Anda di halaman 1dari 249

Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | i


MODUL
PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

MATA PELAJARAN/
KOMPETENSI KEAHLIAN
FISIKA TEKNOLOGI REKAYASA
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)
TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN
KARAKTER DAN PENGEMBANGAN SOAL

KELOMPOK KOMPETENSI A

PROFESIONAL:
BESARAN DAN SATUAN
Penulis:
Sri Munarsih, M.Pd
Penyunting:
Erni Yulianti, S.Pd., M.Pd.

PEDAGOGIK:
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Penulis:
Drs. Hari Amanto, M.Pd, No HP : 081334528524
Perevis:
Dr. Agung Suprihatin, S.Pd, M.Si, No HP: 08125200594
Penelaah:
Dr. Sihkabudin, M.Pd.

Desain Grafis dan Ilustrasi:


Tim Desain Grafis

Copyright © 2017
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Otomotif
dan Elektronika
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan
komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan
Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Kata Sambutan

Peran guru professional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai


kunci keberhasilan belajar siswa. Guru professional adalah guru yang kompeten
membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan
pendidikan yang berkualitas. Hal tersebut menjadikan guru sebagai komponen
yang menjadi focus perhatian pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
dalam peningkatan mutu pendidikan terutama menyangkut kompetensi guru.

Pengembangan profesionalitas guru melalui program Pengembangan


Keprofesional Berkelanjutan (PKB) merupakan upaya peningkatan kompetensi
untuk semua guru. Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan kompetensi guru telah
dilakukan melalui uji kompetensi guru (UKG) untuk kompetensi pedagogic dan
professional padaakhirtahun 2015. Hasil UKG menunjukkan petakekuatan dan
kelemahan kompetensi guru dalam penguasaan pengetahuan. Peta kompetensi
guru tersebut dikelompok kan menjadi 10 (sepuluh) kelompok kompetensi.
Tindak lanjut pelaksanaan UKG diwujudkan dalam bentuk pelatihan guru pasca
UKG melalui program Pengembangan Keprofesional Berkelanjutan. Tujuannya
untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai agen perubahan dan sumber
belajar utama bagi peserta didik. Program Pengembangan Keprofesional
Berkelanjutan dilaksanakan melalui pola tatap muka, daring (online), dan
campuran (blended) tatap muka dengan online.

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan


(PPPPTK), Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik danTenaga
Kependidikan Kelautan Perikanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LP3TK
KPTK), dan Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LP2KS)
merupakan Unit PelaksanaTeknis di lingkungan DirektoratJenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan yang bertanggung jawab dalam mengembangkan perangkat dan
melaksanakan peningkatan kompetensi guru sesuai bidangnya. Adapun perangkat
pembelajaran yang dikembangkan tersebut adalah modul untuk

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | iii


program Pengembangan Keprofesional Berkelanjutan (PKB) tatap muka dan GP
online untuk semua mata pelajaran dan kelompok
kompetensi. Dengan modul ini diharapkan program GP memberikan sumbangan
yang sangat besar dalam peningkatan kualitas kompetensi guru.
Mari kita sukseskan program GP in iuntuk mewujudkan Guru Mulia Karena
Karya. Jakarta, April 2017
Direktur Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan

Sumarna Surapranata, Ph.D


NIP. 195908011985031002

iv | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Kata Pengantar

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
limpahan rahmat dan karunianya sehingga Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Otomotif dan
Elektronika (PPPPTK BOE) Malang dapat menyelesaikan revisi modul ini dengan
baik. Revisi modul ini merupakan penyempurnaan dari modul Guru Pembelajar
yang telah disusun pada tahun 2016. Fokus revisi terletak pada pengintegrasian
Penguatan Pendidikan Karakter dan pengembangan soal.

Modul ini disusun sebagai bahan ajar program Peningkatan Keprofesian


Berkelanjutan yang diselenggarakan baik oleh PPPPTK/LPPKS/LPPPTK
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan maupun oleh instansi terkait lainnya.

Peningkatan Keprofesian Berkelanjutan merupakan upaya yang ditempuh untuk


meningkatkan profesionalisme guru melalui peningkatan kompetensi khususnya
kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Melalui modul ini diharapkan
kempetensi guru dapat ditingkatkan baik melalui kegiatan Peningkatan
Keprofesian Berkelanjutan moda Tatap Muka, Daring (Dalam Jaringan), maupun
Daring Kombinasi.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


semua pihak yang telah membantu sehingga modul ini dapat diselesaikan dan
kami mohon masukan, saran, dan kritik dari para pembaca demi penyempurnaan
modul ini dimasa mendatang. Selanjutnya kepada para pembaca kami ucapkan
selamat belajar, semoga mendapatkan hasil yang maksimal. Amin.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | v


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | vii


MODUL
PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

MATA PELAJARAN/
KOMPETENSI KEAHLIAN
FISIKA TEKNOLOGI REKAYASA
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)
TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN
KARAKTER DAN PENGEMBANGAN SOAL

KELOMPOK KOMPETENSI A

PROFESIONAL:
BESARAN DAN SATUAN
Penulis:
Sri Munarsih, M.Pd

Penyunting:
Erni Yulianti, S.Pd., M.Pd.

Desain Grafis dan Ilustrasi:


Tim Desain Grafis

Copyright © 2017
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Otomotif
dan Elektronika
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan
komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan
Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Daftar Isi

Kata Sambutan.................................................................................................. iii


Kata Pengantar .................................................................................................. v
Daftar Isi ............................................................................................................ ix
Daftar Gambar ................................................................................................... xi
Daftar Tabel ...................................................................................................... xii
Pendahuluan ...................................................................................................... 1
A. Latar belakang ........................................................................................... 1
B. Tujuan Pembelajaran................................................................................. 3
C. Peta Kompetensi ....................................................................................... 4
D. Ruang Lingkup .......................................................................................... 6
E. Cara Penggunaan Modul ........................................................................... 7
Kegiatan Pembelajaran 1 : Fisika dan Peranannya bagi Kehidupan ............ 15
A. Tujuan ..................................................................................................... 15
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ........................................................... 15
C. Uraian Materi ........................................................................................... 15
D. Aktifitas Pembelajaran ............................................................................. 28
E. Latihan/Tugas .......................................................................................... 30
F. Rangkuman ............................................................................................. 30
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ............................................................... 32
Kegiatan Pembelajaran 2 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Laboratorium.................................................................................................... 33
A. Tujuan ..................................................................................................... 33
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ........................................................... 33
C. Uraian Materi ........................................................................................... 33
D. Aktifitas Pembelajaran ............................................................................. 47
E. Latihan/Tugas .......................................................................................... 48
F. Rangkuman ............................................................................................. 48
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ............................................................... 49
Kegiatan Pembelajaran 3 : Besaran dan Satuan............................................ 51
A. Tujuan ..................................................................................................... 51

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | ix


B. Indikator Pencapaian Kompetensi ...........................................................51
C. Uraian Materi ...........................................................................................52
D. Aktifitas Pembelajaran .............................................................................64
E. Latihan/Tugas ..........................................................................................65
F. Rangkuman .............................................................................................66
G. Umpan Balik dan Tindak lanjut ................................................................68
Kegiatan Pembelajaran 4 : Pengukuran .........................................................69
A. Tujuan .....................................................................................................69
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ...........................................................69
C. Uraian Materi ...........................................................................................70
D. Aktivitas Pembelajaran ............................................................................79
E. Latihan/Tugas ..........................................................................................80
F. Rangkuman .............................................................................................80
G. Umpan Balik dan Tindak lanjut ................................................................81
Kegiatan Pembelajaran 5 : Besaran Vektor....................................................83
A. Tujuan .....................................................................................................83
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ...........................................................83
C. Uraian Materi ...........................................................................................83
D. Aktivitas Pembelajaran ..........................................................................100
E. Latihan/Tugas ........................................................................................102
F. Rangkuman ...........................................................................................103
G. Umpan Balik dan Tindak lanjut ..............................................................104
Evaluasi ..........................................................................................................105
Kunci Jawaban...............................................................................................114
Pengembangan Soal......................................................................................123
Penutup ..........................................................................................................127
A. Kesimpulan............................................................................................127
B. Tindak Lanjut .........................................................................................127
Daftar Pustaka................................................................................................129
Glosarium .......................................................................................................131

x | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Daftar Gambar

Gambar 4. 1Jangka Sorong ............................................................................... 74


Gambar 4. 2 Pembacaan Skala Jangka Sorong ................................................ 74
Gambar 4. 3 Mikrometer Sekrup ........................................................................ 75
Gambar 4. 4 Pembacaan Skala Mikrometer Sekrup .......................................... 76
Gambar 4. 5 Neraca Lengan.............................................................................. 77
Gambar 4. 6 Stopwacth ..................................................................................... 78

Gambar 5. 1 Simbol Vektor ................................................................................ 84


Gambar 5. 2 Dua Vektor P dan R Sama Besar .................................................. 85
Gambar 5. 3 Dua Vektor M dan N Sama Besar ................................................. 85
Gambar 5. 4 Dua Vektor Berlawanan Arah ........................................................ 85
Gambar 5. 5 Komponen pada arah sumbu x dan sumbu y ................................ 85
Gambar 5. 6 Komponen Vektor Fx dan Fy ......................................................... 86
Gambar 5. 7 Tiga vektor gaya ............................................................................ 87
Gambar 5. 8 Resultan dua vector A dan B ......................................................... 87
Gambar 5. 9 Resultan Tiga Vektor A, B, dan C .................................................. 87
Gambar 5. 10 Resultan dua vektor A dan B dengan metode jajargenjang ......... 88
Gambar 5. 11 Resultan tiga vektor A, B, dan C dengan metode jajargenjang .... 88
Gambar 5. 12 Resultan dua dengan metode grafik ............................................ 89
Gambar 5. 13 Vektor A dan Vektor B ................................................................. 90
Gambar 5. 14 Resultan dua vector secara analitis ............................................. 90
Gambar 5. 15 Vektor A dan B saling membentuk sudut θ .................................. 91
Gambar 5. 16 Vektor A digambarkan dalam koordinat Cartesius ....................... 92
Gambar 5. 17 Perkalian titik dua vector A dan B ................................................ 95
Gambar 5. 18 Perkalian titik untuk vektor satuan dalam koordinat 3 dimensi ..... 95
Gambar 5. 19 Arah perkalian cross antara dua vektor A dan B .......................... 97
Gambar 5. 20 Arah panah menunjukkan arah putaran....................................... 97
Gambar 5. 21 Arah gerak kedua vektor tersebut kearah z (vektor k )̂ ................ 97
Gambar 5. 22 Arah gerak kedua vektor tersebut kearah –z (vektor -k )̂ ............. 98
Gambar 5. 23 Arah gerak kedua vektor tersebut kearah x (vektor i )̂ ................. 98

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | xi


Gambar 5. 24 Arah gerak kedua vektor tersebut kearah –x (vektor -i )̂ ..............98
Gambar 5. 25 Arah gerak kedua vektor tersebut kearah y (vektor j )̂ .................99
Gambar 5. 26 Arah gerak kedua vektor tersebut kearah-y (vektor -j )̂ ................99

Daftar Tabel

Tabel 1 Peta Kompetensi Modul ......................................................................... 4


Tabel 2 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Fisika SMk
Kelompok Teknologi dan Rekayasa ...................................................................24
Tabel 3 Besaran Pokok ......................................................................................52
Tabel 4 Besaran Turunan ..................................................................................53
Tabel 5 Awalan dalam Sistem Metrik yang digunakan dalam SI ........................54
Tabel 6 Dimensi Besaran Pokok dan Besaran Tambahan .................................57
Tabel 7 Dimensi Besaran Turunan.....................................................................57

xii | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Pendahuluan

A. Latar belakang

Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau
sains. IPA dapat diartikan secara berbeda menurut sudut pandang yang
digunakan. Sebagian besar orang memandang IPA sebagai kumpulan informasi
ilmiah, sedangkan para ilmuwan memandang IPA sebagai sebuah cara (metode)
untuk menguji dugaan (hipotesis), dan para ahli filsafat memandang IPA sebagai
cara bertanya tentang kebenaran dari segala sesuatu yang diketahui.

Perkembangan ilmu fisika mempengaruhi perkembangan teknologi. Kemajuan


ilmu fisika membuat teknologi juga semakin maju. Oleh karena itu dengan
mempelajari fisika tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan saja tetapi
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan yang terjadi di alam sekitar terutama perkembangan teknologi yang
sangat pesat.

Pendidikan sains di sekolah diharapkan dapat menjadi salah satu wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Dengan belajar
fisika peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikir induktif dan
deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam
baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta
dapat mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap.

Pandangan dan pendapat guru fisika mengenai hakikat fisika sangat penting,
sehingga guru perlu selalu berupaya untuk meningkatkan kompetensi
profesionalismenya, salah satunya melalui kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan sebagai esensi pembelajar seumur hidup. Dalam rangka
mendukung pengembangan pengetahuan dan keterampilannya, dikembangkan
modul untuk pembinaan karier guru yang berisi topik-topik penting. Dengan
adanya modul ini, memberikan kesempatan kepada guru untuk belajar lebih
mandiri dan aktif. dengan tidak meninggalkan penguatan pendidikan karakter

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 1


Pendahuluan

(PPK) sejalan dengan salah satu butir Nawacita Presiden Joko Widodo yaitu
memperkuat pendidikan karakter bangsa dengan melakukan Gerakan Nasional
Revolusi Mental (GNRM) yang akan diterapkan di seluruh sendi kehidupan
berbangsa dan bernegara, termasuk di dalam dunia pendidikan. PPK dalam
lembaga pendidikan dilaksanakan melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa
(estetik), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik) dengan dukungan
pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat yang
merupakan bagian dari GNRM.

Implementasi PPK dalam modul ini lebih ditekankan pada aktivitas pembelajaran
dengan mengintegrasikan lima nilai utama karakter bangsa, yaitu: religius,
nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. Kelima nilai utama tersebut
terintegrasi pada kegiatan-kegitan pembelajaran yang ada pada modul. Adapun
sub nilai religius antara lain: cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan
agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar
pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan,
ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang
kecil dan tersisih. Sedangkan sub nilai nasionalis meliputi: apresiasi budaya
bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan
berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin,
menghormati keragaman budaya, suku, dan agama. Sub nilai mandiri antara lain:
etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif,
keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat. Sub nilai gotong royong
antara lain: menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama,
musyawarah mufakat, tolongmenolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti
kekerasan, dan sikap kerelawanan. Terakhir, sub nilai integritas meliputi:
kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan,
tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama
penyandang disabilitas).

Guru fisika dapat merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran


fisika dengan baik, jika telah memahami tiga karakteristik fisika yaitu fisika sebagai
produk, fisika sebagai proses dan fisika sebagai sikap. Fisika sebagai produk
merupakan ilmu pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum,

2 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

rumus, teori dan model. Fisika sebagai proses berkaitan dengan bagaimana ilmu
fisika diperoleh, diuji dan divalidasi melalui observasi dan eksperimen. Fisika sebagai
sikap berkaitan dengan proses mental dan sikap yang berasal dari pemikiran dalam
melaksanakan kegiatan ilmiah yang disebut sebagai sikap ilmiah.

Obyek kajian fisika sangat luas sehingga terbagi menjadi beberapa cabang ilmu.
Dalam modul ini akan dibahas mengenai ilmu fisika dan peranannya bagi
kehidupan, serta besaran-besaran fisika dan pengukurannya termasuk besaran
vektor. Dalam pengukuran besaran fisika, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
alat ukur yang digunakan dan ketidakpastian dalam pengukuran. Oleh karena itu,
ketidapastian dalam pengukuran dan notasi ilmiah juga akan dibahas dengan
tuntas dalam modul ini. Setelah mempelajari modul ini, guru diharapkan dapat
meningkatkan kompetensi pedagogik dan professional secara mandiri. Selain itu,
guru juga diharapkan mampu menguatkan karakter peserta didik melalui
tindakan dan tutur katanya selama proses pembelajaran berdampingan dengan
pengembangan intelektualnya.

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari modul ini diharapkan anda mampu:


1. Menjelaskan hakikat fisika dan peranannya bagi kehidupan
2. Menjelaskan lingkup dan kedalaman fisika SMK bidang Teknologi dan
Rekayasa
3. Menjelaskan prinsip-prinsip dan teori-teori pengelolaan kesehatan dan
keselamatan kerja/belajar di laboratorium fisika sekolah
4. Menjelaskan besaran pokok, besaran turunan dan dimensinya dalam
bidang Teknologi dan Rekayasa
5. Menjelaskan prinsip-prinsip pengukuran meliputi konsep angka penting,
notasi ilmiah dan ketidakpastian dalam pengukuran besaran-besaran fisika
dalam bidang Teknologi dan Rekayasa
6. Melakukan pengukuran besaran panjang, massa, waktu, suhu, luas dan
volume serta massa jenis menggunakan alat ukur yang sesuai

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 3


Pendahuluan

7. Menggunakan persamaan yang berlaku pada penjumlahan, pengurangan,


perkalian, pembagian dan resultan besaran vektor dalam perhitungan
8. Merancang eksperimen fisika tentang penggunaan alat-alat ukur besaran
fisika dalam bidang Teknologi dan Rekayasa

C. Peta Kompetensi

Modul ini disusun mengacu pada Standar Kompetensi Guru Mata Pelajaran
Fisika SMA/MA dan SMK/MAK yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru khususnya kompetensi profesional. Adapun
Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi dari
modul ini seperti pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1 Peta Kompetensi Modul


KOMPETE INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI DASAR
NSI INTI KOMPETENSI
20. Menguasai 1. Memahami konsep- Menjelaskan hakikat fisika,
materi, konsep, hukum-hukum, relevansi dan peranannya
struktur, dan teori-teori Fisika bagi kehidupan
konsep, dan serta penerapannya
pola pikir secara fleksibel.
keilmuan 2. Memahami proses Menjelaskan metode ilmiah
yang berpikir Fisika dalam dan kegunaannya dalam
mendukung mempelajari proses dan mempelajari proses dan
mata gejala alam gejala alam
pelajaran 3. Menggunakan bahasa Menganalisis dimensi
yang simbolik dalam besaran turunan yang
diampu. mendeskripsikan ditemukan pada Bidang
proses dan gejala alam Teknologi dan Rekayasa
4. Memahami struktur Menggunakan persamaan
(termasuk hubungan yang berlaku pada
fungsional antar penjumlahan, pengurangan,
konsep) ilmu Fisika dan perkalian, pembagian dan
ilmu-ilmu lain yang resultan besaran vektor
terkait. dalam perhitungan
5. Bernalar secara Menggunakan konsep angka
kualitatif maupun penting dalam perhitungan
kuantitatif tentang dan pengukuran besaran-
proses dan hukum besaran fisika
Fisika

4 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

KOMPETE INDIKATOR PENCAPAIAN


KOMPETENSI DASAR
NSI INTI KOMPETENSI
6. Menerapkan konsep, Menerapkan prinsip-prinsip
hukum, dan teori fisika eksperimen fisika yang
untuk menjelaskan berkaitan dengan
fenomena biologi, dan penggunaan alat ukur biologi
kimia dan kimia
7. Menjelaskan penerapan Menjelaskan penggunaan
hukum-hukum fisika alat-alat ukur fisika yang
dalam teknologi dapat ditemukan dalam
terutama yang dapat kehidupan sehari-hari
ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari.
8. Memahami lingkup dan Menjelaskan lingkup dan
kedalaman fisika kedalaman fisika SMK bidang
sekolah Teknologi dan Rekayasa
9. Kreatif dan inovatif Menjelaskan fungsi
dalam penerapan dan laboratorium sekolah, tujuan
pengembangan bidang kegiatan yang dilaksanakan
ilmu Fisika dan ilmu- di laboratorium dan fasilitas
ilmu yang terkait yang terdapat di laboratorium

10. Menguasai prinsip- Menjelaskan prinsip-prinsip


prinsip dan teori-teori dan teori-teori pengelolaan
pengelolaan dan kesehatan dan keselamatan
keselamatan kerja/belajar di laboratorium
kerja/belajar di fisika sekolah
laboratorium fisika
sekolah.
11. Menggunakan alat-alat Menggunakan alat-alat ukur,
ukur, alat peraga, alat alat peraga, alat hitung,dan
hitung,dan piranti lunak piranti lunak komputer untuk
komputer untuk meningkatkan pembelajaran
meningkatkan fisika di kelas, laboratorium
pembelajaran Fisika di dan lapangan pada bidang
kelas, laboratorium dan Teknologi dan Rekayasa
Lapangan
12. Merancang eksperimen Merancang eksperimen fisika
fisika untuk keperluan tentang penggunaan alat-alat
pembelajaran atau ukur besaran fisika dalam
penelitian bidang Teknologi dan
Rekayasa
13. Melaksanakan Melaksanakan eksperimen
eksperimen fisika fisika tentang penggunaan
dengan cara yang alat ukur besaran fisika
benar dalam bidang Teknologi dan
Rekayasa

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 5


Pendahuluan

D. Ruang Lingkup

Modul ini terdiri dari 5 kegiatan belajar, yaitu:


1. Kegiatan Belajar 1: Fisika dan Peranannya bagi Kehidupan

1. Hakikat Fisika
2. Relevansi Fisika dengan Ilmu Pengetahuan
3. Relevansi Fisika dan Teknologi
4. Relevansi Fisika dan Sikap Positif terhadap Lingkungan
5. Peranan Fisika bagi Kehidupan
6. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fisika SMK Kelompok Teknologi dan
Rekayasa

2. Kegiatan Belajar 2: Kesehatan dan Keselamatan Kerja di


Laboratorium

1. Pengertian Laboratorium Sekolah


2. Fasilitas Laboratorium Sekolah
3. Sarana Laboratorium Fisika SMK
4. Keselamatan Kerja di Laboratorium Fisika

3. Kegiatan Belajar 3: Besaran dan Satuan

1. Besaran Pokok dan Besaran Turunan


2. Dimensi Besaran
3. Sistem Satuan
4. Konversi Satuan
5. Angka Penting
6. Notasi Ilmiah

4. Kegiatan Belajar 4: Pengukuran

1. Ketidakpastian Pengukuran
2. Instrumen Pengukuran
3. Penggunaan Alat Ukur Besaran Panjang, Massa dan Waktu
4. Merancang Kegiatan Praktikum

6 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

5. Kegiatan Belajar 5: Besaran Vektor

1. Notasi Vektor
2. Komponen-komponen Vektor
3. Vektor Satuan
4. Penjumlahan Vektor
5. Perkalian Vektor

E. Cara Penggunaan Modul

Secara umum, cara penggunaan modul pada setiap Kegiatan Pembelajaran


disesuaikan dengan skenario setiap penyajian mata diklat. Modul ini dapat
digunakan dalam kegiatan pembelajaran guru, baik untuk moda tatap muka
dengan model tatap muka penuh maupun model tatap muka In-On-In. Alur model
pembelajaran secara umum dapat dilihat pada bagan dibawah.

Gambar 1. Alur Model Pembelajaran Tatap Muka

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 7


Pendahuluan

1. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka Penuh

Kegiatan pembelajaran diklat tatap muka penuh adalah kegiatan fasilitasi


peningkatan kompetensi guru melalui model tatap muka penuh yang
dilaksanakan oleh unit pelaksana teknis dilingkungan ditjen. GTK maupun
lembaga diklat lainnya. Kegiatan tatap muka penuh ini dilaksanan secara
terstruktur pada suatu waktu yang di pandu oleh fasilitator.
Tatap muka penuh dilaksanakan menggunakan alur pembelajaran yang dapat
dilihat pada alur dibawah.

Gambar 2. Alur Pembelajaran Tatap Muka Penuh

Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model tatap muka penuh dapat
dijelaskan sebagai berikut,
a. Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan fasilitator memberi kesempatan kepada peserta
diklat untuk mempelajari :
 latar belakang yang memuat gambaran materi

 tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi

8 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

 kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul.



 ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran

 langkah-langkah penggunaan modul

b. Mengkaji Materi

Pada kegiatan mengkaji materi modul Profesional Fisika Teknologi Rekayasa


kelompok kompetensi A Besaran dan Satuan, fasilitator memberi kesempatan
kepada guru sebagai peserta untuk mempelajari materi yang diuraikan secara
singkat sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar. Guru sebagai peserta
dapat mempelajari materi secara individual maupun berkelompok dan dapat
mengkonfirmasi permasalahan kepada fasilitator.

c. Melakukan aktivitas pembelajaran


Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan dipandu oleh fasilitator.
Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini akan menggunakan
pendekatan yang akan secara langsung berinteraksi di kelas pelatihan bersama
fasilitator dan peserta lainnya, baik itu dengan menggunakan diskusi tentang
materi, malaksanakan praktik, dan latihan kasus.
Lembar kerja pada pembelajaran tatap muka penuh adalah bagaimana
menerapkan pemahaman materi-materi yang berada pada kajian materi.
Pada aktivitas pembelajaran materi ini juga peserta secara aktif menggali
informasi, mengumpulkan dan mengolah data sampai pada peserta dapat
membuat kesimpulan kegiatan pembelajaran.

d. Presentasi dan Konfirmasi


Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi hasil kegiatan sedangkan
fasilitator melakukan konfirmasi terhadap materi dan dibahas bersama.

e. Refleksi
Pada bagian ini peserta dan penyaji me-review atau melakukan refleksi materi
berdasarkan seluruh kegiatan pembelajaran, kemudian didampingi oleh panitia
menginformasikan tes akhir yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang
dinyatakan layak tes akhir.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 9


Pendahuluan

2. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka In-On-In

Kegiatan diklat tatap muka dengan model In-On-In adalan kegiatan fasilitasi
peningkatan kompetensi guru yang menggunakan tiga kegiatan utama, yaitu In
Service Learning 1 (In-1), on the job learning (On), dan In Service Learning 2 (In-
2). Secara umum, kegiatan pembelajaran diklat tatap muka In-On-In tergambar
pada alur berikut ini.

Gambar 3. Alur Pembelajaran Tatap Muka model In-On-In

Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model In-On-In dapat dijelaskan


sebagai berikut,
a. Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan disampaikan bertepatan pada saat pelaksanaan In
service learning 1 fasilitator memberi kesempatan kepada peserta diklat untuk
mempelajari :
 latar belakang yang memuat gambaran materi

 tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi

10 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

 kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul.



 ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran

 langkah-langkah penggunaan modul

b. In Service Learning 1 (IN-1)

Mengkaji Materi
Pada kegiatan mengkaji materi modul Profesional Fisika Teknologi Rekayasa
kelompok kompetensi A Besaran dan Satuan, fasilitator memberi kesempatan
kepada guru sebagai peserta untuk mempelajari materi yang diuraikan secara
singkat sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar. Guru sebagai peserta
dapat mempelajari materi secara individual maupun berkelompok dan dapat
mengkonfirmasi permasalahan kepada fasilitator.

Melakukan aktivitas pembelajaran


Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan dipandu oleh fasilitator.
Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini akan menggunakan
pendekatan/metode yang secara langsung berinteraksi di kelas pelatihan, baik itu
dengan menggunakan metode berfikir reflektif, diskusi, brainstorming, simulasi,
maupun studi kasus yang kesemuanya dapat melalui Lembar Kerja yang telah
disusun sesuai dengan kegiatan pada IN1.
Pada aktivitas pembelajaran materi ini peserta secara aktif menggali informasi,
mengumpulkan dan mempersiapkan rencana pembelajaran pada on the job
learning.

c. On the Job Learning (ON)


Mengkaji Materi
Pada kegiatan mengkaji materi modul Profesional Fisika Teknologi Rekayasa
kelompok kompetensi A Besaran dan Satuan,, guru sebagai peserta akan
mempelajari materi yang telah diuraikan pada in service learning 1 (IN1). Guru
sebagai peserta dapat membuka dan mempelajari kembali materi sebagai bahan
dalam mengerjaka tugas-tugas yang ditagihkan kepada peserta.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 11


Pendahuluan

3. Melakukan aktivitas pembelajaran

Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah maupun


di kelompok kerja berbasis pada rencana yang telah disusun pada IN1 dan
sesuai dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul. Kegiatan
pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini akan menggunakan
pendekatan/metode praktik, eksperimen, sosialisasi, implementasi, peer
discussion yang secara langsung di dilakukan di sekolah maupun kelompok kerja
melalui tagihan berupa Lembar Kerja yang telah disusun sesuai dengan kegiatan
pada ON.

Pada aktivitas pembelajaran materi pada ON, peserta secara aktif menggali
informasi, mengumpulkan dan mengolah data dengan melakukan pekerjaan dan
menyelesaikan tagihan pada on the job learning.

a. In Service Learning 2 (IN-2)


Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi produk-produk tagihan ON yang
akan di konfirmasi oleh fasilitator dan dibahas bersama.

b. Refleksi
Pada bagian ini peserta dan penyaji me-review atau melakukan refleksi materi
berdasarkan seluruh kegiatan pembelajaran, kemudian didampingi oleh panitia
menginformasikan tes akhir yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang
dinyatakan layak tes akhir.

4. Lembar Kerja

Modul pembinaan karir guru Profesional Fisika Teknologi Rekayasa kelompok


kompetensi A Besaran dan Satuan, terdiri dari beberapa kegiatan pembelajaran
yang didalamnya terdapat aktivitas-aktivitas pembelajaran sebagai pendalaman
dan penguatan pemahaman materi yang dipelajari.
Modul ini mempersiapkan lembar kerja yang nantinya akan dikerjakan oleh
peserta, lembar kerja tersebut dapat terlihat pada table berikut.

12 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Tabel 1. Daftar Lembar Kerja Modul


No Kode LK Nama LK Keterangan
1. LK.1.1. Peristiwa Alam yang Berhubungan TM, IN1
dengan Fisika
2. LK.1.2. Peranan Fisika di Bidang Teknologi TM, IN1
3. LK.2.1. Tata Tertib Praktikum Fisika TM, IN1
4. LK.3.1. Satuan Baku dan Tidak Baku TM, ON
5. LK.3.2. Besaran, Satuan dan Alat Ukurnya TM, IN1
6. LK.4.1. Rancangan Praktikum Besaran Panjang TM, ON
7. LK.5.1. Besaran Vektor dan Besaran Skalar TM, IN1
8. LK.5.2. Resultan Vektor TM, IN1

Keterangan.
TM : Digunakan pada Tatap Muka Penuh
IN1 : Digunakan pada In service learning 1
ON : Digunakan pada on the job learning

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 13


Pendahuluan

14 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Kegiatan Pembelajaran 1 :
Fisika dan Peranannya bagi Kehidupan

A. Tujuan

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran 1, diharapkan anda dapat:


1. Menjelaskan hakikat fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
2. Menjelaskan relevansi fisika dengan ilmu pengetahuan
3. Menjelaskan relevansi fisika dan teknologi
4. Menjelaskan relevansi fisika dan sikap positif terhadap lingkungan
5. Menjelaskan peranan fisika bagi kehidupan
6. Menjelaskan ruang lingkup mata pelajaran fisika SMK Kelompok Teknologi
Informasi dan Komunikasi

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Menjelaskan hakikat fisika, relevansi dan peranannya bagi kehidupan


2. Menjelaskan ruang lingkup mata pelajaran fisika SMK bidang Teknologi dan
Rekayasa

C. Uraian Materi

Hakikat Fisika
Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau
dikenal dengan sains. Menurut Collette dan Chiappett sains pada hakekatnya
merupakan sebuah kumpulan pengetahuan (a body of knowledge), cara atau
jalan berpikir (a way of thinking), dan cara untuk penyelidikan (a way of
investigating). Istilah lain yang dapat digunakan untuk menyatakan hakikat IPA
adalah IPA sebagai produk untuk menggantikan pernyataan kumpulan
pengetahuan (a body of knowledge), sebagai sikap untik menggantika cara atau
jalan berpikir (a way of thinking), dan sebagai proses untuk menggantikan cara
untuk penyelidikan (a way of investigating).

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 15


Kegiatan Pembelajaran 1

Karena fisika merupakan bagian dari IPA atau sains maka hakikat fisika sama
dengan hakikat IPA atau sains. Jadi hakikat fisika adalah sebagai proses,
sebagai produk dan sebagai sikap.

a. Fisika sebagai Proses


Fisika sebagai proses memberikan gambaran mengenai pendekatan yang
digunakan untuk menyusun pengetahuan. Para ilmuwan astronomi menyusun
pengetahuan mengenai astronomi dengan berdasarkan kepada observasi dan
prediksi. Ilmuwan lain banyak yang menyusun pengetahuan dengan berdasarkan
kepada kegiatan laboratorium atau eksperimen yang terfokus pada hubungan
sebab akibat.

Untuk memahami fenomena alam dan hukum-hukum yang berlaku, perlu


dipelajari objek-objek dan kejadian-kejadian di alam itu. Objek-objek dan
kejadian-kejadian alam itu harus diselidiki dengan melakukan eksperimen dan
observasi serta dicari penjelasannya melalui proses pemikiran untuk
mendapatkan alasan dan argumentasinya. Jadi pemahaman fisika sebagai
proses adalah pemahaman mengenai bagaimana informasi ilmiah dalam fisika
diperoleh, diuji, dan divalidasikan.

Pemahaman fisika sebagai proses sangat berkaitan dengan kata-kata kunci


fenomena, dugaan, pengamatan, pengukuran, penyelidikan, dan publikasi.
Pembelajaran yang merupakan tugas guru termasuk ke dalam bagian
mempublikasikan. Dengan demikian pembelajaran fisika sebagai proses
hendaknya berhasil mengembangkan keterampilan proses sains pada diri
peserta didik. Ketrampilan proses sains meliputi:
1) mengamati
2) mengklasifikasi
3) mengukur
4) mengajukan pertanyaan
5) merumuskan hipotesis
6) merencanakan penyelidikan
7) menafsirkan
8) mengkomunikasikan

16 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

b. Fisika sebagai Produk


Fisika sebagai produk merupakan kumpulan ilmu pengetahuan dari hasil-hasil
penemuan dalam berbagai kegiatan penyelidikan yang kreatif yang dilakukan
oleh para ilmuwan dan disusun secara sistematik. Kumpulan pengetahuan dapat
berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, rumus, teori dan model.

Fakta
Fakta adalah keadaan atau kenyataan yang sesungguhnya dari segala peristiwa
yang terjadi di alam. Fakta merupakan dasar bagi konsep, prinsip, hukum, teori
atau model. Sebaliknya kita juga dapat menyatakan bahwa, konsep, prinsip,
hukum, teori, dan model keberadaannya adalah untuk menjelaskan dan
memahami fakta.

Konsep
Konsep adalah abstraksi dari berbagai kejadian, objek, fenomena dan fakta.
Konsep dapat berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai
hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti /isi dan
sebagainya.

Prinsip dan hukum


Prinsip dan hukum sering digunakan secara bergantian. Prinsip adalah hal-hal
utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium,
postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antar konsep yang
menggambarkan implikasi sebab akibat

Rumus
Rumus adalah pernyataan matematis dari suatu fakta, konsep, prinsip, hukum,
dan teori. Dalam rumus kita dapat melihat saling keterkaitan antara konsep-
konsep dan variable-variabel. Pada umumnya prinsip dan hukum dapat
dinyatakan secara matematis.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 17


Kegiatan Pembelajaran 1

Teori
Teori disusun untuk menjelaskan sesuatu yang tersembunyi atau tidak dapat
langsung diamati, misalnya teori atom, teori kinetik gas, teori relativitas. Teori
tetaplah teori tidak mungkin menjadi hukum atau fakta. Teori bersifat tentatif
sampai terbukti tidak benar dan diperbaiki.

Model
Model adalah sebuah presentasi yang dibuat untuk sesuatu yang tidak dapat
dilihat.. Model sangat berguna untuk membantu memahami suatu fenomena
alam, juga berguna untuk membantu memahami suatu teori. Sebagai contoh,
model atom Bohr membantu untuk memahami teori atom.

Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
1) Mempunyai obyek kajian berupa benda kongkret (nyata dan ada). Kajian
yang dilakukan berupa tingkah laku dan kondisi fisik dari benda tersebut.
Kajian yang berupa tingkah laku suatu objek seperti kondisi seorang
manusia yang sedang mendorong dan menarik suatu benda. Adapun
contoh kajian yang berupa kondisi fisik adalah seperti kajian mengenai
pengaruh perubahan suatu benda karena suhu lingkungan.
2) Dikembangkan berdasarkan pengalaman atau juga dengan percobaan
yang disengaja.
3) Sistematis, yaitu menggunakan langkah-langkah yang urut dan bersifat
baku.
4) Menggunakan cara berpikir logis dan konsisten, yaitu cara berpikir yang
menggunakan logika, teratur, dan disiplin.
5) Hasil kajiannya bersifat objektif, artinya selalu memihak kebenaran ilmiah.
6) Hukum-hukum fisika yang dihasilkan dari berbagai percobaan berlaku
umum namun dengan beberapa ketentuan yang mendukung.

18 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

c. Fisika sebagai Sikap


Fisika sebagai sikap berkaitan dengan proses mental dan sikap yang berasal dari
pemikiran dan argumen para ilmuwan ketika melaksanakan kegiatan ilmiah. Sikap
ilmiah menggambarkan, rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti, tekun, kritis, kreatif,
bertanggungjawab dan terbuka serta mau mendengarkan pendapat orang lain.

Relevansi Fisika dengan Ilmu Pengetahuan


Bidang studi fisika akan tetap relevan untuk dipelajari karena fisika merupakan
satu bagian penting dari pendidikan sains. Dalam perkembangannya fisika telah
banyak berkontribusi terhadap penemuan berbagai teknologi yang bermanfaat
untuk umat manusia, seperti lampu pijar, mesin uap, bahkan sampai energi nuklir
sebagai hasil kemajuan di bidang fisika. Dalam perkembangannya sekarang ini,
bidang fisika dibutuhkan untuk menjelaskan atau memahami bidang di luar fisika.

Banyak ilmu-ilmu pengetahuan lain yang menggunakan fisika. Sejak


ditemukannya teori gravitasi oleh Newton maka ilmu astronomi dikembangkan
menjadi ilmu astrofisika. Dengan teori kuantum, fenomena dalam bidang kimia
menjadi mudah untuk dijelaskan. Bahkan dalam bidang biologi tentangkejadian
hidup, lebih dapat dipahami dengan teori termodinamika modern. Bidang-bidang
teknik menjadi suatu bidang yang banyak menggunakan fisika dalam
penerapannya. Teknik bangunan, teknik persenjataan, teknik mesin dan teknik
elektro merupakan bidang-bidang dalam jangkauan ilmu fisika. Pada masa
sekarang penggabungan ilmu fisika dan teknik digunakan untuk memecahkan
banyak persoalan dalam meningkatkan kesejahteraan manusia, seperti
penyediaan energi, pengembangan teknologi informasi dan penemuan bahan-
bahan baru yang bermanfaat.

Seorang ahli terapi jasmani, akan mengerjakan suatu pekerjaan yang lebih efektif
jika mengetahui prinsip-prinsip pusat gaya berat dan aksi gaya-gaya di dalam
tubuh manusia. Pengetahuan tentang prinsip-prinsip pusat gaya berat dan aksi
gaya-gaya di dalam tubuh manusia. Pengetahuan tentang prinsip-prinsip
pengoperasian perlengkapan optik dan elektronik adalah membantu dalam
berbagai bidang.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 19


Kegiatan Pembelajaran 1

Para ilmuwan di bidang arsitek juga akan tertarik pada sifat kehilangan dan
kehadiran panas dalam tubuh manusia dan pada timbulnya rasa nyaman atau
tidak nyaman. Arsitek sendiri mungkin tidak pernah harus menghitung, misalnya
dimensi-dimensi pipa dalam suatu system pemanas atau gaya-gaya yang terlibat
dalam suatu struktur tertentu untuk menentukan apakah dia akan tetap tegak
atau tidak. Namun demikian, arsitek juga harus mengetahui prinsip-prinsip di
balik analisis-analisis ini agar dapat membuat suatu rancangan-rancangan yang
realistis dan dapat berkomunikasi secara efektif dengan konsultan-konsultan
teknik dan spesialis-spesialis lain. Dari titik pandang estetika atau psikologis,
arsitek harus menyadari gaya-gaya yang terlibat dalam suatu struktur karena
ketidakstabilan, sekalipun hanya ilusi dapat membuat rasa tidak nyaman kepada
mereka yang harus tinggal atau bekerja di dalam bangunan itu.

Memang banyak kelebihan yang kita kagumi pada arsitektur tiga millennium yang
lalu yang diperkenalkan bukan untuk efek dekoratifnya tapi agaknya untuk
tujuan-tujuan praktis. Misalnya, kornis dan pedimen pada jendela-jendela adalah
untuk membagi beban pada tiang pada bangunan di atas dan di bawah.
Pembangunan lengkungan sebagai suatu peralatan untuk membentangi ruang
dan pada waktu yang bersamaan untuk menopang suatu beban berat. Kita
melihat bahwa lengkungan yang tirus atau gaya gothik, bukanlah pada mulanya
suatu piranti dekoratif, tetapi merupakan suatu bentuk pengembangan teknologi
kepentingan yang berdasar.

Relevansi Fisika dan Teknologi


Ilmu fisika dapat menguraikan dan menganalisis struktur dan peristiwa-peristiwa
di alam, teknik dan dunia yang ada di sekitar manusia. Dengan kemampuan ini,
ilmu fisika berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi. Dalam hal ini,
dapat diartikan bahwa karakteristik ilmu fisika terkait dengan tingkat
perkembangan teknologi.

Teknologi yang berhubungan dengan alat-alat elektronika menjadi berkembang


pesat dengan ditemukannya bahan semikonduktor yang dikembangkan melalui
bidang fisika zat padat. Dari bahan ini, komponen elektronika menjadi lebih efisien
dan berkemampuan tinggi. Transistor yang semula tidak praktis karena berukuran

20 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

besar (bentuk tabung) semakin kecil ukurannya dan praktis. Ditemukan IC


(integrated circuit) menambah teknologi bidang elektronika menjadi semakin
praktis dan simple. Sekarang ini banyak dijumpai alat-alat elektronik yang
tergolong praktis, simple, dan berkemampuan tinggi. Ada radio saku, komputer
dengan processor yang semakin pintar dan kecepatan tinggi, monitor dan TV
layar datar (LCD), handphone, dan lain-lain.

Teknologi yang berhubungan dengan lingkungan semaking bertambah maju.


Ditemukannya teknologi satelit disebabkan perkembangan ilmu fisika bidang
Antariksa dan piranti elektronika. Dengan adanya satelit maka lingkungan di
sekitar kita menjadi semakin mudah diamati. Kondisi atmosfer menjadi mudah
dipantau, seperti keadaan meteorologist atmosfer (keawanan, ozon, dan
keadaan cuaca) dan kandungan gas-gas polutan di udara. Kondisi hutan dunia
juga menjadi mudah dipantau karena seperti luas hutan yang tersisa dan titik-titik
yang menunjukkan terjadinya kebakaran hutan. Dengan adanya stelit juga
menambah kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi. Seperti
memperluas jaringan telekomunikasi dan memperlebar jangkauan siaran televisi.

Pengetahuan tentang terjadinya hujan yang dipelajari melalui fisika atmosfer dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi hujan buatan. Perkembangan dalam
fisika plasma dan fusi mendorong kemajuan dalam teknologi penyediaan energy
yang efisien, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Relevansi Fisika dan Sikap Positif terhadap Lingkungan


Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), khususnya fisika diharapkan dapat
mengembangkan sikap ilmiah (scientific attitude), seperti sikap ingin tahu
(curiosity), kebiasaan mencari bukti sebelum menerima pernyataan (respect for
evidence), sikap luwes dan terbuka dengan gagasan ilmiah (flexibility), kebiasaan
bertanya secara kritis (critical reflection) dan sikap peka terhadap makhluk hidup
dan lingkungan sekitar (sensitivity to living things and environment). Kurikulum
mata pelajaran IPA juga menggariskan bahwa salah satu tujuannya adalah untuk
membina sikap positif siswa terhadap lingkungan hidup. Dengan memiliki
pengetahuan IPA yang baik dan sikap-sikap di atas, diharapkan tertanam sikap

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 21


Kegiatan Pembelajaran 1

yang positif pada siswa terhadap lingkungan. Sikap-sikap ilmiah tersebut dapat
dicapai jika proses belajar mengajar IPA melibatkan berbagai metode mengajar
khususnya eksperimen. Jadi, tidak sekedar interaksi satu arah dan menekankan
hafalan (rote learning), tetapi belajar yang sesungguhnya (meaningful learning).

