Anda di halaman 1dari 283

MODUL

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

KOMPETENSI KEAHLIAN
TEKNIK KENDARAAN RINGAN
TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER
DAN PENGEMBANGAN SOAL

KELOMPOK KOMPETENSI I

PROFESIONAL:
PERBAIKAN SISTEM KOPLING, TRANSMISI DAN GARDAN
Penyusun:
Sugeng Riyadi, S.Pd., Email: denbagos2000@hotmail.com., HP: 08123168541
Penelaah:
Drs. Mardjani. MT., Email: mardjani2006@yahoo.co.id., HP: 081553894658

PEDAGOGIK:
PEMANFAATAN HASIL PENILAIAN DAN EVALUASI UNTUK
PEMBELAJARAN

Penulis:
Dr. Muljo Rahardjo, S.T., M.Pd.
Penyunting:
Drs. Suryanto, M.Pd.

Desain Grafis dan Ilustrasi:


Tim Desain Grafis

Copyright © 2017
PPPPTK Bidang Otomotif dan Elektronika
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial
tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Teknik Kendaraan Ringan KK I

Kata Sambutan

Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai kunci
keberhasilan belajar siswa. Guru profesional adalah guru yang kompeten
membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan
pendidikan yang berkualitas dan berkarakter prima. Hal tersebut menjadikan guru
sebagai komponen yang menjadi fokus perhatian pemerintah maupun
pemerintah daerah dalam peningkatan mutu pendidikan terutama menyangkut
kompetensi guru.

Pengembangan profesionalitas guru melalui Program Pengembangan


Keprofesian Berkelanjutan merupakan upaya Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependikan dalam
upaya peningkatan kompetensi guru. Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan
kompetensi guru telah dilakukan melalui Uji Kompetensi Guru (UKG) untuk
kompetensi pedagogik dan profesional pada akhir tahun 2015. Peta profil hasil
UKG menunjukkan kekuatan dan kelemahan kompetensi guru dalam
penguasaan pengetahuan pedagogik dan profesional. Peta kompetensi guru
tersebut dikelompokkan menjadi 10 (sepuluh) kelompok kompetensi. Tindak
lanjut pelaksanaan UKG diwujudkan dalam bentuk pelatihan guru paska UKG
pada tahun 2016 dan akan dilanjutkan pada tahun 2017 ini dengan Program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai agen


perubahan dan sumber belajar utama bagi peserta didik. Program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru dilaksanakan melalui tiga
moda, yaitu: 1) Moda Tatap Muka, 2) Moda Daring Murni (online), dan 3) Moda
Daring Kombinasi (kombinasi antara tatap muka dengan daring).

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan


(PPPPTK), Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Kelautan Perikanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LP3TK

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | iii


KPTK) dan Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah
(LP2KS) merupakan Unit Pelaksanana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan yang bertanggung jawab dalam
mengembangkan perangkat dan melaksanakan peningkatan kompetensi guru
sesuai bidangnya. Adapun perangkat pembelajaran yang dikembangkan tersebut
adalah modul Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru
moda tatap muka dan moda daring untuk semua mata pelajaran dan kelompok
kompetensi. Dengan modul ini diharapkan program Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan memberikan sumbangan yang sangat besar dalam peningkatan
kualitas kompetensi guru.

Mari kita sukseskan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ini


untuk mewujudkan Guru Mulia Karena Karya.

iv | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Kata Pengantar

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
limpahan rahmat dan karunianya sehingga Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Otomotif dan
Elektronika (PPPPTK BOE) Malang dapat menyelesaikan revisi modul ini dengan
baik. Revisi modul ini merupakan penyempurnaan dari modul Guru Pembelajar
yang telah disusun pada tahun 2016. Fokus revisi terletak pada pengintegrasian
Penguatan Pendidikan Karakter dan pengembangan soal.

Modul ini disusun sebagai bahan ajar program Peningkatan Keprofesian


Berkelanjutan yang diselenggarakan baik oleh PPPPTK/LPPKS/LPPPTK
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan maupun oleh instansi terkait lainnya.

Peningkatan Keprofesian Berkelanjutan merupakan upaya yang ditempuh untuk


meningkatkan profesionalisme guru melalui peningkatan kompetensi khususnya
kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Melalui modul ini diharapkan
kempetensi guru dapat ditingkatkan baik melalui kegiatan Peningkatan
Keprofesian Berkelanjutan moda Tatap Muka, Daring (Dalam Jaringan), maupun
Daring Kombinasi.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


semua pihak yang telah membantu sehingga modul ini dapat diselesaikan dan
kami mohon masukan, saran, dan kritik dari para pembaca demi penyempurnaan
modul ini di masa mendatang. Selanjutnya kepada para pembaca kami ucapkan
selamat belajar, semoga mendapatkan hasil yang maksimal. Amin.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan |v


vi | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
MODUL
PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

KOMPETENSI KEAHLIAN
TEKNIK KENDARAAN RINGAN
TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER
DAN PENGEMBANGAN SOAL

KELOMPOK KOMPETENSI I

PROFESIONAL:
PERBAIKAN SISTEM KOPLING, TRANSMISI DAN GARDAN

Penyusun:
Sugeng Riyadi, S.Pd., Email: denbagos2000@hotmail.com., HP: 08123168541
Penelaah:
Drs. Mardjani. MT., Email: mardjani2006@yahoo.co.id., HP: 081553894658

Desain Grafis dan Ilustrasi:


Tim Desain Grafis

Copyright © 2017
PPPPTK Bidang Otomotif dan Elektronika
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial
tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Teknik Kendaraan Ringan KK I

Daftar Isi

Hal.

Kata Sambutan.................................................................................................. iii


Kata Pengantar .................................................................................................. v
Daftar Isi ............................................................................................................ ix
Daftar Gambar ................................................................................................... xi
Daftar Tabel ..................................................................................................... xvi
Pendahuluan ...................................................................................................... 1
A. Latar belakang .............................................................................................. 1
B. Tujuan Pembelajaran .................................................................................... 2
C. Peta Kompetensi .......................................................................................... 3
D. Ruang Lingkup.............................................................................................. 7
E. Saran Cara Penggunaan Modul .................................................................... 8
Kegiatan Pembelajaran 1 : Sistem Kopling.................................................... 15
A. Tujuan......................................................................................................... 15
B. Indikator Pencapaian Kompetensi............................................................... 15
C. Uraian Materi .............................................................................................. 15
D. Aktifitas Pembelajaran. ............................................................................... 59
E. Latihan/Tugas. ............................................................................................ 59
F. Rangkuman ................................................................................................ 62
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .................................................................. 64
Kegiatan Pembelajaran 2 : Transmisi ............................................................. 67
A. Tujuan......................................................................................................... 67
B. Indikator Pencapaian Kompetensi............................................................... 67
C. Uraian Materi .............................................................................................. 67
D. Aktifitas Pembelajaran. ............................................................................. 120
E. Latihan/Tugas ........................................................................................... 121
F. Rangkuman .............................................................................................. 131
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ................................................................ 135

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | ix


Daftar Isi

.................................................................................................................Hal.
Kegiatan Pembelajaran 3 : Gardan .............................................................. 137
A. Tujuan....................................................................................................... 137
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ............................................................. 137
C. Uraian Materi ............................................................................................ 137
D. Aktifitas Pembelajaran .............................................................................. 158
E. Latihan/Tugas ........................................................................................... 158
F. Rangkuman .............................................................................................. 162
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ................................................................ 163
Pengembangan Soal...................................................................................... 165
Kunci Jawaban Latihan/Tugas ...................................................................... 167
A. Kunci Jawaban Soal Latihan KP 1 ............................................................ 167
B. Kunci Jawaban Soal Latihan KP 2 ............................................................ 167
C. Kunci Jawaban Soal Latihan KP 3. ........................................................... 168
Evaluasi .......................................................................................................... 169
A. Soal Evaluasi. ........................................................................................... 169
B. Kunci Jawaban Evaluasi ........................................................................... 181
Penutup .......................................................................................................... 183
A. Kesimpulan ............................................................................................... 183
B. Tindak Lanjut ............................................................................................ 188
Glosarium ....................................................................................................... 189
Daftar Pustaka................................................................................................ 191

x | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Daftar Gambar

Hal.

Gambar 1. 1 Prinsip Kopling ............................................................................. 16


Gambar 1. 2 Prinsip Kerja Kopling. .................................................................... 16
Gambar 1. 3 Positive clutch (Dog clutch). .......................................................... 17
Gambar 1. 4 Cone clutch (kopling konis). .......................................................... 18
Gambar 1. 5 Kopling Plat Tunggal. .................................................................... 19
Gambar 1. 6 Multi-plate clutch (kopling plat banyak).......................................... 19
Gambar 1. 7 Diaphragm clutch (kopling pegas disfragma)................................. 20
Gambar 1. 8 Fluid coupling (Kopling fluida). ...................................................... 21
Gambar 1. 9 Hydraulic torque converter ............................................................ 21
Gambar 1. 10 Centrifugal clutch (Kopling sentrifugal). ....................................... 22
Gambar 1. 11 Semi-centrifugal clutch (Kopling semi sentrifugal). ...................... 23
Gambar 1. 12 Kopling elektro magnet................................................................ 24
Gambar 1. 13 Komponen Kopling. ..................................................................... 25
Gambar 1. 14 Roda Gaya. ................................................................................. 25
Gambar 1. 15 Tiga Macam Bantalan Pilot ......................................................... 26
Gambar 1. 16 Plat Kopling. ................................................................................ 27
Gambar 1. 17 Alur Pada Plat Kopling ................................................................ 27
Gambar 1. 18 Peredam Torsi Dari Karet. ........................................................... 28
Gambar 1. 19 Plat Kopling Dengan Peredam .................................................... 29
Gambar 1. 20 Plat Kopling Dengan Peredam .................................................... 29
Gambar 1. 21 Unit Plat Penekan Pegas Diafragma. .......................................... 30
Gambar 1. 22 Pegas Diafragma. ....................................................................... 31
Gambar 1. 23 Unit Plat penekan Pegas Koil. ..................................................... 31
Gambar 1. 24 Conventional Release Bearing. ................................................... 32
Gambar 1. 25 Bantalan Pembebas Kopling. ...................................................... 33
Gambar 1. 26 Konstruksi Self-Centering Release Bearing. ................................ 34
Gambar 1. 27 Self-Centering Release Bearing. ................................................. 34
Gambar 1. 28 Cara Kerja Self-Centering Release Bearing. ............................... 35

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | xi


Daftar Gambar

.................................................................................................................................... Hal.
Gambar 1. 29 Kopmonen Sstem Penggerak Hidrolis Kopling. ........................... 36
Gambar 1. 30 Master Kopling. ........................................................................... 37
Gambar 1. 31 Clutch Release Cylinder. ............................................................. 37
Gambar 1. 32 Sistem Penggerak Kopling Mekanis. ........................................... 38
Gambar 1. 33 Pembebasab Model Tarik............................................................ 39
Gambar 1. 34 komponen Bantalan Pembebas Model Tarik. .............................. 40
Gambar 1. 35 Roda Gaya dengan Peredam. ..................................................... 41
Gambar 1. 36 Bagan Cara Kerja Flywheel Dumper. .......................................... 42
Gambar 1. 37 Cara Kerja Flywheel Dumper. ..................................................... 42
Gambar 1. 38 Pemeriksaan Runout Roda Gaya. ............................................... 43
Gambar 1. 39 Menukur Keausan Pegas Diafragma. .......................................... 44
Gambar 1. 40 Mengukur Ketebalan Kanvas. ..................................................... 45
Gambar 1. 41 Memeriksa Runout Plat Kopling. ................................................. 45
Gambar 1. 42 Memeriksa Release Bearing (bantalan pembebas). .................... 46
Gambar 1. 43 Memeriksa Self_Adjusting Release Bearings. ............................. 46
Gambar 1. 44 Penyetelan Jarak Bebas Sistem Hidrolis. .................................... 47
Gambar 1. 45 Penyetelan Pedal Kopling. .......................................................... 48
Gambar 1. 46 Pengukuran Jarak Bebas. ........................................................... 48
Gambar 1. 47 Mekanisme Kabel Kopling. .......................................................... 49
Gambar 1. 48 Titik Pemeriksaan Pembebasan Kopling. ................................... 50
Gambar 1. 49 Penyetelan Jarak Bebas Sistem Kabel Kopling ........................... 51
Gambar 1. 50 Saklar Start Kopling) ................................................................... 51
Gambar 1. 51 Melepas Bantalan Pilot. ............................................................... 55
Gambar 1. 52 Memasang Plat Kopling............................................................... 56
Gambar 1. 53 Pemasangan Koping. .................................................................. 57
Gambar 1. 54 Pemberian Grease. ..................................................................... 57
Gambar 1. 55 Pemasangan Transmisi. .............................................................. 58
Gambar 2. 1 Transmisi Dua Poros ..................................................................... 68
Gambar 2. 2 Transmisi Tiga Poros ................................................................... 68
Gambar 2. 3 Transmisi Tiga Poros Dengan Transfer Case Unit ....................... 69
Gambar 2. 4 Transmisi Dua Poros Dengan Transfer Case Unit ........................ 69
Gambar 2. 5 Transmisi Otomatis Tipe Gigi Helikal ............................................ 70

xii | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

................................................................................................................ Hal.
Gambar 2. 6 Transmisi Otomatis Tipe Gigi Planetari. ....................................... 70
Gambar 2. 7 Transmisi Otomatis Tipe CVT. ..................................................... 71
Gambar 2. 8 Hubungan dua Buah Roda Gigi. ................................................... 72
Gambar 2. 9 Hubungan Tiga Buah Roda Gigi. .................................................. 72
Gambar 2. 10 Spur gear. .................................................................................. 73
Gambar 2. 11 Helical gear. ............................................................................... 73
Gambar 2. 12 Spur Bevel Gears ....................................................................... 74
Gambar 2. 13 Roda Gigi Geser ........................................................................ 75
Gambar 2. 14 Roda Gigi Bebas ........................................................................ 75
Gambar 2. 15 Roda Gigi Tetap. ........................................................................ 76
Gambar 2. 16 Bantalan Rol Jarum. ................................................................... 77
Gambar 2. 17 Bantalan Bola ............................................................................. 77
Gambar 2. 18 Bantalan Roll .............................................................................. 78
Gambar 2. 19 Plain Bushings ........................................................................... 78
Gambar 2. 20 Perbandinagan Gigi Tetap.......................................................... 79
Gambar 2. 21 Perbandingan Gigi Reduksi ........................................................ 80
Gambar 2. 22 Perbandingan Gigi Overdrive ..................................................... 81
Gambar 2. 23 Transmisi Manual Tiga Poros ..................................................... 82
Gambar 2. 24 Transmisi Manual Dua Poros ..................................................... 82
Gambar 2. 25 Posisi Gigi netral ........................................................................ 83
Gambar 2. 26 Posisi Gigi ke Satu (Lambat) ...................................................... 83
Gambar 2. 27 Posisi Gigi ke Dua (Cepat) ......................................................... 84
Gambar 2. 28 Posisi Gigi Netral........................................................................ 84
Gambar 2. 29 Pasisi Gigi ke Satu (Lambat) ...................................................... 85
Gambar 2. 30 Posisi Gigi ke dua (Cepat) .......................................................... 85
Gambar 2. 31 Komponen Transmisi Tiga Poros ............................................... 86
Gambar 2. 32 Komponen Transmisi Dua Poros. ............................................... 86
Gambar 2. 33 Lokasi Synchronizers Unit Pada Unit Transmisi ......................... 87
Gambar 2. 34 Komponen Synchronizers Unit dan Roda Gigi Tingkat ............... 87
Gambar 2. 35 Gerakan Tahap 1 Hub Sleeve .................................................... 90
Gambar 2. 36 Gerakan Tahap 2 Hub Sleeve .................................................... 91
Gambar 2. 37 Gerakan Tahap 3 Hub Sleeve .................................................... 92

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | xiii


Daftar Gambar

.................................................................................................................Hal.
Gambar 2. 38 Input Shaft .................................................................................. 92
Gambar 2. 39 Counter Gear Shaft .................................................................... 93
Gambar 2. 40 Output Shaft ............................................................................... 93
Gambar 2. 41 Kedudukan Poros-Poros Pada Transmisi Tiga Poros ................. 94
Gambar 2. 42 Forward Gears ........................................................................... 95
Gambar 2. 43 Reverse Gears ........................................................................... 95
Gambar 2. 44 Synchronizer Hub Sleeve and Splines........................................ 96
Gambar 2. 45 Inertia Lock ................................................................................ 97
Gambar 2. 46 Synchronizer unit.Tipe inner cone .............................................. 97
Gambar 2. 47 Two-cone synchronizer .............................................................. 98
Gambar 2. 48 Three-Cone Synchronizer .......................................................... 99
Gambar 2. 49 Posisi Gigi ke 1 ........................................................................ 100
Gambar 2. 50 Posisi Gigi ke 2. ....................................................................... 100
Gambar 2. 51 Posisi gigi ke 3 ......................................................................... 101
Gambar 2. 52 Posisi gigi ke 4 ......................................................................... 101
Gambar 2. 53 Posisi gigi ke 5 ......................................................................... 102
Gambar 2. 54 Posisi gigi ke Reverse. ............................................................. 102
Gambar 2. 55 Kedudukan Poros-Poros Pada Transmisi Dua Poros ............... 103
Gambar 2. 56 Komponen Input shaft Transmisi Dua Poros ............................ 103
Gambar 2. 57 Komponen Output shaft Transmisi Dua Poros.......................... 104
Gambar 2. 58 Posisi Gigi Netral ...................................................................... 104
Gambar 2. 59 Posisi Gigi 1 ............................................................................. 105
Gambar 2. 60 Posisi Gigi 2 ............................................................................. 105
Gambar 2. 61 Posisi Gigi 3 ............................................................................. 106
Gambar 2. 62 Posisi Gigi 4 ............................................................................. 106
Gambar 2. 63 Posisi Gigi 5 ............................................................................. 107
Gambar 2. 64 Posisi Gigi R............................................................................. 107
Gambar 2. 65 Gear shift mechanism. ............................................................ 108
Gambar 2. 66 Posisi bola Pembatas. .............................................................. 109
Gambar 2. 67 Interlock Pin. ............................................................................ 110
Gambar 2. 68 Tuas no.1 Digerakan. ............................................................... 110
Gambar 2. 69 tuas no.2 Digerakan. ................................................................ 110

xiv | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

................................................................................................................. Hal.
Gambar 2. 70 Tuas no.3 Digerakan. ............................................................... 111
Gambar 2. 71 Defernsial Pusat ....................................................................... 113
Gambar 2. 72 Transfer Case Gear Type. ........................................................ 114
Gambar 2. 73 Transfer Case Chain Type. ...................................................... 115
Gambar 2. 74 Tranfer Case Bodi menyatu...................................................... 115
Gambar 2. 75 Transfer Case Bodi terpisah. .................................................... 116
Gambar 2. 76 Tuas Transfer Case dalam Cabin. ............................................ 116
Gambar 2. 77 Elektronik Shift On-the-Fly........................................................ 117
Gambar 2. 78 Posisi 2H. ................................................................................. 118
Gambar 2. 79 Posisi 4H. ................................................................................. 119
Gambar 2. 80 Posisi 4L. ................................................................................. 120
Gambar 3. 1 Penggerak Aksel Suspensi Rigid. .............................................. 138
Gambar 3. 2 Penggerak Aksel Suspensi Indipenden. ..................................... 138
Gambar 3. 3 Konstruksi Penggerak Aksel....................................................... 139
Gambar 3. 4 Konstruksi Deferential ................................................................ 140
Gambar 3. 5 Komponen-Komponen Diferensial. ............................................. 140
Gambar 3. 6 Pinion Gear Dan Ring Gear........................................................ 141
Gambar 3. 7 Pinion Gear. ............................................................................... 141
Gambar 3. 8 Posisi Gigi Pinion Terhadap Roda gigi Ring. .............................. 142
Gambar 3. 9 Posisi Jalan Lurus. ..................................................................... 143
Gambar 3. 10 Posisi Belok Kiri. ...................................................................... 144
Gambar 3. 11 Kondisi Jalan Basah dan Kering ............................................... 144
Gambar 3. 12 Pengunci Deferensial Mekanis. ................................................ 145
Gambar 3. 13 Pengunci Deferensial Plat banyak. ........................................... 146
Gambar 3. 14 Posisi Jalan Lurus .................................................................... 147
Gambar 3. 15 saat Terjadi Slip. ...................................................................... 148
Gambar 3. 16 Diferensial ratchet. ................................................................... 149
Gambar 3. 17 Diferensial torsi ........................................................................ 149
Gambar 3. 18 Pengunci diferensial hidrolik ..................................................... 150
Gambar 3. 19 Pompa Hidrolis. ........................................................................ 151
Gambar 3. 20 Rumah Poros Penggerak Roda Belakang Axle Rijid. .............. 152
Gambar 3. 21 Aksel Banjo. ............................................................................. 153

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | xv


Daftar Gambar

.................................................................................................................Hal.
Gambar 3. 22 Aksel Spicer. ........................................................................... 153
Gambar 3. 23 Suspensi Belakang Axle Indipenden. ....................................... 154
Gambar 3. 24 Aksel terompet. ........................................................................ 154
Gambar 3. 25 Semi-Floating Axles. ................................................................ 155
Gambar 3. 26 Three Quarter Floating. ............................................................ 156
Gambar 3. 27 Full Floating.............................................................................. 156
Gambar 3. 28 Poros penggerak suspensi indipenden ..................................... 157

Daftar Tabel

Hal.
Tabel 2. 1 Tabel Nama Komponen Synchronizers Unit dan Fungsinya .............. 88

xvi | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Pendahuluan

A. Latar belakang

Modul Diklat PKB Guru Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan Grade 9 ini
dirancang untuk memenuhi kebutuhan guru dalam hal peningkatan kompetensi
tentang perbaikan bodi kendaraan tingkat 9. Modul ini membahas tentang
beberapa hal antara lain :

1. Sistem kopling pada kendaraan ringan.


2. Transmisi maual pada kendaraan ringan.
3. Transmisi automatis pada kendaraan ringan.
4. Sistem penggerak roda (gardan).

Modul ini disiapkan sebagai panduan pelatihan sekaligus merupakan bahan


informasi dalam pembelajaran. Di dalamnya selain informasi mengenai
pengetahuan dasar, juga memuat beberapa lembaran tugas dan beberapa
lembar tes untuk mengukur apakah proses pendidikan dan pelatihan telah dapat
mengubah sikap/perilaku siswa menjadi seseorang yang memiliki kompetensi
sesuai standar.

Pembelajaran dengan modul ini dapat dilakukan secara klasikal dengan


atautanpa instruktur, bahkan individual karena menggunakan pendekatan
kurikulum 2013.

Guru perlu meningkatkan kompetensi profesionalismenya terkait dengan disiplin


ilmu teknik perbaikabn bodi, khususnya pada topic perbaikan kaca kendaraan.
Penguasaan fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan para guru harus terus
dimantapkan, ditingkatkan, dan dikembangkan. Pemantapan tersebut tidak
hanya terkait pengetahuan konseptual dan prosedural tetapi juga pemantapan
kemampuan guru dalam menggunakan pengetahuannya masalah dunia nyata
atau kehidupan sehari-hari dengan tidak meninggalkan penguatan pendidikan
karakter (PPK). Hal itu tertuang dalam Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan |1


Pendahuluan

Standar Kompetensi Guru pada Kompetensi Profesional Matematika pada pasal


1 ayat (1) menyatakan bahwa setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi
akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional. Lebih lanjut,
dalam salah satu butir Nawacita Presiden Joko Widodo adalah memperkuat
pendidikan karakter bangsa dengan melakukan Gerakan Nasional Revolusi
Mental (GNRM) yang akan diterapkan di seluruh sendi kehidupan berbangsa dan
bernegara, termasuk di dalam dunia pendidikan. Dalam rangka mendukung
kebijakan gerakan PPK, modul ini mengintegrasikan lima nilai utama karakter
bangsa, yaitu: religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. Kelima
nilai utama tersebut terintegrasi pada kegiatan-kegitan pembelajaran yang ada
pada modul. Adapun sub nilai religius antara lain: cinta damai, toleransi,
menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri,
kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan,
persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan,
melindungi yang kecil dan tersisih. Sedangkan sub nilai nasionalis meliputi:
apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela
berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat
hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama. Sub nilai
mandiri antara lain: etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang,
profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat. Sub
nilai gotong royong antara lain: menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas
keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, solidaritas, empati,
anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan. Terakhir, sub nilai
integritas meliputi: kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti
korupsi, keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai martabat
individu (terutama penyandang disabilitas).

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat :

1. Menjelaskan fungsi, jenis-jenis, nama-nama komponen, cara kerja dari sistem


kopling pada kendaraan ringan dengan percaya diri.

2 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

2. Menjelaskan fungsi, jenis-jenis, nama-nama komponen, cara kerja dari


transmisi maual pada kendaraan ringan dengan percaya diri.

3. Menjelaskan fungsi, jenis-jenis, nama-nama komponen, cara kerja dari


transmisi otomatis pada kendaraan ringan dengan percaya diri

4. Menjelaskan fungsi, jenis-jenis, nama-nama komponen, cara kerja dari sistem


penggerak roda (gardan) dengan percaya diri.

C. Peta Kompetensi

PETA KOMPETENSI GURU

Program Keahlian : Teknik Otomotif


Paket Keahlian : Teknik Kendaraan Ringan (043)

Kompetensi
Grade Guru Paket Indikator Pencapaian Kompetensi
Keahlian

Merawat Menelaah prinsip Merawat berkala


berkala kerja mekanisme mekanisme
mekanisme katup katup
katup

Menelaah prinsip Menelaah Merawat


Merawat kerja sistem minyak pelumas berkala
berkala sistem pelumasan dan sistem
pelumasan dan pendinginan pelumasan
pendinginan dan
pendinginan
A
Merawat Menelaah prinsip Merawat
berkala sistem kerja sistem berkalasistem
pemasukan dan pemasukan dan pemasukan dan
pembuangan pembuangan pembuangan

Menelaah prinsip Merawat berkala


Merawat kerja sistem sistem
berkala sistem pengapian pengapian
pengapian konvensional dan konvensional
elektronis dan elektronis

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan |3


Pendahuluan

Merawat Menelaah prinsip Merawat


berkala sistem kerja sistem berkalasistem
bahan bakar bahan bakar bahan bakar
bensin bensin bensin

Merawat Menelaah prinsip Merawatberkala


berkala sistem kerja sistem sistem bahan
bahan bakar bahan bakar bakar Diesel
Diesel Diesel

Merawat Menelaah prinsip Merawat


berkala sistem kerja kopling berkalakopling
kopling
Merawat Menelaah prinsip Merawat berkala
berkala kerja transmisi transmisi
transmisi manual manual
manual

Merawat Menelaah prinsip Merawat berkala


berkala kerja transmisi transmisi
transmisi otomatis otomatis
otomatis

Merawat Menelaah prinsip Merawat berkala


berkala poros kerja poros poros propeller,
propeller, propeller, gardan gardan dan
gardan dan dan aksel roda aksel roda
aksel roda
B Merawat Menelaah prinsip Merawat berkala
berkala sistem kerja sistem sistem kemudi
kemudi kemudi

Merawat Menelaah prinsip Merawat berkala


berkala sistem kerja sistem rem sistem rem
rem

Merawat Menelaah Merawat berkala


berkala roda kodefikasi peleg peleg dan ban
dan ban
Merawat Menelaah prinsip Merawat berkala
berkala sistem kerja sistem sistem suspensi
supensi suspensi

Merawat Menelaah prinsip Merawat berkala


berkala sistem kerja sistem sistem
penerangan, penerangan, penerangan,
tanda dan tanda dan tanda dan
pengaman pengaman pengaman

4 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Merawat Menelaah prinsip Merawat berkala


berkala sistem kerja penghapus / sistem
penghapus / pembersih kaca penghapus /
pembersih kaca pembersih kaca

Merawat Menelaah prinsip Merawat berkala


berkala sistem kerja sistem sistem starter
starter dan starter dan dan pengisian
pengisian pengisian

Menelaah blok Mendiagnosis Memperbaiki


Memperbaiki
motor dan kerusakan blok blok motor
blok motor dan
mekanisme motor dan dan
mekanisme
engkol mekanisme mekanisme
engkol
engkol engkol

Menelaah kepala Mendiagnosis Memperbaiki


Memperbaiki
silinder dan kerusakan kepala
kepala silinder
mekanisme katup kepala silinder silinder dan
dan mekanisme
dan mekanisme mekanisme
katup
katup katup

Menelaah sistem Mendiagnosis Memperbaiki


Memperbaiki
pemasukan dan kerusakan sistem
sistem
C pembuangan sistem pemasukan
pemasukan dan
pemasukan dan dan
pembuangan
pembuangan pembuangan

Menelaah sistem Mendiagnosis Memperbaiki


Memperbaiki
pelumasan dan kerusakan sistem
sistem
pendinginan sistem pelumasan
pelumasan dan
pelumasan dan dan
pendinginan
pendinginan pendinginan

Memperbaiki Menelaah sistem Mendiagnosis Memperbaiki


D sistem rem rem kerusakan sistem rem
sistem rem
Memperbaiki Menelaah sistem Mendiagnosis Memperbaiki
sistem penerangan, kerusakan sistem
penerangan, tanda dan sistem penerangan,
tanda dan pengaman penerangan, tanda dan
pengaman tanda dan pengaman
E pengaman

Memperbaiki Menelaah sistem Mendiagnosis Memperbaiki


sistem penghapus / kerusakan sistem
penghapus / pembersih kaca sistem penghapus /
pembersih kaca penghapus / pembersih
pembersih kaca kaca

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan |5


Pendahuluan

Menelaah sistem Mendiagnosis Memperbaiki


pengapian kerusakan sistem
Memperbaiki
konvensional dan sistem pengapian
sistem
elektronis pengapian konvensional
pengapian
konvensional dan
F dan elektronis elektronis

Memperbaiki Menelaah sistem Mendiagnosis Memperbaiki


sistem starter starter dan kerusakan sistem starter
dan pengisian pengisian sistem starter dan
dan pengisian pengisian

Memperbaikisist Menelaah sistem Mendiagnosis Memperbaiki


emkopling kopling kerusakan sistem
sistem kopling kopling

Memperbaiki Menelaah Mendiagnosis Memperbaiki


transmisi transmisi kerusakan transmisi
G transmisi
Memperbaiki Menelaah poros Mendiagnosis Memperbaiki
poros propeller,gardan kerusakan poros poros
propeller,gardan dan aksel roda propeller,gardan propeller,gar
dan aksel roda dan aksel roda dan dan
aksel roda

Menelaah sistem Mendiagnosis Memperbaiki


Memperbaiki
bahan bakar kerusakan sistem bahan
sistem bahan
bensin sistem bahan bakar bensin
bakar bensin
bakar bensin
H Menelaah sistem Mendiagnosis Memperbaiki
Memperbaiki
bahan bakar kerusakan sistem bahan
sistem bahan
Diesel sistem bahan bakar Diesel
bakar Diesel
bakar Diesel

Memperbaiki Menelaah sistem Mendiagnosis Memperbaiki


sistem kemudi kemudi kerusakan sistem
sistem kemudi kemudi

Memperbaiki Menelaah peleg Mendiagnosis Memperbaiki


roda dan ban kerusakan peleg peleg dan
dan ban ban
I
Memperbaiki Menelaah sistem Mendiagnosis Memperbaiki
sistem suspensi suspensi kerusakan sistem
sistem suspensi. suspensi
Melaksanakan Menelaah wheel Mendiagnosis Melaksanaka
Wheel aligment kesalahan n wheel
Alignment wheel aligment aligment

6 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Memperbaiki Menelaah sistem Mendiagnosis Memperbaiki


sistem Air Air Conditioning kerusakan sistem Air
Conditioning (AC) sistem Air Conditioning
(AC) Conditioning (AC)
(AC)

J Memperbaiki Menelaah sistem Mendiagnosis Memperbaiki


assesoris audio video dan kerusakan pada sistem audio
sistem tambahan sistem audio video dan
(GPS, dsb) video dan sistem
sistem tambahan
tambahan (GPS, dsb)
(GPS, dsb)

D. Ruang Lingkup

1. Sistem kopling
a. Konstruksi kopling.
b. Cara kerja kopling
c. Prosedur perbaikan sesuai dengan SOP.
2. Sistem transmisi manual.
a. Konstruksi transmiai manual.
b. Cara kerja transmisi manual.
c. Prosedur perbaikan transmisi manual sesuai dengan SOP.
3. Transmisi automatis.
a. Konstruksi transmisi automatic.
b. Cara kerja transmisi automatic.
c. Prosedur perbaikan transmisi automatic sesuai dengan SOP.
4. Sistem penggerak roda (garden).
a. Konstruksi sistem penggerak roda (garden).
b. Cara kerja sistem penggerak roda (garden).
c. Prosedur perbikan sistem penggerak roda (garden) sesuai dengan SOP.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan |7


Pendahuluan

E. Saran Cara Penggunaan Modul

Secara umum, cara penggunaan modul pada setiap Kegiatan Pembelajaran


disesuaikan dengan skenario setiap penyajian mata diklat. Modul ini dapat
digunakan dalam kegiatan pembelajaran guru, baik untuk moda tatap muka
dengan model tatap muka penuh maupun model tatap muka In-On-In. Alur model
pembelajaran secara umum dapat dilihat pada bagan dibawah.

Gambar 1 Alur Model Pembelajaran Tatap Muka.

8 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

E. 1. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka Penuh

Kegiatan pembelajaran diklat tatap muka penuh adalah kegiatan fasilitasi


peningkatan kompetensi guru melalui model tatap muka penuh yang
dilaksanakan oleh unit pelaksana teknis dilingkungan ditjen. GTK maupun
lembaga diklat lainnya. Kegiatan tatap muka penuh ini dilaksanan secara terstruktur
pada suatu waktu yang di pandu oleh fasilitator.

Tatap muka penuh dilaksanakan menggunakan alur pembelajaran yang dapat


dilihat pada alur dibawah.

Gambar 2 Alur Pembelajaran Tatap Muka Penuh

Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model tatap muka penuh dapat
dijelaskan sebagai berikut,

a. Pendahuluan

Pada kegiatan pendahuluan fasilitator memberi kesempatan kepada peserta


diklat untuk mempelajari :

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan |9


Pendahuluan

 latar belakang yang memuat gambaran materi


 tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi
 kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul.
 ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran
 langkah-langkah penggunaan modul

b. Mengkaji Materi

Pada kegiatan mengkaji materi modul kelompok kompetensi I fasilitator memberi


kesempatan kepada guru sebagai peserta untuk mempelajari materi yang
diuraikan secara singkat sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar. Guru
sebagai peserta dapat mempelajari materi secara individual maupun
berkelompok dan dapat mengkonfirmasi permasalahan kepada fasilitator.

c. Melakukan aktivitas pembelajaran

Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan


rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan dipandu oleh fasilitator.
Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini akan menggunakan
pendekatan yang akan secara langsung berinteraksi di kelas pelatihan bersama
fasilitator dan peserta lainnya, baik itu dengan menggunakan diskusi tentang
materi, malaksanakan praktik, dan latihan kasus.

Lembar kerja pada pembelajaran tatap muka penuh adalah bagaimana


menerapkan pemahaman materi-materi yang berada pada kajian materi.

Pada aktivitas pembelajaran materi ini juga peserta secara aktif menggali
informasi, mengumpulkan dan mengolah data sampai pada peserta dapat
membuat kesimpulan kegiatan pembelajaran.

d. Presentasi dan Konfirmasi

Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi hasil kegiatan sedangkan


fasilitator melakukan konfirmasi terhadap materi dan dibahas bersama.

10 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

e. Refleksi

Pada bagian ini peserta dan penyaji me-review atau melakukan refleksi materi
berdasarkan seluruh kegiatan pembelajaran, kemudian didampingi oleh panitia
menginformasikan tes akhir yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang
dinyatakan layak tes akhir.

E. 2. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka In-On-In

Kegiatan diklat tatap muka dengan model In-On-In adalan kegiatan fasilitasi
peningkatan kompetensi guru yang menggunakan tiga kegiatan utama, yaitu In
Service Learning 1 (In-1), on the job learning (On), dan In Service Learning 2 (In-
2). Secara umum, kegiatan pembelajaran diklat tatap muka In-On-In tergambar
pada alur berikut ini.

