Anda di halaman 1dari 8

Kekongruenan dan Kesebangunan:

Pengertian, Syarat, dan Contoh Soalnya


Sobat Pijar, pernah nggak kamu memperhatikan benda-benda yang ada di sekitar? Misalnya
gedung, mesin, komponen elektronik, atau bahkan desain ruangan dan poster? Dalam benda-
benda tersebut, kamu pasti akan menemukan berbagai bentuk geometri.

Saat perancangan perangkat lunak dan perangkat elektronik, kamu perlu memastikan kalau setiap
komponen kongruen dan sebangun. Sehingga, perangkat dapat terpasang dan bekerja dengan
baik.

Penasaran mengenai materi kekongruenan dan kesebangunan ini? Yuk pelajari selengkapnya di
ulasan di bawah, Sobat Pijar!

Pengertian Kekongruenan Dan Kesebangunan


Jika bicara tentang kongruen, maka tidak lepas dari pembahasan mengenai kesebangunan.
Kekongruenan dan kesebangunan memang terlihat mirip, namun juga memiliki beberapa
perbedaan. Untuk memahami dengan lebih baik, kamu bisa membaca penjelasan di bawah ini.

Pengertian Kongruen

Secara sederhana, bangun datar kongruen adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan
dua objek bangun datar yang sama persis. Baik secara ukuran, sudut, ataupun sifat. Sebagai
contoh, dua buah segitiga baru bisa dikatakan kongruen jika memiliki sisi-sisi yang bersesuaian
sama panjang dan sudut-sudut yang bersesuaian sama besar sehingga memiliki ukuran yang
sama persis.

Dalam matematika, tanda kongruen dilambangkan dengan simbol "≡" atau “≅" yang disebut
“tanda sama dengan garis ganda”. Tanda ini artinya bahwa dua objek tersebut memiliki
kesamaan yang sama persis.

Penerapan kongruen dalam kehidupan sehari-hari adalah saat membuat jendela atau pintu
rumah. Lubang jendela harus kongruen dengan daun jendela. Sehingga, daun jendela dapat
terpasang dengan tepat dan rapi.
Pengertian Kesebangunan

Kesebangunan adalah istilah yang digunakan bila dua objek tersebut memiliki proporsi yang
mirip satu sama lain. Jika dua bangun memiliki bentuk yang sama dan ukuran yang berbeda-beda
maka dapat dikatakan sebangun.

Jika menggunakan contoh segitiga, maka segitiga yang sebangun memiliki sudut dengan besaran
yang sama. Dan ketiga sisinya bersesuaian dengan perbandingan yang sama.

Dalam matematika, kesebangunan ditandai dengan simbol “≈” yang dibaca sebagai “sebangun
dengan”. Tanda ini menunjukkan kalau dua objek tersebut merupakan objek yang sebangun.

Penerapan kesebangunan dalam kehidupan sehari-hari adalah saat pembuatan maket atau
miniatur. Biasanya, miniatur dibuat dengan perbandingan skala yang lebih kecil. Misalnya maket
1:16 atau 1:100 dari ukuran aslinya.

Perbedaan Kekongruenan Dan Kesebangunan

Dari penjelasan sebelumnya tentang pengertian kekongruenan dan kesebangunan, kamu bisa
menemukan adanya perbedaan antara dua istilah tersebut. Yaitu pada panjang sisi dua objek
yang dibandingkan.

Dua buah objek atau bangun dapat dikatakan kongruen kalau sisi-sisi yang bersesuaian memiliki
panjang yang sama. Sedangkan, objek atau bangun dikatakan sebangun jika sisi-sisi yang
bersesuaian memiliki perbandingan yang sama besar.

Sehingga, dapat disimpulkan kalau dalam teori kekongruenan dan kesebangunan, setiap objek
yang kongruen sudah pasti sebangun. Namun, objek yang sebangun belum tentu kongruen.

Syarat-syarat Kekongruenan
Untuk mengetahui apakah dua buah bangun kongruen sebenarnya sangat mudah. Kamu hanya
perlu menumpuk dua bangun tersebut satu sama lain. Jika kedua bangun tersebut saling
menutupi, maka benda tersebut dapat dikatakan kongruen.

Namun, secara formal, ada dua syarat yang harus dipenuhi agar objek atau bangun dapat
dikatakan kongruen. Yaitu sudut-sudut yang bersesuaian sama besar dan sisi-sisi yang
bersesuaian sama panjang.