Tampaknya proses belajar mengajar yang demikian, masih belum banyak


dipraktikkan oleh kalangan pengajar IPA. Alasan klasik adalah kurangnya waktu
belajar karena beban kurikulum yang padat. Terlepas dari adanya kendala
tersebut, sesungguhnya yang terpenting adalah kemampuan guru untuk
menyiasatinya. Guru dituntut kemampuannya untuk menganalisis materi yang
diajarkan, dan memilih konsep-konsep fundamental yang harus dikuasai siswa.
Dengan adanya penguasaan terhadap materi fundamental ini diharapkan siswa
dengan sendirinya mampu memahami konsep lainnya dengan lebih mudah. Jika
kemampuan ini dimiliki guru maka proses belajar mengajar tidak lagi berorientasi
pada penyelesaian materi, tetapi lebih pada pemahaman tuntas. Dengan
demikian, proses belajar mengajar dapat berlangsung lebih efisien dengan
melibatkan berbagai metode yang bervariasi termasuk kegiatan praktikum di
laboratorium

Peranan Fisika bagi Kehidupan Manusia


Fisika mempunyai arti penting dalam kemasyarakatan. Fisika dapat menjelaskan
kepada masyarakat umum tentang hubungan-hubungan berbagai benda dan
gejalanya dengan secukupnya. Dengan metode fisika, dalam suatu negara yang
demokratis, keputusan-keputusan yang diambil harus berdasarkan informasi dan
fakta yang sebenarnya, bukan berdasar pada emosi-emosi yang tidak bernalar.

Manfaat bidang studi fisika dalam masyarakat terkait dengan lingkaran masalah
Alam-Teknologi-Manusia dan Lingkungan. Perkembangan ilmu fisika yang pesat
memicu perkembangan bidang teknologi. Perkembangan ini memicu eksploitasi
sumber daya alam yang berlebihan yang membahayakan lingkungan hidup, akibat
akhirnya juga berdampak pada kehidupan manusia dan masyarakat. Jadi, secara
langsung maupun tidak langsung, bidang fisika akan berpengaruh terhadap
masyarakat. Agar menghasilkan pengaruh positif bagi masyarakat, maka bidang

22 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

studi fisika harus didesain menjadi bidang studi yang bermanfaat bagi
perkembangan peradaban masyarakat.

Manfaat yang lebih spesifik akan terlihat jelas dalam standar kompetensi yang
ditetapkan dalam tiap-tiap bahasan materi pokok yang akan diberikan. Salah
satunya dengan belajar fisika maka siswa akan mampu bersikap ilmiah dengan
ditandai dengan kemampuan membedakan fakta dengan opini, bersikap jujur,
peduli terhadap lingkungan dan lainnya, seperti yang tercantum dalam indikator.

Pada zaman modern seperti sekarang ini, ilmu fisika sangat mendukung
perkembangan teknologi, industri, komunikasi, dan kedokteran. Penerapan fisika
dalam kehidupan dijelaskan sebagai berikut.

a. Bidang Kedokteran dan Kesehatan


1) Penemuan sinar rontgen untuk mendeteksi patah tulang.
2) Penemuan sinar laser untuk memecah batu ginjal dalam tubuh manusia.
3) Penerapan konsep pemantulan cahaya dalan proses pembedahan.
4) Penemuan peralatan gelombang radio untuk mendeteksi kondisi bayi di
dalam perut.
5) Penemuan sinar gamma untuk proses sterilisasi peralatan bedah.

b. Bidang Pertanian
1) Penemuan bibit unggul dari proses rekayasa genetika.
2) Penemuan peralatan pertanian yang membantu kerja petani, seperti
mesin bajak sawah.

c. Bidang Transportasi
1) Penemuan konsep tekanan di dalam ruang tertutup yang mengilhami
terciptanya konsep mesin berbahan bakar minyak.
2) Penemuan berbagai konsep gerakan benda yang berpengaruh terhadap
pembuatan mobil dan motor.
3) Pembuatan kereta maglev menggunakan superkonduktor.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 23


Kegiatan Pembelajaran 1

d. Bidang Industri
1) Penemuan berbagai jenis mesin, baik diesel maupun bensin yang
mempermudah proses produksi. Hal ini lebih dikenal sebagai revolusi
industri.
2) Penemuan teknologi laser untuk membantu supervisi benda hasil
industri. Contohnya, penggunaan laser untuk mendeteksi keretakan.
3) Scanning ultrasonik untuk mendeteksi retak dalam struktur logam.
4) Penggunaan sonar dalam industri kelautan.
5) Penggunaan gelombang akustik untuk mendeteksi kandungan gas atau
minyak bumi.

e. Bidang Komunikasi
1) Gelombang elektromagnetik pada telepon genggam.
2) Fiber optic untuk jaringan internet.
3) Pengiriman data melalui satelit.

f. Bidang Energi
1) Generator sebagai penghasil energi listrik.
2) Penggunaan radioaktif sebagai reaktor nuklir.
3) Sel surya sebagai energi alternatif.

Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fisika SMK Kelompok Teknologi


Informasi dan Komunikasi
Kompetensi inti dan kompetensi dasar mata pelajaran fisika SMK Kelompok
Teknologi Informasi dan Komunikasi sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 60 Tahun 2014 adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Fisika SMk
Kelompok Teknologi dan Rekayasa
Kelas X

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR


1. Menghayati dan 1.1 Memahami nilai-nilai keimanan
mengamalkan ajaran dengan menyadari hubungan
agama yang dianutnya keteraturan dan kompleksitas alam

24 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR


dan jagad raya terhadap kebesaran
Tuhan yang menciptakannya
1.2 Mendeskripsikan kebesaran Tuhan
yang mengatur karakteristik
fenomena gerak, fluida, dan kalor
2. Menghayati dan 2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah
mengamalkan perilaku (memiliki rasa ingin tahu; objektif;
jujur, disiplin, jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati;
tanggungjawab, peduli bertanggung jawab; terbuka; kritis;
(gotong royong, kerjasama, kreatif; inovatif dan peduli
toleran, damai), santun, lingkungan) dalam aktivitas sehari-
responsif dan pro-aktifdan hari sebagai wujud implementasi
menunjukan sikap sebagai sikap dalam melakukan percobaan
bagian dari solusi atas dan berdiskusi
berbagai permasalahan 2.2 Menghargai kerja individu dan
dalam berinteraksi secara kelompok dalam aktivitas sehari-
efektif dengan lingkungan hari sebagai wujud implementasi
sosial dan alam serta melaksanakan percobaan dan
dalam menempatkan diri melaporkan hasil percobaan
sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan 3.1 Memahami hakikat fisika dan
dan menganalisis prinsip-prinsip pengukuran
pengetahuan faktual, (ketepatan, ketelitian dan aturan
konseptual, dan prosedural angka penting)
berdasarkan rasa ingin 3.2 Memahami gerak lurus dengan
tahunya tentang ilmu kecepatan dan percepatan konstan
pengetahuan, teknologi, 3.3 Menganalisis besaran fisis pada
seni, budaya, dan gerak melingkar dengan kecepatan
humaniora dalam wawasan konstan dan penerapannya dalam
kemanusiaan, teknologi
kebangsaan, kenegaraan, 3.4 Memahami hukum –hukum Newton
dan peradaban terkait 3.5 Memahami konsep gerak translasi
penyebab fenomena dan dan rotasi
kejadian dalam bidang 3.6 Memahami konsep keseimbangan
kerja yang spesifik untuk benda tegar
memecahkan masalah. 3.7 Memahami konsep impuls dan
hukum kekekalan momentum
3.8 Memahami konsep usaha, energi
dan daya
3.9 Mendiskripsikan sifat elastisitas
material dari suatu bahan
3.10 Menerapkan hukum-hukum yang
berhubungan dengan fluida statis
dan dinamis
3.11 Mendiskripsikan konsep suhu dan
kalor
3.12 Memahami pengaruh kalor
terhadap zat

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 25


Kegiatan Pembelajaran 1

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR


4. Mengolah, menalar, dan 4.1 Menyajikan hasil pengukuran
menyaji dalam ranah besaran fisis dengan
konkret dan ranah abstrak menggunakan peralatan dan teknik
terkait dengan yang tepat untuk penyelidikan
pengembangan dari yang ilmiah.
dipelajarinya di sekolah 4.2 Menyajikan data dan grafik hasil
secara mandiri, dan percobaan perpindahan - waktu
mampu melaksanakan untuk mengetahui, kecepatan, dan
tugas spesifik di bawah kecepatan –waktu untuk
pengawasan langsung. mengetahui percepatan
4.3 Menyajikan hasil analisis
berdasarkan pengamatan terkait
dengan gerak melingkar
4.4 Menggunakan hukum Newton
dalam memecahkan masalah
kehidupan sehari-hari
4.5 Merencanakan dan melaksanakan
percobaan gerak translasi dan
rotasi
4.6 Merencanakan dan melaksanakan
percobaan keseimbangan benda
tegar
4.7 Menggunakan konsep impuls dan
momentum dalam memecahkan
masalah sehari-hari
4.8 Menyajikan hasil analisis
berdasarkan hasil pengamatan
tentang usaha, energi dan daya
dalam kehidupan sehari-hari
4.9 Merencanakan dan melaaksanakan
percobaan berkaitan dengan
elastisitas suatu bahan
4.10 Menyajikan hasil analisis
berdasarkan
pengamatan/percobaan berkaitan
dengan sifat-sifat fluida statik dan
dinamik
4.11 Mengolah hasil penyelidikan yang
berkaitan dengan suhu dan kalor
4.12 Menyaji hasil penyelidikan
mengenai cara perpindahan kalor

Kelas XI

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR


1. Menghayati dan 1.1 Memahami nilai-nilai keimanan
mengamalkan ajaran dengan menyadari hubungan
agama yang dianutnya keteraturan dan kompleksitas alam

26 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR


dan jagad raya terhadap kebesaran
Tuhan yang menciptakannya
1.2 Mendeskripsikan kebesaran Tuhan
yang mengatur karakteristik bunyi,
cahaya, gas, fenomena optik,
gelombang, listrik, dan magnet
2. Menghayati dan 2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah
mengamalkan perilaku (memiliki rasa ingin tahu; objektif;
jujur, disiplin, jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati;
tanggungjawab, peduli bertanggung jawab; terbuka; kritis;
(gotong royong, kerjasama, kreatif; inovatif dan peduli
toleran, damai), santun, lingkungan) dalam aktivitas sehari-
responsif dan pro-aktifdan hari sebagai wujud implementasi
menunjukan sikap sebagai sikap dalam melakukan percobaan
bagian dari solusi atas dan berdiskusi
berbagai permasalahan 2.2 Menghargai kerja individu dan
dalam berinteraksi secara kelompok dalam aktivitas sehari-
efektif dengan lingkungan hari sebagai wujud implementasi
sosial dan alam serta melaksanakan percobaan dan
dalam menempatkan diri melaporkan hasil percobaan
sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, 3.1 Memahami sifat, persamaan gas
dan menganalisis dan hukum-hukum
pengetahuan faktual, thermodinamika
konseptual, prosedural, 3.2 Mendiskripsikan konsep
dan metakognitif gelombang mekanik dalam
berdasarkan rasa ingin kehidupan sehari-hari dan teknologi
tahunya tentang ilmu 3.3 Memahami konsep dan prinsip
pengetahuan, teknologi, gelombang bunyi dan cahaya
seni, budaya, dan dalam teknologi
humaniora dalam wawasan 3.4 Menganalisis penggunaan alat–alat
kemanusiaan, optik dalam kehidupan sehari–hari
kebangsaan, kenegaraan, dan teknologi
dan peradaban terkait 3.5 Mengevaluasi prinsip kerja
penyebab fenomena dan peralatan listrik searah (DC) dalam
kejadian dalam bidang kehidupan sehari-hari
kerja yang spesifik untuk 3.6 Menganalisis rangkaian arus bolak-
memecahkan masalah. balik (AC) serta penerapannya
3.7 Menganalis gaya listrik, kuat
medan listrik, fluks, potensial listrik,
energi potensial listrik serta
penerapannya pada berbagai
kasus
3.8 Menganalisis induksi magnet dan
gaya magnetik pada berbagai
produk teknologi

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 27


Kegiatan Pembelajaran 1

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR


3.9Memahami fenomena induksi
elektromagnetik berdasarkan
percobaan
3.10 Mengevaluasi pemikiran dirinya
tentang radiasi elektromagnetik,
pemanfaatannya dalam teknologi
dan dampaknya pada kehidupan
4. Mengolah, menalar, dan 4.1 Merencanakan dan melaksanakan
menyaji dalam ranah percobaan sifat gas dan hukum
konkret dan ranah abstrak thermodinamika
terkait dengan 4.2 Merencanakan dan melaksanakan
pengembangan dari yang pengamatan konsep gelombang
dipelajarinya di sekolah mekanik dalam kehidupan sehari-
secara mandiri, bertindak hari dan teknologi
secara efektif dan kreatif, 4.3 Merencanakan dan melaksanakan
dan mampu melaksanakan percobaan interferensi gelombang
tugas spesifik di bawah cahaya
pengawasan langsung. 4.4 Menyajikan ide/rancangan sebuah
alat optik untuk keperluan dalam
kehidupan sehari-hari dan teknologi
4.5 Merencanakan dan melaksanakan
percobaan rangkaian listrik searah
(DC)
4.6 Memecahkan masalah terkait
rangkaian arus bolak-balik (AC)
dalam kehidupan sehari-hari.
4.7 Menyajikan data dan informasi
tentang kapasitor dan manfaatnya
dalam kehidupan sehari
4.8 Melaksanakan pengamatan induksi
magnet dan gaya magnetik
disekitar kawat berarus listrik
4.9 Mencipta produk sederhana
dengan menggunakan prinsip
induksi elektromagnetik
4.10 Menyajikan hasil analisis tentang
radiasi elektromagnetik,
pemanfaatannya dalam teknologi,
dan dampaknya pada kehidupan

D. Aktifitas Pembelajaran

Untuk lebih memahami fisika dan peranannya bagi kehidupan, lakukanlah kegiatan
berikut ini dengan teliti, obyektif dan dapat bekerjasama dalam kelompok.

28 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Lembar Kerja 1.1. Peristiwa Alam yang Berhubungan dengan Fisika


1. Tujuan
Menjelaskan konsep, prinsip, hukum dan teori yang berhubungan dengan
peristiwa alam yang terjadi

2. Instruksi Kerja
a. Carilah gambar dan video mengenai peristiwa-peristiwa alam yang
dapat dijelaskan melalui konsep fisika misalnya petir, tanah longsor,
gempa bumi dan tsunami dari internet.
b. Carilah gambar dan video peluncuran roket, USG pada janin,
pengamatan menggunakan mikroskop elektron dan peristiwa
pengukuran dari internet.
c. Lakukan pengamatan dengan teliti dan obyektif mengenai peristiwa
yang ditunjukkan oleh gambar dan video tersebut.
d. Jelaskan konsep, prinsip, hukum atau teori fisika yang berhubungan
dengan peristiwa tersebut.

Lembar Kerja 1.2. Peranan Fisika di Bidang Teknologi


1. Tujuan
Menjelaskan manfaat fisika di bidang teknologi dan mengidentifikasi
penerapan fisika di bidang teknologi

2. Instruksi Kerja
Fisika sangat mendukung perkembangan teknologi. Saudara
diminta menuliskan 4 contoh penerapan ilmu fisika dalam bidang
teknologi dengan mengisi form yang telah disediakan berikut ini.

PENERAPAN ILMU FISIKA DI BIDANG TEKNOLOGI


No Kelompok Teknologi Contoh Penerapan Ilmu Fisika
1. Teknologi Informasi
2. Teknologi Kedokteran
3. Teknologi Pertanian
4. Teknologi Industri

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 29


Kegiatan Pembelajaran 1

E. Latihan/Tugas

1. Sebutkan 5 ciri fisika sebagai bagian dari ilmu pengetahuan!


2. Sebutkan 3 peranan fisika dalam bidang teknologi informasi dan
komunikasi!
3. Fisika memilki relevansi dengan sikap positif terhadap lingkungan.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan pernyataan tersebut!
4. Banyak perkembangan teknologi yang terkait dengan fisika memiliki
dampak negatif bagi kehidupan manusia. Jelaskan perkembangan
teknologi yang dimaksud!
5. Jelaskan ruang lingkup Mata Pelajaran Fisika SMK Kelompok Teknologi
Informasi dan Komunikasi

F. Rangkuman

1. Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam atau sains yang
memiliki tiga karakteristik yaitu fisika sebagi proses, fisika sebagai produk
dan fisika sebagai sikap. Obyek kajian fisika berupa benda kongkret.
Ruang lingkup kajian yang dilakukan berupa aktivitas dan kondisi fisik
dari makhluk hidup maupun tak hidup.

2. Perkembangan ilmu fisika sangat mendukung perkembangan terutama di


bidang teknologi, industri, komunikasi dan kedokteran. Pembelajaran
fisika diharapkan dapat mengembangkan sikap ilmiah seperti rasa ingin
tahu, objektif, jujur, teliti, cermat, tekun, bertanggung jawab, terbuka,
kritis, kreatif;, inovatif dan peduli lingkungan.

3. Kemajuan fisika yang sangat pesat harus diimbangi dengan iman dan
takwa sehingga kemajuan tersebut tidak disalahgunakan.
Penyalahgunaan penerapan ilmu fisika dapat mengakibatkan tatanan
lingkungan menjadi rusak, contohnya penerapan berbagai konsep ilmu
fisika dalam pembuatan bom atom yang digunakan untuk
menghancurkan umat manusia.

30 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

4. Bidang studi fisika yang sangat relevan kehadirannya dikarenakan


banyak bidang pengetahuan lainnya yang masih memanfaatkan
penerapan bidang fisika, seperti biologi, kimia, kedokteran, dan teknik.
Sedangkan pembelajaran fisika diharapkan dapat mengembangkan
sikap ilmiah (scientific, attitude), seperti sikap ingin tahu (curiosity),
kebiasaan mencari bukti sebelum menerima pernyataan (respect for
evidence), sikap luwes dan terbuka dengan gagasan ilmiah (flexibility),
kebiasaan bertanya secara kritis (critical reflection) dan sikap peka
terhadap makhluk hidup dan lingkungan sekitar (sensitivity to living
things and environment). Dan akhirnya sikap ini akan menumbuhkan
sikap positif terhadap lingkungan hidup.

5. Perkembangan ilmu fisika mempengaruhi perkembangan bidang


teknologi. Kemajuan ilmu fisika membuat teknologi juga semakin maju,
seperti alat-alat elektronik yang semakin simple dan praktis, teknologi
rekayasa yang semakin maju dan lainnya. Manfaat bidang studi fisika
dalam masyarakat terkait dengan lingkaran masalah Atom-Teknologi-
Manusia dan Lingkungan. Jadi, secara langsung maupun tidak langsung
bidang fisika akan berpengaruh terhadap masyarakat. Untuk itu, bidang
studi fisika harus didesain menjadi bidang studi yang bermanfaat bagi
perkembangan peradaban masyarakat. Manfaat dari bidang studi fisika
pada proses pembelajaran akan tampak jelas terlihat dalam desain
kurikulum.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 31


Kegiatan Pembelajaran 1

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang terdapat di bagian
akhir kegiatan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian
gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda
terhadap materi Kegiatan Belajar 1


= 100%

Arti tingkat penguasaan:


90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda telah berhasil
menyelesaikan bahan belajar mandiri Kegiatan Belajar 1 ini. Akan tetapi apabila
tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi
Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

Setelah mempelajari kegiatan belajar 1 ini maka diharapkan Anda dapat lebih
memotivasi diri untuk terus meningkatkan kualitas dan potensi diri sebagai guru
sehingga mampu menguatkan karakter peserta didik dengan mengintegrasikan
penguatan pendidikan karakter dalam setiap kegiatan pembelajaran.

32 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Kegiatan Pembelajaran 2 :
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Laboratorium

A. Tujuan

Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran 2 tentang keselamatan dan


kesehatan kerja di laboratorium, anda diharapkan dapat:
1. Menjelaskan fungsi laboratorium sekolah
2. Menjelaskan pengertian keselamatan kerja di laboratorium
3. Menjelaskan faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja
4. Menjelaskan potensi bahaya yang dapat terjadi di laboratorium

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Menjelaskan fungsi laboratorium sekolah, tujuan kegiatan yang dilaksanakan


di laboratorium dan fasilitas yang terdapat di laboratorium
2. Menjelaskan prinsip-prinsip dan teori-teori pengelolaan kesehatan dan
keselamatan kerja/belajar di laboratorium fisika sekolah

C. Uraian Materi

Pengertian Laboratorium Sekolah


Laboratorium adalah tempat yang digunakan untuk menyiapkan sesuatu atau
melakukan kegiatan ilmiah”. Tempat yang dimaksud dapat berupa sebuah ruang
tertutup yang biasa disebut sebagai gedung laboratorium atau ruang
laboratorium, dapat pula berupa sebuah tempat terbuka seperti kebun, hutan,
atau alam semesta.Keberadaan dan keadaan suatu laboratorium bergantung
kepada tujuan penggunaan laboratorium, peranan atau fungsi yang akan
diberikan kepada laboratorium, dan manfaat yang akan diambil dari laboratorium.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 33


Kegiatan Pembelajaran 2

Berbagai laboratorium yang dikenal saat ini antara lain adalah laboratorium industri
dalam dunia usaha dan industri, laboratorium rumah sakit dan laboratorium klinik
dalam dunia kesehatan, laboratorium penelitian dalam dunia ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta laboratorium di perguruan tinggi dan di sekolah dalam dunia
pendidikan. Dalam uraian selanjutnya hanya akan dikemukakan mengenai
laboratorium fisika di sekolah, yaitu ruang yang dilengkapi dengan alat-alat dan
fasilitas yang diperlukan untuk memenuhi syarat dalam melaksanakan kegiatan
praktikum/percobaan dan pembuktian ilmiah di bidang fisika.

Peran atau fungsi laboratorium fisika sekolah adalah:


a. sebagai salah satu sumber belajar fisika di sekolah
b. sebagai salah satu fasilitas penunjang proses pembelajaran fisika di
sekolah
c. sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran fisika secara
praktek yang membutuhkan peralatan husus yang tidak mudah dihadirkan
di ruang kelas
d. tempat untuk mengembangkan berbagai kompetensi siswa yang menjadi
tujuan proses pembelajaran fisika di sekolah.

Sesuai dengan peran dan fungsi laboratorium fisika sekolah maka kegiatan
laboratorium yang dilaksanakan hendaknya dapat digunakan untuk mencapai
tujuan-tujuan:
a. menumbuhkan dan meningkatkan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu
gejala atau fenomena fisis.
b. menumbuhkan dan meningkatkan rasa ingin menemukan sendiri
mengenai keteraturan dari suatu gejala atau fenomena fisis.
c. mengembangkan keterampilan siswa dalam mengamati dan mengambil
data.
d. mengembangkan kemampuan siswa dalam menyusun dan menganalisis
hasil-hasil pengamatan
e. mengembangkan kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan secara
logis berdasarkan hasil percobaan
f. mengembangkan kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan secara
jelas dan lengkap hasil percobaan

34 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

g. mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan peralatan dan


bahan
h. melatih siswa menggunakan metoda ilmiah dan mengembangkan sikap
ilmiah.
i. melatih siswa untuk terbiasa meneliti.

Fasilitas Laboratorium Sekolah


Telah dijelaskan bahwa fungsi utama laboratorium fisika sekolah adalah sebagai
salah satu sumber belajar fisika di sekolah atau sebagai salah satu fasilitas
penunjang proses pembelajaran fisika di sekolah. Agar fungsi utama itu dapat
berjalan dengan baik, maka laboratorium fisika sekolah sebaiknya memiliki
fasilitas-fasilitas ruangan untuk kegiatan proses pembelajaran fisika, kegiatan
administrasi dan pengelolaan laboratorium, kegiatan pemeliharaan dan
persiapan alat-alat laboratorium, dan penyimpanan alat-alat laboratorium.

a. Ruang Praktikum
Ruang praktikum merupakan bagian utama dari sebuah laboratorium fisika
sekolah. Ruang praktikum adalah ruang tempat berlangsungnya proses
pembelajaran fisika di laboratorium. Proses pembelajaran fisika di dalam ruang
praktikum dapat berupa peragaan atau demonstrasi, praktikum perorangan atau
kelompok, dan penelitian. Proses pembelajaran di ruang praktikum menuntut
tempat yang lebih luas dari pada proses pembelajaran klasikal di dalam kelas
biasa, oleh karena itu luas ruang praktikum harus dapat memberikan keleluasaan
bergerak kepada siswa dan guru selama melakukan proses pembelajaran. Luas
ruang praktikum ini harus memperhitungkan jumlah siswa dan guru yang akan
melaksanakan proses pembelajaran fisika di dalamnya.
Agar kegiatan proses pembelajaran di dalam ruang praktikum dapat berjalan
dengan baik, maka ruang praktikum hendaknya memiliki fasilitas-fasilitas utama
sebagai berikut:
1) Instalasi listrik (untuk percobaan, demonstrasi, penerangan dan lain-lain),
instalasi air dengan bak cucinya, instalasi gas, dan instalasi limbah.
2) Fasilitas mebeler berupa meja dan kursi praktikan untuk siswa, kursi
dan meja demonstrasi untuk guru, loker penitipan tas buku siswa, dan
lemari penyimpanan alat- alat praktikum.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 35


Kegiatan Pembelajaran 2

3) Papan tulis, dan layar LCD.

Untuk menjaga kenyamanan dan keselamatan kerja di dalamnya, sebaiknya


ruang praktikum memiliki fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
1) Ventilasi udara yang cukup, dapat berupa jendela, langit-langit yang
tidak tertutup rapat, atau mungkin kipas angin.
2) Pintu masuk dan pintu keluar yang berbeda dengan daun pintu terbuka
ke luar.
3) Pintu yang berhubungan langsung dengan ruang persiapan dan ruang
guru dapat teramati dari.kedua ruangan itu.
4) Kotak P3K.
5) Fasilitas pemadam

kebakaran. b. Ruang guru

Ruang guru di laboratorium adalah tempat kerja bagi penanggung jawab


laboratorium dan guru yang melaksanakan proses pembelajaran di laboratorium.
Ruang guru sebaiknya:
1) terdapat di dalam laboratorium, dengan satu pintu masuk dan keluar
yang sama melalui ruang praktikum.
2) ruang guru dan ruang praktikum sebaiknya disekat dengan dinding
berkaca bening sehingga dari dalam ruang ini guru dapat mengawasi
kegiatan yang terjadi di dalam ruang praktikum.
3) ruang guru memiliki instalasi listrik dan ventilasi udara yang baik.
4) memiliki fasilitas mebeler seperti :
 Kursi dan meja tulis untuk satu orang guru atau lebih.

 Lemari atau rak buku.

 Lemari untuk keperluan administrasi.

 Loker atau rak untuk menyimpan pekerjaan tulis siswa yang akan
diperiksa oleh guru.

5) Dalam ruang ini dapat dilaksanakan pekerjaan administrasi
laboratorium seperti:
 inventarisasi alat-alat laboratorium

 administrasi penggunaan alat-alat laboratorium.

36 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

 administrasi peminjaman alat-alat laboratorium



 pengelolaan kegiatan laboratorium.

6) Di dalam ruang guru juga dapat dilaksanakan pekerjaan akademik
laboratorium seperti :
 merencanakan kegiatan laboratorium

 menyusun jadwal kegiatan laboratorium

 memeriksa pekerjaan siswa.

c. Ruang persiapan

Ruang persiapan adalah ruang yang disediakan untuk melakukan perawatan dan
persiapan alat-alat laboratorium.
1) Bila sekolah atau laboratorium memiliki petugas laboran, ruang
persiapan juga dapat digunakan sebagai ruang kerja laboran.
2) Ruang persiapan terdapat di dalam laboratorium, diantara ruang
praktikum dan ruang penyimpanan atau gudang.
3) Ruang persiapan dan ruang praktikum sebaiknya disekat dengan dinding
berkaca bening atau ram kawat, sehingga dari dalam ruang ini guru atau
laboran dapat melihat kegiatan yang terjadi di dalam ruang praktikum.
4) Ruang persiapan memiliki instalasi listrik dan ventilasi udara yang baik.
5) Memiliki fasilitas mebeler seperti :
 Kursi dan meja kerja untuk melakukan perawatan dan persiapan alat-
alat laboratorium

 Lemari atau rak alat-alat

 Loket peminjaman alat-alat.

6) Di dalam ruang ini dapat dilaksanakan kegiatan pemeliharaan dan
perawatan alat- alat laboratorium seperti :
 Memeriksa jumlah kelengkapan alat

 Memeriksa keadaan

 Memperbaiki

 Membersihkan

 Mengkalibrasi ulang.

7) Di dalam ruang ini juga dapat dilaksanakan pekerjaan mempersiapkan
alat-alat yang akan digunakan dalam kegiatan laboratorium seperti

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 37


Kegiatan Pembelajaran 2

pemeliharaan, perawatan, setting dan uji coba alat-alat laboratorium.

d. Ruang penyimpanan
Ruang penyimpanan di laboratorium dapat juga disebut sebagai gudang
laboratorium, adalah ruang yang disediakan khusus untuk menyimpan alat-alat
yang sedang tidak digunakan.Ruang penyimpanan terdapat di dalam
laboratorium di sebelah dalam ruang persiapan.Demi keamanan dan kemudahan
penyimpanan dan pengambilan alat-alat, ruang penyimpanan atau gudang
biasanya hanya memiliki satu pintu masuk dan keluar melalui ruang
persiapan.Ruang penyimpanan atau gudang harus memiliki instalasi listrik dan
ventilasi udara yang memadai.

Kenyataan di lapangan, jumlah, bentuk, ukuran, kualitas dan lokasi setiap ruang-
ruang laboratorium dapat saja berbeda antara satu sekolah dengan sekolah
lainnya, bergantung kepada keadaan di masing-masing sekolah. Hal itu dapat
terjadi misalnya karena laboratorium didirikan dengan memanfaatkan ruangan-
ruangan tertentu yang sudah ada di sekolah. Akan tetapi, seandainya
laboratorium di bangun baru di tanah kosong, maka perencanaannya hendaklah
memperhatikan perbandingan yang proporsional antara ruang yang satu dengan
ruang yang lainnya, dan antara setiap ruangan yang dibuat hendaknya mudah
saling mengakses selama kegiatan laboratorium berlangsung.

Sarana Laboratorium Fisika SMK


Sarana Laboratorium SMK seperti tercantum dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar
Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) dan Sekolah
Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/SMK).

Keselamatan Kerja di Laboratorium


Keselamatan kerja di laboratorium merupakan upaya untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja dan menjamin proses yang berlangsung di laboratorium agar
berlangsung secara aman, efisien dan produktif. Keselamatan kerja di

38 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

laboratorium menyangkut keselamatan orang yang melakukan kegiatan di


laboratorium dan keselamatan alat-alat laboratorium yang digunakannya.
Keselamatan kerja di laboratorium perlu diperhatikan dalam rangka mencegah
terjadinya kecelakaan kerja bagi orang yang melakukan kegiatan atau perkerjaan
di laboratorium dan mencegah terjadinya kerusakan alat laboratorium yang
digunakannya.
Ada dua faktor yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja yaitu:
1. Faktor kesalahan manusia, misalnya tidak ada kemampuan fisik,
kelalaian, sikap ceroboh, terburu-buru, hilangnya konsentrasi, sikap
mental kerja yang kurang baik dan kurangnya pengetahuan.
2. Faktor lingkungan kerja dan peralatan, misalnya kondisi alat-alat, sistem
kerja yang tidak aman, bahaya panas dari api, bahaya aliran listrik dan
lain sebagainya

Ketika bekerja di laboratorium selalu dihadapkan pada bahaya-bahaya tertentu.


Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam laboratorium adalah:
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar
atau meledak.
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik
3. Bahaya radiasi
4. Luka bakar
5. Syok akibat aliran listrik
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam
7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.

Pada umumnya bahaya tersebut dapat dihindari dengan usaha-usaha


pengamanan, antara lain dengan penjelasan, peraturan serta penerapan disiplin
kerja.
Terjadinya kecelakaan dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi dari analisis
terjadinya kecelakaan menunjukkan bahwa hal-hal berikut adalah sebab-sebab
terjadinya kecelakaan di laboratrorium :
1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan-bahan kimia
dan proses-proses serta perlengkapan atau peralatan yang digunakan
dalam melakukan kegiatan di laboratorium.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 39


Kegiatan Pembelajaran 2

2. Kurang jelasnya petunjuk kegiatan laboratorium dan juga kurangnya


pengawasan yang dilakukan selama melakukan kegiatan laboratorium.
3. Kurangnya bimbingan terhadap siswa yang sedang melakukan
kegiatan laboratorium.
4. Kurang atau tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan
perlengkapan pelindung kegiatan laboratorium.
5. Kurang atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang
semestinya harus ditaati.
6. Tidak menggunakan perlengkapan pelindung yang seharusnya
digunakan atau menggunakan peralatan atau bahan yang tidak sesuai.
7. Tidak bersikap hati-hati di dalam melakukan kegiatan.

Terjadinya kecelakaan di laboratorium dapat dikurangi sampai tingkat paling


minimal jika setiap orang yang menggunakan laboratorium mengetahui tanggung
jawabnya.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja akibat kesalahan cara dan
prosedur melakukan pekerjaan, maka perlu diadakan tata tertib laboratorium dan
pedoman kegiatan laboratorium yang jelas, sedangkan untuk mencegah
terjadinya kerusakan alat-alat laboratorium akibat kesalahan pengoperasian alat-
alat maka manual penggunaan alat dan penuntun percobaan, harus selalu
tersedia bagi setiap yang akan menggunakan alat-alat itu. Akan tetapi, walaupun
segala upaya telah dilakukan, kecelakaan kerja dan kerusakan alat tetap bisa
terjadi. Untuk mengatasi kecelakan kerja dan kerusakan alat yang terjadi maka
diperlukan alat keselamatan, dan alat-alat untuk perbaikan.

Tata Tertib Laboratorium


Tata tertib laboratorium dapat dibedakan tata tertib umum dan tata tertib khusus.
Tata tertib umum adalah tata tertib yang berlaku bagi semua orang yang bekerja
di laboratorium baik itu siswa, guru atau pegawai lain yang memasuki
laboratorium. Tata tertib khusus adalah tata tertib yang berhubungan dengan
prosedur kerja dan berlaku di kalangan tertentu misalnya para guru atau
pimpinan sekolah, tidak perlu diketahui oleh siswa.
Yang perlu diatur dan dikemukakan dalam tata tertib umum adalah hal-hal yang
berhubungan dengan :

40 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

1) Disiplin waktu melaksanakan dan mengikuti kegiatan di laboratorium.


2) Cara berpakaian untuk bekerja di laboratorium.
3) Cara bertutur kata, dan berperilaku di dalam laboratorium.
4) Barang bawaan yang boleh dan yang tidak boleh dibawa ke dalam
laboratorium.
5) Prosedur peminjaman, pemakaian dan pengembalian alat-alat
laboratorium.
6) Keselamatan kerja dan keselamatan alat-alat laboratorium.
7) Pemeliharaan keamaan, kebersihan dan kenyamanan laboratorium.

Pedoman Kegiatan
Pedoman kegiatan laboratorium adalah petunjuk teknis perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi serta monitoring kegiatan laboratorium.
Kegiatan laboratorium yang dimaksud dapat berupa kegiatan rutin seperti
kegiatan pembelajaran ataupun kegiatan non rutin seperti perlombaan karya
ilmiah, perlombaan kreativitas siswa dan guru dalam bidang fisika, pameran dan
sebagainya.
Pedoman kegiatan laboratorium ini ditujukan kepada mereka yang akan
melaksanakan kegiatan laboratorium.
Pedoman kegiatan laboratorium ini berisi antara lain :
1) Informasi dan penjelasan tentang organisasi laboratorium.
2) Prosedur kerja dan tata tertib laboratorium.
3) Berbagai peluang dan kendala yang dimiliki laboratorium.
4) Rencana kerja dan jadwal kegiatan rutin laboratorium.
5) Jadwal kosong laboratorium yang dapat digunakan untuk
melaksanakan kegiatan laboratorium non rutin.
6) Petunjuk teknis pengorganisasian kegiatan laboratorium
7) Petunjuk pelaksanaan kegiatan yang harus dipenuhi, serta pembagian
tugas dan tanggung jawab perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
serta monitoring kegiatan laboratorium yang akan dilaksanakan.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 41


Kegiatan Pembelajaran 2

Manual Pengunaan Alat


Buku manual alat atau biasa disebut secara singkat sebagai manual alat adalah
buku atau lembaran kertas yang berisi informasi mengenai spesifikasi alat, fungsi
alat, teknik pengoperasian dan cara menggunakannya.
1) Manual alat diterima bersamaan dengan penerimaan alat yang dibeli
atau dipesan atau dikirim.
2) Alat-alat yang berasal dari luar negeri, manualnya biasa ditulis dalam
bahasa inggris atau bahkan ada yang ditulis dengan huruf kanji.
3) Apapun bentuk dan isinya, manual alat harus selalu ada selama alat
yang bersangkutan itu ada dan masih berfungsi.
4) Ketika alat baru diterima, manualnya harus segera difoptocopy, manual
aslinya disimpan atau diamankan dan yang kemudian digunakan adalah
fotocopynya.
5) Manual alat pertama kali digunakan oleh penerima alat untuk
memeriksa kelengkapan alat yang diterima bersamanya.
6) Manual alat kemudian digunakan untuk memeriksa keberfungsian alat
yang baru diterima. Selanjutnya manual ini dipelajari dan digunakan
oleh setiap pengguna alat.
7) Manual alat yang ditulis dalam bahasa inggris bahkan ada yang ditulis
dengan huruf kanji hendaknya dibuat versi bahasa indonesianya agar
setiap pengguna alat dapat memahaminya.
8) Jika manual alat yang asli dianggap kurang jelas, kurang rinci atau
kurang operasional, maka lebih baik di buat manual penggunaan yang
dianggap akan lebih mempermudah orang dalam menggunakan alat
yang bersangkutan.

Penuntun Percobaan
Kegiatan percobaan dapat dilakukan oleh siswa sebagai peserta pembelajaran,
maupun oleh guru sebagai pengajar baik ketika ia mempelajari sendiri maupun
ketika memperagakan atau mendemonstrasikan alat percobaan. Agar kegiatan
percobaan berjalan dengan baik dan mencapai tujuan percobaan dan tujuan
pembelajarannnya, diperlukan penuntun percobaan yang disusun sesuai dengan
tujuan percobaan dan tujuan pembelajarannya.

42 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Jumlah dan jenis percobaan direncanakan dan diperhitungan bersama-sama


oleh semua guru fisika sebelum semester berjalan dimulai.
1) Jumlah dan jenis percobaan disesuaikan dengan tuntutan kurikulum dan
kemampuan laboratorium menyediakan alat-alat dan bahan-bahannya.
2) Penentuan jumlah dan jenis percobaan ini juga menentukan pengajuan
usulan atau permohonan kebutuhan bahan-bahan dan alat-alat
laboratorium tiap semester.
3) Setelah jumlah dan jenis percobaan ditentukan, tahap berikutnya adalah
pembagian tugas diantara guru fisika untuk menulis dan menyusun
penuntun percobaan atau memperbaiki penuntun percobaan yang
mungkin sudah ada sebelumnya.
4) Penuntun percobaan yang disusun oleh seorang guru fisika sebaiknya
direviu oleh sesama guru fisika yang lain.
5) Penuntun percobaan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan
berpikir siswa yang akan menggunakannya.
6) Penuntun percobaan disusun sesuai dengan tujuan pembelajaran atau
indikator pembelajaran yang hendak dicapai dengan kegiatan
percobaan yang bersangkutan.
7) Penuntun percobaan harus menyebutkan dengan jelas bahan dan alat
yang digunakan, bila perlu lengkap dengan spesifikanya.
8) Penuntun percobaan harus jelas melatihkan keterampilan melakukan
penyelidikan/penelitian.
9) Penuntun percobaan tidak harus selalu berbentuk “resep”.
10) Penuntun percobaan hendaknya harus sudah dapat dipelajari anak
sebelum melakukan percobaan.

Perlengkapan Keselamatan Kerja


Perlengkapan keselamatan dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu :
1) Perlengkapan yang digunakan untuk perlindungan diri dan alat-alat
laboratorium dalam kasus darurat dan peristiwa yang tidak biasa.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 43


Kegiatan Pembelajaran 2

2) Perlengkapan yang digunakan sehari-hari sebagai perlindungan untuk


mengantisipasi bahan-bahan yang diketahui berbahaya.

Dalam bekerja juga perlu menggunakan perlengkapan keselamatan pribadi


sebagai perlindungan untuk mencegah luka jika terjadi kecelakaan. Beberapa
perlengkapan pribadi yang biasa digunakan adalah:
1) Jas laboratorium, untuk mencegah kotornya pakaian.
2) Pelindung lengan, tangan, dan jari untuk perlindungan dari panas,
bahan kimia, dan bahaya lain.
3) Pelindung mata digunakan untuk mencegah mata dari percikan bahan
kimia.
4) Respirator dan lemari uap.
5) Sepatu pengaman, untuk menghindari luka dari pecahan kaca dan
tertimpanya kaki oleh benda-benda berat.
6) Layar pelindung digunakan jika kita ragu akan terjadinya ledakan dari
bahan kimia dan alat-alat hampa udara.

Alat-alat Keselamatan
Alat-alat keselamatan dapat dibedakan atas alat-alat bantu yang digunakan dalam
percobaan untuk menjaga keselamatan alat dan keselamatan kerja percobaan itu,
dan alat- alat atau bahan-bahan yang digunakan untuk memberikan semacam
pertolongan pertama kepada kecelakaan kerja yang terjadi di dalam laboratorium.
Beberapa alat-alat bantu yang digunakan untuk menjaga keselamatan alat dan
keselamatan kerja di laboratorium adalah sebagai berikut:
1) Tang penjepit dari kayu atau logam berlapis kasa untuk menjepit dan
memegang benda (misalnya tabung reaksi) yang dipanaskan.
2) Statif dan klem untuk menjaga atau menggantungkan.
3) Benang atau tali untuk mengikat atau menggantungkan.
4) Capit buaya yang dihubungkan dengan penghantar untuk dipasang
pada kaki komponen elektronik yang akan disolder sehingga komponen
elektronik tidak terlalu kena panas solder.
5) Hambatan geser untuk menjaga agar arus tidak terlalu besar.
6) Selalin alat-alat tersebut diatas dan banyak alat lain yang belum

44 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

disebutkan, pelaku percobaan atau kegiatan laboratorium juga perlu


memeperhatikan pakaian yang dikenakan ketika melakukan percobaan.
7) Pakaian yang dikenakan harus simpel dan memberikan kemudahan
bergerak. Pada percobaan-percobaan tertentu mungkin perlu digunakan
laboratorium jas, sarung tangan dari bahan tertentu, kaca mata, alas
kaki, masker dan sebagainya.

Untuk menanggulangi atau memberikan semacam pertolongan pertama pada


kecelakaan, maka setiap laboratorium hendaknya memiliki instalasi keselamatan
atau sekurang-kurangnya kotak PPPK.
1) Kotak PPPK (P3K) adalah kotak yang berisi alat-alat dan obat-obatan
untuk pertolongan pertama pada kecelakaan. Kotak ini biasanya
berwarna putih dan diberi tanda palang merah, disimpan di tempat yang
strategis dan mudah dijangkau.
2) Tissu, lap pembersih serta alat-alat untuk membersihkan zat cair atau
bahan lain yang tumpah atau tercecer, serta alat-alat kebersihan yang
lain.
3) Tissu, lap perbersih, atau kertas dan lap khusus serta bahan-bahan atau
zat-zat yang tertentu untuk membersihkan alat-alat yang tertentu pula.
4) Tabung pemadam kebakaran atai sekurang-kurangnya lap basah dan
lebar atau kotak berisi pasir untuk memadamkan api sesegera mungkin,
bahkan dalam laboratorium yang cangging terdapat instalasi
keselamatan berupa sensor asap dan sprayer serta sistem hidram dan
alarm kebakarannya.