Gambar 3 Alur Pembelajaran Tatap Muka model In-On-In

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 11


Pendahuluan

Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model In-On-In dapat dijelaskan


sebagai berikut,

a. Pendahuluan

Pada kegiatan pendahuluan disampaikan bertepatan pada saat pelaksanaan In


service learning 1 fasilitator memberi kesempatan kepada peserta diklat untuk
mempelajari :

 latar belakang yang memuat gambaran materi


 tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi
 kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul.
 ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran
 langkah-langkah penggunaan modul

b. In Service Learning 1 (IN-1)

 Mengkaji Materi

Pada kegiatan mengkaji materi modul kelompok kompetensi I, fasilitator memberi


kesempatan kepada guru sebagai peserta untuk mempelajari materi yang
diuraikan secara singkat sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar. Guru
sebagai peserta dapat mempelajari materi secara individual maupun
berkelompok dan dapat mengkonfirmasi permasalahan kepada fasilitator.

 Melakukan aktivitas pembelajaran

Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan


rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan dipandu oleh fasilitator.
Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini akan menggunakan
pendekatan/metode yang secara langsung berinteraksi di kelas pelatihan, baik itu
dengan menggunakan metode berfikir reflektif, diskusi, brainstorming, simulasi,
maupun studi kasus yang kesemuanya dapat melalui Lembar Kerja yang telah
disusun sesuai dengan kegiatan pada IN1.

12 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Pada aktivitas pembelajaran materi ini peserta secara aktif menggali informasi,
mengumpulkan dan mempersiapkan rencana pembelajaran pada on the job
learning.

c. On the Job Learning (ON)

 Mengkaji Materi

Pada kegiatan mengkaji materi modul kelompok kompetensi I, guru sebagai


peserta akan mempelajari materi yang telah diuraikan pada in service learning 1
(IN1). Guru sebagai peserta dapat membuka dan mempelajari kembali materi
sebagai bahan dalam mengerjaka tugas-tugas yang ditagihkan kepada peserta.

 Melakukan aktivitas pembelajaran

Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah maupun


di kelompok kerja berbasis pada rencana yang telah disusun pada IN1 dan
sesuai dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul. Kegiatan
pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini akan menggunakan
pendekatan/metode praktik, eksperimen, sosialisasi, implementasi, peer
discussion yang secara langsung di dilakukan di sekolah maupun kelompok kerja
melalui tagihan berupa Lembar Kerja yang telah disusun sesuai dengan kegiatan
pada ON.

Pada aktivitas pembelajaran materi pada ON, peserta secara aktif menggali
informasi, mengumpulkan dan mengolah data dengan melakukan pekerjaan dan
menyelesaikan tagihan pada on the job learning.

d. In Service Learning 2 (IN-2)

Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi produk-produk tagihan ON yang


akan di konfirmasi oleh fasilitator dan dibahas bersama.

e. Refleksi

Pada bagian ini peserta dan penyaji me-review atau melakukan refleksi materi
berdasarkan seluruh kegiatan pembelajaran, kemudian didampingi oleh panitia

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 13


Pendahuluan

menginformasikan tes akhir yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang
dinyatakan layak tes akhir.

E. 3. Lembar Kerja

Modul pembinaan karir guru kelompok komptetansi I teridiri dari beberapa


kegiatan pembelajaran yang didalamnya terdapat aktivitas-aktivitas pembelajaran
sebagai pendalaman dan penguatan pemahaman materi yang dipelajari.

Modul ini mempersiapkan lembar kerja yang nantinya akan dikerjakan oleh
peserta, lembar kerja tersebut dapat terlihat pada table berikut.

Daftar Lembar Kerja Modul

No Kode Nama LK Keterangan


LK

1. LK.01. Tugas praktek KP I Kopling. TM

2. LK.02. Tugas praktek KP II Transmisi. TM

3. LK.03. Tugas praktek KP III Gardan TM

Keterangan.

TM : Digunakan pada Tatap Muka Penuh


IN : Digunakan pada In service learning
ON :Digunakan pada on the job learning

14 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Kegiatan Pembelajaran 1 : Sistem Kopling

A. Tujuan

Setelah belajar materi kegiatan belajar I ini peserta diharapkan mampu


menelaah, mendiagnosa dan memahami tentang kopling kendaraan, khususnya
mengenai konstruksi, cara kerja, mendiagnosa dan perbaikan kopling pada
kendaraan bermotor.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Mampu menjelaskan fungsi sistem kopling dengan percaya diri.


2. Mampu menyebutkan 5 jenis-jenis kopling sistem kopling dengan percaya diri.
3. Mampu menyebutkan 8 nama-nama komponen utama kopling dengan
percaya diri.
4. Mampu menjelaskan cara kerja sistem kopling dengan percaya diri.
5. Mampu mendiagnosa kerusakan sistem kopling dengan percaya diri.

C. Uraian Materi

1. Prinsip Dasar Kopling.

Sebuah kopling adalah bagian dari sistem pemindah tenaga yang digunakan
untuk menghubungkan dan memutuskan antara poros penggerak ke poros yang
digerakkan, sehingga poros yang digerakkan dapat berputar atau berhenti.
Sebuah aplikasi dari kopling adalah pada kendaraan di mana kopling digunakan
untuk menghubungkan dan memutus putaran mesin ke gear box. Sehingga
memungkinkan mesin bisa distart tanpa ada beban dari transmisi

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 15


Kegiatan Pembelajaran 1

Gambar 1. 1 Prinsip Kopling

Dua poros I1 dan I2 masing-masing berputar dengan kecepatan sudut ω1 dan


ω2. Pada mulanya I2 kecepatanya nol, kemudian kecepatannya sama dengan
menghubungkan bagian yang hitam. Pada mulanya terjadi slip karena dua
elemen yang berjalan pada kecepatan yang berbeda dan mengakibatkan
kenaikan suhu.

Seperti pada sistem rem, koping juga menggunakan gaya gesek dan N gaya
normal. Pada materi ini dibatasi pada kopling aksial.

Kopling aksial adalah satu hubungan antara dua poros yang bergerak dalam
arah sama dengan memanfaatkan gaya gesek. Sebuah kopling aksial
diilustrasikan pada gambar di bawah. Ini terdiri dari disk penggerak terhubung ke
poros driving dan disk yang digerakkan terhubung ke poros driven. Sebuah pelat
gesek terpasang pada salah satu disk. Pegasi membuat kedua disk berhubungan
sehingga putaran dapat diteruskan dari satu poros ke poros yang lain.

Gambar 1. 2 Prinsip Kerja Kopling

16 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

2. Jenis-jenis kopling.

Jenis kopling banyak digunakan didalam industri otomotif. Pada dasarnya kopling
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

A. Positive clutch (Dog clutch)

Dalam positive clutch, alur dibuat sedemikian rupa sehingga poros driving dapat
berhubungan denga poros driven. Ketika posisi terhubung maka bagian-bagian
gigi dapat masukkan ke dalam alur dan berputar bersama-sama. Ketika posisi
terlepas maka masing-masing gigi keluar dari alur dan poros berputar sendiri-
sendiri tanpa ada hubungan.

Gambar 1. 3 Positive clutch (Dog clutch).

B. Friction clutch (kopling gesek)

Jenis clutch ini, gaya gesek digunakan untuk kopling pada posisi terhubung atau
terputus. Sebuah pelat gesekan dipasang diantara poros driving dan poros
driven. Ketika kopling pada posisi terhubung, poros driven terhubung (kontak)
dengan poros driving. Sebuah gaya gesekan bekerja diantara dua bagian
tersebutSehinggai ketika poros driving berputar, maka poros driven juga
berputar. Jenis kopling ini dibagi menjadi empat jenis sesuai dengan desain
kopling.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 17


Kegiatan Pembelajaran 1

C. Cone clutch (kopling konis)

Ini adalah jenis gesekan kopling. Seperti namanya, jenis kopling ini terdiri dari
konis (kerucut) yang dipasang pada driven dan bentuk sisi roda gaya juga
berbentuk kerucut. Permukaan kontak dilapisi dengan lapisan gesekan. Kerucut
dapat terhubung dan terlepas.

Gambar 1. 4 Cone clutch (kopling konis)

Single plate clutch (kopling plat tumggal)

Pada kopling plat tunggal flywheel adalah tetap pada poros mesin dan pressure
plate menempel pada flywheel. Pressure plate (plt penekan) ini bebas untuk
bergerak bersama debgan flywheel. Sebuah pelat gesekan terletak antara roda
gaya dan pressure plate. Beberapa pegas dipasangkan ke dalam pressure plate
pada posisi terkompresi. Ketika posisi kopling terhubung maka pressure plate
memberikan gaya pada pelat gesekan karena tekanan pegas. Sehingga kopling
pada posisi terhubung. Ketika kopling terbebas maka pressure plate menjauhi
plat kopling.

18 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Gambar 1. 5 Kopling Plat Tunggal

Multi-plate clutch (kopling plat banyak)

Multi-plate clutch ini sama seperti plat kopling tunggal tetapi ada dua atau lebih
pelat kopling dipasangkan antara roda gaya (flywheel) dan pressure plate.

Gambar 1. 6 Multi-plate clutch (kopling plat banyak)

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 19


Kegiatan Pembelajaran 1

D. Diaphragm clutch (kopling pegas disfragma)

Kopling ini mirip dengan kopling plat tunggal, pegas diafragma digunakan
sebagai pengganti coil pegas untuk menekanan pressure plate. Dalam coil
pegas, salah satu masalah besar terjadi yaitu pegas tidak mendistribusikan gaya
pegas secara seragam. Untuk menghilangkan masalah ini, pegas diafragma
digunakan pada kopling. Kopling ini dikenal sebagai kopling diafragma.

Gambar 1. 7 Diaphragm clutch (kopling pegas disfragma)

E. Hydraulic clutch (Kopling hidrolis).

Kopling ini menggunakan cairan hidrolik untuk mengirimkan torsi. Menurut desain
clutch ini dibagi menjadi dua jenis.

F. Fluid coupling (Kopling fluida)

Ini adalah unit hidrolik yang menggantikan kopling. Dalam jenis kopling fluida
tidak ada hubungan mekanis antara driving dan driven. Sebuah pompa impeller
sebagai driving dan turbin runner sebagai driven. Kedua unit di atas disatukan
dan diisi dengan cairan. Cairan ini berfungsi sebagai pemindah torsi dari impeller
ke turbin. Ketika impeler mulai berputar maka turbin juga berputar melalui cairan
dengan gaya sentrifugal. Cairan ini kemudian memasuki turbin runner dan
memberikan gaya pada runer blade. Ini membuat runner berputar. Cairan dari
20 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Teknik Kendaraan Ringan KK I

runner kemudian mengalir kembali ke dalam pompa impeller, sehingga sirkuit


tertutup. Kopling ini digunakan untuk gear box otomatis.

Gambar 1. 8 Fluid coupling (Kopling fluida)

G. Hydraulic torque converter

Torque converter adalah sama dengan transformer listrik. Tujuan utama dari
converter torsi adalah untuk menhubungkan diving ke driven dan meningkatkan
torsi driven. Dalam torque converter, sebuah impeller sebagai driving, turbin
sebagai driven dan stasioner guide vane ditempatkan di antara driving dan driven
tersebut. Semua komponen tersebut menjadi satu kesatuan dan diisi dengan
cairan hidrolik. Impeller berputar dengan driven dan melalui cairan dengan daya
sentrifugal. Cairan ini mengalir dari impeller ke turbin runner melalui vane stator
yang mengubah arah cair, sehingga memungkinkan meningkatkan torsi dan
kecepatan. Perbedaan torsi antara impeller dan turbin tergantung pada vabe
stator ini.

Gambar 1. 9 Hydraulic torque converter

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 21


Kegiatan Pembelajaran 1

a. Menurut metode hubungan.

1. Spring types clutch (Tipe kopling pegas)

Dalam kopling jenis ini , pegas heliks atau diafragma yang digunakan untuk
menekanan pressure plate untuk menhubungkan kopling. Pegas ini terletak
antara pressure plate dan penutup kopling (cover clutch). pegas ini dipasangkan
ke dalam posisi kompak dalam kopling. Sehingga memberikan gaya tekanan
pada pressure plate sehingga kopling pada posisi terhubung.

2. Centrifugal clutch (Kopling sentrifugal).

Seperti namanya kopling sentrifugal, menggunakan gaya sentrifugal yang


digunakan untuk menghubungkan kopling. Jenis kopling ini tidak memerlukan
pedal kopling untuk mengoperasikan kopling. Kopling dioperasikan secara
otomatis tergantung pada kecepatan mesin. Kopling iIni terdiri pemberat yang
berputar pada lengan kopling. Ketika kecepatan mesin meningkat maka gaya
sentrifugal pemberat meningkat pula.. Hal ini membuat kopling terhubung.

Gambar 1. 10 Centrifugal clutch (Kopling sentrifugal)

22 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

3. Semi-centrifugal clutch
Satu masalah besar terjadi pada kopling sentrifugal adalah bahwa kopling
sentrifugal bekerja pada kecepatan yang lebih tinggi tetapi pada kecepatan yang
lebih rendah tidak bisa. Kopling semi senrifugal dapat bekerja pada kecepatan
yang lebih tinggi dan pada kecepatan yang lebih rendah. Jenis kopling ini dikenal
sebagai kopling semi-sentrifugal. Jenis kopling ini menggunakan gaya sentrifugal
serta gaya pegas dalam posisi terhubung. pegas dirancang untuk mengirimkan
torsi pada kecepatan normal, sedangkan gaya sentrifugal dalam pada kecepatan
yang lebih tinggi.

Gambar 1. 11 Semi-centrifugal clutch (Kopling semi sentrifugal)

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 23


Kegiatan Pembelajaran 1

4. Electro-magnetic clutch (Kopling elektro magnet).

Dalam kopling electromagnet, gaya magnet digunakan untuk memberikan


kekuatan tekanan pada pressure plate sehinggat kopling terhubung. Dalam jenis
kopling ini, pelat driving atau pelat driven terpadang kumparan listrik. Ketika listrik
mengliri kumparan ini maka akan timbul kemagnetan dan menarik plat lain. Jadi
kedua plat bergabung ketika listrik mengalir dan kopling dalam posisi terhubung.
Ketika aliran listrik terputus, maka kemagnetan akan menghilang, dan kopling
terbebas.

Gambar 1. 12 Kopling elektro magnet

3. Komponen Kopling.

Pada pembahasan ini hanya pada kopling kering plat tungal karena kopling ini
yang banyak digunakan pada kendaraan ringan. Komponen utama kopling terdiri
dari :

a. Clutch disc (Plat kopling).


b. Flywheel (Roda gaya).
c. Clutch cover assembly (Unit penutup kopling).
d. Clutch release bearing (Bantalan pembebas kopling).
e. Clutch release fork (Garpu pembebas kopling).
Plat kopling terhubung ke poros input transmisi, dan terletak di antara roda gaya
dan unit penutup kopling. Roda gaya terhubung ke crankshaft mesin dan unit
penutup kopling terpasang pada roda gaya.

24 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Gambar 1. 13 Komponen Kopling

1. Flywheel (Roda gaya).

Roda gaya terhubung ke crankshaft mesin. Sebuah roda gaya adalah sangat
mirip dengan cakram pada sistem rem. Ini adalah pirngan logam besar yang
menyimpan dan melepaskan energi dari putaran crankshaft. Ini memutar kopling
dengan pada permukaan gesekan dengan plat kopling. Sebagai tambahan, roda
gaya menyediakan permukaan mounting untuk unit penuyup kopling, dan juga
membuang panas.

Gambar 1. 14 Roda Gaya

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 25


Kegiatan Pembelajaran 1

2. Pilot Bearing (Bantalan pilot).

Sebuah bantalan pilot berfungsi untuk mendukung poros input sisi dari mesin.
Bantalan pilot digunakan pada kendaraan adalah berupa bantalan bola atau
jarum atau berupa bushing yang terletak di lubang di akhir crankshaft. Bantalan
Pilot hanya berputar ketika kopling terbebas.

Gambar 1. 15 Tiga Macam Bantalan Pilot

3. Clutch Disc (Plat kopling)

Plat kopling adalah penghubung antara mesin dan transmisi. Sebuah plat kopling
memberikan area permukaan besar terbuat dari bahan gesekan pada kedua sisi.
Pada posisi tengah, terpasang peredam untuk menyerap getaran torsional.

Kanvas terpaku pada pelat kopling di kedua sisi dan seperti pada kampas rem.
Pelat kopling memiliki desain bergelombang yang memungkinkan memberkan
efek melawan (menekan) ketika pelat ditekan.

26 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Gambar 1. 16 Plat Kopling

Alur yang ada pada plat kopling sebagai empat kotoran atau udara yang
terperangkap pada saat kopling terhubung.

Gambar 1. 17 Alur Pada Plat Kopling

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 27


Kegiatan Pembelajaran 1

4. Clutch Hub & Damper Assembly.

Hub kopling berhubungan dengan poros input transmisi, memungkinkan hub


kopling untuk bergerak maju atau mundur pada alur poros input transmisi.
PadapPlat kopling terpasang peredam untuk mengurangi atau menghilangkan
getaran torsional yang terjadi dari mesin dan drive yang tidak merata.

Selama mesin berputar, terjadi percepatan dan perlambatan. Damper


menghilangkan fluktuasi akibat dari perecepatan, yang menimbulkan getaran.

Peredam (damper) terpasang pada plat kopling yang terdiri dari flange hub yang
berporos antara pelat disk, dan pelat penutup. Setiap plat kopling memiliki 4-6
lubang di mana terdapat peredam torsi. Peredam torsi menyerap kejutan: pada
saat kopling terhubung, dan pada saat terjadi percepatan dan perlambatan pada
mesin.

Gambar 1. 18 Peredam Torsi Dari Karet

28 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Gambar 1. 19 Plat Kopling Dengan Peredam

Torsi Tunggal (Pegas Koil)

Peredam torsi dibuat untuk karakteristik masing-masing model kendaraan.


Dengan peredam bertingkat getaran mesin secara efektif diminimalkan baik
pada saat idling atau akselerasi.

Gambar 1. 20 Plat Kopling Dengan Peredam


Torsi Ganda (Pegas Koil)

5. Clutch Cover Assembly (Pressure Plate Assembly).

Clutch Cover Assembly terpasang pada roda gaya dan memberikan


tekanan yang diperlukan untuk memegang plat kopling pada roda gaya untuk
menyalurkan daya yang tepat. Hal yang sangat penting bahwa clutch cover harus
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 29
Kegiatan Pembelajaran 1

seimbang dan mampu memancarkan panas yang dihasilkan ketika pelat kopling
slip. Ada dua macam Clutch Cover Assembly (unit plat penekan) yaitu unit plat
penekan dengan pegas diaafragma dan unit plat penekan pegas koil.

a. Unit plat penekan pegas diafragma.

Gambar 1. 21 Unit Plat Penekan Pegas Diafragma

Plat penekan pegas diafragma (Gambar 1-21) menggunakan pegas diafragma


tunggal bukan pegas coil. Pegas diafragma adalah plat bundar dari baja. Pegas
diafragma dibengkokkan dan memiliki segmen lingkaran dari tepi luar ke pusat.
Pegas diafragma dipasang pada pressure plate (unit plat penekan) dengan tepi
luar menyentuh bagian belakang pressure plate. Tepi luar pegas diafragma
dihubungkan dengan pressure plate (palt penekan) dan ditahan secara melingkar
pada sekitar 1 inci dari tepi luar. Pegas samping menghubungkan pegas
diafragma dan pressure plate. Ketika bantalan pembebasan didorong melawan
pegas diafragma, pegas diafragma tertekuk ke dalam dan pressure plate
bergerak menjauh dari plat kopling.

30 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Gambar 1. 22 Pegas Diafragma

b. Unit plat penekan pegas coil.

Gambar 1. 23 Unit Plat penekan Pegas Koil

Plat penekan pegas koil menggunakan pegas kecil mirip dengan pegas katup
(Gambar 1.23). Sisi belakang plat penekan ini memiliki kantong untuk pegas koil
dan pen untuk mengait tuas pembebas. Selama kopling bekerja, pressure plate
bergerak bolak-balik di dalam penutup kopling. Tuas pembebas yang berengsel
di dalam pressure plate untuk membebaskan atau memindahkan plat penekan
menjauh dari plat kopling dari roda gaya.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 31


Kegiatan Pembelajaran 1

6. Clutch Release Bearing & Clutch Release Fork.

Tujuan dari bantalan pembebas kopling adalah untuk mentransfer gerakan garpu
pembebas kopling ke dpegas diafragma, untuk membebaskan plat kopling.

Ada dua jenis bantalan pembebas, yaitu :


a. Konvensional
b. Self Centering

a. Conventional Release Bearing.

Sebuah bantalan bola ditekan terpasang pada garpu pembebas. Hub dan
bearing pembebas bergeser di bagian lengan penahan bantalan didepan
transmisi. Pada saat pedal kopling ditekan, garpu pembebas bergerak dan
bantalan pembebasan menuju pegas diafragma. Sehingga plat kopling
dibebaskan.

Gambar 1. 24 Conventional Release Bearing.

32 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Gambar 1. 25 Bantalan Pembebas Kopling.

b. Self-Centering Release Bearing.

Sebuah bantalan pembebas digunakan untuk mencegah kebisingan yang


disebabkan oleh bearing pembebas menekan pegas diafragma. Kebisingan ini
terjadi ketika antara crankshaft, cover clutch, poros input transaxle dan bantalan
pembebas tidak dalam garis yang sama. Hal ini terjadi pada transaxles karena
poros input tidak sesuai dengan bantalan pilot pada crankshaft. Self-Centering
Release Bearing mengkompensasi ini dengan menyelaraskan antara bantalan
pembebas dengan garis tengah pegas diafragma. Ini membantu mencegah
suara yang terkait dengan pengoperasian kopling.

Self-Centering Release Bearing terbuat dari baja tekan. Bearing ini tidak ditekan
ke hub seperti pada bantalan pembebas konvensional. Sebuah dudukan karet,
dudukani resin, bantalan, dan ring bergelombang disatukan pad hub dengan
snap ring. Diameter bagian dalam bantalan pembebasan ( B " pada gambar )
adalah 1 sampai 2 mm lebih besar dari diameter luar dari hub (A pada gambar).
Jarak ini memungkinkan bantalan pembebas bergerak dengan sendirinya
terhadap garis pusat untuk menghindari keausan.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 33


Kegiatan Pembelajaran 1

Gambar 1. 26 Konstruksi Self-Centering Release Bearing.

Gambar 1. 27 Self-Centering Release Bearing.

34 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Gambar 1. 28 Cara Kerja Self-Centering Release Bearing.

4. Sistem penggerak kopling.

a. Sistem Hidrolis.

Dalam sistem kopling hidrolik, ada tiga komponen utama:

1. Master silinder.
2. Silinder pembebas.
3. Pedal kopling.

Master silinder menyimpan cairan hidrolik di reservoir dan memberikan tekanan


untuk operasi sistem. Ketika pedal kopling ditekan, tekanan dibangun di master
silinder memaksa cairan ke silinder pembebasan, yang menyebabkan garpu
pembebas kopling untuk bergerak. Garpu pembebas dan bantalan pembebas
menekan pegas diafragma untuk membebaskan plat kopling.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 35


Kegiatan Pembelajaran 1

Gambar 1. 29 Komponen Sstem Penggerak Hidrolis Kopling.

1. Master Cylinder.

Ketika pushrod ditekan, piston hidrolik menekan cairan di ruang A dari master
silinder (seperti yang ditunjukkan pada gambar). Selama awal perjalanan piston,
lubang kompensasi dalam master silinder ditutup oleh piston. Memungkinkan
terbentuk tekanan cairan, yang diteruskan melalui saluran hidrolis kopling ke
silinder pembebas yang terletak di transmisi. Ketika pushrod dilepaskan, piston
dikembalikan ke posisi awal oleh pegas. Dengan demikian lubang kompensasi
terbuka, tekanan dalam ruang A sama dengan reservoir.

36 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Gambar 1. 30 Master Kopling.


b. Clutch Release Cylinder.

Gambar 1. 31 Clutch Release Cylinder.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 37


Kegiatan Pembelajaran 1

c. Sistem mekanik.

Sistem kopling mekanik terdiri dari :

1. Pedal kopling dan tuas pembebas.


2. Kabel pembebas kopling.
3. Garpu pembebas.
4. Bantalan pembebas.

Pedal kopling secara mekanis terhubung ke garpu pembebas melalui kabel.


Jarak bebas pedal kopling ditunjukkan dengan celah antara bantalan pembebas
dan pegas diafragma.

Dalam sistem mekanis, plat kopling menyebabkan jari-jari pegas diafragma


bergerak lebih dekat ke bantalan pembebas, yang akan mengurangi jarak bebas
(free play). Sebagai sehingga kopling dapat slip jika tidak ada jarak bebas.

Penyetelan jarak bebas dilakukan dengan mengubah panjang selongsong kabel.


Memperpendek selongsong kabel kopling pedal akan memperlebar jarak bebas.

Gambar 1. 32 Sistem Penggerak Kopling Mekanis

38 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

5. Kopling Sistem Tarik.

pembebasan model tarik diperkenalkan pada 1987 pada Toyota Supr. Clutc
cover unit (unit penutup kopling) terbuat dari besi cor untuk meningkatkan
kekuatan dan kekakuan. Dengan output daya mesin yang tinggi, diperlukan
tekanan pegas diafragma yang lebih besar. Dengan menggunakan mekanisme
pembebasan model tarik, rasio tuas pegas diafragma dapat ditingkatkan untuk
meminimalkan kekuatan pedal tambahan yang diperlukan untuk membebaskan
plat kopling.

Perbedaan mekanisme pembebasan model tarik dibandingkan pembebasan


model konvensional (tekan) adalah :
a. Bantalan pembebas dan hub presisi terhadap pegas diafragma.
b. Pefas diafragma ditarik keluar bukannya didorong kedalam.
c. Pivot point berubah untuk melepaskan pelat kopling. (Pivot
poin terletak dekat diameter luar pegas diafragma).

Gambar 1. 33 Pembebas Model Tarik

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 39


Kegiatan Pembelajaran 1

Bantalan pembebas model tarik digunakan dengan mekanisme menarik Clutch


cover unit (unit penutup kopling). Bantalan dipasang pada hub bantalan kopling
bersama dengan ujung pegas diafragma dan plate washer (ring plat). Sebuah
snap ring digunakan untuk mengunci bagian pada hub. Unit ini dipasang pada
pegas diafragma dengan ring plat gelombang. Sebuah snap ring digunakan
untuk mengunci unit pada pegas diafragma.

Gambar 1. 34 komponen Bantalan Pembebas Model Tarik

6. Peredam roda gaya

Peredam roda gaya kadang-kadang disebut sebagai penyerap energi roda gaya,
atau dual mass flywheel (DMF), dirancang untuk mengisolasi lonjakan torsi pada
crankshaft, ini terjadi pada mesin dengan rasio kompresi tinggi. Dengan
memisahkan massa pada roda gaya antara mesin dan transmisi, lunjakan torsi
dapat diisolasi, sehingga dapat menghilangkan potensi kerusakan pada gigi gigi
transmisi.

Jenis peredam roda gaya, terdiri dari mekanisme de-coupling, yang terdiri dari
pegas, yang membagi roda gaya pada mesin dan sebagian pada transmisi.
Dengan mengurangi fluktuasi torsi yang ditransmisikan dari mesin ke transmisi,
pegas ini membantu mengurangi perambatan getaran dan kebisingan. Plat
kopling adalah jenis solid, antara hub dan plat menjadi satu.

Peredam roda gaya dibautkan oada crankshaft melalui baut, eperti roda gaya
konvensional. Peredam roda gaya terdiri dari roda gaya primer, yang menerima

40 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

torsi langsung dari mesin, pegas busur dan pegas dalam dengan menggunakan
flange, dan sisi piring terpaku ke roda gaya sekunder. Plat kopling dan clutch
cover (penutup kopling) yang melekat pada roda gaya sekunder.

Gambar 1. 35 Roda Gaya dengan Peredam


Center bearing (bantalan pusat) adalah sebuah bantalan bola dengan dua baris
yang berfungsi membawa beban antara bagian dalam dan luar dari peredam
roda gaya.

Cara kerja :

Putaran mesin pertama ditransmisikan dari roda gaya utama ke Arc spring. Hal
ini kemudian ditransmisikan dari Arc spring ke flange dan inner spring,
menyebabkan inner spring ditekan terhadap pelat sisi. Kekuatan pendorong
kemudian ditransmisikan ke kopling sejak pelat sisi yang terpaku ke roda gaya
sekunder.

Proses ini membantu menahan fluktuasi torsi. Inner spring dan arc spring
memberikan gaya pegas rendah secara keseluruhan, sedangkan yang

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 41


Kegiatan Pembelajaran 1

memungkinkan untuk kapasitas torsi tinggi cukup untuk semua kondisi


kecepatan.

Gambar 1. 36 Bagan Cara Kerja Flywheel Dumper

Gambar 1. 37 Cara Kerja Flywheel Dumper


Peredam roda gaya tidak dapat dibongkar. Dalam kasus kerusakan, perlu untuk
menentukan apakah sumber masalah adalah di mesin, drivetrain, atau pada
peredam roda gaya itu sendiri. Untuk mengatasi masalah dan prosedur
diagnostik, lihat manual perbaikan yang sesuai. peredam roda gaya yang rusak
maka harus diganti

42 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

7. Pemeriksaan komponen kopling

Teknisi yang berpengalaman mengetahui pentingnya memeriksa secara visual


setiap komponen kopling yang dibongkar. Ini membantu menentukan apakah
bagian tersebut rusak lebih awal dari yang seharusnya, dan membantu
menemukan permasalahan sebelum kopling dipasang kembali.

Selama pembongkaran, roda gaya, penutup kopling (clutc cover), pelat kopling,
bantalan pembebas dan pilot bearing harus diperiksa untuk menentukan apakah
komponen tersebut rusak.

a. Pemeriksaan roda gaya

Roda gaya harus memiliki permukaan datar untuk mencegah getaran, dan untuk
memberikan koefisien gesekan diperlukan. Keausan permukaan gesekan
biasanya cekung. Plat kopling datar yang baru tidak akan duduk sepenuhnya
terhadap roda gaya yang idak rata. Hal ini dapat menyebabkan keausan yang
cepat pada plat kopling, getaran atau bahkan kopling selip. Panas, dan aus
dapat terjadi jika ada slip yang berlebihan.

Roda gaya harus diperiksa dari runout yang berlebihan jika ada getaran atau
bergelombang pada hub disk atau tuas pembebas kopling.

Gambar 1. 38 Pemeriksaan Runout Roda Gaya

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 43


Kegiatan Pembelajaran 1

b. Clutch Cover Assembly Inspection

Clutch cover harus diperiksa secara visual terhadap perubahan clutch cover dan
kerusakan permukaan gesek. Permukaan gesekan dari clutct cover cenderung
untuk aus atau tergores dari penggunaan normal. Selip berlebihan dapat
menyebabkan alur, gosong, dan melengkung.

Pasang penutup kopling (clutch cover) pada roda gaya. Permukaan roda gaya
dan clutch cover harus benar-benar merata. Periksa gap (celah), jika ada celah
berarti clutch cover mengalami perubahan. Selain itu, periksa pegas diafragma
pada permukaan kontak dengan bantalan pembebasan. Ukur lebar dan
kedalaman keausan untuk menentukan apakah masih dalam batas toleransi.

Gambar 1. 39 Menukur Keausan Pegas Diafragma


Periksa keselarasan jari-jari pegas diafragma. Tinggi jari harus 0.020 inchi.
Keselarasan yang tidak benar dapat menyebabkan kebisingan antara bantalan
pembebas dan jari-jari pegas diafragma.

c. Pemeriksaan plat kopling.

Selalu periksa ketebalan kanvas plat kopling, kondisi pegas peredam radial, hub
spline (alur-alur hub), dan runout aksial dengan mengukur ketinggian permukaan
atas paku keling. Minimum kedalaman 0,012 inchi. (0.3 mm). Splines hub dan
pegas peredam radial harus diperiksa secara visual dari karat dan aus, atau
pegas ada yang hilang.

44 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Gambar 1. 40 Mengukur Ketebalan Kanvas


d. Runout plat kopling.

Disc (plat kopling) diperiksa kelengkungannya dengan cara memeriksa runout


aksialnya. Disc (plat kopling) diputar sambil melihat keolengan (runout)
permukaannya. Jika lebih dari 0,031 inchi (0.8mm) atau lebih, maka disk (plat
kopling) harus diganti.

Gambar 1. 41 Memeriksa Runout Plat Kopling


Kelengkungan disc (plat koling) juga dapat diperiksa dengan menemptkan disc
(plat kopling) pada roda gaya. Disc (plat kopling) harus rata terhadap seluruh
permukaan gesek roda gaya.

e. Release Bearing (bantalan pembebas).

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 45


Kegiatan Pembelajaran 1

Bantalan pembebas diperiksa dengan perasaan dari kekasaran dan diperiksa


visual. Release Bearing (bantalan pembebas) biasanya diganti dengan disk (plat
kpling) dan clutch cover (penutup kopling).

Gambar 1. 42 Memeriksa Release Bearing (bantalan pembebas)

Pada self_adjusting release bearings (bantalan pembebas yang dapat


menyesuaikan dengan sendiri), juga memeriksa apakah sistem pemusatan diri
tidak macet.

Gambar 1. 43 Memeriksa Self_Adjusting Release Bearings

8. Penyetelan pedal kopling

Pelayanan yang normal untuk kopling adalah memeriksa sistem sambungan


mekanik, tinggi pedal kopling dan jarak bebas (free play), dan memeriksa tinggi
cairan pada sistem hidrolik

a. Tinggi pedal kopling

46 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Untuk memeriksa ketinggian pedal kopling, gengan mengukur jarak dari lantai
kendaraan (lembar aspal di bawah karpet) ke atas pedal kopling. Mengacu pada
buku manual perbaikan yang sesuai untuk spesifikasi kendaraan.

Jika pedal kopling memerlukan penyetelan tinggi, maka setel ketinggian pedal
suaikan denga spesifikasi. Selalu menyetel ketinggian pedal kopling sebelum
mengatur jarak bebas (free play) pedal kopling.

b. Jarak bebas (free play) padal kopling.


Untuk memeriksa dan menyetel jarak bebas (free play) pedal kopling, dengan
mendorong pedal kopling bawah dengan tangan sampai dirasakan hambatan.
Jarak dari titik ini ke posisi pedal atas adalah jarak bebas (free play).

Jika jarak bebas (free play) kurang dari spesifikasi hal ini berarti perlunya
menyetel panjang batang dorong (push rod) pada master silinder.

Jarak bebas (free play) terlalu kecil dapat mengakibatkan lubang kompensasi
master silinder kopling tertutup, akan mencegah kembalinya cairan hidrolis ke
reservoir master silinder kopling. Hal ini akan mengakibatkan kesulitan dalam
membleding sirkuit hidrolik dan juga dapat menyebabkan kopling selip.

Gambar 1. 44 Penyetelan Jarak Bebas Sistem Hidrolis

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 47


Kegiatan Pembelajaran 1

Gambar 1. 45 Penyetelan Pedal Kopling

Gambar 1. 46 Pengukuran Jarak Bebas

48 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Gambar 1. 47 Mekanisme Kabel Kopling.

Mengecek titik pembebaan kopling (kopling mulai terhubung)

a. Untuk memeriksa titik dimana kopling mulai terhubung adalah :


1. Tarik tuas rem parkir untuk mengunci roda.

2. Hidupkan mesin.

3. Tempatkan transmisi pada gigi tinggi dan perlahan-lahan lepas pedal


kopling dari injakan.

