelajaran IPA pada suatu
ketika akan mengadakan evaluasi tentang IPA, dan bahan pelajaran
yang akan digunakannya sebagai bahan evaluasi adalah soal makhluk
hidup. Maka rumusan tujuan evaluasi yang hendak dilaksanakan
tidaklah cukup kalau hanya dirumuskan sebagai berikut: “ tujuan
evaluasi yang hendak saya lasanakan ialah untuk mengetahui
pengetahuan murid-murid tentang soal makhluk hidup”. Rumusan
tujuan seperti tersebut masih terlalu umum, sehingga tidak menuntun
guru dalam menyusun soalan-soalan tes. Oleh karena itu rumusan itu
haris dirinci lebih lanjut. Tentang apa saja dari makhluk hidup itu yang
ingin diketahui. Dan seberapa dalam proses mental yang ingin diukur
dalam hubungannya dalam pengetahuan makhluk hidup tersebut.

Perumusan yang terperinci tentang tujuan-tujuan yang ingin dicapai


dalam suatu tindakan evaluasi dapat dilakukan melalui dua hal.
Pertama adalah dengan mengadakan perincian tentang ruang lingkup
daripada pengetahuan yang hendak diukur, dan kedua dengan
mengadakan perincian terhadap proses mental yang hendak diukur
sehubungan dengan pengetahuan tersebut. Yang pertama
menyangkut tentang luas pengetahuan dan yang kedua menyangkut
tentang jenjang pengetahuan.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 33


Kegiatan Pembelajaran 3

Pengetahuan tentang perincian yang hendak diukur hendaknya


berpedoman dengan ruang lingkup ilmu pengetahuan tersebut,
sesuai dengan luas pengetahuan yang ditetapkan dalam kurikulum
sekolah yang bersangkutan. Dalam kurikulum akan dapat diketahui
aspek-aspek apa saja dari makhluk hidup yang harus diketahui oleh
murid-murid.

Perincian tentang jenjang pengetahuan yang hendak diukur dapat


dilakukan dengan berpedoman kepada salah satu sistematika yang
banyak diikuti orang saat ini ialah penggolongan jenis pengetahuan
menurut Bloom, yang lebih dikenal dengan sebutan taksonomi Bloom
(Bloom‟s Taxsonomy). Menurut Bloom penggolongan jenis ilmu
pengetahuan adalah sebagai berikut:
1. Daerah Kognitif (Cognitive Domain)
(a) Pengetahuan, (b) pengertian, (c) aplikasi, (d) analisis, (e)
evaluasi
2. Daerah Efektif (Affective Domain)
(a) penerimaan, (b) respon, (c) penilaian, (d) organisasi, (e)
karakterisasi
3. Daerah Psiko-motor (Psyco-motor Domain)
(a) peniruan , (b) penggunaan, (c) ketelitian, (d) penyambungan,
(e) naturalisasi

Dari uraian yang telah disajikan dimuka jelaslah bahwa tujuan mata
pelajaran merupakan sumber utama untuk menentukan tujuan suatu
tindakan evaluasi tertentu.

Perumusan yang lebih khusus daripada tujuan-tujuan evaluasi


ditentukan oleh jenis tugas yang kita hadapi. Tujuan evaluasi yang
dilaksanakan oleh seorang konselor pelatihan akan berbeda dengan
tujuan evaluasi yang dilaksanakan oleh sebuah panitia seleksi, yang
akan berbeda pula dengan tujuan-tujuan evaluasi yang dilaksanakan
oleh seorang guru yang mengajarkan suatu mata pelajaran tertentu.

34 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

Peserta pelatihan bertujuan untuk mendapatkan informasi yang


selengkap-lengkapnya tentang anak didik agar dapat memberikan
pelatihan yang sebaik-baiknya. Sebuah panitia seleksi bertujuan
untuk mengetahui potensi-potensi yang ada pada para calon untuk
dapat memilih calon yang paling tepat untuk jenis pelatihan atau jenis
jabatan tertentu. Seorang guru yang mengajar suatu mata pelajaran
tertentu akan bertujuan untuk mengetahui apakah bahan-bahan
pelajaran yang disampaikannya pada anak-anak sudah dikuasainya
atau belum.

Kedua yang harus dilakukan dalam rangka perencanaan ialah


menetapkan aspek-aspek yang harus dinilai. Penentuan tentang jenis
aspek yang harus dinilai ditentukan oleh tujuan evaluasi yang
dilaksanakan. Konselor pelatihan yang bertujuan untuk memperoleh
bahan informasi yang cukup lengkap tentang anak didik dengan
sendirinya harus mengadakan evaluasi terhadap sejumlah aspek
tertentu seperti bakat, minat, sikap, penyesuaian sosial dan
sebagainya.

Aspek-aspek yang akan dinilai dalam suatu tindakan evaluasi


didasarkan pada tujuan evaluasi yang telah dirumuskan. Apabila
tujuan suatu tindakan evaluasi bertujuan untuk memeriksa
pengetahuan anak-anak dalam soal makanan diklasifikasikan
menjadi pengetahuan fakta, pengertian dan aplikasi, maka aspek-
aspek yang akan diungkap dalam tindakan evaluasi yang
dilaksanakan dengan sendirinya adalah manifestasi dari pengetahuan
fakta, pengertian dan aplikasi tersebut. Demikian pula apabila
tindakan evaluasi yang akan dilaksanakan itu bertujuan untuk
memeriksa pengetahuan anak tentang makanan yang materinya
terdiri dari empat bagian misalnya, maka aspek-aspek yang akan
diungkap dalam tindakan evaluasi itu haruslah terdiri dari keempat
bagian tersebut.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 35


Kegiatan Pembelajaran 3

Sebuah panitia seleksi yang bertujuan untuk memilih calon-calon


yang terbaik dari semua calon yang ada akan mengadakan evaluasi
terhadap potensi-potensi dasar yang diperlukan dalam jenis pelatihan
atau jenis jabatan tertentu.

Seorang guru yang mengajar suatu mata pelajaran tertentu akan


mengadakan evaluasi terhadap aspek-aspek hasil belajar seperti
yang ditentukan dalam kurikulum, buku-buku pedoman atau tujuan-
tujuan tertentu yang harus dicapai dalam mata pelajaran yang
diajarkan.

Ketiga yang harus dilakukan dalam langkah perencanaan ialah


menentukan metode evaluasi yang akan dipergunakan. Metode
evaluasi yang akan dipergunakan ditentukan oleh jenis aspek yang
akan dinilai. Untuk menilai minat misalnya dapat dipergunakan
metode inventori, checklist, interviu, dan observasi. Untuk menilai
hasil belajar dapat dipergunakan metode observasi dan tes.

Menetapkan Methode
Setelah kita selesai merumuskan tujuan dan menetapkan aspek yang
akan dinilai dari suatu tindakan evaluasi yang akan kita lakukan,
maka soal ketiga yang harus kita lakukan ialah: menentukan metode
yang sebaik-baiknya yang dapat kita pergunakan.

Yang harus kita perhatikan dalam menetapkan metode yang akan


dipergunakan dalam suatu tindakan evaluasi ialah bahwa kita harus
terlebih dahulu harus mengenal bentuk-bentuk manifestasi dari apa
yang kita hendak nilai pada anak-anak tadi dan baru kemudian
menetapkan metode yang hendak kita pergunakan. Kalau aspek
yang kita nilai mempunyai bermacam-macam bentuk manifestasi,
maka sedapat mungkin kita pilih manifestasi yang paling langsung
dari aspek tadi.

36 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

Misalnya bahwa tujuan mata pelajaran ilmu kesehatan antara lain


adalah: “ Mengajarkan kepada anak-anak cara-cara yang dapat
ditempuh memperoleh dan menyiapkan makanan serta menanamkan
kesadaran akan perlunya memilih makanan yang sehat”. Untuk
menilai pengetahuan anak-anak tentang cara-cara memperoleh dan
menyiapkan makanan dapat kita lakukan dengan mempergunakan
metode tes. Sedangkan unruk menilai kesadaran anak-anak tentang
pemilihan makanan yang sehat dapat kita laksanakan dengan
mempergunakan metode observasi. Kita perhatikan misalnya ada
atau tidaknya kebiasaan pada para murid untuk membeli makanan
yang tidak cukup terjaga kebersihannya pada waktu istirahat dan
sebagainya.

Keempat daripada langkah perencanaan ialah memilih atau


menyusun alat-alat evaluasi yang akan dipergunakan. Alat-alat
evaluasi yang dipergunakan ditentukan oleh metode evaluasi yang
kita gunakan. Untuk pelaksanaan metode observasi alat evaluasi
yang perlu disiapkan ialah pedoman observasi dan blanko untuk
mencatat hasil-hasil yang akan diperoleh dalam observasi. Untuk
pelaksanaan metode tes alat evaluasi yang dipergunakan ialah
soalan-soalan tes.

Soal selanjutnya yang harus kita lakukan setelah kita selesai


menetapkan metode yang akan kita pergunakan untuk melakukan
suatu tindakan evaluasi ialah mempersiapkan alat-alat yang akan kita
pergunakan dalam evaluasi tersebut. Kalau evaluasi yang kita
laksanakan itu berupa soal tes tertulis maka alat yang digunakan
adalah berupa soalan tes. Kalau evaluasi yang digunakan itu berupa
observasi maka alat yang harus dipersiapkan adalah berupa
petunjuk, dan suatu blanko yang akan kita pergunakan untuk
mencatat dan menafsirkan hasil-hasil observasi tadi.

Apabila alat-alat evaluasi yang akan dipergunakan cukup tersedia


maka kita tinggal memilih salah satu daripada alat tersebut. Tetapi

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 37


Kegiatan Pembelajaran 3

apabila alat-alat tersebut yang akan kita pergunakan belum tersedia


maka kita harus menyusun sendiri alat-alat evaluasi yang akan
dipergunakan itu.

Masalah penyusunan alat-alat evaluasi (instrumen evaluasi)


merupakan hal yang sangat penting dalam proses evaluasi. Sebab
tepat tidaknya data yang diperoleh tergantung kepada baik tidaknya
alat-alat evaluasi yang kita gunakan. Misalnya di dalam mengadakan
evaluasi terhadap hasil belajar, kita menggunakan tes yang tidak baik
susunannya maka kita tidak akan mendapatkan data tentang hasil
bealajar yang tepat. Oleh karena itu masalah penyusunan alat-alat
evaluasi merupakan hal yang sangat penting artinya.

Kelima daripada langkah perencanaan ialah menentukan kriteria


yang akan dipergunakan. Misalnya dalam evaluasi hasil belajar dapat
digunakan skala lima, skala sebelas atau skala seratus.

Keenam daripada langkah perencanaan ialah menetapkan frekuensi


evaluasi. Setelah alat-alat evaluasi yang akan kita pilih atau kita
susun dan telah kita tetapkan kriterianya maka selanjutnya kita
menentukan frekuensi evaluasi tersebut. Artinya berapa kalikah
evaluasi itu dilaksanakan dalam suatu periode tertentu. Hal ini
tergantung kepada tujuan yang hendak dicapai.

Dalam evaluasi terhadap hasil belajar suatu pedoman yang tepat


dipergunakan untuk menetapkan frekuensi evaluasi ialah susunan
daripada bahan pelajaran. Kalau suatu bahan pelajaran terdiri dari
empat unit misalnya, maka evaluasi terhadap bahan pelajaran
tersebut paling sedikit harus dilaksanakan setiap akhir daripada suatu
unit.

2) Langkah pengumpulan data

38 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

Langkah pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara langsung


bertemu responden. Pada saat itu langsung bisa menggunakan
metode interview atau bisa diberi angket (questionair). Cara lain
untuk mengumpulkan data questionair dikirim via pos namun dengan
syarat diberi perangko balik, dengan maksud angket yang telah diisi
bisa dikirim kembali. Kerugian angket dikirim bahwa angket tidak bisa
dikontrol untuk dikirim balik sehingga kemungkinan tidak kembali
adalah tinggi. Berbeda dengan interview yang langsung bisa bertemu
dengan responden, namun bagi responden lebih fair dalam mengisi
atau nebjawab bila tidak bertatap langsung dengan pencari data.
Untuk itu pencarian data bisa dilakukan dengan kombinasi antara
metode bertemu dan memberi angket.

3) Verifikasi data

Langkah ini dapat dibagi atas beberapa sub langkah yaitu


pelaksanaan evaluasi, memeriksa hasil-hasil evaluasi, dan memberi
kode atau skor. Memberi kode berarti pemberian tanda-tanda tertentu
yang tidak bermakna kuantitatif. Misalnya apabila dalam suatu
interviu kita menanyakan sikap “setuju” atau “tidak setuju” tehadap
suatu masalah, maka jawaban “setuju” atau “tidak setuju” itu dapat
kita beri kode 1 atau 2 dimana kode ini tidak berarti bahwa kode 1
lebih baik dari kode 2 atau sebaliknya.

Pemberian skor berarti pemberian tanda-tanda tertentu yang diberi


makna kuantitatif. Misalnya dalam suatu tes hasil belajar jawaban
pengikut tes dalam suatu item dapat diberi skor 3, 2 atau 1, dimana
ini berarti bahwa 3 lebih baik dari 2, dan 2 lebih baik dari 1.

Data berupa angka-angka yang kita peroleh dari pengumpulan data


masih merupakan data mentah yang belum dapat memberikan
gambaran yang jelas kepada kita. Agar kita mendapatkan gambaran
yang jelas dari evaluasi yang kita laksanakan, maka kode atau skor
yang diperoleh harus dianalisa lebih lanjut.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 39


Kegiatan Pembelajaran 3

Analisis Data

Disajikan dalam pelatihan khusus (Suryanto,2013)

a. Analisa data

Sehubungan dengan ini maka kita mengenal teknik-teknik mengolah


data. Tekhnik pengolahan data atau analisa data biasanya
diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu pengolahan secara statistik
(statistical analisis) dam pengolahan bukan secara statistik (non
statistical analisis). Pengolahan jenis mana yang akan dipergunakan
antara lain tergantung pada jenis data yang diolah. Apabila data
tersebut merupakan data kuantitatif maka pengolahan yang serasi
adalah pengolahan dengan analisa statistik. Sebaliknya apabila data
itu bersifat kualitatif maka pengolahan yang serasi adalah pengolahan
dengan analisa non statistik.

Contoh di bawah mengolah data dengan statistik deskriptif : Tabel 1.7

Group
Umur Total
antara antara antara
Kurang 24 s.d 31 s.d 41 s.d 51
dari 24 30 40 50 tahun
tahun tahun tahun tahun keatas
Sum Sum Sum Sum Sum Sum
Suku Jawa Penda
bangs a patan
51 94 161 147 76 529
per
bulan
Madura
93 134 200 215 174 816
Group Total
144 228 361 362 250 1345

40 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

Diagram Pie
Pendapatan suku jawa dan madura

Jawa

Madura

Cases weighted by PENDPT

Tabel di atas menggambarkan tabel hasil pengolahan data yang telah


ditabulasi, kemudian data tersebut dimasukkan dalam prgram SPSS
dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasilnya bisa dilihat
dalam tabel tersebut.