Penyimpanan Alat
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium IPA memerlukan
perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing. Perlakuan yang
salah dalam membawa, menggunakan dan menyimpan alat dan bahan di
laboratorium IPA dapat menyebabkan kerusakan alat dan bahan, terjadinya
kecelakaan kerja serta dapat menimbulkan penyakit. Cara memperlakukan alat
dan bahan di laboratorium IPA secara tepat dapat menentukan keberhasilan dan
kelancaran kegiatan.Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan alat dan
bahan di laboratorium :

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 45


Kegiatan Pembelajaran 2

1) Aman
Alat disimpan supaya aman dari pencuri dan kerusakan, atas dasar alat
yang mudah dibawa dan mahal harganya seperti stop watch perlu
disimpan pada lemari terkunci. Aman juga berarti tidak menimbulkan
akibat rusaknya alat dan bahan sehingga fungsinya berkurang.
2) Mudah dicari
Untuk memudahkan mencari letak masing - masing alat dan bahan,
perlu diberi tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat
penyimpanan alat (lemari, rak atau laci).
3) Mudah diambil
Penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan
seperti lemari, rak dan laci yang ukurannya disesuaikan dengan luas
ruangan yang tersedia.

Cara penyimpanan alat dan bahan dapat berdasarkan jenis alat, pokok bahasan,
golongan percobaan dan bahan pembuat alat :
1) Pengelompokan alat-alat fisika berdasarkan pokok bahasannya seperti :
Gaya dan Usaha (Mekanika), Panas, Bunyi, Gelombang, Optik, Magnet,
Listrik, Ilmu, dan Alat reparasi.
2) Pengelompokan alat-alat biologi menurut golongan percobaannya,
seperti : Anatomi, Fisiologi, Ekologi dan Morfologi.
3) Pengelompokan alat-alat kimia berdasarkan bahan pembuat alat
tersebut seperti : logam, kaca, porselen, plastik dan karet.

Jika alat laboratorium dibuat dari beberapa bahan, alat itu dimasukkan ke dalam
kelompok bahan yang banyak digunakan.
Kecelakan terjadi karena kelalaian atau kecerobohan kerja, dapat membuat
praktikan cidera atau orang-orang yang disekitarnya cidera. Keselamatan kerja di
laboratorium merupakan dambaan bagi setiap peneliti/praktikan yang sadar akan
kepentingan akan kepentingan kesehatan, keamanan dan kenyamanan kerja.
Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan resiko kecelakaan.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat,
alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Tujuan keselamatan kerja

46 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

adalah melindungi laboran/analis atau tenaga kerja lainnya atas hak keselamatannya
dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi
serta produktivitas, menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat
kerja (laboratorium), sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan
efisien. Setiap kegiatan kerja selalu diikuti dengan resiko bahaya yang dapat
berakibat terjadinya kecelakaan, kecelakaan yang terjadi pada suatu kegiatan dalam
laburatorium merupakan hasil akhir dari suatu aturan yang ada dan kondisi kerja
yang tidak aman. Walau pun demikian terjadinya kecelakaan seharusnya dapat
dicegah dan diminimalisasikan, karena kecelakaan tidak dapat terjadi dengan
sendirinya. Terjadinya kecelakaan dapat dicegah dengan menentukan usaha-usaha
pembinaan dan pengawasan keselamatan kerja yang tepat secara efektif dan efisien
sehingga terjadinya kecelakaan dapat dicegah.Faktor utama penyebab terjadinya
kecelakaan adalah bersumber pada lingkungan kerja dan praktikan. Namun sebagian
besar (85%) kecelakaan tersebut disebabkan oleh faktor manusia. Perilaku praktikan
yang tidak aman dapat membahayakan, kondisi yang berbahaya,kondisi hampir
celaka dan penyakit akibat kerja adalah gejala dari kurang berfungsinya
manajemen.Dalam melakukan kegiatan di dalam laboratorium, praktikan harus
menyadari bahwa dalam setiap kegiatan tersebut berpotensi menimbulkan dampak
lingkungan dan kebakaran. Oleh karena itu setiap pengguna laboratorium harus
mempunyai rasa taggung jawab penuhakan keselamatan dan kesehatan kerja di
dalam laboratorium, untuk itu perlu dibuat peraturan-peratran dan prosedur yang
ditetapkan dan harus ditaati selalu pada setiap kegiatan di dalam laboratorium.

D. Aktifitas Pembelajaran

Setelah selesai pembelajaran, untuk lebih memahami materi keselamatan dan


kesehatan kerja di laboratorium, lakukanlah kegiatan berikut ini dengan teliti,
obyektif dan dapat bekerjasama dalam kelompok.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 47


Kegiatan Pembelajaran 2

Lembar Kerja 2.1. Tata Tertib Laboratorium Fisika


1. Tujuan
Menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan kesehatan dan keselamatan di
laboratorium fisika dalam menyusun Tata Tertib Praktikum Fisika

2. Instruksi Kerja
Buatlah Tata Tertib Praktikum Fisika menggunakan prinsip-prinsip
pengelolaan kesehatan dan keselamatan di laboratorium sesuai dengan
kondisi di sekolah Saudara

E. Latihan/Tugas

1. Jelaskan peran dan fungsi laboratorium sekolah


2. Jelaskan faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja
3. Jelaskan potensi bahaya yang dapat terjadi di laboratorium
4. Buatlah Tata Tertib Laboratorium sesuai dengan kondisi laboratorium di
sekolah anda

F. Rangkuman

1 . Laboratorium fisika adalah ruang yang dilengkapi dengan alat-alat dan


fasilitas yang diperlukan untuk memenuhi syarat dalam melaksanakan
kegiatan praktikum/percobaan dan pembuktian ilmiah di bidang fisika.

2 . Fungsi utama laboratorium fisika sekolah adalah sebagai salah satu sumber
belajar fisika di sekolah atau sebagai salah satu fasilitas penunjang proses
pembelajaran fisika di sekolah

3 . Fasilitas ruang laboratorium fisika sekolah terdiri dari ruang praktikum, ruang
guru, ruang persiapan, dan ruang penyimpanan. Bentuk, ukuran, denah atau
tata letak dan fasilitas dari setiap ruangan itu dirancang sedemikian rupa
sehingga memungkinkan setiap kegiatan yang dilaksanakan di dalamnya dapat
berjalan dengan baik dan nyaman, memudahkan akses dari ruangan

48 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

yang satu ke ruangan yang lainnya, memudahkan pengontrolan, menjaga


keamaan alat- alat dan memelihara keselamatan kerja.

4. Keselamatan kerja di laboratorium menyangkut keselamatan orang yang


melakukan kegiatan di laboratorium dan keselamatan alat-alat laboratorium
yang digunakannya. Keselamatan kerja di laboratorium perlu diperhatikan
dalam rangka mencegah terjadinya kecelakaan kerja bagi orang yang
melakukan kegiatan atau perkerjaan di laboratorium dan mencegah
terjadinya kerusakan alat laboratorium yang digunakannya.

5. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja akibat kesalahan cara dan


prosedur melakukan pekerjaan, maka perlu diadakan tata tertib
laboratorium dan pedoman kegiatan laboratorium yang jelas, sedangkan
untuk mencegah terjadinya kerusakan alat-alat laboratorium akibat
kesalahan pengoperasian alat-alat maka manual penggunaan alat dan
penuntun percobaan, harus selalu tersedia bagi setiap yang akan
menggunakan alat-alat itu. Akan tetapi, walaupun segala upaya telah
dilakukan, kecelakaan kerja dan kerusakan alat tetap bisa terjadi. Untuk
mengatasi kecelakan kerja dan kerusakan alat yang terjadi maka
diperlukan alat keselamatan, dan alat-alat untuk perbaikan.

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang terdapat di bagian
akhir kegiatan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian
gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda
terhadap materi Kegiatan Belajar 2

= ℎ 100% ℎ

Arti tingkat penguasaan:


90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
< 70% = kurang

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 49


Kegiatan Pembelajaran 2

Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda telah berhasil
menyelesaikan bahan belajar mandiri Kegiatan Belajar 2 ini. Akan tetapi apabila
tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi
Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 2 ini maka diharapkan Anda dapat lebih
memotivasi diri untuk terus meningkatkan kualitas dan potensi diri sebagai guru
sehingga mampu menguatkan karakter peserta didik dengan mengintegrasikan
penguatan pendidikan karakter dalam setiap kegiatan pembelajaran.

50 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Kegiatan Pembelajaran 3 : Besaran dan Satuan

A. Tujuan

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran 3, diharapkan anda dapat:


1. Menjelaskan pengertian besaran dan satuan
2. Mengidentifikasi alat ukur sesuai besaran yang akan
3. diukur Menjelaskan perbedaan besaran pokok dan turunan
4. Menganalisis dimensi besaran turunan yang ditemukan pada Bidang
Teknologi Informasi dan Komunikasi Menjelaskan penetapan satuan
5. standar
6. Menurunkan satuan besaran turunan yang ditemukan pada Bidang
Teknologi Informasi dan Komunikasi
7. Menggunakan faktor konversi untuk mengubah sistem satuan yang satu
kedalam sistem satuan yang lain
8. Menuliskan hasil pengukuran menggunakan notasi ilmiah
9. Menjelaskan aturan angka penting dan penggunaannya

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Menjelaskan besaran, satuan,dan alat ukur fisika serta penggunaan yang


dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
2. Menjelaskan besaran pokok, besaran turunan dan dimensinya dalam
bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi
3. Menggunakan faktor konversi untuk mengubah sistem satuan yang satu
kedalam sistem satuan yang lain
4. Menjelaskan prinsip-prinsip pengukuran meliputi konsep angka penting dan
notasi ilmiah
5. Merancang eksperimen fisika tentang penggunaan alat-alat ukur besaran
fisika dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 51


Kegiatan Pembelajaran 3

C. Uraian Materi

Anda telah mempelajari hakikat fisika dan pembelajarannya pada kegiatan belajar
Dari kegiatan tersebut dinyatakan bahwa fisika merupakan bagian dari ilmu
pengetahuan yang mempelajari gejala atau peristiwa alam. Peristiwa alam yang
dipelajari meliputi peristiwa yang dapat diamati secara langsung maupun peristiwa
yang tidak dapat diamati secara langsung. Gerak planet, gerak roket dan gerak mobil
merupakan contoh peristiwa yang dapat diamati secara langsung sedangkan gerak
elektron dalam atom, perambatan kalor pada peristiwa pemanasan logam
merupakan contoh peristiwa yang tidak dapat diamati secara langsung.

Sifat-sifat fisis dari peristiwa atau gejala alam dapat dipelajari secara kualitatif
dan kuantitatif. Untuk mempelajari sifat dan keadaan benda secara kuantitatif
diperlukan pengukuran. Segala sesuatu yang bisa diukur disebut besaran. Hasil
pengukuran suatu besaran dinyatakan dalam bilangan dan satuan. Setiap
besaran memiliki satuan yang berbeda dengan besaran lainnya, meskipun tidak
semua besaram memiliki satuan. Contoh besaran fisika yang tidak mempunyai
satuan adalah indeks bias cahaya dan massa jenis relatif.

Besaran Pokok dan Besaran Turunan


Besaran dibedakan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan.
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan dan tidak
tergantung pada satuan dari besaran lain. Berdasar Konferensi Umum mengenai
Berat dan Ukuran ke-14 tahun 1971, besaran pokok ada tujuh sebagaimana
terdapat dalam tabel 2 berikut:

Tabel 3 Besaran Pokok


N Nama Besaran Lambang Satuan Lambang Satuan
o. Besaran Internasional
(SI)
1. Panjang L meter m
2. Massa M kilogram kg
3. Waktu t sekon s
4. Suhu T kelvin K
5. Kuat Arus Listrik i ampere A
6. Intensitas Cahaya I kandela cd
7. Jumlah Zat N mole mol

52 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Besaran turunan adalah besaran yang tersusun dari besaran pokok, sehingga
satuannya juga tersusun dari satuan besaran pokok. Contoh besaran turunan
seperti tabel 3 berikut:

Tabel 4 Besaran Turunan


No. Nama Lambang Rumus Satuan
Besaran Besaran (susunan besaran) Internasional (SI)
1. Luas A panjang x lebar meter persegi (m2)
2. Volume V panjang x lebar x meter kubik (m3)
tinggi
3. Kecepatan v jarak : waktu meter per sekon
(ms-1)
4. Percepatan a kecepatan : waktu meter per sekon2
(ms-2)
5. Gaya F massa x percepatan kilogram meter per
sekon2 (kgms-2) =
newton (N)
6. Usaha W gaya x jarak newton meter
(Nm) = joule (J)
7. Daya P usaha : waktu joule per sekon
(Js-1) = watt (W)
8. Tekanan p gaya : luas Newton per meter2
(Nm-2) = pascal
(Pa)

Satuan
Besaran pokok dan besaran turunan dapat diukur dan dinyatakan dalam satuan baku
maupun satuan tidak baku. Satuan baku atau satuan standar adalah satuan yang
telah diakui dan berlaku secara internasional, misalnya satuan panjang adalah meter,
satuan massa adalah kilogram dan satuan waktu adalah sekon. Satuan tidak baku
adalah satuan yang tidak berlaku secara internasional atau hanya berlaku pada
daerah-daerah tertentu, misalnya satuan panjang di Indonesia digunakan jengkal dan
depa sedangkan di Inggris digunakan inci dan kaki.

Penggunaan bermacam-macam satuan untuk suatu besaran dapat menimbulkan


kesulitan. Kesulitan pertama adalah diperlukannya bermacam-macam alat ukur
yang sesuai dengan satuan yang digunakan. Kesulitan kedua adalah kerumitan
konversi dari satu satuan ke satuan lainnya. Untuk mengatasi kesulitan tersebut
maka perlu dirumuskan satu jenis satuan untuk suatu besaran tertentu yang

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 53


Kegiatan Pembelajaran 3

standar. Syarat utama satuan standar adalah nilai satuannya harus sama, mudah
ditiru atau diperoleh kembali dan dapat diterima secara internasional.

Pada tahun 1795 para ilmuwan di perancis menciptakan sistem satuan yang
dikenal dengan Sistem Metrik untuk mengatasi kesulitan tersebut. Sistem satuan
ini dibagi menjadi dua bagian yaitu sistem MKS (meter-kilogram-sekon) dan
sistem cgs (centimeter-gram-sekon). Pada tahun 1960, Sistem Metrik
dipergunakan dan diresmikan sebagai Sistem Internasional (SI).

Sistem Metrik diusulkan menjadi SI, karena satuan-satuan dalam sistem ini
dihubungkan dengan bilangan pokok 10 sehingga lebih memudahkan
penggunaannya. Tabel 4 di bawah ini menunjukkan awalan-awalan dalam
Sistem Metrik yang dipergunakan untuk menyatakan nilai-nilai yang lebih besar
atau lebih kecil dari satuan dasar.
Tabel 5 Awalan dalam Sistem Metrik yang digunakan dalam SI
Faktor Awalan Simbol Faktor Awalan Simbol
1018 eksa E 10-1 desi d
15 -2
10 peta P 10 centi c
1012 tera T 10-3 mili m
109 giga G 10-6 mikro µ
6
10 mega M 10-9 nano n
103 kilo k 10-12 piko p
102 hekto h 10-15 femto f
101 deka da 10 -18 atto a

a. Standar Satuan Panjang


Standar satuan panjang adalah meter. Standar satuan panjang internasional
yang pertama adalah sebuah batang yang terbuat dari campuran platina-iridium
yang disebut meter standar. Meter standar ini di simpan di Internasional Bureau
of Weight and Measures di kota Sevres, Perancis. Satu meter didefinisan
sebagai jarak antara dua goresan pada kedua ujung meter standar yang diukur
pada suhu 0oC.

Ada beberapa kelemahan dalam penggunaan meter standar, antara lain meter
standar mudah rusak karena batang platina-iridium mudah terpengaruh oleh
perubahan suhu dan ketelitian pengukuran tidak memadai lagi dengan kemajuan
teknologi saat ini, sehingga pada tahun 1960 ditetapkan bahwa satu meter

54 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

didefinisikan sama dengan 1.650.763,73 kali panjang gelombang sinar jingga


yang dipancarkan atom-atom krypton (Kr-86).

Pada tahun 1983, definisi standar meter diubah lagi menjadi satu meter adalah
jarak yang ditempuh cahaya dalam ruang hampa pada selang waktu 299.792.458
1

sekon, dengan anggapan bahwa kecepatan cahaya di dalam ruang hampa selalu
konstan sebesar 299.792.458 meter per sekon. Meter standar inilah yang masih
digunakan sampai saat ini.

b. Standar Satuan Massa


Standar satuan massa adalah kilogram. Sejak tahun 1889 standar internasional
untuk massa adalah massa silinder campuran platina-iridium yang disebut
kilogram standar yang di simpan di Internasional Bureau of Weight and Measures
di kota Sevres dekat Paris, Perancis. Massa standar satu kilogram dipilih
sedemikian rupa sehingga sama dengan massa 1 liter air murni pada suhu 4oC

c. Standar Satuan Waktu


Standar satuan waktu adalah sekon atau detik. Pada tahun 1956, satu sekon
ditetapkan berdasarkan perputaran bumi pada porosnya (rotasi bumi), yaitu waktu
satu hari. Karena rotasi bumi tidak tetap, maka digunakan waktu hari rata-rata
1

dalam satu tahun. Satu sekon didefinisikan sama dengan 86.400 hari matahari rata-rata.

Setelah dilakukan pengamatan dengan lebih teliti ternyata selang waktu satu hari
matahari rata-rata berbeda dari tahun ke tahun. Ini menyebabkan para ilmuwan
mengubah satuan standar sekon. Pada tahun 1967 satuan waktu standar
ditetapkan berdasarkan jam atom Cesium. Satu sekon didefinisikan sebagai
selang waktu yang diperlukan oleh atom Cesium-133 (Cs-133) untuk bergetar
sebanyak 9.192.631.770 kali dalam transisi antara dua tingkat energi di tngkat
energi dasarnya

d. Standar Satuan Suhu

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 55


Kegiatan Pembelajaran 3

Standar untuk satuan suhu yang pertama adalah derajat celcius (oC) dengan
acuan suhu ditentukan pada tekanan udara luar sebesar 1 atmosfer atau 76
cmHg, dengan titik lebur es pada suhu 0oC dan titik didih air pada suhu 100 oC.

Pada Konggres Perhimpunan Fisika Internasional yang diselenggarakan pada tahun


1954 telah ditetapkan standar untuk satuan suhu adalah kelvin (K) dengan acuan suhu
ditentukan pada tekanan udara luar sebesar 1 atmosfer atau 76 cmHg, dengan titik lebur
es pada suhu 273,15 K dan titik didih air pada suhu 373,15 K. Satu kelvin di definisikan
sebagai satuan suhu yang nilainya sama dengan 1 kali suhu titik tripel air (suhu
273,15
ketika terjadi kesetimbangan antara wujud cair,

gas dan padat).

e. Standar Satuan Kuat Arus Listrik


Standar untuk satuan kuat arus listrik adalah ampere. Berdasarkan hasil
Conference Generale des Poids et Measures ke-9 tahun 1948, satu ampere
sama dengan nilai kuat arus tetap yang dilalirkan pada dua kawat sejajar dengan
panjang takterhingga, tebal yang diabaikan dan jaraknya terpisah sejauh 1 meter.
Kedua kawat berada dalam ruang hampa udara sehingga menghasilkan gaya
sebesar 2x10-7 newton setiap panjang kawat.

f. Standar Satuan Intensitas Cahaya


Standar untuk satuan intensitas cahaya adalah candela. Pada awalnya satuan
standar intensitas cahaya adalah lilin ((candle). Pada tahun 1948 ditetapkan
satuan standar intensitas cahaya berdasarkan cahaya yang dipancarkan oleh
benda hitam sempurna pada suhu titik lebur platina (1.773) oC.
Pada Tahun 1979 berdasarkan hasil Conference Generale des Poids et Measures ke-16
tahun 1979, satu kandela didefinisikan sebagai intensitas cahaya yag dihasilkan oleh sebuah
sumber yang memancarkan radiasi monokhromatik pada frekuensi 540x1012 hertz dengan
intensitas radiasi sebesar 6831 watt per meter persteradian dalam arah tersebut.

g. Standar Satuan Jumlah Zat

56 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Standar untuk satuan jumlah zat adalah mole (mol). Pada tahun 1971 ditetapkan
satu mol adalah setara dengan jumlah atom karbon dalam 0,012 kg karbon-12
(C-12). Satu mol zat terdiri dari 6,022x1023 buah partikel.

Dimensi Besaran
Banyak besaran fisika yang tersusun dari besaran lain, atau besaran yang satu
dengan lainnya sebenarnya sejenis. Misalnya jarak yang ditempuh partikel
selama bergerak lurus dengan keliling suatu lingkaran adalah dua besaran yang
sejenis sama-sama merupakan besaran panjang. Kelajuan adalah jarak yang
ditempuh tiap satu satuan waktu, berarti pula bahwa besaran kelajuan tersebut
sebenarnya tersusun dari besaran panjang dibagi waktu.
Dimensi menggambarkan bagaimana suatu besaran terbentuk atau tersusun dari
besaran-besaran lainnya. Dimensi dapat diartikan sebagai cara penulisan suatu
besaran menggunakan simbol dari besaran-besaran pokok sehingga dapat
menunjukkan suatu besaran tersusun dari besaran-besaran pokok.
Dalam Sistem Internasional terdapat tujuh besaran pokok yang berdimensi serta
dua besaran tambahan yang tidak berdimensi. Dimensi besaran pokok
dinyatakan dengan lambang huruf tertentu dan diber kurung persegi seperti
dtunjukkan pada Tabel 5 .
Tabel 6 Dimensi Besaran Pokok dan Besaran Tambahan
No. Besaran Pokok Satuan Notasi Satuan Dimensi
Internasional
1. Panjang meter m [L]
2. Massa kilogram kg [M]
3. Waktu sekon s [T]
4. Suhu kelvin K [θ]
5. Kuat Arus Listrik ampere A [I]
6. Intensitas kandela cd [J]
Cahaya
7. Jumlah Zat mole mol [N]
No. Besaran Satuan Notasi Satuan Dimensi
Tambahan Internasional
1. Sudut radian rad -
2. Sudut Ruang steradian sr -
Contoh dimensi dari besaran turunan ditunjukkan pada Tabel berikut ini:
Tabel 7 Dimensi Besaran Turunan
No. Besaran Analisis Dimensi
Turunan

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 57


Kegiatan Pembelajaran 3

1. Luas panjang x lebar [L2]


2. Volume panjang x lebar x tinggi [L3]
3. Kecepatan jarak : waktu [LT-1]
4. Percepatan kecepatan : waktu [LT-2]
5. Gaya massa x percepatan [MLT-2]
6. Usaha gaya x jarak [ML2T-2]
7. Daya usaha : waktu [ML2T-3]
8. Tekanan gaya : luas [ML-1T-2]
Manfaat analisis dimensi:
a. Untuk menganalisis benar atau salahnya suatu persamaan. Melalui
analisa dimensi kita bisa mengetahui kebenaran suatu persamaan fisika,
karena suatu persamaan fisika harus memiliki dimensi yang konsisten.
Jika kita analisis dimensinya maka dimensi ruas kiri harus sama dengan
dimensi ruas kanan.
b. Untuk membuktikan kesetaraan dua besaran yang sepintas kelihatan
berbeda. Dua besaran dikatakan setara jika keduanya mempunyai
dimensi yang sama. Misalnya usaha dan energi adalah dua besaran yang
setara karena keduanya mempunyai dimensi yang sama yaitu [ML2T-2]
c. Untuk menurunkan persamaan suatu besaran fisika jika kesebandingan
besaran tersebut diketahui.

Contoh soal 3.1


Selidiki dengan analisis dimensi, apakah persamaan-persamaan   vt , salah
atau mungkin benar dengan  adalah panjang gelombang, v adalah kecepatan
dan t adalah waktu

Pembahasan:
Jika dimensi-dimensi di ruas kiri suatu persamaan sama dengan dimensi-dimensi
diruas kanannya persamaan tersebut mungkin benar. Ini karena analisis dimensi
tidak menyelidiki hubungan antara angka-angka dalam persamaan (angka atau
bilangan tidak memiliki dimensi). Tetapi jika dimensi-dimensi di ruas kiri tidak
sama dengan dimensi-dimensi di ruas kanan, persamaan tersebut dapat
dipastikan salah.
  vt
L = LT-1 x
TL=L

58 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Persamaan mungkin benar sebab kedua ruas persamaan memiliki dimensi yang
sama.

Contoh soal 3.2


Buktikan bahwa energi potensial dan energi kinetik adalah besaran yang identik.

Pembahasan:
Energi potensial:
= massa x percepatan gravitasi x tinggi
= [M] x [LT-2] x [L] = [ML2T-2]
= 12 x massa x (kecepatan)2

= M x (LT-1)2 = [ML2T-2]
Karena keduanya memiliki dimensi yang sama, yaitu [ML2T-2], keduanya adalah
besaran yang identik.
(Catatan: bilangan tidak memiliki dimensi, sebagai contoh 12 )

5. Konversi Satuan

Konversi satuan dapat diartikan sebagai mengubah nilai suatu satuan ke nilai
satuan lain dan tidak mengubah nilai dari suatu besaran. Konversi satuan dapat
dilakukan dalam sistem satuan yang sama maupun dalam sistem satuan yang
berbeda. Konversi satuan dalam sistem yang sama misalnya mengubah salah
satu satuan dalam sistem internasional ke satuan lain dalam sistem yang sama.
Dalam konversi ini pengubahan satuan dapat menggunakan faktor konversi atau
dengan bantuan tangga konversi. Konversi satuan dalam sistem satuan yang
berbeda misalnya mengubah nilai dari suatu sistem satuan sistem Inggris ke
sistem Satuan Internasional atau sebaliknya. Dalam konversi ini pengubahan
satuan dapat dilakukan dengan menggunakan faktor konversi satuan seperti
ditunjukkan pada Lampiran 2.
Contoh soal 3.3
Sebuah benda bergerak dengan kecepatan 90 km/jam. Nyatakan kecepatan
tersebut dalam satuan SI

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 59


Kegiatan Pembelajaran 3

Pembahasan:
1 km = 1000 m
1 jam = 3600 s
(1000m)
90 km/jam = 90 x
(3600 s)

=
(900000 m)
(3600 s)
= 25 m/s

Angka Penting
Semua angka yang didapatkan dari hasil pengukuran disebut angka penting.
Angka penting terdiri atas angka pasti dan angka taksiran (angka yang
diragukan) Aturan-aturan untuk menyatakan apakah suatu angka termasuk
angka penting atau bukan adalah sebagai berikut.
1. Semua angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh:
245,6 (4 angka penting)
2. Angka nol yang terletak di antara angka-angka bukan nol adalah angka
penting.
Contoh:
572,001(6 angka penting)
70,02 (4 angka penting)
3. Untuk bilangan desimal yang lebih kecil dari 1, angka nol di kiri dan di
kanan koma desimal bukan angka penting.
Contoh:
0,0009(1 angka penting, yaitu 9).
0,0800(3 angka penting, yaitu 8, 0, dan 0).

4. Angka nol pada deretan akhir sebuah bilangan yang 10 termasuk


angka penting, kecuali jika angka sebelum nol diberi garis bawah. Dalam
hal ini, angka penting berakhir pada angka yang diberi garis bawah dan
angka selanjutnya bukan angka penting.
Contoh:

60 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

2500 (4 angka penting)


2500 (3 angka penting sebab angka 0 pada dretan akhir bukan angka
penting)
2500 (2 angka penting sebab kedua angka 0 pada deretan akhir bukan
angka penting).

Bilangan penting adalah bilangan yang diperoleh dari hasil pengukuran, yang
terdiri dari angka-angka penting yang sudah pasti dan satu angka terakhir yang
ditaksir. Misalnya, panjang paku 5,7 cm; massa beras 20 kg.

Bilangan eksak adalah bilangan yang pasti (tidak ada angka yng ditaksir) yang
diperoleh dari kegiatan membilang. Misalnya, jumlah siswa 43 orang, jumlah
kelereng dalam kotak 25 butir.

Aturan-aturan berhitung dengan bilangan penting adalah sebagai berikut:


1. Hasil penjumlahan atau pengurangan bilangan-bilangan penting hanya
boleh memiliki satu angka yang ditaksir.
Contoh:
52 700 g 7 diragukan
9 540 g 0 diragukan
+
62 240 g 62 200 g (3 a.p)

638,4 cm 4 diragukan
625 cm 5 diragukan
-
13,4 cm 13 cm (2 a.p)
2. Hasil perkalian atau pembagian, hanya boleh memilki banyak angka
penting sebanyak bilangan yang banyak angka pentingnya paling sedikit.
Contoh:
0,5242 m 4 a.p
4,1 m 2 a.p
x

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 61


Kegiatan Pembelajaran 3

2,14922 m2 2,1 m2 (2 a.p)

273 600 kg 6 a.p


3
900 m 2 a.p
:
3
304 kg/ m 300 kg m-3 (2 a.p)

3. Hasil perkalian atau pembagian antara bilangan penting dan bilangan


eksak atau sebaliknya, memiliki angka penting sebanyak bilangan
pentingnya.
Contoh:
8,57 cm 3 a.p
12 (eksak)
x
102,84 cm 103 cm (3 a.p)

4. Hasil memangkatkan suatu bilangan penting hanya boleh memiliki angka


penting sebaliknya bilangan penting yang dipangkatkan.
Contoh:
(1,5 m)3 = 3,375 m3 3,4 m3 (2 a.p)
(314 dm)2 = 985 96 dm2
986 00 dm2 (3 a.p)

5. Hasil penarikan akar suatu bilangan penting hanya boleh memiliki angka
penting sebanyak bilangan yang ditarik akarnya.
Contoh:
√625 m2 = 25,0 m (3 a.p)
3 125 cm3 = 5,0 0 cm (3 a.p )

Notasi Ilmiah
Dalam melakukan pengukuran, seringkali kita berhadapan dengan bilangan yang
sangat besar (misalnya, radius rata-rata matahari = 696 000 000 m) , atau bilangan

62 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

yang sangat kecil (misalnya, radius atom hidrogen = 0,000 000 000 053 m),
sehingga kita mengalami kesulitan. Untuk mempermudah penulisan bilangan
yang sangat besar atau yang sangat kecil maka digunakan notasi ilmiah atau
bentuk baku.

Dalam notasi ilmiah, angka-angka hasil pengukuran dinyatakan dalam bentuk


× 10

Dengan 1 ≤ < 10 menyatakan bilangan penting, n adalah bilangan bulat (boleh


positif atau negatif), dan 10n menyatakan orde.

Tiga manfaat penulisan dengan notasi ilmiah:


1. Mempermudah dalam menentukan banyaknya angka penting dari
besaran yang diukur;
2. Mempermudah menentukan orde besaran yang diukur;
3. Mempermudah melaksanakan perhitungan aljabar.

Tiga aturan untuk menulis hasil pengukuran dalam notasi ilmiah:


1. Pindahkan koma desimal sampai hanya tersisa satu angka.
2. Jika koma desimal dipindahkan ke kiri, berarti n adalah bulat positif,
Sebaliknya, jika ke kanan, berarti n adalah bulat negatif.
3. Nilai n sama dengan banyaknya angka yang dilewati sewaktu
memindahkan koma desimal.

Contoh Notasi ilmiah bilangan 10,0


75 400 = 75 400,
= 7,5 400,= 7,5400 x 104
4 angka ke kiri
bilangan penting = 7,5400
orde = 104
Contoh Notasi ilmiah bilangan < 1,0

0,000 570 kg = 0,000 5,40 kg

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 63


Kegiatan Pembelajaran 3

4 angka ke kanan
= 5,70 x 10-4 kg
bilangan penting = 5,70
orde = 10-4

D. Aktifitas Pembelajaran

Untuk lebih memahami materi besaran dan satuan, lakukanlah kegiatan berikut
ini dengan teliti, obyektif dan dapat bekerjasama dalam kelompok.

Lembar Kerja 3.1. Satuan Baku dan Tidak Baku


1. Tujuan
Mengidentifikasi satuan baku dan satuan tidak baku

2. Instruksi Kerja
a. Pergilah ke pasar tradisional disekitar tempat tinggal Anda, kemudian
amatilah dengan teliti dan obyektif pengukuran yang terjadi di tempat
tersebut.
b. Catatlah nama besaran yang diukur, alat ukur, cara mengukur dan
satuan yang digunakan menggunakan tabel berikut:
DAFTAR BESARAN DAN SATUAN DI PASAR
TRADISIONAL
No Nama Besaran Alat Ukur Satuan
1.
2.
3.
4.
5.

c. Cermati besaran dan satuan yang Anda peroleh, apakah terdapat


satuan yang tidak baku, jelaskan!

Lembar Kerja 3.2. Besaran, Satuan dan Alat Ukurnya


1. Tujuan
Mengidentifikasi besaran, satuan dan alat ukurnya

64 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

2. Instruksi Kerja
Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur menggunakan alat ukur
dan hasilnya dinyatakan dalam satuan tertentu. Saudara diminta
mengidentifikasi contoh besaran fisika dan satuannya serta alat ukur
yang digunakan dengan mengisi form yang telah disediakan.Tuliskan
jawaban Saudara pada tempat yang telah disediakan di bawah ini.
BESARAN, SATUAN DAN ALAT UKURNYA
Nama Lambang Nama Lambang Alat Ukur
No
Besaran Besaran Satuan Satuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

E. Latihan/Tugas

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan besaran dan satuan


2. Jelaskan perbedaan besaran pokok dan turunan
3. Selidiki dengan analisis dimensi, apakah persamaan berikut salah atau
mungkin benar
p  gh , dengan p adalah tekanan hidrostatik,  adalah massa jenis,
dan h adalah tinggi.
4. Hubungan tekanan, p, volume, V, dan suhu mutlak, T, suatu gas
dinyatakan oleh persamaan pV  nRT , dengan n adalah jumlah zat.

5. Jika bola logam pejal yang memiliki jari-jari r dijatuhkan bebas dalam
fluida yang dapat dinyatakan dengan persamaan F  6rv , dengan v
adalah kecepatan bola logam. Tentukan dimensi dan satuan  .

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 65


Kegiatan Pembelajaran 3

6. Tulis bilangan-bilangan di bawah ini dalam notasi ilmiah. Kemudian,


tentukan bilangan penting dan ordenya.
a. 25 000 m
b. 25 000 m
c. 25 000 m
7. Isilah titik-titik di bawah ini dengan menggunakan notasi ilmiah.
a. 750 g = . . . kg
b. 0,275 km = . . .m
c. 10 cm/s = . . . m/s
8. Massa benda A, B, dan C yang diukur dengan neraca berbeda
menghasilkan bacaan masing-masing 34 kg; 57,2 kg; dan 65,75 kg.
Tentukan massa total ketiga benda tersebut.
9. Hasil pengukuran massa dan volume sebuah benda pejal yang dibuat dari
kuningan adalah 7620 g dan 910 cm3. Tentukan massa jenis kuningan.
10. Sebidang tanah mempunyai panjang dan lebar masing-masing 12,25 meter
dan 15,0 meter. Berdasar angka penting, berapakah luas tanah tersebut?

F. Rangkuman

1 . Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur, mempunyai nilai yang
dinyatakan dengan angka-angka, dan pada umumnya mempunyai satuan.

2 . Besaran-besaran dalam fisika digolongkan menjadi dua yaitu besaran


pokok dan besaran turunan. Besaran pokok adalah besaran yang
satuannya telah ditentukan terlebih dahulu atau besaran yang tidak
diturunkan dari besaran lain. Telah ditetapkan tujuh besaran pokok, yaitu
panjang, massa, waktu, kuat arus listrik, suhu, intensitas cahaya dan
jumlah zat. Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran
pokok. Beberapa besaran turunan diantaranya luas, volume, kecepatan,
percepatan, gaya, tekanan dan lain-lain.

3 . Dimensi suatu besaran menunjukkan cara besaran itu tersusun dari


besaran-besaran pokok. Dimensi dapat digunakan untuk membuktikan
kesetaraan dua besaran.

66 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

4 . Sistem satuan yang digunakan dalam besaran pokok dan besaran turunan
adalah sistem “Satuan Internasional (SI)” yang berlaku secara internasional
dan berfungsi sebagai satuan standar.

5 . Konversi satuan mengubah nilai suatu satuan ke nilai satuan lain dan tidak
mengubah nilai dari suatu besaran. Konversi satuan dapat dilakukan dalam
sistem satuan yang sama maupun dalam sistem satuan yang berbeda.

6 . Bilangan yang sangat kecil dan sangat besar paling mudah jika dinyatakan
dalam notasi ilmiah:

a x 10n

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 67


Kegiatan Pembelajaran 3

G. Umpan Balik dan Tindak lanjut

Cocokkan hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban yang terdapat di bagian
akhir kegiatan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian
gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda
terhadap materi Kegiatan Belajar 1

=
ℎ 100% ℎ

Arti tingkat penguasaan:


90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda telah berhasil
menyelesaikan bahan belajar mandiri Kegiatan Belajar 3 ini. Akan tetapi apabila
tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi
Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 3 ini maka diharapkan Anda dapat lebih
memotivasi diri untuk terus meningkatkan kualitas dan potensi diri sebagai guru
sehingga mampu menguatkan karakter peserta didik dengan mengintegrasikan
penguatan pendidikan karakter dalam setiap kegiatan pembelajaran.

68 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Kegiatan Pembelajaran 4 : Pengukuran

A. Tujuan

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran 4, diharapkan anda dapat:


1. Menjelaskan prinsip-prinsip ketidakpastian dan kesalahan dalam
pengukuran
2. Menjelaskan prinsip-prinsip pembacaan alat ukur besaran panjang, massa
dan waktu
3. Merancang eksperimen fisika tentang penggunaan alat-alat ukur besaran
fisika dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi
4. Melaksanakan eksperimen fisika tentang penggunaan alat-alat ukur
besaran fisika dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi
5. Menyajikan hasil pengukuran besaran panjang, massa dan waktu dalam
bentuk laporan

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Menggunakan alat-alat ukur besaran dalam bidang Teknologi Informasi dan


Komunikasi untuk meningkatkan pembelajaran fisika di kelas, laboratorium
atau lapangan
2. Merancang eksperimen fisika tentang penggunaan alat-alat ukur besaran
fisika dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi
3. Melaksanakan eksperimen fisika tentang penggunaan alat ukur besaran
fisika dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 69


Kegiatan Pembelajaran 4

C. Uraian Materi

Ketidakpastian dalam Pengukuran


Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan suatu besaran dengan suatu
besaran yang sudah distandar. Pengukuran panjang dilakukan dengan
menggunakan mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Pengukuran berat
menggunakan neraca dengan berbagai ketelitian, mengukur kuat arus listrik
menggunakan ampermeter, mengukur waktu dengan stopwatch, mengukur suhu
dengan termometer, dan lain sebagainya. Mistar, jangka sorong, mikrometer
sekrup, neraca, amper meter, termometer merupakan alat ukur yang sudah
distandar. Penggunaan alat ukur yang sudah distandar, maka siapapun yang
melakukan pengukuran, dimanapun pengukuran itu dilakukan, dan kapanpun
pengukuran itu dilaksanakan akan memberikan hasil yang relatif sama.

Ketidakpastian pada pengukuran disebabkan oleh adanya kesalahan dalam


pengukuran. Kesalahan adalah penyimpangan nilai yang diukur dari nilai benar
x0. Kesalahan dapat digolongkan menjadi tiga golongan:
a. Kesalahan umum (keteledoran), biasanya disebabkan oleh adanya
keterbatasan pada pengamat, misalnya kurang trampil memakai
instrumen, dan kekeliruan pembacaan skala yang kecil termasuk
kesalahan paralaks.
b. Kesalahan sistematik dapat disebabkan karena kesalahan instrumen itu
sendiri dan lingkungan di sekitar instrumen yang mempengaruhi kerja
instrumen seperti efek perubahan suhu, tekanan udara luar, medan listrik,
atau medan magnetik. Kesalahan sistematik dapat diprediksi dan
dihilangkan.
c. Kesalahan acak, disebabkan adanya fluktuasi yang halus pada kondisi-
kondisi pengukuran. Fluktuasi tersebut dapat disebabkan oleh gerak
Brown molekul udara, fluktuasi tegangan listrik PLN atau baterai,
landasan yang bergetar, dan bising. Kesalahan acak menghasilkan
simpangan yang tidak dapat diprediksi terhadap nilai benar x0 .
Kesalahan acak tidak dapat dihilangkan tetapi dapat dikurangi dengan
mengambil rata-rata dari semua bacaan hasil pengukuran.

70 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Hasil pengukuran suatu besaran fisis dilaporkan sebagai x = x ± ∆x di mana x adalah nilai pendekatan terhadap nilai benar x0, dan ∆x adalah
ketidakpastiannya.

Ketidakpastian mutlak (∆ ) berhubungan dengan ketepatan pengukuran; makin kecil ketidakpastian


mutlak makin tinggi ketepatan pengukuran tersebut. Misalkan pengukuran berulang suatu besaran fisis
dilakukan sebanyak n kali, ̅adalah nilai rata-rata sampel, dan xi adalah data pengukuran ke-i, maka
ketepatan pengukuran ke-i dinyatakan sebagai berikut.
Ketepatan = 1 − ∆

Ketidakpastian relatif (∆ / ) tidak memiliki satuan dan sering dinyatakan dalam persen dengan mengalikan ∆ /
dengan 100% ketidakpastian relatif berhubungan dengan ketelitian pengukuran; makin kecil ketidakpastian
relatif makin tinggi ketelitian pengukuran tersebut.

Ketelitian (%) = 100%-ketidakpastian relatif (%).

Ketidakpastian pada pengukuran tunggal


= ± ∆ ; dengan x = hasil pengukuran tunggal, dan ∆ = 12 x skala terkecil. Jaminan hasil pengukuran adalah 100%.

Ketidakpastian pada pengukuran berulang


dengan =
̅
∑ xi
dan

√ ∑2 − (∑ )2
1

∆ = =
̅ −1

di mana ̅= nilai rata-rata sampel, x1 = hasil pengukuran sampel ke-i, ∆ = simpangan baku nilai rata-
rata sampel, dan N = banyak sampel pengukuran. Jaminan hasil pengukuran adalah 68%.

Banyak angka yang dapat dilaporkan dalam pengukuran berulang


ditentukan oleh ketidakpastian relatifnya. Ketidakpastian relative sekitar 10%

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 71


Kegiatan Pembelajaran 4

berhak atas 2 angka penting; sekitar 1% berhak atas 3 angka penting; dan
sekitar 0,1% berhak atas 4 angka penting.

Instrumen Pengukuran
Instumen pengukuran adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran.
Hasil akhir dari proses pengukuran sangat tergantung pada kemampuan alat
ukur yang digunakan. Kemampuan alat ukur dapat diketahui dari berbagai kriteria
yang ditetapkan, diantaranya adalah:
a. Accuracy, adalah kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil ukur
yang mendekati hasil sebenarnya
b. Presisi, adalah kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil yang sama
dari pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama.
c. Sensitivitas, adalah tingkat kepekaan alat ukur terhadap perubahan
besaraan yang akan diukur
d. Kesalahan (error), adalah penyimpangan hasil ukur terhadap nilai yang
sebenarnya
Idealnya sebuah alat ukur memiliki accuracy, presisi dan sensitivitas yang baik
sehingga tingkat kesalahannya relatif kecil dan data yang dihasilkan akan akurat.

Saat ini sudah banyak dikembangkan alat ukur besaran fisis yang canggih.
Namun demikian guru sebagai agen penyebar pengetahuan harus terampil
menggunakan dan menguasai alat ukur standar yang umum digunakan di
laboratorium sekolah. Keterampilan yang dimiliki oleh seorang guru tentunya
akan berimbas pada keterampilan pada siswa. Harapannya, apabila guru
terampil menggunakan alat ukur tentunya siswa terampil juga.