4. Ketika kopling mulai terhubung (kecepatan mesin mulai turun), ini adalah
titik pembebasan kopling (kopling mulai terhubung).

b. Mengukur langkah dari titik pembebasan sampai posisi langkah penuh. Jarak
Standar: 0,98 inchi (25 mm) atau lebih (dari posisi akhir langkah pedal sampai
titik pembebasan). Jika jarak tidak seperti yang ditentukan, lakukan
pemeriksaan berikut :

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 49


Kegiatan Pembelajaran 1

1. Periksa ketinggian pedal.


2. Periksa jarak bebas push rod dan pedal.
3. Bleeding kopling.
4. Periksa clutc cover (penutup kopling) dan plat kopling

Gambar 1. 48 Titik Pemeriksaan Pembebasan Kopling

c. Pemeriksaan sistem start kopling,

Untuk memeriksa sistem start kopling :

1. Periksa apakah mesin tidak mau di start saat pedal kopling dilepaskan (tidak
di injak).

2. Periksa apakah mesin mau di start ketika pedal kopling sepenuhnya


tertekan. Jika mesin tidak mau di start, pastikan sakelar start kopling pada
kondisi baik, jika perlu di ganti.

50 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Gambar 1. 49 Penyetelan Jarak Bebas Sistem Kabel Kopling

Gambar 1. 50 Saklar Start Kopling)

9. Diagnosa dan perbaikan kerusakan kopling.

Memelihara kopling dapat dibagi menjadi tiga jenis :\

a. Pemeliharaan preventif.
Memeriksa jarak bebas pedal, memeriksa tingkat cairan hidrolis, dan melakukan
penyetelan yang diperlukan untuk memastikan operasi sistem yang benar.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 51


Kegiatan Pembelajaran 1

b. Diagnosis masalah.
Menentukan penyebab untuk menentukan prosedur perbaikan yang tepat.

c. Perbaikan.
Melakukan perbaikan atau penggantian komponen yang sesuai untuk mencapai
operasi kendaraan yang tepat.

Bagian ini menjelaskan pemeliharaan normal, penyetelan, dan prosedur


diagnostik untuk masalah sistem kopling secara umum.

A. Kopling selip.

a. Cek Diam:

1. Start kendaraan dan panaskan mesin untuk operasi suhu yang normal,
memblokir (ganjal) roda, dan aktifkan rem parkir.

2. Masukan transmisi ke gigi tertinggi dan lepaskan pedal kopling pelan-


pelan. Jika kopling terhubung benar, maka putaran mesin harus segera
turun, tetapi jika terjadi penundaan penurunan putaran mesin maka hal ini
menunjukkan kondisi kopling selip.

b. Uji jalan.

1. Setelah mesin mencapai suhu operasi normal, perlahan-lahan percepat


sampai 25-30 km per jam pada gigi transmisi tertinggi.

2. Tekan pedal gas sepenuhnya untuk membuat kecepatan penuh. Jika


mesin rpm meningkat tanpa diikuti dengan peningkatan kecepatan
kendaraan yang signifikan, berarti kopling selip dan perlu perbaikan.

B. Kopling berbunyi.

Bunyi kopling disebabkan oleh kopling yang slip berulang kali,


akhirnya hubungan cover clutch (pressure plate) dan permukaan roda gaya tidak

52 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

normal. Suara kopling menghasilkan getaran, detaran dapat dirasakan dan dapat
diteruskan ke bodi kendaraan dan menyebabkan kebisingan sekunder.

Kopling berbunyi bisa disebabkan oleh minyak atau lemak pada plat kopling, plat
kopling mengkilap, longgar atau rusak retak, peredam torsi usang, bengkok atau
plat kopling terdistorsi, clutch cover (penutup kopling) longgar, pin pada roda
gaya hilang, atau runout roda gaya berlebihan. Hot spot pada roda gaya dapat
menyebabkan pelat kopling dijepit tidak merata mengakibatkan suara.

C. Kopling menarik (tidak mau bebas).

Kopling menarik adalah suatu kondisi di mana kopling tidak melepaskan


sepenuhnya.

Gejalanya bisa berupa gigi transmisi sulit bergeser dari netral ke gigi masuk (gigi
satu).

Periksa kopling pada putaran rendah.

a. Start kendaraan dan panaskan mesin dan transmisi untuk


Suhu operasional.

b. Dengan transmisi pada posisi netral dan jalankan mesin pada putaran idle.

c. Injak pedal kopling, tunggu sembilan detik, dan masukan


transmisi pada gigi mundur.

d. Jika terdengar suara roda gigi gemeretak menunjukkan kopling belum


sepenuhnya bebas.

D. Memeriksa suara pada unit kopling.

Memeriksa kebisingan unit kopling digunakan untuk menentukan penyebab


suara-suara tersebut muncul, seperti pada saat pedal kopling ditekan. Masalah
kebisingan dapat digolongkan dalam empat kategori, yaitu :

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 53


Kegiatan Pembelajaran 1

a. Suara pada bearing transmisi – suara hilang setelah pedal kopling ditekan.
Jika kebisingan muncul pada saat pedal kopling ditekan sepenuhnya dan roda
gigi transmisi pada gigi rendah, maka penyebabkannya adalah bantalan pilot
atau bantalan pembebas. Untuk memastikan, gigi transmisi harus benar-benar
berhenti. Jika kebisingan menjadi sangat parah, maka penyebabnya adalah
bantalan pilot, karena crankshaft (poros engkol) berputar dan poros input
transmisi berhenti.

b. Bantalan pembebas rusak - kebisingan dimulai selama pedal kopling ditekan.


Posisikan transmisi pada posisi netral dan lepaskan injakan pedal kopling sedikit
sampai gigi transmisi berputar. Pada saat ini bantalan pilot berhenti berputar
namun bantalan pembebas masih berputar. Jika suara itu berhenti, itu
menandakan bahwa bantalan pilot rusak. Jika kebisingan terjadi terus, maka
dapat dipastikan bantalan pembebas rusak.

c. Clutch cover (penutup kopling) rusak - kebisingan dan getaran terjadi pada
saat pedal kopling ditekan setengah langkah.
Ketika mendiagnosis suara bantalan pembebas, pastikan untuk memeriksa
kenyetel free play (jarak bebas) kopling. Ketinggian ujung pegas diafragma yang
tidak merata dapat menyebabkan slip antara release bearing (bantalan
pembebas) dan diafragma yang akan menimbulkan kebisingan.

d. Bantalan Pilot rusak - suara muncul setelah pedal kopling ditekan


sepenuhnya.
Beberapa suara dapat disebabkan oleh getaran dan kurangnya pelumasan pada
poros dari rilis fork (garpu pembebas), Pastikan untuk melumasi titik-titik ini
dengan grease (gemuk).

Untuk mempersiapkan pemeriksaan ini, mesin harus dihidupkan pada kecepatan


idle dan sistem penggerak kopling harus disetel untuk mendapatkan free play
(jarak bebas) yang benar.

54 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

10. Perbaikan unit kopling.

Ketika perbaikan unit kopling diperlukan, maka akan memerlukan waktu yang
cukup untuk melepas dan memasang kebali unit transmisi. Plat kopling dan
clutch cover unit (unit penutup kopling) sering rusak dan memerlukan
penggantian. Bantalan pembebas dan pilot bearing diganti untuk memastikan
operasi yang tepat untuk kerja dari plat kopling dan unit clutch cover (unit
penutup kopling penutup).

a. Melepas unit kopling.


Saat melepas kopling untuk mendiagnosis kita gunakan prosedur berikut :

1. Tandai roda gaya dan clutch cover unit (unit penutup kopling) dengan suatu
tanda (titik) untuk nantinya pemasangan kembali jika digunakan kembali.

2. Lepaskan baut mengamankan clutch cover unit (unit penutup kopling) pada
roda gaya secara silang dan bertahap.Menggunakan prosedur ini untuk
nmencegah clutch cover unit (unit penutup kopling) bengkok.

3. Gunakan puller (penarik) untuk melepas bantalan pilot dari crankshaft (poros
engkol).

Gambar 1. 51 Melepas Bantalan Pilot.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 55


Kegiatan Pembelajaran 1

b. Memasang kopling.

1. Periksa baut roda gaya untuk memastikan momen pengencangannya sesuai


dengan spesifikasi. Juga periksa lekukan bantalan pilot untuk memastikan hal
itu bersih. Menggunakan alat driver (pendorong) yang sesuai terhadap race
luar dari pilot bearing, mendorong bantalan pilot baru ke dalam lubang
crankshaft.

2. Tempatkan plat kopling baru pada poros transmisi dan memastikan plat
kopling dapat meluncur bebas di atas alur poros input transmisi. Pastikan sisi
yang benar dari plat kopling ditempatkan terhadap roda gaya. Jika pada
pegas peredam tidak ditandai sisi roda gaya maka biasanya pada bagian
pegas peredam radial pada sisi pressure plate (plat penekan).

3. Tempatkan center clutch (pengepas plat kopling) pada plat kopling dan ke
dalam bantalan pilot sehingga antar bantalan pilot dan plat kopling atu garis
lurus (berpusat sama).

Gambar 1. 52 Memasang Plat Kopling

4. Pasang clutch cover unit setelah plat koping, dengan menyelaraskan pada
pasak dan lubang baut. Pasang baut clutch cover unit (unit penutup kopling)

5. Kencangkan baut clutch cover unit (unit penutup kopling) dengan cara
berahap dan secara silang.

56 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Gambar 1. 53 Pemasangan Koping


6. Terapkan grease (gemuk) suhu tinggi pada poros garpu dan area kontak
garpu. Isi alur bagian dalam kerah bantalan pembebas dengan grease
(gemuk).

7. Tempatkan bantalan pembebas pada dudukan transmisi dan periksa gerakan


kerah ujung pegas disfragma.

Gambar 1. 54 Pemberian Grease

c. Memasang unit tansmisi.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 57


Kegiatan Pembelajaran 1

1. Tempatkan grease (gemuk) tipis-tipis pada splines (alur-alur) poros plat


kopling.

2. menyangga transmisi ketika sedang dipasang. Jangan biarkan transmisi


menggantung pada splines (alur-alur) plat kopling.

3. Posisikan gigi transmisi pada gigi rendah dan memutar poros output atau
mengubah roda gaya untuk menyelaraskan splines poros input dengan hub
kopling.

4. Dorong transmisi ke posisi sampai bagian depan transmisi menempel blok


mesin. Jangan memaksa transmisi ke posisi tersebut.

5. Pasang baut transmisi dan kemudian kencangkan dengan torsi yang tepat.

Gambar 1. 55 Pemasangan Transmisi

58 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

D. Aktifitas Pembelajaran.

Peserta diklat membaca dengan seksama uraian materi, jika ada yang kurang
jelas peserta dapat bertanya/mendiskusikan dengan fasilitator.

Peserta mengerjakan tugas dan latihan untuk mengetahui tingkat pemahaman


materi yang dibahas.

Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kemudian melaksanakan tugas yang


ada.

E. Latihan/Tugas.

I. Latihan soal-soal KP I Kopling.


Kerjakan soal-soal latihan KP I dibawah ini.
1. Sitem koling yang dipakai pada kendaraan ringan dengan transmisi
manual adalah :
a. Kopling kering plat tunggal.
b. Kopling kering plat ganda
c. Kopling basah multiple clutch.
d. Torque converter.
2. Berikut ini adalah penyebab terjadinya slip pada kopling kendaraan
ringan :
a. Seal poros engkol belakang aus.
b. Bantalan penekan aus.
c. Pegas radial aus.
d. Langkah pedal terlalu pendek.
3. Nama komponen no. 1 pada gambar dibawah adalah.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 59


Kegiatan Pembelajaran 1

a. Cover clutch.
b. Plate clutch.
c. Springs clutch.
d. Flywheel.
4. Pada saat kendaraan mulai berjalan terasa ada hentakan/ kejutan (
pada saat pedal kopling mulai dilepas), dapat dipastikan penyebabnya
adalah...

a. Torsion dumper lemah.


b. Pressure plate rusak
c. Pegas diafragma aus.
d. Kanvas kopling aus.
5. Pada saat kita memeriksa plat kopling, hal yang perlu kita perhatikan
adalah, kecuali ...

a. Memeriksa kondisi paku keling


b. Mengukur kedalaman paku keling
c. Memeriksa torsion dumper
d. Memeriksa pegas aksial

60 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

II. Tugas LK 01. Tugas praktek KP I Kopling.

A. Lakukan pembongkaran, pemeriksaan dan perakitan pada unit kopling


sesuai dengan SOP (manual book).

B. Isilah tabel dibawah ini sesuai dengan hasil pemeriksaan komponen


unit kopling.

No Keterangan Gambar Pengukuran


1 Hasil Standart
Ukurlah
ketebalan
kanvas
terhadap
paku keling

Posisi 1

Posisi 2

Posisi 3

Posisi 4
2 Hasil Standart
Ukurlah
Keausan
ujung pegas
diafragma
maksimum

Kedalaman/lebar posisi 1

Kedalaman/lebar posisi 2

Kedalaman/lebar posisi 3

Kedalaman/lebar posisi 4

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 61


Kegiatan Pembelajaran 1

3 Hasil Standart
Ukurlah
kerataan
plat
penekan

Ketidakratan posisi 1

Ketidakratan posisi 2

Ketidakratan posisi 3

Ketidakratan posisi 4

4 Hasil Standart
Ukurlah
runout dari
permukaan
flywheel

F. Rangkuman

Sebuah kopling adalah bagian dari sistem pemindah tenaga yang digunakan
untuk menghubungkan dan memutuskan antara poros penggerak ke poros yang
digerakkan, sehingga poros yang digerakkan dapat berputar atau berhenti.
Kopling memungkinkan beban kelambanan tinggi dengan daya kecil. Sebuah
aplikasi dari kopling adalah pada kendaraan di mana kopling digunakan untuk
menghubungkan dan memutus putaran mesin ke gear box. Seperti pada sistem
rem, koping juga menggunakan gaya gesek dan
gaya normal.

62 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Jenis-jenis kopling.

a. Positive clutch (Dog clutch).


b. Friction clutch (kopling gesek).
c. Cone clutch (kopling konis).
d. Multi-plate clutch (kopling plat banyak)
e. Diaphragm clutch (kopling pegas disfragma).
f. Hydraulic clutch (Kopling hidrolis).
g. Fluid coupling (Kopling fluida).
h. Hydraulic torque converter.

a. Menurut metode hubungan.Spring types clutch (Tipe kopling pegas).

1. Centrifugal clutch (Kopling sentrifugal).


2. Semi-centrifugal clutch

b. Electro-magnetic clutch (Kopling elektro magnet).

Komponen utama kopling terdiri dari :

 Clutch disc (Plat kopling).

 Flywheel (Roda gaya).

 Clutch cover assembly (Unit penutup kopling).

 Clutch release bearing (Bantalan pembebas kopling).

 Clutch release fork (Garpu pembebas kopling).

Roda gaya adalah piringan logam besar yang menyimpan dan melepaskan
energi dari putaran crankshaft. Bantalan pilot berfungsi untuk mendukung poros
input sisi dari mesin.

Plat kopling adalah penghubung antara mesin dan transmisi. Sebuah plat kopling
memberikan area permukaan besar terbuat dari bahan gesekan pada kedua sisi.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 63


Kegiatan Pembelajaran 1

Pegas Diafragma berbentuk bulat, kerucut yang memberikann kekuatan


penjepit melawan pressure plate. Paku keling dipasang di kedua sisi pegas
diafragma, sebagai titik poros ketika bantalan pembebasan dipaksa melawan
pegas diafragma. Tujuan dari bantalan pembebas kopling adalah untuk
mentransfer gerakan garpu pembebas kopling ke dpegas diafragma, untuk
membebaskan plat kopling.

Sistem penggerak kopling

a. Sistem Hidrolis.

b. Sistem mekanik.

Pemeriksaan komponen kopling.

a. Pemeriksaan roda gaya

b. Clutch Cover Assembly Inspection.

c. Pemeriksaan plat kopling.

d. Runout plat kopling.

e. Release Bearing (bantalan pembebas).

Penyetelan pedal kopling.

a. Tinggi pedal kopling,

b. Jarak bebas (free play) padal kopling.

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Guru setelah menyelesaikan latihan dalam modul ini diharapkan mempelajari


kembali bagian-bagian yang belum dikuasai dari modul ini untuk dipahami secara
mendalam sebagai bekal dalam melaksanakan tugas keprofesian guru dan untuk
bekal dalam mencapai hasil pelaksanaan uji kompetensi guru.

64 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Setelah mentuntaskan modul ini maka selanjutnya guru berkewajiban mengikuti


uji kompetensi. Dalam hal uji kompetensi, jika hasil tidak dapat mencapai batas
nilai minimal ketuntasan yang ditetapkan, maka peserta uji kompetensi wajib
mengikuti diklat sesuai dengan grade perolehan nilai yang dicapai.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 65


Kegiatan Pembelajaran 1

66 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Kegiatan Pembelajaran 2 : Transmisi

A. Tujuan

Setelah belajar materi kegiatan belajar 2 ini peserta diharapkan mampu


memahami tentang transmisi manual dan otomatis pada kendaraan.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

Peserta mampu :

1. Menyebutkan jenis-jenis transmisi manual dan transmisi otomatis dengan


percaya diri.
2. Menyabuatkan Lima prinsip dasar transmisis manua dengan percaya diri..
3. Menjelaskan cara kerja transmisi manual dan transmisi otomatis dengan
percaya diri..
4. Memperbaiki transmisi manual dan transmisi otomatis dengan percaya diri.

C. Uraian Materi

1. Pendahuluan

Transmisi adalah bagian dari sistem pemindah tenaga yang mengatur


perbandingan putaran mesin dengan poros penggerak aksel sehingga
menghasilkan momen puntir dan putaran yang diinginkan.

Transmisi dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Transmisi manual

Yaitu transmisi dimana perpindahan posisi gigi dilakukan oleh pengemudi sesuai
yang diinginkan. Transmisi manual digongkan menjadi tiga golongan yaitu :

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 67


Kegiatan Pembelajaran 2

1. Transmisi dua poros, dimana transmisi dua poros ini digunakan untuk
kendaraan penggerak roda depan.

Gambar 2. 1 Transmisi Dua Poros


Transmisi tiga poros, dimana transmisi tigaa poros ini digunakan untuk
kendaraan penggerak roda balakang.

Gambar 2. 2 Transmisi Tiga Poros


1. Transmisi untuk penggerak roda depan dan juga roda belakang (empat roda
penggerak) atau yang sering disebut dengan Four Wheel Drive (4WD).
Transmisi ini bisa dua poros atau tiga poros, hanya ditambahka transfer case
unit.

68 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Gambar 2. 3 Transmisi Tiga Poros Dengan Transfer Case Unit

Gambar 2. 4 Transmisi Dua Poros Dengan Transfer Case Unit

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 69


Kegiatan Pembelajaran 2

a. Transmisi otomatis.

Yaitu transmisi dimana perpindahan posisi gigi terjadi dengan sendirinya sesuai
dengan putaran dan beban mesin. Transmisi otomatis digolongkan menjadi tiga
golongan yaitu :

1. Transmisi otomatis tipe gigi Helikal.

Gambar 2. 5 Transmisi Otomatis Tipe Gigi Helikal


2. Transmisi otomatis tipe gigi Planetari.

Gambar 2. 6 Transmisi Otomatis Tipe Gigi Planetari.

70 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

3. Transmisi otomatis tipe Continusly Variable Transaxle (CVT).

Gambar 2. 7 Transmisi Otomatis Tipe CVT.


2. Prinsip dasar transmisi

a. Ketentuan tantang transmisi.

1. Salah satu tujuan utama dari transmisi adalah memperbesar torsi yang
dihasilkan oleh mesin.

2. Torsi, dalam arti sederhana adalah usaha untuk memutar.

3. Daya adalah kecepatan dalam melakukan pekerjaan.

4. Daya berhubungan dengan waktu. Semakin cepat kerja yang dilakukan,


semakin besar kekuatan yang terlibat.

5. Power flow, adalah aliran tenaga dari mesin ke roda untuk menggerakkan
kendaraan, melalui Power flow komponen powertrain dapat dipahami
bagaimana komponen bekerja.

6. Tujuan dari roda gigi dalam transmisi atau transaxle adalah untuk
mengirimkan gerakan berputar.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 71


Kegiatan Pembelajaran 2

7. Gigi dan poros bekerja satu sama lain yaitu :

 Poros menggerakkan roda gigi.

 Roda gigi menggerakan poros.

 Roda gigi dapat berputar bebas pada poros.

8. Unit set roda gigi dapat digunakan untuk memperbanyak torsi, mengurangi
torsi, menurunkan kecepatan, meningkatkan kecepatan dan, transfer torsi
dan atau mengubah arah torsi.

9. Aturan dasar roda gigi yang berlaku adalah dua buah roda gigi eksternal
yang bertautan akan berputar dalam arah saling berlawanan.

Gambar 2. 8 Hubungan dua Buah Roda Gigi.


10. Peraturan dasar lain adalah bahwa ketika gigi ke tiga ditambahkan,
arahputaran output dari gear set adalah sama dengan input.

Gambar 2. 9 Hubungan Tiga Buah Roda Gigi.

72 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

b. Desain Roda Gigi

1. Spur gear

Spur gear (gigi lurus) adalah desain sederhana yang digunakan dalam transmisi
manual / transaxels.

Gambar 2. 10 Spur gear.


a. Keuntungan utamanya dari roda gigi lurus ini adalah bahwa gigi dapat masuk
dan keluar dari kontak gigi

b. Kerugian utamanya dari roda gigi lurus ini adalah berisik selama operasi,
terutama pada kecepatan tinggi.

c. Umumnya digunakan pada gigi mundur.

2. Helical gear

Gigi dipotong dengan sudut tertentu terhadap sumbu rotasi roda gigi. Hal ini
memungkinkan dua atau lebih gigi terkait penuh setiap saat selama operasi.

Gambar 2. 11 Helical gear.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 73


Kegiatan Pembelajaran 2

a. Keuntungan utama dari gigi heliks adalah roda gigi beroperasi lebih pelan dan
jauh lebih kuat dibanding gigi lurus.

b. Kerugian utama dari helical gear tidak dapat meluncur masuk dan keluar dari
kontak gigi pasanganya. Gigi heliks disebut sebagai gigi bertautan tetap.

c. Helical gear digunakan untuk semua kecepatan gigi maju, dan dalam
beberapa kasus juga untuk mundur

3. Spur Bevel Gears

a. Spur bevel gear memungkinkan gigi yang berputar mempunyai offset 90


derajat pada sumbu dari roda gigi pasanganya.

Gambar 2. 12 Spur Bevel Gears


b. Spur bevel gear digunakan sebagai gigi pinion dan gigi samping pada unit
diferensial.

c. Posisi roda gigi terhadap poros pada transmisi manual.

1. Roda gigi geser.

Roda gigi ini dapat digeser-geser terhadap porosnya sepanjang alur pada poros
tersebut dan berputar bersama-sama dengan porornya.

74 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Gambar 2. 13 Roda Gigi Geser


2. Roda gigi bebas

Roda gigi ini dapat berputar bebas terhadap porosnya.

Gambar 2. 14 Roda Gigi Bebas

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 75


Kegiatan Pembelajaran 2

3. Roda gigi tetap

Roda gigi ini terpasang mati terhadap porosnya dan berputar besama-sama
dengan porosnya dan tidak dapat digeser terhadap porosnya.

Gambar 2. 15 Roda Gigi Tetap.


c. Jenis-jenis bearing pada transmisi.

1. Bantalan rol jarum.

Sebuah Needle Roller Bearings (bantalan rol jarum) merupakan bantalan yang
menggunakan silinder rollers kecil. Perbedaan antara bantalan rol jarum dan
bantalan rol adalah rasio diameter dan panjang rol, ketika rasio diameter dan
panjang rol adalah antara interval 0,1 - 0,4, disebut bantalan rol jarum.

Bantalan jarum memiliki luas permukaan kontak yang besar dibandingkan


dengan bantalan bola. Bantalan ini mampu menahan beban radial yang besar.
Bantalan jarum yang banyak digunakan dalam transmisi sebagai pilot bearing,
pada bantalan roda gigi tingkat. Oleh karena itu, bantalan jarum sangat cocok
untuk bantalan pengaturan di mana ruang radial yang terbatas.

76 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Gambar 2. 16 Bantalan Rol Jarum.


2. Bantalan bola

Sebuah Ball Bearings (bantalan bola) adalah jenis bantalan elemen bergulir
menggunakan bola untuk mengurangi gesekan antar races (jalur) bantalan.

Tujuan dari bantalan bola adalah untuk mengurangi gesekan rotasi terhadap
beban radial dan beban aksial. Pada kebanyakan aplikasi, satu races adalah
stasioner dan lainnya melekat pada komponen yang berputar (misalnya, hub
atau poros). Jika salah satu races bantalan berputar menyebabkan bola berputar
juga. Karena bola bergulir sehingga koefisien gesekan lebih rendah.

Bantalan bola cenderung memiliki kapasitas beban yang lebih rendah untuk
ukuran yang sama terhadap jenis bantalan lain. Tetapi bantalan bola dapat
mentolerir beberapa ketidaksejajran antara races dalam dan luar.

Gambar 2. 17 Bantalan Bola

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 77


Kegiatan Pembelajaran 2

3. Bantalan rolling

Roller Bearings (bantaan roll) menggunakan rol untuk rolling elemen, memiliki
kapasitas beban yang tinggi. Rol pegangi oleh ribs. Cincin dalam dan luar bisa
dipisahkan untuk memudahkan pemasangan, dan keduanya bisa fit (pas) dengan
poros atau housing. Jika tidak ada rib, baik cincin dalam atau cincin luar bisa
bergerak bebas dalam arah aksial. Bantalan rol silinder ideal untuk digunakan
sebagai disebut "sisi bebas bantalan" yang menyerap ekspansi poros.

Gambar 2. 18 Bantalan Roll

4. Plain bushings.

Dapat mendukung beban yang besar, digunakan pada roda gigi tingkat dan juga
roda gigi mundur dan mendukung propeller shaft tergelincir di ekstension
housing.

Gambar 2. 19 Plain Bushings

78 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

d. Perbandingan gigi.

Roda gigi transmisi pada dasarnya adalah satu set tuas diatur dalam lingkaran.
Satu set roda gigi ini akan melipatgandakan kekuatan/gaya karena adanya
perbedaan dalam ukuran dan jumlah gigi di gigi.

Roda Gigi transmisi adalah pengungkit yang melingkar.


sehingga bagaimana sebuah mesin yang menghasilkan torsi sebesar 45 Kg.M
bisa menggerakan kendaraan seberat 300 Kg. Kemampuan ini adalah hasil dari
rasio gigi transmisi. Sebuah rasio gigi adalah istilah yang menggambarkan
perbedaan jumlah gigi pada roda gigi didalam transmisi.

a. Perbandingan gigi tetap

Sebagai contoh :

Gambar 2. 20 Perbandinagan Gigi Tetap


1. Dua roda gigi dalam sebuah bidang keduanya mempunyai ukuran yang sama
dan memiliki jumlah gigi yang sama pula.

2. Setiap kali gigi pemutar (input) di sebelah kiri berputar begitu juga gigi yang
diputar (output) di sebelah kanan ikut berputar.

3. Mereka berputar pada kecepatan yang sama, dan karena mereka adalah
ukuran yang sama dan memiliki jumlah gigi yang sama, juga yang sama pula
torsinya.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 79


Kegiatan Pembelajaran 2

4. Satu-satunya perbedaannya adalah kedua roda gigi berputar dalam arah yang
berlawanan.

5. Hal ini dianggap sebagai rasio gigi 1-1 karena gigi pemutar (input) berputar 1
kali untuk setiap putaran roda gigi yang diputar (output).

6. Rasio gigi 1-1 biasanya ditulis dengan 1: 1.

b. Perbandingan gigi reduksi.

Gambar 2. 21 Perbandingan Gigi Reduksi


No Keterangan

1 Roda gigi input dengan 12 gigi.

2 Roda gigi output dengan 24 gigi

1. Gigi kecil di sebelah kiri memiliki 12 gigi sebagai roda gigi pemutar (input).

2. Roda gigi yang lebih besar di sebelah kanan yang memiliki 24 gigi sebagai
roda gigi yang diputar (output).

3. Roda gigi pemutar (input) dengan 12 gigi berputar dengan torsi 10 Kg. Tapi
berputar dua kali untuk setiap satu kali putaran dari gigi yang diputar (output)
dengan 24 gigi.

80 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

4. Hal ini menyebabkan roda gigi yang diputar (output) menghasilkan torsi dua
kali lebih banyak di setiap putaran. Sehingga roda gigi output menghasilkan
torsi 20 Kg.

5. Rasio gigi reduksi 2: 1.

c. Perbandingan gigi overdrive.

Gambar 2. 22 Perbandingan Gigi Overdrive


No Keterangan

1 Roda gigi input dengan 24 gigi.

2 Roda gigi output dengan 12 gigi

Roda gigi pemutar (input) berputar lebih lambat dari pada roda gigi yang diputar
(output) itu disebut rasio gigi overdrive. Rasio ini memungkinkan output berputar
lebih cepat dari putaran mesin. Sehingga torsi yang dibutuhkan untuk
menggerakan kendaraan sedikit dan memungkinkan mesin beroperasi pada rpm
rendah sehingga hemat bahan bakar.

3. Transmisi manual.

Transmisi manual adalah hal yang penting dalam driveline pada kendaraan.
Transmisi manual menggunakan roda gigi yang ukurannya berbeda-beda untuk
memberikan keuntungan mekanis pada mesin atas roda pebggarak. Tanpa
tramsnmisi ini, mesin tidak cukup torsi, untuk menggerakkan kendaraan dari awal

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 81


Kegiatan Pembelajaran 2

berhenti karena mesin menghasilkan torsi yang terbatas pada kecepatan


rendah. Selama pengoperasian normal dari tenaga yang dihasilkan oleh mesin
ditransfer melalui kopling ke poros input transmisi, di dalam transmisi, torsi dan
kecepatan mengubah dan kemudian dikirimkan ke penggerak aksel.

Gambar 2. 23 Transmisi Manual Tiga Poros

Gambar 2. 24 Transmisi Manual Dua Poros


a. Prinsip dasar transmisi manual

Untuk memahami bagaimana transmisi modern bekerja pertama kita harus


melihat pada operasi dasar transmisi 2 kecepatan. Pada bagian ini kita akan
membuat satu set sederhana roda gigi untuk melihat bagaimana dasar transmisi
2 kecepatan bekerja.

82 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

1. Transmisi Roda Gigi Geser

a. Gigi netral

Gambar 2. 25 Posisi Gigi netral

Roda gigi (A, B, C, D) adalah roda gigi geser porosnya. Pada posisi netral tidak
ada roda gigi yang berhubungan, sehingga poros input dan output tidak
berubungan, putaran dari poros input tidak diteruskan ke poros output.

b. Posisi gigi ke satu

Gambar 2. 26 Posisi Gigi ke Satu (Lambat)

Putaran atau tenaga dari mesin ke poros input ke roda gigi A dan C, karena roda
gigi A berhubungan dengan roda gigi B maka putaran dari poros input diteruskan
ke poros output memalui roda gigi B.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 83


Kegiatan Pembelajaran 2

c. Posisi gigi ke dua

Gambar 2. 27 Posisi Gigi ke Dua (Cepat)


Putaran atau tenaga dari mesin ke poros input ke roda gigi A dan C, karena roda
gigi C berhubungan dengan roda gigi D maka putaran dari poros input diteruskan
ke poros output memalui roda gigi D.

2. Transmisi Roda Gigi Tetap

a. Posisi netral

Gambar 2. 28 Posisi Gigi Netral


Roda gigi A dan C adalah roda gigi tetap terhadap porosnya (input) sedangkan
roda gigi B dan D adalah roda gigi bebas terhadap porosnya. Kopling geser
adalah jenis roda gigi geser dan berputar bersama sama dengan poros output.

Pada posisi netral kopling geser pada paosisi ditengah tidak berhubungan
dengan roda gigi A dan juga tidak berhubungan dengan roda gigi D, sehingga
poros input dan output tidak berubungan, putaran dari poros input tidak
diteruskan ke poros output.

84 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

b. Posisi gigi satu (Lambat)

Gambar 2. 29 Pasisi Gigi ke Satu (Lambat)


Putaran atau tenaga dari mesin ke poros input ke roda gigi A dan C, karena roda
kopling geser berhubungan dengan roda gigi B maka putaran dari poros input
diteruskan ke poros output memalui roda gigi B dan kopling geser. Meskipun
roda gigi C dan D berhubungan karena roda gigi D adalah roda gigi bebas
terhadap porosnya maka meskipun roda gigi C dan D berhubungan tetapi tidak
mempengaruhi putaran poros output.

c. Posisi gigi ke dua (cepat)

Gambar 2. 30 Posisi Gigi ke dua (Cepat)


Putaran atau tenaga dari mesin ke poros input ke roda gigi A dan C, karena roda
kopling geser berhubungan dengan roda gigi D maka putaran dari poros input
diteruskan ke poros output memalui roda gigi D dan kopling geser. Meskipun
roda gigi A dan B berhubungan karena roda gigi B adalah roda gigi bebas
terhadap porosnya maka meskipun roda gigi A dan B berhubungan tetapi tidak
mempengaruhi putaran poros output.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 85


Kegiatan Pembelajaran 2

b. Komponen transmisi manual

Gambar 2. 31 Komponen Transmisi Tiga Poros

Gambar 2. 32 Komponen Transmisi Dua Poros.

86 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Meskipun pengoperasian transmisi manual sangat mudah, banyak komponen


yang berbeda yang dibutuhkan untuk membuat operasinya lebih praktis. Berikut
ini adalah deskripsi dari komponen transmisi manual dan bagaimana cara
kerjanya.

1. Synchronizers unit.

Gambar 2. 33 Lokasi Synchronizers Unit Pada Unit Transmisi

Gambar 2. 34 Komponen Synchronizers Unit dan Roda Gigi Tingkat

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 87


Kegiatan Pembelajaran 2

a. Komponen-komponen yang terdapat pada synchronizer unit adalah :

Tabel 2. 1 Tabel Nama Komponen Synchronizers Unit dan Fungsinya

No Nama Keterangan
1 Synchronizer cincin sinkronisasi (cincin blocker) terbuat dari
Ring kuningan dan dipasang pada bagian kerucut dari
gigi. Sempit alur dibuat di bagian dalam cincin
sinkronisasi guna memberikan
tindakan kopling yang diperlukan dari gigi. Tiga
slot sama spasi pada permukaan luar sebagai
tempat synchronizer keys.
2 Hub Sleeve Hub Sleeve memiliki alur gigi internal yang
berhbungan dengan alur Hub Clutch. Hub Sleeve
terpasang tiga pegas untuk menekan
synchronizer keys.
3 Clutch Hub Clutch Hub terpasang pada poros output dan
ditahan oleh snap ring.
4 Speed Gear Roda gigi kecepatan / roda gigi tingkat dipasang
pada poros output. Sebuah bantalan rol jarum
dipasang antara gigi kecepatan dan poros output,
memungkinkan roda gigi memutar bebas pada
poros.
5 Synchronizer Tiga buah kunci sinkronisasi dipasang pada slot
Keys di Clutch hub dan diselaraskan dengan
Synchronizer Ring.
6 Key Springs Dua buah pegas dipasang disetiap sisi clutch
hub untuk memegang Synchronizer Keys di
setiap sisi dari Hub Sleeve.

Sebagaimana dijelaskan dalam pelajaran sebelumnya semua gigi maju dalam


transmisi modern gigi adalah roda gigi heliks. Sehingga tidak menimbulkan suara
yang keras dan lebih kuat menahan beban. Namun, karena gigi roda gigi heliks
yang miring sehingga tidak dapat meluncur (sliding) terhadap roda gigi heliks
yang lain.

Untuk alasan ini roda gigi tingkat tidak langsung splined (terhubung) ke porosnya
(poros output). Diameter dalam roda gigi tingkat dibuat halus memungkinkannya
untuk berputar bebas pada porosnya. Sehingga perlu sebuah kopling (roda gigi

88 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Synchronizers /synchronmesh) untuk menghubungkan roda gigi tingkat ke poros


output.

Ketika Speed Gear (roda gigi tingkat) perlu terhubung ke poros, maka bergerak
dan mengkait gigi tingkat pada sisi Clutching Teeth.

1. Synchronizer sleeve terkunci dengan roda gigi tingkat pada sisi Clutching
Teeth.

2. Diameter dalam sleeve memiliki gigi internal yang dapat meluncur di


sepanjang gigi eksternal dari Synchronizer hub.