Untuk diagram pie merupakan gambaran perbedaan antara variabel


satu dengan uang lainnya, nampak dalam tabel tersebut memiliki
bentuk yang berbeda.Sedangkan untuk menganalisis kita perlu
membaca hasil tersebut.

b. Interpretasi data

Memberikan interpretasi maksudnya adalah merupakan suatu


pernyataan (statement) tentang hasil pengolahan data. Interpretasi
terhadap suatu hasil evaluasi didasarkan atas kriteria tertentu yang
disebut norma. Norma ini dapat ditetapkan atau disiapkan terlebih
dahulu secara rasional sebelum suatu evaluasi dilaksanakan, tetapi
dapat pula dibuat berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam
pelaksanaan evaluasi. Sebagai contoh di atas dapat diinterpretasikan
sebagai berikut :

Suku jawa memiliki pendapatan sebesar 529 ribu per bulan,


sedangkan suku madura memiliki pendapatan sebesar 816 ribu per

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 41


Kegiatan Pembelajaran 3

bulan. Dilihat secara angka menunjukkan ada perbedaan, namun hal


ini belum bisa dikatakan betul-betul berbeda. Hal ini bisa dikatakan
berbeda bila dengan uji statistik menunjukkan angka yang signifikan,
bila angka signifikan memiliki tingkat kesalahan kurang dari 5% maka
data tersebut dikatakan signifikan. Bila sebaliknya lebih besar dari 5%
maka tidak signifikan artinya belum menunjukkan perbedaan
pendapatan antara suku jawa dan suku madura. Sekarang kita lihat
tabel hasil olahan Shy square

Descriptive Statistics

Std.
N Mean Deviation Minimum Maximum
Pendapatan
271 4.96 1.29 1 7
per bulan
Suku
271 1.56 .50 1 2
bangs a

Mann-Whitney Test

Ranks

Suku Mean Sum of


bangs a N Rank Ranks
Pendapatan Jawa 119 106.44 12666.00
per bulan Madura 152 159.14 24190.00
Total 271

T est Statisticsa

Pendapatan
per bulan
Mann-Whitney
5526.000
U
Wilcoxon W 12666.000
Z -5.657
Asym p. Sig.
.000
(2-tailed)
a. Grouping Variable:
Suku bangsa

Terlihat uji statistik Mann-Whitney menunjukkan tingkat signifikansi 0


maka dapat dikatakan hasil pengujian signifikan, artinya ada
perbedaan pendapatan suku jawa dan madura. Pendapatan suku

42 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

Madura menunjukkan lebih tinggi dibanding suku Jawa. Inilah hasil


interpretasi data berkaitan dengan uji statistik non parametrik dengan
menggunakan uji Mann-Whitney.

Penggunaan hasil-hasil evaluasi adalah merupakan pokok dari


seluruh prosedur evaluasi. Bagaiman mempergunakan hasil-hasil
evaluasi yang telah diperoleh tergantung kepada tujuan evaluasi yang
dilaksanakan. Sebagai contoh di atas, dengan tujuan ingin
mengetahui perbedaan pendapatan anatar suku Jawa dan suku
Madura. Seperti ditunjukkan pada gambar di samping jelas secara
kemampuan masing-masing orang adalah berbeda-beda sehingga
penyelesaian sampai finis pun juga akan berbeda pula
Seseorang konselor pelatihan akan menggunakan hasil-hasil evaluasi
yang diperolehnya untuk menentukan bimbingan yang bagaimanakah
yang akan diberikan kepada seorang anak atau sekelompok anak.
Sebuah panitia seleksi akan mempergunakan hasil-hasil evaluasi
yang dilaksanakan untuk menentukan mana calon-calon yang akan
diterima. Kalau tujuan evaluasi adalah untuk memberi laporan kepada
orang tua murid tentang kemajuan yang dicapai oleh anaknya
disekolah maka pada akhir tindakan evaluasi, evaluator harus
mempersiapkan suatu bentuk laporan kepada orang tua murid. Kalau
tujuan evaluasi untuk mengetahui taraf efisiensi metode-metode
pelatihan yang telah kita pergunakan dalam periode yang lalu perlu
diganti atau dipertahankan! Pendeknya sesuatu harus kita lakukan
setelah suatu evaluasi selesai kita laksanakan.

2. Instrumen dan Bentuk Penilaian

a. Instrumen penilaian yang digunakan dalam bentuk tes dan nontes.


b. Instrumen penilaian dalam bentuk tes berupa isian, uraian, pilihan, dan
pengamatan menggunakan daftar centang (checklist).
c. Instrumen penilaian dalam bentuk nontes berupa penilaian sikap dan
kinerja melalui pengamatan dengan menggunakan pedoman dan/atau
rubrik.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 43


Kegiatan Pembelajaran 3

d. Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan substansi, konstruksi,


dan bahasa, serta memiliki bukti validitas isi sesuai dengan materi
pelajaran.
e. Instrumen penilaian aspek sikap mencakup penerimaan, penanggapan,
penghargaan, penghayatan dan pengamalan.
f. Instrumen penilaian aspek pengetahuan mencakup pengingatan,
pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi, dan kreasi.
g. Instrumen penilaian aspek keterampilan mencakup imitasi, manipulasi,
presisi, artikulasi, dan naturalisasi.

3. Mekanisme Penilaian

Mekanisme penilaian pembelajaran meliputi:


a. perencanaan metode penilaian dan teknik penilaian oleh pendidik
dilakukan pada saat penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) berdasarkan silabus;
b. penilaian aspek sikap dilakukan oleh pendidik melalui
observasi/pengamatan dan teknik penilaian lain yang relevan, dan
pelaporannya menjadi tanggung jawab wali kelas atau guru kelas;
c. penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan,
dan penugasan sesuai dengan kompetensi yang dinilai;
d. penilaian keterampilan dilakukan melalui praktik, produk, proyek,
jurnal, portofolio, dan/atau teknik lain sesuai dengan kompetensi yang
dinilai; dan
e. pembelajaran remedi dilaksanakan bagi peserta didik yang belum
mencapai KKM yang ditetapkan pada satuan pendidikan.

4. Prosedur Penilaian

1. Penilaian aspek sikap dilakukan oleh pendidik dan/atau pembimbing


lapangan melalui tahapan:
a. mengamati perilaku peserta didik selama pembelajaran;
b. mencatat perilaku peserta didik;
c. menganalisis perilaku peserta didik;

44 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

d. menindaklanjuti hasil analisis dalam proses pembelajaran; dan


e. mengklasifikasi perilaku peserta didik ke dalam kategori sangat
baik, baik, atau kurang, dan mendeskripsikannya secara singkat
pada setiap akhir semester.
2. Penilaian aspek pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan oleh
pendidik dan satuan pendidikan melalui tahapan:
a. menyusun perencanaan penilaian;
b. menyusun kisi-kisi instrumen penilaian;
c. menelaah kisi-kisi instrumen penilaian;
d. mengembangkan instrumen penilaian;
e. melaksanakan penilaian;
f. melaporkan hasil penilaian dalam bentuk bilangan dengan skala
0-100 dan dideskripsikan dalam 3 kategori yaitu sangat baik, baik,
dan kurang;
g. kategori hasil penilaian aspek pengetahuan dan keterampilan
sebagai berikut.
Tabel 1. 7 Kategori hasil penilaian aspek pengetahuan dan keterampilan

Skala Kategori Deskripsi


lebih kecil Kurang (Belum Belum mampu melakukan
dari <70 mencapai KKM) prosedur kerja yang
menghasilkan produk/jasa yang
konkret atau abstrak dan
memenuhi kriteria
70 s.d 85 Baik (Mencapai Mampu melakukan prosedur
KKM) kerja yang menghasilkan
produk/jasa yang konkret atau
abstrak dan memenuhi kriteria
86 s.d 100 Sangat Baik Mampu melakukan prosedur
(Melampaui kerja yang menghasilkan
KKM) produk/jasa yang konkret atau
abstrak dan melebihi kriteria

h. menindaklanjuti laporan hasil penilaian.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 45


Kegiatan Pembelajaran 3

5. Penilaian Sikap

Penilaian sikap adalah kegiatan untuk mengetahui kecenderungan perilaku


spiritual dan sosial siswa dalam kehidupan sehari-hari di dalam dan di luar
kelas sebagai hasil pendidikan. Penilaian sikap memiliki karakteristik yang
berbeda dengan penilaian pengetahuan dan keterampilan, sehingga teknik
penilaian yang digunakan juga berbeda. Dalam hal ini, penilaian sikap ditujukan
untuk mengetahui capaian dan membina perilaku siswa sesuai butir-butir nilai
sikap dalam KD dari KI-1 dan KI-2 yang terintegrasi pada setiap pembelajaran
KD dari KI-3 dan KI-4.

Penilaian sikap yang utama dilakukan dengan menggunakan teknik observasi


selama periode satu semester oleh guru mata pelajaran (selama proses
pembelajaran pada jam pelajaran), guru bimbingan konseling (BK), dan wali
kelas (selama siswa di luar jam pelajaran) yang ditulis dalam buku jurnal (yang
selanjutnya disebut jurnal), yang mencakup catatan anekdot (anecdotal record),
catatan kejadian tertentu (incidental record), dan informasi lain yang valid dan
relevan. Jurnal tidak hanya didasarkan pada apa yang dilihat langsung oleh
guru, wali kelas, dan guru BK, tetapi juga informasi lain yang relevan dan valid
yang diterima dari berbagai sumber.

Dalam pelaksanaan penilaian sikap diasumsikan setiap siswa memiliki perilaku


yang baik. Jika tidak dijumpai perilaku yang sangat baik atau kurang baik, maka
nilai sikap siswa tersebut adalah baik dan sesuai dengan indikator yang
diharapkan. Perilaku sangat baik atau kurang baik yang dijumpai selama proses
pembelajaran dicatat dan dimasukkan ke dalam jurnal guru.

Penilaian kompetensi sikap oleh guru dapat diperkuat dengan penilaian diri dan
penilaian antarteman. Teknik ini dapat dilakukan dalam rangka pembinaan dan
pembentukan karakter siswa, yang hasilnya dapat dijadikan sebagai salah satu
data konfirmasi dari hasil penilaian sikap oleh pendidik.

Selanjutnya, wali kelas mengumpulkan data/informasi dari hasil penilaian sikap


yang dilakukan oleh guru mata pelajaran, guru BK, dan/atau penilaian diri dan

46 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

antar teman kemudian merangkumnya menjadi deskripsi (bukan angka atau


predikat) yang mengambarkan perilaku siswa.

6. Teknik Penilaian Sikap

Penilaian sikap terutama dilakukan oleh wali kelas dan guru mata pelajaran
khususnya guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, dan PPKn melalui
observasi dalam bentuk catatan guru selama proses pembelajaran. Hasil
observasi guru mata pelajaran diserahkan kepada wali kelas untuk
ditindaklanjuti. Penilaian diri atau penilaian antarteman dilakukan oleh siswa
sebagai penunjang yang sifatnya alat konfirmasi. Hasil akhir penilaian sikap
diolah menjadi deskripsi sikap yang dituliskan di dalam rapor. Skema penilaian
sikap dapat dilihat pada gambar berikut.

Observasi oleh
guru mata Dilaksanakan selama
pelajaran proses (jam)
selama 1 (satu) pembelajaran
semester
Utama
Observasi oleh Dilaksanakan di luar jam
wali kelas dan pembelajaran baik secara
guru BK langsung maupun
Penilaian selama 1 (satu) berdasarkan informasi/
Sikap semester laporan yang valid

Penilaian antar Dilaksanakan sekurang-


Penunjang teman dan kurangnya 1 (satu) kali
Penilaian diri menjelang UAS

Gambar 1. 4 Skema Penilaian Sikap

a. Observasi
Instrumen yang digunakan dalam observasi berupa lembar observasi atau
jurnal. Lembar observasi atau jurnal tersebut berisi kolom catatan perilaku yang
diisi oleh guru mata pelajaran, wali kelas, dan guru BK berdasarkan hasil
pengamatan dari perilaku siswa selama satu semester. Perilaku siswa yang
dicatat di dalam jurnal adalah perilaku yang sangat baik dan/atau kurang baik
yang berkaitan dengan indikator dari sikap spiritual dan sikap sosial. Setiap

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 47


Kegiatan Pembelajaran 3

catatan memuat deskripsi perilaku yang dilengkapi dengan waktu dan tempat
teramatinya perilaku tersebut. Catatan tersebut disusun berdasarkan waktu
kejadian. Berdasarkan kumpulan catatan tersebut guru membuat deskripsi
penilaian sikap untuk satu semester. Berikut ini contoh lembar observasi selama
satu semester (Tabel 1.9). Sekolah dapat menggunakan lembar observasi
dengan format lain, misalnya dengan menambahkan kolom saran tindak lanjut.

Tabel 1. 8 Contoh Jurnal Sikap

No Tanggal Nama Siswa Catatan Perilaku Butir Sikap


1
2
3
4

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan observasi:


1. Jurnal digunakan oleh wali kelas dan guru mata pelajaran, dan guru BK
selama periode satu semester;
2. Jurnal oleh wali kelas digunakan untuk satu kelas, oleh guru mata
pelajaran digunakan untuk seluruh siswa yang mengikuti mata
pelajarannya, dan bagi guru BK untuk semua siswa di bawah
bimbingannya;
3. Hasil observasi guru mata pelajaran dan guru BK diserahkan kepada wali
kelas untuk diolah lebih lanjut;
4. Indikator yang diamati dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan,
kondisi, atau ciri khas satuan pendidikan;
5. Catatan dilakukan selama satu semester hanya pada siswa-siswa yang
menunjukkan perilaku sangat baik atau kurang baik, sehingga ada
kemungkinan dalam satu hari hanya ada beberapa orang atau bahkan
tidak ada yang menunjukkan perilaku yang sangat baik dan/atau kurang
baik sesuai dengan indikator perilaku yang diamati;

48 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

6. Perilaku sangat baik atau kurang baik yang dicatat dalam jurnal tidak
terbatas pada butir-butir sikap (perilaku) yang hendak ditanamkan melalui
pembelajaran yang saat itu sedang berlangsung sebagaimana dirancang
dalam RPP, tetapi dapat mencakup butir-butir nilai sikap lainnya yang
ditanamkan dalam semester itu selama butir nilai sikap tersebut
ditunjukkan oleh siswa melalui perilakunya;
7. Perilaku siswa yang baik tidak perlu dicatat dan dianggap siswa
menunjukkan perilaku baik atau sesuai dengan yang diharapkan.

b. Penilaian Diri
Penilaian diri dalam penilaian sikap merupakan teknik penilaian terhadap diri
sendiri (siswa) dengan mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan yang dimiliki
dalam berperilaku. Hasil penilaian diri siswa dapat digunakan sebagai data
konfirmasi. Selain itu penilaian diri siswa juga dapat digunakan untuk
menumbuhkan nilai-nilai kejujuran dan meningkatkan kemampuan refleksi atau
mawas diri. Hasil penilaian persepsi diri siswa juga dapat digunakan sebagai
dasar bagi guru dalam memberi bimbingan dan motivasi.

c. Penilaian Antarteman
Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian yang dilakukan oleh seorang
siswa (penilai) terhadap siswa yang lain terkait dengan sikap/perilaku siswa
yang dinilai. Sebagaimana penilaian diri, hasil penilaian antarteman dapat
digunakan sebagai data konfirmasi. Selain itu penilaian antarteman juga dapat
digunakan untuk menumbuhkan beberapa nilai seperti kejujuran, tenggang
rasa, apresiasi, dan objektivitas. Penilaian antarteman paling baik dilakukan
pada saat siswa melakukan kegiatan berkelompok.

7. Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Pengertian Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Penilaian kompetensi pengetahuan dimaksudkan untuk mengukur ketercapaian


aspek kemampuan pada Taksonomi Bloom. Kemampuan yang dimaksud

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 49


Kegiatan Pembelajaran 3

adalah mulai dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan


evaluasi/mencipta yang terdapat pada setiap KD. Penilaian pengetahuan
dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian. Guru diharapkan
mampu mengidentifikasi setiap KD dan/atau materi pembelajaran untuk
selanjutnya memilih teknik penilaian yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi yang akan dinilai. Penilaian dimulai dengan perencanaan yang
dilakukan pada saat menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Penilaian pengetahuan dilakukan tidak semata-mata untuk mengetahui apakah


siswa telah mencapai ketuntasan belajar (mastery learning), tetapi penilaian
juga ditujukan untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan (diagnostic)
proses pembelajaran. Untuk itu, pemberian umpan balik (feedback) kepada
siswa dan guru merupakan hal yang sangat penting, sehingga hasil penilaian
dapat segera digunakan untuk perbaikan mutu pembelajaran. Hasil penilaian
kompetensi pengetahuan selama dan setelah proses pembelajaran dinyatakan
dalam bentuk angka rentang 1-100 dan deskripsi.

Teknik dan Instrumen Penilaian

Berbagai teknik penilaian pada kompetensi pengetahuan dapat digunakan


sesuai dengan karakteristik masing-masing KD. Teknik yang biasa digunakan
adalah tes lisan, tes tertulis, dan penugasan. Namun tidak menutup
kemungkinan digunakan teknik lain yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Selain itu dapat pula digunakan portofolio sebagai masukan dalam merencakan
remedial, pengayaan (assessment for learning) dan penyusunan deskripsi
kompetensi pengetahuan pada rapor (assessment of learning). Skema
penilaian pengetahuan dapat dilihat pada Gambar 1.9.

Tes Tertulis Pilihan Ganda, Uraian

Tes Lisan
Interview

Penilaian
Pengetahua
Penugasan Tugas yang dilakukan secara
n
individu dan kelompok

50 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Dokumen/sertifikat sebagai


Portofolio
bukti pencapaian
kompetensi/ prestasi
Pedagogik KK H

Gambar 1. 5 Skema Penilaian Pengetahuan

a. Tes Tertulis
Tes tertulis merupakan seperangkat pertanyaan dalam bentuk tulisan untuk
mengukur atau memperoleh informasi tentang kemampuan siswa. Tes tertulis
menuntut adanya respons dari peserta tes yang dapat dijadikan sebagai
representasi dari kemampuan yang dimilikinya. Instrumen tes tertulis dapat
berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan,
dan uraian. Bentuk soal yang sering digunakan pada jenjang SMK adalah
pilihan ganda (PG) dan uraian. Pengembangan instrumen tes tertulis mengikuti
langkah-langkah berikut:
 Menyusun kisi-kisi. Kisi-kisi merupakan matriks yang digunakan sebagai
acuan menulis soal. Di dalam kisi-kisi tertuang rambu-rambu tentang
kriteria soal yang akan ditulis, meliputi KD yang akan diukur, materi,
indikator soal, bentuk soal, dan nomor soal. Dengan adanya kisi-kisi,
penulisan soal lebih terarah karena sesuai dengan tujuan tes dan proporsi
soal per KD yang hendak diukur lebih tepat. Indikator soal yang baik
memungkinkan banyak variasi soal dan dapat mengukur kemampuan
higher order thinking skill (HOTS) siswa yakni kemampuan dalam
melakukan analisis, sintesis, dan mencipta.
 Menulis soal berdasarkan kisi-kisi dan kaidah penulisan soal.
 Menyusun pedoman penskoran sesuai dengan bentuk soal yang
digunakan. Untuk soal pilihan ganda, isian, menjodohkan, dan jawaban
singkat disediakan kunci jawaban karena jawabannya sudah pasti dan
dapat diskor dengan objektif. Untuk soal uraian disediakan pedoman
penskoran berupa rubrik dengan rentang skor. Rubrik adalah daftar kriteria
yang menunjukkan kinerja dan aspek-aspek atau konsep-konsep yang
akan dinilai, dan gradasi mutu, mulai dari tingkat yang paling sempurna
sampai yang paling rendah. Kriteria rubrik sebagai berikut:
o Sederhana/mencakup aspek paling esensial untuk dinilai

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 51


Kegiatan Pembelajaran 3

o Praktis/mudah digunakan
o Menilai dengan efektif aspek yang akan diukur
o Dapat digunakan untuk penilaian proses dan tugas sehari-hari
o Siswa dapat mempelajari rubrik dan mengecek hasil penilaiannya
 Melakukan analisis kualitatif (telaah soal) sebelum soal diujikan.
 Pada pengembangan butir soal secara tertulis, untuk mendapatkan soal
yang valid, perlu memperhatikan kaidah penulisan butir soal yang meliputi
substansi/materi, konstruksi, dan bahasa.

Contoh Kisi-Kisi Tes Tertulis


Nama Sekolah : SMK Bagimu Negeri
Kelas/Semester : XI/Semester I
Tahun pelajaran : 2017/2018
Paket Keahlian : Rekayasa Perangkat Lunak
Mata Pelajaran : Pemrograman Web Dinamis
Penilaian : Penilaian Harian I

No Bentuk
No. Kompetensi Dasar Materi Indikator Soal
Soal Soal
1 3.1 Memahami Web Server Disajikan beberapa 1 PG
teknologi aplikasi aplikasi. Siswa dapat
web server mengidentifikasi
teknologi webserver
2 3.2 Menerapkan Dasar Disajikan kasus. 2 PG
dasar Pemrogram Siswa dapat
pemrograman an menentukan
pada web server flowchartnya
Disajikan kasus, 3 Uraian
siswa dapat
menguraikannya
dalam flowchart

1) Tes tulis bentuk pilihan ganda


Butir soal pilihan ganda terdiri atas pokok soal (stem) dan pilihan jawaban
(option). Untuk tingkat SMK biasanya digunakan 4 (lima) pilihan jawaban. Dari
kelima pilihan jawaban tersebut, salah satu adalah kunci (key) yaitu jawaban

52 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

yang benar atau paling tepat, dan lainnya disebut pengecoh (distractor). Kaidah
penulisan soal bentuk pilihan ganda sebagai berikut.
 Substansi/Materi
o Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes bentuk PG).
o Materi yang diukur sesuai dengan kompetensi (UKRK: Urgensi,
Keberlanjutan, Relevansi, dan Keterpakaian).
o Pilihan jawaban homogen dan logis.
o Hanya ada satu kunci jawaban yang tepat.
 Konstruksi
o Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan tegas.
o Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan pernyataan yang
diperlukan saja.
o Pokok soal tidak memberi petunjuk kunci jawaban.
o Pokok soal tidak menggunakan pernyataan negatif ganda.
o Gambar/grafik/tabel/diagram dsb. jelas dan berfungsi.
o Panjang rumusan pilihan jawaban relatif sama.
o Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan "semua jawaban benar”
atau “semua jawaban salah”.
o Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu disusun berdasarkan
besar kecilnya angka atau kronologis kejadian.
o Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
 Bahasa
o Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia.
o Menggunakan bahasa yang komunikatif.
o Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang sama,
kecuali merupakan satu kesatuan pengertian.
o Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 53


Kegiatan Pembelajaran 3

2) Tes tulis bentuk uraian


Tes tulis bentuk uraian atau esai menuntut siswa untuk mengorganisasi-kan
dan menuliskan jawaban dengan kalimatnya sendiri.
Kaidah penulisan soal bentuk uraian sebagai berikut.
 Substansi/Materi
o Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes bentuk uraian)
o Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sesuai
o Materi yang diukur sesuai dengan kompetensi (UKRK)
o Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, dan
tingkat kelas
 Konstruksi
o Ada petunjuk yang jelas mengenai cara mengerjakan soal
o Rumusan kalimat soal/pertanyaan menggunakan kata tanya atau
perintah yang menuntut jawaban terurai
o Gambar/grafik/tabel/diagram dan sejenisnya harus jelas dan
berfungsi
o Ada pedoman penskoran
 Bahasa
o Rumusan kalimat soal/pertanyaan komunikatif
o Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku
o Tidak mengandung kata-kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran
ganda atau salah pengertian
o Tidak mengandung kata yang menyinggung perasaan
o Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu

b. Tes lisan
Tes lisan merupakan pemberian soal/pertanyaan yang menuntut siswa
menjawabnya secara lisan. Instrumen tes lisan disiapkan oleh pendidik berupa
daftar pertanyaan yang disampaikan secara langsung dalam bentuk tanya
jawab dengan siswa. Tes lisan menumbuhkan sikap berani berpendapat.
Jawaban siswa dapat berupa kata, frase, kalimat maupun paragraf.
Kriteria instrumen tes lisan:
 Tes lisan dapat digunakan jika sesuai dengan kompetensi pada taraf
pengetahuan yang hendak dinilai.

54 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

 Pertanyaan harus sesuai dengan tingkat kompetensi dan lingkup materi


pada kompetensi dasar yang dinilai
 Pertanyaan diharapkan dapat mendorong siswa dalam mengonstruksi
jawabannya sendiri.
 Pertanyaan disusun dari yang sederhana ke yang lebih komplek.
Tes lisan umumnya digunakan pada saat proses pembelajaran berlangsung
yang berfungsi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi
yang akan atau sedang diajarkan (fungsi formatif). Tes lisan juga dapat
digunakan untuk melihat perilaku siswa, ketertarikan siswa, dan motivasi siswa
terhadap materi yang diajarkan.

c. Penugasan
Penugasan adalah pemberian tugas kepada siswa untuk mengukur dan/atau
meningkatkan pengetahuan dari materi yang sudah dipelajari. Penugasan yang
digunakan untuk mengukur kompetensi pengetahuan dapat dilakukan setelah
proses pembelajaran (assessment of learning) sedangkan penugasan yang
digunakan untuk meningkatkan pengetahuan diberikan sebelum dan/atau
selama proses pembelajaran (assessment for learning). Penugasan dapat
berupa pekerjaan rumah yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai
dengan karakteristik tugas. Dalam penugasan ini lebih ditekankan pada
pemecahan masalah dan tugas produktif yang lainnya. Kriteria instrumen
penugasan sebagai berikut:
 Tugas mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar.
 Tugas dapat dikerjakan oleh siswa.
 Tugas dapat dikerjakan selama proses pembelajaran atau merupakan
bagian dari pembelajaran mandiri.
 Pemberian tugas disesuaikan dengan taraf perkembangan siswa.
 Materi penugasan harus sesuai dengan cakupan kurikulum.
 Penugasan ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada siswa
menunjukkan kompetensi individualnya meskipun tugas diberikan secara
kelompok.
 Untuk tugas kelompok, perlu dijelaskan rincian tugas setiap anggota
kelompok.
 Tampilan kualitas hasil tugas yang diharapkan disampaikan secara jelas.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 55


Kegiatan Pembelajaran 3

 Penugasan harus mencantumkn rentang waktu pengerjaan tugas.

d. Portofolio
Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang bersifat reflektif-integratif yang menunjukkan perkembangan
kemampuan siswa dalam satu periode tertentu. Ada beberapa tipe portofolio
yaitu portofolio dokumentasi, portofolio proses, dan portofolio pameran. Guru
dapat memilih tipe portofolio yang sesuai dengan karakteristik kompetensi
dasar dan/atau konteks mata pelajaran. Untuk penilaian kompetensi
pengetahuan di SMK tipe portofolio dokumentasi dapat digunakan yakni berupa
kumpulan dari hasil tes tulis, dan/atau penugasan siswa.

Portofolio setiap siswa disimpan dalam suatu folder (map) dan diberi tanggal
pengumpulan oleh guru. Portofolio dapat disimpan dalam bentuk cetakan
dan/atau elektronik. Pada akhir suatu semester kumpulan dokumen tersebut
digunakan sebagai referensi tambahan untuk mendeskripsikan pencapaian
pengetahuan secara deskriptif.
Berikut adalah contoh ketentuan dalam penilaian portofolio asesmen
pengetahuan di sekolah:
1) Hasil penilaian asli siswa;
2) Dokumen yang dimasukkan dalam portofolio disepakati oleh siswa dan
guru;
3) Guru menjaga kerahasiaan portofolio;
4) Guru dan siswa mempunyai rasa memiliki terhadap dokumen portofolio.

8. Penilaian Keterampilan

Pengertian Penilaian Keterampilan

Penilaian keterampilan adalah suatu penilaian yang dilakukan untuk


mengetahui kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan untuk
melakukan tugas tertentudi dalam berbagai macam konteks sesuai dengan
indikator pencapaian kompetensi. Dalam pelaksanaannya, penilaian
keterampilan dapat dilakukan dengan berbagai teknik, seperti penilaian kinerja,
penilaian proyek, dan penilaian portofolio. Teknik penilaian keterampilan yang

56 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

digunakan dipilih sesuai dengan karakteristik KD pada KI-4.


Hasil penilaian kompetensi keterampilan selama dan setelah proses
pembelajaran dinyatakan dalam bentuk angka rentang 1-100 dan deskripsi.

Teknik Penilaian

Penilaian kinerja digunakan untuk mengukur capaian pembelajaran yang


berupa keterampilan proses dan/atau hasil (produk).Aspek yang dinilai dalam
penilaian kinerja adalah proses pengerjaannya atau kualitas produknya atau
kedua-duanya. Sebagai contoh: (1) keterampilan untuk menggunakan alat
dan/atau bahan serta prosedur kerja dalam menghasilkan suatu produk; (2)
kualitas produk yang dihasilkan berdasarkan kriteria teknis dan estetik.
Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale)
yang dilengkapi rubrik. Skema penilaian keterampilan dapat dilihat pada
gambar berikut.

Mengukur capaian pembelajaran berupa


keterampilan proses dan/atau hasil
Kinerja
(produk)

Mengetahui kemampuan siswa dalam


Penilaian mengaplikasikan pengetahuannya melalui
Keterampilan Proyek penyelesaian suatu tugas dalam
periode/waktu tertentu

Sampel karya terbaik siswa per KD pada


Portofolio KI-4 untuk mendeskripsikan capaian
kompetensi keterampilan (dalam satu
semester)
Gambar 1. 6 Skema penilaian keterampilan
a. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari
masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran yang meliputi
domain sikap, pengetahuan dan keterampilam. Penilaian kinerja dalam bentuk
lainnya adalah penilaian kinerja yang menilai kesiapan peserta didik, serta
proses dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan komponen input, proses dan

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 57


Kegiatan Pembelajaran 3

output akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik,
serta mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effects) dan
dampak pengiring (nurturant effects) dari pembelajaran.

Penilaian kinerja sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang
mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktivitas-aktivitas
pembelajaran seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel
memberikan analisis oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antar
sesama melalui debat dan sebagainya.

Penilaian kinerja mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta


didik, baik dalam mengobservasi, menanya, menalar dan membangun jejaring.
Penilaian kinerja cenderung fokus pada tugas atau kontekstual, memungkinkan
peserta didik menunjukan kompetensi mereka yang meliputi sikap,
pengetahuan dan keterampilan dalam kehidupan nyata (real life). Karenanya,
penilaian kinerja sangat relevan dengan pendekatan ilmiah (scientific approach)
dalam pembelajaran di SMK.