Untuk keperluan kepraktisan suatu negara biasanya memiliki alat ukur besaran
standar. Semua alat ukur yang ada dimasyarakat harus ditera ulang atau
dikalibrasi terutama yang digunakan untuk perdagangan. Demikian pula untuk
laboratorium yang hasil pengukurannya diperuntukkan pada kepentingan umum,
maka alat ukur yang ada di laboratoriumnya harus dilakukan kalibrasi agar hasil
pengukurannya sesuai dengan standar yang telah disepakati. Namun untuk
laboratorium sekolah biasanya kalibrasi ini tidak mutlak diperlukan karena hasil-

72 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

hasil pengukuran yang dilakukan di sekolah merupakan latihan pengukuran,


bukan untuk kepentingan yang apabila salah membahayakan manusia atau
kepentingan umum.

Pengukuran Besaran Panjang


Pengukuran besaran panjang bisa dilakukan dengan menggunakan mistar,
jangka sorong, atau mikrometer sekrup. Alat ukur tersebut memiliki nilai ketelitian
yang berbeda-beda. Nilai ketelitian adalah nilai terkecil yang masih dapat diukur

a. Mistar
Mistar merupakan alat ukur panjang yang paling sederhana dan sudah lumrah
dikenal orang. Ada dua jenis mistar yang sering digunakan, yaitu stik meter dan
mistar metrik. Stik meter memiliki panjang 1 meter dan memiliki skala desimeter,
sentimeter, dan milimeter. Mistar metrik memiliki panjang 30 sentimeter. Mistar
memiliki skala pengukuran terkecil 1 milimeter, sesuai dengan jarak garis terkecil
antara dua garis yang saling berdekatan. Ketelitiannya adalah 0,5 milimeter, atau
setengah dari skala terkecil

Ketika kita akan mengukur panjang suatu objek dengan menggunakan sebuah
mistar kita letakan ujung mistar yang menunjukan nilai nol ke ujung objek yang
akan diukur, kemudian baca panjang skala yang terdekat dengan ujung objek
yang diukur tersebut. Angka tersebut menunjukan panjang objek yang kita ukur

b. Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang memiliki batas ketelitian
sampai dengan 0,1 mm. Jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur
diameter bola, diameter dalam tabung, dan kedalaman lubang. Skala utama
tertulis pada batang jangka sorong. Pada rahang sorong (geser) diberi skala
sebanyak 10 bagian dengan panjang 9 mm yang disebut skala nonius. Jadi,
setiap satu skala nonius panjangnya 9 mm atau 0,9 mm

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 73


Kegiatan Pembelajaran 4

Gambar 4. 1Jangka Sorong

Untuk menggunakan jangka sorong perlu diperhatikan langkah-langkah


sebagai berikut.

1) Periksa kedudukan skala nol dengan cara menutup rapat rahang


tetap dan rahang sorong (geser), lalu lihatlah skala nol pada skala
utama dan skala nonius! Jika garis pada angka nol skala nonius dan
skala utama membentuk garis lurus, berarti jangka sorong tepat
digunakan untuk pengukuran.
2) Letakkan posisi benda pada tempat ukur yang sesuai

3) Untuk mencegah skala berubah-ubah pada saat pembacaan, kuncilah


skala jangka sorong dengan memutar tombol di bagian atas jangka
sorong!
4) Bacalah angka yang tertera pada skala utama, yaitu satu angka di
belakang koma. Kemudian lanjutkan membaca skala nonius dengan
mencari garis angka yang segaris antara skala utama dan skala
nonius, yaitu dua angka di belakang koma.

Gambar 4. 2 Pembacaan Skala Jangka Sorong


Dari Gambar 4.2 terlihat bahwa skala utama jangka sorong menunjukkan skala 2,3
cm. Garis skala nonius yang berimpit dengan skala utama (membentuk garis lurus)

74 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

adalah garis pada angka 7. Karena nilai ketelitian jangka sorong 0,1 mm maka
nilai kelebihannya adalah 7 x 0,1 mm = 0,7 mm = 0,07 cm. Jadi, jangka sorong
pada gambar 5 menunjukkan nilai 2,3 cm + 0,07 cm = 2,37 cm.

c. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup adalah alat ukur panjang yang ketelitiannya paling tinggi.
Mikrometer sekrup mempunyai ketelitian 0,01 mm sehingga cocok untuk
mengukur antara lain tebal kertas, diameter kawat email, dan tebal kain.

Gambar 4. 3 Mikrometer Sekrup

Untuk menggunakan mikrometer sekrup perlu diperhatikan langkah-langkah


sebagai berikut.
1) Periksa kedudukan skala nol dengan cara menutup rapat rahang
ukur tetap dan rahang ukur gerak dan lihatlah posisi nol pada
skala tetap dan skala putar! Jika garis pada angka nol skala putar
dan garis pada skala tetap membentuk garis lurus, berarti
mikrometer sekrup tidak mengalami kesalahan nol dan siap untuk
melakukan pengukuran
2) Letakkan rangka mikrometer sekrup pada telapak tangan kanan
dan jepit dengan jari kelingking, jari manis, dan jari tengah.
Bukalah rahang ukur gerak dengan memutar silinder putar, lalu
letakkan benda pada rahang ukur tetap dengan dipegangi tangan
kiri. Putarlah silinder putar dengan menggunakan telunjuk dan ibu
jari tangan kanan. Jangan memutar rangka dengan memegang
silinder putar!
3) Bacalah angka yang tertera pada skala tetap, yaitu satu angka di
belakang koma, kemudian dilanjutkan membaca skala putar
dengan mancari garis angka skala putar yang segaris dengan
skala tetap (dua angka di belakang koma)

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 75


Kegiatan Pembelajaran 4

4)

Gambar 4. 4 Pembacaan Skala Mikrometer Sekrup

Pada Gambar 4.4 di atas terlihat bahwa skala tetap mikrometer sekrup
yang paling dekat dengan selubung luar adalah 4 mm lebih. Pada skala
putar terlihat garis skala yang berimpit dengan garis mendatar pada skala
tetap adalah garis pada angka 12. karena nilai ketelitian mikrometer
sekrup 0,1 mm, maka nilai kelebihannya adalah 12 x 0,01
mm = 0,12 mm. Jadi, hasil pengukuran mikromeetr sekrup pada
Gambar 5.4. menunjukkan nilai 44 mm + 0,12 mm = 4,12 mm

Pengukuran Besaran Massa


Pengukuran massa pada umumnya dilakukan dengan menggunakan neraca.
Ada beberapa jenis neraca, antara lain neraca Ohauss, neraca lengan, neraca
langkan, neraca pasar, neraca tekan, neraca badan, dan neraca elektronik.
Salah satu jenis neraca yang sering digunakan di laboratorium adalah neraca
lengan. Neraca ini mempunyai bagian-bagian penting, antara lain tempat beban,
skala yang disertai beban geser, sistem pengatur khusus dan penunjuk

Ada dua jenis neraca Ohauss, yaitu neraca dua lengan yang mempunyai batas
ketelitian 0,01 g dengan batas mengukur massa 310 g sehingga disebut neraca
0hauss-310 dan neraca tiga lengan yang mempunyai batas ketelitian 0,1 g
dengan batas mengukur massa 2,610 kg dan disebut neraca 0hauss-2610.
Kedua jenis neraca Ohauss ini sering digunakan di laboratorium

76 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Gambar 4. 5 Neraca Lengan

Pada neraca Ohauss-310, lengan depannya memuat angka puluhan, lengan


belakangnya memuat angka ratusan, sedangkan sebuah lingkaran skala memuat
angka satuan dan seperseratusan. Cara menimbangnya sebagai berikut:
1) Geser penunjuk pada lengan depan dan belakang ke sisi kiri dan
lingkaran skala diarahkan pada posisi nol! Ini artinya neraca
menunjukkan skala nol.
2) Periksa bahwa neraca pada posisi setimbang!
3) Letakkan benda yang akan diukur pada tempat yang tersedia pada
neraca!
4) Ubahlah keempat penunjuk, diurutkan dari penunjuk yang terdapat
pada ratusan, puluhan, satuan, dan yang terakhir seperseratusan
hingga tercapai keadaan yang setimbang!
5) Bacalah massa benda dengan menjumlah nilai yang ditunjukkan oleh
penunjuk ratusan, satuan, dan yang terakhir seperseratusan

Langkah-langkah pengukuran massa dengan neraca lengan adalah sebagai


berikut:
1) Atur sistem pengatur khusus sehingga saat belum ada beban dan
semua beban geser skala pada posisi nol, neraca berada dalam
keadaan setimbang ( penunjuk segaris dengan angka nol ).
2) Letakan benda atau zat yang akan diukur pada tempat beban.
3) Atur beban geser pada skala sehingga neraca berada pada posisi
setimbang ( penunjuk segaris dengan angka nol acuan )
4) Baca skala dengan cara menjumlahkan bacaan skala pada masing-

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 77


Kegiatan Pembelajaran 4

masing lengan skala.


5) Neraca ini mempunyai empat lengan skala, yaitu masing-masing
dengan rentang bacaan 0 - 1,0 g, 0 - 10 g, 0 - 100 g, 0 - 200 g
Contoh :
Posisi beban geser pada lengan skala ( 0 - 200 g ) = 200
Posisi beban geser pada lengan skala ( 0 - 100 g ) = 50
Posisi beban geser pada lengan skala ( 0 - 10 g ) = 7
Posisi beban geser pada lengan skala ( 0 - 1,0 g ) = 0,55
Hasil pengukuran : ( 200 + 50 + 7 + 0,55 ) g = 257,55 g
Ketelitian alat : 0,01 g
Penulisan hasi pengukuran : ( 257,55 + 0,01 ) g

Pengukuran Besaran Waktu


Pengukuran waktu umumnya dilakukan dengan menggunakan stopwatch. Jenis
stopwatch cukup banyak dan biasanya memiliki tiga tombol yaitu tombol start,
stop dan reset. Tombol start berfungsi untuk menjalankan stopwatch dan tombol
stop untuk menghentikan nya. Sedangkan tombol reset berfungsi untuk mengatur
stopwatch ke posisi nol

Gambar 4. 6 Stopwacth

Langkah-langkah pengukuran massa dengan neraca lengan adalah sebagai


berikut:
1) Tekan tombol reset kemudian lepaskan, sehingga jarum penunjuk ada
pada posisi nol.
2) Tekan dan lepaskan tombol start pada saat pengukuran waktu tepat
dimulai.

78 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

3) Tekan dan lepaskan tombol stop pada saat pengkuran waktu tepat
selesai.
4) Baca skala dengan cara menjumlahkan bacaan pada jarum penunjuk
besar (dalam satuan menit) ditambah bacaan jarum penunjuk kecil
(dalam satuan sekon) .
Contoh :
posisi jarum penunjuk besar :5
posisi jarum penunjuk kecil : 43
hasil pengukuran : 5 menit + 43 sekon = 343 sekon
penulisan hasil pengukuran : ( 343 +1) sekon
Pada stop watch digital, modus pemakaian dapat dipilih hanya dengan menekan
tombol tertentu saja dan hasil pengukurannya sudah berupa angka yang hanya
tinggal dibaca saja.

D. Aktivitas Pembelajaran

Untuk lebih memahami materi pengukuran, lakukanlah kegiatan berikut ini


dengan teliti, obyektif dan dapat bekerjasama dalam kelompok.

Lembar Kerja 4.1. Rancangan Praktikum Mengukur Besaran Panjang


1. Tujuan
Merancang eksperimen fisika tentang penggunaan alat-alat ukur besaran
fisika dalam bidang Teknologi dan Rekayasa

2. Instruksi Kerja
Buatlah rancangan kegiatan praktikum pengukuran besaran
panjangmenggunakan jangka sorong atau mikrometer sekrup dengan
minimal berisi :
PETUNJUK PRAKTIKUM

A. PETUNJUK UMUM
B. DASAR TEORI
C. TUJUAN
D. ALAT DAN BAHAN

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 79


Kegiatan Pembelajaran 4

E. LANGKAH KERJA
F. HASIL PENGUKURAN
G. TUGAS
H. KESIMPULAN

E. Latihan/Tugas

1. Jelaskan 3 macam kesalahan dalam pengukuran


2. Jelaskan perbedaan antara ketidakpastian mutlak dengan ketidakpastian
relatif
3. Jelaskan cara menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan
pada pengukuran berulang
4. Buatlah rencana praktikum penggunaan alat-alat ukur sesuai kondisi alat
ukur yang ada di sekolah anda

F. Rangkuman

1 . Mengukur adalah membandingkan suatu besaran fisis dengan suatu


besaran yang sudah standar. Penggunaan alat ukur yang sudah
distandar, maka siapapun yang melakukan pengukuran, dimanapun
pengukuran itu dilakukan, dan kapanpun pengukuran itu dilaksanakan
akan memberikan hasil yang relatif sama.

2 . Karena adanya ketidakpastian dalam pengukuran, maka hasil pengukuran


tidak berupa sebuah nilai, melainkan berupa sebuah rentang nilai yang
setiap nilai dalam rentang tersebut memiliki kemungkinan (probabilitas)
benar yang sama satu terhadap yang lainnya. Pengukuran tunggal
dilakukan terhadap besaran yang dicapai pada kondisi-kondisi tertentu
dan tidak mungkin terulang dengan kondisi-kondisi yang sama atau
setidak-tidaknya dianggap sama

80 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

G. Umpan Balik dan Tindak lanjut

Cocokkan hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban yang terdapat di


bagian akhir kegiatan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang
benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat
penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 5

=
ℎ 100% ℎ

Arti tingkat penguasaan:


90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda telah
berhasil menyelesaikan bahan belajar mandiri Kegiatan Belajar 4 ini. Akan
tetapi apabila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus
mengulangi Kegiatan Belajar 4, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 4 ini maka diharapkan Anda dapat


lebih memotivasi diri untuk terus meningkatkan kualitas dan potensi diri
sebagai guru sehingga mampu menguatkan karakter peserta didik dengan
mengintegrasikan penguatan pendidikan karakter dalam setiap kegiatan
pembelajaran.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 81


Kegiatan Pembelajaran 5

82 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Kegiatan Pembelajaran 5 : Besaran Vektor

A. Tujuan

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran 5, diharapkan anda dapat:


1. Menjelaskan pengertian besaran vektor Menggambarkan
2. vektor menggunakan notasi yang benar Menentukan
3. komponen-komponen vektor Menjumlahkan vektor
4. dengan metode jajargenjang Menjumlahkan vektor
5. dengan metode poligon Menjumlahkan vektor secara
6. analitis
7. Menjumlahkan vektor berdasarkan vektor satuan
8. Menentukan hasil perkalian skalar Menentukan
9. hasil perkalian vektor

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Menjelaskan besaran vektor, notasi vektor dan komponen-komponen vektor


2. Menghitung besar dan arah resultan vektor secara grafis dan analitis
3. Menemukan dan menganalisis besaran vektor dan besaran skalar pada
bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi

C. Uraian Materi

Anda telah mempelajari besaran pokok dan besaran turunan pada kegiatan belajar
sebelumnya. Besaran-besaran tersebut dapat dikategorikan menjadi besaran vektor
dan besaran skalar. Besaran vektor adalah besaran yang memiliki nilai dan arah
sedangkan besaran skalar adalah besaran yang hanya memiliki nilai tetapi tidak
memiliki arah. Contoh besaran vektor adalah perpindahan, kecepatan, percepatan,
gaya, rapat arus listrik, medan listrik dan medan magnet.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 83


Kegiatan Pembelajaran 5

Sistem koordinat dibutuhkan dalam menjelaskan besaran-besaran vektor. Ada


tiga sistem koordinat yaitu sistem koordinat 1 dimensi, sistem koordinat 2 dimensi
dan sistem koordinat 3 dimensi. Untuk mempermudah visualisasi maka pada
modul ini hanya dibatasi pada sistem koordinat 1 dan 2 dmensi.

Notasi Vektor
Nama vektor dapat dituliskan dengan dua cara sebagai berikut:
a. menuliskan tanda vektor atau anak panah diatas nama vektor yang
terdiri dari satu huruf atau dua huruf.
Contoh: ⃗ atau ⃗⃗⃗⃗⃗⃗
b. menuliskan nama vektor dengan satu huruf atau dua huruf yang
ditebalkan.
Contoh: R atau AB

Vektor digambarkan dengan simbol anak panah. Panjang anak panah


menunjukkan nilai atau besarnya vektor dan arah anak panah menunjukkan arah
vektor seperti ditunjukkan pada gambar 5.1. berikut:

Gambar 5. 1 Simbol Vektor


Titik A adalah pangkal vektor dan titik B adalah ujung vektor. Panjang dari A
sampai B adalah besar vektor. P adalah vektor dengan arah ke kanan. R adalah
suatu vektor yang membentuk sudut 450 terhadap sumbu x (+). Panjang anak
panah menyatakan besar vektor (panjang AB), arah anak panah menyatakan
arah vektor.

Besar suatu vektor disebut juga norma, modulus atau magnitude, yang
dinyatakan dengan:
r = | | atau AB = ⃗⃗⃗⃗⃗⃗

r⃗ | |

Besar vektor merupakan besaran skalar dan nilainya selalu positif.

84 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Dua buah vektor dikatakan sama apabila besar dan arah kedua vektor sama
meskipun pangkal vektornya berbeda. Vektor P sama dengan vektor R seperti
ditunjukkan pada gambar 5.2 berikut ini:

Gambar 5. 2 Dua Vektor P dan R Sama Besar

Gambar 5.3 menunjukkan bahwa vektor M sama dengan vektor N

Gambar 5. 3 Dua Vektor M dan N Sama Besar

Sedangkan Gambar 5.4 menunjukkan bahwa vektor A dan vektor B memiliki


besar yang sama tetapi berlawanan arah.

Gambar 5. 4 Dua Vektor Berlawanan Arah

Komponen-komponen Vektor
Sebuah vektor F dalam ruang 2 dimensi dapat diuraikan atas komponen-
komponennya, yaitu komponen pada arah sumbu x dan komponen pada arah
sumbu y seperti ditunjukkan pada gambar 5.5 berikut ini:

Gambar 5. 5 Komponen pada arah sumbu x dan sumbu y


Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 85
Kegiatan Pembelajaran 5

Komponen vektor F dapat diuraikan menjadi:


a. Komponen vektor F pada sumbu X positif adalah Fx = F cos b.
Komponen vektor F pada sumbu Y positif adalah Fy = F sin

Apabila komponen-komponen vektor diketahui maka untuk menentukan besar


dan arah vektor dari komponen-komponenya dapat ditentukan sebagai berikut:
Misalkan diketahui komponen-komponen vektor Fx dan Fy seperti yang
ditunjukkan gambar 5.6:

Gambar 5. 6 Komponen Vektor Fx dan Fy

Dengan menggunakan teorema Phytagoras, maka besar (F) dan arah ( ) vektor
F ditentukan sebagai berikut
=√ 2+ 2 = tan ( )

Penjumlahan Vektor
Vektor dapat dioperasikan secara matematis, baik operasi penjumlahan maupun
perkalian. Namun demikian operasi vektor memiliki beberapa perbedaan dengan
operasi skalar karena dalam operasi vektor tidak hanya memperhitungkan besar
namun juga sekaligus arahnya. Penjumlahan vektor dapat dilakukan secara
grafis (geometris) dan dapat pula dilakukan secara analitis.

a. Penjumlahan Vektor secara Geometris

86 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Penjumlahan vektor secara geometris dapat dilakukan dengan dua macam


metode yaitu metode poligon dan metode jajargenjang. Vektor hasil penjumlahan
dinamakan vektor resultan.

Melukis Penjumlahan Vektor dengan Metode Poligon


Apabila diketahui tiga vektor gaya sebagai berikut: Vektor A = 5 N, B = 4 N, dan
C = 3 N seperti gambar 5.7

Gambar 5. 7 Tiga vektor gaya

Contoh 1: Menentukan resultan (jumlah) dua vektor A dan B

Gambar 5. 8 Resultan dua vector A dan B


Cara melukis resultan dua vektor A dan B dengan metode polygon adalah:
1) Letakkan pangkal vektor B tepat pada ujung vektor A
2) Lukis garis hubung dari pangkal vektor A sampai ujung vektor B
(panjang garis tersebut adalah besar resultan vektor R).

Contoh 2: Menentukan resultan tiga vektor A, vektor B dan vektor C

Gambar 5. 9 Resultan Tiga Vektor A, B, dan C

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 87


Kegiatan Pembelajaran 5

Langkah-langkah melukis resultan vektor R = A + B + C


1) Letakkan pangkal vektor B tepat pada ujung vektor A
2) Letakkan pangkal vektor C tepat berimpit dengan ujung vektor B
3) Lukis garis hubung dari pangkah vektor A sampai ujung vektor C
(resultan vektor R).

Melukis Penjumlahan Vektor dengan Metode Jajargenjang


Perhatikan gambar tiga vektor A = 5 N, B = 4 N, dan C = 3 N pada gambar 5.10
Contoh 1: Menentukan resultan dua vektor A dan vektor B dengan metode
jajargenjang.

Gambar 5. 10 Resultan dua vektor A dan B dengan metode jajargenjang

Gambar 5.10. Resultan dua vektor A dan B dengan metode jajargenjang

Langkah-langkah melukis resultan vektor R = A + B


1) Lukis vektor A dan Vektor B dengan kedua pangkal vektor berimpit.
2) Lukis jajargenjang dengan vektor A dan B sebagai sisi-sisinya.
Diagonal jajargenjang yang titik pangkalnya O sama dengan pangkal kedua
vektor adalah resultan vektor. Panjang diagonal OC adalah besarnya resultan R.

Contoh 2: Menetukan resultan tiga vektor A, vektor B, dan vektor C dengan


metode jajargenjang.

Gambar 5. 11 Resultan tiga vektor A, B, dan C dengan metode jajargenjang

88 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Langkah-langkah melukis resultan vektor R = A + B + C


1) Lukis jajargenjang 1 dengan vektor A dan B sebagai sisi-sisinya.
2) Diagonal jajargenjang yang titik pangkalnya sama dengan pangkal
vektor A dan B adalah resultan vektor R1.
3) Lukis jajargenjang 2 dengan vektor C dan R1 sebagai sisi-sisinya.

Diagonal jajargenjang yang titik pangkalnya sama dengan pangkal vektor R1 dan
C adalah resultan vektor R. Panjang diagonal OD adalah besarnya vektor R.

Contoh Soal :
Dua vektor A dan vektor B masing-masing 12 m dan 8 m. Tentukan besar
resultan dua vektor tersebut menggunakan metode grafik.

Jawab:
Misalkan kita gunakan skala 1:400, maka vektor A dan vektor B dapat digambar
sebagai berikut :
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Tetapkan sumbu X positif sebagai acuan untuk menentukan vektor.
2) Lukis vektor resultan dengan metode poligon.
3) Tentukan skala ukuran besar vektor
4) Lukis setiap vektor sesuai dengan ukuran skala yang ditetapkan.
5) Ukur panjang resultan vektor kemudian tentukan panjang sebenarnya.

Gambar 5. 12 Resultan dua dengan metode grafik

Dari hasil pengukuran panjang R dalam gambar 5.14 adalah 4 cm, maka besar
resultan vektor adalah 4 x 400 cm = 1600 cm atau 16 m

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 89


Kegiatan Pembelajaran 5

b. Penjumlahan Vektor secara Analitis


Misalkan diketahui dua vektor A dan vektor B sebagai berikut :

Gambar 5. 13 Vektor A dan Vektor B

Untuk menentukan resultan dua vektor tersebut secara analitis, maka langkah-
langkahnya adalah:

Gambar 5.15

Gambar 5. 14 Resultan dua vector secara analitis

1) Tetapkan salah satu vektor sebagai sumbu x positif, misal vektor A.


2) Tentukan komponen-komponen masing-masing vektor, komponen-
komponen kedua vektor A dan B adalah:
Ax = A. cos θ, Bx = B.cos θ

Ay = A. sin θ, By = B. sin θ
Jumlah komponen vektor pada sumbu x =
Rx, Rx = Ax + Bx
Jumlahkan komponen vektor pada sumbu y = Ry,
Ry = Ay + By

3) Hitung besar resultan vektor A dan B


=√ +

90 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

4) Tentukan arah resultan vektor R

tan = ,= tan ( )

Apabila terdapat tiga vektor atau lebih masing-masing vektor diuraikan


komponennya dalam sumbu x (Fx) dan sumbu y (Fy) kemudian dijumlahkan
pada masing=masing sumbu (ΣFx) dan (ΣFy). Resultan vektor dapat dihitung
menggunakan persamaan :

= √( )2 + ( )2 tan =
,= tan ( )

R = resultan vektor
θ = sudut yang dibentuk resultan vektor dengan sumbu x
Fx = komponen vektor pada sumbu x
Fy = komponen vektor pada sumbu y
Σ Fx = jumlah komponen vektor dalam sumbu x
Σ Fy = jumlah komponen vektor dalam sumbu y

Untuk menentukan resultan dua buah vektor yang membentuk sudut tertentu
dapat ditentukan menggunakan rumus cosinus.

Gambar 5. 15 Vektor A dan B saling membentuk sudut θ

R adalah resultan dua vektor A dan B. Arah resultan vektor R adalah terhadap vektor
A. Dengan rumus cosinus, maka besar resultan R dapat ditentukan dengan:
=√2+ 2+ 2 cos

Arah resultan R adalah:

sin
= sin

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 91


Kegiatan Pembelajaran 5

Vektor Satuan
Vektor satuan adalah vektor yang memiliki besar 1 dan arahnya sesuai dengan
yang didefinisikan. Vektor satuan dapat digunakan untuk menjelaskan arah suatu
vektor dalam suatu koordinat. Misalkan suatu vektor A yang digambarkan dalam
koordinat Cartesius seperti gambar 6.18

Gambar 5. 16 Vektor A digambarkan dalam koordinat Cartesius

Dalam koordinat 2 dimensi vektor satuan dalam arah sumbu x dilambangkan dengan ,̂vektor satuan dalam arah sumbu y dilambangkan dengan
,̂sehingga vektor A dapat dinyatakan:
A = Ax ̂+ Ay ̂

Besar vektor A dapat dinyatakan:


| | = √Ax2 + Ay2

tan
Arah vektor A dapat dinyatakan: =

92 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Contoh soal:
Vektor satuan = (3 ̂+ 4 ̂) m, Tentukan besar dan arah vektor A!

Pembahasan:
Besar vektor A adalah:
| | = √Ax2 + Ay2
|A| = √32 + 42
|A| = √9 + 16
|A| = √25
||=5

tan
Arah vektor A adalah: =

4
tan =3

= 530

Apabila R adalah hasil penjumlahan dua vektor A dan B menggunakan


vektor satuan dapat dinyatakan sebagai berikut:
A ̂ Ay ̂
= Ax +
B = Bx ̂+ By ̂

sehingga:
R=A+B
̂ (Ay + By) ̂ R = Rx +
R = (Ax + Bx ) + ̂ Ry ̂

Besar resultan R adalah:


| | = √Rx2 + Ry2

tan
Arah resultan R adalah: =

Perkalian Vektor
Besaran vektor karena memiliki arah dan juga memiliki besar membawa
konsekuensi pada operasi perkaliannya. Operasi perkalian biasa tidak dapat
langsung diterapkan pada vektor. Ada dua macam perkalian vektor, yaitu
perkalian vektor dengan skalar dan perkalian vektor dengan vektor.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 93


Kegiatan Pembelajaran 5

a. Perkalian Vektor dengan Skalar


Jika sebuah vektor dikalikan dengan suatu skalar maka akan diperoleh sebuah
vektor baru. Jika A dan B adalah vektor dan k adalah sebuah skalar maka,
B=kA
Besar vektor B adalah k kali besar vektor A, sedangkan arah vektor B sama
dengan arah vektor A bila k positip dan berlawanan bila k negatif. Dalam fisika
kita menjumpai operasi semacam ini misalnya pada persamaan yang berlaku
pada hubungan antara gaya (F) dan kuat medan listrik (E):
F=qE
q adalah muatan listrik, dapat bermuatan positif atau negatif sehingga arah F
tergantung tanda muatan tersebut, sedangkan besar F adalah q kali besar E.
Contoh lain perkalian besaran vektor dengan skalar dalam fisika adalah pada
persamaan yang berlaku pada hubungan gaya (F) dan percepatan (a):
F=ma
dan hubungan antara momentum (p) dan kecepatan (v):
p=mv
dimana m adalah massa yang merupakan besaran skalar sedangkan a dan v
merupakan besaran vektor.

b. Perkalian Vektor dengan Vektor


Perkalian vektor dengan vektor dapat diklasifikasi menjadi dua macam, yaitu
perkalian vektor yang akan menghasilkan skalar (perkalian titik) dan perkalian
vektor yang akan menghasilkan vektor lain (perkalian silang).

Perkalian Titik
Perkalian dot atau titik disebut juga perkalian skalar (scalar product). Hal itu
dikarenakan perkalian tersebut akan menghasilkan skalar meskipun kedua
pengalinya merupakan vektor. Perkalian skalar dari dua vektor A dan B
dinyatakan dengan A.B, karena notasi ini maka perkalian tersebut dinamakan
juga sebagai perkalian titik (dot product).

Untuk mendefinisikan A.B dengan cara menggambarkan kedua vektor dengan


ekor-ekornya terletak pada titik yang sama. Setelah itu dicari komponen vektor
yang sejajar di antara keduanya. A.B didefinisikan sebagai besar vektor A yang

94 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

dikalikan dengan komponen B yang sejajar dengan A seperti ditunjukkan pada


gambar 6.19.

Gambar 5. 17 Perkalian titik dua vector A dan B

Dua vektor A dan B saling membentuk sudut . Perkalian titik dua vektor A dan B
tersebut ditulis sebagai A.B;
A.B = | || |. cos
| | = besar vektor A
| | = besar vektor B

= sudut antara vektor A dan vektor B


Untuk dua vektor sembarang, misalnya A dan B maka AB cos θ = BA cos θ. Jadi A.B = B.A

Penerapan operasi perkalian titik yang menghubungkan antara usaha yang


dilakukan (W) oleh gaya (F) pada benda sehingga benda mengalami
perpindahan (s):
W = F.s
Hasil dari perkalian W merupakan besaran skalar.
Untuk dua vektor sembarang, misal A dan B maka AB cos = BA cos . Jadi A.B
= B.A

Perkalian titik untuk vektor satuan dalam koordinat 3 dimensi seperti ditunjukkan
oleh gambar 5.18 berikut ini:

Gambar 5. 18 Perkalian titik untuk vektor satuan dalam koordinat 3 dimensi

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 95


Kegiatan Pembelajaran 5

̂
Vektor satuan ,̂ ,̂dan saling tegak lurus sehingga perkalian dot vektor

tersebut adalah:
̂ ̂ 0
̂. ̂= ̂. ̂= . = 1.1 cos 0 =1
̂ ̂ 0
̂. ̂= ̂. = ̂. = 1.1 cos 90 =0
Jika dinyatakan dalam komponen-komponennya maka:
A.B = AxBx + AyBy + AzBz
Contoh:
Dua vektor A dan B masing-masing dinyatakan sebagai berikut; A = (2 ̂+ 4 )̂m dan B = (5 ̂+ 3 )̂m
tentukan A.B

Pmbahasan:
A.B = AxBx + AyBy
A.B = 2.5 + 4.3
A.B = 22 m

Perkalian Silang
Perkalian silang (cross product) disebut juga sebagai perkalian vektor (vektor
product), karena perkalian ini akan menghasilkan vektor lain. Perkalian vektor
antara A dan B dinyatakan dengan AxB.
Untuk mendefinisikan AxB dengan cara menggambarkan kedua vektor dengan
ekor-ekornya terletak pada titik yang sama. Setelah itu dicari komponen vektor
yang tegak lurus di antara keduanya. AxB didefinisikan sebagai besar vektor A
yang dikalikan dengan komponen B yang tegak lurus dengan A. Perkalian silang
dirumuskan sebagai:
AxB = | || | sin
| | = besar vektor A
| | = besar vektor B

Arah perkalian cross antara dua vektor A dan B dapat di gambarkan sebagai
berikut:

96 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Gambar 5. 19 Arah perkalian cross antara dua vektor A dan B

Untuk perkalian silang vektor satuan , , dan ̂ saling tegak lurus sehingga saling îĵ k

membentuk sudut 900. Vektor satuan memiliki besar 1, sehingga:


̂ ̂ 0
îx î= ĵx ĵ= k x k = 1.1 sin 0 =0

Dari gambar 5.20 arah panah menunjukkan arah putaran.

Gambar 5. 20 Arah panah menunjukkan arah putaran

x = ̂ îj ̂ k

Jika vektor satuan îdiputar ke arah vektor satuan ĵ,maka menimbulkan arah gerak
kedua vektor tersebut kearah z (vektor k̂)

Gambar 5. 21 Arah gerak kedua vektor tersebut kearah z (vektor k )̂


̂ -̂
x̂ =

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 97


Kegiatan Pembelajaran 5
Jika vektor satuan ĵdiputar dearah vektor satuan î,maka menimbulkan arah gerak
kedua vektor tersebut kearah –z (vektor -k̂)

Gambar 5. 22 Arah gerak kedua vektor tersebut kearah –z (vektor -k )̂


Jika vektor satuan
x̂ ̂ = ̂ ̂
diputa r ke ara h vekt or s atua n , maka me nimb ulkan ar ah g erak

ĵ k
kedua vektor tersebut kearah x (vektor î)

Gambar 5. 23 Arah gerak kedua vektor tersebut kearah x (vektor i )̂


̂ x =-
̂ ̂
̂
Jika vektor s atuan di putar kearah vektor satuan , maka meni mbul an ar ah gerak

k ĵ
kedua vektor tersebut kearah –x (vektor -î)

Gambar 5. 24 Arah gerak kedua vektor tersebut kearah –x (vektor -i ̂


x̂ =
̂ ̂

98 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A
Jika vektor satuan ̂ diputar kearah vektor satuan , maka menimbulkan arah gerak
k î
kedua vektor tersebut kearah y (vektor ĵ)

Gambar 5. 25 Arah gerak kedua vektor tersebut kearah y (vektor j )̂


̂ x̂ = - ̂
Jika vektor satuan ̂
diputa r ke ara h vekt or s atua n , maka me nimb ulkan ar ah g erak

î k
kedua vektor tersebut kearah-y (vektor -ĵ)

Gambar 5. 26 Arah gerak kedua vektor tersebut kearah-y (vektor -j )̂

Jadi pada perkalian silang (cross product) untuk dua vektor satuan yang berbeda
berlaku
̂ ̂

̂x ̂= dan ̂x ̂= -

̂ ̂

̂x = ̂dan x ̂= - ̂

̂ ̂

x ̂ = ̂dan ̂x =-̂

̂ Ay ̂+ Az ̂ , dan B = Bx i + By ̂ + Bz ̂
Apabilka diketahui dua vektor A = Ax +
Maka perkalian cross A x B adalah:
AxB = (Ax ̂+Ay ̂+Az ̂ ) x (Bx ̂+By ̂+Bz ̂ )
AxB = (AyBz – AzBy) +
̂ (AzBx – AxBz) ̂+ (AxBy – AyBx) ̂

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 99


Kegiatan Pembelajaran 5

Penerapan operasi perkalian silang dalam fisika misalnya pada gaya (F) yang
dialami oleh muatan listrik (q) yang bergerak dengan kecepatan (v) dalam medan
magnet (B):
F = qv x B
Hasil dari perkalian ini, F merupakan besaran vektor. Karena hasil yang diperoleh
berupa vektor maka arah dari vektor tersebut dapat dicari dengan cara memutar
vektor pertama ke vektor kedua. Sebagai contoh: jika kecepatan partikel (v)
bergerak pada arah sumbu x (+) dan medan magnet (B) memiliki arah ke sumbu
y (+), maka gaya (F) akan bergerak ke arah sumbu z (+). Selengkapnya
dituliskan sebagai berikut:
F ̂ = qv ̂x B ̂

Contoh
Dua vektor A dan B masing-masing dinyatakan sebagai
berikut; A = (2i + 4j + k)m dan B = (5i + 3j + 2k)m Tentukan
AxB?

Pembahasan:
AxB = (AyBz- AzBy)i + (AzBx – AxBy)j + (AxBy -
AyBx)k AxB = (4.2 - 1.3)i + (1.5-2.2)j + (2.3 - 4.5)k AxB
= 5i +j -14k

D. Aktivitas Pembelajaran

Untuk lebih memahami materi vektor, lakukanlah kegiatan berikut ini dengan
teliti, obyektif dan dapat bekerjasama dalam kelompok.

Lembar Kerja 5.1. Besaran Vektor dan Besaran Skalar


1. Tujuan
Mengidentifikasi besaran vektor dan besaran skalar
2. Instruksi Kerja

100 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Besaran fisika dapat dikelompokkan menjadi besaran vektor dan besaran


skalar. Saudara diminta mengidentifikasi contoh besaran fisika yang
termasuk besaran vektor dan yang termasuk besaran skalar dengan mengisi
form yang telah disediakan.Tuliskan jawaban Saudara pada tempat yang telah
disediakan di bawah ini.

IDENTIFIKASI BESARAN VEKTOR


Lambang Nama Satuan Lambang
No Nama Besaran
Besaran Satuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

IDENTIFIKASI BESARAN SKALA


Lambang Nama Satuan Lambang
No Nama Besaran
Besaran Satuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Lembar Kerja 5.2. Resultan Vektor


1. Tujuan
Menghitung besar dan arah resultan vektor secara grafis dan analitis

2. Instruksi Kerja
Perhatikan gambar berikut ini:

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 101


Kegiatan Pembelajaran 5

Tentukan resultan ketiga vektor tersebut secara grafis dan secara analitis

E. Latihan/Tugas

1. Seseorang naik sepeda motor ke arah barat laut dengan kecepatan 40 m/s.
Uraikan kecepatan sepeda motor tersebut ke arah barat dan ke arah utara.
2. Kapal motor menyeberangi sungai dengan kecepatan 12 m/s. Apabila
kecepatan arus sungai 15 m/s, tentukan besar resultan kecepatan perahu
3. Perhatikan gambar berikut!

Tentukan besar dan arah ketiga vektor tersebut!

4. Diketahui vektor:
⃗ = 4 ̂+ 2 ̂ ⃗⃗ = 5 +
̂ 3̂
Tentukan:
1. ⃗ + ⃗⃗
2. ⃗ − ⃗⃗

5. Dua vektor besarnya 8 satuan dan 15 satuan. Kedua vektor mengapit sudut

450. Hitunglah resultan kedua buah vektor!

102 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

F. Rangkuman

1 . Besaran vektor adalah adalah besaran yang memiliki nilai dan arah,
contohnya perpindahan, kecepatan, percepatan, gaya, rapat arus listrik,
medan listrik dan medan magnet.

2 . Vektor digambarkan dengan simbol anak panah, panjang anak panah


menunjukkan nilai atau besarnya vektor dan arah anak panah
menunjukkan arah vektor. Vektor dapat dituliskan dengan dua cara yaitu
dengan menuliskan tanda vektor atau anak panah diatas nama vektor
atau dengan menuliskan nama vektor dengan satu huruf atau dua huruf
yang ditebalkan.

3. Sebuah vektor F dalam ruang 2 dimensi dapat diuraikan atas komponen-


komponennya, yaitu komponen pada arah sumbu x dan komponen pada
arah sumbu y:

Fx = F cos
Fy = F sin

4. Vektor dapat dijumlahkan dengan metode grafis dan metode analitis.


Metode grafis terdiri dari metode poligon dan metode jajargenjang. Vektor
hasil penjumlahan dinamakan vektor resultan. Resultan (R) dari dua buah
vektor vektor A dan vektor B yang keduanya membentuk sudut dapat
ditentukan dengan:
=√2+ 2 + 2 cos

5. Vektor dapat dinyatakan dalam vektor satuan yaitu vektor yang memiliki
besar 1 dan arahnya sesuai dengan yang didefinisikan. Vektor satuan
dapat digunakan untuk menjelaskan arah suatu vektor dalam suatu
koordinat. Vektor satuan dalam sistem koordinat 2 dimensi dapat
dinyatakan sebagai:
A ̂ Ay ̂
= Ax +

sedangkan dalam sistem koordinat 3 dimensi dapat dinyatakan sebagai

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 103


Kegiatan Pembelajaran 5
A = Ax ̂+ Ay ̂+Az ̂
6. Ada dua macam perkalian vektor, yaitu perkalian vektor dengan skalar
dan perkalian vektor dengan vektor. Hasil perkalian vektor dengan vektor
dapat diklasifikasi menjadi dua macam, yaitu perkalian vektor yang akan
menghasilkan skalar (perkalian titik) dan perkalian vektor yang akan
menghasilkan vektor lain (perkalian silang).

G. Umpan Balik dan Tindak lanjut

Cocokkan hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban yang terdapat di bagian
akhir kegiatan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian
gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda
terhadap materi Kegiatan Belajar 1

=
ℎ 100% ℎ

Arti tingkat penguasaan:


90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda telah berhasil
menyelesaikan bahan belajar mandiri Kegiatan Belajar 5 ini. Akan tetapi apabila
tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi
Kegiatan Belajar 5, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

Setelah mempelajari Kegiatan Belajar 5 ini maka diharapkan Anda dapat lebih
memotivasi diri untuk terus meningkatkan kualitas dan potensi diri sebagai guru
sehingga mampu menguatkan karakter peserta didik dengan mengintegrasikan
penguatan pendidikan karakter dalam setiap kegiatan pembelajaran.

104 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Evaluasi

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dari soal-soal berikut!