3. Synchronizer hub terpasang pada poros output.

Dengan menghubungkan roda gigi tingkat ke poros output melalui Synchronizer


Sleeve memungkinkan torsi tersalurkan. Dalam kebanyakan transmisi setiap
Synchronizers Unit bekerja dengan dua roda gigi tingkat. Karena Synchronizer
Sleeve bisa geser ke depan dan ke belakang. Sebagai contoh, 1-2 Synchronizer
Sleeve bekerja pada roda gigi tingkat ke 1 dan ke 2.

b. Cara kerja Synchronizers Unit.

Ketika transmisi pada posisi netral, memungkinkan roda gigi untuk berputar
bebas terhadap poros output. Saat pedal kopling ditekan dan tuas pemindah
dipindah ke posisi gigi masuk, maka ada tiga tahapan sehingga terjadi
perpindahan gigi.

1. Tahap 1
a. Shift lever (tuas pemindah) bergerak, maka shift fork (garpu pemindah)
menggerakkan hub sleeve (penghubung geser) untuk mendorong
synchronizer key untuk mendorong synchronizer ring (cincin sinkronisasi)
terhadap cone (permukaan tirus) roda gigi tingkat (speed gear).

b. Pada saat synchronizer ring (cincin sinkronisasi) terhubung pada cone


(permukaan tirus) roda gigi tingkat yang berputar lebih cepat menyebabkan

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 89


Kegiatan Pembelajaran 2

synchronizer ring (cincin sinkronisasi) memutar sekitar satu setengah lebar


spline (alur gigi).

Gambar 2. 35 Gerakan Tahap 1 Hub Sleeve


c. Sementara dorongan tetap ada pada cone (permukaan tirus) oleh hub sleeve
(penghubung geser) sehingga menciptakan aksi pengereman untuk
memperlambat putaran roda gigi tingkat.

2. Tahap 2

1. Ketika shift lever (tuas pemindah) bergerak lebih jauh, kekuatan (yang
diterapkan pada hub sleeve (penghubung geser)) mampu melawan kekuatan
synchronizer key springs (pegas pengunci sinkronisasi). Gerakan ini juga
menyebabkan tekanan pada (cincin sinkronisasi) dan roda gigi tingkat.

2. Alur pada permukaan dalam synchronizer ring membantu untuk memotong


lapisan minyak pada cone (permukaan tirus) dari roda gigi tingkat. Hal ini

90 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

memastikan bahwa synchronizer ring (cincin sinkronisasi) akan


mencengkeram / mengerem hingga hub sleeve terhubung pada spline roda
gigi tingkat.

Gambar 2. 36 Gerakan Tahap 2 Hub Sleeve


3. Taper (bidang yang meruncing) dari spline hub sleeve terhadap Taper dari
spline synchronizer ring, menyebabkan tekanan ditambahkan ke cone
(permukaan tirus). Dengan demikian akan memperlambat kecepatan
sampai putarannya sama antar hub sleeve dan roda gigi tingkat, sehingga
spline synchronizer ring dan splines pada roda gigi tingkat sebaris, dengan
demikian hub sleeve dan splines speed gear siap untuk terhubung.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 91


Kegiatan Pembelajaran 2

3. Tahap 3

Ketika kecepatan hub sleeve dan speed gear (roda gigi tingkat) menjadi sama,
maka splines dari hub sleeve dapat terhubung pada spline roda gig tingkat.

Gambar 2. 37 Gerakan Tahap 3 Hub Sleeve


2. Shaft (Poros)

a. Input shaft (poros Input).

Poros input disebut juga sebagai poros kopling, poros input


didukung oleh bantalan pilot pada crankshaft dan
bantalan di bagian depan bodi transmisi.

Gambar 2. 38 Input Shaft

92 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

b Counter gear shaft (poros gigi counter)

Poros roda gigi counter juga dikenal sebagai poros gigi kelompok yang
menggerakkan gigi (1, 2, 3, dan 5) pada poros output. Poros ini didukung oleh
bantalan bodi transmisi bagian depan dan pada plat tengah dan juga pada
extension housing (perpanjangan bodi ransmisi).

Gambar 2. 39 Counter Gear Shaft


c. Output shaft (poros output)

Poros output juga dikenal sebagai main shaft drive poros propeller. Pada bagian
belakang terdapat splined (alur-alur) untuk memungkinkan poros propeller
terhubung. Roda-roda gigi pada poros output dapat berputar bebas akan tetapi
synchronizers unit terkunci pada poros ini. Poros output didukung oleh bantalan
pilot pada bagian belakang poros input, bantalan pada plat tengah dan bantalan
pada extension housing (perpanjangan bodi ransmisi).

Gambar 2. 40 Output Shaft

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 93


Kegiatan Pembelajaran 2

Gambar 2. 41 Kedudukan Poros-Poros Pada Transmisi Tiga Poros

3. Gear (Roda Gigi)

Gears (roda gigi) mentransfer tenaga mesin dari poros input, melalui poros gigi
counter, ke poros output. Ada lima gigi maju dan satu gigi mundur untuk
transmisis lima tingkat kecepatan maju. Hanya ada satu gigi pasang roda gigi
yang bekerja pada suatu waktu (satu posisi gigi).

a. Forward Gears (Roda gigi maju).

Semua gigi maju adalah gigi heliks karena mempunyai karakteristik yang halus
dan tenang. Roda gigi heliks mampu dengan bebanyang lebih besar, dan karena
itu memiliki permukaan dorong pada sisi gigi. Roda gigi ini memiliki clearance
celah yang kecil sehingga mengurangi kebisingan dan potensi kerusakan yang
bisa terjadi akibat gerakan gigi.

94 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Gambar 2. 42 Forward Gears

b. Reverse Gears (roda gigi mundur)

Posisi gigi mundur membutuhkan gigi tambahan pada pasangan roda gigi.
Sebuah roda gigi idle digunakan untuk mengubah arah poros output.

Gambar 2. 43 Reverse Gears

4. Synchronizer Hub Sleeve & Splines.

a. Synchronizer Hub Sleeve memiliki potongan di ujung-ujung splines. Potongan


serupa pada spline roda gigi tingkat. Hal ini bertujuan untuk mengunci gigi
pada saat terhubung dan mencegah Synchronizer Hub Sleeve melompat.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 95


Kegiatan Pembelajaran 2

Gambar 2. 44 Synchronizer Hub Sleeve and Splines

b. Inertia Lock (Pengunci kelembaman)

Ketebalan splines dibuat berbeda untuk meningkatkan tekanan meshing


(tekanan permukaan) dari hub sleeve ke roda gigi tingkat, dan untuk mencegah
hub sleeve melompat keluar dari hubungan, ketika torsi dari mesin ditransferkan
dari roda gigi tingkat ke hub sleeve. Akan tapi selama pengereman mesin, torsi
penggerak ditransferkan dari hub sleeve ke roda gigi tingkat, Hal ini
menyebabkan tekanan meshing dari hub sleeve danroda gigi meningkat,
sehingga mencegah hub sleeve melompat dari hubungan.

96 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Gambar 2. 45 Inertia Lock


c. Tipe-tipe Synchronizer unit.

1. Tipe single cone synchronizer

Tipe ini banyak dipakai untuk kendaran ringan, kerena hanya terdapat satu
bidang pengereman. Oleh karena itu hanya mampu beban pengereman yang
ringan;

Gambar 2. 46 Synchronizer unit.Tipe inner cone

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 97


Kegiatan Pembelajaran 2

2. Tipe two-cone synchronizer

Dinamakan two-cone synchronizer karena memiliki dua permukaan bidang konis.


middle ring (cincin tengah) menyediakan dua permukaan konis dan dua kali luas
permukaan konis untuk memperlambat kecepatan roda gigi tingkat pada poros
output.

Gambar 2. 47 Two-cone synchronizer


Pada two-cone synchronizer cincin dalam dan luar terhubung dan berputar
bersama-sama dengan poros output transmisi. Middle ring (cincin tengah)
terpasang pada roda gigi tingkat dan berputar bersama-sama karena digerakkan
oleh poros input.

Selama proses pengereman, hub sleeve mendorong synchronizer keys terhadap


outer ring (cincin luar). Permukaan bagian dalam outer ring (cincin luar)
pasangan dengan permukaan luar dari middle ring (cincin tengah) sehingga
menciptakan satu permukaan gesekan. Permukaan dalam middle ring (cincin
tengah) berpasangan dengan permukaan luar inner ring (cincin dalam) sehingga
menciptakan permukaan gesek kedua.

3. Tipe three-cone synchronizer

Three cone Synchronizer dinamakan demikian larena mempunyai tiga konis


pengereman. Selain cincin tengah yang menyediakan dua permukaan konis,
pada roda gigi kecepatan/tingkat juga memiliki permukaan konis yang ketiga.
Dengan tiga bidang permukaan pengereman untuk memperlambat gigi untuk
kecepatan poros output.

98 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Gambar 2. 48 Three-Cone Synchronizer


Pada, three-cone synchronizer cincin dalam dan luar berputar bersama dengan
poros output transmisi. Cincin tengah terhubung pada roda gigi tingkat
danberputar bersama-sama poros input.

Selama proses pengereman, hub sleeve mendorong synchronizer keys terhadap


outer ring (cincin luar). Bagian permukaan dalam outer ring (cincin luar)
dipasangkan dengan permukaan luar dari middle ring )cincin tengah) sehingga
dapat menciptakan suatu permukaan gesekan. Permukaan dalam middle ring
(cincin tengah) dipasangkan dengan permukaan outer ring cincin luar bagian
dalam sehingga menyediakan permukaan gesekan yang kedua. Pada
permukaan dalam inner ring (cincin dalam) dengan permukaan konis roda gigi
kecepatan/tingkat merupakan permukaan gesek yang ketiga.

c. Transmission Power flow

Memahami power flow (diagram aliran tenaga) pada transmisi membantu kita
dalam mendiagnosis keluhan dan menentukan perbaikan yang tepat yang harus
dilakukan. Ilustrasi berikut menunjukkan power flow melalui transmisi lima tingkat
kecepatan.

Misalnya, pada gigi satu, gaya mengalir dari poros input dan roda gigi penggerak
utama ke poros counter. Kemudia gigi satu, pada poros counter, gigi satu pada
poros output. Gigi pertama terkunci kesynchronizer unit sehingga gaya dapat
ditransferkan ke poros output.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 99


Kegiatan Pembelajaran 2

Pada halaman berikut, menggambarkan powerflow (diagram aliran tenaga)


untuk posisi gigi ke 1, 2, 3, 4, 5, dan mundur.

1. Transmisi tiga poros

a. Posisi gigi ke 1

Gambar 2. 49 Posisi Gigi ke 1


b. Posisi gigi ke 2

Gambar 2. 50 Posisi Gigi ke 2.

100 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

c. Posisi gigi ke 3

Gambar 2. 51 Posisi gigi ke 3


d. Posisi gigi ke 4

Gambar 2. 52 Posisi gigi ke 4

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 101


Kegiatan Pembelajaran 2

e. Posisi gigi ke 5

Gambar 2. 53 Posisi gigi ke 5


f. Posisi gigi ke Reverse

Gambar 2. 54 Posisi gigi ke Reverse.

102 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

2. Transmisi dua poros

Gambar 2. 55 Kedudukan Poros-Poros Pada Transmisi Dua Poros

a. Input Shaft

Gambar 2. 56 Komponen Input shaft Transmisi Dua Poros

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 103


Kegiatan Pembelajaran 2

b. Output shaft

Gambar 2. 57 Komponen Output shaft Transmisi Dua Poros

1. Posisi gigi Netral

Gambar 2. 58 Posisi Gigi Netral

104 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

2. Posisi Gigi 1

Gambar 2. 59 Posisi Gigi 1


3. Posisi gigi 2

Gambar 2. 60 Posisi Gigi 2

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 105


Kegiatan Pembelajaran 2

4. Posisi gigi 3

Gambar 2. 61 Posisi Gigi 3


5. Posisi gigi 4

Gambar 2. 62 Posisi Gigi 4

106 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

6. Posisi gigi 5

Gambar 2. 63 Posisi Gigi 5


7. Posisi Gigi R

Gambar 2. 64 Posisi Gigi R

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 107


Kegiatan Pembelajaran 2

d. Gear shift mechanism

Mekanisme tuas pemindah gigi memungkinkan roda-roda gigi transmisi digeser.


Tuas pemindah dipasang di perpanjangan bodi transmisi. Poros garpu pemindah
terhubung pada tuas pemindah ke garpu pemindah. Sebuah penahan bola dan
pegas mencegah garpu bergerak sendiri. Garpu pemindah digunakan
menggerakkan siynchronizer hub sleeve dan dipasang pada poros dengan baut
atau pin.

Gambar 2. 65 Gear shift mechanism.

Shift forks (garpu pemindah) berhubungan dengan alur pada synchronizer hub
sleeve yang berputar dan mekanan untuk menghubungkan gigi. Untuk
mengurangi keausan pada garpu pemindah maka garpu pemindah dibuat dari
baja atau garpu pemindah dari aluminium memiliki permukaan kontak dari baja
yang dikeraskan, perunggu, plastik gesekan rendah, atau lapisan nilon
dipasangkan pada garpu pemindah.

108 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

1. Bola pembatas.

Bola pengaman terdapat pada tuas garpu pemindah yang mempunai tiga takik.
Bola pengaman berada di salah satu dari tiga takik tuas garpu pemindah. Posisi
tengah diantara tiga takik tersebut adalah untuk posisi netral. Jika tuas prmindah
bergerak maka bola pengaman akan berpindah ke takik yang lain dengan
demikian roda gigi tingkat terhubung dengan hub sleeve. Pegas memegang bola
dan mengamankan di takik. Tuas pemindah tidak dapat bergerak dengan
sendirinya karena sudah ditahan oleh bola pembatas dan pegas tersebut sampai
pengemudi yang menggerakannya.

Gambar 2. 66 Posisi bola Pembatas.

2. Mekanisme Interlock pin.

Interlock pin berfungsi mencegah lebih dari satu posisi gigi berhubungan pada
suatu waktu. Satu set pin memegang tuas-tuas pemindah garpu. Jika salah satu
tuas bergerak maka tuas yang lainnya tidak bisa. Sistem ini menjamin bahwa
transmisi tidak akan terjadi dua posisi gigi terhubung pada waktu yang sama.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 109


Kegiatan Pembelajaran 2

Gambar 2. 67 Interlock Pin.

a. Ketika poros garpu pemindah No 1 digerakan ke kiri, dua interlock pin


didorong oleh poros no.1 dan ke masuk dalam slot pada poros lain.
Akibatnya, poros dua dan tiga terkunci pada posisinya.

Gambar 2. 68 Tuas no.1 Digerakan.

b. Ketika poros garpu pemindah No 2 digerakan ke kiri, dua interlock pin


didorong oleh poros no. 2 dan ke masuk dalam slot pada poros lain.
Akibatnya, poros satu dan tiga terkunci pada posisinya.

Gambar 2. 69 tuas no.2 Digerakan.

110 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

c. Ketika poros garpu pemidah No. 3 digerakan ke kiri, dua interlock pin didorong
oleh poros no.3 dan masuk ke dalam slot pada poros lain. Akibatnya, poros
satu dan dua terkunci pada posisinya.

Gambar 2. 70 Tuas no.3 Digerakan.

e. Pelumasan Transmisi.

Untuk mencegah terjadinya overheating pada unit transmisi manual, gigi


transmisi ditempatkan di dalam bak pelumas. Ketika roda-roda gigi berputar
maka gerakan roda-roda gigi menyebarkan pelumas ke seluruh bodi. Roda-roda
gigi mengambang pada poros utama atau poros counter transmisi yang telah
dilubangi untuk aliran minyak sehingga daerah kritis mendapatkan pelumas.
Beberapa transmisi menggunakan sendok, palung, atau saluran sebagai jalur
pelumasan. Setiap transmisi disediakan ventilasi, untuk mengurangi tekanan
internal yang (panas) selama operasi.

Tujuan dari pelumasan gigi transmisi adalah :

1. Mengurangi gesekan pada semua komponen.

2. menghilagkan panas dari roda gigi dan bantalan.

3. Mengurangi korosi dan karat.

4. Membuang kotoran dan partikel dari bagian yang bergerak.

Society of Automotive Engineers (SAE) dan American Petroleum Institute (API)


Membuat sistem rating untuk klasifikasi pemilihan pelumas yang tepat untuk
penggunaan tertentu.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 111


Kegiatan Pembelajaran 2

Viskositas adalah pengukuran ketebalan cairan dan ditentukan oleh seberapa


cepat cairan berjalan melalui lubang berukuran tertentu di suhu tertentu.

Berikut ini adalah klasifikasi minyak gigi API :

1. GL-1 : Minyak mineral langsung digunakan dalam transmisi non synchromesh,


menggunakan aditif, tidak cocok untuk transmisi mobil modern.

2. GL-2 : Sebuah sebutan untuk roda gigi yang aus digunakan di sebagian
besar industri aplikasi.

3. GL-3 : Mengandung aditif EP ringan, digunakan dalam transmisi manual dan


transaxles dengan final drive gigi spiral bevel.

4. GL4 : Digunakan dalam transmisi manual dan transaxles dengan final drive
gigi hypoid; berisi setengah aditif ditemukan pada GL5

5. GL5 : Mengandung cukup aditif EP untuk melumasi roda gigi hypoid pada final
drive.

4. Transfer Case.

Sebuah kendaraan penggerak empat-roda (4WD) memiliki daya dan traksi lebih
baik, karena keempat rodanya sebagai roda penggerak. Untuk itu powertrain
memerlukan sebuah transfer case. Bodi transfer case dipasang pada bagian
belakang transmisi.

Hal ini dapat dilakukan dengan gigi, hidrolik, atau rantai. Pada beberapa
kendaraan, seperti truk 4-wheel-drive atau kendaraan yang ditujukan untuk
penggunaan off-road, konstruksi ini dikendalikan oleh pengemudi. Pengemudi
dapat memfungsikan transfer case untuk "2-wheel-drive" atau "4-wheel-drive".
Hal ini dilakukan dengan cara shifter (secar manual) mirip dengan di transmisi
manual. Pada beberapa kendaraan dapat dioperasikan secara elektronik oleh
sebuah saklar. Beberapa kendaraan, seperti mobil sport all-wheel-drive, memiliki
transfer case secara permanen (yang tidak dapat dipilih). Transfer case tersebut
"terkunci" secara permanen dalam all-wheel-drive ("4-wheel-drive").

112 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Ketika roda depan berputar lebih cepat dari poros belakang, drive
shaft juga berputar pada kecepatan yang berbeda. Ini tidak ada masalah
ketika kendaraan berjalan pada permukaan yang gembur seperti pasir
atau salju karena ban akan slip pada permukaan jalan yang gembur.
Namun, ketika berjalan pada aspal, perbedaan kecepatan menyebabkan
ban slip. Beberapa desain transfer case menggunakan diferensial pusat
untuk memberikan distribusi torsi yang proporsional ke as roda sesuai
dengan permukaan dan kondisi jalan.

Gambar 2. 71 Defernsial Pusat

Transfer case dirancang untuk digunakan off-road (misalnya ketika salah satu as
roda adalah pada permukaan licin atau terjebak dalam lumpur, sedangkan yang
lain memiliki traksi yang lebih baik), secara mekanis dapat mengunci as roda
depan dan belakang bila diperlukan yang disebut dengan differential lock.
Defferntial lock ada yang secara manual atau otomatis.

a. Tipe-tipe transfer case.

Transfer case terpasang pada bagian belakang transmisi. Memiliki


poros input tunggal yang terhubung pada poros output transmisi dan dua poros
output, satu untuk penggerak roda depan dan satu untuk penggerak roda
belakang. Transfer case dapat dibedakan berdasar beberapa klasifikasi antara
lain :

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 113


Kegiatan Pembelajaran 2

1. Menurut tipe penggerak.


Ada dua desain yang telah digunakan secara umum yaitu pertama desain yang
menggunakan roda gigi dan yang kedua desain dengan beberapa variasi model
rantai.

a. Penggerak roda gigi.

Gear-driven transfer cases menggunakan set roda gigi untuk menggerakan poros
penggerak roda depan dan belakang. Transfer case dengan roda gigi ini
umumnya kuat, unit berat yang digunakan dalam truk-truk besar, namun saat ini
ada beberapa transfer case yang menggunakan penggerak roda untuk mobil
penumpang.

Gambar 2. 72 Transfer Case Gear Type.

b. Penggerak rantai.

Chain-driven transfer cases menggunakan rantai untuk menggerakkan poros


penggerak roda depan, tetapi dapat menggerakkan kedua as roda. Transfer case
ini lebih tenang dan lebih ringan daripada yang penggerak roda gigi, digunakan
pada kendaraan seperti truk ringan, truk ukuran penuh, Jeep dan SUV.

114 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Gambar 2. 73 Transfer Case Chain Type.

2. Menurut tipe konstruksi bodi (housing)

Transfer case diklasifikasikan menjadi dua yaitu : yang pertama terpisah atau
bebas dengan transmisi dan ang kedua menjadi satu dengan transmisi.

a. Menyatu dengan transmisi.

Transfer case yang menyatu dengan transmisi tepasang langsung ke transmisi,


biasanya antara poros output transmisi dan driveshaft (poros ptopeler) belakang.
Kadang-kadang transfer case ini merupakan bagian integral dari transmisi dan
dua komponen dengan bodi yang sama.

Gambar 2. 74 Tranfer Case Bodi menyatu.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 115


Kegiatan Pembelajaran 2

b. Terpisah dengan transmisi.

Sebuah transfer case yang terpisah atau independen benar-benar terpisah dari
transmisi. Hal ini terletak di bagian bawah driveline dan terhubung dengan
driveshaft (poros penggerak) yang pendek. Tranfer case ini digunakan pada
kendaraan dengan wheelbase yang sangat panjang, seperti truk komersial atau
truk militer.

Gambar 2. 75 Transfer Case Bodi terpisah.

3. Menurut tipe sistem pengoperasiannya.

a. Manual Shift On-the-Fly (MSOF) transfer case ini memiliki tuas pemilih pada
sisi lantai ruang pengemudi dan juga memiliki pengunci hub otomatis pada as
roda depan atau selector secara manual hub poros axle roda depan "LOCK"
dan "UNLOCK" ("FREE").

Gambar 2. 76 Tuas Transfer Case dalam Cabin.

116 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

b. Elektronik Shift On-the-Fly (ESOF) transfer case ini memiliki selector switch
atau tombol pada dasbor dengan pengunci poros hub depan otomatis atau.
Beberapa model juga memiliki apa yang disebut SelecTrac, yang memiliki
saklar slider di konsol tengah. Berbeda dengan transfer case manual, sistem
ini memiliki motor transfer case. Untuk melakukan sistem four-wheel-drive.

Gambar 2. 77 Elektronik Shift On-the-Fly

b. Power flow (aliran tenaga).

1. Posisi 2H-Wheel Drive (2 roda penggerak (cepat))

Garpu pemindah mendorong belakang hub sleeve (low/high) clutch ke gigi "high
speed gear", dan front hub clutch pada posisi netral sehingga output transfer
case hanya pada poros roda belakang. Aliran tenaga dari poros input ke poros
output belakang melalui gigi "high" gigi dan L/H clutch hub ke roda belakang.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 117


Kegiatan Pembelajaran 2

Gambar 2. 78 Posisi 2H.

2. Posisi 4-Wheel Drive High (4 roda penggerak (cepat))

Seperti yang dijelaskan pada posisi 2H diatas, ditambah dengan front hub cluct
terhubung ke poros output depan, sehingga output transfer case ke poros
belakang dan juga poros depan. Poros depan dan poros belakang berjalan
bersama-sama pada “High” speed.

118 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Gambar 2. 79 Posisi 4H.

3. Posisi 4-Wheel Drive LOW (4 roda penggerak (lambat)).

Front hub clutc terhubung sehingga output transfer case ke pengerak roda
belakang dan juga ke roda depan dan low/High hub clutch terhubung ke “Low
speed gear”. Dengan demikian poros penggerak roda depan dan poros
penggerak roda belakang berputar bersama-sama pada posisi kecepatan “LOW”
lambat.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 119


Kegiatan Pembelajaran 2

Gambar 2. 80 Posisi 4L.

D. Aktifitas Pembelajaran.

Peserta diklat membaca dengan seksama uraian materi, jika ada yang kurang
jelas peserta dapat bertanya/mendiskusikan dengan fasilitator.

Peserta mengerjakan tugas dan latihan untuk mengetahui tingkat pemahaman


materi yang dibahas.

Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kemudian melaksanakan tugas yang


ada.

120 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

E. Latihan/Tugas

I. Latihan soal-soal KP II Transmisi.

Kerjakan soal-soal latihan KP II dibawah ini.

1. Fungsi transmisi pada kendaraan adalah :


a. Meningkatkan momen puntir poros pnggerak aksel kendaran.
b. Mengatur perbandingan putaran motor dengan poros penggerak aksel
sehingga menghasilkan momen puntir yang diinginkan.
c. Menghubungkan mesin dengan poros pnggerak aksel kendaran.
d. Meneruskan putaran kopling ke sistem pemindah kendaraan.

2. Posisi transmisi manual pada kendaraan secara skema dapat dilihat pada
gambar dibawah ini, ditunjukkan pada huruf ….

a. A.
b. B.
c. C
d. D
3. Berikut ini adalah jenis selective gear transmission, kecuali….
a. Sliding mesh type.
b. Constanmes type.
c. Servo type.
d. Syncronmesh type.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 121


Kegiatan Pembelajaran 2

4. Pada gambar dibawah tampak hubungan roda gigi, manakah yang


menghasilakan putaran output sama dengan input :

a. D.
b. C.
c. A.
d. B.
5. Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kerja dari transmisi
manual, adalah:
a. Kondisi komponen kopling.
b. Penyetelan free play pedal kopling.
c. Kondisi unit syncronmesh.
d. Kecepatan kendaraan.
6. Pada gambar dibawah terlihat hubungan roda gigi, untuk mengitung gear ratio
menggunakan rumus….

a. GR = B/A x E/C x D/E


b. GR = B/A x C/E x D/E
c. GR = E/A x C/B x D/E
d. GR = D/A x C/B x E/E

122 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

7. Pada gambar dibawah terlihat susunan roda gigi sebuah transmisi manual,
transmisi tersebut mempunyai….

a. 4 tingkat maju, 1 mundur.


b. 5 tingkat maju, 1 mundur.
c. 3 tingkat maju, 1 mundur.
d. 2 tingkat maju, 1 mundur.

8. Pada gambar dibawah terlihat roda gigi tipe……

a. Spur gears.
b. Helical gears.
c. Double helical gears.
d. Spur bevel gears.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 123


Kegiatan Pembelajaran 2

9. Apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan gigi output berputar pada
arah yang sama dengan gigi input….

a. Sebuah gigi ketiga harus ditambahkan.

b. Spur gigi harus digunakan.

c. Dua gigi tambahan harus ditambahkan.

d. Helical gigi harus digunakan.

10. Manakah dari berikut ini adalah kelemahan dari heliks gigi…
a. Bising.
b. Hanya memiliki satu kontak gigi dengan satu sama lain pada suatu
waktu.
c. Tidak bisa meluncur masuk dan keluar dari kontak satu sama lain.
d. Tidak dapat digunakan untuk gigi mundur.

11. Pada gambar dibawah terlihat hubungan roda gigi, yang ditunjukan no. 4
adalah….

a. Input shaft.
b. Output shaft.
c. 2nd speed gears.
d. Counter shaft.

124 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

12. Pada gambar dibawah terlihat unit syncronmesh, yang ditunjukan no. 5
adalah :

a. Speed gear.
b. Clutching teeth.
c. Blocking ring.
d. Synchronizer sleeve.

13. Pada gambar dibawah terlihat susunan roda gigi pada transmisi manual,
menunjukan pada posisi gigi ….

a. Top gear (top speeds).


b. Fourth gear.
c. Netral.
d. Fifth gear

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 125


Kegiatan Pembelajaran 2

14. Pada gambar dibawah terlihat susunan roda gigi pada transmisi manual,
menunjukan pada posisi gigi :….

a. Gigi Dua.
b. Gigi empat.
c. Netral.
d. Gigi lima.

15. Pada gambar disamping terlihat susunan roda gigi pada transmisi manual,
menunjukan pada posisi gigi ….

a. Gigi Top (top speeds).


b. Gigi mundur.
c. Netral.
d. Gigi dua

126 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

16. Pada gambar disamping terlihat susunan roda gigi pada transmisi manual,
menunjukan pada posisi gigi :….

a. Gigi top (top speeds).


b. Gigi empat.
c. Netral.
d. Gigi lima.

17. Pada transmisi tiga poros 3 kecepatan, torsi dari poros input melewati poros
counter sebelum ke poros output untuk posisi semua gigi kecuali :
a. 1st gear.
b. 3rd gear.
c. 2nd gear.
d. Reverse gear.

18. Sebuah transaxle memiliki semua komponen berikut, kecuali :

a. Input Shaft.
b. Output Shaft.
c. Synchronizer.
d. Counter Shaft

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 127


Kegiatan Pembelajaran 2

19. Pada gambar disamping terlihat susunan roda gigi pada transmisi manual,
gambar tersebut menunjukan transmisi mempunyai tingkat kecepatan
sebanyak :….

a. 12 kecepatan maju, 1mundur.


b. 8 kecepatan maju, 1 mundur.
c. 8 kecepatan maju, 2 mundur.
d. 10 kecepatan maju, 1 mundur

20. Pada gambar disamping terlihat susunan roda gigi pada transmisi manual
penggerak 4 roda (four wheel drive), gambar tersebut menunjukan pada
posisi gigi :….

a. High 2.
b. Low 4.
c. Low 2.
d. High 4.

128 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

II. Tugas LK 02. Tugas praktek KP II Transmisi.

A. Lakukan pembongkaran, pemeriksaan dan perakitan pada transmisi


doa posos lima tingkat kecepatan (Transaxcel) sesuai dengan SOP
(manual book).

B. Lakukan pembongkaran, pemeriksaan dan perakitan pada transmisi


tiga posos limatingkat kecepatan sesuai dengan SOP (manual
book).

C. Lakukan pembongkaran, pemeriksaan dan perakitan pada transfer


case sesuai dengan SOP (manual book).

D. Isilah tabel dibawah ini untuk transmisi 2 poros dan transmisi 3


poros.

Tipe Transmisi : …...poros


Tingkat Kecepatan : ..…kecepatan
Kapasitas Oli :…...liter
Jenis Oli : ………….
1 st

2 nd

3 rd
Gear Ratio

4 th

5 th

Reverse

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 129


Kegiatan Pembelajaran 2

Tipe Transmisi : ……poros


Tingkat Kecepatan : ……kecepatan
Kapasitas Oli :…….liter
Jenis Oli :……………….
No Keterangan Gambar Pengukuran
Hasil Standart
1 Ukurlah
celah antara
synchronizer
ring back
dengan gear
spline end

1st

2nd

3rd

4th

5th

Hasil Standart
2 Ukurlah
celah antara
shift

forks

dengan

hub sleeves

1st and 2nd gear

3rd and 4th gear

5th and Reverse

130 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Hasil Standart
3 Ukurlah
diameter
journal dari
output

shaft

2nd

3rd

Hasil Standart
4 Ukurlah
runout dari
output shaft

F. Rangkuman

Transmisi adalah bagian dari sistem pemindah tenaga yang mengatur


perbandingan putaran mesin dengan poros penggerak aksel sehingga
menghasilkan momen puntir dan putaran yang diinginkan.

Transmisi dibedakan menjadi dua, yaitu :


a. Transmisi manual.

Yaitu transmisi dimana perpindahan posisi gigi dilakukan oleh pengemudi sesuai
yang diinginkan. Transmisi manual digongkan menjadi tiga golongan yaitu :

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 131


Kegiatan Pembelajaran 2

1. Transmisi dua poros

2. Transmisi tiga poros,

3. Transmisi untuk penggerak roda depan dan juga roda belakang (empat roda
penggerak) atau yang sering disebut dengan Four wheel Drive (4WD).
Transmisi ini bisa dua poros atau tiga poros, hanya ditambahka transfer case
unit.

b. Transmisi otomatis.

Yaitu transmisi dimana perpindahan posisi gigi terjadi dengan sendirinya sesuai
dengan putaran dan beban mesin. Transmisi otomatis digolongkan menjadi tiga
golongan yaitu :

a. Transmisi otomatis tipe gigi Helikal.

b. Transmisi otomatis tipe gigi Planetari.

c. Transmisi otomatis tipe Continusly Variable Transaxle (CVT).

Prinsip dasar transmisi.

1. Ketentuan tantang transmisi.

2. Salah satu tujuan utama dari transmisi adalah memperbesar torsi yang
dihasilkan oleh mesin.

3. Torsi, dalam arti sederhana adalah usaha untuk memutar.

4. Daya adalah kecepatan dalam melakukan pekerjaan.

5. Daya berhubungan dengan waktu. Semakin cepat kerja yang dilakukan,


semakin besar kekuatan yang terlibat.

6. Power flow, adalah aliran tenaga dari mesin ke roda untuk menggerakkan
kendaraan, melalui Power flow komponen powertrain dapat dipahami
bagaimana komponen bekerja.

132 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

7. Tujuan dari roda gigi dalam transmisi atau transaxle adalah untuk
mengirimkan gerakan berputar.

8. Gigi dan poros bekerja satu sama lain yaitu :

 Poros menggerakkan roda gigi.

 Roda gigi menggerakan poros.

 Roda gigi dapat berputar bebas pada poros.

9. Unit set roda gigi dapat digunakan untuk memperbanyak torsi, mengurangi
torsi, menurunkan kecepatan, meningkatkan kecepatan dan, transfer torsi dan
atau mengubah arah torsi.

10. Aturan dasar roda gigi yang berlaku adalah dua buah roda gigi eksternal
yang bertautan akan berputar dalam arah saling berlawanan.

11. Peraturan dasar lain adalah bahwa ketika gigi ke tiga ditambahkan,
arahputaran output dari gear set adalah sama dengan input.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 133


Kegiatan Pembelajaran 2

Desain Roda Gigi.

1. Spur gear.

2. Helical gear.

3. Spur Bevel Gears

Posisi roda gigi terhadap poros pada transmisi manual.

1. Roda gigi geser.

2. Roda gigi bebas.

3. Roda gigi tetap.

Jenis-jenis bearing pada transmisi.

1. Bantalan rol jarum.

2. Bantalan bola.

3. Bantalan rolling.

4. Plain bushings

Perbandingan gigi.

1. Perbandingan gigi tetap.

2. Perbandingan gigi reduksi.

3. Perbandingan gigi overdrive.

Transmisi manual adalah hal yang penting dalam driveline pada kendaraan.
Transmisi manual menggunakan roda gigi yang ukurannya berbeda-beda untuk
memberikan keuntungan mekanis pada mesin atas roda pebggarak.

134 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Prinsip dasar transmisi manual.

1. Transmisi Roda Gigi Geser.

2. Transmisi Roda Gigi Tetap.

3. Komponen transmisi manual.

4. Synchronizers unit.

5. Shaft (Poros).

6. Gear (Roda Gigi).

7. Synchronizer Hub Sleeve & Splines.

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Guru setelah menyelesaikan latihan dalam modul ini diharapkan mempelajari


kembali bagian-bagian yang belum dikuasai dari modul ini untuk dipahami secara
mendalam sebagai bekal dalam melaksanakan tugas keprofesian guru dan untuk
bekal dalam mencapai hasil pelaksanaan uji kompetensi guru dengan ketuntasan
minimal materi 80%.

Setelah mentuntaskan modul ini maka selanjutnya guru berkewajiban mengikuti


uji kompetensi. Dalam hal uji kompetensi, jika hasil tidak dapat mencapai batas
nilai minimal ketuntasan yang ditetapkan, maka peserta uji kompetensi wajib
mengikuti diklat sesuai dengan grade perolehan nilai yang dicapai.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 135


Kegiatan Pembelajaran 2

136 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Kegiatan Pembelajaran 3 : Gardan

A. Tujuan

Setelah belajar materi kegiatan belajar 3 ini peserta diharapkan mampu


memahami dan menelaah sistem penggerak roda pada kendaraan ringan.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

Peserta mampu ;

1. Menjelaskan fungsi sistem penggerak roda pada kendaraan ringan dengan


percaya diri.
2. Meyebutkan komponen-komponen sistem penggerak roda pada kendaraan
ringan dengan percaya diri.
3. Menjelaskan prosedur pebaikan pada sistem penggerak roda pada kendaraan
ringan dengan percaya diri.