Penilaian kinerja digunakan untuk mengukur capaian pembelajaran yang


berupa keterampilan proses dan/atau hasil (produk). Penilaian kinerja yang
menekankan pada hasil (produk) biasa disebut penilaian produk, sedangkan
penilaian kinerja yang menekankan pada proses dan produk dapat disebut
penilaian praktik. Aspek yang dinilai dalam penilaian kinerja adalah proses
pengerjaannya atau kualitas produknya atau kedua-duanya. Sebagai contoh:
(1) keterampilan untuk menggunakan alat dan atau bahan serta prosedur kerja
dalam menghasilkan suatu produk; (2) kualitas produk yang dihasilkan
berdasarkan kriteria teknis dan estetik.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam penilaian keterampilan adalah:
1. Mengidentifikasi semua langkah-langkah penting yang akan mempengaruhi
hasil akhir (output).
2. Menuliskan dan mengurutkan semua aspek kemampuan spesifik yang
penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil
akhir (output) yang terbaik.

58 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

3. Mengusahakan aspek kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak


sehingga semuanya dapat diobservasi selama siswa melaksanakan tugas.
4. Mendefinisikan dengan jelas semua aspek kemampuan yang akan diukur.
Kemampuan tersebut atau produk yang akan dihasilkan harus dapat
diamati (observable).
5. Memeriksa dan membandingkan kembali semua aspek kemampuan yang
sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan (jika ada
pembandingnya).
Dalam pelaksanaan penilaian kinerja perlu disiapkan format observasi dan
rubrik penilaiannya untuk mengamati perilaku siswa dalam melakukan praktik
atau membuat produk yang dikerjakan.

b. Penilaian Proyek
Penilaian proyek adalah suatu kegiatan untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam mengaplikasikan pengetahuannya melalui penyelesaian suatu tugas
dalam periode/waktu tertentu. Penilaian proyek dapat dilakukan untuk
mengukur satu atau beberapa KD. Tugas tersebut berupa rangkaian kegiatan
penelitian/investigasi mulai dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian data, pengolahan dan penyajian data, serta pelaporan.
Penilaian proyek juga dapat dilakukan oleh beberapa guru mata pelajaran yang
terkait dengan proyek tersebut dengan mempertimbangkan komponen KD yang
dinilai dalam mata pelajaran tersebut. Misalnya pada judul proyek “Penyajian
Kreasi Masakan Minang Modern” untuk siswa Jasa Boga dapat dinilai oleh guru
mata pelajaran Pengolahan dan Penyajian Makanan Indonesia dan mata
pelajaran Hidangan Kesempatan Khusus dan Fusion Food.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 4 (empat) hal yang perlu
dipertimbangkan, yaitu:
1) Pengelolaan
Kemampuan siswa dalam memilih topik, mencari informasi, dan
mengelola waktu pengumpulan data, serta penulisan laporan.
2) Relevansi
Kesesuaian tugas proyek dengan KD, dengan mempertimbangkan
tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam
pembelajaran.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 59


Kegiatan Pembelajaran 3

3) Keaslian
Proyek yang dilakukan siswa harus merupakan hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan
terhadap proyek siswa.
4) Inovasi dan kreativitas
Hasil proyek yang dilakukan siswa terdapat unsur-unsur kebaruan dan
menemukan sesuatu yang berbeda dari biasanya.

c. Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang bersifat reflektif-integratif yang menunjukkan perkembangan
kemampuan siswa dalam satu periode tertentu. Ada beberapa tipe portofolio
yaitu portofolio dokumentasi, portofolio proses, dan portofolio pameran. Guru
dapat memilih tipe portofolio yang sesuai dengan karakteristik kompetensi
dasar dan/atau konteks mata pelajaran. Untuk penilaian kompetensi
keterampilan di SMK portofolio siswa dapat berupa kumpulan dari hasil
penilaian kinerja dan proyek siswa dengan dilengkapi foto atau display produk.
Portofolio setiap siswa disimpan dalam suatu folder (map) dan diberi tanggal
pengumpulan oleh guru. Portofolio dokumen dapat disimpan dalam bentuk
cetakan dan/atau elektronik. Pada akhir suatu semester kumpulan dokumen
dan/atau produk tersebut digunakan sebagai referensi tambahan untuk
mendeskripsikan pencapaian pengetahuan secara deskriptif.
Berikut adalah contoh ketentuan dalam penilaian portofolio di sekolah:
1) Karya asli siswa;
2) Karya yang dimasukkan dalam portofolio disepakati oleh siswa dan guru;
3) Guru menjaga kerahasiaan portofolio;
Guru dan siswa perlu mempunyai rasa memiliki terhadap dokumen portofolio;

d. Pengembangan Soal HOTs (Higher Order Thinking Skills)


Higher Order Thinking Skills” (HOTS) atau keterampilan berpikir tingkat
tinggi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu pemecahan masalah,
membuat keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif (Presseisen dalam
Costa, 1985). Dalam pembentukan sistem konseptual, proses berpikir
tingkat tinggi yang biasa digunakan adalah berpikir kritis. Keterampilan

60 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

berpikir kritis sangat diperlukan pada zaman perkembangan IPTEK


sekarang ini, sebab saat ini selain hasil-hasil IPTEK yang dapat dinikmati,
ternyata timbul beberapa dampak yang membuat masalah bagi manusia dan
lingkungannya.

Ada beberapa cara yang dapat dijadikan pedoman oleh para penulis soal untuk
menulis butir soal yang menuntut berpikir tingkat tinggi. Caranya yaitu materi
yang akan ditanyakan diukur dengan perilaku sesuai dengan ranah pada
HOTS. Setiap pertanyaan diberikan dasar pertanyaan (stimulus) dan soal dapat
mengukur kemampuan berpikir kritis. Agar butir soal yang ditulis dapat
menuntut berpikir tingkat tinggi, setiap butir soal selalu diberikan dasar
pertanyaan (stimulus) yang berbentuk sumber/bahan bacaan, seperti teks
bacaan, paragrap, teks drama, penggalan novel/cerita/dongeng, puisi, kasus,
gambar, grafik, foto, rumus, tabel, daftar kata/simbol, contoh, peta, film, atau
suara yang direkam.Selain pengembangan soal HOTS berdasarkan ranah
kognitif pada taksonomi Bloom. Kemampuan berpikir kritis juga dapat
dijadikan dasar dalam menulis soal HOTS.

Untuk menulis butir soal yang menuntut berpikir tingkat tinggi. Caranya yaitu
materi yang akan ditanyakan diukur dengan perilaku sesuai dengan ranah pada
HOTS. Setiap pertanyaan diberikan dasar pertanyaan (stimulus) dan soal dapat
mengukur kemampuan berpikir kritis. Agar butir soal yang ditulis dapat
menuntut berpikir tingkat tinggi, setiap butir soal selalu diberikan dasar
pertanyaan (stimulus) yang berbentuk sumber/bahan bacaan, seperti teks
bacaan, paragrap, teks drama, penggalan novel/cerita/dongeng, puisi, kasus,
gambar, grafik, foto, rumus, tabel, daftar kata/simbol, contoh, peta, film, atau
suara yang direkam.Selain pengembangan soal HOTS berdasarkan ranah
kognitif pada taksonomi Bloom. Kemampuan berpikir kritis juga dapat
dijadikan dasar dalam menulis soal HOTS.
a. Memfokuskan pada pertanyaan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah masalah/problem, aturan, kartun,
atau eksperimen dan hasilnya; peserta didik dapat menentukan masalah
utama, kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas, kebenaran
argumen atau kesimpulan.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 61


Kegiatan Pembelajaran 3

b. Menganalisis argumen
Contoh indikator soal: Disajikan deskripsi sebuah situasi atau satu/dua
argumentasi; peserta didik dapat: (1) menyimpulkan argumentasi
secara cepat, (2) memberikan alasan yang mendukung argumen yang
disajikan, (3) memberikan alasan tidak mendukung argumen yang
disajikan.
c. Mempertimbangkan yang dapat dipercaya
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah teks argumentasi, iklan, atau
eksperimen dan interpretasinya; peserta didik menentukan bagian yang
dapat dipertimbangkan untuk dapat dipercaya (atau tidak dapat
dipercaya), serta memberikan alasannya.
d. Mempertimbangkan laporan observasi
Contoh indikator soal: Disajikan deskripsi konteks, laporan observasi, atau
laporan observer/reporter; peserta didik dapat mempercayai atau tidak
terhadap laporan itu dan memberikan alasannya.
e. Membandingkan kesimpulan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan yang diasumsikan
kepada peserta didik adalah benar dan pilihannya terdiri atas: (1) satu
kesimpulan yang benar dan logis, (2) dua atau lebih kesimpulan yang
benar dan logis; peserta didik dapat membandingkan kesimpulan yang
sesuai dengan pernyataan yang disajikan atau kesimpulan yang harus
diikuti.
f. Menentukan kesimpulan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan
yang diasumsikan kepada peserta didik adalah benar dan satu
kemungkinan kesimpulan; peserta didik dapat menentukan kesimpulan
yang ada itu benar atau tidak, dan memberikan alasannya.
g. Mempertimbangkan kemampuan induksi
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan, informasi/data,
dan beberapa kemungkinan kesimpulan; peserta didik dapat menentukan
sebuah kesimpulan yang tepat dan memberikan alasannya.
h. Menilai
Contoh indikatornya: Disajikan deskripsi sebuah situasi, pernyataan
masalah, dan kemungkinan penyelesaian masalahnya; peserta didik dapat

62 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

menentukan: (1) solusi yang positif dan negatif, (2) solusi mana yang paling
tepat untuk memecahkan masalah yang disajikan, dan dapat memberikan
alasannya.
i. Mendefinisikan Konsep
Contoh indikator soal: Disajikan pernyataan situasi dan
argumentasi/naskah; peserta didik dapat mendefinisikan konsep yang
dinyatakan.
j. Mendefinisikan asumsi
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah argumentasi, beberapa pilihan
yang implisit di dalam asumsi; peserta didik dapat menentukan sebuah
pilihan yang tepat sesuai dengan asumsi.
k. Mendeskripsikan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah teks persuasif, percakapan,
iklan, segmen dari video klip; peserta didik dapat mendeskripsikan
pernyataan yang dihilangkan.
Soal HOTs berdasarkan ciri bukan sekedar soal yang merujuk (recite),
menyatakan kembali (restate) dan mengingat kembali (recall), tetapi
penekanan soal HOTs diberikan terhadap:
a. mentransfer informasi dari satu konteks ke konteks lainnya
b. memproses dan menerapkan informasi
c. melihat keterkaitan antara informasi yang berbeda-beda
d. menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah
e. secara kritis mengkaji/menelaah ide atau gagasan dan informasi
Pertanyaan yang sifatnya HOTs tidaklah selalu lebih sulit. Sehingga
HOTs tidak terbatas untuk peserta didik di jenjang kelas yang lebih tinggi
atau kurikulum yang lebih sulit. Soal yang sulit tidaklah sama dengan soal
HOTs. Misalnya: Mengetahui arti dari kata yang jarang digunakan mungkin
sulit, tetapi ini bukanlah Higher-Order Thinking kecuali melibatkan
proses bernalar (seperti mencari arti dari konteks/stimulus).

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 63


Kegiatan Pembelajaran 3

D. Aktivitas Pembelajaran

Aktivitas pembelajaran pada kegiatan pembelajaran Prosedur, Instrumen, dan


Evaluasi Pembelajaran terdiri atas dua bagian: yaitu diskusi materi dan aktivitas
mengerjakan lembar kerja. Anda dipersilahkan melakukan aktivitas
pembelajaran tersebut secara mandiri dan kerjasama dengan disiplin dan
penuh tanggung jawab yang tinggi.
1. Diskusi Materi
Pada saat mempelajari materi, baca uraian materi sampai tuntas dengan
teliti, kritis, dan rasa ingin tahu yang tinggi dan buatlah rangkuman dengan
kreatif dalam bentuk peta pikiran (mindmap) secara mandiri kemudian
diskusikan dalam kelompok. Baca juga buku Panduan Penilaian untuk
Sekolah Menengah Kejuruan tahun 2017 yang dikeluarkan oleh Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan , Kemendikbud. Selanjutnya
perwakilan kelompok bekerjasama mempresentasikan hasil diskusi kelompok
dan anggota kelompok lain menghargai, memperhatikan dan menanggapinya
secara aktif.

2. Lembar Kerja
Setelah mengkaji materi Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran, Anda dapat
mencoba melakukan kegiatan yang dalam modul ini disajikan dalam lembar
kerja. Pastikan Anda sudah menguasai seluruh materi dalam modul.
Aktivitas dapat dilakukan secara mandiri atau dapat bekerjasama dalam
kelompok masing-masing serta menyelesaikan aktivitas secara disiplin
sesuai dengan waktu yang ditentukan

64 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

Aktivitas: Prosedur, Instrumen, dan Penilaian Pembelajaran


Kegiatan Pembelajaran 2
LK.02.a Prosedur Penilaian Pembelajaran
Lakukan:
Langkah-lngkah Evaluasi menurut kaedah (Yulien Stanley, 1964) dan Langkah-
langkah Evaluasi menurut (Imam Buchari, 1972). Berikan
Kajian !

LK.02.b Instrumen Penilaian Pembelajaran


Lakukan:

1. Bacalah kembali bahan bacaan yang ada di Kegiatan Pembelajaran 2


tentang Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran.
2. Baca juga Buku Pedoman Penilaian untuk Sekolah Menengah Kejuruan
2017, Direktorat Pembinaan SMK, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
3. Tentukan KD dari KI-3 sesuai dengan kelas Anda masing-masing.
4. Buatlah 3 buah soal HOTs sesuai dengan KD yang telah Anda tentukan
dengan mengikuti format Kisi-kisi Penulisan Soal.

KISI-KISI PENULISAN SOAL

Satuan Pendidikan :
Mata Pelajaran :

No. Kompetensi Dasar Kelas Materi Indikator Bentuk Soal


soal

1.

5. Bahaslah secara bersama-sama soal HOTs yang telah Anda bikin di kelas
bersama fasilitator dan peserta lainnya

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 65


Kegiatan Pembelajaran 3

E. Latihan/Tugas

Petunjuk pengerjaan soal


1. Bacalah secara cermat terlebih dahulu soal-soal berikut dalam mengerjakan
2. Silanglah pada pilihan jawaban yang anda anggap paling tepat dari 4 item
pilihan jawaban (A, B, C, D) dari soal di bawah.
3. Bila hendak mengganti pilihan jawaban yang anda sudah tersilang
meragukan, maka lingkarilah jawaban tersebut dan silanglah dengan pilihan
jawaban yang baru, contoh sebagai berikut: A , B , C , D.
4. Waktu: 20 menit

SOAL

1.P Langkah-langkah Pokok dalam Evaluasi pembelajaran adalah ….