1. Fisika sebagai produk merupakan kumpulan ilmu pengetahuan yang berupa


fakta, konsep, prinsip, teori dan model. Yang dimaksud fakta adalah ......
A. abstraksi dari berbagai kejadian, objek, fenomena yang meliputi definisi,
pengertian, ciri khusus, hakikat dan isi
B. hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting yang meliputi dalil,
rumus, postulat, paradigma dan teorema
C. keadaan atau kenyataan yang sesungguhnya dari segala peristiwa yang
terjadi di alam.
D. penjelasan sesuatu yang tersembunyi atau tidak dapat langsung diamati,
yang bersifat tentatif sampai terbukti tidak benar dan diperbaiki.
E. presentasi yang dibuat untuk sesuatu yang tidak dapat dilihat untuk
membantu memahami suatu fenomena alam

2. Fisika sebagai produk merupakan kumpulan ilmu pengetahuan yang berupa


fakta, konsep, prinsip, teori dan model. Yang dimaksud konsep adalah ......
A. abstraksi dari berbagai kejadian, objek, fenomena yang meliputi definisi,
pengertian, ciri khusus, hakikat dan isi
B. hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting yang meliputi dalil,
rumus, postulat, paradigma dan teorema
C. keadaan atau kenyataan yang sesungguhnya dari segala peristiwa yang
terjadi di alam.
D. penjelasan sesuatu yang tersembunyi atau tidak dapat langsung diamati,
yang bersifat tentatif sampai terbukti tidak benar dan diperbaiki.
E. presentasi yang dibuat untuk sesuatu yang tidak dapat dilihat untuk
membantu memahami suatu fenomena alam

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 105


Evaluasi

3. Fisika sebagai produk merupakan kumpulan ilmu pengetahuan yang berupa


fakta, konsep, prinsip, teori dan model. Yang dimaksud teori yaitu......
A. abstraksi dari berbagai kejadian, objek, fenomena yang meliputi definisi,
pengertian, ciri khusus, hakikat dan isi
B. hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting yang meliputi dalil,
rumus, postulat, paradigma dan teorema
C. keadaan atau kenyataan yang sesungguhnya dari segala peristiwa yang
terjadi di alam.
D. penjelasan sesuatu yang tersembunyi atau tidak dapat langsung diamati,
yang bersifat tentatif sampai terbukti tidak benar dan diperbaiki.
E. presentasi yang dibuat untuk sesuatu yang tidak dapat dilihat untuk
membantu memahami suatu fenomena alam

4. Pada hakekatnya kegiatan mengukur dalam Fisika adalah :


A. menghitung nilai benda yang diukur
B. menghitung skala yang ada pada alat ukur
C. menghitung besaran berdasarkan penglihatan
D. menaksir besaran berdasarkan penglihatan
E. membandingkan besaran benda dengan ukuran pada alat ukur

5. Diantara kelompok besaran berikut, yang termasuk kelompok besaran pokok


adalah ….
A. suhu, volume, massa jenis dan kuat arus
B. kuat arus, panjang, waktu, dan massa jenis
C. panjang, luas, waktu dan jumlah zat
D. kuat arus, intersitas cahaya, suhu, waktu
E. intensitas cahaya, kecepatan, percepatan, waktu

6. Seorang siswa menunggu bis selama 30 menit. Yang menyatakan satuan


dalam pernyataan tersebut adalah ....
A. siswa
B. bus
C. 30
D. menit
E. 30 menit

106 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

7. Berikut ini yang termasuk kelompok satuan SI dari besaran pokok adalah :
A. meter, gram dan sekon
B. meter, kilogram dan sekon
C. kilometer, kilogram dan jam
D. centimeter, gram dan sekon
E. kilometer, kilogram dan detik

8. Dibawah ini yang merupakan satuan SI besaran pokok adalah …


A. newton, meter, sekon
B. meter, sekon, watt
C. kilogram, kelvin, meter
D. newton, kilogram, kelvin
E. kelvin, joule, watt

9. Kelompok besaran di bawah ini yang merupakan kelompok besaran


turunan adalah ….
A. panjang, lebar dan luas
B. kecepatan, percepatan dan gaya
C. kuat arus, suhu dan usaha
D. kecepatan, berat dan suhu
E. intensitas cahaya, banyaknya mol dan volume

10. Berikut ini yang termasuk kelompok besaran turunan adalah ....
A. panjang, waktu dan berat
B. panjang, waktu dan volume
C. waktu, luas dan berat
D. panjang, berat dan volume
E. volume, berat dan luas

11. Berikut ini yang termasuk kelompok satuan dari besaran turunan adalah ....
A. meter, joule dan newton
B. joule, kilogram dan newton
C. kilometer, liter dan joule
D. liter, joule dan newton
E. liter, kilogram dan sekon

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 107


Evaluasi

12. Satuan dari beberapa besaran-besaran dibawah ini yang benar adalah….
A. massa satuannya newton
B. berat satuannya kilogram
C. massa jenis satuannya newton/m2
D. tekanan satuannya Pascal
E. usaha satuannya joule/sekon

13. Satuan massa dalam Sistem Internasional adalah :


A. gram
B. kilogram
C. newton
D. erg
E. joule

14. Satuan berat dalam Sistem Internasional adalah :


A. gram
B. kilogram
C. newton
D. erg
E. joule

15. Sebuah sepeda motor bergerak dengan kecepatan sebesar 72 km/jam jika
dinyatakan dalam satuan Internasional (SI) maka kecepatan sepeda motor
adalah ….
A. 36 ms-1
B. 30 ms-1
C. 24 ms-1
D. 20 ms-1
E. 15 ms-1

108 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

16. Pembangkit listrik mampu menghasilkan daya 4200 MW. Dalam SI daya
tersebut sama dengan ....
A. 4,2 x 10 3 W
B. 4,2 x 10 6 W
C. 4,2 x 10 7 W
D. 4,2 x 10 8 W
E. 4,2 x 10 9 W

17. Sebuah pipa berbentuk silinder berongga dengan diameter dalam 1,6 mm
dan diameter luar 2,1 mm. Alat yang tepat untuk mengukur diameter dalam
pipa tersebut adalah….
A. mistar
B. altimeter
C. mikrometer
D. jangka sorong
E. amperemeter

18. Perhatikan gambar berikut!

Gambar tersebut menunjukkan hasil pengukuran diameter tabung


menggunakan jangka sorong. Berdasarkan gambar tersebut hasil yang benar
adalah ….
A. 5,70 cm
B. 5,75 cm
C. 5,76 cm
D. 5,86 cm
E. 6,30 cm

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 109


Evaluasi

19. Sebuah balok diukur ketebalannya dengan jangka sorong. Skala yang
ditunjukkan dari hasil pengukuran tampak pada gambar. Besarnya hasil
pengukuran adalah ....

A. 3,19 cm
B. 3,14 cm
C. 3,10 cm
D. 3,04 cm
E. 3,00 cm

20. Gambar berikut menunjukkan bacaan skala dari sebuah mikroskop yang
difokuskan pada bagian di sekitar nonius sebuah jangka sorong. Jangka
sorong sedang digunakan untuk mengukur ketebalan logam.

Tebal logam adalah …

A. 0,24 cm
B. 1,24 cm
C. 2,24 cm
D. 2,40 cm
E. 5,24 cm

110 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

21. Panjang tali yang diukur oleh seorang siswa adalah 0,20350 m. Jumlah
angka penting hasil pengukuran tersebut adalah…
A. dua
B. tiga
C. empat
D. lima
E. enam

22. Hasil pengukuran panjang sebuah benda adalah 10,3 cm dan lebarnya adalah
6,5 cm. Luas benda tersebut mempunyai angka penting sebanyak …
A. enam
B. lima
C. empat
D. tiga
E. dua

23. Hasil pengukuran panjang dan lebar suatu lantai adalah 13,23 m dan 4,3 m.
Menurut aturan angka penting, luas lantai tersebut adalah …
A. 56,889 m2
B. 56,89 m2
C. 56,9 m2
D. 56 m2
E. 57 m2

24. Idealnya sebuah alat ukur memiliki accuracy, presisi dan sensitivitas yang
baik sehingga tingkat kesalahannya relatif kecil dan data yang dihasilkan
akan akurat. Yang dimaksud presisi adalah .....
A. kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil ukur yang mendekati hasil
sebenarnya
B. kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil yang sama dari
pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama
C. kepekaan alat ukur terhadap perubahan besaraan yang akan diukur
D. kemampuan alat ukur untuk menyesuaikan ukuran benda yang diukur
E. penyimpangan hasil ukur terhadap nilai yang sebenarnya

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 111


Evaluasi

25. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan 50 km/jam membentuk sudut 300
terhadap sumbu x positif. Besar komponen vektor kecepatan tersebut pada
sumbu x dan sumbu y berturut-turut adalah . . .
A. 25 km/jam dan 25√2 km/jam
B. 25 km/jam dan 25√3 km/jam
C. 25√3 km/jam dan 25 km/jam
D. 25√3 km/jam dan 25√2 km/jam
E. 25√3 km/jam dan 25√3 km/jam

26. Seseorang akan menyebrangi sungai dengan perahu. Orang itu mengarahkan
perahu tegak lurus arah sungai. Jika vektor kecepatan arus dinyatakan dengan ⃗⃗va = 5îm/s dan kecepatan perahu dinyatakan dengan v⃗⃗p = 12ĵm/s,
resultan kecepatan yang dialami perahu dinyatakan dengan . . . m/s.
A. ⃗ = 13 ̂

B. ⃗ = 13 ̂

C. ⃗ = 5 ̂+ 12 ̂

D. ⃗ = 12 ̂+ 5 ̂

E. ⃗ = 5 ̂+ 13 ̂

27. Dua buah gaya masing-masing 10 N dan 15 N membentuk sudut 600. Besar
resultan kedua gaya tersebut adalah . . .
A. 21,8 N
B. 21,7 N
C. 20,8 N
D. 20,7 N
E. 20,6 N

112 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

28. Momentum merupakan hasil kali massa dengan kecepatan. Sebuah kelereng mempunyai massa 10 gram bergerak
dengan persamaan kecepatan v⃗⃗ = (3î+ 3ĵ) m/s. Besar momentum yang dimiliki kelereng tersebut adalah . . . kg m/s.

A. 3
B. 3√2

C. 3 x 10-2
D. 3√2 x 10-2
E. 3√2 x 10-3

29. Usaha dirumuskan sebagai perkalian titik antara gaya dengan perpindahan.
⃗⃗ ̂

Seseorang memindahkan sebuah benda dengan gaya F = (î+ 2ĵ+ 3k) N,


sehingga mengalami perpindahan s⃗ = (3î+ 3ĵ) m. Usaha yang dilakukan orang tersebut adalah . . .

A. 9 Nm
B. 10 Nm
C. 15 Nm
D. 18 Nm
E. 20 Nm

30. Momen gaya dirumuskan sebagai perkalian silang antara gaya dengan vektor
posisi. Vektor posisi sebuah titik dinyatakan dengan ̂ dikenai gayar⃗=4î+3k dengan persamaan ⃗⃗ .̂ Momen gaya di titik tersebut dinyatakan F=2î+3ĵ+6k

dengan persamaan . . .
A. ⃗ = 8 ̂+ 18 ̂

B. ⃗=9−
̂ 18 +
̂ 12

C. ⃗ = 15 ̂+ 18 ̂− 9

D. ⃗ = −9 ̂− 18 ̂+ 12

E. ⃗=9+
̂ 18 −
̂ 12

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 113


Kunci Jawaban

Kunci Jawaban

Kegiatan Belajar 1
1. Ciri-ciri fisika sebagai ilmu pengetahuan:
a. Mempunyai obyek kajian berupa benda kongkret (nyata dan ada)
b. Dikembangkan berdasarkan pengalaman atau juga dengan
percobaan yang disengaja.
c. Sistematis, yaitu menggunakan langkah-langkah yang urut dan
bersifat baku.
d. Menggunakan cara berpikir logis dan konsisten, yaitu cara berpikir
yang menggunakan logika, teratur, dan disiplin.
e. Hasil kajiannya bersifat objektif, artinya selalu memihak kebenaran
ilmiah.
f. Hukum-hukum fisika yang dihasilkan dari berbagai percobaan berlaku
umum namun dengan beberapa ketentuan yang mendukung.
2. Peranan fisika dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi:
a. Gelombang elektromagnetik pada telepon genggam.
b. Fiber optik untuk jaringan internet.
c. Pengiriman data melalui satelit
3. Sikap positif terhadap lingkungan dan kaitan dengan sikap ilmiah yang
dimiliki seseorang setelah mereka mempelajari fisika.
4. Penerapan fisika bagi perkembangan teknologi yang apabila salah
dalam menerapkannya dapat mengakibatkan kerugian bagi manusia,
misalnya tentang teknologi nuklir, radiasi, persenjataan, dan sejenisnya.
5. Ruang lingkup Mata Pelajaran Fisika SMK Kelompok Teknologi Informasi
dan Komunikasi terdiri dari kompetensi inti dan kompetensi dasar.
Kompetensi inti mencakup 3 ranah yaitu sikap, pengetahuan dan
ketrampilan. Kompetensi dasar dirumuskan dari kompetensi inti.
Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata
pelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai
dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut:

114 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

a. kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka


menjabarkan KI-1;
b. kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka
menjabarkan KI-2;
c. kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka
menjabarkan KI-3; dan
d. kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka
menjabarkan KI-4.
Ruang lingkup materi Fisika SMK Kelompok Teknologi Informasi dan
Komunikasi meliputi besaran dan pengukuran, gerak lurus, gerak
melingkar, hukum Newton tentang gerak, gerak traslasi dan rotasi,
kesetimbangan benda tegar, momentum dan impuls, usaha dan energi,
elastisitas, fluida, suhu dan kalor, termodinamika, gelombang mekanik,
bunyi, alat optik, listrik statis, listrik dinamis, kemagnetan dan radiasi
elektromagnetik

Kegiatan Belajar 2
1. Peran atau fungsi laboratorium fisika sekolah adalah:

a. sebagai salah satu sumber belajar fisika di sekolah


b. sebagai salah satu fasilitas penunjang proses pembelajaran fisika di
sekolah
c. sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran fisika secara
praktek yang membutuhkan peralatan husus yang tidak mudah
dihadirkan di ruang kelas
d. tempat untuk mengembangkan berbagai kompetensi siswa yang
menjadi tujuan proses pembelajaran fisika di sekolah.

2. Faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja

a. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan-bahan


kimia dan proses-proses serta perlengkapan atau peralatan yang
digunakan dalam melakukan kegiatan di laboratorium.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 115


Kunci Jawaban

b. Kurang jelasnya petunjuk kegiatan laboratorium dan juga kurangnya


pengawasan yang dilakukan selama melakukan kegiatan
laboratorium.
c. Kurangnya bimbingan terhadap siswa yang sedang melakukan
kegiatan laboratorium.
d. Kurang atau tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan
perlengkapan pelindung kegiatan laboratorium.
e. Kurang atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang
semestinya harus ditaati.
f. Tidak menggunakan perlengkapan pelindung yang seharusnya
digunakan atau menggunakan peralatan atau bahan yang tidak sesuai.
g. Tidak bersikap hati-hati di dalam melakukan kegiatan.

3. Potensi bahaya yang dapat terjadi di laboratorium

a. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar


atau meledak.
b. Bahan beracun, korosif dan kaustik
c. Bahaya radiasi
d. Luka bakar
e. Syok akibat aliran listrik
f. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam
g. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.

Kegiatan Belajar 3
1 . Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur, mempunyai nilai yang
dinyatakan dengan angka-angka, dan pada umumnya mempunyai satuan

2 . Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditentukan terlebih


dahulu atau besaran yang tidak diturunkan dari besaran lain. Telah
ditetapkan tujuh besaran pokok, yaitu panjang, massa, waktu, kuat arus
listrik, suhu, intensitas cahaya dan jumlah zat. Besaran turunan adalah
besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Beberapa besaran turunan

116 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

diantaranya luas, volume, kecepatan, percepatan, gaya, tekanan dan lain-


lain.

3. Jika dimensi-dimensi di ruas kiri suatu persamaan sama dengan dimensi-


dimensi diruas kanannya persamaan tersebut mungkin benar. Ini karena
nalisis dimensi tidak menyelidiki hubungan antara angka-angka dalam
persamaan (ingat, angka atau bilangan tidak memiliki dimensi). Tetapi jika
dimensi-dimensi di ruas kiri tidak sama dengan dimensi-dimensi di ruas
kanan, persamaan tersebut dapat dipastikan salah.

Dimensi tekanan p = ML-1T-2


3
Dimensi massa jenis   ML
p  gh
ML-1T-2 ML-3 x LT-2 x L
ML-3 x L2T-2
ML-1T-2 = ML-1T-2
Persamaan mungkin benar.

4. Dimensi tekanan ML-1T-2; volume L3; suhu mutlak  ; dan jumlah zat N

pV  nRT
R  pV  ML1T 2 xL3
nT Nx
 ML2T 2 (N 1 x 1 )
2 2 1 1

R ML T N 
Satuan = kg m2 s-2 mol-1 K-1

5. Dimensi F adalah MLT-2; jari-jari r adalah L; dan kecepatan v adalah LT-1.


F  6rv
2 2
 F  MLT  MLT
6rv LLT 1 L2T 1
 MLT 2 (L2T 1 )
 ML-1T-1 satuan kg m-1 s-1

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 117


Kunci Jawaban

6. Bilangan penting dan ordenya.


a. 25 000 m = 2,5 000, m
4 angka ke kiri
= 2,5000 x 104 m
Bilangan penting =
2,5000 Orde = 104

b. 25 000 m = 2,5 000, m


= 2,500 x 104 m
Bilangan penting = 2,500
Orde = 104

c. 25 000 m = 2,5 000, m


= 2,5 x 104 m
Bilangan penting = 2,5
Orde = 104

7. Notasi ilmiah
a. 750 g= 750 x (1 g)
= 750 x (10-3 kg)
= 7,5 x 102 (10-3 kg)
= 7,5 x 10-1 kg
b. 0,275 km = 0,275 x (1 km)
= 0,275 x (10-3 m)
= 2,75 x 10-1 x (10-3)
= 2,75 x 10-4 m
(1cm)
c. 10 cm/s = 10 x
(1s)

= 10 x (10  m)
2

(1s)

= 1,0 x 101 x (10-2 m/s)


= 1,0 x 10-1 m/s

118 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

8. Massa benda A, B, dan C


Massa total = (34 + 57,2 + 65,75) kg
= 1 556,95 kg = 157 kg

9. Tebal 1 lembar buku fisika:


1lembar
tebal 1 lembar = x 8,2 mm
120lembar
= 0,0683 mm

2 a.p

0,068 mm = 6,8 x 10-2 mm

10. Luas tanah:


L = p l = 12,25 m x 15,0 m = 184 m2
Hasil perkalian antara empat angka penting dengan tiga angka penting,
hasilnya mengandung tiga angka penting.

Kegiatan Belajar 4
1. Macam kesalahan dalam pengukuran:
1) Kesalahan umum disebabkan oleh adanya keterbatasan pada
pengamat,
2) Kesalahan sistematik disebabkan karena kesalahan instrumen
3) Kesalahan acak, disebabkan adanya fluktuasi yang halus pada
kondisi-kondisi pengukuran.
2. Perbedaan antara ketidakpastian mutlak dengan ketidakpastian relatif
1) Ketidakpastian mutlak (∆x) berhubungan dengan ketepatan pengukuran; makin kecil
ketidakpastian mutlak makin tinggi ketepatan pengukuran tersebut.

2) Ketidakpastian relatif berhubungan dengan ketelitian pengukuran;


makin kecil ketidakpastian relatif makin tinggi ketelitian pengukuran
tersebut.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 119


Kunci Jawaban

3. Cara menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal:


= ± ∆ ; dengan x = hasil pengukuran tunggal, dan ∆ = 12 x skala

terkecil.
Cara menentukan ketidakpastian pada pengukuran berulang

√ ∑2 − (∑ )2
1
∆ = ̅= −1

di mana ̅= nilai rata-rata sampel, x1 = hasil pengukuran sampel ke-i, ∆

= simpangan baku nilai rata-rata sampel, dan N = banyak sampel


pengukuran.

Kegiatan Belajar 5
1. Diketahui: ⃗ = 40 m/s barat laut
⃗ = ⃗ sin 450 = 40 m/s (12 √2) = 20√2 m/s ⃗ = ⃗ cos 450 = 40 m/s (12 √2) = 20√2 m/s

2. Vektor :
⃗ = ⃗ cos 300
1
= 20 (2 √3)

= 10√3
⃗ = ⃗ sin 300
1
= 20 (2)

= 10

120 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

3. Dari gambar berikut!

⃗2 = − ⃗2 cos 600 = −(12 ) (2) = −6


1
1
⃗2 = ⃗2 sin 600 = (12 ) (2 √3) = 6√3

∑ ⃗ = ⃗1 − ⃗2 = 10 − 6 = 4

∑ ⃗ = ⃗2 − ⃗3 = 6√3 − 2√3 = 4√3 ⃗⃗ = ∑ ⃗ +


̂ ∑⃗ ̂=4+
̂ 4√3 ̂
| ⃗⃗| = √ ⃗12 + ⃗22
= √42 + (4√3)2
= √16 + 48
= √64
= 8
tan = 2 = √3
= −1√3 = 600

Jadi, reesultan vektor 8 N dengan arah 600.


4. Diketahui vektor:
⃗ = 4 ̂+ 2 ̂ ⃗⃗ = 5 ̂+ 3 ̂
a.
⃗ + ⃗⃗ = (4 + 5) +
̂ (2 + 3) =
̂ 9+
̂ 5̂
b. ⃗ − ⃗⃗ = (4 − 5) ̂+ (2 − 3) ̂= − ̂− ̂

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 121


Kunci Jawaban

5. Resultan kedua vektor!


| ⃗⃗| = √ ⃗12 + ⃗22 + 2 ⃗1 ⃗2 cos
= √82 + 152 + (2)(8)(15) cos 450

= 21,4 satuan

Kunci Jawaban Evaluasi


NO SOAL JAWABAN NO SOAL JAWABAN
1. C 16. E
2. A 17. D
3. D 18. B
4. E 19. A
5. D 20. A
6. D 21. D
7. B 22. E
8. C 23. E
9. B 24. B
10. E 25. C
11. D 26. C
12. D 27. A
13. B 28. D
14. C 29. A
15. D 30. E

122 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Pengembangan Soal

LK 6
Pengembangan Soal
Petunjuk:
1. Bacalah bahan bacaan Modul Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran,
Kelompok Kompetensi H (Pedagogik).
2. Pelajari kompetensi dasar dan materi Besaran dan Satuan pada silabus yang
anda gunakan di sekolah.
3. Buatlah kisi-kisi soal materi Besaran dan Satuan dengan format berikut
No Materi Bentuk
Kompetensi Dasar Indikator
Urut Pokok Soal

2. Buatlah minimal 3 (tiga) soal pilihan ganda dan 2 (soal) soal uraian HOTS
(Higher Order Thinking Skill)
3. Masing-masing soal ditulis di kartu soal berikut.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 123


Pengembangan Soal

Kaidah Penulisan Soal Bentuk Pilihan Ganda


1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator soal dalam kisi-kisi.
b. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
Artinya semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama
seperti yang terkandung dalam pokok soal, penulisannya harus setara,
dan semua pilihan jawaban harus berfungsi.
c. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang
paling benar.

124 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

2. Konstruksi
a. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
b. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan
yang berkaitan dengan materi yang ditanyakan.
c. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.
d. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
e. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
f. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, "Semua jawaban
salah", atau "Semua jawaban benar".
g. Pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun berdasarkan urutan
besar kecilnya nilai angka tersebut, dan pilihan jawaban berbentuk angka
yang menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis.
h. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal
harus jelas dan berfungsi.
i. Butir materi soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

3. Bahasa
a. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
Bahasa Indonesia.
b. Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat.
c. Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan
merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata tersebut pada pokok
soal.

Kaidah penulisan soal uraian


1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator
b. Batasan jawaban yang diharapkan harus jelas
c. Isi materi sesuai dengan pelajaran
d. Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang sekolah/kelas
2. Konstruksi
a. Rumusan kalimat soal harus menggunakan kata tanya/perintah yang
menuntut jawaban terurai.
b. Buatkan petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 125


Pengembangan Soal

c. Buatlah pedoman penskoran segera setelah soal disusun dengan


pendekatan skor 1 benar dan salah 0.
d. Hal-hal yang menyertai soal: tabel, gambar, grafik, peta, atau yang
sejenisnya harus disajikan dengan jelas dan terbaca.
3. Bahasa
a. Butir soal menggunakan kalimat yang sederhana dan komunikatif
b. Butir soal tidak mengandung kata yang dapat menyinggung perasaan
siswa
c. Butir soal tidak menggunakan kata yang menimbulkan penafsiran ganda

Higher-Order Thinking (Berpikir Tingkat Tinggi)


Higher-order thinking adalah ketika mengingat kembali informasi (recall atau
ingatan) diminimalkan dan penekanan diberikan terhadap:
 mentransfer informasi dari satu konteks ke konteks lainnya

 memproses dan menerapkan informasi

 melihat keterkaitan antara informasi yang berbeda-beda

 menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah

 secara kritis mengkaji/menelaah ide atau gagasan dan informasi

Rambu Penyusunan Soal HOTS


1. Soal yang disusun harus mengukur kompetensi yang akan diukur
2. Kontekstual “ya” keberfungsian stimulus “WAJIB”
3. Higher bukanlah Highest, menulis soal orde berfikir lebih tinggi bukan
level tertinggi

Praktek Penilaian HOTS


1. Gunakan Konteks Dunia Nyata
2. Berikan Pertanyaan yang terkait analisa visual
3. Tanyakan alasan dari jawaban yang diberikan

126 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Penutup

A. Kesimpulan

Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam atau sains yang
mempelajari gejala alam. Sains merupakan sekumpulan pengetahuan tentang
obyek ddan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan
ilmuwan. dan dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, rumus, teori dan
model yang teruji kebenarannya melalui serangkaian kegiatan dalam metode
ilmiah.

Fisika mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Oleh karena itu modul fisika untuk
guru pembelajar ini dikelompokkan menjadi 10 kelompok kompetensi. Modul ini
merupakan modul elompok kompetensi pertama yaitu Besaran dan Satuan.
Penerapan ilmu tentang besaran dan satuan sangat banyak dalam kehidupan.
Ketepatan dan ketelitian penerapan satuan dalam perhitunga suatu besaran sangat
diperlukan. Saat ini proses pengukuran telah didukung dengan peralatan modern.
Alat-alat ukur sudah berkembang pesat, namun alat ukur apapun tidak akan
bermanfaat dengan maksimal jika tidak dirawat dan digunakan sebagaimana
mestinya. Oleh karena itu alat-alat ukur yang ada di laboratorium perlu dirawat agar
tetap dapat menghasilkan pengukuran yang tepat dan akurat

B. Tindak Lanjut

Guru setelah menyelesaikan latihan dalam modul ini diharapkan mempelajari


kembali bagian-bagian yang belum dikuasai dari modul ini untuk dipahami secara
mendalam sebagai bekal dalam melaksanakan tugas keprofesian guru dan untuk
bekal dalam mencapai hasil pelaksanaan uji kompetensi guru dengan ketuntasan
minimal materi 80%.

Setelah menuntaskan modul ini maka selanjutnya guru berkewajiban mengikuti uji
kompetensi. Dalam hal uji kompetensi, jika hasil tidak dapat mencapai batas nilai
minimal ketuntasan yang ditetapkan, maka peserta uji kompetensi wajib mengikuti

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 127


Penutup

diklat sesuai dengan perolehan nilai yang dicapai. Selain itu diharapkan Anda
dapat lebih memotivasi diri untuk terus meningkatkan kualitas dan potensi diri
sebagai guru sehingga mampu menguatkan karakter peserta didik dengan
mengintegrasikan penguatan pendidikan karakter dalam setiap kegiatan
pembelajaran.

128 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Daftar Pustaka

Arend, Richard I. 2008. Learning to Teach Edisi ke Tujuh. Terjemahan Heri Prajitno
Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hariyono, Eko. 2004. Pembacaan Besaran-besaran Listrik. Jakarta: Bagian


Proyek Pengembangan Kurikulum Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan

Halliday dan Resnick. 1991. Fisika Jilid I, Terjemahan, Jakarta: Erlangga.

Joyce, Bruce. Weil, Marsha &.Calhoun, Emily 2009. Models of Teaching Edisi ke
Delapan. Terjemahan Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

Kamajaya. 2013. Cerdas Belajar Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Kanginan, Marthen. 2008. Seribu Pena Fisika untuk SMA/MA Kelas X Jakarta:
Erlangga.

Kanginan, Marthen. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X Jakarta: Erlangga.

Lasmi, Ni Ketut. 2014. Cerdas Belajar Fisika untuk Kelas X SMA/MA Bandung:
Grafindo Media Pratama

Madlazim. 2004. Pembacaan Masalah Mekanik. Jakarta: Bagian Proyek


Pengembangan Kurikulum Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.

Mashuri, dkk. 2009. Fisika untuk Sekolah Menengah Kejuruan Teknologi jilid 3.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

Modul Pelatihan Kepala Laboratorium IPA. 2015. Yogyakarta: Laboratorium


Terpadu Universitas Islam Negeri Sunan Kaljaga

Pujianto, dkk. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Peminatan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Klaten: Intan Pariwara.

Serway, Raymond A & Jewwet, John W.2004.Physic for Scientist and Engineers
(with Physic Now and Info Trac) 6th edition. Thomson Brook/Cole.

Sudirman.2014. Fisika, Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa untuk


SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga

Supeno.2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Fisika. Jakarta:


Universitas Terbuka

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 129


Daftar Pustaka

Wasis & Retno, Hasanah. 2004. Sistem Satuan dan Pengukuran. Jakarta:
Bagian Proyek Pengembangan Kurikulum Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan.

Young, Hugh D. & Freedman Roger A. 1999. Universitas Jilid I Edisi ke Sepuluh.
Terjemahan Endang Juliastuti. Jakarta: Erlangga

130 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Fisika Teknologi Rekayasa KK A

Glosarium

ISTILAH KETERANGAN
Akurasi Berkaitan dengan ketepatan, hasil pengukuran
yang mendekati nilai sebenarnya.
Angka penting Angka-angka hasil pengukuran yang terdiri dari
angka pasti dan angka taksiran.
Besaran Sesuatu yang memiliki kuantitas/nilai dan satuan
Besaran pokok Besaran yang satuannya didefinisikan sendiri
melalui konferensi internasional
Besaran turunan Besaran-besaran yang satuannya diturunkan dari
besaran pokok.
Dimensi Salah satu bentuk deskripsi suatu besaran.
Jangka sorong Alat ukur panjang dengan nonius geser, umumnya
memiliki ketelitian hingga 0,1 mm atau 0,05 mm.
Kilogram (kg) Satuan SI untuk massa.
Massa benda Jumlah materi yang terkandung dalam suatu
benda.
Meter (m) Satuan SI untuk panjang.
Mikrometer sekrup Alat ukur panjang dengan nonius putar, umumnya
memiliki ketelitian hingga 0,01 mm.
Neraca lengan Alat ukur massa.
Neraca pegas Alat ukur gaya, termasuk gaya berat.
Newton (N) Satuan SI untuk gaya.
Nonius Skala tambahan yang membagi skala utama
menjadi nilai/kuantitas lebih kecil.
Panjang Jarak antara dua titik.
Paralaks Kesalahan yang terjadi karena pemilihan posisi
atau sudut pandang yang tidak tegak lurus.
Pengukuran Kegiatan membandingkan suatu besaran dengan
besaran lain sejenis yang digunakan sebagai
satuan.
Presisi Berkaitan dengan ketelitian, pengukuran yang
mengandung ketidak pastian kecil.
Sekon Satuan SI untuk waktu.
Skala terkecil Skala pada alat ukur yang nilainya paling kecil,
dibatasi oleh dua garis skala yang paling dekat.
SI Sistem Internasional, sistem satuan yang berbasis
sistem metrik.
Stopwatch Alat pengukur waktu.
Termometer Alat pengukur temperatur.
Waktu Selang antara dua kejadian atau peristiwa.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 131


Glosarium

132 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


MODUL
PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

MATA PELAJARAN/
KOMPETENSI KEAHLIAN
FISIKA TEKNOLOGI REKAYASA SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN (SMK)
TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN
KARAKTER DAN PENGEMBANGAN SOAL

KELOMPOK KOMPETENSI A

PEDAGOGIK:
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Penulis:
Drs. Hari Amanto, M.Pd, No HP : 081334528524
Perevis:
Dr. Agung Suprihatin, S.Pd, M.Si, No HP: 08125200594
Penelaah:
Dr. Sihkabudin, M.Pd.

Desain Grafis dan Ilustrasi:


Tim Desain Grafis

Copyright © 2017
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Bidang Otomotif dan Elektronika
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan
komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan
Pedagogik KK A

Daftar Isi

Hal
Daftar Isi ...................................................................................................................................... iii
Daftar Gambar ........................................................................................................................... v
Pendahuluan .............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Tujuan ............................................................................................................................ 2
C. Peta Kompetensi ........................................................................................................ 3
D. Ruang Lingkup ............................................................................................................ 3
E. Cara Penggunaan Modul ......................................................................................... 4
Kegiatan Pembelajaran 1 Karakteristik Peserta Didik ........................................... 11
A. Tujuan .......................................................................................................................... 11
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ...................................................................... 11
C. Uraian Materi ............................................................................................................. 11
D. Aktivitas Pembelajaran ........................................................................................... 22
E. Latihan/Tugas/Kasus .............................................................................................. 23
F. Rangkuman ................................................................................................................ 25
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ........................................................................... 26
Kegiatan Pembelajaran 2 Potensi Peserta Didik ...................................................... 27
A. Tujuan .......................................................................................................................... 27
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ...................................................................... 27
C. Uraian Materi ............................................................................................................. 27
D. Aktivitas Pembelajaran ........................................................................................... 41
E. Latihan/Tugas/Kasus .............................................................................................. 46
F. Rangkuman ................................................................................................................ 48
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ........................................................................... 48
Kegiatan Pembelajaran 3 Bekal Ajar Awal Peserta Didik ..................................... 51
A. Tujuan .......................................................................................................................... 51
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ...................................................................... 51
C. Uraian Materi ............................................................................................................. 51
D. Aktivitas Pembelajaran ........................................................................................... 59

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | iii


E. Latihan/Tugas/Kasus.............................................................................................. 60
F. Rangkuman ............................................................................................................... 62
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .......................................................................... 63
Kegiatan Pembelajaran 4 Kesulitan Belajar Peserta Didik.................................. 65
A. Tujuan ......................................................................................................................... 65
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ..................................................................... 65
C. Uraian Materi ............................................................................................................ 65
D. Aktivitas Pembelajaran .......................................................................................... 74
E. Latihan/Tugas/Kasus.............................................................................................. 75
F. Rangkuman ............................................................................................................... 77
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .......................................................................... 78
Kunci Jawaban Soal Latihan/Tugas/Kasus ............................................................... 79
A. Kunci Jawaban Latihan/Tugas KP 1 ................................................................. 79
B. Kunci Jawaban Latihan/Tugas KP 2 ................................................................. 79
C. Kunci Jawaban Latihan/Tugas KP 3 ................................................................. 79
D. Kunci Jawaban Latihan/Tugas KP 4 ................................................................. 80
Evaluasi ..................................................................................................................................... 81
A. Soal Evaluasi ............................................................................................................ 81
B. Kunci Jawaban Evaluasi ....................................................................................... 85
Penutup ..................................................................................................................................... 87
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 87
B. Tindak Lanjut ............................................................................................................ 89
Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 91
Glosarium ................................................................................................................................. 95

iv | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik KK A

Daftar Gambar

Gambar 1. Alur Model Pembelajaran Tatap Muka…………………………… 4

Gambar 2. Alur Pembelajaran Tatap Muka Penuh…………………………… 5

Gambar 3. Alur Pembelajaran Tatap Muka model In-On-In………………… 7

Gambar 4. Model Karakteristik Peserta Didik……………………………………….. 13

Gambar 5. Contoh Format Peta Konsep……………………………………… 56

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | v


vi | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Pedagogik A

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Manusia dilahirkan dengan fitrahnya masing-masing, yang berbeda satu sama


lain. Hal ini mengisyaratkan bahwa peserta didik sebagai seorang manusia juga
tidak sama secara individual, baik karakteristiknya, potensi yang dimiliki,
pengalaman yang telah dilalui sebagai gambaran bekal ajar awalnya serta
kemungkinan kesulitan belajar yang akan dialaminya selama menempuh
pembelajaran di kelas.

Sebagai seorang pendidik, sangat perlu memahami perkembangan peserta didik.


Perkembangan peserta didik tersebut meliputi: perkembangan fisik,
perkembangan sosio emosional, dan bermuara pada perkembangan intelektual.
Perkembangan fisik dan perkembangan sosio emosional mempunyai kontribusi
yang kuat terhadap perkembangan intelektual atau perkembangan mental atau
perkembangan kognitif siswa.

Pemahaman terhadap perkembangan peserta didik di atas, sangat diperlukan


oleh pendidik untuk merancang pembelajaran kondusif yang akan dilaksanakan.
Rancangan pembelajaran yang kondusif akan mampu meningkatkan motivasi
belajar peserta didik sehingga diharapkan dapat meningkatkan proses dan hasil
pembelajaran sesuai tujuan yang ditetapkan.

Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa komponen, salah satunya


terdapat pendidik dan peserta didik serta tujuan yang ingin di capai pada proses
pembelajaran tertentu. Untuk menjalankan proses pembelajaran yang optimal
pendidik harus menganalisis potensi peserta didiknya terlebih dahulu yang
meliputi karakteristik umum, karakteristik akademik, maupun karakteristik uniknya
yang dapat mempengaruhi kemampuan, intelektual, dan proses belajarnya.

Modul ini membahas karakteristik aspek fisik, intelektual, sosial-emosional,


moral, spiritual, dan latar belakang sosial-budaya, potensi peserta didik, bekal
ajar awal peserta didik dan kesulitan belajar peserta didik secara terintegrasi

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 1


Pendahuluan

dengan materi penguatan pendidikan karakter pada nilai-nilai utama nasionalis,


mandiri, dan integritas.

B. Tujuan

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat :

a. Menjelaskan karakteristik aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral,


spiritual, dan latar belakang sosial-budaya dengan mengintegrasikan nilai-
nilai utama penguatan karakter yakni sikap menghargai keberagaman dan
perbedaan serta integritas.

b. Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu


dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama penguatan karakter yakni
menghargai potensi yang dimiliki setiap individu, suka bekerja keras, dan
integritas.

c. Mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang


diampu dan memanfaatkannya dalam penyusunan program pembelajaran
dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama penguatan karakter yakni
menghargai perbedaan individu, gemar membaca, dan integritas.

d. Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang


diampu dan mengelompokkannya dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama
penguatan karakter yakni bekerja keras, mandiri, dan integritas.

2 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

C. Peta Kompetensi
BIDANG KEAHLIAN : PEDAGOGIK
POSISI MODUL

KODE UNIT
NAMA UNIT KOMPETENSI
KOMPETENSI
PED0100000-00 Perkembangan Peserta Didik
PED0200000-00 Teori Belajar dan Prinsip Pembelajaran yang Mendidik
PED0300000-00 Pengembangan Kurikulum
PED0400000-00 Pembelajaran Yang Mendidik
PED0500000-00 Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam
Pembelajaran
PED0600000-00 Pengembangan Potensi Peserta Didik
PED0700000-00 Komunikasi Efektif
PED0800000-00 Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran
PED0900000-00 Pemanfaataan Hasil Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran
PED0100000-00 Tindakan Reflektif untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran.

D. Ruang Lingkup

1. Materi Pokok 1. Karakteristik peserta didik


a. Pengertian karakteristik peserta didik
b. Pentingnya memahami karakteristik peserta didik
c. Karakteristik peserta didik berkaitan dengan aspek fisik
d. Karakteristik peserta didik berkaitan dengan aspek intelektual
e. Karakteristik peserta didik berkaitan dengan aspek sosial-emosional
f. Karakteristik peserta didik berkaitan dengan aspek moral-spiritual
g. Karakteristik peserta didik berkaitan dengan latar belakang sosial
budaya
2. Materi Pokok 2. Potensi peserta didik
a. Pengertian dan macam potensi peserta didik
b. Faktor-faktor yang memengaruhi potensi peserta didik
c. Identifikasi potensi peserta didik berdasarkan bakat dan minat

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 3


Pendahuluan

3. Materi Pokok 3. Bekal ajar awal peserta didik


a. Konsep bekal ajar awal peserta didik
b. Identifikasi bekal ajar awal peserta didik
c. Pemanfaatan hasil identifikasi bekal ajar awal
4. Materi Pokok 4. Kesulitan belajar peserta didik
a. Faktor yang memengaruhi kesulitan belajar
b. Jenis-jenis kesulitan belajar
c. Upaya mengatasi kesulitan belajar

E. Cara Penggunaan Modul

Secara umum, cara penggunaan modul pada setiap Kegiatan Pembelajaran


disesuaikan dengan skenario setiap penyajian mata diklat. Modul ini dapat
digunakan dalam kegiatan pembelajaran guru, baik untuk moda tatap muka
dengan model tatap muka penuh maupun model tatap muka In-On-In. Alur model
pembelajaran secara umum dapat dilihat pada bagan di bawah.

Gambar 1. Alur Model Pembelajaran Tatap Muka

4 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

E. 1. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka Penuh


Kegiatan pembelajaran diklat tatap muka penuh adalah kegiatan fasilitasi
peningkatan kompetensi guru melalui model tatap muka penuh yang
dilaksanakan oleh unit pelaksana teknis di lingkungan ditjen. GTK maupun
lembaga diklat lainnya. Kegiatan tatap muka penuh ini dilaksanakan secara
terstruktur pada suatu waktu yang dipandu oleh fasilitator.

Tatap muka penuh dilaksanakan menggunakan alur pembelajaran yang dapat


dilihat pada alur di bawah.

Gambar 2. Alur Pembelajaran Tatap Muka Penuh

Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model tatap muka penuh dapat
dijelaskan sebagai berikut.

a. Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan fasilitator memberi kesempatan kepada peserta
diklat untuk mempelajari :
 latar belakang yang memuat gambaran materi

 tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi

 kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul.

 ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 5


Pendahuluan

 langkah-langkah penggunaan modul

b. Mengkaji Materi
Pada kegiatan mengkaji materi modul kelompok kompetensi A
(Perkembangan Peserta Didik), fasilitator memberi kesempatan kepada guru
sebagai peserta untuk mempelajari materi yang diuraikan secara singkat
sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar. Guru sebagai peserta
dapat mempelajari materi secara individual maupun berkelompok dan dapat
mengkonfirmasi permasalahan kepada fasilitator.

c. Melakukan aktivitas pembelajaran


Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan dipandu oleh
fasilitator. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini akan
menggunakan pendekatan yang secara langsung berinteraksi di kelas
pelatihan bersama fasilitator dan peserta lainnya, baik itu dengan
menggunakan diskusi tentang materi, malaksanakan praktik, dan latihan
kasus.

Lembar kerja pada pembelajaran tatap muka penuh adalah bagaimana


menerapkan pemahaman materi-materi yang berada pada kajian materi.
Pada aktivitas pembelajaran materi ini juga peserta secara aktif menggali
informasi, mengumpulkan dan mengolah data sampai pada peserta dapat
membuat kesimpulan kegiatan pembelajaran.

d. Presentasi dan Konfirmasi


Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi hasil kegiatan sedangkan
fasilitator melakukan konfirmasi terhadap materi dan dibahas bersama.

e. Refleksi
Pada bagian ini peserta dan penyaji me-review atau melakukan refleksi
materi berdasarkan seluruh kegiatan pembelajaran, kemudian didampingi
oleh panitia menginformasikan tes akhir yang akan dilakukan oleh seluruh
peserta yang dinyatakan layak tes akhir.

6 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

E. 2. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka In-On-In


Kegiatan diklat tatap muka dengan model In-On-In adalan kegiatan fasilitasi
peningkatan kompetensi guru yang menggunakan tiga kegiatan utama, yaitu In
Service Learning 1 (In-1), on the job learning (On), dan In Service Learning 2 (In-
2). Secara umum, kegiatan pembelajaran diklat tatap muka In-On-In tergambar
pada alur berikut ini.

Gambar 3. Alur Pembelajaran Tatap Muka model In-On-In

Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model In-On-In dapat dijelaskan


sebagai berikut.
a. Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan disampaikan bertepatan pada saat pelaksanaan
In service learning 1, fasilitator memberi kesempatan kepada peserta diklat
untuk mempelajari :
 latar belakang yang memuat gambaran materi

 tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 7


Pendahuluan

 kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul.



 ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran

 langkah-langkah penggunaan modul

b. In Service Learning 1 (IN-1)

 Mengkaji Materi
Pada kegiatan mengkaji materi modul kelompok kompetensi A
(Perkembangan Peserta Didik), fasilitator memberi kesempatan kepada guru
sebagai peserta untuk mempelajari materi yang diuraikan secara singkat
sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar. Guru sebagai peserta
dapat mempelajari materi secara individual maupun berkelompok dan dapat
mengkonfirmasi permasalahan kepada fasilitator.

 Melakukan aktivitas pembelajaran


Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan dipandu oleh
fasilitator. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini akan
menggunakan pendekatan/metode yang secara langsung berinteraksi di
kelas pelatihan, baik itu dengan menggunakan metode berfikir reflektif,
diskusi, brainstorming, simulasi, maupun studi kasus yang kesemuanya
dapat melalui Lembar Kerja yang telah disusun sesuai dengan kegiatan pada
IN1.
Pada aktivitas pembelajaran materi ini peserta secara aktif menggali
informasi, mengumpulkan dan mempersiapkan rencana pembelajaran pada
on the job learning.

c. On the Job Learning (ON)


 Mengkaji Materi
Pada kegiatan mengkaji materi modul kelompok kompetensi A
(Perkembangan Peserta Didik), guru sebagai peserta akan mempelajari
materi yang telah diuraikan pada in service learning 1 (IN1). Guru sebagai
peserta dapat membuka dan mempelajari kembali materi sebagai bahan
dalam mengerjaka tugas-tugas yang ditagihkan kepada peserta.

8 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

 Melakukan aktivitas pembelajaran


Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah
maupun di kelompok kerja berbasis pada rencana yang telah disusun pada
IN1 dan sesuai dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul.
Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini akan menggunakan
pendekatan/metode praktik, eksperimen, sosialisasi, implementasi, peer
discussion yang secara langsung dilakukan di sekolah maupun kelompok
kerja melalui tagihan berupa Lembar Kerja yang telah disusun sesuai dengan
kegiatan pada ON.
Pada aktivitas pembelajaran materi pada ON, peserta secara aktif menggali
informasi, mengumpulkan dan mengolah data dengan melakukan pekerjaan
dan menyelesaikan tagihan pada on the job learning.

d. In Service Learning 2 (IN-2)


Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi produk-produk tagihan ON
yang akan di konfirmasi oleh fasilitator dan dibahas bersama.

e. Refleksi
pada bagian ini peserta dan penyaji me-review atau melakukan refleksi
materi berdasarkan seluruh kegiatan pembelajaran, kemudian didampingi
oleh panitia menginformasikan tes akhir yang akan dilakukan oleh seluruh
peserta yang dinyatakan layak tes akhir.