C. Uraian Materi

1. Pendahuluan

Poros aksel belakang yang digunakan pada roda belakang


kendaraan adalah merupakan akhir dari sistem pemindah tenaga, hal ini sering
disebut final drive. Poros aksel belakang sering keliru disebut diferensial, padahal
diferensial hanya bagian dari poros aksel belakang.

Desain dasar dari poros aksel belakang telah diadopsi oleh semua produsen
kendaraan selama bertahun-tahun. Ada beberapa variasi, tapi semua beroperasi
sesuai dengan prinsip-prinsip dasar yang sama. Perbedaan utama poros aksel
belakang tergantung pada suspensi belakang yang memiliki kendaraan apakah
rigid atau independen.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 137


Kegiatan Pembelajaran 3

Gambar 3. 1 Penggerak Aksel Suspensi Rigid.

Gambar 3. 2 Penggerak Aksel Suspensi Indipenden.


Poros penggerak aksel meliputi unit diferensial, poros penggerak roda, dan
rumah poros. kegagalan bagian belakang yang poros bantalan kegagalan.
Sebuah penggerak aksel roda belakang yang paling umum ditunjukkan pada
Gambar 3.1.

Secara umum fungsi dari penggerak eksel (roda belakang) adalah :

1. Memperbesar momen mesin.

Jika perbandingan gigi (gear rasio 1 : 1), maka mesin tidak akan mampu
menggerakan kendaraan, karena mesin tidak akan mencapai kisaran rpm yang
paling efisien. Maka untuk alasan ini, gigi cicin dan gigi pinion di desain dapat
memberikan reduksi putaran pada outputnya. Penurunan putaran (reduksi)
tersebut antara 2 : 1 sampai 5 : 1, tergantung pada ukuran mesin, kendaraan
berat, dan tujuan penggunaan kendaraan.

138 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Perbedaan jumlah gigi pada roda gigi ring dan gigi pinion menyebabkan rasio gigi
(reduksi), sehungga terjadi perubahan kecepatan dan terjadi peningkatan torsi.
Daya dari roda gigi ring mengalir melalui rumah diferensial, roda gigi planet dan
roda gigi samping untuk poros roda penggerak. Dengan demikian poros
penggerak mentransfer daya dari unit diferensial ke roda belakang.

2. Mengubah arah putaran 90 derajat.

Dalam sistem penggerak aksel, tenaga mesin memutar gigi pinion dari
penggerak aksel melalui flans. Gigi pinion memutarkan roda gigi ring. Antara gigi
pinion dan roda gigi ring terjadi perubahan arah putaran 90 °.

3. Menyeimbangkan putaran antar roda kiri dan roda kanan pada saat
kendaraan melintasi belokan.

Jika kendaraan melalui belokan maka putaran roda-roda dalam satu poros akan
berbeda. Sehingga diperlukan suatu sistem yang dapat membuat putaran
perbedaan putaran antar roda kiri dan kanan jika kendaraan melintasi belokan
dan akan sama putarannya jika kendaraan bergerak lurus.

2. Konstruksi

Gambar 3. 3 Konstruksi Penggerak Aksel

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 139


Kegiatan Pembelajaran 3

Gambar 3. 4 Konstruksi Deferential

Diferensial terdiri dari banyak komponen, gigi cincin (Ring Gear), roda gigi pinion
(Pinion Gear), bantalan pinion, tumah diferensial, Planetary Gear dan gigi
samping (side Gear), dan bantalan sisi. Lihat Gambar 3.5 . Bagian-bagian dan
fungsi komponen dijelaskan secara rinci dalam bagian berikut.

Gambar 3. 5 Komponen-Komponen Diferensial.

140 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

1. Ring Gear (Roda Gigi Ring)

Gambar 3. 6 Pinion Gear Dan Ring Gear

Gigi penggerak diferensial terdiri dari roda gigi ring (Ring gear) dan roda gigi
pinion, gambar 3.6. Roda gigi hypoid menjadikan aliran gaya kearah 90 ° dan
meningkatkan tenaga mesin. Jumlah gigi di ring gear dibandingkan dengan
jumlah gigi pinion merupakan rasio poros penggerak ). Misalnya, jika ring gear
memiliki 40 gigi dan pinion gear memiliki 10 gigi, maka rasionya adalah 40:10,
atau 4: 1. Rasio poros penggerak selalu dapat ditentukan dengan membagi
jumlah gigi pada ring gear dengan jumlah gigi pada pinion gear.

2. Pinion Gear ( Roda Gigi Pinion)

Gambar 3. 7 Pinion Gear.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 141


Kegiatan Pembelajaran 3

Roda gigi pinion adalah roda gigi dari baja yang menjadi satu (integral) dengan
poros, Roda gigi pinion berhubungan langsung dengan ring gear. Pada bagian
ujung poros roda gigi pinion memiliki splines eksternal yang sesuai dengan
splines internal dari diferensial flange. Roda gigi ini didukung oleh dua bantalan
rol tirus, disebut bantalan pinion.

Dengan desain, posisi gigi pinion terletak di bawah dari ring gear. Dengan desain
ini, gigi pinion ditempatkan lebih rendah dari pada poros roda belakang. Hal ini
dilakukan untuk menurunkan poros penggerak. Desain gigi spiral memungkinkan
gigi-gigi untuk bersentuhan secara bertahap sehingga menciptakan pemindahan
daya secara halus. Roda gigi jenis ini disebut gigi hypoid.

Gambar 3. 8 Posisi Gigi Pinion Terhadap Roda gigi Ring.

3. Rumah Diferensial.

Rumah diferesial seagai dudukan dari roda-roda gigi seperti roda gigi
planet dan roda gigi samping beserta poros-porosnya.

4. Planetary Gear

Sebagai gigi perantara antara roda gigi saping.

5. Side Gear

Roda gigi yang terhubung pada poros penggerak roda.

142 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

3. Cara kerja

a. Kendaraan bergerak lurus

Ketika kendaraan bergerak lurus, planetary gear tidak beputar. Sehingga kedua
roda gigi samping akan berputar pada kecepatan yang sama (terbawa bersama-
sama dengan rumah diferestial). Dalam kondisi ini, seluruh mekanisme bergerak
sebagai unit tunggal yang solid.

Gambar 3. 9 Posisi Jalan Lurus.

b. Kendaraan berbelok (ke kiri)

Ketika kendaraan sedang melintasi belokan (belok kiri), roda kanan perlu
berputar lebih fepat dari pada roda kiri, karena panjang lintasan yang dilewati
lebih panjang. Pada peristiwa ini roda gigi planet berputar pada porosnya.
Karena poros roda gigi planet terpasang pada rumah diferensial maka dalam hal
ini roda gigi panet berputar pada porosnya sambil mengelilingi roda gigi samping
kiri akibatnya roda gigi samping kanan mendapat bantuan putaran dari roda gigi
planet, dengan demikian roda gigi samping kanan berputar lebih cepat
disbanding roda gigi kiri.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 143


Kegiatan Pembelajaran 3

Gambar 3. 10 Posisi Belok Kiri.

c. Perbedaan traksi roda

Salah satu efek samping yang tidak diinginkan dari diferensial konvensional
adalah seperti yang mungkin anda pernah melihat, ketika kendaraan pada situasi
seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.11 , roda kanan pada jalan yang licin
berputar sangat cepat dan roda kiri berhenti, akibatnya kendaraan akan terjebak
(tidak bergerak).

Gambar 3. 11 Kondisi Jalan Basah dan Kering

Jika gigi samping kiri (merah) traksinya baik (jalan beraspal dan kering), maka
gigi planet (hijau) berputar pada porosnya dan berputar mengelilingi roda gigi
samping kiri, karena gigi samping kiri berhenti, dengan demikian roda gigi
samping kanan selain berputar bersama-sama dengan rumah defential ditambah
tenaga/putaran roda gigi planet.

144 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

4. Pengunci deferensial

Seperti yang sudh dijelaskan diatas bahwa jika salah satu roda penggerak pada
jalan kering dan lainnya di atas es atau lumpur, ring gear dan rumah diferensial
akan menggerakkan roda gigi planet. Namun, roda gigi planet tidak akan
mengerakan kedua roda gigi samping. Akan tetapi roda gigi planet oleh rumah
diferensial akan berputar di sekitar gigi samping dimana roda pada jalan yang
kering. Sebagai hasilnya, roda akan tergelincir, dan kendaraan tidak bergerak.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pengunci deferensial, yang bertujuan


untuk menyatukan antara roda gigi samping kiri dan roda gigi samping kanan.

a. Pengunci deferensial manual.

Dengan terkuncinya salah satu poros aksel dengan rumah diferensial maka tidak
akan terjadi slip salah satu roda (Mencegah) slip salah satu roda saat roda kiri
dan kanan koefisien geseknya tidak sama. Setelah kendaraan sudah keluar dari
lumpur pengunci harus dilepas, jika lupa penggerak aksel bisa pecah.

Gambar 3. 12 Pengunci Deferensial Mekanis.

Cara Kerja :

1. Saat pengunci bebas diferensial bekerja seperti biasa

2. Pengunci bergerak ke kiri dan menghubung ke rumah diferensial

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 145


Kegiatan Pembelajaran 3

3. Putaran poros penggerak terhubung dengan rumah diferensial oleh pengunci,


( gigi penyesuai tidak dapat berputar pada porosnya )

4. Poros Penggerak kanan dan kiri berputar bersama - sama dengan rumah
diferensial ( n1=n3 )

5. Untuk melepas lengan didorong ke kanan maka pengunci akan bergerak ke


kiri melepas hubungan

b. Pengunci diferensial otomatis

1. Kopling plat banyak

Gambar 3. 13 Pengunci Deferensial Plat banyak.

Cara kerja dari diferensial kopling pelat banyak ditunjukkan pada Gambar
dibawah ini. Ketika kendaraan bergerak lurus ke depan, diferensial bekerja
dengan cara yang sama sebagai diferensial standar, Gambar 3.14.

146 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Gambar 3. 14 Posisi Jalan Lurus

Ketika belok, kendaraan kehilangan traksi pada satu roda, menyebabkan roda
slip, Gambar 16-19B. Sejak roda mengalami slip, roda gigi planet tidak menekan
pada roda gigi samping pada roda yang slip. Gigi samping juga tidak menekan ke
arah rumah deferensial, dan plat-plat kopling roda yang slip tidak ditekan.
Ketika terjadi slip yang besar maka roda gigi samping menekan plat- plat kopling
sehingga daya diberikan ke roda-roda secara merata .

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 147


Kegiatan Pembelajaran 3

Gambar 3. 15 saat Terjadi Slip.

2. Ratchet

Diferensial ratchet, menggunakan serangkaian Cams dan ramps untuk


mengarahkan daya ke roda dengan traksi yang kecil. Cara kerja tergantung pada
kecepatan relatif roda, bukan pada traksi roda. Penyaluran daya melalui satu set
gigi yang dapat terhubung dan terlepas. Sistem gigi disebut kopling gigi anjing.
Serangkaian Cams dan ramps menghubung dan melepaskan kopling gigi anjing
pada roda gigi samping dengan traksi yang ebih kecil. Sebuah
contoh diferensial ratchet ditunjukkan pada gambar 16-22.

148 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Gambar 3. 16 Diferensial ratchet.

3. Diferensial torsi

Torsen diferensial adalah penguncian diferensial menggunakan gear sets yang


kompleks. Prinsip mekanis dasar diferensial ini adalah bahwa sementara worms
dapat memutar worm wheel, worm wheel tidak bisa memutar worm.

Gambar 3. 17 Diferensial torsi

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 149


Kegiatan Pembelajaran 3

Seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.17, diferensial torsi memiliki dua Central
Worm yang disebut sebagai poros roda gigi cacing. Satu poros roda gigi cacing
melekat pada setiap poros as roda. Worm wheel menumpang dan didorong oleh
roda gigi cacing pada poros as roda. Worm wheel berada didalam rumah
diferensial. Memacu pada hubungan antara roda gigi cacing dan worm wheel
membentuk hubungan antara dua poros gandar. Worm Wheel tidak dapat
memutar gigi poros, sehingga mereka mengunci diri pada gigi. Dengan cara ini,
daya ditransmisikan ke roda gigi cacing pada poros dan as terkunci.

Selama kendaraan berjalan lurus ke depan operasi, diferensial bekerja seperti


diferensial standar. Ketika kendaraan belok, atau ketika salah satu roda slip,
terjadi kecepatan relatif dari roda-roda. Perbedaan kecepatan ini ditularkan dari
poros yang berputar lebih cepat ke yang lebih lambat.

4. Pengunci diferensial hidrolik

Beberapa kendaran model akhir memiliki penguncian deferensial yang


dioperasikan oleh tekanan hidrolik, yang disebut Hydra-Lock, Vari-lock, atau
sistem Georotor. Sebuah penguncian diferensial hidrolik terdiri dari pompa
dengan gigi internal dan gigi eksternal, tekanan diafragma berbentuk cincin, dan
plat-plat kopling seperti yang digunakan dalam penguncian diferensial
konvensional, Gambar 16-24A. Tekanan minyak yang mengoperasikan sistem
hidrolik berasal dari poros roda belakang. Minyak yang digunakan adalah sama
juga digunakan untuk pelumasan poros belakang, dan sistem hidrolik tidak
terpisah dari komponen poros roda belakang lainnya.

Gambar 3. 18 Pengunci diferensial hidrolik

150 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Gambar 3. 19 Pompa Hidrolis.

Pompa menyerupai pompa oli mesin jenis,rotor dengan gigi eksternal enam poin
dalam sebuah gigi internal dengan tujuh lubang gigi. Ruang antara gigi internal
dan eksternal penuh dengan minyak setiap saat. Ketika gigi bergerak dalam
hubungan satu sama lain, ruang di sisi isap pompa terbuka dan menarik minyak.
Cairan ditekan ke sisi output dari pompa. Menghasilkan tekanan yang dapat
digunakan untuk mengoperasikan komponen lain dari diferensial.

Gigi internal melekat salah satu as roda gigi samping, gigi eksternal melekat
pada poros roda gigi samping yang lain. Ketika kendaraan berjalan lurus kedua
roda memiliki traksi yang sama, kedua roda gigi samping berputar pada
kecepatan yang sama. Oleh karena itu, roda gigi internal dan eksternal didalam
pompa tidak bergerak dalam hubungan satu sama lain, dan tidak ada tekanan
hidrolis. Ketika salah satu roda kendaraan kehilangan traksi, maka salah satu
roda gigi samping mulai berputar pada tingkat yang lebih cepat dari yang lain.
Perbedaan kecepatan poros menyebabkan gigi pompa internal dan eksternal
untuk bergerak dalam kaitannya dengan yang lain, sehingga menghasilkan
tekanan hidrolik. Tekanan ini dikirim ke cincin diafragma, yang mengembang
terhadap plat-plat kopling.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 151


Kegiatan Pembelajaran 3

Dengan tertekannya plat-plat kopling, maka roda gigi samping terkunci bersama-
sama dan menjadi seperti satu unit. Ketika roda mulai berputar pada kecepatan
yang sama, gigi internal dan eksternal tidak saling bergerak satu sama lain, dan
tidak ada tekanan diproduksi. Dengan tidak ada tekanan pompa yang dihasilkan,
cincin diafragma tidak menekan plat-plat kopling. Jika satu roda lagi mulai
tergelincir, pompa mulai bekerja lagi.

5. Rumah aksel belakang

a. Suspensi belakang axle rijid

Rumah poros roda belakang aksel rijid merupakan komponen pendukung lainnya
seperti : sebagai reservoir untuk pelumas, mengakomodasi sistem suspensi,
juga merupakan bagian stasioner dari sistem rem belakang. Rumah poros roda
belakang terdiri dari rumah diferensial, dan poros tabung, yang didalamnya
terdapat poros penggerak terhubung dengan roda belakang. (Kendaraan dengan
suspensi belakang independen tidak akan memiliki tabung poros.)

Rumah poros roda belakang memiliki ventilasi untuk mengurangi penumpukan


tekanan dan juga memiliki saluran minyak.

Gambar 3. 20 Rumah Poros Penggerak Roda Belakang Axle Rijid.


152 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Teknik Kendaraan Ringan KK I

1. Aksel Banjo

Gambar 3. 21 Aksel Banjo.

Rumah bantalan lebih kuat menahan gaya ke samping / aksial, biasa digunakan
pada kendaraan sedan, Station dan Jep.

2. Aksel Spicer

Gambar 3. 22 Aksel Spicer.

Rumah bantalan lebih kuat menahan gaya ke samping / aksial roda korona jenis
ini sering digunakan pada jeep dan truk

b. Suspensi belakang axle indipenden

Pada kendaraan yang memiliki suspensi belakang independen, rumah poros


belakang yang digunakan dimodifikasi. Perhatikan bahwa rumah tidak memiliki
tabung poros. Poros penggerak roda dapat memindahkan daya dengan sudut
bervariasi beberapa derajat, Desain ini memungkinkan setiap roda untuk
bergerak secara bebas ke permukaan jalan.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 153


Kegiatan Pembelajaran 3

Sebuah tabung torsi sering digunakan di depan rumah/bodi untuk meningkatkan


kekakuan dan mengurangi getaran.

Gambar 3. 23 Suspensi Belakang Axle Indipenden.

Salah satu contoh untuk konstruksi tersebut adalah Aksel terompet.

Rumah bantalan merupakan satu kesatuan yang kokoh dengan rumah aksel,
jenis ini paling kuat menahan gaya ke samping / aksial roda korona biasanya
digunakan pada jenis kendaraaan berat

Gambar 3. 24 Aksel terompet.

154 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

6. Poros penggerak roda belakang

Poros penggerak roda belakang berfungsi mentransfer daya dari diferensial ke


roda belakang. Ada dua jenis utama desain dari poros penggerak. Salah satunya
adalah poros penggerak solid dan yang kedua adalah poros penggerak
indipenden.

a. Poros penggerak suspense rijid

Setiap poros didukung oleh bantalan poros, disebut juga bantalan roda. Bantalan
poros dipasang pada poros atau di tabung poros.

1. Semi-floating axles

Bantalan dipasang antara pipa aksel dengan poros penggerak aksel dan roda
langsung dipasang pada ujung poros. Pada konstruksi ini poros penggerak
memikul beban vertikal (beban bodi dan muatannya) dan beban dari samping
(pada saat belok).

Gambar 3. 25 Semi-Floating Axles.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 155


Kegiatan Pembelajaran 3

2. Three Quarter Floating

Gambar 3. 26 Three Quarter Floating.

Bantalan dipasang antara pipa aksel dengan roda dan poros penggerak aksel
tidak langsung memikul berat kendaraan, maka

Berat kendaraan dan beban tidak diteruskan ke poros ( Poros tidak menjadi
bengkok oleh berat kendaraan ), tetapi gaya ke samping tetap membuat poros
menjadi bengkok Bila poros patah roda masih ditahan oleh bantalan.

3. Bebas Memikul ( Full Floating )

Gambar 3. 27 Full Floating.

156 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Naf roda terpasang kokoh pada pipa aksel melalui dua buah bantalan dan poros
penggerak aksel hanya berfungsi menggerakkan / memutar roda sehingga berat
kendaraan seluruhnya dijamin / dipikul oleh pipa aksel, tidak diteruskan ke poros
penggerak aksel, gaya ke samping juga tidak diteruskan ke poros penggerak
aksel. Konstruksi ini paling aman / baik karena poros penggerak tidak menahan
berat dan gaya ke samping kendaraan. Mahal dan banyak digunakan pada mobil
berat ( misal: truk dan bus ).

b. Poros penggerak suspensi indipenden

Poros penggerak suspensi indipenden yang digunakan pada kendaraan terdiri


dari poros dengan sendi fleksibel. Sendi Fleksibel memungkinkan setiap roda
untuk bergerak secara independen dari bodi kendaraan satu sama lain.

Gambar 3. 28 Poros penggerak suspensi indipenden

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 157


Kegiatan Pembelajaran 3

D. Aktifitas Pembelajaran

Peserta diklat membaca dengan seksama uraian materi, jika ada yang kurang
jelas peserta dapat bertanya/mendiskusikan dengan fasilitator. Peserta
mengerjakan tugas dan latihan untuk mengetahui tingkat pemahaman materi
yang dibahas. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kemudian
melaksanakan tugas yang ada.

E. Latihan/Tugas

I. Latihan soal soal KP III Gardan.

Kerjakan soal-soal latihan KP III dibawah ini.

1. Yang paling umum terjadi kerusakan pada sistem penggerak roda


belakang adalah….

a. Kerusakan bantalan poros.


b. Keausan pinion gear.
c. Roda gigi planet retak.
d. Terlepas roda gigi cincin dan roda gigi pinion.

2. Setiap berikut ini adalah fungsi utama dari diferensial kecuali :…

a. Menaikan tenaga mesin.


b. Memungkinkan kendaraan untuk membuat belok.
c. Mendukung dan menyelaraskan poros penggerak roda.
d. Mengarahkan aliran daya ke roda belakang.

3. Rasio poros penggerak roda belakang dapat ditemukan dengan


membagi jumlah gigi cincin (ring gear) dengan jumlah gigi pada….

a. Gigi samping
b. Gigi pinion
c. Gigi planet
d. Gigi cicncin

158 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

4. Setiap berikut digunakan untuk mengatur preload bantalan pinion


kecuali :….

a. Spacer yang solid.


b. Washer.
c. Spacer dilipat.
d. Bantalan pinion belakang.

5. Roda gigi cincin (ring gear) mentransfer daya dari gigi pinion ke….

a. Flange pinion
b. Rumah diferensial
c. Pembawa diferensial
d. Yok/Fjans pinion diferensial

6. Masing-masing dari jenis pemasangan bantalan pada poros


penggerak roda belakang ditemukan kecuali:….

a. Poros full-floating.
b. Poros tiga perempat floating.
c. Poros semi-floating.
d. Poros roda secara independen.

7. Penguncian deferensial mengatasi masalah traksi dengan


mengirimkan daya ke ….

a. Roda dengan traksi yag besar


b. Roda kiri dan kanan
c. Roda yang slip
d. Bantalan roda

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 159


Kegiatan Pembelajaran 3

8. Berikut ini adalah penguncian diferensial kecuali:

a. Pengunci deferensial Torsen


b. Pengunci deferensial ratchet
c. Pengunci deferensial limited-slip
d. Pengunci deferensial MacPherson.

II. Tugas LK 03. Tugas praktek KP III Gardan.

A. Lakukan pembongkaran, pemeriksaan dan perakitan pada


penggerak axsel (gardan) sesuai dengan SOP (manual book).

B. Lengkapilah tabel dibawah ini sesuai dengan hasil pemeriksaan.

No Keterangan Gambar Pengukuran


Hasil Standart
1 Ukurlah
celah
kebebesan
kontak gigi
pinion
dengan gigi
krona pada
beberapa
posisi

Posisi 1

Posisi 2

Posisi 3

Posisi 4

160 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Hasil Standart
2 Ukurlah
keolengan
roda gigi
korona

Keolengan roda gigi korona

Hasil Standart
3 Periksa
posisi
kontak gigi
korona
dengan gigi
pinion

Posisi kontak gigi

Hasil Standart
4 Ukurlah
tinggi pinion
dengan
mistar
dalam

Tinggi pinion

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 161


Kegiatan Pembelajaran 3

Hasil Standart
5 Ukurlah
celah antara
gigi planet
dengan
rumah
diferensial

Celah kiri

Celah kanan

Hasil Standart
6 Ukurlah
momen
putar poros

Pipa pembatas baru

Pipa pembatas lama

F. Rangkuman

Secara umum fungsi dari penggerak eksel (roda belakang) adalah :

1. Memperbesar momen mesin.

Jika perbandingan gigi (gear rasio 1 : 1), maka mesin tidak akan mampu
menggerakan kendaraan, karena mesin tidak akan mencapai kisaran rpm yang
paling efisien. Maka untuk alasan ini, gigi cicin dan gigi pinion di desain dapat
memberikan reduksi putaran pada outputnya. Penurunan putaran (reduksi)

162 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

tersebut antara 2 : 1 sampai 5 : 1, tergantung pada ukuran mesin, kendaraan


berat, dan tujuan penggunaan kendaraan.

Perbedaan jumlah gigi pada roda gigi ring dan gigi pinion menyebabkan rasio gigi
(reduksi), sehungga terjadi perubahan kecepatan dan terjadi peningkatan torsi.
Daya dari roda gigi ring mengalir melalui rumah diferensial, roda gigi planet dan
roda gigi samping untuk poros roda penggerak. Dengan demikian poros
penggerak mentransfer daya dari unit diferensial ke roda belakang.

2. Mengubah arah putaran 90 derajat.

Dalam sistem penggerak aksel, tenaga mesin memutar gigi pinion dari
penggerak aksel melalui flans. Gigi pinion memutarkan roda gigi ring. Antara gigi
pinion dan roda gigi ring terjadi perubahan arah putaran 90 °.

3. Menyeimbangkan putaran antar roda kiri dan roda kanan pada saat
kendaraan melintasi belokan.

Jika kendaraan melalui belokan maka putaran roda-roda dalam satu poros akan
berbeda. Sehingga diperlukan suatu sistem yang dapat membuat putaran
perbedaan putaran antar roda kiri dan kanan jika kendaraan melintasi belokan
dan akan sama putarannya jika kendaraan bergerak lurus.

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Guru setelah menyelesaikan latihan dalam modul ini diharapkan mempelajari


kembali bagian-bagian yang belum dikuasai dari modul ini untuk dipahami secara
mendalam sebagai bekal dalam melaksanakan tugas keprofesian guru dan untuk
bekal dalam mencapai hasil pelaksanaan uji kompetensi guru dengan ketuntasan
minimal materi 80%.

Setelah mentuntaskan modul ini maka selanjutnya guru berkewajiban mengikuti


uji kompetensi. Dalam hal uji kompetensi, jika hasil tidak dapat mencapai batas
nilai minimal ketuntasan yang ditetapkan, maka peserta uji kompetensi wajib
mengikuti diklat sesuai dengan grade perolehan nilai yang dicapai.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 163


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Pengembangan Soal

1. Buatlah tiga soal latihan pilihan ganda yang “HOT”. (Higher Order Thinking
Skill)

2. Panduan membuat soal dengan konsep “HOT” dapat dilihat pada materi
pedagogik modul penilaian dan evaluasi pembelajaran kelompok kompetensi
H.

3. Masing-masing soal ditulis di kartu soal.

KISI-KISI PENULISAN SOAL

Satuan Pendidikan :

Mata Pelajaran :

Kompetensi
No. Kelas Materi Indikator Bentuk Soal
Dasar

1.

2.

3.

4.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 165


Pengembangan Soal

4. Contoh soal.

KARTU SOAL

Jenjang : SMK

Mata Pelajaran : Perbaikan Sistem Kopling, Transmisi Dan Gardan

Kelas/ Smt :

Kompetensi : Mendiagnosa Kerusakan Kopling.

Level :2

Materi : Sistem Kopling.

Bentuk Soal : Pilihan Ganda

Pada saat kendaraan mulai berjalan terasa ada hentakan/kejutan (


pada saat pedal kopling mulai dilepas), dapat dipastikan
penyebabnya adalah...
a. Torsion dumper lemah.
b. Pressure plate rusak.
c. Pegas diafragma aus.
d. Kanvas kopling.
Kunci jawaban A

5. Penjelasan :

Soal di atas termasuk level 2, yaitu menuntut peserta didik memiliki


kemampuan aplikatif (Applying). Untuk dapat menyelesaikan soal ini dengan
benar diperlukan pengetahuan dan pemahaman terhadap materi jenis- jenis
kaca kendaraan dan dapat mengaplikasikan gagasan-gagasan dan konsep-
konsep kaca kendaraan dengan menganalisis informasi.

166 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Kunci Jawaban Latihan/Tugas

A. Kunci Jawaban Soal Latihan KP 1

1. Kopling kering plat tunggal.


2. Seal poros engkol belakang aus.
3. Cover clutch.
4. Torsion dumper lemah.
5. Memeriksa kondisi paku keling

B. Kunci Jawaban Soal Latihan KP 2

1. Mengatur perbandingan putaran motor dengan poros penggerak aksel


sehingga menghasilkan momen puntir yang diinginkan.
2. B.
3. Servo type.
4. B.
5. Kondisi komponen kopling.
6. GR = B/A x E/C x D/E
7. 3 tingkat maju, 1 mundur.
8. Helical gears.
9. Sebuah gigi ketiga harus ditambahkan.
10. Tidak bisa meluncur masuk dan keluar dari kontak satu sama lain.
11. Counter shaft.
12. Speed gear.
13. Netral.
14. Gigi lima.
15. Gigi dua
16. Gigi lima.
17. 3rd gear.
18. Counter Shaft
19. 8 kecepatan maju, 2 mundur.
20. High 2.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 167


Kunci Jawaban Latihan/Tugas

C. Kunci Jawaban Soal Latihan KP 3.

1. Kerusakan bantalan poros.


2. Memungkinkan kendaraan untuk membuat belok.
3. Gigi pinion
4. Bantalan pinion belakang.
5. Rumah diferensial
6. Poros roda secara independen.
7. Roda dengan traksi yag besar
8. Pengunci deferensial MacPherson

168 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Evaluasi

A. Soal Evaluasi.

1. Jelaskan fungsi dari kopling.

2. Sebutkan nama-nama koponen pada gambar dibawah.

3. Fungsi transmisi pada kendaraan adalah :


a. Meningkatkan momen puntir poros pnggerak aksel kendaran.
b. Mengatur perbandingan putaran motor dengan poros penggerak aksel
sehingga menghasilkan momen puntir yang diinginkan.
c. Menghubungkan mesin dengan poros pnggerak aksel kendaran.
d. Meneruskan putaran kopling ke sistem pemindah kendaraan.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 169


Evaluasi

4. Posisi transmisi manual pada kendaraan secara skema dapat dilihat pada
gambar dibawah ini, ditunjukkan pada huruf ….

a. A.
b. B.
c. C
d. D.

5. Berikut ini adalah jenis selective gear transmission, kecuali….


a. Sliding mesh type. c. Servo type.
b. Constenmes type. d. Syncronmesh type

6. Pada gambar dibawah tampak hubungan roda gigi, manakah yang


menghasilakan putaran output sama dengan input :

a. D.
b. C.
c. A
d. B.

170 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

7. Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kerja dari transmisi


manual, kecuali :
a. Kondisi komponen kopling.
b. Penyetelan free play pedal kopling.
c. Kondisi unit syncronmesh.
d. Kecepatan kendaraan.
8. Pada gambar dibawah terlihat hubungan roda gigi, untuk mengitung gear ratio
menggunakan rumus….

a. GR = B/A x E/C x D/E


b. GR = B/A x C/E x D/E
c. GR = E/A x C/B x D/E
d. GR = D/A x C/B x E/E
9. Pada gambar dibawah terlihat susunan roda gigi sebuah transmisi manual,
transmisi tersebut mempunyai….

a. 4 tingkat maju, 1 mundur.


b. 5 tingkat maju, 1 mundur.
c. 3 tingkat maju, 1 mundur.
d. 2 tingkat maju, 1 mundur.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 171


Evaluasi

10. Pada gambar dibawah terlihat roda gigi tipe……

a. Spur gears.
b. Helical gears.
c. Double helical gears.
d. Spur bevel gears.
11. Apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan gigi output berputar pada
arah yang sama dengan gigi input….

a. Sebuah gigi ketiga harus ditambahkan.


b. Spur gigi harus digunakan.
c. Dua gigi tambahan harus ditambahkan.
d. Helical gigi harus digunakan.
12. Manakah dari berikut ini adalah kelemahan dari heliks gigi…
a. Bising.
b. Hanya memiliki satu kontak gigi dengan satu sama lain pada suatu
waktu.
c. Tidak bisa meluncur masuk dan keluar dari kontak satu sama lain.
d. Tidak dapat digunakan untuk gigi mundur.

172 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

13. Pada gambar dibawah terlihat hubungan roda gigi, yang ditunjukan no. 4
adalah….

a. Input shaft.
b. Output shaft.
c. 2nd speed gears.
d. Counter shaft.

14. Pada gambar dibawah terlihat unit syncronmesh, yang ditunjukan no. 5
adalah :

a. Speed gear.
b. Clutching teeth.
c. Blocking ring.
d. Synchronizer sleeve.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 173


Evaluasi

15. Pada gambar dibawah terlihat susunan roda gigi pada transmisi manual,
menunjukan pada posisi gigi ….

a. Top gear (top speeds).


b. Fourth gear.
c. Netral.
d. Fifth gear

16. Pada gambar dibawah terlihat susunan roda gigi pada transmisi manual,
menunjukan pada posisi gigi :….

a. Gigi Dua.
b. Gigi empat.
c. Netral.
d. Gigi lima.

174 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

17. Pada gambar disamping terlihat susunan roda gigi pada transmisi manual,
menunjukan pada posisi gigi ….

a. Gigi Top (top speeds).


b. Gigi mundur.
c. Netral.
d. Gigi satu

18. Pada gambar disamping terlihat susunan roda gigi pada transmisi manual,
menunjukan pada posisi gigi :….

a. Gigi top (top speeds).


b. Gigi empat.
c. Netral.
d. Gigi lima.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 175


Evaluasi

19. Pada transmisi dua poros 3 kecepatan, torsi dari poros input melewati poros
counter sebelum ke poros output untuk posisi semua gigi kecuali :

a. 1st gear.
b. 3rd gear.
c. 2nd gear.
d. Reverse gear.

20. Sebuah transaxle memiliki semua komponen berikut, kecuali :

a. Input Shaft.

b. Output Shaft.

c. Synchronizer.

d. Counter Shaft

21. Pada gambar disamping terlihat susunan roda gigi pada transmisi manual,
gambar tersebut menunjukan transmisi mempunyai tingkat kecepatan
sebanyak :….

a. 12 kecepatan maju, 1mundur.


b. 8 kecepatan maju, 1 mundur.
c. 8 kecepatan maju, 2 mundur.
d. 10 kecepatan maju, 1 mundur

176 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

22. Pada gambar disamping terlihat susunan roda gigi pada transmisi manual
penggerak 4 roda (four wheel drive), gambar tersebut menunjukan pada
posisi gigi :….

a. High 2.
b. Low 4.
c. Low 2.
d. High 4

23. Yang paling umum terjadi kerusakan pada sistem penggerak roda
belakang adalah….

a. Kerusakan bantalan poros.


b. Keausan pinion gear.
c. Roda gigi planet retak.
d. Terlepas roda gigi cincin dan roda gigi pinion.

24. Setiap berikut ini adalah fungsi utama dari diferensial kecuali :…

a. Menaikanikan tenaga mesin.


b. Memungkinkan kendaraan untuk membuat belok.
c. Mendukung dan menyelaraskan poros penggerak roda.
d. Mengarahkan aliran daya ke roda belakang.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 177


Evaluasi

25. Rasio poros penggerak roda belakang dapat ditemukan dengan membagi
jumlah gigi cincin (ring gear) dengan jumlah gigi pada….

a. Gigi samping
b. Gigi pinion
c. Gigi planet
d. Gigi cicncin

26. Setiap berikut digunakan untuk mengatur preload bantalan pinion kecuali
:….

a. Spacer yang solid.


b. Washer.
c. Spacer dilipat.
d. Bantalan pinion belakang.

27. Roda gigi cincin (ring gear) mentransfer daya dari gigi pinion k3….

a. Flange pinion
b. Rumah diferensial
c. Pembawa diferensial
d. Yok/Fjans pinion diferensial

28. Masing-masing dari jenis pemasangan bantalan pada poros penggerak


roda belakang ditemukan kecuali:….

a. Poros full-floating.
b. Rzeppa poros roda.
c. Poros semi-floating.
d. Poros roda secara independen ditangguhkan

178 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

29. Penguncian deferensial mengatasi masalah traksi dengan mengirimkan


daya ke ….

a. Roda dengan traksi yag besar


b. Roda kiri dan kanan
c. roda yang slip
d. Bantalan roda

30. Berikut ini adalah penguncian diferensial kecuali:

a. Pengunci deferensial Torsen


b. Pengunci deferensial ratchet
c. Pengunci deferensial limited-slip
d. Pengunci deferensial MacPherson.