A. perencanaan, pengumpulan data, analisis data, dan hasil akhir

B. perencanaan, pengumpulan data, analisis data, dan interprestasi


C. perencanaan, pengumpulan data, analisis data, dan asumsi
D. perencanaan, pengumpulan data, analisis data, dan data asli

2. Penilaian sikap pada unsur utam dilakukan oleh guru . . . .


A. Kejuruan dan BK
B. kesenian dan BK
C. matematika dan BK
D. Mata pelajaran dan BK
3. Ruang lingkup penilaian pengetahuan komponen-komponen test . . . .
A. Tulis, lisan, proyek, dan fortofolio
B. Tulis, lisan, kinerja, dan fortofolio
C. Tulis, interviw, penugasan, dan fortofolio
D. Tulis, lisan, penugasan, dan fortofolio
4. Ruang lingkup penilaian keterampilan komponen-komponen test. . . .
A. Kinerja, tertulis, dan portofoio
B. Kinerja, lisan, dan portofoio
C. Kinerja, proyek, dan portofoio
D. Kinerja, penugasan, dan portofoio

66 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

5. Pada ranah keterampilan, penilaian kinerja bertujuan untuk mengukur


….
A. keterampilan proses dan hasil portofolio
B. keterampilan proses dan hasil produk
C. keterampilan proses dan hasil laporan
D. keterampilan proses dan hasil lisan

F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Skor maksimal dari hasil mengerjakan latihan/tugas adalah 100. Nilailah diri
Anda dengan jujur dan profesional. Jika Anda memperkirakan bahwa
pencapaian Anda masih kurang dari 80% sebaiknya Anda ulangi kembali
mempelajari bab ini dengan pantang menyerah, disiplin dan kerja keras.
Berdiskusi dan bekerjasamalah dengan teman atau sejawat Anda dengan
menumbuhkan sikap saling menghargai, tidak memaksakan kehendak, berpikir
terbuka dan tetap kritis secara profesional bila ada bagian-bagian yang belum
Anda kuasai. Bagi Anda yang memperkirakan bahwa skor Anda minimal sudah
mencapai 80%, berarti Anda telah menguasai materi Prinsif,Asfek, dan
Penilaian Pembelajaran dengan baik. Silahkan Anda lanjutkan mempelajari
materi selanjutnya. Selain itu, kemampuan Anda akan semakin kuat dengan
dukungan informasi yang bisa Anda dapatkan dari internet. Tetaplah menjadi
menjadi guru yang belajar sepanjang hayat, pantang menyerah dan
disiplin dalam belajar.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 67


Pedagogik KK H

Kegiatan Pembelajaran 3
Mengadministrasikan Penilaian Proses Dan Hasil
Belajar

A. Tujuan

Setelah mempelajari modul dan mengerjakan latihan, peserta mampu


mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Penilaian proses dan hasil belajar diklasifikasikan sesuai dengan hasil yang
diperoleh.
2. Pengadministrasian nilai proses dan hasil belajar dilakukan secara
berkesinambungan baik dalam bentuk soft copy maupun hard copy.

C. Uraian Materi

1. Pengertian

Administrasi dan pelaporan hasil belajar peserta didik adalah aktivitas


mengadministrasikan seluruh data hasil belajar peserta didik dengan cara
yang dapat memudahkan penyimpanan, pemeriksaan, dan pelaporan.
Ada tiga pihak utama yang menjadi pengguna laporan hasil belajar. Pertama
adalah peserta didik, berikutnya adalah orangtua, dan yang terakhir adalah
masyarakat luas, khususnya dunia usaha dan industri pengguna lulusan.
Dunia kerja (DU/DI) yang ingin mengetahui kompetensi yang dimiliki oleh
lulusan SMK dan ingin bekerja di perusahaannya, pemberi beasiswa yang
menyeleksi para peserta didik terbaik, masyarakat dan pemangku kebijakan
yang ingin mengetahui kualitas suatu satuan pendidikan, dapat memanfaatkan
pelaporan hasil belajar.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 69


Kegiatan Pembelajaran 3

2. Tujuan

Tujuan administrasi dan pelaporan hasil belajar peserta didik adalah sebagai
berikut.
a. Mencatat, menyimpan, dan memelihara data hasil belajar peserta didik
secara cermat, akurat, aman, dan mudah digunakan;
b. Menyediakan informasi tentang kemajuan dan prestasi hasil belajar peserta
didik untuk kepentingan pembinaan dan pengembangan peserta didik
dalam bentuk/format yang sesuai dengan kepentingannya, dan
c. Menginformasikan kemajuan dan prestasi hasil belajar peserta didik
kepada pihak-pihak pemangku kepentingan (stakeholders), sebagai bagian
dari pertanggungjawaban sekolah dalam rangka akuntabilitas
penyelenggaraan pendidikan.

3. Jenis Administrasi dan Pelaporan

a. Hasil penilaian peserta didik didokumentasikan dalam berbagai bentuk,


antara lain berupa laporan penilaian seperti daftar nilai mata pelajaran,
laporan capaian kompetensi (rapor), leger, buku induk, dan ijazah.
b. Daftar Nilai Mata Pelajaran
Daftar nilai mata pelajaran digunakan untuk menghimpun nilai peserta didik
per mata pelajaran berdasarkan hasil pengamatan dalam kelas, hasil
ulangan, dan hasil penilaian tugas yang meliputi aspek sikap, pengetahuan
dan keterampilan. Nilai yang diperoleh mencerminkan apa yang dapat
dilakukan oleh peserta didik selama mengikuti kegiatan pembelajaran dan
apa yang dapat diunjukkerjakan oleh peserta didik setelah mengikuti
proses pembelajaran. Guru membuat daftar nilai mata pelajaran tersebut
berdasarkan data yang dihimpun melalui pengamatan saat berlangsung
proses pembelajaran, tes, dan penilaian tugas dengan menggunakan
instrumen penilaian yang telah direncanakan pada RPP.
c. Leger
Leger merupakan buku yang berisi informasi pencapaian hasil belajar
peserta didik dalam satu rombel/kelas, memberikan gambaran secara rinci
tentang penguasaan kompetensi dan catatan pribadi dalam satu semester.

70 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

Leger ini dimaksudkan untuk merekam perkembangan kemajuan belajar


peserta didik yang diisi oleh wali kelas.
d. Laporan Capaian Kompetensi (Rapor)
Laporan Capaian Kompetensi atau Rapor adalah kumpulan nilai dan
deskripsi penguasaan kompetensi seluruh mata pelajaran masing-masing
peserta didik, yang merupakan rekaman perkembangan kemajuan belajar
selama mengikuti pendidikan yang diisi oleh wali kelas.
e. Buku Induk
Buku induk merupakan kumpulan data identitas peserta didik (NIS, nama,
tempat tanggal lahir, nama orang tua, dst.) dan daftar nilai rapor sepanjang
masa pendidikan, yang dilengkapi dengan photo (awal dan akhir masa
pendidikan). Penulisan data dan identitas peserta didik pada buku induk
diurutkan sesuai dengan nomor induk siswa.
f. Ijazah
Ijazah merupakan keterangan pengakuan penyelesaian suatu jenjang
pendidikan sekaligus tanda kelulusan yang diberikan setelah peserta didik
menyelesaikan seluruh program pendidikan jenjang SMK, dan lulus ujian
yang diselenggarakan pada akhir pendidikan. Ijazah dimaksudkan untuk
memberikan pengakuan bahwa yang bersangkutan telah menyelesaikan
program dan lulus jenjang pendidikan SMK.

4. Pengelolaan Administrasi Terpadu

Pengadministrasian yang mengandalkan penyimpanan lembaran arsip


merupakan keharusan dalam pengelolaan administrasi bagi satuan pendidikan,
dan pelaporan hasil belajar merupakan administrasi yang tidak ada batas masa
simpan. Pengguna laporan tidak hanya pemilik arsip yang namanya tercantum,
tetapi bisa saja pihak ketiga yang membutuhkan informasi untuk sesuatu yang
sedang mereka lakukan (penelitian, penyidikan suatu perkara, dsb). Karena itu,
penjagaan keamanan terhadap arsip tersebut menjadi sangat penting agar
selamat dari serangan hama (rayap, kutu buku), bencana alam, dan
sebagainya. Bahkan harus ada mekanisme pengamanan arsip tersebut untuk
kasus sekolah yang tutup.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 71


Kegiatan Pembelajaran 3

Dengan kemajuan teknologi informasi, pengarsipan dalam bentuk lembaran


tidak lagi menjadi satu-satunya cara yang dapat dilakukan, ada pilihan dalam
pengelolaan arsip yaitu dengan memanfaatkan aplikasi sistem komputer dan
dunia maya. Kini sudah banyak satuan pendidikan yang menggunakan sistem
yang berbasis data terpusat, sehingga apapun kegiatan yang dilakukan maka
pengarsipannya disimpan di pusat data sehingga tidak terjadi duplikasi data dan
cepat telusur. Sistem pengadministrasian dan pelaporan hasil belajar dengan
cara elektronik tersebut, memungkinkan pemantauan prestasi akademik dan
nonakademik peserta didik secara otomatis, sekaligus menjadi pelaporan yang
tersimpan dengan baik dan dapat diakses dengan mudah. Tentu saja sangat
perlu pengamanan yang baik untuk mencegah gangguan virus, hacker, dan
lain-lain.
Selain itu, administrasi dapat disimpan dengan memanfaatkan dunia maya yaitu
pada website yang memfasilitasi penggunanya dalam menyimpan arsip dengan
kerahasiaan yang terjaga. Keuntungan menyimpan arsip di website adalah
ketika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan (musibah), misalnya: kebakaran,
kebanjiran, dan rayap/kutu buku, maka arsip milik satuan pendidikan akan
tersimpan dengan aman. Beberapa pilihan tempat penyimpanan arsip di dunia
maya, antara lain: www.dropbox.com atau www.mediafire.com

D. Aktivitas pembelajaran

Aktivitas pembelajara pada kegiatan mengadministrasikan penilaian proses dan hasil


belajar terdiri atas dua bagian: yaitu diskusi materi dan aktivitas mengerjakan lembar
kerja. Anda dipersilahkan melakukan aktivitas pembelajaran tersebut secara mandiri
dan kerjasama dengan disiplin dan penuh tanggung jawab yang tinggi

1. Diskusi Materi

Pada saat mempelajari materi, baca uraian materi sampai tuntas dengan
teliti, kritis, dan rasa ingin tahu yang tinggi dan buatlah rangkuman dengan
kreatif dalam bentuk peta pikiran (mindmap) secara mandiri kemudian
diskusikan dalam kelompok. Baca juga buku Panduan Penilaian untuk
Sekolah Menengah Kejuruan tahun 2017 yang dikeluarkan oleh Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan , Kemendikbud. Selanjutnya

72 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

perwakilan kelompok bekerjasama mempresentasikan hasil diskusi kelompok


dan anggota kelompok lain menghargai, memperhatikan dan menanggapinya
secara aktif.

2. Lembar Kerja

Setelah mengkaji materi Mengadministrasikan penilaian proses dan hasilbelajar,


Anda dapat mencoba melakukan kegiatan yang dalam modul ini disajikan dalam
lembar kerja. Pastikan Anda sudah menguasai seluruh materi dalam modul.
Aktivitas dapat dilakukan secara mandiri atau dapat bekerjasama dalam
kelompok masing-masing serta menyelesaikan aktivitas secara disiplin sesuai
dengan waktu yang ditentukan

Aktivitas: Mengadministrasikan Penilaian proses dan hasil belajar


Kegiatan Pembelajaran 3

LK.03. Laporan capaian Kompetensi (Rapor)


Lakukan:
Penilaian Keterampilan

Nilai keterampilan diperoleh dari hasil penilaian kinerja (proses dan produk),
proyek, dan portofolio. Hasil penilaian dengan teknik kinerja dan proyek dirata-
ratakan untuk memperoleh nilai akhir keterampilan pada setiap mata pelajaran.
Jika suatu KD diukur dengan pengukuran yang sama beberapa kali maka yang
diambil adalah nilai optimum.
Capaian kompetensi keterampilan pada rapor menggunakan angka pada skala 0
– 100. Karya siswa terbaik sebagai hasil dari penilaian kinerja dan proyek dari
setiap KD pada KI-4 dikumpulkan dalam bentuk portofolio.
Hitunglah berapa capaian nilai akhir Semester !

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 73


Kegiatan Pembelajaran 3

Penilaian rapor untuk kompetensi keterampilan


Skor
Kinerja
KD Kinerja (Proses) Proyek Portofolio Akhir
(Produk)
KD*
4.1 93
4.2 67 78
4.3 89
4.4 76 88
4.5 84
4.6 87
Nilai Akhir Semester :

E. Latihan / Tugas

1. Bagaimana cara mengadministrasikan penilaian dan evaluasi pembelajaran


agar sekolah mempunyai dokumen yang baku !
2. Jelaskan bagaimana cara mengadministrasikan penilaian dan evaluasi
hasil belajar pada sekolah yang ideal !
3. Jelaskan tujuan mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar!
4. Jelaskan jenis-jenis Administrasi dan laporan di sekolah sesuai
fungsinya !
5. Identifikasikan dokumen – dokumen administrasi pembelajaran yang
ada di sekolah !

F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Skor maksimal dari hasil mengerjakan latihan/tugas adalah 100. Nilailah diri
Anda dengan jujur dan profesional. Jika Anda memperkirakan bahwa
pencapaian Anda masih kurang dari 80% sebaiknya Anda ulangi kembali
mempelajari bab ini dengan pantang menyerah, disiplin dan kerja keras.
Berdiskusi dan bekerjasamalah dengan teman atau sejawat Anda dengan
menumbuhkan sikap saling menghargai, tidak memaksakan kehendak, berpikir
terbuka dan tetap kritis secara profesional bila ada bagian-bagian yang belum
Anda kuasai. Bagi Anda yang memperkirakan bahwa skor Anda minimal sudah
mencapai 80%, berarti Anda telah menguasai materi Prinsif,Asfek, dan
Penilaian Pembelajaran dengan baik. Silahkan Anda lanjutkan mempelajari

74 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

materi selanjutnya. Selain itu, kemampuan Anda akan semakin kuat dengan
dukungan informasi yang bisa Anda dapatkan dari internet. Tetaplah menjadi
menjadi guru yang belajar sepanjang hayat, pantang menyerah dan
disiplin dalam belajar.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 75


Pedagogik KK H

Kegiatan Pembelajaran 4
Analisis Dan Evaluasi Penilaian
Hasil Belajar

A. Tujuan

Setelah mempelajari modul dan mengerjakan latihan, peserta


menganalisis dan evaluasi penilaian hasil belajar

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

Setelah mempelajari modul, peserta diharapkan mampu:


1. Menganalisis instrumen penilaian sikap;
2. Menganalisis instrumen penilaian pengetahuan; dan
3. Menganalisis instrumen penilaian keterampilan.