E. 3. Lembar Kerja
Modul pengembangan keprofesian berkelanjutan kelompok kompetensi A
(Perkembangan Peserta Didik), terdiri dari beberapa kegiatan pembelajaran yang
didalamnya terdapat aktivitas-aktivitas pembelajaran sebagai pendalaman dan
penguatan pemahaman materi yang dipelajari.

Modul ini memiliki beberapa lembar kerja yang nantinya akan dikerjakan oleh
peserta, lembar kerja tersebut dapat terlihat pada tabel berikut.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 9


Pendahuluan

Tabel 1. Daftar Lembar Kerja Modul


No Kode Nama LK Keterangan
LK
1. LK.1a. Menyusun Peta Konsep Uraian Materi KP 1 TM, IN1
2. LK.1b. Presentasi dan Perbaikan Peta Konsep KP 1 TM, ON
3. LK.2.a. Menyusun Peta Konsep Uraian Materi KP 2 TM, IN 1
4. LK.2.b. Presentasi dan Perbaikan Peta Konsep KP 2 TM, ON
5. LK 2.c. Skala Nominasi Guru Dimensi Indikator TM, ON
Kreativitas, Intelektual, dan Motivasi
6. LK 2.d. Identifikasi Potensi Peserta Didik TM, ON
7. LK.3.a. Menyusun Peta Konsep Uraian Materi KP 3 TM, IN 1
8. LK.3.b. Presentasi dan Perbaikan Peta Konsep KP 3 TM, ON
9. LK 3.c. Identifikasi Bekal Ajar Awal Peserta Didik TM, ON
10. LK.4.a. Menyusun Peta Konsep Uraian Materi KP 4 TM, IN 1
11. LK.4.b. Presentasi dan Perbaikan Peta Konsep KP 4 TM, ON
12. LK 4.c. Identifikasi Kesulitan Belajar Peserta Didik TM, ON
Keterangan.
TM : Digunakan pada Tatap Muka Penuh
IN1 : Digunakan pada In service learning 1
ON : Digunakan pada on the job learning

10 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

Kegiatan Pembelajaran 1
Karakteristik Peserta Didik

A. Tujuan

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran 1 ini diharapkan peserta dapat


menjelaskan karakteristik peserta didiknya berkaitan dengan aspek fisik,
intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual dan latar belakang sosial budaya
dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama penguatan karakter yakni sikap
menghargai keberagaman dan perbedaan serta integritas.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator pencapaian kompetensi pada kegiatan pembelajaran 1 ini meliputi:


1. Karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik dijelaskan
sesuai dengan perkembangan usia.
2. Karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek intelektual
dikelompokkan sesuai dengan kondisi yang ada.
3. Karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek sosial-emosional
dijelaskan sesuai dengan budaya lingkungan dan perkembangan
kematangan kejiwaan.
4. Karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek moral-spiritual
dijelaskan sesuai norma yang berlaku dan ajaran agama yang dianut.
5. Karakteristik peserta didik berkaitan dengan latar belakang sosial
budaya diidentifikasi persamaan dan perbedaannya.

C. Uraian Materi

1. Pengertian Karakteristik Peserta Didik


Dalam proses pendidikan, peserta didik merupakan salah satu komponen yang
menempati posisi sentral. Peserta didik menjadi pokok persoalan dan tumpuan
perhatian dalam semua proses transformasi yang dikenal dengan sebutan

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 11


Kegiatan Pembelajaran 1

pendidikan. Sebagai komponen penting dalam sistem pendidikan, peserta didik


sering disebut sebagai bahan mentah.

Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang berada
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut
fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang tengah mengalami tumbuh
kembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten
menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya.

Peserta didik memiliki potensi–potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga ia
merupakan insan yang unik. Potensi–potensi khas yang dimilikinya perlu
dikembangkan serta direalisasikan sehingga mencapai tahapan perkembangan
yang optimal. Oleh karena itu setiap pendidik harus menekankan dan
memberikan teladan yang baik terkait sikap menghargai setiap perbedaan dan
keberagaman potensi yang dimiliki masing-masing peserta didik. Selain itu,
peserta didik memiliki kecenderungan untuk melepaskan diri dari
kebergantungan pada pihak lain.

Secara etimologis, kata karakter (Inggris: character) berasal dari bahasa Yunani
(Greek), yaitu charassein yang berarti to engrave (Ryan and Bohlin, 1999: 5).
Kata to engrave bisa diterjemahkan mengukir, melukis, memahatkan, atau
menggoreskan (Echols dan Shadily, 1987: 214).

Secara terminologis, makna karakter dikemukakan oleh Thomas Lickona.


Menurutnya karakter adalah “A reliable inner disposition to respond to situations
in a morally good way.” Selanjutnya Lickona menambahkan, “Character so
conceived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral
behavior” (Lickona, 1991: 51). Menurut Lickona, karakter mulia (good character)
meliputi pengetahuan tentang kebaikan, lalu menimbulkan komitmen (niat)
terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan. Dengan kata
lain, karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap
(attitides), dan motivasi (motivations), serta perilaku (behaviors) dan keterampilan
(skills).

12 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

Menurut Moh. Uzer Usman (1989) Karakteristik mengacu kepada karakter dan
gaya hidup seseorang serta nilai-nilai yang berkembang secara teratur sehingga
tingkah laku menjadi lebih konsisten dan mudah diperhatikan.

Sudirman (1990) menyebutkan bahwa karakteristik peserta didik adalah


keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada peserta didik
sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga menentukan
pola aktivitas dalam meraih cita-citanya.

Menurut Hamzah. B. Uno (2007) karakteristik peserta didik adalah aspek-aspek


atau kualitas perseorangan peserta didik yang terdiri dari minat, sikap, motivasi
belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki.

Secara Umum karakteristik peserta didik adalah pola/gaya hidup individu secara
umum (yang dipengaruhi oleh usia, gender, latar belakang) yang telah dibawa
sejak lahir dan dari lingkungan sosialnya untuk menentukan kualitas hidupnya.

Piuas Partanto dalam Dahlan (1994), mengemukakan bahwa karakteristik


berasal dari kata karakter dengan arti tabiat/watak, pembawaan atau kebiasaan
yang dimiliki oleh individu yang relatif tetap.

tersenyum Senang

cemberut
Suka

tertawa
Tidak menentu
sedih

bahagia
ceria

Gambar 4. Model Karakteristik Peserta Didik

2. Pentingnya Memahami Karakteristik Peserta Didik


Pada penerapan Kurikulum 2013, kita semua memahami bahwa pola
pembelajaran harus berpusat pada peserta didik. Pendekatan pembelajaran

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 13


Kegiatan Pembelajaran 1

yang berpusat pada peserta didik ini memberikan makna bahwa peserta didik
memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang akan dipelajari dan gaya belajarnya
(learning style) untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Oleh sebab itu
seorang pendidik harus mengenal karakteristik setiap peserta didik di dalam
proses pembelajaran, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai oleh seluruh
peserta didik.

Seorang pendidik memiliki peran multifungsi, sebagai konselor, dia mendidik dan
membimbing peserta didiknya dengan benar, memotivasi dan memberi sugesti
yang positif, serta memberikan solusi yang tepat dan tuntas dalam
menyelesaikan masalah peserta didik. Selain itu pendidik juga harus
memperhatikan karakter dan kondisi kejiwaan peserta didiknya. Pendidik juga
bisa berperan sebagai seorang dokter yang memberikan terapi dan obat pada
pasiennya sesuai dengan diagnosisnya. Pendidik juga dapat berperan sebagai
seorang ulama. Dalam hal ini pendidik membimbing dan menuntun batin atau
kejiwaan peserta didik, memberikan pencerahan yang menyejukkan dan
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi peserta didik dengan pendekatan
agama yang hasilnya diharapkan akan lebih baik.

Mengenal dan memahami karakteristik peserta didik dapat dilakukan dengan


cara memperhatikan dan menganalisis tutur kata (cara bicara), sikap dan
perilaku atau perbuatan peserta didik secara individual, karena dari tiga aspek di
atas setiap peserta didik mengekspresikan apa yang ada dalam dirinya. Untuk itu
seorang pendidik harus secara seksama melakukan komunikasi dan interaksi
dengan peserta didiknya dalam setiap aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan.

3. Karakteristik Peserta Didik Berdasarkan Aspek Fisik


Peserta didik pada jenjang pendidikan menengah umumnya tergolong remaja.
Pertumbuhan fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan
merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Perubahan-perubahan ini
meliputi: perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, munculnya ciri-ciri
kelamin utama (primer) dan ciri kelamin kedua (skunder)

14 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

Istilah pertumbuhan biasa digunakan untuk menyatakan perubahan-perubahan


ukuran fisik yang secara kuantitatif semakin lama semakin besar atau tinggi. Dan
istilah perkembangan digunakan untuk menyatakan perubahan-perubahan dalam
aspek psikologis dan sosial dimana aspek ini meliputi aspek-aspek intelek,
emosi, bahasa, bakat khusus, nilai dan moral serta sikap.

Perkembangan fisik atau pertumbuhan biologis (biological growth) merupakan


salah satu aspek penting dari perkembangan individu. Fisik atau tubuh manusia
merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Semua
organ ini terbentuk pada periode pranatal (dalam kandungan). Berkaitan dengan
perkembangan fisik ini Kuhlen dan Thompson (Hurlock, 1997) mengemukakan
bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu:
a) Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan
motorik;

b) Sistem syaraf yang sangat memengaruhi perkembangan kecerdasan dan


emosi;
c) Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku
baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif
dalam suatu kegiatan, yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis;
d) Struktur fisik/tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.

Seifert dan Hoffnung (1994) berpendapat perkembangan fisik meliputi


perubahan-perubahan dalam tubuh (seperti : pertumbuhan otak, sistem saraf,
organ-organ indrawi, pertambahan tinggi dan berat, hormon, dan lain-lain), dan
perubahan-perubahan dalam cara individu dalam menggunakan tubuhnya
(seperti perkembangan keterampilan motorik dan perkembangan seksual), serta
perubahan dalam kemampuan fisik (seperti penurunan fungsi jantung,
penglihatan, dan sebagainya).

Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa perkembangan fisik setiap peserta


didik dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti telah dijelaskan di atas. Oleh sebab
itu Anda sebagai pendidik harus mengenali karakteristik perkembangan peserta
didik dari segi fisik, agar Anda bisa lebih memahami situasi pembelajaran di
dalam kelas dan apabila ada situasi yang tidak Anda harapkan suatu saat terjadi,
maka Anda akan lebih memahami situasi tersebut. Kalau Anda bisa memahami

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 15


Kegiatan Pembelajaran 1

kejadian tersebut, maka Anda pun diharapkan akan bisa mencari solusinya dan
kalau situasi sudah dapat dikuasai maka proses pembelajaran diharapkan akan
lebih lancar dan tujuan akan tercapai.

4. Karakteristik Peserta Didik Berdasarkan Aspek Intelektual


Proses pembelajaran setiap peserta didik berlangsung baik di sekolah maupun
dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Kemampuan kognitif sangat
diperlukan peserta didik dalam proses pembelajaran tersebut. Perkembangan
kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembangan
peserta didik. Peserta didik merupakan subjek yang berkaitan langsung dengan
proses pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif sangat menentukan
keberhasilan peserta didik dalam belajar.

Kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk
menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi,
pikiran, ingatan dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang
memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa
depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu
mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan,
menilai dan memikirkan lingkungannya. (Desmita, 2005).

Perkembangan kognitif pada peserta didik merupakan suatu pembahasan yang


cukup penting bagi guru maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada anak
merupakan kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan
melakukan penalaran dan pemecahan masalah termasuk dalam proses
psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan
memikirkan lingkungannya. Karakteristik perkembangan kognitif peserta didik
juga harus dapat dipahami semua pihak. Dengan pemahaman pada karakteristik
perkembangan peserta didik, guru dan orang tua dapat mengetahui sebatas apa
perkembangan yang dimiliki anak didiknya sesuai dengan usia mereka masing-
masing, sehingga guru dan orang tua dapat menerapkan ilmu yang sesuai
dengan kemampuan kognitif masing-masing anak didik.

16 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

Binet dan Simon mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan untuk


mengarahkan fikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan
bila tindakan tersebut dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri
atau melakukan autocriticsm. Menurut Binet, intelegensi merupakan sisi tunggal
dari karakteristik yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan
seseorang. Intelegensi dipandang sebagai sesuatu yang fungsional sehingga
memungkinkan orang lain untuk mengamati dan menilai tingkat perkembangan
individu berdasar suatu kriteria tertentu.

Istilah kemampuan dan kecerdasan luar biasa sering dipadankan dengan istilah
gifted atau berbakat. Meskipun hingga saat ini belum ada satu definisi tunggal
yang mencakup seluruh pengertian anak berbakat. Sebutan lain bagi anak gifted
ini misalnya genius, bright, dan talented.

Berkaitan dengan perkembangan intelektual, usia remaja sudah mulai mampu


berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan
sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi
pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir
lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti,
dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu
tujuan di masa depan.

Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum


sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir
egosentrisme (ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang
lain). Salah satu bentuk cara berpikir egosentrisme yang dikenal dengan istilah
personal fable (berisi keyakinan bahwa diri seseorang adalah unik dan memiliki
karakteristik khusus yang hebat, yang diyakini benar adanya tanpa menyadari
sudut pandang orang lain dan fakta sebenarnya).

5. Karakteristik Peserta Didik Berdasarkan Aspek Sosial-Emosional


Selain berdasarkan aspek fisik dan intelektual, karakteristik peserta didik yang
penting diketahui oleh pendidik adalah berdasarkan aspek sosial-emosional.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 17


Kegiatan Pembelajaran 1

Sosial-emosional berasal dari kata sosial dan emosi. Aspek sosial peserta didik
berkaitan dengan hubungan antara individu dengan orang-orang di sekitarnya.
Sehingga perkembangan sosial peserta didik juga berkaitan dengan lingkungan
sekitarnya. Perkembangan sosial adalah pencapaian kematangan dalam
hubungan atau interaksi sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral agama.

Sedangkan emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku


individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi dibedakan menjadi
dua, yakni emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif seperti perasaan
senang, bergairah, bersemangat, atau rasa ingin tahu yang tinggi akan
mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas
belajar. Emosi negatif seperti perasaan tidak senang, kecewa, tidak bergairah,
individu tidak dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar, sehingga
kemungkinan besar dia akan mengalami kegagalan dalam belajarnya.

Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak
menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan
hal mutlak dalam emosi. Menurut Goleman (2000) emosi merujuk pada suatu
perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan
serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah
dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap
rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira
mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat
tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Emosi
berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi
merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi
dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat
mengganggu perilaku intensional manusia. Goleman (2000) mengemukakan
beberapa macam emosi yaitu :
a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus
asa

18 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali,


waspada, tidak tenang, ngeri
d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga
e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat,
bakti, hormat, kemesraan, kasih
f. Terkejut : terkesiap, terkejut
g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka
h. malu : malu hati, kesal

Pengaruh emosi terhadap perilaku dan perubahan fisik individu penting diketahui
pendidik. Berikut adalah pengaruh emosi yang umum:
a. Memperkuat semangat bila merasa senang atas suatu keberhasilan.
b. Melemahkan semangat apabila timbul rasa kekecewaan karena suatu
kegagalan.
c. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar apabila individu dalam
keadaan gugup.
d. Terganggu penyesuaian sosial apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.

Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan


(pembiasan). Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua dalam
mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh. Apabila anak dikembangkan
dalam lingkungan keluarga yang suasana emosionalnya stabil, maka
perkembangan emosi anak cenderung stabil. Akan tetapi apabila kebiasaan
orang tua dalam mengekspresikan emosinya kurang stabil dan kurang kontrol
misalnya melampiaskan kemarahan dengan sikap agresif, mudah mengeluh,
kecewa atau pesimis dalam menghadapi masalah, maka perkembangan emosi
anak cenderung kurang stabil. Oleh karena itu untuk memperoleh perkembangan
emosi yang stabil pada peserta didik, dituntut peran serta dari orang tua secara
aktif dan positif.

6. Karakteristik peserta didik berdasarkan aspek moral-spiritual


Kecerdasan spiritual menurut Zohar dan Marshall (2005) adalah kecerdasan
tertinggi (the ultimate intelligence) yang dimiliki manusia. Berdasarkan data-data

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 19


Kegiatan Pembelajaran 1

ilmiah yang telah dikemukakan Zohar, semakin memberikan keyakinan pada kita
bahwa potensi kecerdasan spiritual naluri ber-Tuhan memang sudah terpatri
dalam diri manusia sejak lahir. Anak-anak dilahirkan dengan kecerdasan spiritual
yang tinggi. Namun perlakuan yang tidak tepat dari orang tua, sekolah dan
lingkungan seringkali merusak apa yang mereka miliki, padahal potensi spiritual
quotient (SQ) yang terpelihara akan mengoptimalkan intelligence quotient (IQ)
dan emotional quotient (EQ). Di sinilah letak urgensi dari pendidikan. Pendidikan
dalam prosesnya dituntut mampu untuk mengembangkan dan memelihara
potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Kunci dari kecerdasan spiritual adalah
mengetahui nilai dan tujuan terdalam diri kita.

1) Kesadaran diri Menurut Zohar dan Marshall


Kesadaran diri adalah mengetahui apa yang kita yakini dan mengetahui nilai
dan hal apa yang sungguh-sungguh memotivasi kita. Kesadaran diri
merupakan kesadaran akan tujuan hidup kita yang paling dalam. Tanpa
kesadaran diri yang dalam manusia akan menjadi sosok yang super dan
terbatasi ego, dikendalikan oleh perilaku, emosi liar dan motivasi terendahnya.
Tanpa kesadaran diri kita akan buta dan tidak sensitif terhadap kehidupan
batin kita dan mudah terganggu oleh aktivitas-aktivitas dan tujuan kehidupan
sehari-hari sehingga kita akan melakukan kesalahan besar dalam kehidupan
kita sendiri dan kehidupan orang lain. Tanpa adanya kesadaran diri kita akan
berusaha untuk meninggalkan konsekuensi-konsekuensi hidup yang tidak kita
inginkan.

2) Aplikasi konsep kecerdasan spiritual menurut Zohar dan Marshall dalam


pendidikan
a) Melalui jalan tugas, penerapan jalan ini dalam keluarga, yakni anak dilatih
untuk melakukan tugas-tugas hariannya dengan dorongan motivasi dari
dalam. Artinya, anak melakukan setiap aktivitasnya dengan perasaan
senang, bukan karena terpaksa atau karena adanya tekanan dari orang
tua. Biasanya anak akan melakukan tugas-tugasnya dengan penuh
semangat apabila dia tahu manfaat baginya. Untuk itu orang tua perlu
memberi motivasi, membuka wawasan sehingga setiap tindakan anak
tersebut secara bertahap dimotivasi dari dalam. Anak perlu diberi waktu

20 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

menggunakan kebebasan kepribadiannya, melakukan aktivitas-aktivitas


favoritnya, misalnya membaca, menari, bermain musik, memancing.
Permainan ini membuat anak-anak produktif dan mengembangkan
kekayaan kecerdasan dalam diri mereka. Kebebasan berfikir yang efektif
dan positif akan berkembang pada diri anak yang merencanakan, melalui
dan menentukan sendiri arah permainannya. Berhubungan dengan hal itu,
sifat-sifat orang tua yang sangat mengekang atau mengendalikan anak
secara posesif akan menghambat perkembangan SQ anak.
b) Melalui jalan pengasuhan, yaitu orang tua yang penuh kasih sayang,
saling pengertian, cinta dan penghargaan. Anak tidak perlu dimanjakan
karena akan melahirkan sifat mementingkan diri sendiri dan mengabaikan
kebutuhan orang lain. Orang tua perlu menciptakan keluarga yang penuh
kasih sayang dan saling memaafkan, belajar bisa mendengar dan
menerima dengan baik diri kita lebih-lebih orang lain. Orang tua perlu
membuka diri, mengambil resiko mengungkapkan dirinya pada putra-
putrinya. Dengan cara demikian orang tua memberi model dan pengalaman
hidup bagi anak-anak untuk mengembangkan kecerdasan spiritual (SQ)-
Nya.

7. Karakteristik Peserta Didik Berdasarkan Latar Belakang Sosial-


Budaya
Sosial adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat atau
kemasyarakatan, sementara budaya adalah segala hal yang dibuat oleh manusia
berdasarkan pikiran dan akal budinya yang mengandung cinta, rasa, dan karsa.

Unsur-unsur sosial budaya meliputi bahasa, kesenian, sistem religi, sistem


kemasyarakatan dan sistem ekonomi. Bahasa meliputi bahasa lisan maupun
tulisan. Kesenian antara lain tediri dari seni patung, seni relief, seni lukis/gambar,
seni rias, seni vokal, seni instrumen, seni kesusastraan dan seni drama. Sistem
religi terdiri dari sistem kepercayaan kesusastraan suci, sistem upacara
keagamaan, kelompok keagamaan, ilmu gaib, serta sistem nilai dan pandangan
hidup. Sistem kemasyarakatan terdiri dari sistem kekerabatan, sistem kesatuan

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 21


Kegiatan Pembelajaran 1

hidup setempat, asosiasi dan perkumpulan-perkumpulan dan sistem kenegaraan.


Sistem ekonomi antara lain berkaitan dengan mata pencaharian, seperti berburu
dan meramu, perikanan, bercocok tanam, peternakan, perdagangan. Unsur
budaya lainnya adalah sistem pengetahuan, antara lain berkaitan dengan
pengetahuan tentang alam sekitar, pengetahuan tentang tubuh manusia, dan
pengetahuan tentang ruang, waktu dan bilangan. Teknologi dan peralatan yang
terdiri dari alat-alat produktif, alat-alat distribusi dan transport, wadah-wadah atau
tempat untuk menaruh makanan dan minuman, pakaian dan perhiasan, tempat
berlindung dan perumahan serta senjata juga merupakan unsur budaya.

Setiap peserta didik dalam kehidupannya selalu mendapatkan dan dipengaruhi


oleh nilai-nilai sosial budaya dari lingkungan sekitarnya mulai dari keluarga,
sekolah dan masyarakat sekitar. Nilai-nilai sosial budaya tersebut pasti
memberikan pengaruh terhadap pola, minat dan motivasi belajar seorang peserta
didik. Oleh karena itu sangat penting bagi seorang pendidik untuk mengenal dan
memahami perbedaan latar belakang sosial budaya dari peserta didik pada mata
pelajaran yang diampunya dalam rangka memberikan layanan pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.

Implementasi pemahaman pendidik terhadap karakteristik setiap peserta didik,


sangat penting disertai dengan integritas yang tinggi dalam rangka menyusun
rancangan pembelajaran terbaik untuk mengakomodasi setiap karakter yang
dimiliki peserta didik pada mata pelajaran yang diampunya.

D. Aktivitas Pembelajaran

Secara mandiri ataupun berkelompok (sesuai petunjuk fasilitator), pelajari


seluruh kegiatan pembelajaran 1 dengan seksama, mulai dari tujuan
pembelajaran sampai dengan rangkuman dan umpan balik. Selanjutnya silakan
Saudara mengerjakan setiap lembar kerja (LK) yang ada sesuai dengan
ketentuan yang ada pada saran penggunaan modul.

22 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

LK 1.a. MEYUSUN PETA KONSEP URAIAN MATERI KP 1

1. Bacalah uraian materi dengan seksama, kemudian buatlah peta


konsep materi yang Saudara baca tersebut secara mandiri untuk
memperdalam pemahaman Saudara mengenai konsep Karakteristik
peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-
emosional, moral-spiritual dan latar belakang sosial budaya.
2. Susunlah peta konsep sekreatif mungkin untuk mempermudah
penguasaan materi pada Kegiatan Pembelajaran.

LK 1.b. PRESENTASI DAN PERBAIKAN PETA KONSEP KP 1

1. Presentasikan peta konsep materi yang telah Saudara buat ( LK 1.a)


pada kelompok belajar guru (MGMP) dengan memperhatikan dan
mengimplementasikan kaidah-kaidah presentasi dan bekerja dalam
kelompok (menghargai pendapat orang lain, menjalankan hasil
kesepakatan).

2. Catatlah semua masukan perbaikan dari semua partisipan.

3. Lakukan perbaikan pada peta konsep yang telah Saudara buat


berdasarkan masukan yang ada dengan penuh integritas.

E. Latihan/Tugas/Kasus

Jawablah soal-soal latihan berikut dengan memilih salah satu jawaban yang
Saudara anggap benar!
1. Secara umum karakteristik peserta didik didefinisikan sebagai…
A. pola/gaya hidup individu secara umum (yang dipengaruhi oleh usia,
gender, latar belakang) yang telah dibawa sejak lahir dan tidak terkait
dengan lingkungan sosialnya untuk menentukan kualitas hidupnya.
B. pola/gaya hidup individu secara umum (yang tidak dipengaruhi oleh
usia, gender, latar belakang) yang telah dibawa sejak lahir dan dari
lingkungan sosialnya untuk menentukan kualitas hidupnya.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 23


Kegiatan Pembelajaran 1

C. pola/gaya hidup individu secara umum (yang dipengaruhi oleh usia,


gender, latar belakang) yang bersal dari interaksi dengan lingkungan
sosialnya untuk menentukan kualitas hidupnya.
D. pola/gaya hidup individu secara umum (yang dipengaruhi oleh usia,
gender, latar belakang) yang telah dibawa sejak lahir dan dari
lingkungan sosialnya untuk menentukan kualitas hidupnya.

2. Dari berbagai pengertian karakteristik peserta didik yang dikemukakan oleh


para ahli, secara umum karakter mengacu kepada…
A. serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitides), dan motivasi
(motivations), serta perilaku (behaviors) dan keterampilan (skills).
B. seperangkat pengetahuan (cognitives), sikap (attitides), dan ketrampilan
(skills), harapan (expectations), dan cita-cita (ambitions).
C. serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitides), dan cita-cita
(ambitions), serta perilaku (behaviors) dan keterampilan (skills).
D. serangkaian pengetahuan (cognitives), harapan (expectations), dan
motivasi (motivations), serta perilaku (behaviors) dan keterampilan
(skills).

3. Peserta didik pada jenjang pendidikan menengah umumnya tergolong


remaja. Pernyataan tersebut menunjukkan karakteristik peserta didik dari
aspek….
A. intelektual
B. fisik
C. moral-spiritual
D. sosial-budaya

4. Adanya kemampuan dan kecerdasan luar biasa yang sering dipadankan


dengan istilah gifted atau berbakat merupakan karakteristik peserta didik dari
aspek….
A. moral-spiritual
B. fisik
C. intelektual
D. sosial-budaya

24 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

5. Pernyataan berikut yang menunjukkan pengaruh emosi umum adalah….


A. terganggu penyesuaian sosial apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.
B. terganggu penyesuaian sosial apabila individu dalam keadaan gugup.
C. terganggu penyesuaian sosial apabila individu mengalami kegagalan.
D. terganggu penyesuaian sosial atas suatu keberhasilan.

F. Rangkuman

Dalam pengelolaan proses pembelajaran guru harus memiliki kemampuan


mendesain program, menguasai materi pelajaran, mampu menciptakan kondisi
kelas yang kondusif, terampil memanfaatkan media dan memilih sumber,
memahami cara atau metode yang digunakan sesuai kebutuhan dari karakteristik
anak.

Karakteristik peserta didik mempunyai peranan yang penting dalam menentukan


program dan strategi pembelajaran. Adapun karakteristik yang mendukung
pembelajaran adalah aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral-spiritual,
dan latar belakang sosial-budaya dan untuk memperjelas karakteristik peserta
didik.

Berdasarkan pembahasan dapat kami simpulkan bahwa memahami karakteristik


umum peserta didik sangatlah penting bagi pendidik yang mengajar dengan
beragam karakateristik peserta didik. Pendidik akan dapat mengetahui
bagaimana mengatasi karakteristik peserta didik pada usianya, menangani
adanya perbedaan gender pada peserta didik serta perbedaan latar belakang
peserta didik budaya, etnik, ras, kelas sosial sehingga guru dapat
menyelenggarakan pendidikan secara optimal.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 25


Kegiatan Pembelajaran 1

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkan hasil jawaban latihan soal/tugas/kasus Saudara dengan kunci jawaban


yang ada di bagian akhir modul ini. Ukurlah tingkat penguasaan materi kegiatan
belajar 1 dengan menjumlahkan jumlah skor.

Arti tingkat penguasaanyang diperoleh adalah :

Baik sekali = 90 –100 %

Baik = 80 –89 %

Cukup = 70 –79 %

Kurang = 0 –69 %

Bila tingkat penguasan mencapai 80 % ke atas, silahkan melanjutkan ke kegiatan


pembelajaran berikutnya. Namun bila tingkat penguasaan masih di bawah 80 %
harus mengulangi belajar terutama pada bagian yang belum dikuasai.

26 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

Kegiatan Pembelajaran 2
Potensi Peserta Didik

A. Tujuan

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran 2 ini diharapkan peserta dapat


memahami dan mengidentifikasi potensi peserta didik terkait mata pelajaran
yang diampu sesuai bakat dan minat dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama
penguatan karakter yakni menghargai potensi yang dimiliki setiap individu, suka
bekerja keras, dan integritas.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator Pencapaian Kompetensi pada Kegiatan Pembelajaran 2 ini mencakup:


1. Macam-macam potensi peserta didik dijelaskan dengan benar. Faktor-faktor
2. yang mempengaruhi potensi peserta didik dijelaskan dengan benar.

3. Potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu diidentifikasi sesuai
faktor yang mempengaruhinya.

C. Uraian Materi

1. Pengertian dan Macam Potensi Peserta Didik

M. Ngalim Purwanto (1990) menyatakan potensi adalah “seluruh kemungkinan-


kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan yang terdapat pada seorang individu
dan selama masa perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan (direalisasikan)”.

Potensi adalah kemampuan yang dimiliki setiap pribadi (individu) yang mempunyai
kemungkinan untuk dikembangkan sehingga dapat berprestasi. Setiap manusia pasti
memiliki potensi dan bisa mengembangkan dirinya untuk menjadi yang lebih baik.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 27


Kegiatan Pembelajaran 2

Kemampuan yang dimiliki manusia merupakan bekal yang sangat pokok.


Berdasarkan kemampuan itu, manusia akan berkembang dan akan membuka
kesempatan luas baginya untuk memperkaya diri dan mencapai taraf perkembangan
yang lebih tinggi dengan meningkatkan potensi sesuai dengan bidangnya.

Potensi juga dapat didefinisikan sebagai kesanggupan, daya, kemampuan untuk


lebih berkembang. Potensi peserta didik adalah kapasitas atau kemampuan dan
karakteristik/sifat individu yang berhubungan dengan sumber daya manusia yang
memiliki kemungkinan dikembangkan dan atau menunjang pengembangan potensi
lain yang terdapat dalam diri peserta didik. Berbagai pengertian ini menegaskan
bahwa setiap peserta didik memiliki kesanggupan, daya, dan mampu berkembang.
Artinya, tidak boleh ada vonis kepada peserta didik tertentu bahwa ia tidak sanggup,
berdaya, dan tidak mampu berkembang. Potensi ini meliputi potensi fisik, intelektual,
kepribadian, minat, dan potensi moraldan keagamaan.

Potensi fisik merupakan kondisi kesehatan fisik dan berfungsinya anggota tubuh
dengan baik yang diperoleh dari pemeriksaan oleh tenaga medis, observasi perilaku,
wawancara, dan pengisian angket akan menunjang kelancaran peserta didik
melakukan aktivitas belajar dan memaksimalkan keberhasilan peserta didik dalam
belajar. Organ tubuh akan berfungsi dengan baik dan maksimal apabila kondisi
kesehatan peserta didik juga baik.

Potensi intelektual atau kekuatan otak individu berkaitan dengan daya nalar dan
logika yang berupa kemampuan untuk mempelajari keterampilan, menganalisis, dan
lain lain. Faktor-faktor yang memengaruhi potensi intelektual individu adalah faktor
internal, misalnya motivasi, kemauan, kemampuan dan faktor eksternal, misalnya
sarana dan daya dukung penunjang. Kedua faktor ini sangat memberikan pengaruh
pada pencapaian kemampuan intelektual yang maksimal dari peserta didik. Faktor
internal peserta didik yang dominan memberikan kecenderungan kekuatan daya
juang yang besar saat menghadapi kesulitan dalam proses belajar.

Potensi kepribadian dapat didefinisikan sebagai suatu organisasi dinamis dari sistem
psiko-fisik dalam berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara
yang unik. Aspek-aspek sikap kepribadian diantaranya mencakup karakter,
temperamen, sikap, stabilitas emosi, responsibilitas, dan sosiabilitas. Berdasarkan
pandangan psikologi, sikap mengandung unsur penilaian dan reaksi afektif, sehingga
menghasilkan motif. Sikap terbentuk melalui hasil belajar dari interaksi dan
pengalaman seseorang dan bukan faktor bawaan.

28 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

Minat didefinisikan sebagai suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu
campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau
kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.
Minat peserta didik dapat mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam menerima
pembelajaran. Bakat menurut didefinisikan sebagai kemampuan umum yang
dimiliki seorang peserta didik untuk belajar. Oleh karena itu bakat mempengaruhi
keberhasilan individu mencapai sesuatu. Ahli psikologi lainnya mengatakan bakat
adalah kemampuan dasar untuk melakukan suatu tugas tanpa upaya pendidikan
atau pelatihan.

Moral merupakan ajaran baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan,
sikap, kewajiban, dan sebagainya. Adapun keagamaan peserta didik berkaitan
dengan konsep ketuhanan yang dianutnya. Moral dan keagamaan individu
memberikan pengaruh pada pembentukan nilai dan keyakinan yang dianutnya.
Peserta didik yang memiliki keyakinan akan nilai-nilai kebenaran, kearifan, dan
saling menghargai akan berdampak pada proses dan hasil pencapaian potensi
peserta didik.

2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Potensi Peserta Didik


Seperti disampaikan sebelumnya bahwa potensi yang dimiliki oleh setiap individu
termasuk peserta didik berbeda-beda karena pengaruh dari berbagai faktor, baik
internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi fisik dan psikologis. Faktor
eksternal meliputi lingkungan sosial masyarakat, lingkungan sosial keluarga,
lingkungan sekolah dan perbedaan ras, suku, budaya, kelas sosial peserta didik.

a. Faktor Internal
Yaitu faktor yang ada dalam diri peserta didik itu sendiri yang meliputi
pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang berperan mengembangkan
dirinya sendiri.
1) Fisik
Setiap individu mempunyai ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity)
dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan; karakteristik
bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 29


Kegiatan Pembelajaran 2

menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Hal tersebut


merupakan dua faktor yang terbentuk karena faktor yang terpisah, masing-
masing mempengaruhi kepribadian dan kemampuan individu bawaan dan
lingkungan dengan caranya sendiri-sendiri. Natur dan nurture merupakan
istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik-karakteristik
individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat
perkembangan. Karakteristik yang berkaitan dengan perkembangan faktor
biologis cenderung lebih bersifat tetap, sedangkan karakteristik yang berkaitan
dengan sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

2) Psikologis
Faktor psikologis berkaitan dengan hal kejiwaan, kapasitas mental, emosi, dan
intelegensi individu. Kemampuan berpikir peserta didik memberikan pengaruh
pada hal memecahkan masalah dan juga berbahasa. Hal lain yang berkaitan
dengan aspek psikologi peserta didik antara lain: kecerdasan siswa, motivasi,
minat, sikap, dan bakat.
a) Kecerdasan/inteligensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik
dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan
melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya
berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang
lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan
organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu
sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh
aktivitas manusia. Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling
penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar
siswa. Semakin tinggi tingkat inteligensi seorang individu, semakin besar
peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar.Sebaliknya,
semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit individu itu
mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari
orang lain, seperti guru, orangtua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor
psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka
pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh
setiap calon guru atau guru profesional, sehingga mereka dapat

30 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

memahami tingkat kecerdasan siswanya. Pemahaman tentang tingkat


kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orangtua dan guru atau pihak-
pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau
psikiater.Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat
kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata-rata, atau mungkin
lemah mental.Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan
hal yang sangat berharga untuk memprediksi kemampuan belajar
seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan
membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan
kepada siswa.

b) Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan
belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan
kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai
proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan
menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai
pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan
arah perilaku seseorang. Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi menjadi
dua, yairu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu
dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang
siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk
membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya,
tapi bisa jadi juga telah menjadi kebutuhannya. Dalam proses belajar,
motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi
intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar
(ekstrinsik).
1) Motivasi Intrinsik
Menurut Arden N. F (Hayinah, 1992) motivasi intrinsik meliputi: a)
Dorongan ingin tahu b) Sifat positif dan kreatif c) Keinginan mencapai
prestasi d) Kebutuhan untuk menguasai ilmu dan pengetahuan yang
berguna bagi dirinya

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 31


Kegiatan Pembelajaran 2

2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar individu tetapi
memberi pengaruh terhadap kemauan belajar.

c) Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.Menurut Reber
(Syah, 2003), minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi
disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya,
seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan
dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena
jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak
bersemangat atau bahkan tidak mau belajar.

Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik
lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi
pelajaran yang akan dipelajarinya. Untuk membangkitkan minat belajar
siswa tersebut, banyak cara yang bisa digunakan.antara lain, pertama,
dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak
membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang
membebaskan siswa untuk mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan
seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa
menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar.
Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi.Dalam hal ini, alangkah
baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai
dengan minatnya.

d) Sikap dalam proses belajar


Sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap
adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk
mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek,
orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah,
2003). Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang
atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan

32 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

sekitarnya.Untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam


belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan
bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan
profesionalitas, seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik
bagi siswanya; berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang
guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk
menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga
membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak
menjemukan; meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang dipelajari
bermanfaat bagi diri siswa.

e) Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat.
Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial
yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang
akan datang (Syah, 2003).Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994)
mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang
siswa untuk belajar.

Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorangyang menjadi salah


satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila
bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka
bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kernungkinan besar
ia akan berhasil. Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau
potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya
masing-masing.Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar
individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya
pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan
lebih mudah menyerap segala informasi yang berhubung-an dengan bakat
yang dimilikinya. Misalnya, siswa yang berbakat di bidang bahasa akan
lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa lain selain bahasanya sendiri.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 33


Kegiatan Pembelajaran 2

b. Faktor Eksternal
Faktor Eksternal atau faktor dari luar diri peserta didik meliputi:
1) Lingkungan Sosial Masyarakat
Lingkungan sosial individu adalah lingkungan dimana seorang individu
berinteraksi dengan individu lainnya dalam suatu ikatan norma dan peraturan.
Kondisi lingkungan yang sehat dan mendukung secara positif terhadap proses
belajar peserta didik akan memberikan pengaruh yang positif pada
perkembangan potensi peserta didik. Lingkungan masyarakat yang kumuh,
dan tidak mendukung secara positif seperti; banyaknya pengangguran, dan
anak terlantar akan memberikan pengaruh negatif pada aktifitas dan potensi
peserta didik.

2) Lingkungan Sosial keluarga


Keluarga adalah lingkungan sosial terkecil pada peserta didik. Peran keluarga
dalam menunjang potensi peserta didik sangat penting. Hal-hal seperti
kedekatan dengan orang tua, dukungan, dan hubungan dengan anggota
keluarga yang harmonis akan memberikan dampak pada perkembangan
potensi peserta didik.

3) Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah, seperti teman sekelas, guru, dan staf administrasi dapat
memberikan pengaruh terhadap proses belajar peserta didik. Hubungan baik
dan harmonis diantara ketiganya memberikan pengaruh pada proses belajar.
Memberikan motivasi yang positif , dan kesempatan pada peserta didik untuk
belajar dan berkembang akan sangat berpengaruh pada pencapaian
potensinya. Guru harus dapat mengamati dengan baik karakteristik dari
peserta didik.

4) Perbedaan ras, suku, budaya, kelas sosial peserta didik


Sekolah adalah wadah bagi seluruh peserta didik untuk mengembangkan
potensinya tanpa memandang perbedaan baik ras, suku, budaya maupun
kelas sosial peserta didik. Memahami perbedaan karakteristik peserta didik
adalah merupakan tantangan besar bagi pendidik dalam menunjang
perkembangan potensi peserta didik. Bagaimana menciptakan kondisi kelas
yang mendukung aktifitas belajar yang dapat mewadahi seluruh peserta didik

34 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

merupakan salah satu peran penting dari pendidik. Perbedaan ras, dan etnik
akan memunculkan perbedaan dialek bahasa, nilai dan keyakinan yang
kesemuanya itu akan sangat membawa pengaruh dalam proses
pengembangan potensi peserta didik. Pendidik harus peka dan memiliki sikap
positif terhadap perbedaan karakteristik peserta didiknya. Mc. Graw Hill dalam
bukunya Learning to Teach (2009) menyatakan bahwa ketika penggunaan
dialek bahasa keluarga yang dipakai oleh peserta didik di Amerika dipaksa
untuk dihapuskan, maka kecenderungan prestasi akademik siswa tidak
mengalami peningkatan, justru memunculkan kondisi emosional yang negatif
pada mereka. Pendidik sebaiknya senantiasa mampu memunculkan kondisi
emosi positif pada peserta didik dengan segala keberagaman karakteristik
mereka.

3. Identifikasi Potensi Peserta Didik Berdasarkan Bakat dan Minat


Potensi berupa kemampuan intelektual, bakat, dan minat merupakan modal yang
dimiliki setiap individu untuk dapat mencapai apa yang diinginkannya. Karena
faktor itu pula seseorang menjadi dirinya sendiri. Bakat yang merupakan suatu
kemampuan lebih yang ada pada diri manusia akan membuat manusia tersebut
menjadi apa yang diinginkan dengan melatih bakat tersebut. Bakat didefinisikan
sebagai kemampuan alamiah atau bawaan untuk memperoleh pengetahuan atau
keterampilan yang relative bisa bersifat umum (misalnya bakat intelektual umum)
atau khusus (bakat akademis khusus). Bakat khusus disebut juga talenta. Bakat
memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan
tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman dan dorongan atau motivasi
agar bakat itu dapat terwujud.

Bakat yang dimiliki seseorang tidak sama antara satu dengan lainnya. Ada orang
yang berbakat pada ilmu alam, tetapi tidak berbakat pada ilmu sosial, ada yang
berbakat di bidang olahraga, tetapi tidak berbakat di kesenian, ada yang
berbakat di bidang kesenian, tetapi tidak berbakat di keterampilan. Bakat yang
dimiliki seseorang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan belajar.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 35


Kegiatan Pembelajaran 2

Adapun minat yang merupakan sesuatu yang benar-benar diinginkan oleh


seseorang. Minat adalah suatu proses yang tetap untuk memperhatikan dan
menfokuskan diri pada sesuatu yang diminatinya dengan perasaan senang dan
rasa puas ( Hilgar & Slameto ; 1988 ; 59). Minat adalah suatu perangkat mental
yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka,
rasa takut atau kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu
pikiran tertentu. (Maprare dan Slameto; 1988; 62). Jadi, dapat disimpulkan minat
ialah suatu proses pengembangan dalam mencampurkan seluruh kemampuan
yang ada untuk mengarahkan individu kepada suatu kegiatan yang diminatinya.

Ketiga potensi di atas ada pada setiap individu dan merupakan pemberian atau
bawaan dari lahirnya. Permasalahnnya sekarang adalah, apakah kita telah
melakukan hal-hal yang menopang intelektual, bakat, dan minat kita untuk
berkembang optimal atau belum. Untuk mengidentifikasi potensi peserta didik
dapat dikenali dari ciri-ciri (indikator) keberbakatan peserta didik dan
kecenderungan minat jabatan.

a. Indikator Keberbakatan Peserta Didik


Bakat peserta didik dapat mengarah pada kemampuan numerik, mekanik,
berpikir abstrak, relasi ruang (spasial), dan berpikir verbal. Minat seseorang
secara vokasional dapat berupa minat profesional, minat komersial, dan minat
kegiatan fisik. Minat profesional mencakup minat-minat keilmuan dan sosial.
Minat komersial adalah minat yang mengarah pada kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan bisnis. Minat fisik mencakup minat mekanik, minat kegiatan
luar, dan minat navigasi (kedirgantaraan/ penerbangan).