31. Yang paling umum terjadi kerusakan pada sistem penggerak roda
belakang adalah….

a. Kerusakan bantalan poros.


b. Keausan pinion gear.
c. Roda gigi planet retak.
d. Terlepas roda gigi cincin dan roda gigi pinion.

32. Setiap berikut ini adalah fungsi utama dari diferensial kecuali :…

a. Menaikanikan tenaga mesin.


b. Memungkinkan kendaraan untuk membuat belok.
c. Mendukung dan menyelaraskan poros penggerak roda.
d. Mengarahkan aliran daya ke roda belakang.

33. Rasio poros penggerak roda belakang dapat ditemukan dengan membagi
jumlah gigi cincin (ring gear) dengan jumlah gigi pada….

a. Gigi samping
b. Gigi pinion
c. Gigi planet
d. Gigi cicncin

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 179


Evaluasi

34. Setiap berikut digunakan untuk mengatur preload bantalan pinion kecuali:

a. Spacer yang solid.


b. Washer.
c. Spacer dilipat.
d. Bantalan pinion belakang.

35. Roda gigi cincin (ring gear) mentransfer daya dari gigi pinion k3….

a. Flange pinion
b. Rumah diferensial
c. Pembawa diferensial
d. Yok/Fjans pinion diferensial

36. Masing-masing dari jenis pemasangan bantalan pada poros penggerak


roda belakang ditemukan kecuali:….

a. Poros full-floating.
b. Rzeppa poros roda.
c. Poros semi-floating.
d. Poros roda secara independen ditangguhkan

37. Penguncian deferensial mengatasi masalah traksi dengan mengirimkan


daya ke ….

a. Roda dengan traksi yag besar


b. Roda kiri dan kanan
c. roda yang slip
d. Bantalan roda

38. Berikut ini adalah penguncian diferensial kecuali:

a. Pengunci deferensial Torsen


b. Pengunci deferensial ratchet
c. Pengunci deferensial limited-slip
d. Pengunci deferensial MacPherson.

180 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

B. Kunci Jawaban Evaluasi

1. Sebuah kopling adalah bagian dari sistem pemindah tenaga yang digunakan
untuk menghubungkan dan memutuskan antara poros penggerak ke poros
yang digerakkan, sehingga poros yang digerakkan dapat berputar atau
berhenti.
2. Nama nama komponen pada gambar dibawah adalah :

1. Clutch Cover.
2. Diafragma Spring.
3. Release Bearing.
4. Pressure Plate.
5. Hub.
6. Flywheel.

3. B
4. B
5. C
6. D
7. D
8. A
9. C
10. B
11. A
12. C
13. D
14. A
15. C
16. D
17. D
18. B
19. B

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 181


Evaluasi

20. D
21. C
22. A
23. A
24. B
25. B
26. D
27. B
28. D
29. A
30. D

182 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Penutup

A. Kesimpulan

Kopling

Sebuah kopling adalah bagian dari sistem pemindah tenaga yang digunakan
untuk menghubungkan dan memutuskan antara poros penggerak ke poros yang
digerakkan, sehingga poros yang digerakkan dapat berputar atau berhenti.
Sebuah aplikasi dari kopling adalah pada kendaraan di mana kopling digunakan
untuk menghubungkan dan memutus putaran mesin ke gear box.

Seperti pada sistem rem, koping juga menggunakan gaya gesek dan
gaya normal. Pada materi ini dibatasi pada kopling aksial.

Jenis-jenis kopling.
1. Positive clutch (Dog clutch).
2. Friction clutch (kopling gesek).
a. Cone clutch (kopling konis).
b. Single plate clutch (kopling plat tumggal).
c. Multi-plate clutch (kopling plat banyak)
d. Diaphragm clutch (kopling pegas disfragma).
3. Hydraulic clutch (Kopling hidrolis).
a. Fluid coupling (Kopling fluida).
b. Hydraulic torque converter.
4. Menurut metode hubungan.
a. Spring types clutch (Tipe kopling pegas).
b. Centrifugal clutch (Kopling sentrifugal).
c. Semi-centrifugal clutch

5. Electro-magnetic clutch (Kopling elektro magnet).

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 183


Penutup

Transmisi

Transmisi adalah bagian dari sistem pemindah tenaga yang mengatur


perbandingan putaran mesin dengan poros penggerak aksel sehingga
menghasilkan momen puntir dan putaran yang diinginkan.
Transmisi dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Transmisi manual.

Transmisi manual digongkan menjadi tiga golongan yaitu :


1. Transmisi dua poros
2. Transmisi tiga poros
3. Transmisi untuk penggerak roda depan dan juga roda belakang (empat roda
penggerak) atau yang sering disebut dengan Four wheel Drive (4WD)

b. Transmisi otomatis.

Transmisi otomatis digolongkan menjadi tiga golongan yaitu :


1. Transmisi otomatis tipe gigi Helikal.
2. Transmisi otomatis tipe gigi Planetari.
3. Transmisi otomatis tipe Continusly Variable Transaxle (CVT).

184 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Transmisi manual.
Transmisi manual adalah hal yang penting dalam driveline pada kendaraan
Komponen-komponen yang terdapat pada synchronizer unit adalah :

No Nama Keterangan

1 Synchronizer cincin sinkronisasi (cincin blocker) terbuat dari kuningan


Ring dan dipasang pada bagian kerucut dari gigi. Sempit alur
dibuat di bagian dalam cincin sinkronisasi guna
memberikan
tindakan kopling yang diperlukan dari gigi. Tiga slot
sama spasi pada permukaan luar sebagai tempat
synchronizer keys.

2 Hub Sleeve Hub Sleeve memiliki alur gigi internal yang berhbungan
dengan alur Hub Clutch. Hub Sleeve terpasang tiga
pegas untuk menekan synchronizer keys.

3 Clutch Hub Clutch Hub terpasang pada poros output dan ditahan
oleh snap ring.

4 Speed Gear Roda gigi kecepatan / roda gigi tingkat dipasang pada
poros output. Sebuah bantalan rol jarum dipasang
antara gigi kecepatan dan poros output, memungkinkan
roda gigi memutar bebas pada poros.

5 Synchronizer Tiga buah kunci sinkronisasi dipasang pada slot di


Keys Clutch hub dan diselaraskan dengan Synchronizer
Ring.

6 Key Springs Dua buah pegas dipasang disetiap sisi clutch hub
untuk memegang Synchronizer Keys di setiap sisi dari
Hub Sleeve.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 185


Penutup

Transfer Case.

Sebuah kendaraan penggerak empat-roda (4WD) memiliki daya dan traksi lebih
baik, karena keempat rodanya sebagai roda penggerak. Untuk itu powertrain
memerlukan sebuah transfer case. Bodi transfer case dipasang pada bagian
belakang transmisi.

Transmisi otomatis.

Keuntungan dari transmisi otomatis :


1. Mengurangi kelelahan pengemudi dengan meniadakan pengoprasian pedal
kopling dan pemindahan gigi.
2. Mencegah mesin dibebani beban yang berlebihan.
3. Membebaskan pengemudi dari teknik pengemudian yang menyulitkan seperti
pengoperasian kopling.

Sebuah transmisi otomatis harus dapat melayani :

1. Fungsi dari kopling ( memutus dan menghubungkan putaran))


2. Memindahkan tenaga dari mesin ke sistem penggerak roda.
3. Menaikan dan pemilihan momen putar yang sesuai

Automatic Transaxle terdiri dari beberapa komponen utama sebagai berikut :

1. Torque converter
2. Planetary gear unit
3. Hydrolic control unit
4. Final drive unit
5. Manual linkage
6. Automatic transmission fluid (ATF)

186 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Cara kerja yang sederhana dari planetary gear set dapat dilihat pada dalam tabel
di bawah.

Putaran
Tertahan Input Output Arah Putaran
Kecepatan Momen

Planetary
Sun Gear Berkurang Bertambah
Carier
Ring Output sama
Gear dengan Input
Planetary
Sun Gear Bertambah Berkuragi
Carier

Ring Planetary
berkurang Bertambah
Gear Carier
Output sama
Sun Gear
dengan Input
Planetary Ring Berkurang
Bertambah
Carier Gear

Ring
Sun Gear Berkurang Bertambah
Gear Output
Planetary
berlawanan
Carier
Ring dengan Inpu
Sun Gear Bertambah Berkurang
Gear

Penggerak aksel
Poros aksel belakang yang digunakan pada roda belakang
kendaraan adalah merupakan akhir dari sistem pemindah tenaga, hal ini sering
disebut final drive. Poros aksel belakang sering keliru disebut diferensial, padahal
diferensial hanya bagian dari poros aksel belakang.

Desain dasar dari poros aksel belakang telah diadopsi oleh semua produsen
kendaraan selama bertahun-tahun. Ada beberapa variasi, tapi semua beroperasi
sesuai dengan prinsip-prinsip dasar yang sama. Perbedaan utama poros aksel
belakang tergantung pada suspensi belakang yang memiliki kendaraan apakah
rigid atau independen.

Secara umum fungsi dari penggerak eksel (roda belakang) adalah :


1. Memperbesar momen mesin.
2. Mengubah arah putaran 90 derajat.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 187


Penutup

3. Menyeimbangkan putaran antar roda kiri dan roda kanan pada saat
kendaraan melintasi belokan.

Rumah aksel belakang

a. Suspensi belakang axle rijid

1. Aksel Banjo
2. Aksel Spicer

b. Suspensi belakang axle indipenden

Poros penggerak roda belakang

c. Poros penggerak suspense rijid

1. Semi-floating axles
2. Three Quarter Floating
3. Bebas Memikul ( Full Floating )

d. Poros penggerak suspensi indipenden

B. Tindak Lanjut

Guru setelah menyelesaikan latihan dalam modul ini diharapkan mempelajari


kembali bagian-bagian yang belum dikuasai dari modul ini untuk dipahami secara
mendalam sebagai bekal dalam melaksanakan tugas keprofesian guru dan untuk
bekal dalam mencapai hasil pelaksanaan uji kompetensi guru dengan ketuntasan
minimal materi 80%.

Setelah mentuntaskan modul ini maka selanjutnya guru berkewajiban mengikuti


uji kompetensi. Dalam hal uji kompetensi, jika hasil tidak dapat mencapai batas
nilai minimal ketuntasan yang ditetapkan, maka peserta uji kompetensi wajib
mengikuti diklat sesuai dengan grade perolehan nilai yang dicapai.

188 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Teknik Kendaraan Ringan KK I

Glosarium

1. Dumper : peredam, penahan, penekan

2. Power flow : aliran tenaga

3. Automatic transmission fluid (ATF) : medium cair yang digunakan dalam


sistem hidrolik transmisi otomatis

4. Moment : ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi terhadap porosnya

5. Overdrive : istilah yang digunakan untuk menggambarkan operasi dari sebuah


mobil pada kecepatan tinggi dimana output transmisi lebih tinggi dari putaran
mesin, menyebabkan konsumsi bahan bakar yang lebih lebih rendah

6. Hidrolis : topik dalam ilmu terapan dan rekayasa berurusan dengan sifat
mekanik dari cairan atau cairan.

7. Traksi : gaya gesek maksimum yang bisa dihasilkan antara dua permukaan
tanpa mengalami slip

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 189


190 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Teknik Kendaraan Ringan KK I

Daftar Pustaka

https://www.google.co.id/search?newwindow

https://www.google.co.id/search?newwindow

https://www.google.co.id/search?newwindow

https://www.google.co.id/search?q

http://www.toyota.com.au/fj-cruiser/features/performance/rear-differential-lock

http://www.slideshare.net/sajaysyadavs/differential-15319120

https://www.google.co.id/search?newwindow
https://www.google.co.id/search?newwindow

http://diyford.com/ford-axle-history-identification-ford-differentials/

http://www.volkspage.net/technik/ssp/ssp/SSP_308.pdf

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 191


192 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
MODUL
PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

KOMPETENSI KEAHLIAN
TEKNIK KENDARAAN RINGAN

TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER


DAN PENGEMBANGAN SOAL

KELOMPOK KOMPETENSI I

PEDAGOGIK:
PEMANFAATAN HASIL PENILAIAN DAN EVALUASI UNTUK
PEMBELAJARAN
Penulis:
Dr. Muljo Rahardjo
Penelaah:
Drs. H. Zainal Abidin, M.Pd.

Desain Grafis dan Ilustrasi:


Tim Desain Grafis

Copyright © 2017
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Otomotif
dan Elektronika
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial tanpa
izin tertulis dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan
Pedagogik KK I

Daftar Isi

Hal

Daftar Isi ............................................................................................................ iii

Daftar Gambar .................................................................................................... v

Daftar Tabel ........................................................................................................ v

Pendahuluan ...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Tujuan ........................................................................................................ 1
C. Peta Kompetensi ........................................................................................ 2
D. Ruang Lingkup ........................................................................................... 2
E. Cara Penggunaan Modul ............................................................................ 3

Kegiatan Pembelajaran 1 Ketuntasan Belajar................................................ 11


A. Tujuan ...................................................................................................... 11
B. Indikator Keberhasilan .............................................................................. 11
C. Uraian Materi ............................................................................................ 11
D. Aktivitas Pembelajaran ............................................................................. 16
E. Latihan...................................................................................................... 16
F. Rangkuman .............................................................................................. 17
G. Balikan dan Tindak Lanjut......................................................................... 18

Kegiatan Pembelajaran 2 Pembelajaran Remedial ........................................ 19


A. Tujuan ...................................................................................................... 19
B. Indikator Keberhasilan .............................................................................. 19
C. Uraian Materi ............................................................................................ 19
D. Aktivitas Pembelajaran ............................................................................. 26
E. Latihan...................................................................................................... 26
F. Rangkuman .............................................................................................. 27
G. Balikan dan Tindak Lanjut......................................................................... 28

Kegiatan Pembelajaran 3 Pembelajaran Pengayaan ..................................... 29


A. Tujuan ...................................................................................................... 29

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | iii


B. Indikator Keberhasilan .............................................................................. 29
C. Uraian Materi ............................................................................................ 29
D. Aktivitas Pembelajaran ............................................................................. 36
E. Latihan...................................................................................................... 36
F. Rangkuman .............................................................................................. 37
G. Balikan dan Tindak Lanjut......................................................................... 38

Kegiatan Pembelajaran 4 Laporan Pencapaian Kompetensi ........................ 39


A. Tujuan ...................................................................................................... 39
B. Indikator Keberhasilan .............................................................................. 39
C. Uraian Materi ............................................................................................ 39
D. Aktivitas Pembelajaran ............................................................................. 51
E. Latihan...................................................................................................... 51
F. Rangkuman .............................................................................................. 53
G. Balikan dan Tindak Lanjut......................................................................... 53

Penutup ............................................................................................................ 55
A. Kesimpulan ............................................................................................... 55
B. Balikan dan Tindak Lanjut......................................................................... 55

Kunci Jawaban Latihan ................................................................................... 57

Evaluasi ............................................................................................................ 59

Daftar Pustaka.................................................................................................. 63

Daftar Lembar Kerja......................................................................................... 65

iv | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

Daftar Gambar

Gambar 0.1 Alur Pembelajaran Tatap Muka ........................................................ 3


Gambar 0.2 Alur Pembelajaran Tatap Muka Penuh ............................................. 4
Gambar 0.3 Alur Pembelajaran Tatap Muka Model In-On-In ............................... 6
Gambar 2.1 Prosedur Perancangan dan Pelaksanaan Pembelajaran Remedial 25
Gambar 3.1 Prosedur Perancangan dan Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan
.......................................................................................................................... 35

Daftar Tabel

Tabel 0.1 Daftar Lembar Kerja Modul .................................................................. 9


Tabel 1.1 Nilai Ketuntasan Pengetahuan dan Keterampilan .............................. 13
Tabel 1.2 Pendataan Ketuntasan Belajar Peserta Didik ..................................... 14
Tabel 2.1 Analisis Kelemahan Peserta Didik Kategori Belum Tuntas ................. 23
Tabel 3.1 Identifikas Minat Peserta Didik Kategori Tuntas ................................. 33

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | v


vi | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Pedagogik KK I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Kegiatan peniaian dan evaluasi pembelajaran selalu dilakukan pendidik untuk


mengetahui sejauh mana penguasaan kompetensi oleh peserta didik. Hal ini
dilakukan sebagai rasa tanggung jawab yang harus menyampaikan hasil
penilaian dan evaluasi pembelajaran kepada pemangku kepentingan di satuan
pendidikan (sekolah). Namun manfaat hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran
tidak hanya sebatas itu.

Hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan untuk
melakukan tindakan remedial dan pengayaan. Namun harus disesuaikan dengan
nilai ketuntasan belajar, apakah pencapaian kompetensi peserta didik sudah
memenuhi atau belum. Bila sudah memenuhi, akan dilakukan tindakan
pengayaan. Namun bila masih belum memenuhi ketuntasan belajar, peserta
didik harus memperoleh tindakan remedial.

Menyadari betapa pentingnya pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi


pembelajaran bagi pendidik, maka modul “Pemanfaatan Penilaian dan Evaluasi
Pembelajaran” ini disiapkan. Hal ini dilakukan agar pemanfaatan hasil penilaian
dan evaluasi dapat dilakukan dengan tepat. Juga perlu didukung sikap-sikap
jujur, cermat, terbuka, adil, toleran, dan obyektif. Sehingga pemanfaatan hasil
penilaian dan evaluasi dapat diperoleh secara maksimal.

B. Tujuan

Secara umum, tujuan disusunnya modul ini adalah memberikan bekal


penguasaan kepada peserta diklat dalam Pemanfaatan Hasil Penilaian dan
Evaluasi Pembelajaran. Sikap yang harus dimiliki saat mengaplikannya adalah
rasa tanggungjawab, mandiri, dan cermat. Rincian kompetensi yang harus
dikuasai, dan indikator keberhasilan yang dijadikan acuan, diuraikan di bawah ini.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 1


Pendahuluan

C. Peta Kompetensi

POSISI MODUL

KODE UNIT
NAMA UNIT KOMPETENSI
KOMPETENSI
PED0100000-00
Perkembangan Peserta Didik
PED0200000-00
Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran yang mendidik
PED0300000-00 Pengembangan Kurikulum

PED0400000-00
Pembelajaran Yang Mendidik
PED0500000-00 Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
dalam Pembelajaran
PED0600000-00
Pengembangan potensi peserta didik
PED0700000-00
Komunikasi efektif
PED0800000-00
Penilaian dan evaluasi pembelajaran
PED0900000-00
Pemanfaataan hasil penilaian dan evaluasi
pembelajaran
PED0100000-00
Tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.

D. Ruang Lingkup

Dalam mempelajari materi pelatihan ini, ada empat materi pokok yang harus
dikuasai yaitu:
1. Ketuntasan Belajar
2. Pembelajaran Remedial
3. Pembelajaran Pengayaan
4. Laporan Pencapaian Kompetensi

2 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

E. Cara Penggunaan Modul

Secara umum, penggunaan modul pada setiap Kegiatan Pembelajaran


disesuaikan dengan kondisi letak geografis unit kerja peserta dan karakteristik
mata diklat. Modul ini dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran guru, baik
untuk moda tatap muka dengan model tatap muka penuh maupun model tatap
muka In-On-In. Alur model pembelajaran secara umum dapat dilihat pada bagan
dibawah.

Gambar 0.1 Alur Pembelajaran Tatap Muka

1. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka Penuh

Kegiatan pembelajaran diklat tatap muka penuh adalah kegiatan fasilitasi


peningkatan kompetensi guru melalui model tatap muka penuh yang
dilaksanakan oleh unit pelaksana teknis dilingkungan ditjen. GTK maupun
lembaga diklat lainnya. Kegiatan tatap muka penuh ini dilaksanan secara
terstruktur pada suatu waktu yang di pandu oleh fasilitator.

Tatap muka penuh dilaksanakan menggunakan alur pembelajaran yang dapat


dilihat pada alur di bawah ini. (gambar 0.2)

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 3


Pendahuluan

Gambar 0.2 Alur Pembelajaran Tatap Muka Penuh

Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model tatap muka penuh dijelaskan di
bawah ini.

a. Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan fasilitator memberi kesempatan kepada peserta
diklat untuk mempelajari:
 latar belakang yang memuat gambaran materi
 deskripsi singkat tentang materi
 tujuan kegiatan pembelajaran secara menyeluruh
 materi pokok dalam modul

b. Mengkaji Materi
Pada kegiatan mengkaji materi modul, fasilitator memberi kesempatan kepada
guru sebagai peserta untuk mempelajari materi yang diuraikan secara singkat
sesuai dengan indikator kenerhasilan yang harus dicapai.
Guru sebagai peserta dapat mempelajari materi secara individual maupun
berkelompok dan dapat mengkonfirmasi permasalahan kepada fasilitator.

4 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

c. Melakukan aktivitas pembelajaran


Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan dipandu oleh fasilitator.
Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran menggunakan pendekatan
yang secara langsung berinteraksi di kelas pelatihan bersama fasilitator dan
peserta lainnya. Baik itu melalui diskusi, simulasi, praktik, latihan, maupun studi
kasus yang dilakukan melalui lembar kerja.

Lembar kerja pada pembelajaran tatap muka penuh digunakan sebagai sarana
pemahaman materi-materi yang telah disusun sesuai dengan indikator
keberhasilan yang harus dicapai.

Pada aktivitas pembelajaran ini, peserta secara aktif menggali informasi,


mengumpulkan dan mengolah data, dan kemudian membuat kesimpulan sesuai
dengan isi materi yang dikaji.

d. Presentasi dan Konfirmasi


Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi hasil kegiatan, sedangkan
fasilitator melakukan konfirmasi terhadap materi, dan memandu pembahasan
bersama. Pada bagian ini peserta dan penyaji me-review materi berdasarkan
seluruh kegiatan pembelajaran

e. Persiapan Tes Akhir


Pada bagian ini fasilitator didampingi oleh panitia menginformasikan tes akhir
yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang dinyatakan layak mengikuti tes.

2. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka In-On-In


Kegiatan diklat tatap muka dengan model In-On-In adalan kegiatan fasilitasi
peningkatan kompetensi guru yang menggunakan tiga kegiatan utama, yaitu In
Service Learning 1 (In-1), on the job learning (On), dan In Service Learning 2 (In-
2). Secara umum, kegiatan pembelajaran diklat tatap muka In-On-In tergambar
pada Alur Pembelajaran Tatap Muka Model In-On-In (gambar 0.3)
Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model In-On-In dapat dijelaskan di
bawah ini.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 5


Pendahuluan

a. Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan fasilitator memberi kesempatan kepada peserta
diklat untuk mempelajari:
 latar belakang yang memuat gambaran materi
 deskripsi singkat tentang materi
 tujuan kegiatan pembelajaran secara menyeluruh
 materi pokok dalam modul

Gambar 0.3 Alur Pembelajaran Tatap Muka Model In-On-In

b. In Service Learning 1 (IN-1)


Kegiatan pembelajaran pada In Service Learning 1 (IN-1), dilakukan secara tatap
muka. Yang terdiri atas kegiatan mengkaji materi dan melakukan aktivitas
pembelajaran. Adapun penjelasannya diuraikan dibawah ini.

6 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

1) Mengkaji Materi
Pada kegiatan mengkaji materi modul, fasilitator memberi kesempatan kepada
guru sebagai peserta untuk mempelajari materi yang diuraikan secara singkat
sesuai dengan indikator keberhasilan yang harus dicapai.

Guru sebagai peserta dapat mempelajari materi secara individual maupun


berkelompok dan dapat mengkonfirmasi permasalahan kepada fasilitator.
Ketekunan dan kerjasama yang baik antar peserta akan mempermudah
pemahaman terhadap materi.

2) Melakukan aktivitas pembelajaran


Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan dipandu oleh fasilitator.
Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran menggunakan pendekatan
yang secara langsung berinteraksi di kelas pelatihan bersama fasilitator dan
peserta lainnya. Baik itu melalui diskusi, simulasi, praktik, latihan, maupun studi
kasus yang dilakukan melalui lembar kerja yang disusun untuk kegiatan In 1.

Pada aktivitas pembelajaran ini, peserta secara aktif menggali informasi,


mengumpulkan dan mengolah data, dan kemudian membuat kesimpulan sesuai
dengan isi materi yang dikaji. Selanjutnya mempersiapkan rencana pembelajaran
untuk kegiatan On the Job Learning.

c. On the Job Learning (ON)


Kegiatan pembelajaran pada On the Job Learning (ON) dilakukan secara mandiri
di sekolah. Yang terdiri atas kegiatan mengkaji materi dan melakukan aktivitas
pembelajaran. Adapun penjelasannya diuraikan dibawah ini.

1) Mengkaji Materi
Pada kegiatan mengkaji materi modul, guru sebagai peserta mempelajari
kembali materi yang telah diuraikan pada In Service Learning 1 (IN1). Guru
sebagai peserta, mempelajari kembali materi sebagai bekal dalam mengerjakan

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 7


Pendahuluan

tugas-tugas yang ditagihkan pada kegiatan On the Job Learning (ON).


Ketekunan dan ketelitian akan sangat membantu keberhasilan pada kegiatan ini.

2) Melakukan aktivitas pembelajaran


Peserta melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah maupun di kelompok kerja
berdasarkan rencana yang telah disusun pada IN1. Pada kegiatan ini peserta
melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rambu-rambu atau instruksi
yang tertera pada modul. Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui diskusi,
simulasi, praktik, latihan, maupun studi kasus mengacu pada lembar kerja. Hal ini
dilakukan untuk memenuhi tagihan kegiatan On the Job Learning (ON). Sikap
tekun dan cermat sangat diperlukan pada kegiatan ini.

d. In Service Learning 2 (IN-2)


Pada kegiatan ini peserta mempresentasikan semua hasil tagihan ON, yang
kemudian dikonfirmasi oleh fasilitator. Dan selanjutnya dilakukan pembahasan
bersama. Pada bagian ini peserta dan penyaji me-review materi berdasarkan
seluruh kegiatan pembelajaran. Sikap jujur, terbuka, toleran, dan serius sangat
diperlukan pada kegiatan ini.

e. Persiapan Tes Akhir


Pada bagian ini fasilitator didampingi oleh panitia menginformasikan tes akhir
yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang dinyatakan layak mengikuti tes.

3. Lembar Kerja
Kegiatan pembelajaran untuk pemahaman dan pendalaman/penguatan modul,
mengacu pada lembar kerja yang telah dipersiapkan. Pada modul
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Kelompok Komptetansi I,
Pedagogi: “Pemanfaatan Hasil Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran” telah
disiapkan lembar kerja yang tertullis pada tabel 0.1 di bawah ini.

8 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

Tabel 0.1 Daftar Lembar Kerja Modul

No. Kode LK Nama LK Keterangan

1 LK.1 Ketuntasan Belajar TM, IN1, ON

2 LK.2 Pembelajaran Remedial TM, IN1, ON

3 LK.3 Pembelajaran Pengayaan TM, IN1, ON

4 LK.4 Laporan Pencapaian Kompetensi TM, IN1, ON

Keterangan.
TM : Digunakan pada Tatap Muka Penuh
IN1 : Digunakan pada In service learning 1
ON : Digunakan pada on the job learning

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 9


Pendahuluan

10 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

Kegiatan Pembelajaran 1
Ketuntasan Belajar

A. Tujuan

Peserta diklat memahami pengertian dan tujuan ketuntasan belajar, serta nilai
ketuntasan belajar, dari hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran pada kegiatan
pembelajaran yang diampu. Dan dapat mengaplikasikannya dengan rasa
tanggungjawab, dan cermat.

B. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan materi pokok 1 “Ketuntasan Belajar”, meliputi:


1. Informasi hasil penilaian dan evaluasi digunakan untuk menentukan
ketuntasan belajar.
2. Hasil penentuan ketuntasan belajar diklasifikasikan ke dalam kelompok
tuntas dan belum tuntas.

C. Uraian Materi

Materi ketuntasan belajar terurai dalam dua sub materi, yaitu: (1) Pengertian dan
Tujuan Ketuntasan Belajar, dan (2) Nilai Ketuntasan Belajar.

1. Pengertian dan Tujuan Ketuntasan Belajar


Sub materi Pengertian dan Tujuan Ketuntasan Belajar terdiri atas dua bahasan,
yaitu: pengertian ketuntasan belajar dan tujuan ketuntasan belajar.

a. Pengertian Ketuntasan Belajar


Ketuntasan belajar adalah terselesaikannya suatu proses pembelajaran setelah
pemenuhan atau pencapaian persyaratan minimal kompetensi yang harus
dikuasai. Proses untuk pencapaian ketuntasan belajar, ada yang menyebutnya
sebagai proses Belajar Tuntas (Mastery Learning). Proses pembelajaran

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 11


Kegiatan Pembelajaran 1

dilakukan secara bertahap (setahap demi setahap), tahap lanjutan akan


dilakukan bila tahap sebelumnya sudah dikuasai dengan kriteria yang ditetapkan.
Penguasaan setiap tahapan, adalah pada lingkup kompetensi dasar. Sehingga
setiap kompetensi yang dipelajari harus sudah dikuasai oleh peserta didik
berdasarkan kriteria yang ditetapkan, sebelum dilanjutkan pada kompetensi
berikutnya. Proses pembelajaran ini sangat cocok untuk pendidikan kejuruan,
dengan berbagai tuntutan yang harus dipenuhi.

b. Tujuan Ketuntasan Belajar


Penentuan ketuntasan belajar memiliki tujuan di bawah ini.
1) Menentukan ukuran ketercapaian minimal, adalah kegiatan membuat
kesepakatan target minimal yang harus dicapai peserta didik,
berdasarkan hasil analisis prestasi hasil belajar. Ukuran ini selanjutnya
dijadikan sebagai acuan penentuan kategori prestasi.
2) Memetakan penguasaan kompetensi, yaitu melakukan klasifikasi
terhadap prestasi hasil belajar peserta didik, sehingga dapat diketahui
berapa jumlah peserta didik yang masuk pada kategori “tuntas” dan
berapa pula peserta didik yang masih berada pada kategori “belum
tuntas”.

2. Nilai Ketuntasan Belajar


Sub materi Nilai Ketuntasan Belajar terdiri atas dua bahasan, yaitu: Kategori
Ketuntasan Belajar dan Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal.

a. Kategori ketuntasan belajar


Data ketuntasan belajar sangat bermanfaat bagi pendidik khususnya, dan satuan
pendidikan pada umumnya. Karena dari data tersebut dapat diklasifikasikan
menjadi dua kategori, yaitu “Tuntas” dan “Belum Tuntas”. Merujuk pada Panduan
Penilaian Hasil Belajar pada SMK (2017), ketuntasan belajar telah ditentukan
sebagai berikut:
1) Ketuntasan belajar untuk kompetensi pengetahuan ditetapkan dengan
skor rerata, minimal 70
2) Ketuntasan belajar untuk kompetensi keterampilan ditetapkan dengan
capaian optimum, minimal 70

12 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

3) Ketuntasan belajar untuk kompetensi sikap ditetapkan berdasarkan


modus dengan predikat minimal Baik (B)

Nilai ketuntasan kompetensi pengetahuan dan keterampilan dituangkan dalam


bentuk angka dan huruf, yakni 0 sd 100 untuk angka yang ekuivalen dengan
huruf D sd A sebagaimana tertera pada tabel berikut (tabel 1.1)

Tabel 1.1 Nilai Ketuntasan Pengetahuan dan Keterampilan

Nilai Ketuntasan Predikat


Pengetahuan dan Keterampilan
86 - 100 A Sangat Baik
70 - 85 B Baik
<70 K Kurang

Nilai ketuntasan kompetensi sikap dituangkan dalam bentuk predikat, yakni


predikat Sangat Baik (A), Baik (B), dan Kurang (K). Ketuntasan belajar nilai sikap
minimal (B). Konversi skor angka ke huruf dapat dilihat pada tabel 1.1.

Penentuan ketuntasan belajar untuk kompetensi pengetahuan berdasarkan skor


rerata, dan penentuan ketuntasan belajar untuk kompetensi keterampilan
berdasarkan capaian optimum. Sedangkan untuk penentuan kompetensi sikap
berdasarkan modus, karena sikap yang ditunjukkan oleh seseorang merupakan
suatu kecenderungan. Sebagai contoh ketika ada peserta didik yang sering
datang terlambat, maka dia dikategorikan “malas”. Begitu pula sebaliknya.
Sehingga pengkategorian sikap lebih tepat kalau menggunakan modus (yang
sering nampak). Namun yang tidak boleh dilupakan adalah kecenderungan di
waktu-waktu akhir. Jika dulu sering terlambat, namun kalau pada waktu-waktu
akhir cenderung bersikap rajin, maka perubahan itu harus dihargai. Itu
merupakan perkembangan yang positif. Pendataan kategori ketuntasan belajar
peserta didik dapat dilakukan dengan menggunakan tabel 1.2.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 13


Kegiatan Pembelajaran 1

Tabel 1.2 Pendataan Ketuntasan Belajar Peserta Didik

No. Nama Prestasi KKM Tuntas Belum


Belajar Tuntas
1
2
3
...

Jumlah (∑)
Catatan:
 Prestasi belajar, diisi nilai.
 Kategori “Tuntas” dan “Belum Tuntas”, diisi dengan contreng (√)

Dengan menggunakan tabel 1.2. (Pendataan Ketuntasan Belajar Peserta Didik),


dapat diperoleh jumlah kelompok peseta didik yang berada pada kategori
“Tuntas” dan “Belum Tuntas”. Untuk kelompok “Belum Tuntas” ditindaklanjuti
dengan tindakan Pembelajaran Remedial., sedangkan untuk kelompok “Tuntas”
ditindaklanjuti dengan tindakan Pembelajaran Pengayaan.

b. Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal


Pada Permendikbud no. 23 tahun 2016 dinyatakan bahwa, Kriteria Ketuntasan
Minimal yang selanjutnya disebut KKM adalah kriteria ketuntasan belajar yang
ditentukan oleh satuan pendidikan, mengacu pada standar kompetensi lulusan.
Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mempertimbangkan aspek: intake
(kemampuan peserta didik), kompleksitas mata pelajaran, dan kondisi satuan
pendidikan.

1) Intake (kemampuan peserta didik).


Intake (kemampuan peserta didik) mencakup semua potensi dan prestasi yang
dimiliki oleh para peserta didik. Selanjutnya potensi dan prestasi hasil belajar
yang telah dicapai oleh peserta didik dijadikan pertimbangan dalam penentuan
kriteria ketuntasan minimal. Potensi peserta didik dapat dijaring melalui tes

14 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

potensial akademik, sedangkan untuk prestasi hasil belajar dapat diperoleh


melalui tes pengetahuan dan keterampilan. Hasil yang digunakan sebagai
pertimbangan adalah hasil rata-rata yang telah dicapai oeh peserta didik.
Semakin tinggi potensi dan prestasi peserta didik, akan semakin tinggi pula nilai
KKM nya.

2) Kompleksitas Mata Pelajaran


Kompleksitas mata pelajaran mecakup tuntutan pada kompetensi dasar yang
harus dikuasai. Sehingga tingkat kesulitan, kedalaman, dan keluasan pada
kompetensi dasar menjadi pertimbangan dalam menentukan kriteria ketuntasan
minimal. Semakin tinggi kompleksitas mata pelajaran, akan semakin rendah nilai
KKM nya. Begitu pula sebaliknya, bila kompleksitas mata pelajaran rendah, maka
nilai KKM nya tinggi. Namun bila kompleksitas mata pelajaran sedang, maka nilai
KKM nya juga sedang.

3) Kondisi Satuan Pendidikan


Kondisi satuan pendidikan mencakup kualitas pendidik dan semua perangkat
penunjang keberhasilan pembelajaran (misal: laboratorium, media pembelajaran,
lingkungan belajar, perpustakaan, dsb.). Sehingga semakin tinggi kondisi satuan
pendidikan, akan semakin tinggi pula nilai KKM nya.