C. Uraian Materi

1. Analisis Instrumen Penilaian Sikap


Setelah sebelumnya dibahas pada kegiatan sebelumnya, data penilaian
sikap diperoleh dari dua hal, data utama dan penunjang. Data utama penilaian
sikap dilakukan melalui observasi, wawancara, anecdotal record dan incidental
record. Sedangkan data pendukung berasal dari penilaian diri dan penilaian
antar teman.
catatan perkembangan sikap:

Tabel 1. 9 Contoh Catatan Perkembangan Sikap

Nama
No Tanggal Peserta Catatan Perilaku Butir sikap
Didik
Bernyanyi dengan suara yang
1. 1-8-2016 Lea Percaya diri
keras dan ekspresif

Membantu menghapus papan


2. 3-8-2016 Della Peduli
tulis tanpa disuruh guru

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 77


Kegiatan Pembelajaran 4

Tanggun
3. 5-8-2016 Della Lupa tidak mengerjakan PR
g jawab

4. 6-8-2016 Lea Membantu teman yang jatuh Peduli

Nama
No Tanggal Peserta Catatan Perilaku Butir sikap
Didik
Berpakaian tidak sesuai tata
5. 8-8-2016 Lovi Disiplin
tertib sekolah
Membantu guru membawakan
6. 11-8-2016 Della Peduli
alat peraga
Dony rumahnya jauh dari sekolah,
7. 15-8-2016 Dony namun dia senang karena Bersyukur
bisa bersekolah.
Mengganggu teman saat
8. 17-8-2016 Lovi Disiplin
upacara bendera

Menjalankan tugas sebagai Tanggun


Dony
petugas upacara dengan lancer g jawab
Selalu berdoa sebelum dan
9. 20-8-2016 Lea sesudah memulai aktivitas meski Berdoa
tidak
disuruh guru
Saat membaca puisi
10. 25-8-2016 Lovi Percaya diri
selalu menundukkan
wajahnya
Tergesa-gesa saat
11. 27-8-2016 Della beribadah, sehingga Beribadah
ibadahnya kurang
sempurnakesempatan pada
Memberi
12. 28-8-2016 Lea teman dalam kelompoknya Menghargai
untuk
memberikan pendapat

Berikutnya data tersebut dianalisis dan dituangkan ke dalam rekap


penilaian sikap yang dibagi menjadi 2, yakni sikap spiritual dan sikap
sosial.
Data catatan perkembangan sikap harus diinterpretasikan dengan panduan
berikut ini:
• Semua anak diasumsikan memiliki perilaku “baik”.
• Data yang ditulis pada jurnal adalah perilaku yang ekstrim positif dan
negatif, sehingga interpretasinya: yang ektrim positif = sangat baik, yang
ekstrim negatif = cukup/kurang baik/perlu bimbingan.
• Memberi tanda tallist pada butir sikap yang sesuai dengan catatan jurnal.

78 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

Contoh interpretasi data jurnal berdasarkan hasil pengamatan di atas.


Sikap spiritual

Tabel 1. 10 Interpretasi Sikap Spritual

Nama Beribadah Berdoa Bersyukur


No. Peserta
Didik SB PB SB PB SB PB
1. Della I
2. Dony I
3. Lea I
4. Lovi

Sikap social

Tabel 1. 11 Interpretasi Sikap Sosial

Nama Percaya Tanggung


Peduli Disiplin Menghargai
No. Peserta diri jawab
Didik SB PB SB PB SB PB SB PB SB PB
1. Della II I
2. Dony I
3. Lea I I I
4. Lovi I II

Data tersebut akan terus bertambah sesuai perkembangan sikap yang diamati
selama 1 semester. Sedangkan pengolahan data penilaian sikap hingga
penulisan deskripsi, akan dibahas di modul KK H Pemanfaatan Hasil Penilaian
Pembelajaran.

2. Analisis Instrumen Penilaian Pengetahuan dan Keterampilan


Salah satu kegiatan yang harus dilakukan oleh pendidik untuk
meningkatkan mutu soal yang telah ditulis adalah kegiatan menganalisis butir
soal. Kegiatan ini merupakan proses pengumpulan, peringkasan, dan
penggunaan informasi dari jawaban peserta didik untuk membuat keputusan
tentang setiap penilaian (Nitko, 1996). Analisis ini bertujuan untuk mengkaji
dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh soal yang bermutu sebelum soal

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 79


Kegiatan Pembelajaran 4

digunakan. Soal yang bermutu adalah soal yang dapat memberikan


informasi setepat-tepatnya sesuai dengan tujuannya, di antaranya adalah dapat
menentukan peserta didik mana yang sudah atau belum menguasai materi
yang diajarkan pendidik.

Menurut Aiken (1994), analisis butir soal memiliki tujuan membantu


meningkatkan kualitas tes melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif,
serta untuk mengetahui informasi diagnostik pada peserta didik apakah
mereka sudah atau belum memahami materi yang telah diajarkan. Asmawi
Zainul (1997) menguraikan tujuan analisis butir soal sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan butir tes sehingga dapat
dilakukan seleksi dan revisi butir soal
b. Untuk menyediakan informasi tentang spesifikasi butir soal secara lengkap
sehingga akan lebih memudahkan bagi pembuat soal dalam menyusun
perangkat soal yang akan memenuhi kebutuhan ujian dalam bidang dan
tingkat tertentu.
c. Untuk segera dapat mengetahui masalah yang terkandung dalam butir
soal, seperti: kesalahan meletakkan kunci jawaban, soal yang terlalu sukar
dan terlalu mudah, atau soal yang mempunyai daya beda rendah. Masalah
ini bila diketahui dengan segera akan memungkinkan bagi pembuat soal
untuk mengambil keputusan apakah butir soal yang bermasalah itu akan
digugurkan atau direvisi guna menentukan nilai peserta didik.
d. Untuk dijadikan alat guna menilai butir soal yang akan disimpan dalam
kumpulan soal (bank soal). Untuk memperoleh informasi tentang butir soal
sehingga memungkinkan untuk menyusun beberapa perangkat soal
yang paralel. Penyusunan perangkat seperti ini sangat bermanfaat bila
akan melakukan ujian ulang atau mengukur kemampuan beberapa
kelompok peserta tes dalam waktu yang berbeda.

Analisis butir soal dapat dilakukan secara kualitatif, dalam kaitannya


dengan isi dan bentuknya, dan kuantitatif dalam kaitan dengan ciri-ciri
statistiknya (Anastasi dan Urbina, 1997). Analisis kualitatif mencakup
pertimbangan validitas isi dan konstruk, sedangkan analisis kuantitatif
mencakup pengukuran tingkat kesulitan butir soal, daya pembeda, penyebaran

80 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

soal, serta validitas dan reliabilitasnya.

a. Analisis Butir Soal Secara


Kualitatif
Analisis butir soal secara kualitatif dilakukan untuk memprediksi apakah suatu
soal akan berfungsi dengan baik dan mengetahui apakah butir soal sudah
sesuai dengan kaidah penulisan soal baik secara konstruksi, bahasa, maupun
substansi/konten. Analisis kualitatif dilakukan sebelum soal digunakan pada
suatu ujian atau sebelum dilakukan ujicoba butir soal. Analisis butir soal secara
kualitatif melibatkan ahli konstruksi tes, ahli konten/materi, ahli kurikulum, dan
pendidik. Dalam melakukan analisis butir butir soal, penelaah harus memahami
kaidah-kaidah penulisan soal baik tes maupun nontes.

Bahan-bahan yang perlu disiapkan dalam melakukan analisis secara


kaulitatif antara lain: (1) kisi-kisi tes, (2) kurikulum yang digunakan, (3) buku
sumber, (4) kamus bahasa Indonesia, dan (5) kalkulator.

1) Teknik Analisis Secara Kualitatif


Ada beberapa teknik yang biasa digunakan untuk menganalisis butir soal
secara kualitatif, yaitu teknik moderator dan teknik panel.
a) Teknik Moderator
Teknik moderator merupakan teknik analisis butir soal dengan
berdiskusi antara penelaah yang dipandu seorang moderator. Setiap butir
soal didiskusikan secara bersama- sama oleh para penelaah yang
merupakan ahli konstruksi tes, pendidik, ahli materi, ahli pengembang
kurikulum, dan ahli bahasa. Para penelaah mendiskusikan kesesuaian
kaidah penulisan soal dengan setiap butir soal yang dianalisis. Setiap
komentar dan saran dari penelaah dicatat, direkam, dan didokumentasikan.
Kesimpulan hasil analisis berupa rekap soal yang direvisi, diterima, atau
ditolak. Kriteria soal direvisi, diterima, atau ditolak ditentukan oleh tingkat
kesesuaian atau kecocokan soal dengan setiap kaidah penulisan soal
berdasarkan judgment para penelaah.
b) Teknik Panel
Seperti teknik moderator, pada teknik panel juga melibatkan sekurang-
kurangnya ahli konstruksi tes, ahli materi, ahli kurikulum, dan pendidik. Para

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 81


Kegiatan Pembelajaran 4

penelaah menganalisis setiap butir soal berdasarkan kaidah penulisan butir


soal, baik dari segi materi, konstruksi, bahasa/budaya, maupun kebenaran
kunci jawaban/pedoman penskorannya. Para penelaah menganalisis setiap
butir soal format penelaahan yang disediakan sesuai dengan arahan dan
pedoman analisis butir soal. Kesimpulan hasil analisis butir soal
diperoleh berdasarkan hasil penelaahan yang dituangkan dalam format
penelaahan.

2) Prosedur Analisis Secara Kualitatif


Dalam menganalisis butir soal secara kualitatif, penggunaan format
penelaahan soal sangat membantu pada saat pelaksanaan analisis butir soal
baik tes maupun nontes. Selain format penelaahan, agar pelaksanaan analisis
butir soal berjalan secara efektif, perlu dibuat juga dibuat petunjuk pengisian
format penalaahan. Berikut ini, contoh petunjuk pengisian format penelaahan.
a) Penelaahan Butir Soal Bentuk Uraian
Setiap bentuk soal memeliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga
format penelaahan butir soal juga berbeda. Berikut contoh beberapa format
penelaahan butir soal uraian, pilihan ganda, instrumen tes kinerja dan
instrumen non tes.

82 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

Tabel 1. 12 Format Penelaahan Butir Soal Bentuk

Soal nomor
No. Aspek yang
A. Materi
1. Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis untuk
bentuk uraian).
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah
sesuai.
3. Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi
(urgensi, relevansi, kontinuitas, keterpakaian sehari-hari
tinggi).
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis
sekolah atau tingkat kelas.

B. Konstruksi
5. Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut
jawaban uraian.
6. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal
7. Ada pedoman penskorannya.
8. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya
disajikan degnan jelas dan terbaca.

C. Bahasa/Budaya
9. Rumusan kalimat soal komunikatif.
10. Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
11. Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan
penafsiran ganda atau salah pengertian.
Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu
12. Rumusan soal tidak mengandung kata/ungkapan yang
13. dapat menyinggung perasaan peserta didik.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 83


Kegiatan Pembelajaran 4

b) Penelaahan Soal Bentuk Pilihan Ganda

Format Penelaahan Soal Bentuk Pilihan Ganda

Nomor Soal
No. Aspek yang ditelaah
1 2 3 4 5 ...
A. Materi
1. Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis untuk
bentuk pilihan ganda).
2. Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi
(urgensi, relevansi, kontinuitas, keterpakaian sehari-hari
tinggi).
3. Pilihan jawaban homogen dan logis. Hanya
4. ada satu kunci jawaban.

B. Konstruksi
5. Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan
6. tegas. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban
merupakan pernyataan yang diperlukan saja.
7. Pokok soal tidak memberi petunjuk kunci jawaban.
8. Pokok soal bebas dari pernyataan yang bersifat negatif
ganda.
9. Pilihan jawaban homogen dan logis ditinjau dari segi
materi.
10. Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas
dan berfungsi.
11. Panjang pilihan jawaban relatif sama.
12. Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan “semua
jawaban di atas salah/benar” dan sejenisnya.
13. Pilihan jawaban yang berbentuk angka/waktu disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau
kronologisnya.
14. Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

C. Bahasa/Budaya
15. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia.
16. Menggunakan bahasa yang komunikatif.
17. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
18. Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang
sama, kecuali merupakan satu kesatuan pengertian.

84 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

c) Penelaahan untuk Instrumen kinerja

Format Penelaahan Soal Tes kinerja

Nomor Soal
No. Aspek yang ditelaah
1 2 3 4 5 ...
A. Materi
1. Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes perbuatan:
kinerja, hasil karya, atau penugasan).
2. Pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuai.
3. Materi sesuai dengan tuntutan kompetensi (urgensi,
relevansi, kontinuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi).
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis
sekolah atau tingkat kelas.

B. Konstruksi
5. Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut
jawaban perbuatan/praktik.
6. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
7. Ada pedoman penskorannya.
8. Tabel, peta, gambar, grafik, atau sejenisnya disajikan
dengan jelas dan terbaca.

C. Bahasa/Budaya
9. Rumusan soal komunikatif.
10. Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
11. Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan
penafsiran ganda atau salah pengertian.
12. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku
setempat/tabu.
13. Rumusan soal tidak mengandung kata/ungkapan
yang dapat menyinggung perasaan peserta didik.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 85


Kegiatan Pembelajaran 4

d) Penelaahan untuk Instrumen Non-Tes

Format Penelaahan Soal Non-Tes

Nomor Soal
No. Aspek yang ditelaah
1 2 3 4 5 ...
A. Materi
1. Pernyataan/soal sudah sesuai dengan rumusan indikator
dalam kisi-kisi.
2. Aspek yang diukur pada setiap pernyataan sudah sesuai
dengan tuntutan dalam kisi-kisi (misal untuk tes sikap:
aspek kognisi, afeksi, atau konasinya dan pernyataan
positif atau negatifnya).

B. Konstruksi
3. Pernyataan dirumuskan dengan singkat (tidak melebihi 20
kata) dan jelas.
4. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak relevan .
5. Objek yang dipersoalkan atau kalimatnya merupakan
pernyataan yang diperlukan saja.
6. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang bersifat negatif
ganda.
7. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mengacu pada
masa lalu.
8. Kalimatnya bebas dari pernyataan faktual atau dapat
diinterpretasikan sebagai fakta.
9. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mungkin disetujui
atau dikosongkan oleh hampir semua responden.
10. Setiap pernyataan hanya berisi satu gagasan secara
lengkap.
11. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak pasti seperti
semua, selalu, kadang-kadang, tidak satupun, tidak pernah.
12. Tidak banyak menggunakan kata hanya, sekedar, semata-
mata.

C. Bahasa/Budaya
13. Bahasa soal harus komunikatif dan sesuai dengan jenjang
pendidikan peserta didik atau responden.
14. Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku
setempat/tabu.

86 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

b. Analisis Butir Soal Secara Kuantitatif

Analisis butir soal secara kuantitatif maksudnya adalah penelaahan butir


soal didasarkan pada data empirik dari butir soal yang bersangkutan. Data
empirik ini diperoleh dari soal yang telah diujikan. Ada dua pendekatan dalam
analisis butir soal secara kuantitatif, yaitu pendekatan secara klasik dan
modern.