Bakat dan minat berpengaruh pada prestasi mata pelajaran tertentu. Dalam satu
kelas, bakat dan minat peserta didik yang satu berbeda dengan bakat dan minat
peserta didik yang lainnya. Namun setiap peserta didik diharapkan dapat
menguasai semua materi pelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolah. Dengan
bakat dan minat masing-masing, prestasi peserta didik pada mata pelajaran
tertentu akan berbeda dengan prestasi belajar peserta didik yang lain pada mata
pelajaran yang sama. Selain itu, prestasi peserta didik pada mata pelajaran yang
satu bisa berbeda dengan prestasinya pada pelajaran yang lain.

36 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

Ada tiga kelompok ciri keberbakatan, yaitu: (1) kemampuan umum yang
tergolong di atas rata-rata (above average ability), (2) kreativitas (creativity)
tergolong tinggi, (3) komitmen terhadap tugas (task commitment) tergolong tinggi.

Lebih lanjut Yaumil (1991) menjelaskan bahwa: (1) Kemampuan umum di atas
rata-rata merujuk pada kenyataan antara lain bahwa peserta didik berbakat
memiliki perbendaharaan kata-kata yang lebih banyak dan lebih maju
dibandingkan peserta didik biasa; cepat menangkap hubungan sebab akibat;
cepat memahami prinsip dasar dari suatu konsep; seorang pengamat yang tekun
dan waspada; mengingat dengan tepat serta memiliki informasi aktual; selalu
bertanya-tanya; cepat sampai pada kesimpulan yang tepat mengenai kejadian,
fakta, orang atau benda. (2) Ciri-ciri kreativitas antara lain: menunjukkan rasa
ingin tahu yang luar biasa; menciptakan berbagai ragam dan jumlah gagasan
guna memecahkan persoalan; sering mengajukan tanggapan yang unik dan
pintar; tidak terhambat mengemukakan pendapat; berani mengambil resiko; suka
mencoba; peka terhadap keindahan dan segi-segi estetika dari lingkungannya.
(3) komitmen terhadap tugas sering dikaitkan dengan motivasi instrinsik untuk
berprestasi, ciri-cirinya mudah terbenam dan benar-benar terlibat dalam suatu
tugas; sangat tangguh dan ulet menyelesaikan masalah; bosan menghadapi
tugas rutin; mendambakan dan mengejar hasil sempurna; lebih suka bekerja
secara mandiri; sangat terikat pada nilai-nilai baik dan menjauhi nilai-nilai buruk;
bertanggung jawab, berdisiplin; sulit mengubah pendapat yang telah diyakininya.

Munandar (1992) mengungkapkan ciri-ciri (indikator) peserta didik berbakat


sebagai berikut :
1) Indikator Intelektual/belajar
Berikut adalah indikator-indikator intelektual bagi seorang peserta didik.
a. mudah menangkap pelajaran
b. mudah mengingat kembali
c. memiliki perbendaharaan kata yang luas
d. penalaran tajam (berpikir logis, kritis, memahami hubungan sebab akibat)
e. daya konsentrasi baik (perhatian tidak mudah teralihkan)
f. menguasai banyak bahan tentang macam-macam topik
g. senang dan sering membaca

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 37


Kegiatan Pembelajaran 2

h. mampu mengungkapkan pikiran, perasaan atau pendapat secara


lisan/tertulis dengan lancar dan jelas
i. mampu mengamati secara cermat
j. senang mempelajari kamus, peta dan ensiklopedi
k. cepat memecahkan soal
l. cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan
m. cepat menemukan asas dalam suatu uraian
n. mampu membaca pada usia lebih muda
o. daya abstraksi cukup tinggi
p. selalu sibuk menangani berbagai hal

2) Indikator kreativitas
Indikator-indikator kreativitas peserta didik meliputi hal-hal berikut ini.
a. memiliki rasa ingin tahu yang besar
b. sering mengajukan pertanyaan yang berbobot
c. memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah
d. mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu
e. mempunyai/menghargai rasa keindahan
f. mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah
terpengaruh orang lain
g. memiliki rasa humor tinggi
h. mempunyai daya imajinasi yang kuat
i. mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang
berbeda dari orang lain (orisinil)
j. dapat bekerja sendiri
k. senang mencoba hal-hal baru
l. mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan
elaborasi)

3) Indikator motivasi
Motivasi peserta didik ditandai dengan indikator-indikator seperti berikut ini.
a. tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang
lama, tidak berhenti sebelum selesai)
b. ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)

38 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

c. tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi


d. ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan
e. selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan
prestasinya)
f. menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah “orang dewasa”
(misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan dan sebagainya)
g. senang dan rajin belajar, penuh semangat, cepat bosan dengan tugas-
tugas rutin dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (kalau sudah
yakin akan sesuatu, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini tersebut)
h. mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan
kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian)
i. senang mencari dan memecahkan soal-soal

b. Kecenderungan Minat Jabatan peserta didik


Kecenderungan minat jabatan peserta didik dapat dikenali dari tipe
kepribadiannya. Holland (1985) mengidentifikasikan tipe kepribadian seseorang
berikut ciri-cirinya. Dari identifikasi kepribadian peserta didik menunjukkan bahwa
tidak semua jabatan cocok untuk semua orang. Setiap tipe kepribadian tertentu
mempunyai kecenderungan terhadap minat jabatan tertentu pula. Berikut
disajikan kecenderungan tipe kepribadian dan ciri-cirinya.
1) Realistik (realistic), yaitu kecenderungan untuk bersikap apa adanya atau
realistik. Ciri-ciri kecenderungan ini adalah : rapi, terus terang, keras kepala,
tidak suka berkhayal, tidak suka kerja keras.
2) Penyelidik (investigative), yaitu kecenderungan sebagai penyelidik. Ciri-ciri
kecenderungan ini meliputi : analitis, hati-hati, kritis, suka yang rumit, rasa
ingin tahu besar.
3) Seni (artistic), yaitu kecenderungan suka terhadap seni. Ciri-ciri
kecenderungan ini adalah: tidak teratur, emosi, idealis, imajinatif, terbuka.
4) Sosial (social), yaitu kecenderungan suka terhadap kegiatan-kegiatan yang
bersifat sosial. Ciri-cirinya : melakukan kerjasama, sabar, bersahabat, rendah
hati, menolong, dan hangat.
5) Suka usaha (enterprising), yaitu kecenderungan menyukai bidang usaha. Ciri-
cirinya : ambisius, energik, optimis, percaya diri, dan suka bicara.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 39


Kegiatan Pembelajaran 2

6) Tidak mau berubah (conventional), yaitu kecenderungan untuk


mempertahankan hal-hal yang sudah ada, enggan terhadap perubahan. Ciri-
cirinya : hati-hati, bertahan, kaku, tertutup, patuh konsisten.

c. Proses Identifikasi Pontensi Peserta Didik


Potensi peserta didik dapat dideteksi dari keberbakatan intelektual pada peserta
didik. Ada dua cara pengumpulan informasi untuk mengidentifikasi anak
berbakat, yaitu dengan menggunakan data objektif dan data subjektif. Identifikasi
melalui penggunaan data objektif diperoleh melalui antara lain :
1. skor tes inteligensi individual
2. skor tes inteligensi kelompok
3. skor tes akademik
4. skor tes kreativitas

Sedangkan identifikasi melalui penggunaan data subjektif diperoleh dari :


1. ceklist perilaku (LK 2.d)
2. nominasi oleh guru (LK 2.c)
3. nominasi oleh orang tua
4. nominasi oleh teman sebaya dan
5. nominasi oleh diri sendiri

Untuk melakukan identifikasi dengan menggunakan data objektif seperti tes


inteligensi individual, tes inteligensi kelompok dan tes kreativitas, pihak sekolah
dapat menghubungi Fakultas Psikologi yang ada di kota masing-masing maupun
Kantor Konsultan Psikologi. Sedangkan untuk memperoleh skor tes akademik,
sekolah dapat melakukannya sendiri. Biasanya prestasi akademik yang dilihat
dari anak berbakat intelektual adalah dalam mata pelajaran : Bahasa Indonesia,
bahasa Inggris, Matematika, Pengetahuan Sosial, Sains (Fisika, Biologi, dan
Kimia). Untuk pengumpulan informasi melalui data subjektif, sekolah dapat
mengembangkan sendiri dengan mengacu pada konsepsi dan ciri (indikator)
keberbakatan yang terkait.

Laporan hasil penjaringan potensi peserta didik (LK 2.e) dapat dimanfaatkan
sebagai masukan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling,
terutama dalam program pelayanan bimbingan belajar dan bimbingan karir.

40 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

Program bimbingan belajar terutama diberikan kepada peserta didik yang


mempunyai prestasi dibawah rata-rata agar dapat memperoleh prestasi yang
lebih tinggi. Program bimbingan karir diberikan kepada semua peserta didik
dalam rangka mempersiapkan mereka untuk melanjutkan studi dan menyiapkan
karirnya.

D. Aktivitas Pembelajaran

Secara mandiri ataupun berkelompok (sesuai petunjuk fasilitator), pelajari


seluruh kegiatan pembelajaran 2 dengan seksama, mulai dari tujuan
pembelajaran sampai dengan rangkuman dan umpan balik. Selanjutnya silakan
Saudara mengerjakan setiap lembar kerja (LK) yang ada sesuai dengan
ketentuan yang ada pada saran penggunaan modul.

LK 2.a. MEYUSUN PETA KONSEP URAIAN MATERI KP 2

1. Bacalah uraian materi dengan seksama, kemudian buatlah peta konsep


materi yang Saudara baca tersebut secara mandiri untuk memperdalam
pemahaman Saudara mengenai macam-macam potensi peserta didik
sampai dengan indikator untuk identifikasi potensi tersebut .
2. Susunlah peta konsep sekreatif mungkin untuk mempermudah
penguasaan materi pada Kegiatan Pembelajaran 2.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 41


Kegiatan Pembelajaran 2

LK 2.b. PRESENTASI DAN PERBAIKAN PETA KONSEP KP 2

1. Presentasikan peta konsep materi yang telah Saudara buat ( LK 2.b)


pada kelompok belajar guru (MGMP) dengan memperhatikan dan
mengimplementasikan kaidah-kaidah presentasi dan bekerja dalam
kelompok (menghargai pendapat orang lain, menjalankan hasil
kesepakatan).

2. Catatlah semua masukan perbaikan dari semua partisipan.

3. Lakukan perbaikan pada peta konsep yang telah Saudara buat


berdasarkan masukan yang ada dengan penuh integritas.

LK 2.c. SKALA NOMINASI GURU DIMENSI INDIKATOR KREATIVITAS,


INTELEKTUAL DAN MOTIVASI
A. Petunjuk
1. Pilihlah beberapa siswa di kelas Saudara yang dianggap paling berbakat
intelektual.
2. Berikan penilaian saudara pada beberapa siswa tersebut, terhadap dimensi
indikator kreativitas dibawah ini.
3. Penilaian dilakukan dengan memberikan tanda cek (V) pada kolom Skor yang
sesuai dengan kondisi siswa tersebut menurut pengamatan saudara pada
dirinya.
4. Setiap kolom pada kolom skor memiliki skor nilai sebagai berikut :
 Kolom 1, skor nilai 1, artinya indikator tersebut tidak pernah terlihat pada
siswa

 Kolom 2, skor nilai 2, artinya indikator tersebut kadang-kadang terlihat pada
diri siswa

 Kolom 3, skor nilai 3, artinya indikator tersebut sering terlihat pada diri
siswa

 Kolom 4, skor nilai 4, artinya indikator tersebut selalu terlihat pada diri
siswa.

42 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

5. Lakukan skoring dan penjumlahan nilai untuk masing-masing dimensi


indikator. Dan hitunglah jumlah nilai total keempat dimensi indikator secara
keseluruhan.

B. Dimensi Indikator Kreativitas


Skor
No Indikator Kreativitas
1 2 3 4 Jumlah
1. memiliki rasa ingin tahu yang besar
2. sering mengajukan pertanyaan yang
berbobot
3. memberikan banyak gagasan dan
usul terhadap suatu masalah
4. mampu menyatakan pendapat secara
spontan dan tidak malu-malu
5. mempunyai/menghargai rasa
keindahan
6. mempunyai pendapat sendiri dan
dapat mengungkapkannya, tidak
mudah terpengaruh orang lain
7. memiliki rasa humor tinggi
8. mempunyai daya imajinasi yang kuat
9. mampu mengajukan pemikiran,
gagasan pemecahan masalah yang
berbeda dari orang lain (orisinil)
10. dapat bekerja sendiri
11. senang mencoba hal-hal baru
12. mampu mengembangkan atau
merinci suatu gagasan (kemampuan
elaborasi)
Jumlah Skor

Jumlah Skor :
Jumlah skor dapat dihitung dari banyaknya yang memilih setiap kolom dikalikan
dengan nilai skor pada masing-masing kolom, jadi jumlah skor dari tabel diatas
adalah :
Kolom 1 =2x1 =2
Kolom 2 =4x2 =8
Kolom 3 = 4 x 3 = 12
Kolom 4 =2x4 =8
----------------------
Jumlah = 30

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 43


Kegiatan Pembelajaran 2

Setelah didapatkan skor dimensi kreativitas di atas, hal yang sama dilakukan
terhadap dimensi belajar dan dimensi motivasi. Selanjutnya ketiga skor tersebut
dijumlahkan. Hal ini dilakukan untuk setiap siswa yang dinilai oleh guru
mempunyai potensi keberbakatan intelektual. Sebaiknya guru yang mengajar
mata pelajaran matematika, bahasa, sains, dan pengetahuan sosial memberikan
skala nominasi pada setiap siswa. Akhirnya skor total masing-masing guru pada
siswa tersebut dijumlahkan dan angka yang diperoleh merupakan skor nominasi
guru untuk siswa yang bersangkutan.

C. Dimensi Indikator Belajar/Intelektual

No Indikator Belajar Skor


1 2 3 4 Jumlah
1. mudah menangkap pelajaran
2. mudah mengingat kembali
3. memiliki perbendaharaan kata yang
luas
4. penalaran tajam (berpikir logis, kritis,
memahami hubungan sebab akibat)
5. daya konsentrasi baik (perhatian tidak
mudah teralihkan)
6. menguasai banyak bahan tentang
macam-macam topik
7. senang dan sering membaca
8. mampu mengungkapkan pikiran,
perasaan atau pendapat secara
lisan/tertulis dengan lancar dan jelas
9. mampu mengamati secara cermat
10. senang mempelajari kamus, peta dan
ensiklopedi
11. cepat memecahkan soal
12. cepat menemukan kekeliruan atau
kesalahan
13. cepat menemukan asas dalam suatu
uraian
14. mampu membaca pada usia lebih
muda
15. daya abstraksi cukup tinggi
16. selalu sibuk menangani berbagai hal
Jumlah Skor

44 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

D. Dimensi Indikator Motivasi

No Indikator Motivasi Skor


1 2 3 4 Jumlah
1. tekun menghadapi tugas (dapat
bekerja terus menerus dalam waktu
yang lama, tidak berhenti sebelum
selesai)

2. ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas


putus asa)
3. tidak memerlukan dorongan dari luar
untuk berprestasi
4. ingin mendalami bahan/bidang
pengetahuan yang diberikan
5. selalu berusaha berprestasi sebaik
mungkin (tidak cepat puas dengan
prestasinya)
6. menunjukkan minat terhadap macam-
macam masalah “orang dewasa”
(misalnya terhadap pembangunan,
korupsi, keadilan dan sebagainya)
7. senang dan rajin belajar, penuh
semangat, cepat bosan dengan
tugas-tugas rutin dapat
mempertahankan pendapat-
pendapatnya (kalau sudah yakin akan
sesuatu, tidak mudah melepaskan hal
yang diyakini tersebut)
8. mengejar tujuan-tujuan jangka
panjang (dapat menunda pemuasan
kebutuhan sesaat yang ingin dicapai
kemudian)
9. senang mencari dan memecahkan
soal-soal
Jumlah Skor

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 45


Kegiatan Pembelajaran 2

LK 2.d. IDENTIFIKASI POTENSI PESERTA DIDIK

N0 Kegiatan yang dilakukan Ya Tidak

1. Suka berhitung

2. Suka main catur

3. Senang bermain teka-teki

4. Senang membaca berbagai artikel

5. Suka menulis

6. Suka membuat puisi

7. Mudah mengingat nama

8. Senang mendengarkan radio, kaset

9. Senang melihat pertunjukan seni

10. Senang berimajinasi

11. Senang kegiatan diluar

12. Suka olahraga

13. Senang berorganisasi

14. Suka merenung atau menyendiri

15. Suka pada lingkungan alam

E. Latihan/Tugas/Kasus

Jawablah soal-soal latihan berikut dengan memilih salah satu jawaban yang
Saudara anggap benar!
1. Kemampuan yang dimiliki setiap pribadi (individu) yang mempunyai
kemungkinan untuk dikembangkan sehingga dapat berprestasi dikena
sebagai.…
A. motivasi
B. minat
C. bakat
D. potensi

46 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

2. Kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan


pada masa yang akan datang merupakan definisi dari….
A. potesi
B. minat
C. bakat
D. cita-cita

3. Bakat dan minat berpengaruh pada prestasi mata pelajaran tertentu. Ada tiga
kelompok ciri keberbakatan, yaitu: ….
A. kemampuan umum yang tergolong di atas rata-rata, kreativitas tergolong
tinggi, dan komitmen terhadap tugas tergolong tinggi
B. kemampuan umum yang tergolong di atas rata-rata, kemandirian tergolong
tinggi, dan komitmen terhadap tugas tergolong tinggi
C. kemampuan umum yang tergolong di atas rata-rata, kreativitas tergolong
tinggi, dan pengabdian terhadap tugas tergolong tinggi
D. kemampuan umum yang tergolong di atas rata-rata, kemandirian tergolong
tinggi, dan pengabdian terhadap tugas tergolong tinggi

4. Penyataan berikut yang merupakan indikator dimensi intelektual dari potensi


seorang peserta didik adalah….
A. mudah menangkap pelajaran, mudah mengingat kembali, memiliki
perbendahaan kata yang luas
B. mudah menangkap pelajaran, mudah mengingat kembali, senang mencari
dan memecahkan soal-soal
C. mudah menangkap pelajaran, mudah mengingat kembali, ulet menghadapi
kesulitan
D. mudah menangkap pelajaran, tekun menghadapi tugas, memiliki
perbendahaan kata yang luas

5. Penyataan berikut yang merupakan indikator dimensi kreativitas dari potensi


seorang peserta didik adalah….
A. ulet menghadapi kesulitan dan tekun menghadapi tugas
B. memiliki rasa ingin tahu besar dan rasa humor yang tinggi.
C. cepat memecahkan soal dan penalaran yang tajam.
D. memiliki rasa ingin tahu tinggi dan penalaran yang tajam.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 47


Kegiatan Pembelajaran 2

F. Rangkuman

Sebagai seorang pendidik tentunya tidak hanya bertugas mengajar di kelas saja,
akan tetapi mendidik, mengajar, dan juga melatih. Hal ini sangatl tepat apabila
dikaitkan dengan pembentukan karakter yang baik bagi para peserta didik.
Seperti apa seorang pendidik mendidik, bagaimana mengajar, dan bagaimana
melatih para peserta didik. Semua tantangan di atas berawal dari pendidik itu
sendiri, bagaimana menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, diantaranya
dengan kesan pertama pendidik itu berada di lingkungan kelas.

Setiap peserta didik memiliki potensi. Potensi peserta didik yang dimaksud
adalah kemampuan yang mungkin dikembangkan atau menunjang potensi lain.
Potensi ini meliputi potensi fisik, intelektual, kepribadian, minat, potensi moral
dan religius.

Faktor-faktor yang memengaruhi potensi peserta didik berasal dari aspek internal
dan eksternal. Selain itu, aspek fisik, psikologis dan lingkungan sosial budaya
juga berperan penting. Pendidik harus mampu mengidentikasi dengan cermat
keberagaman karakteristik peserta didik agar proses dan hasil belajar dari
peserta didik menjadi maksimal. Secara umum potensi peserta didik dapat
diidentifikasi berdasarkan bakat dan minatnya.

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkan hasil jawaban latihan soal/tugas/kasus Saudara dengan kunci jawaban


yang ada di bagian akhir modul ini. Ukurlah tingkat penguasaan materi kegiatan
belajar 1 dengan menjumlahkan jumlah skor.

Arti tingkat penguasaanyang diperoleh adalah :

Baik sekali = 90 –100 %

Baik = 80 –89 %

Cukup = 70 –79 %

Kurang = 0 –69 %

48 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

Bila tingkat penguasan mencapai 80 % ke atas, silahkan melanjutkan ke kegiatan


pembelajaran berikutnya. Namun bila tingkat penguasaan masih di bawah 80 %
harus mengulangi belajar terutama pada bagian yang belum dikuasai.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 49


Kegiatan Pembelajaran 2

50 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

Kegiatan Pembelajaran 3
Bekal Ajar Awal Peserta Didik

A. Tujuan

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran 3 ini diharapkan peserta dapat


mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu
dan memanfaatkannya dalam penyusunan program pembelajaran dengan
mengintegrasikan nilai-nilai utama penguatan karakter yakni menghargai
perbedaan individu, gemar membaca, dan integritas.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator Pencapaian Kompetensi Kegiatan Pembelajaran 3 ini mencakup:


1. Bekal ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu diidentifikasi.
2. Hasil identifikasi bekal ajar awal peserta didik dimanfaatkan untuk
penyusunan program pembelajaran.

C. Uraian Materi

1. Konsep Bekal Ajar Awal Peserta Didik


Sebagaimana dijelaskan pada kegiatan pembelajaran sebelumnya bahwa setiap
peserta didik memiliki karakteristik dan potensi yang berbeda. Hal ini dapat
membawa dampak pada perbedaan hasil pengembangan potensi yang dimiliki
dan berlanjut pada perbedaan kesiapan peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran. Oleh karena itu sangat penting bagi seorang pendidik untuk
mengetahui kesiapan masing-masing peserta didiknya dalam mengikuti
pembelajaran yang diampunya. Identifikasi kondisi awal peserta didik pada saat
akan mengikuti pembelajaran dapat memberikan informasi penting untuk guru
dalam pemilihan strategi pengelolaan, yang berkaitan dengan bagaimana
menata pembelajaran, khususnya komponen-komponen strategi pengajaran

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 51


Kegiatan Pembelajaran 3

yang efektif dan sesuai dengan karakteristik individu peserta didik sehingga
pembelajaran akan lebih bermakna.

Kegiatan mengidentifikasi peserta didik dalam pengembangan pembelajaran


merupakan pendekatan yang menerima peserta didik apa adanya. Hal ini
dilakukan untuk menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran atas dasar
keadaan peserta didik yang akan dihadapi. Dengan demikian, identifikasi
kemampuan awal peserta didik bertujuan untuk menentukan apa yang harus
diajarkan dan tidak perlu diajarkan dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Kegiatan identifikasi di sini bukan untuk menentukan prasyarat dalam menyeleksi
peserta didik sebelum mengikuti pembelajaran.

Bekal ajar awal peserta didik dapat pula diartikan kemampuan awal (entry
behavior), yakni kemampuan yang telah diperoleh peserta didik sebelum dia
memperoleh kemampuan akhir tertentu yang baru. Kemampuan awal
menunjukkan status pengetahuan dan keterampilan peserta didik saat ini untuk
menuju ke status mendatang yang diinginkan sesuai tujuan pembelajaran agar
tercapai oleh peserta didik. Dengan identifikasi kemampuan awal ini dapat
ditentukan dari mana pembelajaran harus dimulai. Sikap awal peserta didik
merupakan salah satu variabel didefenisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas
perseorangan peserta didik. Aspek ini bisa berupa bakat, minat, sikap, motivasi
belajar, gaya belajar, kemampuan berfikir yang telah dimiliki peserta didik.

Pengalaman belajar merupakan proses yang dinamis dan kompleks dalam


keseharian hidup manusia, sehingga terus ditingkatkan secara skala waktu dan
kualitas maupun kuantitas. Beberapa hal yang harus ditelaah dan diteliti terlebih
dahulu adalah tentang keadaan dasar atau sikap dasar atau kemampuan yang
telah ada sebelum adanya proses belajar. Hal ini bertujuan agar para pendidik
mampu mengukur pencapaian tujuan belajar yang dilakukan dilihat dari segi
proses dan hasil. Dalam proses identifikasi ini, ada beberapa hal yang patut
diperhatikan sebagai suatu perhatian yang lebih khusus diantaranya : Faktor-
faktor akademis, Faktor-faktor sosial, dan Kondisi belajar.

Sikap awal peserta didik menurut Goleman, Daniel (2000) dikelompokkan ke


dalam delapan kelas yaitu :

52 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

a) Belajar isyarat (signal learning). Yaitu belajar dimana tidak semua reaksi
sepontan manusia menimbulkan respon dalam konteks inilah signal learning
terjadi. Contohnya yaitu seorang guru yang memberikan isyarat kepada
muridnya yang gaduh dengan bahasa tubuh tangan diangkat kemudian
diturunkan.
b) Belajar stimulus respon. Belajar tipe ini memberikan respon yang tepat
terhadap stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan
(reinforcement) sehingga terbentuk perilaku tertentu (shaping). Contohnya
yaitu seorang guru memberikan suatu bentuk pertanyaan atau gambaran
tentang sesuatu yang kemudian ditanggapi oleh muridnya. Guru memberI
pertanyaan kemudian peserta didik menjawab.
c) Belajar merantaikan (chaining). Tipe ini merupakan belajar dengan membuat
gerakan-gerakan motorik sehingga akhirnya membentuk rangkaian gerak
dalam urutan tertentu. Contohnya yaitu pengajaran tari atau senam yang dari
awal membutuhkan proses-proses dan tahapan untuk mencapai tujuannya.
d) Belajar asosiasi verbal (verbal Association). Tipe ini merupakan belajar
menghubungkan suatu kata dengan suatu obyek yang berupa benda, orang
atau kejadian dan merangkaikan sejumlah kata dalam urutan yang tepat.
Contohnya yaitu Membuat langkah kerja dari suatu praktek dengan bantuan
alat atau objek tertentu. Membuat prosedur dari praktek kayu.
e) Belajar membedakan (discrimination). Tipe belajar ini memberikan reaksi
yang berbeda–beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan. Contohnya
yaitu seorang guru memberikan sebuah bentuk pertanyaan dalam berupa
kata-kata atau benda yang mempunyai jawaban yang mempunyai banyak
versi tetapi masih dalam satu bagian dalam jawaban yang benar. Guru
memberikan sebuah bentuk (kubus) peserta didik menerka ada yang bilang
berbentuk kotak, seperti kotak kardus, kubus, dsb.
f) Belajar konsep (concept learning). Belajar mengklasifikasikan stimulus, atau
menempatkan obyek-obyek dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu
konsep. (konsep: satuan arti yang mewakili kesamaan ciri). Contohnya yaitu
memahami sebuah prosedur dalam suatu praktek atau juga teori. Memahami
prosedur praktek uji bahan sebelum praktek, atau konsep dalam topik
mekanika teknik.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 53


Kegiatan Pembelajaran 3

g) Belajar dalil (rule learning). Tipe ini meruoakan tipe belajar untuk
menghasilkan aturan atau kaidah yang terdiri dari penggabungan beberapa
konsep. Hubungan antara konsep biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat.
Contohnya yaitu seorang guru memberikan hukuman kepada peserta didik
yang tidak mengerjakan tugas yang merupakan kewajiban peserta didik,
dalam hal itu hukuman diberikan supaya peserta didik tidak mengulangi
kesalahannya.
h) Belajar memecahkan masalah (problem solving). Tipe ini merupakan tipe
belajar yang menggabungkan beberapa kaidah untuk memecahkan masalah,
sehingga terbentuk kaidah yang lebih tinggi (higher order rule). Contohnya
yaitu seorang guru memberikan kasus atau permasalahan kepada peserta
didik untuk memancing otak mereka mencari jawaban atau penyelesaian dari
masalah tersebut.

2. Identifikasi Bekal Ajar Awal Peserta Didik


Identifikasi bekal ajar awal peserta didik bertujuan sebagai berikut:
a. Memperoleh informasi yang lengkap dan akurat berkenaan dengan
kemampuan awal peserta didik sebelum mengikuti program pembelajaran
tertentu

b. Menyeleksi tuntutan, bakat, minat, kemampuan serta kecenderungan peserrta


didik berkaitan dengan pemilihan program program pembelajaran tertentu
yang akan diikuti mereka.
c. Menentukan desain program pembelajaran dan atau pelatihan tertentu yang
perlu dikembangkan sesuai dengan kemampuan awal peserta didik.

Dalam mengenal dan mengetahui sikap awal dan karakteristik peserta didik
biasanya diterapkan dalam beberapa cara, yaitu:
a. Secara langsung dengan menggunakan metode-metode tertentu dengan
melakukan pengambilan data yang ada dilapangan, baik melalui pengumpulan
data, observasi dan sebagainya.
b. Secara tidak langsung melalui orang-orang terdekat dari peserta didik yang
bersangkutan.
c. Dan juga bisa dilakukan melalui lingkungan peserta didik yang bersangkutan.

54 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

Ada beberapa strategi/cara yang dapat dilakukan pendidik untuk mengetahui


kemampuan awal peserta didik secara langsung, misalnya:
1. Asesmen Kemampuan Awal Siswa Berbasis Kinerja/Asesmen pengetahuan
awal siswa.
Cara paling reliabel dalam melakukan asesmen ini adalah dengan
memberikan sebuah tugas, dapat berupa kuis, atau bentuk lain, yang
berkaitan dengan materi pelajaran yang akan diberikan, yang dalam
pengerjaan tugas tsb akan memerlukan penggunaan pengetahuan awal yang
telah mereka miliki sebelum mengikuti pembelajaran anda. Tentunya, saat
merancang kuis atau tugas tersebut, terlebih dahulu guru mengidentifikasi
pengetahuan prasyarat atau keterampilan prasyarat apa yang diperlukan
untuk pembelajaran yang akan dilakukan.
2. Asesmen Kemampuan Awal Mandiri (Self Assessment)/Asesmen
pengetahuan awal mandiri.
Untuk melakukan cara yang kedua ini, guru dapat membuat sebuah angket
singkat untuk evaluasi mandiri (evaluasi diri) setiap peserta didik yang akan
mengikuti pembelajaran. Cara ini sebenarnya relatif mudah dilakukan, karena
angket yang dibuat sederhana saja. Berikut contoh angket untuk asesmen
kemampuan awal mandiri:

Contoh : Bahasan tentang Fotosintesis


Pertanyaan: Seberapa luas pengetahuanmu tentang fotosintesis
Skor Pernyataan
1 Saya belum pernah mendengar istilah itu.
2 Saya tahu pada organisme apa fotosintesis terjadi dan apa tujuannya.
3 Saya tahu pada organisme apa fotosintesis terjadi, tujuannya, reaksi
kimianya, bahkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
4 Saya pernah melakukan percobaan mengenai fotosisntesis dan
memahami dengan baik pada organisme apa fotosintesis terjadi,
tujuannya, reaksi kimianya, bahkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
3. Peta Konsep/Concept map
Penggunaan peta konsep untuk mengecek pengetahuan awal yang telah
dimiliki siswa sebelum mengikuti pembelajaran adalah dengan menuliskan
sebuah kata kunci utama tentang topik yang akan dipelajari saat itu di

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 55


Kegiatan Pembelajaran 3

tengah-tengah papan tulis. Misalnya "Fotosintesis". Berikutnya guru meminta


siswa menyebutkan atau menuliskan konsep-konsep yang relevan
(berhubungan) dengan konsep fotosintesis dan membuat hubungan antara
konsep fotosintesis dengan konsep yang disebut (ditulisnya) tadi. Seberapa
pengetahuan awal yang dimiliki siswa dapat terlihat sewaktu mereka
bersama-sama membuat peta konsep di papan tulis. Cara lain misalnya
dengan memberikan sebuah peta konsep yang hanya berisi konsep utama,
sementara itu siswa harus mengisi kotak-kotak kosong yang telah
disediakan pada peta konsep itu dengan konsep yang relevan. Seberapa
banyak kotak kosong pada peta konsep yang tidak lengkap itu dapat diisi
oleh siswa, adalah indikasi seberapa pengetahuan awal yang mereka miliki.

Gambar 5. Contoh Format Peta Konsep

Langkah lebih lengkap yang dapat dilakukan sebagai latihan dalam menganalisis
sikap dan karakteristik peserta didik, sebagai berikut :
a) Kumpulkanlah data sikap awal peserta didik dari sampel. Di samping data dari
orang-orang yang dekat dengan sasaran, diperlukan pula data dari sampel
sasaran itu sendiri dengan bentuk self-report. Ikutilah langkah-langkah
sebagai berikut:
 Tulislah kembali perilaku khusus yang telah berhasil Anda buat dalam
analisis intruksional;

56 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

 Atas dasar perilaku khusus tersebut, buatlah skala penilaian dalam bentuk
skala Likert (sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak
setuju);

 Berilah pengantar cara mengisi skala penilaian tersebut dan perbanyak
secukupnya;

 Berikan skala penilaian tersebut kepada sejumlah orang yang dapat
mewakili populasi sasaran. Jumlahnya juga tergantung dari besarnya
populasi sasaran. Yang paling penting diperhatikan adalah orang-orang
tersebut memang memiliki ciri seperti populasi sasaran, sehingga dapat
dipandang sebagai sampel yang representative;

 Kumpulkan hasil isian tersebut

b) Kumpulkanlah data sikap awal peserta didik dengan mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut:
 Buatlah daftar pertanyaan atau kuisioner tentang sikap awal peserta didik,
dengan mengambil poin-poin materi yang akan diajarkan secara
keseluruhan atau secara parsial memilih salah satu bahasan yang akan
diajarkan.

 Berikanlah kuisioner tersebut kepada sejumlah sampel yang dapat
mewakili populasi sasaran;

 Kumpulkan hasilnya.

c) Analisislah hasil pengumpulan data untuk menentukan sikap awal yang telah
dikuasai. Kelompokkan sikap yang mendapat nilai cukup dan di atasnya.
Pisahkan dari sikap yang masih sedang, kurang atau buruk.
d) Buatlah garis batas antara kedua kelompok perilaku tersebut pada bagan
hasil analisis instruksional untuk menunjukkan dua hal sebagai berikut:
 Sikap yang ada di bawah garis batas adalah perilaku yang telah dikuasai
oleh populasi sasaran sampai tingkat cukup dan baik. Sikap ini tidak akan
diajarkan kembali kepada peserta didik;

 Sikap yang ada di atas garis batas adalah sikap yang belum dikuasai oleh
populasi sasaran atau baru dikuasai sampai tingkat sedang, kurang, dan
buruk. Sikap-sikap tersebut akan diajarkan kepada peserta didik.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 57


Kegiatan Pembelajaran 3

e) Susunlah urutan sikap yang ada di atas garis batas untuk dijadikan pedoman
dalam menentukan urutan materi pelajaran.

3. Pemanfaatan Hasil Identifikasi Bekal Ajar Awal


Pada tahap selanjutnya, data tentang sikap peserta didik digunakan dalam
menyusun program pembelajaran dan strategi pembelajaran. Pemilihan Strategi
dan Metode Pembelajaran didasarkan pada pengetahuan, keterampilan dan
sikap awal peserta didik dapat membantu guru dalam menentukan strategi atau
metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya
dengan pengetahuan, keteraampilan, sikap dan keunikan individu, jenis belajar
dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami peserta didik.

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke


dalam Strategi Pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun,
2003) mengemukakan unsur-unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
1) Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan
sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi
pemakai lulusan yang memerlukannya.
2) Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang
paling efektif untuk mencapai sasaran.
3) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan
dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4) Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran
(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement)
usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1) Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan
profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2) Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang
dipandang paling efektif.
3) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode
dan teknik pembelajaran.

58 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

4) Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau


kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

D. Aktivitas Pembelajaran

Secara mandiri ataupun berkelompok (sesuai petunjuk fasilitator), pelajari


seluruh kegiatan pembelajaran 3 dengan seksama, mulai dari tujuan
pembelajaran sampai dengan rangkuman dan umpan balik. Selanjutnya silakan
Saudara mengerjakan setiap lembar kerja (LK) yang ada sesuai dengan
ketentuan yang ada pada saran penggunaan modul.

LK 3.a. MEYUSUN PETA KONSEP URAIAN MATERI KP 3

1. Bacalah uraian materi dengan seksama, kemudian buatlah peta konsep


materi yang Saudara baca tersebut secara mandiri untuk memperdalam
pemahaman Saudara mengenai konsep bekal ajar awal peserta didik,
identifikasinya, dan pemanfaatannya dalam penyusunan program
pembelajran .
2. Susunlah peta konsep sekreatif mungkin untuk mempermudah
penguasaan materi pada Kegiatan Pembelajaran 3.

LK 3.b. PRESENTASI DAN PERBAIKAN PETA KONSEP KP 3

1. Presentasikan peta konsep materi yang telah Saudara buat (LK 3.a)
pada kelompok belajar guru (MGMP) dengan memperhatikan dan
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 59
mengimplementasikan kaidah-kaidah presentasi dan bekerja dalam

kelompok (menghargai pendapat orang lain, menjalankan hasil


kesepakatan).
Kegiatan Pembelajaran 3

LK 3.c. IDENTIFIKASI BEKAL AJAR AWAL PESERTA DIDIK

Lakukan identifikasi bekal pengetahuan awal peserta didik pada mata pelajaran
yang Saudara ampu dalam topik tertentu lalu gunakan hasilnya untuk menyusun
strategi pembelajaran yang paling tepat untuk menyampaikan topik tersebut
dengan langkah-langkah seperti berikut ini.
1. Pilihlah salah satu topik pembelajaran mata pelajaran yang Saudara ampu.
2. Siapkan peta konsep kosong untuk diisi oleh peserta didik.
3. Mintalah para peserta didik mengisi peta konsep yang telah Saudara sediakan
dalam rentang waktu yang telah ditentukan.
4. Kumpulkan hasil isian peserta didik, lalu lakukan pengelompokan terkait bekal
pengetahuan awal yang dimiliki peserta didik.
5. Susunlah strategi pembelajaran yang Saudara anggap paling tepat untuk
menyampaikan topik tersebut sesuai dengan hasil identifikasi yang telah
dilakukan.

E. Latihan/Tugas/Kasus

Jawablah soal-soal latihan berikut dengan memilih salah satu jawaban yang
Saudara anggap benar!
1. Kegiatan mengidentifikasi peserta didik dalam pengembangan pembelajaran
merupakan pendekatan dengan ciri….
A. menerima peserta didik apa adanya
B. menyeleksi peserta didik yang memenuhi syarat

60 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

C. menetapkan persyaratan peserta didik


D. mengelompokkan materi bagi peserta didik.

2. Bekal ajar awal peserta didik atau dapat pula diartikan kemampuan awal
(entry behavior), adalah .….
A. kemampuan yang telah diperoleh peserta didik sebelum dia memperoleh
kemampuan akhir tertentu yang baru
B. kemampuan yang akan diperoleh peserta didik sebelum dia memperoleh
kemampuan akhir tertentu yang baru
C. kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah dia mengikuti proses
pembelajaran di jenjang pendidikan tertentu
D. kemampuan yang mungkin diperoleh peserta didik setelah dia berinteraksi
dengan lingkungan yang baru

3. Sikap awal peserta didik menurut Goleman dikelompokkan ke dalam delapan


kelas. Pengajaran tari atau senam yang dari awal membutuhkan proses-
proses dan tahapan untuk mencapai tujuannya termasuk pada kelompok ….
A. belajar isyarat (signal learning)
B. belajar membedakan (discrimination)
C. belajar merantaikan (chaining)
D. belajar dalil (rule learning)

4. Belajar konsep (concept learning) menurut Goleman adalah belajar


mengklasifikasikan stimulus, atau menempatkan obyek-obyek dalam
kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep. Berikut ini yang merupakan
contoh dari belajar konsep adalah .….
A. Seorang guru memberikan kasus atau permasalahan kepada peserta didik
untuk memancing otak mereka mencari jawaban atau penyelesaian dari
masalah tersebut
B. Seorang guru memberikan hukuman kepada peserta didik yang tidak
mengerjakan tugas supaya peserta didik tidak mengulangi kesalahannya
C. Seorang guru memberikan suatu bentuk pertanyaan atau gambaran
tentang sesuatu yang kemudian ditanggapi oleh muridnya
D. Seorang guru memberikan penjelasan sebuah prosedur dalam suatu
praktik atau juga teori kemudian siswa mempraktikannya.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 61


Kegiatan Pembelajaran 3

5. Ada beberapa strategi/cara yang dapat dilakukan pendidik untuk mengetahui


kemampuan awal peserta didik secara langsung. Pemberian kuis kepada
peserta didik merupakan cara identifikasi yang dikenal dengan nama….
A. Asesmen Kemampuan Awal Mandiri
B. Asesmen Kemampuan Awal Berbasis Kinerja
C. Asesmen Kemampuan Awal dengan Peta Konsep
D. Asesmen kemampuan Awal Formatif.

F. Rangkuman

Kegiatan menganalisis pengetahuan awal dalam pengembangan pembelajaran


merupakan pendekatan menerima peserta didik apa adanya dan menyusun
sistem pembelajaran atas dasar keadaan peserta didik tersebut. Karena itu,
kegiatan menganalisis pengetahuan awal peserya didik merupakan proses untuk
mengetahui pengetahuan yang dikuasai peserta didik sebelum mengikuti proses
pembelajaran, bukan untuk menentukan kemampuan pra-syarat dalam rangka
menyeleksi pesera didik sebelum mengikuti proses pembelajaran. Konsekuensi
digunakannya cara ini adalah titik mulai suatu kegiatan belajar tergantung
kepada perilaku awal peserta didik. Karakteristik peserta didik merupakan salah
satu variabel dari kondisi pengajaran. Variabel ini didefenisikan sebagai aspek-
aspek atau kualitas peserta didik. Aspek-aspek ini bisa berupa bakat, minat,
sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan awal
(hasil belajar) yang telah dimilikinya. Karakteristik peserta didik akan amat
berpengaruh dalam pemilihan setrategi pengelolaan, yang berkaitan dengan
bagaimana menata pengajaran, khususnya komponen-komponen strategi
pengajaran, agar sesuai dengan karakteristik peserta didik.

Perilaku yang akan diajarkan ini kemudian dirumuskan dalam bentuk tujuan
instruksional khusus atau TIK. Kegiatan ini memberi manfaat:

a. Untuk mengetahui kualitas perseorangan sehingga dapat dijadikan petunjuk


dalam mendeskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran;

62 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

b. Hasil kegiatan mengidentifikasi sikap,pengetahuan dan keterampilan awal


peserta didik akan merupakan salah satu dasar dalam mengembangkan
strategi dan sistem instruksional yang sesuai untuk peserta didik.
Cara melaksanakan kegiatan ini adalah sebagai berikut:
a. Dilakukan di waktu awal sebelum menyusun instruksional pengajaran;
b. Teknik yang digunakan dapat dengan tes, interview, observasi, dan kuisioner;
c. Dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran atau orang-orang yang dianggap
paham dengan kemampuan peserta didik.

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkan hasil jawaban latihan soal/tugas/kasus Saudara dengan kunci jawaban


yang ada di bagian akhir modul ini. Ukurlah tingkat penguasaan materi kegiatan
belajar 1 dengan menjumlahkan jumlah skor.

Arti tingkat penguasaanyang diperoleh adalah :

Baik sekali = 90 –100 %

Baik = 80 –89 %

Cukup = 70 –79 %

Kurang = 0 –69 %

Bila tingkat penguasan mencapai 80 % ke atas, silahkan melanjutkan ke kegiatan


pembelajaran berikutnya. Namun bila tingkat penguasaan masih di bawah 80 %
harus mengulangi belajar terutama pada bagian yang belum dikuasai.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 63


Kegiatan Pembelajaran 3

64 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

Kegiatan Pembelajaran 4
Kesulitan Belajar Peserta Didik

A. Tujuan

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran 4 ini diharapkan peserta dapat


mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang
diampu dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama penguatan karakter yakni
bekerja keras, mandiri, dan integritas.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator Pencapaian Kompetensi pada kegiatan pembelajaran 4 ini mencakup:


1. Kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang
diampu diidentifikasi sesuai faktor yang mempengaruhinya.
2. Kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu
dikelompokkan sesuai tingkat dan jenis kesulitan belajarnya.