Dukungan manajemen yang berupa kebijakan kepala sekolah beserta komite


sekolah, dan kerjasama antar pendidik sangat diperlukan. Begitu pula kerjasama
dengan dunia usaha/industri dan masyarakat. Tindakan ini sangat diperlukan
saat menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) satuan pendidikan. Hal ini
juga dinyatakan pada Permendikbud No.23 Th 2016 pasal 10 ayat 1a bahwa:
“penetapan KKM yang harus dicapai peserta didik melalui rapat dewan pendidik.”

Penentuan skor aspek yang dipertimbangkan dalam penentuan KKM, dilakukan


berdasarkan kesepakatan. Namun untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),
KKM telah ditrentukan berdasarkan Panduan Penilaian Hasil Belajar SMK, yaitu
70. Karena itu Sekolah (SMK) tinggal menindaklanjuti saja, karena nilai KKM 70
sudah cukup tinggi.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 15


Kegiatan Pembelajaran 1

D. Aktivitas Pembelajaran

Kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta diklat dalam aktivitas pembelajaran
adalah mempelajari modul secara cermat, baik mandiri maupun kelompok.
Kegiatan dilakukan dengan cara membaca, merangkum berdiskusi dengan
teman sejawat, presentasi, mengerjakan latihan / kasus / tugas, dan merefleksi
diri. Kegiaan diwujudkan dalam bentuk mengerjakan Lembar Kerja 1. Ketuntasan
Belajar.

E. Latihan

Peserta diklat diminta mengerjakan soal latihan secara mandiri. Silahkan


membaca soal dengan cermat, kemudian piilih satu jawaban yang dianggap
paling benar, dengan cara memberi tanda silang (X).

1. Ketuntasan penguasaan substansi/kompetensi merupakan tingkat


penguasaan peserta didik pada ....
A. kompetensi dasar
B. mata pelajaran
C. kelompok kompetensi
D. kelompok mata pelajaran

2. Ketuntasan belajar kompetensi sikap ditentukan berdasarkan modus,


karena kompetensi sikap sifatnya....
A. sulit diamati
B. pembawaan
C. kecenderungan
D. mudah berubah

16 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

3. Prestasi belajar peserta didik pada kompetensi tertentu (x) diperoleh hasil
sebagai berikut: Adi: 76; Marcel: 77, Supardi: 69; Anita: 70; Monita: 73,
Suparmi: 71; Adang: 74; Wandi: 68; Marwan: 70; Akbar: 75. Bila nilai
ketuntasan belajar minimal adalah 71. Berdasarkan data tersebut, dapat
dituliskan sebagai berikut ....
A. tuntas 4, belum tuntas 6
B. tuntas 6, belum tuntas 4
C. tuntas 8, belum tuntas 2
D. tuntas 3, belum tuntas 7

4. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) satuan pendidikan harus ditentukan oleh


sekolah. Salah satu persyaratannya adalah kualitas pendidik. Hal ini harus
dipenuhi karena pendidik memiliki peran penting dalam ....
A. penanganan hubungan masyarakat
B. pendampingan peserta didik di kelas
C. pengorganisasian kurikulum di sekolah
D. pengembangan kualitas pembelajaran

5. Ketuntasan belajar kompetensi keterampilan ditentukan berdasarkan ....


A. kondisi normal
B. kondisi terbaik
C. capaian rerata
D. capaian optimum

F. Rangkuman

Ketuntasan belajar adalah terselesaikannya suatu proses pembelajaran setelah


pemenuhan atau pencapaian persyaratan minimal kompetensi yang harus
dikuasai. Merujuk pada Permendikbud no. 23 tahun 2016, penentuan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) mempertimbangkan aspek: intake (kemampuan
peserta didik), kompleksitas mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan.
Berdasarkan Panduan Penilaian Hasil Belajar SMK (2017), ketuntasan belajar
untuk kompetensi pengetahuan ditetapkan dengan skor rerata. Ketuntasan
belajar untuk kompetensi keterampilan ditetapkan dengan capaian optimum 70.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 17


Kegiatan Pembelajaran 1

Ketuntasan belajar untuk kompetensi sikap ditetapkan berdasarkan modus


dengan predikat Baik (B). Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Satuan
Pendidikan ditentukan berdasarkan nilai KKM mata pelajaran terendah

G. Balikan dan Tindak Lanjut

1. Balikan
a. Hal-hal apa saja yg sudah saudara kuasai berdasarkan pemahaman dan
pengalaman yang berkaitan dengan materi materi Ketuntasan Belajar ?
b. Hal-hal apa saja yg masih belum saudara kuasai berdasarkan
pemahaman dan pengalaman yang berkaitan dengan materi Ketuntasan
Belajar ?
c. Saran apa yang dapat saudara sampaikan terkait dengan proses
pembahasan materi Ketuntasan Belajar agar kegiatan berikutnya lebih
baik / lebih berhasil ?

2. Tindak lanjut
Peserta dinyatakan berhasil dalam mempelajari materi ini apabila telah mampu
menjawab soal-soal evaluasi / latihan dalam materi ini, tanpa melihat atau
membuka materi dengan nilai minimal 75. Bagi yang belum mencapai nilai
minimal 75 diharapkan untuk lebih giat mendalami lagi dengan cermat, tekun,
dan terprogram, sehingga dapat memperoleh nilai minimal 80. Melakukan
pembahasan bersama pendidik yang lain, sangat disarankan agar kedalaman
pemahaman dapat diperoleh.

18 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

Kegiatan Pembelajaran 2
Pembelajaran Remedial

A. Tujuan

Peserta diklat memahami pengertian dan tujuan remedial pembelajaran,


perancangan program kegiatan pembelajaran remedial, dan pelaksanaan
kegiatan pembelajaran remedial pada mata pelajaran yang diampu. Dan dapat
mengaplikasikannya secara mandiri, dan dengan cermat.

B. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan materi pokok 2 “ Pembelajaran Remedial ” adalah:


1. Informasi hasil penilaian dan evaluasi digunakan untuk merancang program
remedial.
2. Hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran dimanfaatkan sebagai bahan
pertimbangan perbaikan penyusunan rancangan pelaksanaan pembelajaran
yang akan dilakukan selanjutnya.

C. Uraian Materi

Materi Pembelajaran Remedial diuraikan dalam dua sub materi, yaitu: (1)
Pengertian dan Tujuan Remedial Pembelajaran, (2) Perancangan dan
Pelaksanaan Remedial Pembelajaran.

1. Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Remedial


Sub materi 1 “Pengertian dan Tujuan Remedial Pembelajaran diuraikan dalam
dua unsur, yaitu: Pengertian Remedial Pembelajaran , dan Tujuan Remedial
Pembelajaran.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 19


Kegiatan Pembelajaran 2

a. Pengertian Pembelajaran Remedial


Prestasi hasil belajar peserta didik, walaupun disampaikan oleh pendidik (guru)
yang sama, hasilnya belum tentu sama. Ada sebagian yang hasilnya di atas
ketuntasan belajar, namun ada sebagian yang masih di bawah ketuntasan
belajar. Salah satu penyebabnya adalah, adanya keragaman dari peserta didik.
Ada peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata kelas, namun ada
pula peserta didik yang kemampuannya di bawah rata-rata kelas. Begitu pula
lingkungan yang ada di sekitar para peserta didik tersebut. Ada yang sangat
mendukung, namun ada pula yang kurang mendukung. Sehingga wajar kalau
prestasi hasil belajar yang diperoleh peserta didik berbeda-beda pula.

Menghadapi kenyataan ini, pendidik perlu bertindak bijak. Yakni melakukan


tindakan perbaikan untuk peserta didik yang prestasi hasil belajarnya di bawah
nilai ketuntasan belajar tersebut. Tindakan ini disebut sebagai kegiatan
pembelajaran remedial.

Istilah remedial berasal dari kata “remedy” yang memiliki arti “menyembuhkan”.
Dalam pengertian yang lebih umum, banyak orang yang mengartikan remedial
sebagai tindakan perbaikan. Memang kegiatan remedial di sekolah sering
dilakukan melaui perbaikan-perbaikan, baik terhadap cara memberikan
penjelasan maupun perangkat yang digunakan. Hal ini dilakukan untuk
peningkatan prestasi hasil belajar.

Menyimak beberapa kegiatan yang dilakukan para pendidik di sekolah dan asal
kata istilah remedial, dapat diperoleh definisi pembelajaran remedial. Yaitu,
pembelajaran remedial merupakan tindakan lanjutan berupa kegiatan perbaikan
yang dilakukan oleh pendidik untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami
oleh peserta didik berdasarkan prestasi hasil belajar.

20 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

b. Tujuan Pembelajaran Remedial


Secara umum tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran remedial meliputi:
mengatasi kesulitan belajar, meningkatkan penguasaan kompetensi,
meningkatkan prestasi hasil belajar (agar memenuhi ketuntasan belajar), dan
melakukan percepatan belajar.

1) Membantu mengatasi kesulitan belajar.


Maksudnya adalah melakukan kegiatan untuk mempermudah penjelasan,
menyederhanakan peristilahan, dan menambah contoh-contoh, serta menambah
frekuensi berlatih. Sehingga melalui kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan
efektivitas proses belajar.

2) Meningkatkan penguasaan kompetensi.


Dengan kemudahan yang diciptakan saat pemebelajaran remedial, diharapkan
penguasaan kompetensi akan dapat dicapai dengan lebih mudah. Sehingga
peningkatan penguasaan kompetensi akan dicapai.

3) Meningkatkan prestasi hasil belajar.


Apabila penguasaan kompetensi dapat dicapai dengan cara yang mudah, maka
prestasi hasil belajar dapat ditingkatkan tanpa menemui banyak kesulitan.
Sehingga pencapaian nilai ketuntasan belajar dapat dicapai secara maksimum.

4) Melakukan percepatan pembelajaran


Maksudnya adalah, bila pembelajaran remedial dilakukan sejak dini dan
konsisten, maka kesulitan belajar peserta didik akan terdeteksi secara dini pula.
Sehingga perbaikan demi perbaikan dapat dilakukan lebih awal, yang pada
akhirnya ketuntasan demi ketuntasan belajar berikutnya dapat dicapai dengan
lebih mudah.

2. Perancangan dan Pelaksanaan Pembelajaran Remedial


Sub materi 2, Perancangan dan Pelaksanaan Pembelajaran Remedial diuraikan
dalam dua unsur, yaitu: Perancangan Pembelajaran Remedial, dan Pelaksanaan
Pembelajaran Remedial.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 21


Kegiatan Pembelajaran 2

a. Perancangan Program Pembelajaran Remedial


Kegiatan perancangan program pembelajaran remedial terdiri atas empat
kegiatan, yaitu: pendataan prestasi hasil belajar, analisis kelemahan peserta
didik, pengelompokan jenis kelemahan/kesulitan, dan penyusunan program
perbaikan.

1) Pendataan Prestasi Hasil Belajar


Kegiatan analisis prestasi hasil belajar adalah mendata prestasi hasil belajar
yang diperoleh peserta didik. Yaltu dengan mengisi tabel 1.2, sehingga dapat
diketahui jumlah peserta didik yang masuk pada kategori “Tuntas” dan “Belum
Tuntas”. Selanjutnya peserta didik yang masuk dalam kategori “Belum Tuntas”
inilah yang menjadi amatan untuk kegiatan pembelajaran remedial.

2) Analisis kelemahan peserta didik


Kegiatan analisis dapat dilakukan dengan mengisi tabel 2.1, sehingga pendidik
dapat mengumpulkan data jenis kesulitan yang dialami peserta didik,
berdasarkan prestasi hasil belajar mereka. Dan pada materi atau sub kompetensi
apa saja yang masih belum dikuasai. Pembelajaran remedial akan efektif, bila
dilakukan pemetaan kelemahan pada setiap kompetensi dasar. Sehingga
tindakan perbaikan menjadi lebih fokus.

3) Pengelompokan jenis kelemahan/kesulitan


Pengelompokan jenis kelemahan/kesulitan yang dialami peserta didik harus
dilakukan. Hal ini untuk memudahkan pendidik dalam melakukan tindakan
perbaikan pembelajaran. Tindakan perbaikan menjadi lebih fokus, sehingga hasil
pembelajaran menjadi lebih efektif.

4) Penyusunan program perbaikan


Setelah melakukan analsis prestasi dan pengelompokan jenis kesulitan, pendidik
membuat program. Program tersebut mencakup jadwal pelaksanaan, strategi
pembelajaran, dan tempat kegiatan pembelajaran dilakukan. Waktu harus
ditentukan, apakah di dalam atau di luar jam belajar. Strategi bisa diwujudkan
dalam bentuk penyesuaian metode, penambahan media, dan pengelolaan
peserta didik (perorangan atau kelompok)

22 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

Tabel 2.1 Analisis Kelemahan Peserta Didik Kategori Belum Tuntas

No. Nama Materi Kurang Persentase Catatan


Dikuasai (%)
1
2
3
...

Catatan:
 Pengisian tabel ini adalah tindaklanjut dari pengisian Tabel1.2
 Materi Kurang Dikuasai, diisi materi yang masih belum dikuasai pada salah satu
kompetensi dasar.
 Persentase, diisi jumlah perkiraan dalam persen (%)
 Catatan, diisi tanda kelompok (mis. A, B, C, dsb) berdasarkan kesamaan jenis
materi yang kurang dikuasai. Isian ini akan dijadikan dasar pembentukan kelompok
pembelajaran remedial. Atau diisi tindakan perbaikan yang relevan.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Remedial


Pelaksanaan pembelajaran remedial merupakan kegiatan implementasi dari
perancangan program pembelajaran remedial. Karena itu kegiatan ini dilakukan
setelah program kegiatan remedial selesai disusun. Kegiatan pembelajaran
remedial dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan strategi yang telah
dipersiapkan (disusun). Ada tiga kegiatan utama dalam pelaksanaan
pembelajaran remedial, yaitu: pembahasan ulang kompetensi yang kurang
dikuasai, latihan untuk penguatan penguasaan kompetensi dan postes (tes
penguasaan kompetensi).

1) Pembahasan ulang kompetensi yang kurang dikuasai.


Melakukan pembahasan kembali kompetensi yang masih belum atau kurang
dikuasai oleh peserta didik. Pembahasan ulang dapat dilakukan melalui
penjelasan oleh pendidik dengan kegiatan diskusi, tanya jawab, observasi, dan
pemberian contoh-contoh yang lebih banyak. Atau penjelasan oleh tutor sebaya,
yang dikoordinasi oleh pendidik, dan fokus pada kompetensi yang belum atau

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 23


Kegiatan Pembelajaran 2

kuran dikuasai. Pembahasan ulang dilakukan untuk peningkatan kompetensi


pengetahuan.

2) Latihan untuk penguatan penguasaan kompetensi.


Peserta didik berlatih lebih intensif untuk hal-hal yang bersifat penerapan,
sehingga kompetensi keterampilan yang dimiliki menjadi lebih baik (meningkat).
Kegiatan latihan disesuaikan dengan kompetensi yang masih belum atau kurang
dikuasai oleh peserta didik. Pendampingan untuk kegiatan latihan dapat
dilakukan oleh pendidik atau dengan tutor sebaya.

3) Postes (tes penguasaan kompetensi)


Setelah pembahasan ulang dan latihan, peserta didik mengikuti kegiatan postes.
Kegiatan ini dilakukan untuk mengukur penguasaan peserta didik terhadap
kompetensi yang harus dikuasai. Instrumen postes harus dilengkapi dengan
rubrik, agar obyektivitas tetap terjamin dalam pelaksanaannya.

Pengelolaan kegiatan pembelajaran remedial dapat dilakukan secara:


individu/perorangan atau kelompok. Sedangkan pengelolaan waktu
pembelajaran remedial dapat dialkukan di luar waktu terjadwal, namun dapat
juga dilakukan di dalam waktu terjadwal. Pelaksanaan di luar waktu terjadwal
biasanya dilakukan setelah waktu belajar normal (setelah jam belajar usai).
Sedangkan untuk pelaksanaan di dalam waktu terjadwal, biasanya dilakukan
pada pembelajaran praktik. Peserta didik yang menjalani remedial pembelajaran
diberi bimbingan, selanjutnya diminta berlatih sampai menguasai kompetensi.
Sedangkan peserta didik yang lain melanjutkan pekerjaan pada tugas berikutnya.
Namun pada pembelajaran teori dapat pula dilakukan di dalam waktu terjadwal,
biasanya dilakukan pada waktu yang telah dialokasikan sebelumnya (sudah
direncanakan untuk kegiatan remedial pembelajaran). Hal ini dirancang sebelum
kegiatan pembelajaran dilakukan (sebelum awal semester).

24 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

PROSEDUR PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN


PEMBELAJARAN REMEDIAL

Pendataan Prestasi
Kategori “Tuntas”
Hasil Belajar

Analisis Kelemahan Kategori “Belum


Peserta Didik Tuntas”

Pengelompokan Penyusunan Program


Jenis Kelemahan Pembelajaran Remedial

Pelaksanaan
Pembelajaran Remedial

Pembahasan Ulang Latihan-Latihan


(Pengetahuan) (Keterampilan)

Postes

Gambar 2.1 Prosedur Perancangan dan Pelaksanaan Pembelajaran Remedial

Setelah kegiatan pembelajaran remedial selesai dilakukan, semua temuan


kelemahan peserta didik dan strategi pembelajaran remedial perlu dianalisis.
Selanjutnya temuan dan strategi pembelajaran tersebut dijadikan pertimbangan
perbaikan penyusunan rancangan pembelajaran untuk pembelajaran berikutnya.
Sehingga kegiatan pembelajaran berikutnya menjadi lebih efektif, dan kelompok
“belum tuntas” dapat ditekan seminim mungkin. Hal ini terjadi karena proses
pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik memiliki kesesuaian dengan kondisi
pesera didik.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 25


Kegiatan Pembelajaran 2

D. Aktivitas Pembelajaran

Kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta diklat dalam aktivitas pembelajaran
adalah mempelajari modul secara cermat, baik mandiri maupun kelompok.
Kegiatan dilakukan dengan cara membaca, merangkum berdiskusi dengan
teman sejawat, presentasi, mengerjakan latihan / kasus / tugas, dan merefleksi
diri. Kegiaan diwujudkan dalam bentuk mengerjakan Lembar Kerja 2.
Pembelajaran Remedial.

E. Latihan

Bapak dan Ibu peserta diklat diminta mengerjakan soal latihan secara mandiri.
Silahkan membaca soal dengan cermat, kemudian piilih satu jawaban yang
Bapak/Ibu anggap paling benar, dengan cara memberi tanda silang (X).

1. Pembelajaran remedial dilakukan untuk membantu mengatasi kesulitan ....


A. belajar
B. adaptasi
C. kerjasama
D. komunikasi

2. Yang digunakan sebagai acuan perancangan program pembelajaran remedial


adalah ....
A. minat belajar
B. prestasi belajar
C. kondisi ekonomis
D. kondisi psikologis

3. Penyusunan program pembelajaran remedial harus mempertimbangkan ....


A. strategi dan sarana
B. strategi dan pembiayaan
C. penjadwalan dan strategi
D. penjadwalan dan pembiayaan

26 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

4. Latihan-latihan yang dilakukan pada pembelajaran remedial lebih ditujukan


untuk ....
A. pemerataan kegiataan
B. penguatan keterampilan
C. pengukuran pencapaian
D. menanamkan kebiasaan

5. Pembagian kelompok dalam kegiatan pembelajaran remedial dilakukan


mengacu pada ....
A. tingkat usia
B. alamat siswa
C. hasrat belajar
D. jenis kelemahan

F. Rangkuman

Remedial pembelajaran memiliki peran penting dalam keberhasilan peserta didik.


Karena kesulitan yang mereka hadapi akan diatasi melalaui perbaikan-perbaikan
dalam kegiattan remedial ini. Tujuan remedial pembelajaran meliputi: mengatasi
kesulitan belajar, meningkatkan penguasaan kompetensi, meningkatkan prestasi
hasil belajar (agar memenuhi ketuntasan belajar), dan melakukan percepatan
belajar. Sebelum dilakukan tindakan perbaikan, harus ada perancangan kegiatan
berdasarkan prestasi hasil belajar. Kegiatan perancangan program pembelajaran
remedial terdiri atas empat kegiatan, yaitu: pendataan prestasi hasil belajar,
analisis kelemahan peserta didik, pengelompokan jenis kelemahan/kesulitan, dan
penyusunan program perbaikan. Sedangkan untuk pelaksanaan pembelajaran
remedial memiliki tiga kegiatan utama, yaitu: pembahasan ulang kompetensi
yang kurang dikuasai, latihan untuk penguatan penguasaan kompetensi dan
postes (tes penguasaan kompetensi). Sehingga dengan tindakan yang dilakukan
ini diharapkan dapat meningkatkan penguasaan kompetensi peserta didik.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 27


Kegiatan Pembelajaran 2

G. Balikan dan Tindak Lanjut

1. Balikan
a. Hal-hal apa saja yg sudah saudara kuasai berdasarkan pemahaman dan
pengalaman yang berkaitan dengan materi Remedial Pembelajaran ?
b. Hal-hal apa saja yg masih belum saudara kuasai berdasarkan pemahaman
dan pengalaman yang berkaitan dengan materi Remedial Pembelajaran?
c. Saran apa yang dapat saudara sampaikan terkait dengan proses
pembahasan materi Remedial Pembelajaran agar kegiatan berikutnya lebih
baik / lebih berhasil ?

2. Tindak lanjut
Peserta dinyatakan berhasil dalam mempelajari materi ini apabila telah mampu
menjawab soal-soal evaluasi / latihan dalam materi ini, tanpa melihat atau
membuka materi dengan nilai minimal 80. Bagi yang belum mencapai nilai
minimal 80 diharapkan untuk lebih giat mendalami lagi dengan cermat, tekun,
dan terprogram, sehingga dapat memperoleh nilai minimal 80. Melakukan
pembahasan bersama pendidik yang lain, sangat disarankan agar kedalaman
pemahaman dapat diperoleh.

28 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

Kegiatan Pembelajaran 3
Pembelajaran Pengayaan

A. Tujuan

Peserta diklat memahami pengertian dan tujuan pengayaan pembelajaran,


perancangan program kegiatan pembelajaran pengayaan, dan pelaksanaan
kegiatan pembelajaran pengayaan pada mata pelajaran yang diampu. Dan dapat
mengaplikasikannya secara mandiri, dan dengan cermat.

B. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan materi pokok 3 “ Pembelajaran Pengayaan ” adalah:


1. Informasi hasil penilaian dan evaluasi digunakan untuk merancang program
pembelajaran pengayaan.
2. Hasil penyusunan rancangan pembelajaran digunakan dalam proses
pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

C. Uraian Materi

Materi Pembelajaran Pengayaan diuraikan dalam dua sub materi, yaitu: (1)
Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Pengayaan, (2) Perancangan dan
Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan.

1. Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Pengayaan


Sub materi Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Pengayaan diuraikan dalam
dua unsur, yaitu: (1) Pengertian Pembelajaran Pengayaan dan (2) Tujuan
Pembelajaran Pengayaan.

a. Pengertian Pembelajaran Pengayaan


Seperti pada pembelajaran remedial, kegiatan pembelajaran pengayaan juga
memiliki peran penting terhadap keberhasilan peserta didik. Kalau tindakan

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 29


Kegiatan Pembelajaran 3

remedial diberikan kepada peserta didik yang prestasi hasil belajarnya di bawah
nilai ketuntasan belajar. Sebaliknya, tindakan pengayaan pembelajaran diberikan
kepada peserta didik yang prestasi hasil belajarnya di atas nilai ketuntasan
belajar. Ini merupakan wujud perlakuan yang adil kepada semua peserta didik.
Sehingga baik peserta didik yang prestasi hasil belajarnya di bawah maupun di
atas nilai ketuntasan belajar, semua mendapat perlakukan lanjutan. Yaitu
tindakan pembelajaran remedial adalah untuk peserta didik yang prestasi hasil
belajarnya di bawah nilai ketuntasan belajar. Sedangkan tindakan pembelajaran
pengayaan adalah untuk peserta didik yang prestasi hasil belajarnya di atas nilai
ketuntasan belajar. Tindakan pembelajaran remedial dilakukan untuk melakukan
perbaikan-perbaikan, sedangkan tindakan pembelajaran pengayaan dilakukan
untuk pengembangan penguasaan kompetensi peserta didik.

Berdasarkan pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan oleh para pendidik


dalam melaksanakan kegiatan pengayaan pembelajaran di sekolah, dapat dibuat
suatu kesimpulan. Yaitu, bahwa pembelajaran pengayaan merupakan kegiatan
penambahan pengalaman bagi peserta didik yang prestasi belajarnya sudah
memenuhi ketuntasan belajar atau melebihi dari yang ditetapkan.

b. Tujuan Pembelajaran Pengayaan


Mencermati kegiatan yang dilakukan pendidik ketika melakukan tindakan
pembelajaran pengayaan, dapat diidentifikasi beberapa tujuan yang ingin
dicapai. Yaitu, memberikan penguatan penguasaan kompetensi, pengembangan
kreativitas, dan perlakuan adil kepada peserta didik.

1) Memberikan penguatan penguasaan komepetensi


Yaitu memberikan memberikan penguatan materi melalui pendalaman
(secara vertikal) dan pengembangan (secara horisontal) dari kompetensi
yang sudah dikuasai. Sehingga penguasaan peserta didik terhadap
kompetensi yang telah dikuasai menjadi meningkat.

2) Mengembangkan kreativitas peserta didik.


Artinya, penguasaan yang baik terhadap suatu kompetensi akan memicu
pemikiran-pemikiran baru yang berkaitan dengan pemanfaatan

30 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

kompetensi tersebut. Dan melalui kegiatan pengayaan, proses


pemanfaatan kompetensi yang telah dikuasai tersebut akan diciptakan.
Sehingga kreativitas peserta didik diaharapkan meningkat.

3) Memperlakukan peserta didik secara adil.


Maksudnya adalah, ketika peserta didik yang prestasi hasil belajarnya di
bawah nilai ketuntasan belajar mendapatkan perlakuan tindakan
perbaikan, sangat tidak adil kalau peserta didik yang prestasi hasil
belajarnya di atas nilai ketuntasan belajar tidak mendapat perlakuan apa-
apa. Sehingga mereka juga berhak memperoleh perlakuan tindakan yang
sesuai dengan prestasi hasil belajar mereka.

2. Perancangan dan Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan


Sub materi 2 “Perancangan dan Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan
diuraikan dalam dua unsur, yaitu: Perancangan Program Pembelajaran
Pengayaan, dan Pelaksanaan Program Pembelajaran Pengayaan.

a. Perancangan Program Pembelajaran Pengayaan


Seperti pada perancangan kegiatan remedial, perancangan kegiatan
pembelajaran pengayaan juga terdiri atas tiga kegiatan, yaitu: pendataan prestasi
hasil belajar, identifikasi minat peserta didik, pengelompokan jenis minat peserta
didik, dan penyusunan program pengayaan.

1) Pendataan prestasi hasil belajar


Kegiatan analisis prestasi hasil belajar adalah mendata prestasi hasil
belajar yang diperoleh peserta didik. Yaltu dengan mengisi tabel 1.2,
sehingga dapat diketahui jumlah peserta didik yang masuk pada kategori
“Tuntas” dan “Belum Tuntas”. Selanjutnya peserta didik yang masuk
dalam kategori “Tuntas” inilah yang menjadi amatan untuk kegiatan
pembelajaran pengayaan.

2) Identifikasi minat peserta didik


Yaitu mengumpulkan data minat peserta didik terhadap alternatif kegiatan
yang ditawarkan oleh pendidik. Sehingga pendidik sebelum menawarkan

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 31


Kegiatan Pembelajaran 3

kepada peserta didik, harus menyiapkan dulu beberapa alternatif kegiatan


yang dapat dipilih. Peserta didik yang diikut-sertakan dalam kegiatan
pengayaan adalah yang memiliki nilai ketuntasan belajar minimum atau
lebih. Kegiatan analisis minat dapat dilakukan dengan mengisi tabel 3.1

3) Pengelompokan jenis minat peserta didik


Adalah kegiatan mengelompokkan jenis minat peserta didik terhadap
kegiatan yang ditawarkan oleh pendidik. Selanjutnya data ini digunakan
sebagai dasar pembentukan kelompok pembelajaran pengayaan. Ada
kemugkinan beberapa peserta didik tidak berminat terhadap yang
kegiatan yang ditawarkan oleh pendidik, mereka menginginkan yang lain.
Apabila hal ini terjadi, pendidik dapat mempertimbangkannya. Jika
memang memungkinkan, baik dari segi biaya, peralatan maupun waktu.
Tapi bila tidak memungkinkan, pendidik bisa meminta pengertian mereka
untuk mengikuti kegiatan yang ada.

4) Penyusunan program pengayaan


Setelah melakukan identifikasi minat dan pengelompokan jenis minat,
pendidik membuat program pembelajaran pengayaan. Program tersebut
mencakup jadwal pelaksanaan, kegiatan pembelajaran, dan tempat
kegiatan pembelajaran dilakukan. Waktu harus ditentukan, apakah di
dalam atau di luar jam belajar. Kegiatan pembelajaran pengayaan dapat
dalam bentuk kegiatan eksploratori, keterampilan proses, dan pemecahan
masalah. Sedangkan untuk pembahasannya dapat dilakukan secara
mandiri atau kelompok.

32 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

Tabel 3.1 Identifikas Minat Peserta Didik Kategori Tuntas

No. Nama Fokus Minat Catatan


1
2
3
...

Catatan:
 Pengisian tabel ini adalah tindaklanjut dari pengisian Tabel1.2
 Fokus Minat, diisi minat masing-masing peserta didik terhadap kegiatan
yang ditawarkan oleh pendidik. Hal ini dilakukan apabila kegiatan yang
ditawarkan jumlahnya lebih dari satu. Atau data yang diperoleh dari
dokumen hasil belajar peserta didik, terutama yang menonjol (penguasaan
paling baik)
 Catatan, diisi tanda kelompok (mis. A, B, C, dsb) berdasarkan kesamaan
jenis minat dari masing-masing peserta didik. Isian ini akan dijadikan dasar
pembentukan kelompok pembelajaran pengayaan. Atau kegiatan
pengayaan yang relevan.

b. Pelaksanaan Program Pembelajaran Pengayaan


Setelah program kegiatan pengayaan selesai disusun, pembelajaran pengayaan
dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan strategi yang telah dipersiapkan. Ada
empat jenis kegiatan pembelajaran pengayaan, yaitu: kegiatan eksploratori,
keterampilan proses, pemecahan masalah, dan postes.

1) Kegiatan eksploratori
Adalah kegiatan penggalian informasi yang bersifat pendalaman dan
pengembangan dari subsatansi yang ada dalam kurikulum. Penggalian data
tersebut dapat diperoleh dari bahan bacaan, media elektronik, maupun nara
sumber. Penugasan yang cocok adalah penggalian hal-hal baru yang ada
kaitannya dengan substansi pada kurikulum.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 33


Kegiatan Pembelajaran 3

2) Keterampilan proses
Merupakan kegiatan penguatan yang penekanan utama pada pembentukan
sikap sosial dan kemandirian. Sehingga hasil yang diharapkan dari kegiatan
ini, adalah untuk melatih peserta didik bekerja dengan tekun, teliti, tidak
tergantung dari orang lain. Namun dapat bekerjasama atau berkolaborasi
dengan pihak lain. Sehingga penugasan yang cocok adalah tugas-tugas
yang setara dengan substansi pada kurikulum. Namun penyelesaiannya
dituntut untuk lebih baik (lebih rapi, lebih unik, lebih cepat, lebih indah, ...)

3) Pemecahan masalah
Adalah kegiatan yang menuntut kemampuan identifikasi, analisis, dan
evaluasi, serta pengambilan keputusan. Dengan kegiatan seperti ini
diharapkan peserta didik dapat berlatih berpikir dan bersikap kritis terhadap
permasalahan yang terjadi. Hal ini akan menjadi bekal positif ketika mereka
berada di dunia kerja. Penugasan yang cocok adalah pembahasan kasus
(studi kasus).

4) Postes (tes penguasaan kompetensi)


Setelah melakukan kegiatan pengayaan, peserta didik mengikuti kegiatan
postes. Kegiatan ini dilakukan untuk mengukur penguasaan peserta didik
terhadap kompetensi yang harus dikuasai. Instrumen postes harus dilengkapi
dengan rubrik, agar obyektivitas tetap terjamin dalam pelaksanaannya.

Pengelolaan kegiatan pembelajaran pengayaan dapat dilakukan dengan dua


bentuk kegiatan, yaitu: belajar mandiri dan belajar dalam kelompok.

1) Belajar mandiri
Adalah bentuk pengembangan kompetensi untuk penambahan pengalaman
peserta didik secara perorangan. Hal ini untuk menggali potensi-potensi
perorangan yang dimiliki peserta didik, seperti: motivasi, ketelitian, disiplin, …

2) Belajar dalam kelompok


Merupakan bentuk penambahan pengalaman peserta didik yang harus
dilakukan di dalam kelompok. Potensi peserta didik yang berkaitan dengan

34 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

sikap sosial seperti: kerjasama, komunikasi, dan toleransi, diharapkan dapat


dikembangkan.

PROSEDUR PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN


PEMBELAJARAN PENGAYAAN

Pendataan Prestasi Kategori “Belum


Hasil Belajar Tuntas”

Identifikasi Minat Kategori “Tuntas”


Peserta Didik

Pengelompokan Penyusunan Program


Jenis Minat Pembelajaran Pengayaan

Pelaksanaan
Pembelajaran Pengayaan

Kegiatan Pemecahan
Ketrampilan Proses
Eksploratori Masalah

Postes

Gambar 3.1 Prosedur Perancangan dan Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan

Setelah kegiatan pembelajaran pengayaan selesai dilakukan, semua temuan


tentang prestasi hasil belajar peserta didik dan strategi kegiatan pengayaan,
perlu dianalisis. Selanjutnya hasil positif dari kegiatan pengayaan tersebut
dijadikan pertimbangan perbaikan penyusunan rancangan pembelajaran unttuk
pembelajaran berikutnya. Sehingga kegiatan pembelajaran berikutnya menjadi
lebih bervariasi, dan dapat mewadahi berbagai kemampuan peserta didik. Hal ini

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 35


Kegiatan Pembelajaran 3

disebabkan proses pembelajaran yang dikelola oleh pendidik memiliki


kesesuaian dengan kondisi peserta didik.

D. Aktivitas Pembelajaran

Kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta diklat dalam aktivitas pembelajaran
adalah mempelajari modul secara cermat, baik mandiri maupun kelompok.
Kegiatan dilakukan dengan cara membaca, merangkum berdiskusi dengan
teman sejawat, presentasi, mengerjakan latihan / kasus / tugas, dan merefleksi
diri. Kegiaan diwujudkan dalam bentuk mengerjakan Lembar Kerja 3.
Pembelajaran Pengayaan.

E. Latihan

Bapak dan Ibu peserta diklat diminta mengerjakan soal latihan secara mandiri.
Silahkan membaca soal dengan cermat, kemudian berikan jawaban dengan cara
memilih satu jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling benar.

1. Tujuan utama kegiatan pembelajaran pengayaan adalah ....


A. menampung aspirasi peserta didik
B. memberikan penguatan kompetensi
C. melakukan perbaikan prestasi belajar
D. memanfaatkan waktu luang yang efekti

2. Sebelum melakukan perancangan program pembelajaran pengayaan, harus


dilakukan identifikasi minat peserta didik. Hal ini dilakukan untuk mendata ....
A. jenis sikap
B. jenis potensi
C. ragam minat
D. kekuatan minat

36 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

3. Salah satu kegiatan yang dapat digunakan pada pembelajaran pengayaan


adalah Pemecahan Masalah. Keunggulan dari kegiatan ini adalah dapat
melatih peserta didik untuk ....
A. Identifikasi masalah inti
B. menghadapi persoalan
C. selalu komunikasi efektif
D. berpikir dan bersikap kritis

4. Prestasi belajar peserta didik pada kompetensi Tun-Up diperoleh hasil


sebagai berikut: Alfonso: 76; Marcel: 77, Sergio: 69; Winoto: 70; Rusli: 73,
Supaat: 71; Odang: 74; Wandi: 68; Marwan: 70; Akbar: 75. Adapun nilai
ketuntasan belajar minimal adalah 71. Berdasarkan data tersebut, maka
peserta didik yang harus mengikuti pembelajaran pengayaan adalah ....
A. 3 orang
B. 4 orang
C. 6 orang
D. 8 orang

5. Pengelolaan kegiatan pembelajaran pengayaan yang dilakukan secara


mandiri sangat efektif untuk mengembangkan potensi-potensi ....
A. disiplin
B. toleransi
C. kerjasama
D. komunikasi

F. Rangkuman

Peran pembelajaran pengayaan sangat penting dalam pengembangan


penguasaan kompetensi peserta didik. Tujuan pembelajaran pengayaan meliputi:
memberikan penguatan penguasaan kompetensi, pengembangan kreativitas,
dan perlakuan adil kepada peserta didik. Perancangan kegiatan pembelajaran
pengayaan terdiri atas empat kegiatan, yaitu: pendataan prestasi hasil belajar,
identifikasi minat peserta didik, pengelompokan jenis minat peserta didik, dan
penyusunan program pengayaan. Ada empat jenis kegiatan pembelajaran

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 37


Kegiatan Pembelajaran 3

pengayaan, yaitu: kegiatan eksploratori, keterampilan proses, pemecahan


masalah, dan postes. Sedangkan pengelolaan kegiatan dapat dilakukan melalui
belajar mandiri dan belajar dalam kelompok.