Agar lebih jelas, perhatikan gambar berikut ini:

1. Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar

Kalau mengacu dari gambar di atas, segitiga PQR dan segitiga XYZ memiliki sudut-sudut yang
bersesuaian sama besar. Yaitu ∠P = ∠X, ∠Q = ∠Y, dan ∠R = ∠Z. Artinya, syarat dua segitiga
kongruen telah terpenuhi. Sehingga, segitiga PQR dapat dikatakan kongruen dengan segitiga
XYZ.

2. Sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang

Selanjutnya, sisi-sisi pada segitiga PQR dan XYZ juga memiliki panjang yang sama. Berikut
sisi-sisi yang bersesuaian sama Panjang.

Sisi PQ = XY

sisi QR = YZ

sisi PR = XZ
Syarat-syarat Kesebangunan
Dalam konteks bangun datar, syarat kesebangunan bangun datar juga ada dua. Yaitu sudut-
sudut yang bersesuaian harus sama besar dan sisi-sisi yang bersesuaian memiliki perbandingan
yang sama.

Agar lebih jelas, perhatikan gambar berikut ini:

1. Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar

Sama seperti syarat kongruen, dua objek yang sebangun harus memiliki sudut yang sama besar.
Dalam gambar di atas, kamu bisa melihat kalau ∠A = ∠S, ∠B = ∠T, dan ∠C = ∠U.

2. Sisi-sisi yang bersesuaian memiliki perbandingan yang sama

Selain itu, sisi yang bersesuaian harus memiliki perbandingan yang sama. Untuk mengetahuinya,
kamu bisa menghitung perbandingan setiap sisi yang bersesuaian. Sebagai contoh:

 Sisi ST dan AB memiliki perbandingan yang sama atau dapat ditulis ST/AB = 3/6 = 1/2
 Sisi TU dan BC memiliki perbandingan yang sama atau dapat ditulis TU/BC = 3/6 = 1/2
 Sisi SU dan AC memiliki perbandingan yang sama atau dapat ditulis SU/AC = 3/6 = 1/2

Dari perhitungan tersebut diketahui kalau ST/AB = TU/BC = SU/AC . Ketiga pasang sisi-sisi
yang bersesuaian pada gambar di atas memiliki perbandingan yang sama. Sehingga, segitiga
ABC sebangun dengan segitiga STU. Namun, karena panjang sisinya berbeda, maka segitiga
ABC tidak kongruen dengan segitiga STU.

Contoh Soal Kekongruenan Dan Kesebangunan


Agar lebih memahami materi kekongruenan dan kesebangunan, kamu bisa mencoba dan
memperhatikan contoh soal kekongruenan dan contoh soal kesebangunan berikut ini:

1. Ganta memiliki tinggi badan 150 cm. Kemudian, Ganta berdiri dengan jarak sekitar 10 m dari
suatu gedung. Ujung bayangan Ganta berimpit dengan ujung bayangan gedung. Jika panjang
bayangan Ganta adalah 4 m, hitunglah tinggi gedung tersebut menggunakan rumus
kekongruenan dan kesebangunan.

Pembahasan:

Agar lebih sederhana, buat gambar seperti ini terlebih dahulu:

Dari gambar tersebut, terlihat kalau segitiga ABE dan segitiga ACD telah memenuhi syarat
segitiga sebangun. Sehingga, EB/DC = AB/AC. Kemudian, kamu tinggal memasukkan angka
yang ada ke dalam rumus. Sebelum itu kamu dapat menuliskan informasi pada soal terlebih
dahulu agar memudahkan kamu dalam pengerjaannya.

Diketahui

AB = 4 m; AC = 4 + 10 = 14 m; EB = 150 cm = 1,5 m;

Untuk mencari tinggi gedung kamu harus mencari nilai DC = …?

Selanjutnya masukkan nilai di atas ke dalam rumus berikut.


EB/DC = AB/AC

1,5 / DC = 4 / 14

DC = (1,5 x 14) / 4

DC = 21 / 4

DC = 5,25 m

Jadi, tinggi gedung adalah 5,25 meter.

2. Perhatikan gambar berikut ini!

Jika P dan Q merupakan titik tengah diagonal BD dan AC, berapa panjang PQ?

A. 2 cm

B. 3 cm

C. 4 cm

D. 5 cm

Pembahasan:

Ingat, setiap mengerjakan soal, tuliskan informasi pada soal terlebih dahulu agar kamu mudah
mengerjakannya. Nah, Untuk menjawab soal ini, kamu bisa menggunakan rumus cepat dari
kekongruenan dan kesebangunan, yaitu PQ = 1/2 (DC – AB). Sehingga,
PQ = 1/2 (12 – 6)

PQ = 1/2 x 6

PQ = 3 cm

Sehingga, jawabannya adalah B. 3 cm.

Anda mungkin juga menyukai