C. Uraian Materi

1. Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar


a. Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar yang didefenisikan oleh The United States Office of Education
(USOE) yang dikutip oleh Abdurrahman (2003 : 06) menyatakan bahwa kesulitan
belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis
dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran atau tulisan.

Di samping defenisi tersebut, terdapat definisi lain yang dikemukakan oleh The
National Joint Commite for Learning Dissabilites (NJCLD) dalam Abdurrahman
(2003 : 07) bahwa kesulitan belajar menunjuk kepada suatu kelompok kesulitan
yang didefenisikan dalam bentuk kesulitan nyata dalam kematian dan penggunan

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 65


Kegiatan Pembelajaran 4

kemampuan pendengaran, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar atau


kemampuan dalam bidang studi matematika.

Menurut Hamalik (1983) kesulitan belajar dapat diartikan sebagai keadaan


dimana peserta didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Keadaan
tersebut tidak bisa diabaikan oleh seorang pendidik karena dapat menjadi
penghambat tujuan pembelajaran. Kesulitan belajar tidak hanya disebabkan oleh
faktor intelegensi yang rendah, akan tetapi bisa disebabkan oleh faktor-faktor non
intelegensi. Oleh karena itu, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan
belajar. Kesulitan belajar (learning difficulty) yang tidak hanya dialami peserta
didik berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh peserta didik yang
berkemampuan tinggi. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan kesulitan
belajar adalah suatu hambatan yang dialami oleh peserta didik untuk mencapai
hasil belajar yang memuaskan.

b. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar


Penyebab kesulitan belajar peserta didik dapat berasal dari faktor internal
(fisiologis, psikologis, dan kecerdasan) maupun eksternal (sosial dan non sosial).
1) Faktor Internal
a) Faktor fisiologi
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar peserta didik ini
berkaitan dengan kurang berfungsinya otak, susunan syaraf ataupun
bagian-bagian tubuh lain. Para guru harus menyadari bahwa hal yang
paling berperan pada waktu belajar adalah kesiapan otak dan sistem syaraf
dalam menerima, memproses, menyimpan, maupun memunculkan kembali
informasi yang sudah disimpan. Kalau ada bagian yang tidak beres pada
bagian tertentu dari otak seorang peserta didik, maka dengan sendirinya
peserta didik tersebut akan mengalami kesulitan belajar.

b) Faktor Psikologis
Faktor–faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama
mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi , minat,
sikap dan bakat.

66 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

c) Kecerdasan/Inteligensia Peserta Didik


Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik
dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan
melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya
berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya.
Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ
yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai
organ pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas
manusia.

2) Faktor Eksternal (sosial dan non sosial)


Yang termasuk lingkungan sosial adalah pergaulan peserta didik dengan orang
lain di sekitarnya, sikap dan perilaku orang di sekitar peserta didik dan
sebagainya. Lingkungan sosial yang banyak mempengaruhi kegiatan belajar
ialah orang tua dan keluarga peserta didik itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik
pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, semuanya dapat memberi dampak
baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
a) Lingkungan sekolah
Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi
proses belajar seorang peserta didik. Hubungan harmonis antara ketiganya
dapat menjadi motivasi bagi peserta didik untuk belajar lebih baik di sekolah.
Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau
administrasi dapat menjadi pendorong bagi peserta didik untuk belajar.

b) Lingkungan masyarakat.
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal peserta didik akan
memengaruhi belajar peserta didik. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar
peserta didik, paling tidak peserta didik kesulitan ketika memerlukan teman
belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum
dimilkinya.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 67


Kegiatan Pembelajaran 4

c) Lingkungan keluarga.
Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga,
sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga,
semuannya dapat memberikan dampak negatif terhadap aktivitas belajar
peserta didik. Hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak,
atau adik yang harmonis akan membantu peserta didik melakukan aktivitas
belajar dengan baik.

c. Ciri-ciri Kesulitan Belajar


Ada beberapa ciri tingkah laku yang merupakan manifestasi dari gejala kesulitan
belajar, antara lain:

 yang rendah (di bawah rata-rata nilai yang dicapai
Menunjukkan hasil belajar
 oleh kelompok kelas).

Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Mungkin
 murid selalu berusaha dengan giat tetapi nilai yang dicapai selalu rendah.

Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar, ia selalu tertinggal
dari kawan-kawannya
 dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan waktu
 yang tersedia.

Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh,
 menentang, berpura-pura, dusta, dsb.

Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang
terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, menggangu di dalam dan di
luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, mengasingkan diri, tersisih, tidak

 mau bekerja sama, dsb.

Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah
tersinggung, pemarah, tidak gembira dalam menghadapi situasi tertentu,
misalnya dalam menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan sedih atau

menyesal dsb.

Gejala-gejala yang termanifestasi dalam tingkah laku setiap peserta didik,


diharapkan para pendidik dapat memahami dan mengidentifikasikan peserta
didik mana yang mengalami kesulitan dalam belajar dan yang tidak.

68 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

2. Jenis-jenis kesulitan belajar


Ada tiga jenis kesulitan belajar yang seringkali ditemui dalam perkembangan
seorang peserta didik, yaitu sebagai berikut.
a. Kesulitan belajar akademis
Kesulitan belajar akademis meliputi:
1) Kesulitan membaca
Kesulitan membaca merupakan suatu diagnosis yang ditandai oleh adanya
kesulitan berat dalam mengerti bahan bacaan. Anak yang mengalami
gangguan membaca akan kesulitan dalam mengenal kata, mengucapkan, dan
memahami apa yang dibaca.
Ada dua macam gangguan dalam membaca, yaitu:
(a) Aphasia, disebabkan karena anak kehilangan kemampuan membacanya.
(b) Disleksia, disebabkan karena gangguan fungsi saraf (neurologisnya
rusak).
Faktor yang menyebabkan kesulitan membaca, yaitu:
(a) Psikologis (gagap), anak merasa malu jika ditertawakan teman-temannya.
(b) Hambatan didaktik-metodik, anak mengenal bunyi huruf tetapi mereka
kesulitan membacanya apabila huruf itu dirangkai menjadi kata.
2) Kesulitan menulis
Gangguan menulis merupakan gangguan pada kemampuan menulis anak,
yaitu kemampuan di bawah rata-rata anak seusianya. Gangguan ini tidak
sesuai dengan tingkat kecerdasan dan pendidikan yang telah dijalaninya. Hal
tersebut menimbulkan masalah pada akademik anak dan berbagai area
kehidupan anak. Kesulitan menulis disebabkan kerena kemampuan
psikomotor yang kurang terlatih. Anak yang memiliki kesulitan menulis sulit
dalam membuat tulisan dan mengekspresikan diri melalui tulisan.
Macam-macam kesulitan menulis yaitu:
(a) Disgraphia, merupakan kesulitan menulis yang disebabkan gangguan
saraf.
(b) Hyperkenesis, kesulitan menulis yang memiliki gerakan yang berlebih dan
tidak normal. Misalnya, menghentak-hentakkan kaki atau bergoyang-
goyang terus ketika menulis.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 69


Kegiatan Pembelajaran 4

3) Kesulitan berhitung Kesulitan berhitung merupakan gangguan matematik yang


memiliki kesulitan dalam kemampuan aritmatik. Kesulitan ini tidak disertai
dengan adanya gangguan penglihatan, pendengaran, fisik, atau emosi.
Kesulitan berhitung disebut ”discalculia”. Anak akan mengalami kesulitan
dalam memikirkan atau mengingat informasi yang melibatkan angka-angka.

b. Gangguan Simbolik dan Non-simbolik


Gangguan simbolik adalah ketidakmampuan anak untuk dapat memahami suatu
objek sekalipun ia tidak memiliki kelainan pada organ tubuhnya. Ciri-cirinya
antara lain adalah :
1) Siswa mampu mendengar tapi tidak mengerti apa yang didengar.
2) Mampu mengaitkan obyek yang dilihat, namun mengalami gangguan
pengamatan (visual reseptive).
3) Mengalami gangguan gerak-gerik (motoraphasia).
Gangguan non-simbolik merupakan ketidakmampuan anak untuk memahami isi
pelajaran karena ia mengalami kesulitan untuk mengulang kembali apa yang
telah dipelajarinya. Kesulitan belajar yang telah dipaparkan tersebut sangat
berdampak pada proses belajar. Namun, ada pula peserta didik yang karena
proses kelahiran atau musibah mengalami cidera otak, sehingga siswa itu tidak
mampu untuk belajar. Ketidakmampuan untuk melakukan tugas-tugas tertentu
yang tidak dapat dilakukan anak-anak yang sebaya seperti: mandi sendiri, sikat
gigi, menulis, membaca disebut learning disability. Anak yang mengalami
kerusakan saraf yang berat disebut learning disorder. Anak yang mempunyai
kecerdasan diatas rata-rata, namun prestasi akademiknya rendah disebut
underachiever. Sedangkan anak yang lamban belajar dan tidak mampu
menyelesaikan pekerjaannyadengan tepat serta waktu belajarnya lebih lama
dibandingkan rata-rataanak seusianya disebut slow learner.

c. Gangguan Sosial Emosional


Terdapat berbagai gangguan sosial emosional yang merupakan salah satu
kelompok kesulitan belajar bagi peserta didik. Permasalahan atau gangguan
sosial emosional dalam belajar antara lain:

70 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

1) Hiperaktif
Anak hiperaktif cenderung tidak bisa diam. Ia cenderung bergerak terus
menerus, kadang suka berlarian, melompatlompat, bahkan teriak-teriak di
kelas. Anak ini sulit untuk dikontrol, karena ia melakukan aktivitas sesuai
kemauannya sendiri.
2) Distractibility Child
Anak distractibility seringkali mengalihkan perhatiannya ke berbagai objek lain
di kelas. Anak ini mudah dipengaruhi, tetapi tidak bisa memusatkan perhatian
pada kegiatankegiatan yang berlangsung di kelas. Anak ini juga cepat bosan.
3) Poor Self Concept
Anak yang poor self concept cenderung pendiam, pasif, dan mudah
tersinggung. Mereka tidak berani bertanya atau menjawab karena merasa
tidak mampu dan cenderung kurang berani bergaul serta suka menyendiri.
4) Impulsif
Anak yang impulsif cepat sekali bereaksi terhadap sesuatu di sekitarnya,
tetapi hal tersebut justru mencerminkan ketidakmampuannya. Misalnya,
setiap guru memberi pertanyaan, anak ini cepat bereaksi untuk cepat
menjawab. Anak ini seperti ingin menunjukkan bahwa ia pandai. Padahal cara
menjawabnya justru mencerminkan ketidakmampuannya.
5) Distructive Behavior
Anak ini memiliki perilaku yang agresif. Sikap agresif yang negatif dalam
bentuk membanting dan melempar menunjukkan bahwa anak ini adalah anak
yang bermasalah (trouble maker). Anak ini cepat tersinggung dan
bertempramen tinggi, sehingga menjadi agresif.
6) Disruptive Behavior
Anak ini sering mengeluarkan kata-kata kasar dan tidak sopan. Dengan nada
mengejek, anak ini cenderung menentang guru.
7) Dependency Child
Pada awalnya anak ini seperti sangat bergantung pada orangtuanya, dan
sering merasa takut serta tidak mampu memberanikan diri untuk melakukan
sesuatu sendiri. Hal ini terjadi karena sikap orangtua yang terlalu over
protektif atau sangat melindungi.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 71


Kegiatan Pembelajaran 4

8) Withdrawal
Anak yang withdrawal yaitu anak yang suka menarik diri dan pemalu.
Keadaan sosial ekonomi yang rendah akan mengakibatkan anak merasa
bahwa dirinya bodoh dan enggan untuk mencoba membuat atau mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan karena dirinya merasa tidak mampu.
9) Learning Disability
Anak ini tidak memiliki kemampuan mental yang setara dengan anak-anak
normal yang sebayanya. Anak seperti ini sulit untuk menganalisis, menangkap
isi pelajaran, dan mengaplikasikan apa yang dipelajari.
10) Learning Disorder
Anak ini mempunyai cacat bawaan baik kerusakan fisik maupun saraf. Anak
seperti ini cenderung sulit belajar secara normal, sehingga membutuhkan
penanganan para ahli yang dilakukan oleh lembaga-lembaga khusus.
11) Underachiever
Anak ini mempunyai potensi intelektual di atas rata-rata, namun potensi
akademiknya di kelas sangat rendah. Semangat belajarnya juga sangat
rendah.
12) Overachiever
Anak ini mempunyai semangat belajar yang sangat tinggi. Ia merespon
dengan cepat. Anak ini tidak bisa menerima kegagalan dan tidak mudah
menerima kritikan dari siapapun termasuk dari gurunya.
13) Slowlearner
Anak ini sulit menangkap pelajaran di kelas dan membutuhkan waktu yang
lama untuk dapat menjawab dan mengerjakan tugas-tugasnya.
14) Social Interception
Anak ini kurang peka dan tidak peduli terhadap lingkungannya. Anak ini
kurang tanggap dalam membaca ekspresi dan sulit bergaul dengan teman-
teman yang ada di kelas.

3. Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar


Upaya yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik dalam mengatasi kesulitan
belajar peserta didiknya berdasarkan gejala yang teramati dan faktor penyebab
kesulitan belajar, antara lain:

72 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

a) Pengaturan Tempat duduk siswa


Anak yang mengalami kesulitan pendengaran dan penglihatan hendaknya
mengambil posisi tempat duduk bagian depan. Mereka akan dapat melihat
tulisan di papan tulis lebih jelas. Begitu pula dalam mendengar semua
informasi belajar yang diucapkan oleh guru.
b) Pemberian bahan pelajaran
Anak yang mengalami gangguan kesehatan sebaiknya diistirahatkan di rumah
dengan tetap memberinya bahan pelajaran dan dibimbing oleh orang tua dan
keluarga lainnya.
c) Program remedial
Siswa yang gagal mencapai tujuan pembelajaran akibat gangguan internal,
perlu ditolong dengan melaksanakan program remedial. Teknik program
remedial dapat dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya adalah
mengulang kembali bahan pelajaran yang belum dikuasai, memberikan tugas-
tugas tertentu kepada siswa, dan lain sebagainya.
d) Penggunaan media dan alat peraga
Penggunaan alat peraga pelajaran dan media belajar dapat membantu siswa
yang mengalami kesulitan menerima materi pelajaran. Dimungkinkan
kesulitan belajar itu timbul karena materi pelajaran bersifat abstrak sehingga
sulit dipahami siswa.
e) Penciptaan suasana belajar yang menyenangkan
Suasana belajar menyenangkan Selain itu yang tak kalah pentingnya adalah
menciptakan suasana belajar kondusif. Suasana belajar yang nyaman dan
menggembirakan akan membantu siswa yang mengalami hambatan dalam
menerima materi pelajaran.
f) Bekerja sama dengan orang tua dalam memotivasi
Motivasi orang tua di rumah Anak yang mengalami kesulitan belajar perlu
mendapat perhatian orang tua dan anggota keluarganya. Peran orang tua
sangat penting untuk memberikan motivasi ekstrinsik dan intrinsik agar anak
mampu memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Selain itu juga orang tua
perlu memperhatikan kesehatan tubuh anak dengan memberikan makanan
dan miniman yang bergizi disertai dengan suplemen pembangun tubuh yang
cukup.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 73


Kegiatan Pembelajaran 4

D. Aktivitas Pembelajaran

Secara mandiri ataupun berkelompok (sesuai petunjuk fasilitator), pelajari


seluruh kegiatan pembelajaran 4 dengan seksama, mulai dari tujuan
pembelajaran sampai dengan rangkuman dan umpan balik. Selanjutnya silakan
Saudara mengerjakan setiap lembar kerja (LK) yang ada sesuai dengan
ketentuan yang ada pada saran penggunaan modul.

LK 4.a. MEYUSUN PETA KONSEP URAIAN MATERI KP 4

1. Bacalah uraian materi dengan seksama, kemudian buatlah peta konsep


materi yang Saudara baca tersebut secara mandiri untuk memperdalam
pemahaman Saudara mengenai konsep bekal ajar awal peserta didik,
identifikasinya, dan pemanfaatannya dalam penyusunan program
pembelajran .
2. Susunlah peta konsep sekreatif mungkin untuk mempermudah
penguasaan materi pada Kegiatan Pembelajaran 4.

LK 4.b. PRESENTASI DAN PERBAIKAN PETA KONSEP KP 4

1. Presentasikan peta konsep materi yang telah Saudara buat (LK 4.a)
pada kelompok belajar guru (MGMP) dengan memperhatikan dan
mengimplementasikan kaidah-kaidah presentasi dan bekerja dalam
kelompok (menghargai pendapat orang lain, menjalankan hasil
kesepakatan).

2. Catatlah semua masukan perbaikan dari semua partisipan.

3. Lakukan perbaikan pada peta konsep yang telah Saudara buat


berdasarkan masukan yang ada dengan penuh integritas.

74 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

LK 4.c. IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK

Untuk mengidentifikasi kemungkinan kesulitan belajar peserta didik pada mata


pelajaran yang Saudara ampu, lakukan langkah-langkah sederhana berikut ini:

1. Lakukan observasi keseharian peserta didik pada saat mengikuti pelajaran.


Adakah kejangggalan perilaku diantara mereka misalnya selalu/sering
mengedip-kedipkan mata atau menggosok-gosok mata pada saat mengamati
sesuatu termasuk tulisan; atau mencoba mengarahkan pendengaran ke arah
suara orang yang sedang berbicara dengan suara normal. Jika ada, hal itu
merupakan salah satu tanda kemungkinan yang bersangkutan mengalami
kesulitan belajar.

2. Lakukan juga kajian terhadap nilai hasil belajar peserta didik, berdasarkan
data yang tersebut, adakah kemungkinan peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar.

3. Catatlah hasil pengamatan maupun kajian data tadi secara lengkap,


selanjutnya rancanglah program/kegiatan untuk mengatasi kesulitan belajar
peserta didik yang teridentifikasi tadi.

4. Buat laporan secara sederhana mengenai kegiatan ini.

E. Latihan/Tugas/Kasus

Jawablah soal-soal latihan berikut dengan memilih salah satu jawaban yang
Saudara anggap benar!
1. Kesulitan belajar peserta didik yang berkaitan dengan kurang berfungsinya
otak, susunan syaraf ataupun bagian-bagian tubuh lain merupakan kesulitan
belajar yang disebabkan oleh faktor.….
A. psikologi
B. inteligensi
C. fisiologi
D. sosial

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 75


Kegiatan Pembelajaran 4

2. Ada tiga jenis kesulitan belajar yang seringkali ditemui dalam perkembangan
seorang peserta didik. Berikut ini yang merupakan bentuk kesulitan akademis
dalam belajar adalah .….
A. Kesulitan membaca, berhitung, dan memahami suatu objek
B. Kesulitan membaca, menulis, dan berhitung
C. Kesulitan membaca, menulis, dan memahami suatu objek
D. Kesulitan menulis, berhitung, dan memahami suatu objek

3. Disgraphia, merupakan kesulitan menulis yang disebabkan oleh ….


A. gerakan berlebih
B. gangguan saraf
C. gerakan tidak nornal
D. gangguan lingkungan

4. Jenis kesulitan belajar di mana peserta didik tidak memiliki kemampuan


mental yang setara dengan anak-anak normal yang sebayanya dikenal
dengan istilah.….
A. Learning Disability
B. Learning Disorder
C. Distructive Behavior
D. Disruptive Behavior
5. Pada suatu kegiatan pembelajaran Bu Nita menayangkan sebuah video untuk
memperjelas konsep proses fotosintesis, salah seorang siswa terlihat
mengernyitkan dahinya, lalu mengedip-kedipkan matanya sebagai penanda
ketidakjelasan pandangannya dan mencoba mengarahkan pendengarannya
ke arah sumber suara video. Setelah melakukan konfirmasi ke teman guru
yang lain, diketahui bahwa perilaku tersebut sering ditunjukkan oleh peserta
didik tersebut pada kegiatan pembelajaran serupa. Berikut adalah jenis upaya
yang tepat dilakukan oleh guru untuk mengatasi kesulitan beajar siswa
tersebut ….
A. Melaksanakan program remedial bagi peserta didik
B. Bekerja sama dengan orang tua untuk memotivasi siswa
C. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan
D. Melakukan pengaturan tempat duduk yang lebih sesuai

76 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

F. Rangkuman

Kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses
psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran
atau tulisan.

Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar itu biasa dikenal dengan sebutan
prestasi rendah/kurang (under achiever). Peserta didik ini tergolong memiliki IQ
tinggi tetapi prestasi belajarnya rendah (di bawah rata-rata kelas).

Dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar ialah suatu keadaan dimana peserta
didik tidak dapat menyerap pelajaran dengan sebagaimana mestinya.

Dalam pembelajaran remedial diperlukan untuk menyebuhkan atau membuat


baik materi dari pelajaran yang dikiranya sulit untuk dipahami, maka siswa harus
mengulang materi tersebut untuk membuat siswa tersebut paham dengam
materinya. Tujuan guru melaksanakan kegiatan remedial adalah membantu
siswa yang mengalami kesulitan menguasai kompetensi yang telah ditentukan
agar mencapai hasil belajar yang lebih baik. Terdapat 6 fungsi dalam
pembelajaran remedial yaitu fungsi korektif, fungsi emahaman, fungsi
penyesuaian, fungsi pengayaan, fungsi akselerasi, fungsi terapeutik.

Dalam pembelajaran pengayaan yaitu suatu kegiatan yang diberikan kepada


siswa kelompok cepat agar mereka dapat mengembangkan potensinya secara
optimal dengan memanfaatkan sisa waktu yang dimilikinya, kegiatan pengayaan
dilaksanakan dengan tujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memperdalam penguasaan materi pelajaran yang berkaitan dengan tugas belajar
yang sedang dilaksanakan sehingga tercapai tingkat perkembangan yang
optimal. Terdapat 3 faktor dalam pembelajaran pengayaan yaitu faktor siswa,
faktor manfaat edukatif, faktor waktu.

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam kegiatan remedial yaitu Analisis


hasil diagnosis, Identifikasi penyebab kesulitan, Penyusunan rencana dan
Pelaksanaan kegiatan. Sedangkan langkah-langkah untuk pelaksanaan
pembelajaran pengayaan yaitu Identifikasi Kelebihan Kemampuan Belajar dan
Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 77


Kegiatan Pembelajaran 4

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkan hasil jawaban latihan soal/tugas/kasus Saudara dengan kunci jawaban


yang ada di bagian akhir modul ini. Ukurlah tingkat penguasaan materi kegiatan
belajar 1 dengan menjumlahkan jumlah skor.

Arti tingkat penguasaanyang diperoleh adalah :

Baik sekali = 90 –100 %

Baik = 80 –89 %

Cukup = 70 –79 %

Kurang = 0 –69 %

Bila tingkat penguasan mencapai 80 % ke atas, silahkan melanjutkan ke kegiatan


pembelajaran berikutnya. Namun bila tingkat penguasaan masih di bawah 80 %
harus mengulangi belajar terutama pada bagian yang belum dikuasai.

78 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

Kunci Jawaban Soal Latihan/Tugas/Kasus

A. Kunci Jawaban Latihan/Tugas KP 1

NO KUNCI JAWABAN
1 D
2 A
3 B
4 C
5 A

B. Kunci Jawaban Latihan/Tugas KP 2

NO KUNCI JAWABAN
1 D
2 C
3 D
4 A
5 B

C. Kunci Jawaban Latihan/Tugas KP 3

NO KUNCI JAWABAN
1 A
2 A
3 C
4 D
5 B

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 79


Kunci Jawaban Soal/Latihan/Tugas/Kasus

D. Kunci Jawaban Latihan/Tugas KP 4

NO KUNCI JAWABAN
1 C
2 B
3 B
4 A
5 D

80 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

Evaluasi

A. Soal Evaluasi

Petunjuk:
1. Bacalah dengan seksama soal berikut ini
2. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling benar

Soal :
1. Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah ….
A. individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan jiwa
B. individu yang sedang dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan pembelajaran
C. individu yang sedang dalam proses perencanaan pendidikan dan
pengajaran
D. individu yang sedang berada dalam proses pendidikan dan perkembangan

2. Perubahan–perubahan yang terjadi pada aspek fisik peserta didik meliputi ….


A. perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, munculnya ciri-
ciri kelamin utama (primer) dan ciri kelamin kedua (skunder)
B. perubahan metabolisme tubuh, perubahan proporsi tubuh, munculnya ciri-
ciri kelamin utama (primer) dan ciri kelamin kedua (skunder)
C. perubahan struktur tubuh, perubahan proporsi tubuh, munculnya
ukuran kelamin utama (primer) dan ciri kelamin kedua (skunder)
D. perubahan reaksi tubuh, perubahan proporsi tubuh, munculnya ukuran
kelamin utama (primer) dan ciri kelamin kedua (skunder)

3. Secara umum karakteristik peserta didik adalah ….


A. gaya hidup individu secara umum yang dipengaruhi oleh lingkungan, dan,
latar belakang yang telah dibawa sejak lahir dan dari orang tua untuk
menantukan kualitas hidupnya

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 81


Evaluasi

B. gaya hidup individu secara umum yang dipengaruhi oleh usia, gender,
dan latar belakang yang telah dibawa sejak lahir dan dari lingkungan
sosialnya untuk menantukan kualitas hidupnya
C. gaya hidup kelompok secara umum yang dipengaruhi oleh gender, dan
latar belakang yang telah dibawa sejak lahir dan dari lingkungan
sosialnya untuk menantukan kualitas hidupnya
D. gaya hidup individu secara umum yang dipengaruhi oleh usia, dan
gender, yang telah dibawa sejak lahir dan dari lingkungan keluarga
untuk menantukan kualitas hidupnya

4. Potensi peserta didik adalah ….


A. kapasitas atau kompetensi dan karakteristik individu yang berhubungan
dengan sumber daya alam yang memiliki kemungkinan dikembangkan dan
atau menunjang pengembangan potensi lain yang terdapat dalam diri
peserta didik
B. kapasitas dan keterampilan serta karakteristik individu yang berhubungan
dengan sumber daya alam yang memiliki kemungkinan dikembangkan dan
atau menunjang pengembangan potensi lain yang terdapat dalam diri
peserta didikindividu yang sedang dalam proses perencanaan pendidikan
dan pengajaran
C. kapasitas atau kemampuan dan karakteristik individu yang berhubungan
dengan sumber daya manusia yang memiliki kemungkinan dikembangkan
dan atau menunjang pengembangan potensi lain yang terdapat dalam diri
peserta didik
D. kapasitas atau kemampuan dan karakteristik individu yang berhubungan
dengan sumber daya alam yang memiliki kemungkinan dikembangkan dan
atau menunjang pengembangan potensi lain yang terdapat dalam diri
peserta didik

5. Kemampuan yang dimiliki seseorang yang dapat dikembangkan dan


ditingkatkan apabila dilatih dengan baik. Kemampuan yang terlatih ini akan
menjadi suatu kecakapan, keahlian, dan ketrampilan dalam bidang tertentu
adalah ….
A. potensi manusia

82 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

B. potensi anak
C. potensi kelompok
D. potensi diri

6. Menurut Newman dan Logan terdapat empat (4) unsur strategi dari setiap
usaha, yaitu output and target, basic way, steps dan criteria and
standard. Jika usaha tersebut kita terapkan dalam pendidikan maka
unsur pertama adalah sepadan dengan….
A. mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran
yang dipandang paling efektif
B. mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur,
metode dan teknik pembelajaran
C. menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni
perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik
D. menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan
atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan

7. Langkah-Langkah identifikasi Pengetahuan Awal adalah ……..


A. melakukan observasi, tabulasi karakteristik, dan pembuatan daftar strategi
karakteristik peserta didik
B. melakukan pengamatan, tabulasi karakteristik, dan pembuatan daftar
strategi karakteristik peserta didik
C. melakukan dokumentasi, tabulasi karakteristik, dan pembuatan
daftar strategi karakteristik peserta didik
D. melakukan simulasi, tabulasi karakteristik, dan pembuatan daftar
strategi karakteristik peserta didik

8. Sikap awal peserta didik menurut Gagne dikelompokkan ke dalam


delapan kelas yaitu :
A. belajar langsung, belajar stimulus, belajar merantaikan, belajar asosiasi
verbal, belajar membedakan, belajar konsep, belajar dalil, dan belajar
memecahkan masalah
B. belajar demonstrasi, belajar stimulus, belajar merantaikan, belajar
asosiasi verbal, belajar membedakan, belajar konsep, belajar dalil, dan
belajar memecahkan masalah

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 83


Evaluasi

C. belajar membedakan, belajar stimulus, belajar merantaikan, belajar


asosiasi verbal, belajar membedakan, belajar konsep, belajar dalil, dan
belajar memecahkan masalah
D. belajar isyarat, belajar stimulus, belajar merantaikan, belajar asosiasi
verbal, belajar membedakan, belajar konsep, belajar dalil, dan belajar
memecahkan masalah

9. Apa yang dimaksudkan dengan kesulitan belajar …..


A. suatu keadaan dimana peserta didik tidak dapat menyerap pelajaran
dengan sebagaimana mestinya
B. suatu keadaan dimana peserta didik tidak dapat menyerap pengetahuan
dengan sebagaimana mestinya
C. suatu keadaan dimana peserta didik tidak dapat menyerap keterampilan
dengan sebagaimana mestinya
D. suatu keadaan dimana peserta didik tidak dapat menyerap pengetahuan
dan keterampilan dengan sebagaimana mestinya

10. Aspek yang mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik adalah ……..
A. aspek keturunan, psikologis, aspek sosial dan non sosial
B. aspek lingkungan, gender, aspek sosial dan non sosial
C. aspek fisiologis, psikologis, aspek sosial dan non sosial
D. aspek gender, psikologis, aspek sosial dan non sosial

84 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

B. Kunci Jawaban Evaluasi

NO Kunci Jawaban
1 B
2 A
3 B
4 C
5 D
6 C
7 A
8 D
9 A
10 C

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 85


Evaluasi

86 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

Penutup

A. Kesimpulan

Kegiatan pembelajaran modul ini memberikan informasi tentang pemahaman


karakteristik peserta didik, identifikasi potensi peserta didik, identifikasi bekal
awal peserta didik dan identifikasi kesulitan belajar peserta ddidik. Dalam modul
ini memberikan informasi kepada guru harus memiliki kemampuan mendesain
program, menguasai materi pelajaran, mampu menciptakan kondisi kelas yang
kondusif, terampil memanfaatkan media dan memilih sumber, memahami cara
atau metode yang digunakan sesuai kebutuhan dari karakteristik anak.

Kegiatan menganalisis pengetahuan awal dalam pengembangan pembelajaran


merupakan pendekatan menerima peserta didik apa adanya dan menyusun
sistem pembelajaran atas dasar keadaan peserta didik tersebut. Karena itu,
kegiatan menganalisis pengetahuan awal peserya didik merupakan proses untuk
mengetahui pengetahuan yang dikuasai peserta didik sebelum mengikuti proses
pembelajaran, bukan untuk menentukan kemampuan pra-syarat dalam rangka
menyeleksi pesera didik sebelum mengikuti proses pembelajaran. Konsekuensi
digunakannya cara ini adalah titik mulai suatu kegiatan belajar tergantung
kepada perilaku awal peserta didik. Karakteristik peserta didik akan amat
berpengaruh dalam pemilihan setrategi pengelolaan, yang berkaitan dengan
bagaimana menata pengajaran, khususnya komponen-komponen strategi
pengajaran, agar sesuai dengan karakteristik peserta didik.

Perilaku yang akan diajarkan ini kemudian dirumuskan dalam bentuk tujuan
instruksional, kegiatan ini memberi manfaat:
a. Untuk mengetahui kualitas perseorangan sehingga dapat dijadikan petunjuk
dalam mendeskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran;
b. Hasil kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa akan
merupa-kan salah satu dasar dalam mengembangkan sistem instruksional
yang sesuai untuk siswa.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 87


Penutup

Cara melaksanakan kegiatan ini adalah sebagai berikut:


a. Dilakukan di waktu awal sebelum menyusun instruksional pengajaran;
b. Teknik yang digunakan dapat dengan tes, interview, observasi, dan kuisioner;
c. Dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran atau orang-orang yang dianggap
paham dengan kemampuan peserta didik

Faktor- faktor yang mempengaruhi proses belajar terdiri atas faktor internal dan
eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini
meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal yang
memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor
lingkungan sosial dan factor lingkungan nonsosial.

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi


fisik individu. Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang
dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama
mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan peserta didik , motivasi, minat,
sikap dan bakat.

Faktor-faktor eksternal yang meliputi lingkungan social diantaranya faktor


sekolah, masyarakat, dan keluarga. Sedangkan faktor eksternal lingkungan non-
sosial diantaranya lingkungan alamiah, instrumental, dan mata pelajaran.

Peranan guru sangat penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran, selain


sebagai nara sumber guru juga merupakan pembimbing dan pengayom bagi
para peserta didik yang ada dalam suatu kelompok belajar.

Pada hakikat proses belajar mengajar, pembelajaran merupakan proses


komunikasi, maka pembelajaran seyogyanya tidak atraktif melainkan harus
demokrasi. Peserta didik harus menjadi subjek belajar, bukan hanya menjadi
pendengar setia atau pencatat yang rajin, tetapi siswa harus aktif dan kreatif
dalam berbagai pemecahan masalah. Dengan demikian guru harus dapat
memilih dan menentukan pendekatan dan metode yang disesuaikan dengan
kemampuannya, kekhasan bahan pelajaran, keadaan sarana dan keadaan
peserta didik. Semua wawasan dan implementasi terkait materi dalam modul ini

88 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

diarahkan pada pengintegrasian nilai-nilai utama penguatan pendidikan karakter


antara lain nasionalis, mandiri, dan integritas.

B. Tindak Lanjut

Setelah Saudara mempelajari dan menguasai keseluruhan materi dalam modul


ini yang ditandai dengan pencapaian/ketuntasan indikator pencapaian
kompetensi yang harus dikuasai, Saudara diminta tetap mengembangkan diri
dengan menambah referensi dari sumber-sumber lain yang relevan. Selain itu
guna lebih memantapkan penguasaan terhadap modul, maka impelementasi isi
materi modul dalam pelaksanaan proses pembelajaran sangat dianjurkan.

Begitu pula dengan penerapan nilai-nilai penguatan pendidikan karakter juga


harus dipertegas dalam proses pembelajaran yang dirancang. Nilai-nilai utama
yang relevan yakni nasionalis, mandiri, dan integritas. Nilai utama nasionalis,
antara lain yang berkaitan dengan sub nilai menghargai perbedaan karakteristik
peserta didik. Nilai utama mandiri antara lain berkaitan dengan sub nilai bekerja
keras. Nilai utama integritas antara lain berkaitan dengan upaya mewujudkan
data hasil identifikasi potensi peserta didik yang benar dan dapat
dipertanggungjawabkan.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 89


Penutup

90 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

Daftar Pustaka

Abdurrahman. 2003. Desain Instruksional. Solo: Tiga Serangkai.


Abin Cyamudin Maknum. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Pedoman Ilmu
Jaya.
Azhar Arsyad. 2003. Media Pembelajaran, Edisi 1, Cetakan 4, Jakarta: Penerbit
PT. Raja Grafindo Persada.
Anisah. 2011. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Citra Aditya.
Bachri, Syaiful. 2000. Mengembangkan Bakat dan Kreaktifitas Peserta Didik.
Jakarta: PT.Gramedia.
Bahri Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta, CV Rineka Cipta.
Bobbi Deporter & Hernacky, Mike. 2004. Quantum Learning, Jakarta: Kaifa.
Clark,B.1998. Educational Psychology. New York.
Dadang. 2010. Mengembangkan Bakat dan Kreaktifitas Peserta Didik.
Jakarta:PT.Gramedia.
Dahlan. 1994. Identifikasi Perilaku dan karakteristik Siswa. Jakarta:
PT.Gramedia.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pedoman Diagnostik Potensi Peserta
Didik. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
DePorter, dkk. 2000. Quantum teaching: Mempraktikkan quantum learning di
ruang-ruang kelas. PT. Mizan Pustaka: Bandung.
Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara.
Doni Koesoema A. .2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global Cet. I. Jakarta: Grasindo.
Echols, John M. dan Hassan Shadily. 1987. Kamus Inggris Indonesia. Cet. XV.
Jakarta: Gramedia.
Eveline Siregar. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Fudyatanto. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung:Bumi Aksara.
Goleman, Daniel. 2000. Working With Emotional Intelligence (terjemahan).
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 91


Daftar Pustaka

Gunarso. 1988. Identifikasi Prilaku Siswa.Jakarta:PT.Gramedia.


Gordon Dryden & Jeannette Vos. 1999. Revolusi belajar: The learning revolution.
Bandung: Kafia.
Hurlock, E. B. 1980. Psikolog Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
rentang Kehidupan. Terjemahan Istiwidanti & Soedarjarwo, Jakarta:
Erlangga.
Hurlock, E. B. 1997. Perkembangan Anak Jilid 1. Terjemahan Tsandrasa, M.M.
dan Zarkasih, M. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Jim Barret & Geoff Williams. 2000. Tes Bakat Anda. Cetakan IV, Terjemahan
Oleh Tito Ananta Darwis, Rasyid. Jakarta : Penerbit gaya Media
Pratama.
Kevin Ryan & Karen E. Bohlin. 1999. Building Character in Schools: Practical
Ways to Bring Moral Instruction to Life. San Francisco: Jossey Bass.
Konsultan Ahli : Indri Savitri, Kepala Divisi Klinik dan Layanan Masyarakat LPTUI
,Psikolog,Salemba, Jakarta
Lickona, Thomas. 1991. Educating for Character: How Our School Can Teach
Respect and Responsibility. New York, Toronto, London, Sydney,
Aucland: Bantam books.
Lukmanul Hakim, 2010. Perencanaan Pembelajaran, Bandung, CV Wacana
Prima.
Mahmud. 1990. Teori Pembelajaran. Jogyakarta:Mirza Media Pustaka.
Muhibbin syah. 2003. Psikologi belajar. Jakarta. PT. Raja Grafinda Persada.
Monks. 1988. Social Psychology. New York: Randowm House.
Nashar, 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan
Pembelajaran. Jakarta. Delia Press
Purwanto, Ngalim.(1990). Psikologi Pendidikan.Bandung: CV Remaja Karya.
Richard I. Arends. 2008. Learning To Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rustandi,T. 1998. Psikologi Belajar. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Seifert, K.L. dan Hoffnung, R.J. 1994. Child and Adolescent Development.
Boston: Houghton Mifflin Company.
Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad. 2003. Teknologi Pengajaran, Cetakan
keempat, Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo.
Syaodih, Nana, S. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

92 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

Slameto. 1988. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Bina


Aksara.
Sobur. 2003. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta
Syah. 2003. Analisis Pembelajaran dan Indentifikasi Perilaku serta karakteristik
Siswa. Jakarta: PT.Gramedia.
Suryabrata. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Cv. Rajawali.
Sunarto. 2010. Keberbakatan Intelektual. Jakarta: Grasindo
Sudirman. 1990. Pengantar Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Yayasan
Penerbitan Fak.Psikologi Yogyakarta.
Universitas Negeri Jakarta. 2004. Modul Psikologi Perkembangan.
Uno, H. 2007. Analisis Kontek dan Karakteristik Siswa. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Usman, U. 1989. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Utami. 2003. Kesulitan belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Warkitri. 1990. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT.Gramedia.
Wardani. 1991. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru
Yusuf. 2004. Mengembangkan Bakat dan Minat. Jakarta : PT.Gramedia.
Zohar dan Marshal. 2005. Spiritual Capital. Bandung:PT. Mizan Pustaka.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 93


Daftar Pustaka

94 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

Glosarium

Emosi adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon
atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun
dari luar dirinya

Faktor Fisik adalah dalam penyelenggaraan pendidikan, perlu diperhatikan


sarana dan prasarana yang ada jangan sampai menimbulkan gangguan pada
peserta didik. Misalnya: tempat didik yang kurang sesuai, ruangan yang gelap
dan terlalu sempit yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

Faktor Psikososial adalah perkembangan emosi peserta didik sengat erat


kaitannya dengan faktor-faktor: perubahan jasmani, perubahan dalam
hubungannya dengan orang tua, perubahan dalam hubungannya dalam teman-
teman, perubahan pandangan luar (dunia luar) dan perubahan dalam
hubungannya dengan sekolah

Faktor Sosial-Kulture adalah faktor problem yang dialaminya peserta didik,


yang berakibat mereka melepaskan diri dari orang tua dan mengarahkan
perhatiannya pada lingkuan di luar keluarganya untuk bergabung dengan teman
sekebudayaannya, guru dan sebagainya. Lingkungan teman memegang peranan
dalam kehidupan remaja.

Faktor akademis adalah jumlah siswa yang dihadapi di dalam kelas, rasio guru
dan peserta didik menentukan kesuksesan belajar. Di samping itu, indeks
prestasi, tingkat inteligensi siswa juga tidak kalah penting.

Faktor Sosial adalah hubungan kedekatan sesama siswa dan keadaan ekonomi
peserta didik itu sendiri mempengaruhi pribadi siswa tersebut

Inomasi adalah mengembangkan konsep atau barang yang sudah ada menjadi
ditambah sesua asesoris

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 95


Glosarium

Intelligensi adalah kemampuan untuk mengarahkan fikiran atau tindakan,


kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut dilaksanakan,
dan kemampuan untuk mengeritik diri sendiri atau melakukan autocriticsm

Karakteristik peserta didik adalah orang yang menerima pengaruh dari


seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan pendidikan

Kreaktifitas adalah menenukan susesuatu dari yang belum ada menjadi ada

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang kita gunakan untuk membuat


kebaikan, kebenaran, keindahan dan kasih sesama dalam hidup kita..

Kecerdasan spiritual menurut Danah Zohar dan Ian Marshall adalah


kecerdasan tertinggi. Kunci dari kecerdasan spiritual adalah mengetahui nilai dan
tujuan terdalam diri kita.

Karakteristik peserta didik menurut Binet Simon adalah memperoleh informasi


yang lengkap dan akurat berkenaan dengan keterampilan awal peserta didik
sebelum mengikuti program pembelajaran tertentu, menyeleksi tuntutan, bakat,
minat, keterampilan, serta kecenderungan peserta didik berkaitan dengan
pemilihan program-program pembelajaran tertentu yang akan diikuti mereka,
menentukan desain program pembelajaran dan atau pelatihan tertentu yang
perlu dikembangkan sesuai dengan kemampuan awal peserta didik.

Keterampilan awal (Entry Behavior) adalah keterampilan yang telah diperoleh


peserta didik sebelum dia memperoleh keterampilan terminal tertentu yang baru

Pengertian menganalisiis pengetahuan Awal peserta didik adalah Kegiatan


menganalisis pengetahuan awal dalam pengembangan pembelajaran
merupakan pendekatan menerima peserta didik apa adanya dan menyusun
sistem pembelajaran atas dasar keadaan peserta didik tersebut

Peserta didik adalah unsur penting dalam kegiatan interaksi edukatif karena
sebagai pokok persoalan dalam semua aktifitas pembelajaran .

Psikologi merupakan suatu disiplin ilmu yang sangat besar manfaatnya bagi
kehidupan manusia

96 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

Pengayaan adalah kegiatan tambahan yang dieberikan kepada peserta didik


yang telah mencapai ketentuan dalam belajar yang diamaksudkan untuk
menambah wawasan atau memeperluas pengetahuannya dalam materi
pelajaran yang telah dipelajarinya

Remediasi adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk membetulkan kekeliruan


yang dilakukan siswa. Kalau dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran, kegiatan
remediasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk
memperbaiki kegiatan pembelajaran yang kurang berhasil.

Sikap awal adalah sikap yang dimiliki oleh peserta didik siswa sebelum dia
memperoleh keterampilan terminal tertentu yang baru

Strategi Pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan untuk


menyampaikan materi pembelajaran didasarkan pada pengetahuan,
keterampilan dan sikap awal peserta didik

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 97


Glosarium

98 | Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pedagogik A

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan | 99

Anda mungkin juga menyukai