G. Balikan dan Tindak Lanjut

1. Balikan
a. Hal-hal apa saja yg sudah saudara kuasai berdasarkan pemahaman dan
pengalaman yang berkaitan dengan materi Pembelajaran Pengayaan?
b. Hal-hal apa saja yg masih belum saudara kuasai berdasarkan pemahaman
dan pengalaman yang berkaitan dengan materi Pembelajaran Pengayaan?
c. Saran apa yang dapat saudara sampaikan terkait dengan proses
pembahasan materi Pembelajaran Pengayaan agar kegiatan berikutnya
lebih baik / lebih berhasil?

2. Tindak lanjut
Peserta dinyatakan berhasil dalam mempelajari materi ini apabila telah mampu
menjawab soal-soal evaluasi / latihan dalam materi ini, tanpa melihat atau
membuka materi dengan nilai minimal 75. Bagi yang belum mencapai nilai
minimal 75 diharapkan untuk lebih giat mendalami lagi dengan cermat, tekun,
dan terprogram, sehingga dapat memperoleh nilai minimal 80. Melakukan
pembahasan bersama pendidik yang lain, sangat disarankan agar kedalaman
pemahaman dapat diperoleh.

38 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

Kegiatan Pembelajaran 4
Laporan Pencapaian Kompetensi

A. Tujuan

Peserta diklat memahami pengertian dan tujuan laporan pencapaian kompetensi,


format laporan pencapaian kompetensi serta cara pengisiannya pada mata
pelajaran yang diampu. Dan diaplikasikan secara mandiri dan dengan cermat

B. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan materi pokok 4 “Laporan Pencapaian Kompetensi”


meliputi:
1. Hasil penilaian dan evaluasi disusun berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan untuk keperluan pemangku kepentingan.
2. Hasil penilaian dan evaluasi dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.

C. Uraian Materi

Materi “Laporan Pencapaian Kompetensi” diuraikan dalam dua sub materi, yaitu:
(1) Pengertian dan Tujuan Laporan Pencapaian Kompetensi dan (2) Format dan
Cara Pengisian Laporan Pencapaian Kompetensi.

1. Pengertian dan Tujuan Laporan Pencapaian Kompetensi


Sub materi Pengertian dan Tujuan Laporan Pencapaian Kompetensi diuraikan
dalam dua unsur, yaitu: (1) Pengertian Laporan Pencapaian Kompetensi, dan (2)
Tujuan Laporan Pencapaian Kompetensi.

a. Pengertian Laporan Pencapaian Kompetensi


Laporan pencapaian kompetensi, sering disebut dengan istilah buku rapor.
Merupakan kumpulan data prestasi hasil belajar peserta didik secara menyeluruh
yang terekam semester demi semester. Sehingga dari buku rapor dapat

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 39


Kegiatan Pembelajaran 4

diketahui perkembangan peserta didik, Buku rapor ini juga digunakan sebagai
acuan satuan pendidikan untuk melihat keberhasilan pembelajaran yang telah
dilakukan. Tentu keberhasilan secara global, karena data diperoleh dari prestasi
keseluruhan peserta didik yang terekam pada buku rapor tersebut.

b. Tujuan Laporan Pencapaian Kompetensi


Data prestasi pencapaian kompetensi peserta didik sangat penting bagi satuan
pendidikan (sekolah), karena keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh
sekolah akan tercermin dari data keseluruhan prestasi hasil belajar peserta didik
tersebut. Secara umum tujuan laporan pencapaian kompetensi adalah
dokumentasi, komunikasi untuk orang tua, dan komunikasi untuk pemangku
kepentingan yang lain.

1) Mendokumentasikan prestasi hasil belajar peserta didik, yaitu menyimpan


semua data prsetasi hasil belajar peserta didik dengan sistematis
sehingga dapat menyajikan data yang terolah dan dapat dilihat sewaktu-
waktu.

2) Menkomunikasikan prestasi hasil belajar kepada orang tua, yaitu


menggunakan buku rapor sebagai sarana untuk menginformasikan
prestasi hasil belajar peserta didik kepada orang tua. Sehingga orang tua
mengetahui perkembangan prestasi belajar anaknya.

3) Menkomunikasikan prestasi hasil belajar kepada pemangku kepentingan


yang lain, yaitu menggunakan data hasil olahan prestasi peserta didik
sebagai prestasi sekolah dalam penyelenggaraan pembelajaran.
Selanjutnya prestasi sekolah (satuan pendidikan) ini dikomunikasikan
kepada pemangku kepentingan yang lain, seperti: dinas pendidikan,
PSMK, atau pemangku kepentingan yang lain.

2. Format dan Cara Pengisian Laporan Pencapaian Kompetensi


Sub materi Format dan Cara Pengisian Laporan Pencapaian Kompetensi
diuraikan dalam dua unsur, yaitu: (1) Format Laporan Pencapaian Kompetensi,
dan (2) Pengisian Laporan Pencapaian Kompetensi

40 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

Telah diterbitkan SK Dirjen Dikmen no. 781/D/KP/2013 tentang bentuk dan tata
cara penyusunan laporan pencapaian kompetensi peserta didik Sekolah
Menengah Kejuruan / Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK). Sehingga format
dan cara pengisian telah diuraikan dengan jelas di SK Dirjen tersebut.

a. Format Laporan Pencapaian Kompetensi dan Petunjuk Penggunaan

RAPOR
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
(SMK)

Nama Peserta Didik:

NISN:

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 41


Kegiatan Pembelajaran 4

RAPOR
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
(SMK)

Nama Sekolah : a a

NPSN : a a

NIS/NSS/NDS : a a

Alamat Sekolah : a a

a a

Kode Posa aTelp.a a

Kelurahan : a a

Kecamatan : a a

Kabupaten/Kota : a a

Provinsi : a a

Website : a a

E-mail : a a

42 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

KETERANGAN TENTANG DIRI PESERTA DIDIK


1. Nama Siswa (Lengkap) : ……………………………
2. Nomor Induk Siswa Nasional : ……………………………
3. Tempat Tanggal Lahir : ……………………………
4. Jenis Kelamin : ……………………………
5. Agama : ……………………………
6. Status Dalam Keluarga : ……………………………
7. Anak ke : ……………………………
8. Alamat Peserta Didik : ……………………………
9. Nomor Telepon Rumah : ……………………………
10. Sekolah Asal : ……………………………
11. Diterima di sekolah ini

Di kelas : …………………………….
Pada Tanggal : …………………………….
12. Nama Orang Tua

a. Ayah : ……………………………
b. Ibu : ……………………………
13. Alamat Orang Tua : ……………………………
: ……………………………
Nomor Telepon Rumah : ……………………………
14. Pekerjaan Orang Tua

a. Ayah : ……………………………
b. Ibu : ……………………………
15. Nama Wali Peserta Didik : ……………………………
16. Alamat Wali Peserta Didik : ……………………………
: ……………………………
Nomor Telepon Rumah : ……………………………
17. Pekerjaan Wali Peserta Didik : ……………………………

......................., ................ 20....

Pas Foto Kepala Sekolah,

3x4

........................................
.NIP:

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 43


Kegiatan Pembelajaran 4

Nama Sekolah : ................................ Kelas :.........................


Alamat : ................................ Semester : 1 (Satu)

Nama : ................................ Tahun Pelajaran :.........................


Nomor Induk/NISN : ................................

CAPAIAN HASIL BELAJAR

A. Sikap (Spiritual dan Sosial)

Deskripsi

Selalu bersyukur, selalu berdoa sebelum melakukan kegiatan, toleran pada agama yang berbeda
dan perlu meningkatkan ketaatan beribadah serta selalu bersikap santun, peduli, percaya diri, dan
perlu meningkatkan sikap jujur, disiplin dan tanggungjawab.

B. Pengetahuan dan Keterampilan


Pengetahuan Keterampilan
No. Mata Pelajaran KB Ang Pred Deskripsi KB Ang Pred Deskripsi
ka ikat ka ikat
Kelompok A
Pendidikan Agama dan
70 80 B
1 Budi Pekerti 60 75 B

Pendidikan Pancasila dan


60 80 B
2 Kewarganegaraan 60 72 B

3 Bahasa Indonesia 60 75 B 60 86 A

4 Matematika 60 65 C 60 70 C

5 Sejarah Indonesia 60 80 B

6 Bahasa Inggris 60 75 B

Kelompok B

1 Seni Budaya

Pendidikan Jasmani,
Olah Raga, dan
2 Kesehatan

Prakarya dan
3 Kewirausahaan

Kelompok C

I Dasar Bidang Keahlian: Teknologi dan Rekayasa

1 Fisika

2 Kimia

3 Gambar Teknik

Sangat menonjol
pada etiket
gambar standar
ISO dan perlu
meningkatkan
penerapan
Teknik Gambarf konsep dasar
4 Manufaktur 60 75 B CAD

5 Teknik Permesinan Bubut

6 Teknik Permesinan Frais

44 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

C. Praktik Kerja Lapangan

No. Mitra DU/DI Lokasi Waktu (bulan) Keterangan

D. Ekstra Kurikule
No. Kegiatan Ekstra Kurikuler Deskripsi

1 Praja Muda Karana (Pramuka Melaksanakan kegiatan kepramukaan dengan baik

2 ..........................................

E. Prestasi

No. Jenis Prestasi Keterangan

1 Juara Lomba Kompetensi Siswa Tingkat Provinsi Juara II Bidang Lomba Teknik Permesinan

F. Ketidakhadiran

Sakit :

Izin :

Tanpa Keterangan :

G. Catatan Wali Kelas

H. Tanggapan Orang Tua

Keputusan:
Berdasrkan hasil yang dicapai pada semester 1 dan 2, peserta didik ditetapkan:

Naik ke kelas ...........................(........................)

Tinggal di kelas .......................(.......................)

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 45


Kegiatan Pembelajaran 4

Mengetahui ....................,...................2017
Orang Tua / Wali, Wali Kelas,

........................................ ........................................
NIP.

Mengetahui,
Kepala Sekolah,

.................................................
NIP.

46 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

KETERANGAN PINDAH SEKOLAH

NAMA PESERTA DIDIK : .........................................................

KELUAR
Tanda Tangan Kepala
Sebab-Sebab Keluar
Kelas yang Sekolah, Stempel Sekolah,
Tanggal atau Atas Permintaan
Ditinggalkan dan Tanda Tangan
(Tertulis)
Orang Tua/Wali
........................, ……………
Kepala Sekolah,

………………….
NIP: ……………
Orang Tua/Wali,

………………….
........................, ……………
Kepala Sekolah,

………………….
NIP: ……………
Orang Tua/Wali,

………………….
........................, ……………
Kepala Sekolah,

………………….
NIP: ……………
Orang Tua/Wali,

………………….

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 47


Kegiatan Pembelajaran 4

KETERANGAN PINDAH SEKOLAH

NAMA PESERTA DIDIK : ………………………...

NO. MASUK

1 Nama Peserta Didik ................................... .........................,............

2 Nomor Induk ................................... Kepala Sekolah,

3 Nama Sekolah Asal ...................................


...................................
4 Masuk di Sekolah ini:
...................................
a. Tanggal
.............................
...................................
b. Di Kelas
................................... NIP: .....................
5 Tahun Pelajaran

1 Nama Peserta Didik ................................... .........................,............

2 Nomor Induk ................................... Kepala Sekolah,

3 Nama Sekolah Asal ...................................

4 Masuk di Sekolah ini: ...................................

a. Tanggal ...................................
.............................
b. Di Kelas ...................................
NIP: .....................
5 Tahun Pelajaran ...................................

1 Nama Peserta Didik ................................... .........................,............

2 Nomor Induk ................................... Kepala Sekolah,

3 Nama Sekolah Asal ...................................

4 Masuk di Sekolah ini: ...................................

a. Tanggal ...................................
.............................
b. Di Kelas ...................................
NIP: .....................
5 Tahun Pelajaran ...................................

48 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

CATATAN PRESTASI YANG PERNAH DICAPAI

Nama Peserta Didik : ....................................................................

Nama Sekolah : ....................................................................

Nomor Induk : ....................................................................

Prestasi yang
No. Keterangan
Pernah Dicapai
1 Kurikuler a a
a a
a a
a a
a a
a a

2 Ekstra Kurikuler a a
a a
a a
a a
a a
a aa

3 Catatan Khusus a a
Lainnya a a
a a
a a
a a
a a

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 49


Kegiatan Pembelajaran 4

b. Cara Pengisian Rapor SMK

1) Rapor merupakan ringkasan hasil penilaian terhadap seluruh aktivitas


pembelajaran yang dilakukan peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
2) Rapor diperlukan selama peserta didik yang bersangkutan mengikuti
seluruh program pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan tersebut.
3) Identitas Sekolahdiisi dengan data yang sesuai dengan keberadaan
Sekolah Menengah Kejuruan.
4) Keterangan tentang diri peserta didik diisi lengkap.
5) Rapor harus dilengkapi dengan pas foto berwarna (3x4) dan
pengisiannya dilakukan oleh Wali Kelas.
6) Deskripsi sikap spiritual diambil dari hasil observasi terutama pada mata
pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, dan PPKn.
7) Deskripsi sikap sosial diambil dari hasil observasi pada semua mata
pelajaran.
8) Deskripsi pada kompetensi sikap ditulis dengan kalimat positif untuk
aspek yang sangat baik atau kurang baik.
9) Capaian peserta didik dalam kompetensi pengetahuan dan kompetensi
keterampilan ditulis dalam bentuk angka, predikat dan deskripsi untuk
masing-masing mata pelajaran.
10) Predikat ditulis dalam bentuk huruf sesuai kriteria.
11) Kolom KB (Ketuntasan Belajar) merupakan acuan bagi kriteria kenaikan
kelas, sehingga wali kelas wajib menerangkan konsekuensi ketuntasan
belajar tersebut kepada orang tua / wali.
12) Deskripsi pada kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan
ditulis dengan kalimat positif sesuai capaian tertinggi dan terendah yang
dicapai peserta didik. Apabila capaian kompetensi dasar yang diperoleh
dalam muatan pelajaran itu sama, kolom deskripsi ditulis berdasarkan
capaian yang diperoleh.
13) Laporan Praktik Kerja Lapangan diisi berdasarkan kegiatan praktik kerja
yang diikuti oleh peserta didik di industri/perusahaan mitra.
14) Lapotan kegiatan ekstrakurikuler diisi berdasarkan kegiatan
ekstrakurikuler yang diikuti oleh peserta didik.

50 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

15) Saran-saran wali kelas diisi berdasarkan kegiatan yang perlu mendapat
perhatian peserta didik.
16) Prestasi diisi dengan prestasi yang dicapai oleh peserta didik dalam
bidang akademik dan non akademik.
17) Ketidakhadiran diisi dengan data akumulasi ketidakhadiran peserta didik
karena sakit, izin, atau tanpa keterangan selama satu semester.
18) Tanggapan orang tua / wali adalah tanggapan atas pencapaian hasil
belajar peserta didik.
19) Keterangan pindah keluar sekolah diisi dengan alasan kepindahan.
Sedangkan pindah masuk diisi dengan sekolah asal.
20) Predikat capaian kompetensi:
Sangat Baik (A) : 86 – 100
Baik (B) : 70 – 85
Kurang (K) : < 70

D. Aktivitas Pembelajaran

Kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta diklat dalam aktivitas pembelajaran
adalah mempelajari modul secara cermat, baik mandiri maupun kelompok.
Kegiatan dilakukan dengan cara membaca, merangkum berdiskusi dengan
teman sejawat, presentasi, mengerjakan latihan / kasus / tugas, dan merefleksi
diri. Kegiaan diwujudkan dalam bentuk mengerjakan Lembar Kerja 4. Laporan
Pencapaian Kompetensi.

E. Latihan

Bapak dan Ibu peserta diklat diminta mengerjakan soal latihan secara mandiri.
Silahkan membaca soal dengan cermat, kemudian piilih satu jawaban yang
Bapak/Ibu anggap paling benar, dengan cara memberi tanda silang (X).

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 51


Kegiatan Pembelajaran 4

1. Peran utama laporan pencapaian kompetensi (buku rapor) adalah sebagai


dokumen dan ....
A. data prestasi
B. media promosi
C. catatan pribadi
D. media komunikasi

2. Fungsi laporan pencapaian kompetensi (buku rapor) bagi orang tua peserta
didik adalah untuk mengetahui ....
A. kumpulan kompetensi
B. catatan mata pelajaran
C. perkembangan prestasi
D. catatan kehadiran siswa

3. Fungsi laporan pencapaian kompetensi (buku rapor) bagi satuan pendidikan


(sekolah) adalah sebagai ....
A. tolok ukur prestasi satuan pendidikan (sekolah)
B. dokumen penting yang harus dimiliki oleh sekolah
C. sarana komunikasi dengan orang tua peserta didik
D. sarana umpan balik bagi peserta didik untuk prestasinya

4. Laporan pencapaian kompetensi (buku rapor) yang baik memenuhi kriteria ....
A. terdata, terpercaya, terpadu, dan terbuka
B. terdata, tersistem, terbuka, dan terpercaya
C. tersistem, terbuka, terdata, dan terdokumentasi
D. terbuka, terpercaya, terpadu, dan terdokumentasi

52 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

Latihan 5
Bapak dan Ibu peserta Diklat diminta mengisi laporan pencapaian kompetensi
peserta didik (buku rapor) dengan menggunakan data prestasi yang telah Bapak
atau Ibu miliki sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Cermati data
tersebut, dan lakukan pengisian dengan ketentuan di bawah ini.
a. Dikerjakan dalam kelompok
b. Peserta dibagi menjadi enam kelompok
c. Waktu pembahasan: 460 menit
d. Hasil kelompok dipresentasikan @ 10 menit

F. Rangkuman

Laporan pencapaian kompetensi merupakan kumpulan data prestasi hasil belajar


peserta didik secara menyeluruh yang terekam semester demi semester. Tujuan
laporan pencapaian kompetensi adalah dokumentasi, komunikasi untuk orang
tua, dan komunikasi untuk pemangku kepentingan yang lain. Format dan cara
pengisian laporan pencapaian kompetensi, mengacu pada Panduan Penilaian
SMK (Desember, 2015).

G. Balikan dan Tindak Lanjut

1. Balikan
a. Hal-hal apa saja yg sudah saudara kuasai berdasarkan pemahaman dan
pengalaman yang berkaitan dengan materi Laporan Pencapaian
Kompetensi?
b. Hal-hal apa saja yg masih belum saudara kuasai berdasarkan pemahaman
dan pengalaman yang berkaitan dengan materi Laporan Pencapaian
Kompetensi?
c. Saran apa yang dapat saudara sampaikan terkait dengan proses
pembahasan materi Laporan Pencapaian Kompetensi agar kegiatan
berikutnya lebih baik / lebih berhasil?

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 53


Kegiatan Pembelajaran 4

2. Tindak lanjut
Peserta dinyatakan berhasil dalam mempelajari materi ini apabila telah mampu
menjawab soal-soal evaluasi / latihan dalam materi ini, tanpa melihat atau
membuka materi dengan nilai minimal 80. Bagi yang belum mencapai nilai
minimal 80 diharapkan untuk lebih giat mendalami lagi dengan cermat, tekun,
dan terprogram, sehingga dapat memperoleh nilai minimal 80. Melakukan
pembahasan bersama pendidik yang lain, sangat disarankan agar kedalaman
pemahaman dapat diperoleh.

54 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

Penutup

A. Kesimpulan

Modul I: “Pemanfaatan hasil Penilaian dan Evaluasi untuk Pembelajaran”,


memuat materi: ketuntasan belajar, pembelajaan remedial, pembelajaran
pengayaan, dan laporan pencapaian kompetensi (buku rapor). Materi ini sangat
bermanfaat bagi para pendidik dalam menjalankan tugas-tugasnya, yaitu
pembelajaran. Setelah haisil penilaian dan evaluasi diperoleh, pendidik harus
memastikan ketuntasannya. Selanjutnya pendidik menindaklanjutinya dengan
kegiatan remedial bagi peserta didik yang belum tuntas, dan memberikan
pengayaan kepada peserta didik yang sudah tuntas. Selama menjalankan
rangkaian kegiatan ini, pendidik dituntut untuk bersikap cermat, jujur, adil, dan
terbuka. Karena tanpa sikap tersebut, hasil penilaian dan evaluasi akan menjadi
sia-sia. Melaksanakan kegiatan remedial dan pengayaan harus disesuaikan
dengan kondisi satuan pendidikan. Dengan demikian efektivitas pembelajaran
dapat dicapai. Acuan penulisan laporan pencapaian kompetensi (buku rapor)
peserta didik, sering berubah-ubah. Namun secara umum memiliki kesamaan.
Untuk modul ini, penulisan laporan pencapaian kompetensi mengacu pada
Panduan Penilaian Sekolah Menengah Kejuruan (Desember, 2015).

B. Balikan dan Tindak Lanjut

1. Balikan
a. Hal-hal apa saja yg sudah saudara kuasai berdasarkan pemahaman dan
pengalaman yang berkaitan dengan materi Pemanfaatan Hasil Penilaian
dan Evaluasi Pembelajaran ?
b. Hal-hal apa saja yg masih belum saudara kuasai berdasarkan pemahaman
dan pengalaman yang berkaitan dengan materi Pemanfaatan Hasil
Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran?
c. Saran apa yang dapat saudara sampaikan terkait dengan proses
pembahasan materi Pemanfaatan Hasil Penilaian dan Evaluasi
Pembelajaran agar kegiatan berikutnya lebih baik / lebih berhasil ?

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 55


Penutup

2. Tindak lanjut
Peserta dinyatakan berhasil dalam mempelajari materi ini apabila telah mampu
menjawab soal-soal evaluasi / latihan dalam materi ini, tanpa melihat atau
membuka materi dengan nilai minimal 80. Bagi yang belum mencapai nilai
minimal 80 diharapkan untuk lebih giat mendalami lagi dengan cermat, tekun,
dan terprogram, sehingga dapat memperoleh nilai minimal 80. Melakukan
pembahasan bersama pendidik yang lain, sangat disarankan agar kedalaman
pemahaman dapat diperoleh.

56 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

Kunci Jawaban Latihan

Latihan Materi Pokok 1. Ketuntasan Belajar

1. A

2. C

3. B

4. D

5. D

Latihan Materi Pokok 2. Pembelajaran Remedial

1. A

2. B

3. C

4. B

5. D

Latihan Materi Pokok 3. Pembelajaran Pengayaan

1. B

2. C

3. D

4. C

5. A

Latihan Materi Pokok 4. Laporan Pencapaian Kompetensi

1. D

2. C

3. A

4. B

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 57


Kunci Jawaban Latihan

5. Sesuai dengan Laporan Pencapaian Kompetensi (Buku Rapor) yang sudah


terisi.

RUBRIK LATIHAN

Rubrik Soal Pilihan:

Jawaban Skor
Benar 20
Salah 0
Nilai Latihan (∑)

58 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

Evaluasi

Bapak dan Ibu peserta diklat diminta mengerjakan soal latihan secara mandiri.
Silahkan membaca soal dengan cermat, kemudian piilih satu jawaban yang
Bapak/Ibu anggap paling benar, dengan cara memberi tanda silang (X).

1. Salah satu tujuan penetapan ketuntasan belajar adalah melakukan klasifikasi


terhadap prestasi hasil belajar. Hal ini dilakukan agar dapat mengkategorikan
kelompok ....
A. baik dan cukup
B. lulus dan tidak lulus
C. sangat baik dan baik
D. tuntas dan belum tuntas

2. Carolina mengikuti tes kompetensi pengetahuan, dengan hasil sebagai


berikut: tes 1: 71, tes 2: 74, tes 3: 72, tes 4: 75. Berdasarkan hasil tersebut,
maka skor akhir yang diperoleh Carolina adalah ....
A. 68
B. 72
C. 73
D. 76

3. Bayu mengikuti tes kompetensi keterampilan, dengan hasil sebagai berikut:


tes 1: 74, tes 2: 77, tes 3: 72, tes 4: 76. Berdasarkan hasil tersebut, maka skor
akhir yang diperoleh Carolina adalah ....
A. 74
B. 75
C. 76
D. 77

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 59


Evaluasi

4. Data prestasi hasil belajar peserta didik pada kompetensi pengetahuan adalah
sebagai berikut: Koswara: 68, Deden: 72, Roby: 74, Margaret: 78, Lusiana:
75, Margono: 66, Sumiati: 76, Soleram: 70, Yusuf: 67, dan Marsinta: 62. Pada
Permendikbud no.104/Th 2014 ditetapkan bahwa ketuntasan belajar untuk
kompetensi pengetahuan dan keterampilan, minimal 71. Berdasarkan data
dan ketetapan tersebut, maka peserta didik yang harus mengikuti program
pembelajaran remedial adalah ....
A. 3 orang
B. 4 orang
C. 5 orang
D. 6 orang

5. Kegiatan pembelajaran remedial dilakukan pada saat ....


A. prestasi belajar peserta didik berada di atas batas ketuntasan belajar
minimal
B. prestasi belajar peserta didik berada di bawah batas ketuntasan belajar
minimal
C. awal kegiatan pembelajaran dilakukan, biasanya ketika peserta didik
masih kelas x
D. akhir kegiatan pembelajaran, yaitu ketika peserta didik sudah
menyelesaikan tugas-tugasnya.

6. Data prestasi hasil belajar peserta didik pada kompetensi keterampilan adalah
sebagai berikut: Indra: 67, Engkos: 73, Marwan: 78, Margaret: 76, Lusiana:
74, Sulaiman: 69, Pratiwi: 73, Rosalina: 71, Jefri: 70, dan Basuki: 69. Pada
Permendikbud no.104/Th 2014 ditetapkan bahwa ketuntasan belajar untuk
kompetensi pengetahuan dan keterampilan, minimal 71. Berdasarkan data
dan ketetapan tersebut, maka peserta didik yang harus mengikuti program
pembelajaran pengayaan adalah ....
A. 5 orang
B. 6 orang
C. 7 orang
D. 8 orang

60 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

7. Kegiatan pembelajaran pengayaan dilakukan pada saat ....


A. prestasi belajar peserta didik berada di atas batas ketuntasan belajar
minimal
B. awal kegiatan pembelajaran dilakukan, ketika peserta didik masih
kelas x
C. prestasi belajar peserta didik berada di bawah batas ketuntasan
belajar minimal
D. akhir kegiatan pembelajaran, yaitu ketika peserta didik sudah
menyelesaikan tugas-tugasnya.

8. Sebelum melakukan perancangan program pembelajaran remedial, harus


dilakukan analisis terhadap prestasi hasil belajar peserta didik. Hal ini
dilakukan untuk mendata ....
A. minat
B. keluhan
C. kelemahan
D. keunggulan

9. Makna prestasi hasil belajar satuan pendidikan (sekolah) bagi masyarakat


adalah sebagai ....
A. referensi prestasi sekolah
B. publikasi rutin sebagai promosi
C. informasi yang wajib diberikan oleh sekolah
D. data dari sekolah sebagai mitra masyarakat

10. Peran laporan pencapaian kompetensi (buku rapor) bagi satuan pendidikan
(sekolah) adalah sebagai ....
A. media komunikasi dengan pemangku kepentingan
B. bahan utama penyusunan perancangan program remedial
C. bahan utama penyusunan perancangan program pengayaan
D. sarana pengembangan peserta didik, yang dikelola secara terpadu

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 61


Evaluasi

Kunci Jawaban Evaluasi


1. D
2. C
3. D
4. C
5. B
6. B
7. A
8. C
9. A
10. A

Rubrik Evaluasi

1. Petunjuk Penilaian

Jawaban Skor

Benar 10

Salah 0

Nilai Evaluasi (∑)

2. Klasifikasi Hasil Evaluasi

Kategori Skor

Amat Baik 86 < NA < 100

Baik 70 < NA < 90

Kurang NA < 70

62 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

Daftar Pustaka

Direktorat Pembinaan SMK, 2017. Panduan Penilaian Hasil Belajar pada


Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: .Kementrian Pendidikan dan
kebudayaan.
Kemendikbud. 2014. Permendikbud No. 104 Tahun 2014: tentang Pedoman
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik. Jakarta: Kementrian Pendidikan
dan kebudayaan.
Kemendikbud. 2016. Permendikbud No. 23 Tahun 2016: tentang Standar
Penilaian Pendidikan. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan kebudayaan.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 63


Evaluasi

64 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

Daftar Lembar Kerja

1. Lembar Kerja 1. Ketuntasan Belajar

NAMA MODUL PEDAGOGIK


LK 1
NAMA SESI Pemanfaatan Hasil Penilaian Dan Evaluasi
Pembelajaran

KETUNTASAN BELAJAR

Tujuan:
1. Menentukan Kriteria Ketercapaian Minimal (KKM) secara mandiri dan
cermat, sebagai acuan penentuan kategori prestasi.
2. Mengklasifikasi prestasi belajar peserta didik pada kategori “tuntas” dan
“belum tuntas”, secara mandiri, dan cermat.

Instruksi Kerja:
1. Isilah tabel 1.2. di bawah ini dengan cara memasukkan data prestasi
hasil belajar peserta didik yang Bapak/Ibu ampu.
2. Tentukan KKM berdasarkan Panduan Penilalaian Hasil Belajar SMK
(2017)
3. Klasifikasikan prestasi hasil belajar peserta didik, pada kategori “tuntas”
atau “belum tuntas”, dengan cara memberi tanda contreng (√).
4. Jumlahkan peserta didik dengan kategori “tuntas” dan “belum tuntas”

Jawaban:

Tabel 1.2. Pendataan Ketuntasan Belajar Peserta Didik

No. Nama Prestasi KKM Tuntas Belum


Belajar (√) Tuntas
(√)
1
2
3
...

Jumlah (∑)
Catatan:
 Prestasi belajar, diisi nilai.
 Kategori “Tuntas” dan “Belum Tuntas”, diisi dengan contreng (√)

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 65


Evaluasi

2. Lembar Kerja 2. Pembelajaran Remedial

NAMA MODUL PEDAGOGIK


NAMA SESI Pemanfaatan Hasil Penilaian Dan Evaluasi LK 2
Pembelajaran

PEMBELAJARAN REMEDIAL

Tujuan:
1. Mengidentifikasi kelemahan peserta didik kelompok “belum tuntas” pada
suatu kompetensi dasar secara mandiri, adil, dan cermat.
2. Menganalisiis berbagai kelemahan peserta didik untuk dijadikan dasar
penentuan tindakan perbaikan secara mandiri, adil, dan cermat.

Instruksi Kerja:
1. Cermati isian tabel 1.2 pada LK 1.1, maupun dokumen hasil belajar
peserta didik
2. Isilah tabel di bawah ini dengan cara memasukkan data kelemahan
peserta didik berdasarkan materi yang kurang dikuasai.
3. Tentukan persentase materi yang kurang dikuasai
4. Tuliskan hal-hal yang perlu pada catatan. (pengelompokan, tindakan
perbaikan, ...)
5. Buat rencana tindakan perbaikan berdasarkan isian tabel 2.1.

Jawaban:

Tabel 2.1. Analisis Kelemahan Peserta Didik Kategori Belum Tuntas


No. Nama Materi Kurang Persentase Catatan
Dikuasai (%)
1
2
3
...

Keterangan:
 Pengisian tabel ini adalah tindaklanjut dari pengisian Tabel1.2
 Materi Kurang Dikuasai, diisi materi yang masih belum dikuasai pada salah
satu kompetensi dasar.
 Persentase, diisi jumlah perkiraan dalam persen (%)
 Catatan, diisi tanda kelompok (mis. A, B, C, dsb) berdasarkan kesamaan jenis
materi yang kurang dikuasai. Isian ini akan dijadikan dasar pembentukan
kelompok pembelajaran remedial. Atau diisi tindakan perbaikan yang relevan.

66 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK I

3. Lembar Kerja 3. Pembelajaran Pengayaan

NAMA MODUL PEDAGOGIK


NAMA SESI Pemanfaatan Hasil Penilaian Dan Evaluasi LK 3
Pembelajaran

PEMBELAJARAN PENGAYAAN

Tujuan:
1. Mengidentifikasi fokus minat peserta didik kelompok “tuntas” pada suatu
kompetensi dasar secara mandiri dan cermat.
2. Menganalisiis berbagai fokus minat peserta didik untuk dijadikan dasar
penentuan kegiatan pengayaan secara mandiri, cermat, dan terstruktur.
Instruksi Kerja:
1. Cermati isian tabel 1.2 pada LK 1.1, maupun dokumen hasil belajar
peserta didik.
2. Isilah tabel di bawah ini dengan cara memasukkan data fokus minat
peserta didik berdasarkan materi yang dikuasai.
3. Tuliskan hal-hal yang perlu pada catatan (pengelompokan, alternatif
kegiatan pengayaan, ...)
4. Buat rencana kegiatan pengayaan berdasarkan isian tabel 3.1.
5. Lakukan semua kegiatan di atas secara mandiri, cermat, dan terstruktur.

Jawaban:

Tabel 3.1. Identifikas Minat Peserta Didik Kategori Tuntas


No. Nama Fokus Minat Catatan
1
2
3
...

Keterangan:

 Pengisian tabel ini adalah tindaklanjut dari pengisian Tabel1.2


 Fokus Minat, diisi minat masing-masing peserta didik terhadap
kegiatan yang ditawarkan oleh pendidik. Hal ini dilakukan apabila
kegiatan yang ditawarkan jumlahnya lebih dari satu. Atau diperoleh dari
dokumen hasil belajar peserta didik, terutama yang menonjol
(penguasaan paling baik)
 Catatan, diisi tanda kelompok (mis. A, B, C, dsb) berdasarkan
kesamaan jenis minat dari masing-masing peserta didik. Isian ini akan
dijadikan dasar pembentukan kelompok pembelajaran pengayaan. Atau
alternatif kegiatan pengayaan yang relevan.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 67


Evaluasi

4. Lembar Kerja 4. Laporan Pencapaian Kompetensi

NAMA MODUL PEDAGOGIK


NAMA SESI Pemanfaatan Hasil Penilaian Dan Evaluasi LK 4
Pembelajaran

LAPORAN PENCAPAIAN KOMPETENSI

Tujuan:
1. Menyusun laporan pencapaian kompetensi peserta didik sesuai dengan
sistematika yang telah ditetapkan secara berurutan dan cermat.
2. Mengkomunikasikan pencapaian kompetensi peserta didik secara tertulis
dengan sopan dan cermat.
Instruksi Kerja:
1. Cermati dokumen pencapaian hasil belajar peserta didik yang sudah
dilakukan pengolahan.
2. Data yang diisikan pada buku rapor adalah data peserta didik yang
Bapak/Ibu ampu.
3. Data yang diisikan, minimal 5 peserta didik
4. Isilah buku rapor dengan data pencapaian hasil belajar pesera didik yang
sudah dilakukan pengolahan.
5. Deskripsikan setiap pencapaian hasil belajar peserta didik, sesuai dengan
ketentuan.
6. Rumuskan deskripsi pencapaian hasil belajar peserta didik dengan sopan
dan cermat.

Jawaban:

68 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Evaluasi

70 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

Anda mungkin juga menyukai