1) Klasik

Analisis butir soal secara klasik adalah proses penelaahan butir soal melalui
informasi dari jawaban peserta didik guna meningkatkan mutu butir soal yang
bersangkutan dengan menggunakan teori tes klasik. Kelebihan analisis butir
soal secara klasik adalah murah, dapat dilaksanakan sehari-hari dengan
menggunakan komputer, sederhana, familier dan dapat menggunakan data dari
beberapa peserta didik atau sampel kecil (Millman dan Greene, 1993).
Aspek yang perlu diperhatikan dalam analisis butir soal secara klasik
adalah setiap butir soal ditelaah dari segi: tingkat kesulitan butir, daya pembeda
butir, penyebaran pilihan jawaban (untuk soal bentuk objektif) atau frekuensi
jawaban pada setiap jawaban.

a) Tingkat Kesulitan (TK)


Tingkat kesulitan butir soal (item difficulty) yang juga disebut indeks kesulitan
butir soal merupakan proporsi atau persentase jawaban benar pada butir soal
tersebut. Sebagai contoh jika 30 orang dari 50 responden menjawab benar butir
soal nomor 1, maka indeks tingkat kesulitan butir soal tersebut adalah 30/50
atau 0.60 atau 60 persen. Jika indeks kesulitan tersebut dinyatakan dalam
bentuk proporsi, maka nilainya berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00.
Tetapi jika dinyatakan dalam bentuk persentase, maka nilainya berada pada 0
(nol) persen sampai dengan 100 (seratus) persen. Butir soal yang memiliki
indeks kesulitan 0,00 berarti tidak seorangpun responden menjawab benar,
sedangkan butir soal dengan indeks kesulitan 1,00 menunjukkan bahwa semua
responden mampu menjawab benar butir soal tersebut.

Istilah indeks tingkat kesulitan sebenarnya kurang tepat, karena

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 87


Kegiatan Pembelajaran 4

semakin besar nilai indeks tersebut semakin mudah, sebaliknya semakin kecil
nilai indeks tersebut semakin sulit. Namun demikian, kita bisa abaikan
permasalahan istilah tersebut, yang penting kita dapat memahami konsep
secara benar. Berdasarkan besarnya indeks kesulitan butir soal, kita dapat
mengelompokkan atau mengklasifikasikan butir soal ke dalam 3 (tiga)
kelompok, yaitu:
0,00 – 0,30 soal tergolong SULIT
0,31 – 0,70 soal tergolong SEDANG
0,71 – 1,00 soal tergolong MUDAH
Tingkat kesukaran butir soal memiliki 2 kegunaan, yaitu kegunaan bagi
pendidik dan kegunaan bagi pengujian dan pengajaran (Nitko, 1996).
Kegunaannya bagi pendidik adalah:
(1) sebagai pengenalan konsep terhadap pembelajaran ulang dan memberi
masukan kepada peserta didik tentang hasil belajar mereka
(2) memperoleh informasi tentang penekanan kurikulum atau mencurigai
terhadap butir soal yang bias.

Adapun kegunaannya bagi pengujian dan pengajaran adalah:


(1) pengenalan konsep yang diperlukan untuk diajarkan ulang;
(2) tanda-tanda terhadap kelebihan dan kelemahan pada kurikulum
sekolah;
(3) memberi masukan kepada peserta didik;
(4) tanda-tanda kemungkinan adanya butir soal yang bias;
(5) merakit tes yang memiliki ketepatan data soal.

Di samping kedua kegunaan di atas, dalam konstruksi tes, tingkat


kesukaran butir soal sangat penting karena tingkat kesukaran butir dapat:
(1) mempengaruhi karakteristik distribusi skor
(mempengaruhi bentuk dan penyebaran skor tes atau jumlah soal
dan korelasi antarsoal)
(2) berhubungan dengan reliabilitas. Menurut koefisien alfa clan KR-20,
semakin tinggi korelasi antarsoal, semakin tinggi reliabilitas

Tingkat kesukaran butir soal juga dapat digunakan untuk memprediksi

88 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

alat ukur itu sendiri (soal) dan kemampuan peserta didik dalam memahami
materi yang diajarkan pendidik. Misalnya satu butir soal termasuk kategori
mudah,maka prediksi terhadap informasi ini adalah (1) Pengecoh butir soal itu
tidak berfungsi; (2) Sebagian besar peserta didik menjawab benar butir soal itu;
artinya bahwa sebagian besar peserta didik telah memahami materi yang
ditanyakan. Bila suatu butir soal termasuk kategori sukar, maka prediksi
terhadap informasi ini adalah:
(1) Butir soal itu "mungkin" salah kunci jawaban;
(2) Butir soal itu mempunyai 2 atau lebih jawaban yang benar;
(3) Materi yang ditanyakan belum diajarkan atau belum tuntas
pembelajarannya sehingga kompetensi minimum yang harus dikuasai
peserta didik belum tercapai;
(4) Materi yang diukur tidak cocok ditanyakan dengan menggunakan
bentuk soal yang diberikan; dan
(5) Pernyataan atau kalimat soal terlalu kompleks dan panjang.

Analisis secara klasik ini memang memiliki keterbatasan, yaitu bahwa


tingkat kesukaran sangat sulit untuk mengestimasi secara tepat karena estimasi
tingkat kesukaran dibiaskan oleh sampel. Jika sampel berkemampuan tinggi,
maka soal akan sangat mudah (TK > 0,90). Jika sampel berkemampuan
rendah, maka soal akan sangat sulit (TK < 0,40).

b) Daya Pembeda (DP)

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan
antara warga belajar/peserta didik yang telah menguasai materi yang ditanyakan
dan warga belajar/peserta didik yang tidak/kurang/belum menguasai materi yang
ditanyakan. Manfaat daya pembeda butir soal adalah seperti berikut ini.
(1) Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya. Berdasarkan
indeks daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui apakah butir soal itu
baik, direvisi, atau ditolak.
(2) Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat mendeteksi/ membedakan
kemampuan peserta didik, yaitu peserta didik yang telah memahami atau belum
memahami materi yang diajarkan pendidik. Apabila suatu butir soal tidak dapat

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 89


Kegiatan Pembelajaran 4

membedakan kedua kemampuan peserta didik itu, maka butir soal itu dapat dicurigai
"kemungkinannya" seperti berikut ini.
Kunci jawaban butir soal itu tidak tepat.
 Butir soal itu memiliki 2 atau lebih kunci jawaban yang benar.
 Kompetensi yang diukur tidak jelas.
 Pengecoh tidak berfungsi.
 Materi yang ditanyakan terlalu sulit, sehingga banyak peserta
didik yang menebak.
 Sebagian besar peserta didik yang memahami materi yang
ditanyakan berpikir ada yang salah informasi dalam butir soalnya.

Indeks daya pembeda setiap butir soal biasanya juga dinyatakan dalam
bentuk proporsi. Semakin tinggi indeks daya pembeda soal berarti semakin
mampu soal yang bersangkutan membedakan warga belajar/peserta didik yang
telah memahami materi dengan warga belajar/peserta didik yang belum
memahami materi. Indeks daya pembeda berkisar antara -1,00 sampai
dengan +1,00. Semakin tinggi daya pembeda suatu soal, maka semakin
kuat/baik soal itu. Jika daya pembeda negatif (<0) berarti lebih banyak
kelompok bawah (warga belajar/peserta didik yang tidak memahami materi)
menjawab benar soal dibanding dengan kelompok atas (warga belajar/peserta
didik yang memahami materi yang diajarkan pendidik). Untuk mengetahui daya
pembeda soal bentuk pilihan ganda adalah dengan menggunakan
rumus berikut ini.

atau

DP = daya pembeda soal,


DP = daya pembeda soal,
BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas,
BB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah,
N=jumlah peserta didik yang mengerjakan tes.

90 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk uraian adalah dengan


menggunakan rumus berikut ini.

Mean kelompok atas − Mean kelompok bawah


DP =
Skor maksimum soal

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas dapat menggambarkan


tingkat kemampuan soal dalam membedakan antar peserta didik yang sudah
memahami materi yang diujikan dengan peserta didik yang belum/tidak
memahami materi yang diujikan. Adapun klasifikasinya adalah seperti
berikut
0,40 - 1,00 soal diterima baik
0,30 - 0,39 soal diterima tetapi perlu diperbaiki
0,20 - 0,29 soal diperbaiki
0,19 - 0,00 soal tidak dipakai/dibuang

c) Penyebaran (distribusi) Jawaban


Penyebaran pilihan jawaban dijadikan dasar dalam penelaahan soal. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui berfungsi tidaknya jawaban yang tersedia.
Suatu pilihan jawaban (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi apabila pengecoh:
 paling tidak dipilih oleh 5 % peserta tes/peserta didik,
 lebih banyak dipilih oleh kelompok peserta didik yang belum paham
materi.

d) Reliabilitas Skor Tes


Tujuan utama menghitung reliabilitas skor tes adalah untuk mengetahui
tingkat ketepatan (precision) dan keajegan (consistency) skor tes. Indeks
reliabilitas berkisar antara 0 - 1.
Semakin tinggi koefisien reliabilitas suatu tes (mendekati 1), makin tinggi pula
keajegan/ketepatannya.

Tes yang memiliki konsistensi reliabilitas tinggi adalah akurat, reproducible, dan
generalized terhadap kesempatan testing dan instrumen tes lainnya. Secara
rinci faktor yang mempengaruhi reliabilitas skor tes di antaranya:

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 91


Kegiatan Pembelajaran 4

(1) Semakin banyak jumlah butir soal, semakin ajeg suatu


(2) Semakin lama waktu tes, semakin ajeg.
(3) Semakin sempit range kesukaran butir soal, semakin besar
keajegan.
(4) Soal-soal yang saling berhubungan akan mengurangi keajegan.
(5) Semakin objektif pemberian skor, semakin besar keajegan.
(6) Ketidaktepatan pemberian skor.
(7) Menjawab besar soal dengan cara menebak.
(8) Semakin homogen materi semakin besar keajegan.
(9) Pengalaman peserta ujian.
(10) Salah penafsiran terhadap butir soal.
(11) Menjawab soal dengan buru-buru/cepat.
(12) Kesiapan mental peserta ujian.
(13) Adanya gangguan dalam pelaksanaan tes.
(14) Jarak antara tes pertama dengan tes kedua.
(15) Mencontek dalam mengerjakan tes.
(16) Posisi individu dalam belajar.
(17) Kondisi fisik peserta ujian.

Ada 3 cara yang dapat dilakukan untuk menentukan reliabilitas skor tes, yaitu:
(1) Keajegan pengukuran ulang: kesesuaian antara hasil pengukuran
pertama dan kedua dari sesuatu alat ukur terhadap kelompok yang sama.
(2) Keajegan pengukuran setara: kesesuaian hasil pengukuran dan 2 atau
lebih alat ukur berdasarkan kompetensi kisi-kisi yang lama.
(3) Keajegan belah dua: kesesuaian antara hasil pengukuran belahan
pertama dan belahan kedua dari alat ukur yang sama.

2) Modern

Analisis butir soal secara modern yaitu penelaahan butir soal dengan
menggunakan Item Response Theory (IRT) atau teori jawaban butir soal. Teori
ini merupakan suatu teori yang menggunakan fungsi matematika untuk
menghubungkan antara peluang menjawab benar suatu soal dengan
kemampuan peserta didik. Nama lain IRT adalah Latent Trait Theory (LTT),
atau Characteristics Curve Theory (ICC).

92 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

Salah satu kelebihan analisis IRT dibandingkan teori klasik adalah


IRT dapat mengestimasi tingkat kesukaran soal tanpa menentukan siapa
peserta tesnya (invariance). Dalam IRT, komposisi sampel dapat mengestimasi
parameter dan tingkat kesukaran soal tanpa
Untuk menganalisis dan evaluasi hasil belajar dapat menggunakan :
1. Menggunakan Manual
2. Menggunakan Informasi Teknologi (IT)
a. Kalkulator
b. Komputer
- Program Excel, ITEMAN, Software analisis, dan SPSS

Analisis Kuantitatif Butir Soal

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 93


Kegiatan Pembelajaran 4

Analisis Soal PG

ANALISIS SOAL URAIAN DAN TES PRAKTIK

94 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

D. Aktivitas Pembelajaran

Aktivitas pembelajara pada kegiatan Analisis dan evaluasi penilaian dan hasil belajar
terdiri atas dua bagian: yaitu diskusi materi dan aktivitas mengerjakan lembar kerja.
Anda dipersilahkan melakukan aktivitas pembelajaran tersebut secara mandiri dan
kerjasama dengan disiplin dan penuh tanggung jawab yang tinggi

1. Diskusi Materi
Pada saat mempelajari materi, baca uraian materi sampai tuntas dengan
teliti, kritis, dan rasa ingin tahu yang tinggi dan buatlah rangkuman dengan
kreatif dalam bentuk peta pikiran (mindmap) secara mandiri kemudian
diskusikan dalam kelompok. Baca juga buku Panduan Penilaian untuk
Sekolah Menengah Kejuruan tahun 2017 yang dikeluarkan oleh Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan , Kemendikbud. Selanjutnya
perwakilan kelompok bekerjasama mempresentasikan hasil diskusi kelompok
dan anggota kelompok lain menghargai, memperhatikan dan menanggapinya
secara aktif.

2. Lembar Kerja
Setelah mengkaji materi Analisis dan evaluasi penilaian hasil belajar, Anda
dapat mencoba melakukan kegiatan yang dalam modul ini disajikan dalam
lembar kerja. Pastikan Anda sudah menguasai seluruh materi dalam modul.
Aktivitas dapat dilakukan secara mandiri atau dapat bekerjasama dalam
kelompok masing-masing serta menyelesaikan aktivitas secara disiplin
sesuai dengan waktu yang ditentukan

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 95


Kegiatan Pembelajaran 4

Aktivitas: Analisis dan Evaluasi Penilaian Hasil belajar


belajar Kegiatan Pembelajaran 4
LK.03. Analisis Butir soal Pilihan ganda
Lakukan:
Analisiss butir Soal pilihan ganda: Tingkat kesulitan dan daya beda

Kriteria pemilihan materi pembelajaran merupakan rambu-rambu yang harus


dilalui untuk pemilihan system analisis butir soal yang diampu dalam rangka
persiapan melakukan analisis butir soal.
1. Analisis yang berupa system manual dan IT.
2. Sikap sebagai penentu dalam melaksanakan analisis
Materi pembelajaran yang tergolong sikap atau nilai adalah materi yang
berkenaan dengan sikap ilmiah.
3. Analisis butir soal merupakan proses dimana soal akan digunakan maka
harus melalui analisis untuk menunjukkan tingkat mudah, sedang, dan
sulit.
Selain itu soal harus dapat membedakan peserta didik yang mampu dan
yang tidak mampu, oleh karena itu harus di analisis melalui daya beda.

E. Latihan / Tugas

Tugas I . Diskusi Dalam kelompok


1. Lakukan identifikasi analisis butir soal sesuai dengan tingkat kesulitan !
2. Hasil dari identifikasi buatkan paparan presentasi/Power Poin !
3. Hasinya dipresentasikan dalam kurun waktu 30 „ !

F. Umpan balik dan Tindak Lanjut

Skor maksimal dari hasil mengerjakan latihan/tugas adalah 100. Nilailah diri
Anda dengan jujur dan profesional. Jika Anda memperkirakan bahwa
pencapaian Anda masih kurang dari 80% sebaiknya Anda ulangi kembali
mempelajari bab ini dengan pantang menyerah, disiplin dan kerja keras.
Berdiskusi dan bekerjasamalah dengan teman atau sejawat Anda dengan
menumbuhkan sikap saling menghargai, tidak memaksakan kehendak, berpikir

96 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

terbuka dan tetap kritis secara profesional bila ada bagian-bagian yang belum
Anda kuasai. Bagi Anda yang memperkirakan bahwa skor Anda minimal sudah
mencapai 80%, berarti Anda telah menguasai materi Prinsif,Asfek, dan
Penilaian Pembelajaran dengan baik. Silahkan Anda lanjutkan mempelajari
materi selanjutnya. Selain itu, kemampuan Anda akan semakin kuat dengan
dukungan informasi yang bisa Anda dapatkan dari internet. Tetaplah menjadi
menjadi guru yang belajar sepanjang hayat, pantang menyerah dan
disiplin dalam belajar.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 97


Pedagogik KK H

Kunci Jawaban Latihan/Tugas

A. Kunci Jawababn KP 1

No. 1 A No. 2 D No. 3 A No. 4 D No. 5 D

No.6 A No.7 D No.8 B No. C No. B

B Kunci Jawaban KP.2

No. 1 B No. 2 D No. 3 D No. 4 C No. 5 B

C Kunci Jawaban KP.3

1. Daftar nilai Matapelajaran


2. Buku Leger
3. Buku Rapor
4. Buku Induk

D Kunci Jawaban KP.4

1. Katagori Sulit : 0,00 – 0,30

2. Katagori sedang : 0,31 – 0,70

3. Katagori Sulit : 0,71 – 1,00

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 99


Pedagogik KK H

Pengembangan Soal

Petunjuk:
1) Bacalah bahan bacaan Modul Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran
Kelompok Kompetensi H (Pedagogik).
2) Buatlah 2 (dua) soal pilihan ganda dan 2 (dua) soal uraian HOTS (Higher
Order Thinking Skill) untuk tiap kegiatan pembelajaran dari modul (1).
Prinsif, Aspek pembelajaran dan Evaluasi Pembelajaran; (2). Menentukan
prosedur, instrument penilaian dan evaluasi pembelajaran, (3).
Mengadministrasikan proses dan hasil belajar, dan (4). Analisis dan
evaluasi hasil belajar.
3) Dalam pembuatan soal pilihlah standar kompetensi guru (dapat Anda lihat
pada sub bab Peta Kedudukan Modul) dan indikator pencapaian
kompetensi pada tiap kegiatan pembelajaran
4) Masing-masing soal dituliskan dalam tabel kisi – kisi soal.

Mata Pelajaran : PEDAGOGIK


Kelompok Kompetensi : H
Modul : Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran

Bentuk
No SKG Materi IPK Soal (PG /
Uraian)
Prinsif, Aspek, dan
1
Evaluasi Pembelajaran
Prosedur, Instrumen,
2 dan Evaluasi
Pembelajaran
Mengadministrasikan
3
Penilaian
Analisis dan Evaluasi
4
penilaian hasil belajar

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 101


Pengembangan Soal

Kaidah Penulisan Soal Bentuk Pilihan Ganda


a. Materi
 Soal harus sesuai dengan indikator soal dalam kisi-kisi.
 Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
Artinya semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama
seperti yang terkandung dalam pokok soal, penulisannya harus setara,
dan semua pilihan jawaban harus berfungsi.
 Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling
benar.

b. Konstruksi
 Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
 Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan
yang berkaitan dengan materi yang ditanyakan.
 Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.
 Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
 Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
 Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, "Semua jawaban
salah", atau "Semua jawaban benar".
 Pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun berdasarkan
urutan besar kecilnya nilai angka tersebut, dan pilihan jawaban
berbentuk angka yang menunjukkan waktu harus disusun secara
kronologis.
 Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal
harus jelas dan berfungsi.
 Butir materi soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

c. Bahasa
 Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
Bahasa Indonesia.
 Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat.

102 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

 Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan


merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata tersebut pada
pokok soal.

Kaidah penulisan soal uraian


a. Materi
 Soal harus sesuai dengan indikator
 Batasan jawaban yang diharapkan harus jelas
 Isi materi sesuai dengan pelajaran
 Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang sekolah/kelas

b. Konstruksi
Rumusan kalimat soal harus menggunakan kata tanya/perintah yang
menuntut jawaban terurai.
Buatkan petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal
Buatlah pedoman penskoran segera setelah soal disusun dengan
pendekatan skor 1 benar dan salah 0.
Hal-hal yang menyertai soal: tabel, gambar, grafik, peta, atau yang
sejenisnya harus disajikan dengan jelas dan terbaca.

c. Bahasa
Butir soal menggunakan kalimat yang sederhana dan komunikatif
Butir soal tidak mengandung kata yang dapat menyinggung perasaan siswa
Butir soal tidak menggunakan kata yang menimbulkan penafsiran ganda.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 103


Pengembangan Soal

Kartu Soal

Mata pelajaran :
Kelompok Kompetensi :
Nama Penyusun :

Standar Kompetensi Buku Sumber:


Guru
Soal

Materi

Indikator

No. Soal Kunci Jawaban

104 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

Evaluasi

Jawablah pertanyaan yang ada dibawah ini dengan cara memberikan tanda
silang (X) pada salah satu jawaban yang paling tepat menurut saudara
1. Analisis butir soal dapat dilakukan . . . .
A. melalui data
B. melalui deskripsi
C. melalui computer
D. melalui sampling
2. Rangkuman sebuah soal harus memenuhi kriteria . . . .
A. sedang, mudah, dan sulit
B. sedang, sulit, dan mudah
C. sulit, sedang, dan mudah
D. mudah, sedang, dan sulit
3. Kriteria daya beda yang ideal adalah . . . .
A. 0,4 – 1,0
B. 0,3 – 0,9
C. 0,2 – 0,8
D. 0,1 – 0,7
4. Sebuah soal dikatakan mudah apabila . . . .
A. mayoritas menjawab benar maksimal
B. mayoritas menjawab benar sedang
C. mayoritas menjawab benar sedikit
D. mayoritas menjawab benar tidak menentu

5P Pada penilaian dan evaluasi pembelajaran terdapat istilah pengukuran, hal


. tersebut adalah ….
A. membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria

B. membandingkan hasil pengamatan dengan data


C. membandingkan hasil pengamatan dengan obyek
D. membandingkan hasil pengamatan dengan subyek

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 105


Evaluasi

6. Makna penilaian dalam penilaian dan evaluasi mengandung makna


….
A. proses pengumpulan populasi
B. proses pengumpulan sampling
C. proses pengumpulan bukti
D. proses pengumpulan sumber data
7. Makna evaluasi dalam rangkaian penilaian dan evaluasi pembelajaran
adalah.
A. pengambilan keputusan berdasarkan hasil data
B. pengumpulan keputusan berdasarkan hasil penilaian
C. pengumpulan keputusan berdasarkan hasil pengukuran
D. pengumpulan keputusan berdasarkan hasil sampling
8. Penilaian hasil belajar membantu peserta didik untuk mengetahui ….
A. kelemahan belajar
B. capaian mata pelajaran
C. capaian kurikulum
D. ketuntasan materi
9. Penilaian hasil belajar oleh peserta didik bertujuan untuk ….
A. mengetahui tingkat kreatifitas
B. mengetahui tingkat kecerdasan
C. mengetahui tingkat kerajinan
D. mengetahui tingkat kompetensi
10. Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan acuan ….
A. patokan
B. kriteria
C. norma
D. skala
11. Tingkat penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup ranah ….
A. sikap, pengetahuan, dan sosial
B. sikap, pengetahuan, dan spiritual
C. sikap, pengetahuan, dan moral
D. sikap, pengetahuan, dan keterampilan

106 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

12. Teknik penilaian pengetahuan meliputi ….


A. tes tertulis, observasi, dan jurnal
B. tes tertulis, observasi, dan penugasan
C. tes tertulis, observasi, dan penilaian diri
D. tes tertulis, observasi, dan teman sejawat
13. Keterampilan meliputi keterampilan kongkrit dan abstrak, berikut ini
yang termasuk keterampilan kongkrit adalah ….
A. menanya
B. menalar
C. mencoba
D. mengolah
14 Peserta didik di wajibkan mengikuti remedial pada ranah
pengetahuan dan keterampilan ketuntasan belajar adalah ….
A. > 70
B < 70
C. ≤ 80
D. >80
15.P Langkah-langkah Pokok dalam Evaluasi pembelajaran adalah ….
A. perencanaan, pengumpulan data, analisis data, dan hasil akhir

B. perencanaan, pengumpulan data, analisis data, dan interprestasi


C. perencanaan, pengumpulan data, analisis data, dan asumsi
D. perencanaan, pengumpulan data, analisis data, dan data asli

16. Penilaian sikap pada unsur utam dilakukan oleh guru . . . .


.
A. Kejuruan dan BK
B. kesenian dan BK
C. matematika dan BK
D. Mata pelajaran dan BK
17. Ruang lingkup penilaian pengetahuan komponen-komponen test . . . .
A. Tulis, lisan, proyek, dan fortofolio
B. Tulis, lisan, kinerja, dan fortofolio
C. Tulis, interviw, penugasan, dan fortofolio

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 107


Evaluasi

D. Tulis, lisan, penugasan, dan fortofolio


18. Ruang lingkup penilaian keterampilan komponen-komponen test. . . .
A. Kinerja, tertulis, dan portofoio
B. Kinerja, lisan, dan portofoio
C. Kinerja, proyek, dan portofoio
D. Kinerja, penugasan, dan portofoio
19. Pada ranah keterampilan, penilaian kinerja bertujuan untuk mengukur
….
A. keterampilan proses dan hasil portofolio
B. keterampilan proses dan hasil produk
C. keterampilan proses dan hasil laporan
D. keterampilan proses dan hasil lisan
20. Pada butir soalpilihan ganda, Daya beda yang ditolak mempunyai
. kriteria ….
A. 0,40 - 1,00
B. 0,30 - 0,39
C. 0,20 - 0,29
D. 0,19 - 0,00

B Kunci Jawaban

No. 1 C No. 2 D No. 3 A No. 4 A No. 5 A

No.6 A No.7 D No.8 B No.9 C No.10 B

No.11 D No.12 B No.13 C No.14 A No.15 B

No.16 D No.17 D No.18 C No.19 B No.20 D

108 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

Penutup

A. Kesimpulan

Sistem penilaian pendidikan adalah merupakan bagian yang penting yang


berpedoman pada permendikbud No. 104 Th 2014 yang berisikan tentang
penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Untuk Penddidikan Menengah
Kejuruan (PMK) ada Panduan Khusus yang dirancang untuk diimplementaskan
sesuai dengan karakteristik Pendididkan Menengan Kejuruan.

Untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 disekolah, pemerintah telah


meyiapkan peraturan-peraturan yang terkait dengan implementasi kurikulum
2013, sehingga orang yang terlibat dalam pendidikan dapat mempelajari dan
menerapkannya di sekolah. Salah satu peraturan tersebut adalah
Permendikbud No. 104 Th 2014, yang merupakan kelanjutan dari
Permendikbud No. 66 Th 2013.

Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran harus merujuk pembelajaran umum dan


khusus. Rumusan tujuan pembelajaran umum merujuk pada kompetensi dasar,
sedangkan tujuan pembelajaran khusus merujuk pada indikator keberhasilan.
Tujuan pembelajaran harus dirumuskan dengan jelas agar persepsi yang
muncul selaras dengan apa yang terkandung dalam rumusan tujuan tersebut.
Tujuan pembelajaran sebagai pernyataan spesifik tentang perubahan perilaku
yang diharapkan, memiliki empat persyaratan yang harus dipenuhi. Empat
syarat tersebut meliputi: Audience (sasaran pembelajaran), Behaviour
(perubahan perilaku), Conditions (kondisi), dan Degree (ukuran keberhasilan).

Penjelasan berdasarkan kerucut pengalaman Edgar Dale, disimpulan bahwa


belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang dipengaruhi berbagai
faktor seperti kegiatan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan
melakukan apa yang diinstruksikan. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila
terjadi perubahan tertentu dalam dirinya, yaitu proses belajar yang merupakan
proses berubahnya tingkah laku tertentu secara relatif tetap. Perubahan tingkah

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 109


Penutup

laku diakibatkan oleh adanya sejumlah pengalaman yang disebabkan adanya


interaksi individu dengan lingkungannya.
Kriteria pemilihan materi pembelajaran merupakan rambu-rambu yang harus
dilalui untuk pemilihan bahan ajar yang diampu dalam rangka persiapan
mengajar, materi yang dipilih meliputi ranah:
1. Pengetahuan sebagai materi pembelajaran
Isi materi pembelajaran yang berupa pengetahuan meliputi fakta, konsep,
prinsip, dan prosedur
2. Keterampilan sebagai materi pembelajaran
Materi pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan antara lain
kemampuan mengembangkan ide, memilih, menggunakan bahan,
menggunakan peralatan, dan teknik kerja
3. Sikap sebagai materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yang tergolong sikap atau nilai adalah materi yang
berkenaan dengan sikap ilmiah, antara lain:
a. Nilai–nilai kebersamaan, mampu bekerja berkelompok dengan orang
lain yang yang tidak membedakan ras;
b. Nilai kejujuran, mampu jujur dalam melaksanakan observasi,
eksperimen, tidak memanipulasi data apapun;
c. Nilai kasih sayang, tak membeda-bedakan orang lain yang mempunyai
karakter sama dan kemampuan sosial ekonomi yang berbeda semua
sama-sama makhluk Tuhan.

B. Balikan dan Tindak Lanjut

Peserta dinyatakan berhasil dalam mempelajari modul ini apabila telah mampu
menjawab soal-soal evaluasi / latihan dalam modul ini, tanpa melihat atau
membuka materi dengan nilai minimal 80. Bagi yang belum mencapai nilai
minimal 80 diharapkan untuk lebih giat mendalami lagi sehingga dapat
memperoleh nilai minimal 80

110 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK H

Daftar Pustaka

Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning,


Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of
Educatioanl Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Buchari Muctar. Dalam Suryanto. 1965. Langkah – Langkah Pokok Evaluasi.


Jakarta. Rineka Cipta

Dave, R. H. (1975). Developing and Writing Behavioural Objectives. (R J


Armstrong, ed.): Educational Innovators Press.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan


dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 60 Tahun 2014 Tentang
Kerangka Dasar & Struktur Kurikulum SMK/MAK. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan


dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 61 Tahun 2014 Tentang
Pedoman Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan


dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 62 Tahun 2014 Tentang
Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan


dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 63 Tahun 2014 Tentang
Pendidikan Kepramukaan Sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib
Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Press

https://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/01/revisi-taksonomi-bloom.pdf

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2007. “Pengembangan


Kurikulum”. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 111


Daftar Pustaka

Molenda, Michael dkk. 2006 Instructional Media And Technology For Teaching
And Learning. New York: Practice-Hall Inc

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. panduan penilaian pendidikan


menengah kejuruan . Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan

Soeparno (1988). Media Pengajaran Bahasa. Jakarta: PT Inter-Pariwisata.

Sukamto. 1988. Perencanaan & Pengembangan Kurikulum Pendidikan


Teknologi dan Kejuruan. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan

S Nasution. 1990. Azas-azas Pengembangan Kurikulum. Bandung : Jenmars

Stanlai Yulien. Dalam Suryanto. 1964. Langkah – Langkah Evaluasi. Jakarta.


Rineka Cipta

Suwardi, 2007, Sistem Menejemen Pembelajaran : Menciptakan Guru yang


Kreatif, Temprina Media Grafika.

Tyler, Ralph W. 1973. Basic Principles of Curriculum and Instruction. Chicago


and London : The University of Chichago

Wand and Brown. 1990. Esential of Education. Los Angeles. The University of
California

_____ 2008, Quantum Teaching. Mempraktekkan metode Quantum learning di


ruang kelas. (Terjemahan). Bandung: Kaifaies

112 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

Anda mungkin juga menyukai